Modul Studi Kelayakan Bisnis
PERTEMUAN 12 :
ASPEK ANTISIPASI RESIKO
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui dan memahami resiko-resiko apa saja yang mungkin terjadi dalam
melakukan studi kelayakan bisnis.
2. Memahami dan menganalisis antisipasi resiko dari sspek keuangan pemasaran, ekonomi ,
sosial dan politik dalam studi kelayakan bisnis.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana cara mengendalikan resiko-resiko yang mungkin
terjadi dalam studi kelayakan bisnis.
B. URAIAN MATERI
Bab ini akan akan menjelaskan secara ringkas analisis resiko secara kualitatif. Resiko-resiko
apa saja yang mungkin terjadi dan bagaimana rencana untuk mengendalikannya akan disajikan
pada bab ini.
Pendapat para ahli mengenai risiko cukup banyak, salah satunya adalah pendapat Silalahi
(1997), yang mengartikan bahwa :
220
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian.
Risiko adalah probabilitas timbulnya kerugian.
Risiko adalah suatu ketidakpastian.
Risiko adalah penyimpangan actual dari yang diharapkan.
Risiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan.
Menurut Silalahi, manajemen risiko adalah system pengawasan risiko dan perlindungan
harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena suatu risiko, dimana dalam usaha ketidakpastian ini dihubungkan
dengan penghasilan perusahaan, arus keluar masuk uang, dan harta benda yang telah ada atau
yang dibutuhkan di masa datang.
Risiko perusahaan dapat dibagi ke dalam 2 tipe : tipe pertama dan yang lebih tradisional
adalah risiko yang sulit dikendalikan manajemen perusahaan, seperti risiko kebakaran karena
hubungan pendek arus listrik dan penipuan pihak-pihak tertentu. Perusahaan biasanya
melindungi dirinya misalnya dengan cara membeli asuransi. Tipe kedua adalah risiko yang dapat
dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Risiko ini dapat terjadi misalnya pada saat perusahaan
membangun pabrik baru, meluncurkan produk baru, atau membeli perusahaan lain.
Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa perusahaan terdiri atas beberapa aspek antara
lain : aspek pasar, aspek teknik/teknologi/produksi, SDM, keuangan, sistem informasi. Berkaitan
dengan resiko, maka akan dipaparkan apa dan dimana resiko yang mungkin terjadi dan
bagaimana resiko diantisipasi dari tiap aspek.
1.
RISIKO PADA ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA
Mengapa risiko SDM menjadi pemaparan awal kita? karena SDM, yang menggerakkan roda
perekonomian dan bisnis termasuk dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, memiliki banyak
permasalahan yang sudah tentu memiliki risiko.
Ada 5 (lima) resiko utama yang akan dipaparkan berkaitan dengan risiko dalam aspek SDM
berkaitan dengan perencanaan strategi perusahaan yaitu :
a.
Risiko pada para top eksekutif dan para pekerja inti.
Ada beberapa risiko yang hendaknya diperhatikan pada kelompok orang dengan jabatan sebagai
eksekutif tingkat atas, antara lain:
221
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Memiliki eksekutif kepala yang kurang memiliki sense of leadership, pengetahuan yang
luas, tidak tajam dalam berfikir, serta bertindak tidak fokus.
Memiliki eksekutif kepala yang sulit dikendalikan oleh dewan komisaris.
Memiliki direktur keuangan yang lemah.
Ketidakmampuan manajemen untuk menjawab perubahan lingkungan usaha dengan cepat
dan tepat.
Struktur organisasi yang tidak efektif sehingga tenaga tingkat manajerial sering mengerjakan
hal-hal yang sifatnya teknis yang seharusnya dikerjakan oleh tenaga staf.
b. Risiko pada karyawan.
