Academia.eduAcademia.edu

Teori Kognitif

Teori kognitif telah berspekulasi bahwa beberapa kasus hipokodriasis dapat mewakili sebuah tipe dari strategi self-handcapping, suatu cara menyalahkan kinerja yang rendah pada kesehatan yang buruk (Smith, Synder & Perkins, 1983)

Teori Kognitif Teori kognitif telah berspekulasi bahwa beberapa kasus hipokodriasis dapat mewakili sebuah tipe dari strategi self-handcapping, suatu cara menyalahkan kinerja yang rendah pada kesehatan yang buruk (Smith, Synder & Perkins, 1983) Penjelasan kognitif lain berfokus pada peran dari pikiran yang terdistorsi. Orang yang menderita hipokondriasis memiliki kecenderungan untuk “membuat gunung dari kerikil” dengan cara membesar-besarkan signifikansi dari keluhan fisik yang minor (Barszky dk, 2001). Mereka menginterpensikan simtom-simtom ringan yang muncul sebagai tanda dari sakit yang serius, yang menimbulkan kecemasazn. Kecemasan itu sendiri dapat menghasilkan simtom fisik yang tidak menyenangkan, yang nantinya justru semakin dianggap penting menyebabkan kognisi yang semakin mengkhawatirkan. Teriotikus kognitif berspekulasi bahwa hipokondriasis dan gangguan panik, yang seringkali terjadi secara bersamaan, dapat memiliki penyebab yang sama: cara berpikir yang terdistorsi yang membuat orazng tersebut salah mengartikan perubahan kecil dalam sensasi tubuh sebagai tanda dari bencana yang akan terjadi (Salkovskis & Clark, 1993). Penanganan Gangguan Somatoform Pendekatan penanganan yang dirintis oleh Freud, psikoanalisis, dimulai dengan penanganan terhadap hysteria, yang sekarang diistilahkan sebagai gangguan konversi. Psikoanalisis berusaha mengungkap dan mengangkat konflik tidak sadar yang berasal dari masa kecil ke dalam perhatian kesadaran. Sekali konflik diungkapkan dan dilalui, simtom tidak lagi diperlukan sebagai “penyelesaian secara parsial” dan seharusnya menghilang. Pendekatan behavioral untuk menangani gangguan konversi dan gangguan somatoform lainnya menekankan pada menghilangkan sumber-sumber yang mendasari reinforcement yang mungkin mempertahankan pola perilaku yang abnormal. Secara lebih umum, terapis behavioral memandu orang dengan gangguan somatoform untuk belajar menangani situasi yang menekan atau menimbulkazn kecemasan secara lebih efektif. Sebagai tambahazn, suatu kombinasi dari teknik kognitif-behavioral, seperti pemaparan terhadap pencegahan respons dan pengubahazn struktur kognitif, dapat digunakazn dalam menangani hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh. Ciri-Ciri Diagnostik Gangguan Konversi (Sumber: diadaptasi dari DSM-IV-TR (APA, 2000)) Paling tidak terdapat satu simtom atau difisit yang melibatkan fungsi motoriya volunteer atau fugsi sensoris yazng menunjukkan adanya gangguan fisik. Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena onset atau kambuhnya simtom fisik terkait dengan munculnya stressor psikososial atau situasi konflik Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik tersebut atau berpura-pura memilikinya dengan tujuan tertentu Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respons, juga tidak dapat dijelaskan dengan gangguan fisik apa pun melalui landasan pengujian yang tepat Simtom menyebabkan distress emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih area fungsi, seperti fugsi social atau pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental lain. Ciri-Ciri Diagnostik dari Hipokondriasis Orang tersebut terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius atau pada keyakinan bahwa dirinya memiliki penyakit serius. Orang tersebut menginterprestasikan sensasi tubuh atau tanda-tanda fisik sebagai bukti dari penyakit fisiknya. Ketakutan terhadap suatu penyakit fisik, atau keyakinan memiliki suatu penyakit fisi, yang tetap ada meski telah diyakini secara medis. Keterpakuan tidak pada intensitas khayalan (orang itu mengenali kemugkinan bahwa ketakutan dan keyakinan ini terlalu dibesar-besarkan) dan tidak terbatas pada kekhawatiran akan penampilan. Keterpakuan menyebabkan distress emosional yang signifikan atau mengganggu satu atau lebih area fungsi yang penting, seperti fungsi soaial atau pekerjaan Gangguan telah bertahan selama 6 bulan atau lebih Keterpakuan tidak muncul secara eksklusif dalam konteks gangguan mental lainnya.