Perusahaan perlu menciptakan kondisi kerja yang baik bagi para karyawannya, termasuk
gaya manajemen yang lebih terbuka dan layak, serta kejelasan mengenai reward bagi seluruh
pekerja. Selain itu, juga perlu diperhatikan mengenai kultur yang dapat menilai kerja sama dan
keunggulan, serta kondisi seperti flexitime, fasilitas perawatan anak, dan kerja paruh waktu yang
membantu pekerja wanita. Pelatihan dan pelatihan ulang perlu dilakukan jika perusahaan harus
mengembangkan tenaga kerja yang sanggup untuk memproduksi barang-barang dan pelayananpelayanan yang dapat berubah dengan cepat.
Masalah-masalah kesejahteraan sering kali menyebaabkan krisis. Masalah-masalah
tersebut mencakup seperti amarah karyawan karena pemutusan hubungan kerja yang tidak adil,
penghasilan tambahan yang tidak transparan, perjanjian tentang wanita hamil, pengurangan
fasilitas seperti tempat ibadat dan kantin, serta situasi kerja yang tidak aman. Beberapa dari
contoh ini mungkin kelihatan seperti tidak pentinga bagi manajemen, tetapi hal ini sebenarnya
dapat menimbulkan masalah besar.
Proses rekrutmen tenaga kerja dengan kualifikasi tidak memadai akan menambah risko
bagi kinerja perusahaan kelak. Sampai sekarang ini, pencarian tenaga kerja di banyak perusahaan
masih dikelola dengan kurang baik. Hal ini sebagian disebabkan oleh adanya pertimbanganpertimbangan pribadi serta sulitnya penilaian secara efektif. Pengukuran IQ sama sekali tidak
mengidentifikasikan apakah calon pekerja itu akan bekerja dengan baik atau tidak. Perusahaan
dapat meminimalkan risiko mereka dengan cara bekerja secara sistematis.
c.
Risiko dalam hubungan industri dan perselisihan.
Perusahaan
harus
melakukan
penilaian-penilaian
mengenai
kemungkinan
adanya
pemogokan, memikirkan kerusakan apa yang dapat terjadi, dan menganalisis bagaimana hal ini
222
Modul Studi Kelayakan Bisnis
dapat diantisipasi, termasuk di dalamnya perihal membangun buffer stocks dan memindahkan
produksi pada pabrik-pabrik lainnya.
Kebanyakan perselisihan dapat diramalkan, hal ini dapat terlihat dari hubungan antara
manajemen dan serikat kerja yang secara perlahan-lahan memburuk. Keluhan-keluhan dapat
menumpuk selama bertahun-tahun, dan tenaga kerja yang loyal dan percaya merasa telah
diperlakukan secara tidak adil. Perusahaan hendaknya memiliki mekanisme utnuk memastikan
bahwa keluhan-keluhan karyawan didengar dan ditanggapi secara serius. Manajemen harus
berusaha menyampaikan alasan-alasan untuk perbaikan dan memperoleh persetujuan dari serikat
tenaga kerja sebelum perubahan-perubahan dilaksanakan.
d. Risiko stres dan kesehatan yang buruk.
Ketegangan, bersamaan dengan kebiasaan makan yang buruk dan merokok, dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner. Kebiasaan bolos kerja menjadi suatu indikator dari seorang tenaga
kerja yang merasa kecewa. Tingkat kekecewaan dikatakan disebabkan oleh komunikasi yang
buruk dan kegagalan untuk memotivasi para karyawan.
e.
Risiko bila tidak beretika.
Pelanggaran etika makin lama makin dirasakan sebagai suatu resiko bisnis yang utama.
Berita banyak melansir perihal pelanggaran etika selain kasus pelanggaran pidana atau perdata
lainnya yang memiliki konsekuensi serius bagi reputasi perusahaan serta keuntungan-keuntungan
masa depan. Di bawah ini dapat dilihat bagaimana peruasahaan dapat meningkatkan dan
menangani etika-etika perusahaannya.
Seringkali hal-hal diatas bukanlah merupakan risiko bisnis yang dapat menyebabkan
perusahaan jatuh, tetapi jika manajemen gagal dalam mengendalikan perusahaan, maka
perusahaan akan berada pada kondisi yang berat untuk dapat bertahan, apalagi berkembang.
i. Konflik di Dalam Bisnis
Banyak isu mengenai konflik di dalam bisnis. Seperti diketahui bahwa tujuan bisnis adalah
memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya. Bila dijabarkan secara dangkal hal ini berarti
perusahaan memberikan kualitas produk/layanan termurah bagi harga tertinggi.
ii. Perubahan Kultur Perusahaan
Beberapa perusahaan menyatakan untuk berusaha secara benar, baik menurut aturan legal
maupun moral, akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Mengapa demikian? Karena sudah
terbiasa dengan budaya perusahaan yang hanya mementingkan memaksimalisasi keuntungan
223
Modul Studi Kelayakan Bisnis
financial, seorang manajer yang menyatakan bahwa penegakan etika adalah sesuatu yang penting
hanya akan dianggap sepele, negative merintangi, dan tidak setia yang mengakibatkan sang
manajer sulit dipromosikan. Pada saat perekonomian sedang mengalami resesi atau perusahaan
tidak mengalami keuntungan yang diharapkan, ancaman PHK bagi sang manajer sudah berada di
depan matanya.
RISIKO PADA ASPEK KEUANGAN
Di dalam perusahaan, risiko yang dihadapi dalam aspek keuangan cukup tinggi, antara lain :
Biaya produksi yang berlebihan
Biaya Overheads yang tinggi
Utang
Pinjaman yang berlebihan
a. Biaya Produksi yang Berlebihan
Biaya produksi yang tinggi akan berdampak pada harga jual produk yang tinggi pula,
sehingga produk akan sulit bersaing di pasar. Cara mengatasi pengurangan biaya tersebut
dapat dilakukan dengan cara melakukan efisiensi dan otomatisasi. Efisiensi dapat
mengurangi biaya-biaya, namun hal ini memerlukan perencanaan.yang baik. Contoh adalah
produk selalu tersedia pada saat diperlukan; tenaga kerja meningkatkan kualits kerja mereka
sehingga dapat memperkecil waste (pemborosan). Otomatisasi merupakan salah satu jalan
keluar untuk mengurangi biaya produksi, yaitu dengan menggantikan peran manusia dengan
mesin. Sebelum penggantian itu, sudah tentu perusahaan harus menghitung untung-rugi
dengan cara membandingkan biaya mesin terhadap penghematan pada buruh dan bahan
baku.
b. Biaya Produksi yang Berlebihan
Perusahaan berskala besar, biasanya biaya per unit produk yang dihasilkan lebih rendah
dari perusahaan yang lebih kecil, karena pangsa pasar yang dimiliki lebih besar. Perusahaan
yang berkembang pesat pun membutuhkan biaya-biaya tambahan (seperti : pegawai, aset,
dan lain lain) untuk membantu mendapatkan pasar yang lebih besar pula. Naiknya
keuntungan yang diperoleh perusahaan pada gilirannya akan menaikkan biaya, misalnya
224
Modul Studi Kelayakan Bisnis
biaya untuk kenaikan gaji karyawan, malah juga untuk mendukung kegiatan yang sifatnya
sosial. Namun sebaliknya apabila penjualan mulai menurun dan terus menurun, maka biayabiaya perusahaan tersebut dapat menjadi beban. Oleh karenanya, pemotongan biaya perlu
dilakukan, tetapi hendaknya diprioritaskan pada biaya kegiatan-kegiatan yang tidak
signifikan untuk menghasilkan penjualan walaupun tidak mudah melakukannya.
c. Utang
Salah satu penyebab terjadinya krisis berkepanjangan di Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 adalah utang swasta kepada kreditor asing yang pada saat jatuh tempo ternyata
tidak terbayar. Selain utang swasta tersebut, ada lagi kelompok utang yang juga
mengakibatkan krisis menjdi terus berkepanjangan, yaitu utang pemerintah kepada pihak
asing. Dengan kedua masalah yang dihadapi tersebut maka perusahaan perlu mengendalikan
utang-utang mereka agar terhindar dari kebangkrutan.
Pencegahan hutang. Pada masa perkonomian sedang tumbuh, banyak perusahaan ingin
mengembangkan usahanya secepat-cepatnya, karena takut tertinggal oleh para pesaingnya.
Kadangkala kebijakan-kebijakan perusahaan yang telah ada dilanggar oleh semangat
spekulasi yang mempengaruhi sistem kerja yang ada. Kondisi seperti ini sangat beresiko
bagi kebijakan keuangan perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki kebijakan keuangan
ketat cenderung dapat bertahan dari pada yang lemah, karena lebih baik membatalkan usahausaha yang beresiko dari pada menanggung utang nantinya.
Penagihan Utang. Penagihan utang yang tidak sensitif dapat menyebabkan kerugian bagi
perusahaan. Itulah sebabnya mengapa penagihan utang diserahkan kepada agen “debt
collector” bukanlah solusi yang sederhana. Lebih baik mengerahkan beberapa tenaga
penjualan untuk mengunjungi pembayar yang telat, mendiskusikan keadaannya dan dengan
kebijakan mengusahakan bagaimana cara pembayarannya. Cara lain untuk mencegah
terjadinya utang ini mialnya adalah dengan kredit asuransi.
d. Pinjaman yang Berlebihan
Peminjaman yang berlebihan dapat disebabkan oleh 3 (tiga) faktor utama antara lain :
(i) Ketergesaan menejemen, seperti ;
investasi yang berlebihan padapabrik baru
diversifikasi produk yang lemah
225
Modul Studi Kelayakan Bisnis
investasi pada saat yang tidak tepat,
(ii) Ketidakaktifan menejemen, seperti;
kegagalan dalam merespon periode jatuhnya penjualan
kegagalan mencegah jatuhnya penjualan pada lokasi pasar yang ditentukan
harga barang terlalu tinggi atau harga dibawah harga pokok produksi
(iii) Kenaikan nilai bunga
Nilai utang yang harus dibayarkan ternyata lebih tinggi
Kebutuhan akan modal kerja yang juga lebih besar.
Utang mempunyai 3 (tiga) efek yang membahayakan yaitu :
i.
Menambah beban perusahaan, sehingga pendapatan terpaksa digunakan untuk
membayar pinjaman-pinjaman dari pda di investasikan.
ii.
Bank atau para pemegang saham mungkin hilang kepercayaannya pada perusahaan
dalam hal kemampuannya untuk membayar kembali pinjamannya. Akhirnya, para
pemegang saham mungkin akan menjual saham-saham mereka, sedangkan bank
mungkin menuntut pembayaran.
iii.
Jika perusahaan sudah tidak dapat lagi mendapatkan pinjaman dari bank oleh karena
nilai pinjamannya sudah maksimal, dan jika perusahaan tidak mampu lagi membayar
utang-utangnya, perusahaan dapat dilikuidasi.
Resiko Kredit merupakan resiko yang ditanggung kreditor akibat debitor tidak mampu
membayar pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati. Sering terjadi produsen menaruh
produknya lebih dulu dan dibayar kemudian. Atau debitor meminjam uang untuk usaha
tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut (resiko kredit) diantaranya dengan cara
membrikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat sbb:
a.
Dapat dipercaya,(character), yaitu watak dan reputasi yang telah diketahui.
b.
Kemampuan untuk membayar (capcity), hal ini dapat dilihat dari kemampuan/hasil
yang diperoleh dari usahanya (laba usaha).
c.
Kemampuan modal sendiri yang ditempatkan dalam usaha (capital) sehingga
merupakan net personal assets.
226
Modul Studi Kelayakan Bisnis
d.
Keadaan usahanya selama ini (conditions) adalah menunjukan trend naik mendatar
atau menurun.
e.
Jangan memberikan pinjaman yang terlalu besar sambil mengevaluasi kredibilitas
debitor.
f.
Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila yang bersangkutan memiliki
perusahaan. Dan yang perlu diperhatikan adalah lembaran neraca, laporan laba-rugi
tahunan dan aliran Dana setiap tahunnya.
2.
RISIKO PADA ASPEK PEMASARAN
Masalah-masalah di bidang pemasaran dapat mengakibatkan turunnya penjualan serta
rusaknya citra perusahaan. Sales yang menurun, market share yang menegcil, kurangnya
distribusi barang merupakan sebagian dari tanda-tanda kegagalan pemasaran. Kegagalan
pemasaran tidak lepas dari banyak permasalah yang ada. Berikut ini akan disampaikan
beberapa 0 macam permasalahan pokok pemasaran antara lain :
a.
Masalah Kebijakan pemerintah.
Beberapa faktor ekonomi makro yang dapat beresiko pada perusahaan, antara lain :
Kenaikan pajak, akan mengakibatkan naiknya pajak kekayaan atau akan terjadi
inflasi yang menyebabkan turunnya permintaan.
Peraturan pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya perusahaan (seperti
; pelarangan memproduksi suatu produk, kebijakan limbah, dan program
keselamatan serta kesehatan kerja/K3).
b. Masalah Perubahan permintaan di pasar (strategi perusahaan)
Permintaan akan produk yang memiliki daur hidup produk yang pendek (a short life
cycle) seperti produk-produk teknologi informasi sangat sulit untuk dapat bertahan lama.
Pada pasar produk demikian, perusahaan-perusahaan akan mendapatkan masalah dengan
pendapatan yang bergelombang, yaitu cepet untung akan tetapi cepat pula buntung.
Dengan demikian hendaknya perusahaan mengubah strategi perusahaan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pasar dari produk tersebut.
c.
Masalah Perang Harga
Perang harga dapat terjadi antar produsen suatu produk sejenis oleh beberapa sebab,
seperti;
227
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Dampak dari kapasitas produksi
Kegiatan inovasi yang rendah di pasar
Satu perusahaan melakukan kampanye pemasaran yang agresif
Pasar berbentuk oligopoli
d. Pemalsuan
Pemalsuan suatu produk dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Merk merupakan
salah satu dari sekian banyak sasaran pemalsuan, apalagi jika merk tersebut terkenal.
Pemalsuan merk, selain akan mengurangi pendapatan, juga akan mengurangi reputasi
perusahaan karena biasanya kualitas dari barang yang menggunakan merk palsu tersebut
tidak sebaik yang asli.
e.
Masalah “Performance” Produk yang Rendah
Hambatan mempromosikan suatu produk justru dapat muncul dari kinerja produk yang
ternyata rendah. Hal ini sangat berbahaya karena konsumen hanya akan membeli produk
yang dapat memuaskan kebutuhannya, sehingga hanya produk dengan kinerja terbaik saja
yang akan menjadi pemimpin pasar (seperti; kekuatan, kemudahan operasional, dapat
dipercaya dan bagaimana layanan purna jualnya).
f.
Masalah Promosi yang Kurang Baik
Promosi hendaknya dilakukan secara berencana dan kontinyu agar efektif sesuai dengan
sasaran yang ingin dicapai. Perlu diingat konsumen potensial agar mau melakukan action
pembelian perlu mendapat informasi, sedangkan konsumen yang telah melakukan pembelian
perlu terus dibina agar melakukan pembelian ualang atau bahkan bisa menjadi pemasar tidak
langsung.
g.
Masalah Merek
Perusahaan yang mempromosikan merk produk yang tidak sesuai dengan kenyataannya
akan merugikan produk itu sendiri. Sebaliknya produk-produk yang kualitasnya sesuai
dengan isi pesan dari promosi yang dilakukan, atau merk produk yang merupakan produk
perintis (pertama kali muncul), akan kuat berada dalam benak konsumen sebagai merk yang
paling diingat dan menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi atau dipakai. Jadi kegagalan
kegagalan memperkenalakan produk biasanya disebabkan oleh promosi yang lemah atau
kinerja produk yang juga lemah.
h. Masalah Mengembangkan Produk
228
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Menurut konsep product life cycle, hendaknya produk baru diluncurkan pada saat produk
lain telah memasuki tahapan decline. Sebelum produk baru tersebut diluncurkan hendaknya
bagian riset dan pengembangan perusahaan telah mantap dengan rancangan produk barunya
sehingga saat diluncurkan, kelak produk baru ini dapat diterima konsumen. Namun dalam
kenyataannya, perkembangan produk baru lebih berpeluang gagal dari pada berhasil, hal ini
biasanya disebabkan pada lemahnya penelitian produk yang dilakukan.
i.
Masalah Distribusi
Perusahaan yang memproduksi merk terkenal mengetahui seluruh outlet yang menyediakan
barang-barangnya, sedangkan sebagian perusahaan lagi tidak begitu memperhatikan outlet
ini. Selain itu, banyak perusahaan hanya berfikir menjual produk secara lokal pada hal
produknya berpotensi bagus kalau dijual untuk skala nasional atau ekspor.
3.
RISIKO PADA ASPEK PRODUKSI/OPERASI
Di dalam proses produksi/operasi produk barang dan jasa cukup banyak risiko yang perlu
diantisipasi. Risiko-risiko tersebut antara lain adalah mengenai :
Masalah pemasok.
i.
Risiko terjadi apabila perusahaan menggunakan pemasok yang ternyata tidak memenuhi
komitmen yang sudah mereka buat, misalnya komponen-komponen yang dibutuhkan
ternyata terlambat dikirim ataupun rusak.
Kerusakan kualitas. Risiko karena penarikan kembali barang-barang yang ditawarkan di
ii.
pasar yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kualitas dan kuantitas barang yang
tidak sesuai, misalnya ada barang yang hilang dan mutu produk yang rendah. Kedua, karena
barang yang ditawarkan di pasar adalah produk-produk yang tidak aman dikonsumsi.
Berkurangnya daya saing. Risiko karena berkurangnya daya saing produk dengan produk
iii.
sejenis di pasar, misalnya karena desain yang dibuat dengan teknologi yang sudah tertinggal.
4.
RISIKO PADA ASPEK SISTEM INFORMASI
Beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan adalah:
i.
Berapa nilai data di dalam komputer
229
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Data dapat hilang sebagai akibat dari kesalahan operator, virus, kerusakan hardware atau
software, daya listrik, maupun akibat vandalisme. Ini semua sudah tentu merugikan
perusahaan. Perusahaan harus menaksir nilai data komputernya dan dampak apa yang
akan ada pada bisnis jika komputer yang ada ternyata tidak dapat digunakan. Perusahaan
harus menyadari bagaiman kini perusahaan sangat tergantung pada komputer mereka
sehingga perlu diambil tindakan untuk melindunginya dengan pengendalian yang baik.
ii.
Risiko komputerisasi
Berikut ini adalah lima risiko utama pada komputer yang data menyebabkan banyak
masalah, yaitu :
iii.
Pencurian komputer.
Pemakaian yang tidak diizinkan mengakses komputer
Penggunaan disket yang tidak diperiksa
Kerusakan perangkat keras atau perangkat lunak
Kesalahan pemakai
Minimalisasi risiko komputerisasi
Risiko pemakaian komputerisasi hendaknya diperkecil. Hal-hal ini dapat ditinjau dari
aspek hardware, software dan brainware. Perusahaan hendaknya memiliki ansuransi di
mana biayanya dimasukkan sebagai bagian dari biaya-biaya sistem IT-nya. Mereka juga
perlu mengembangkan keahlian para karyawannya dalam manajemen data atau
kemampuan untuk membenahi data yang rusak/hilang serta melatih karyawan untuk
menghindari masalah. Secara sederhana para karyawan diajari bagaimana mengcopy file,
cara keluar dari program dengan melakukan prosedurnya dan diberitahu risiko jika
meninggalkan komputer pada saat mereka bekerja, dan lain-lain. Perusahaan seharusnya
mempunyai copy data yang dilakukan secara rutin dan otomatis. Seluruh file harus
dicopy secara otomatis, buat salinannya pada tiap akhir jam kerja pada media yang
terpisah, sehingga kerusakan dari harddrive atau main frame tidak akan mempengaruhi
data.
iv.
Menetapkan kebijakan
Hendaknya manajemen perusahaan mempunyai kebijakan yang jelas terhadap sistem
komputerisasi mereka. Kebijakan tersebut mencakup:
230
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Garis tanggung jawab terhadap sistem IT
Penjagaan data dan sistem back up
Penggunaan disket yang benar dan
Akses terhadap data
Kebijakan ini harus didukung oleh prosedur tertulis, terutama yahg perlu lebih spesifik
adalah dalam hal proteksi data. Untuk memastikan bahwa prosedur-prosedurnya
dilaksanakan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur.
5.
Risiko aspek alam
Resiko ini terjadi diluar pengetahuan dan kemampuan manusia, misalnya gempa
bumi,banjir,anginputing beliung, kemarau panjang dsb. Karena peristiwa ini kemungkinan
sangat kecil resikonya dapat dianggap tidak ada, tetapi bila takut menghadapi resiko tersebut,ada
perusahaan asuransi yang berani menanggung resiko tersebut.
6.
Risiko Teknis
Resiko ini terjadi akibat kekurangmampuan manajer/wirausaha dalam mengambil keputusan.
Resiko yang sering terjadi adalah :
a. Biaya produksi yang tinggi (inefisien),
b. Pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang, misal terlalu banyak tenaga kerja.
c. Sering terjadi pencurian, akibat pengawasan/penjagaan yang kurang baik.
d. Sering terjadi kebakaran, target produksi tak tercapai, penempatan tenaga tidak
tepat/tidak sesuai, perencanaan dan desain produk salah dsb.
·
Upaya mengatasi/menanggulangi resiko teknis :
a.
Menajer/wirausaha harus menambah pengetahuan tentang :
Ketrampilan teknis /technological skill, terutama yang berkaitan dengan proses
produksi. Diupayakan dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya
produksi, misal dengan teknologi tepat guna /modern.
Ketrampilan mengorganisasi /organization skill , yaitu kemampuan meramu
yang tepat dari faktor-faktor produksi dalam melakukan usahanya.
231
Modul Studi Kelayakan Bisnis
Ketrampilan memimpin/managerial skill, yaitu kemampuan untuk mencapai
tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik dan serasi oleh semua orang yang
ada pada organisasi tsb. Untuk ini setiap pimpinan dituntut membuat konsep
kerja yang baik/conceptional skill.
b. Membuat strategi usaha yang terarah untuk masa depan, yang meliputi strategi produksi,
strategi keuangan, strategi sumber daya(SDA dan SDM), strategi operasional, strategi
pemasaran, dan strategi penelitia dan pengembangan. Tujuan strategi ini ada tiga yaitu ;
tetap memperoleh keuntungan, hari depan tetap lebih baik dari sekarang (usaha
berkembang) dan tetap bertahan (survive). Upaya yang dilakukan adalah keandalan
menganalisis dan memprognosa keadaan didalam dan diluar lingkup organisasi.
c. Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan konsekuensi setiap saat harus
membayar premi asuransi yang akan menjadi pengeluaran biaya.
Upaya antisipasi menyeluruh dari risiko-risiko yang terjadi
Cara Mengatasi Resiko Usaha Berikut langkah-langkah yang perlu Anda perhatikan, untuk
mengurangi resiko:
a. Sebelum memulai usaha, Sebaiknya Anda melakukan riset mengenai hambatan-hambatan
yang dimungkinkan muncul ditengah perjalanan usaha. Dengan begitu Anda dapat
menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi hambatan yang dimungkinkan
ada. Misalnya saja resiko persaingan bisnis yang dimungkinkan semakin meningkat.
b. Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skill dan minat yang Anda miliki, Jangan sampai Anda
memulai usaha hanya karena ikut-ikutan trend yang ada. Dengan memulai usaha sesuai
dengan skill dan minat, setidaknya Anda memiliki bekal pengetahuan dan keahlian untuk
mengurangi dan mengatasi segala resiko yang muncul di tengah perjalanan Anda. Hindari
peluang usaha yang tidak Anda kuasai, ini dilakukan agar Anda tidak kesulitan dalam
mengatasi segala resikonya.
c. Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis Anda. Hal tersebut bisa membantu Anda
untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat usaha Anda berkembang,
232
Modul Studi Kelayakan Bisnis
dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya resiko yang
tidak diinginkan.
d. Sesuaikan besar modal usaha yang Anda miliki dengan resiko usaha yang Anda ambil.
Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang beresiko besar, jika
modal usaha yang Anda miliki juga masih terbatas.
e. Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung kreatifitas.
Dengan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan serta kreatifitas untuk mengembangkan
usaha dengan ide-ide baru. Maka segala resiko yang muncul bisa Anda atasi dengan baik.
f. Cari informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah resiko. Saat ini
banyak peluang usaha yang tiba-tiba booming, namun prospek bisnisnya tidak bisa bertahan
lama. Hanya dalam hitungan bulan saja, bisnis tersebut surut seiring dengan bergantinya
trend pasar. Sebaiknya Anda menghindari jenis peluang usaha seperti itu, karena resikonya
cukup besar.
g. Ketahui seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat akan produk Anda. Semakin besar
tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka akan memperkecil resiko bisnis
tersebut. Setidaknya resiko dalam memasarkan produk.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan resiko.\
2. Sebutkan dan jelaskan resiko yang mungkin terjadi pada aspek keuangan.
3. Sebutkan dan jelaskan resiko yang mungkin terjadi pada aspek SDM
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. Hussen Umar “ Studi Kelayakan Bisnis” Jakarta PT Gramedia Utama, November 2009,
cetakan kesepuluh.
2. Fuad Husnan dan Sumarsono “ Studi Kelayakan Bisnis”Jogyakarta UPP AMP YKPN
2010.
3. Suswanto Sutojo “Studi Kelayakan Bisnis” jakarta PT Pustaka Binawan Presindo 1999
4. Behrwans dan PM Hawrank “ manual For The Preparation of Indonesia Feasibility
Student”Viena United Nation 2011.
233
Modul Studi Kelayakan Bisnis
5. Dr. Kasmir,S.E.,M.M dan Jakfar, S.E.,M.M “Studi Kelayakan Bisnis” Jakarta Kencana
Prenada Media Group, April 2013, cetakan kesembilan edisi revisi
6. Sri Handaru Yuliati,”Studi Kelayakan Bisnis” Tangerang Selatan, Universitas Terbuka,
edisi kedua cetakan pertama.
PERTEMUAN KE-13 :
DESAIN PELAPORAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai desain pelaporan studi kelayakan bisnis. Melalui
pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui dan memahami desain pelaporan studi kelayakan bisnis.
2. Memahami dan membedakan jenis-jenis desain pelaporan studi kelayakan bisnis sesuai
dengan jenis uasaha.
B. URAIAN MATERI
Di bagian awal materi ini telah dipaparkan bahwa hasil studi kelayakan bisnis biasanya akan
dimanfaatkan oleh berbagai pihak seperti investor, kreditor, manajemen perusahaan, serta
pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, hendaknya hasil studi kelayakan diadministrasikan
234