Academia.eduAcademia.edu

Tata Surya dan Teorinya Menurut Perspektif Al-Qur'an

2020, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

https://doi.org/10.23887/jfi.v1i2.13992.

Abstrak Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan planet-planet, meteorit, komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut adalah delapan buah planet dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tujuan dibentuknya artikel ini ialah untuk mengetahui apa itu tata surya dan bagaimana teori tata surya menurut perspektif al-Qur'an. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi literatur yang diperoleh melalui studi pustaka yang berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari artikel, jurnal, dan browsing internet yang dapat mendukung data pada topik permasalahan. Metode penulisan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan berbagai kondisi, situasi, dan peristiwa yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori tentang tata surya sudah dijelaskan secara rinci di dalam al-Qur'an. Kesimpulannya ialah setiap benda angkasa yang bergerak di angkasa, berapa pun massanya, dikontrol oleh kekuatan gravitasi dan kekuatan kontra gravitasi. Penjelasan al-Qur'an terkait garis edar tata surya, jauh sebelum sains modern mengungkapnya. Ini membuktikan bahwa al-Qur'an bukan buatan manusia, tetapi datang langsung dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala untuk menjadi pedoman kehidupan umat manusia. Kata kunci : tata surya, alam semesta, al-Qur'an. PENDAHULUAN Tata surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yaitu matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Benda-benda yang terpengaruh gravitasi matahari adalah planet-planet beserta satelit, asteroid, komet dan meteor. Tata surya terdiri atas matahari sebagai pusat peredaran dengan delapan planet, beberapa satelit alam, komet, asteroid serta jutaan meteor. Dari semua benda langit tersebut hanya matahari-lah yang memiliki sinar sendiri. Sedangkan benda langit yang lainnya, sinar yang terpancar itu merupakan hasil pantulan dari cahaya matahari.[1] Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan misterius. Alam semesta juga dapat

Tata Surya dan Teorinya Menurut Perspektif Al-Qur’an Yuandika Putri Bahasa dan Sastra Arab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, Indonesia [email protected] Abstrak Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan planet-planet, meteorit, komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut adalah delapan buah planet dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tujuan dibentuknya artikel ini ialah untuk mengetahui apa itu tata surya dan bagaimana teori tata surya menurut perspektif al-Qur’an. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi literatur yang diperoleh melalui studi pustaka yang berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari artikel, jurnal, dan browsing internet yang dapat mendukung data pada topik permasalahan. Metode penulisan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan berbagai kondisi, situasi, dan peristiwa yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori tentang tata surya sudah dijelaskan secara rinci di dalam al-Qur’an. Kesimpulannya ialah setiap benda angkasa yang bergerak di angkasa, berapa pun massanya, dikontrol oleh kekuatan gravitasi dan kekuatan kontra gravitasi. Penjelasan al-Qur’an terkait garis edar tata surya, jauh sebelum sains modern mengungkapnya. Ini membuktikan bahwa al-Qur’an bukan buatan manusia, tetapi datang langsung dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk menjadi pedoman kehidupan umat manusia. Kata kunci : tata surya, alam semesta, al-Qur’an. PENDAHULUAN Tata surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yaitu matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Benda-benda yang terpengaruh gravitasi matahari adalah planet-planet beserta satelit, asteroid, komet dan meteor. Tata surya terdiri atas matahari sebagai pusat peredaran dengan delapan planet, beberapa satelit alam, komet, asteroid serta jutaan meteor. Dari semua benda langit tersebut hanya matahari-lah yang memiliki sinar sendiri. Sedangkan benda langit yang lainnya, sinar yang terpancar itu merupakan hasil pantulan dari cahaya matahari.[1] Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan misterius. Alam semesta juga dapat didefinisikan segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah Subhaanahu wa Ta’ala beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya alam syahadah dan alam ghoib. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya ‘seluruhnya’, dan dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai alam semesta.[2] Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karena alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani. Al-Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya. Berdasarkan hasil kajian yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahannya yaitu 1) Pembaca harus mengetahui bahwa alam semesta ini sangatlah luas, tidak hanya mencakup bumi dan langit saja, melainkan matahari, planet-planet, bintang-bintang, komet, meteor, asteroid, dan lain sebagainya, 2) Pentingnya mengetahui bahwa al-Qur’an sudah menjelaskan terlebih dahulu pembentukan tata surya dan cara kerja tata surya. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalahnya adalah 1) Menjelaskan apa itu tata surya (planet, bintang, meteor, dan asteroid), dan 2) Menjelaskan bahwa al-Qur’an sudah lebih dulu menjelaskan tentang tatanan alam semesta atau tata surya. Oleh karena itu, rumusan masalah yang terdapat pada artikel ini ialah 1) Apa yang dimaksud dengan tata surya dan 2) Bagaimana teori tata surya menurut perspektif al-Qur’an. Sedangkan tujuan dan manfaat dari artikel ini ialah untuk menambah wawasan kita mengenai teori tata surya menurut perspektif al-Qur’an. METODOLOGI Secara keseluruhan, pengumpulan data berupa penelusuran pustaka, yaitu digital; browsing internet yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, dan diambil dari berbagai jurnal online. Menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan, dan juga menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan sebuah sudut pandang yang jelas. Metode penulisan ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan berbagai kondisi dan situasi di alam ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem tata surya adalah susunan benda-benda langit seperti planet, asteroid dan satelit yang bergerak mengelilingi matahari. Sistem tata surya termasuk dalam bagian alam semesta yang sangat luas. Tata surya terletak dalam salah satu galaksi yang ada di alam semesta ini bernama galaksi bimasakti (Milky Way). Galaksi bimasakti terdiri dari miliaran bintang dengan diameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan sistem tata surya terletak disalah satu sabuk minor bernama orion. Dalam sabuk orion inilah sistem tata surya terdiri dari matahari, planet-planet dan benda-benda langit lainnya membentuk susunan yang teratur.[3] Pada sistem tata surya ini yang paling besar adalah matahari, selain paling besar matahari adalah mempunyai peran penting di lingkungan tata surya dan sebagai pusat peredaran. Matahari terdiri bagian inti dan terdapat 3 lapisan, yaitu: fotosfer, kromosfer, dan korona. (Suhandi, 1999) Menyatakan bahwa mungkin kita sering ketika dipagi hari itu merasakan sinar matahari yang hangat, dan jika siang hari kita merasakannya lebih panas bahkan ketika jam 12 siang rasa panasnya matahari ini terasa hingga menyengat sekali ke kulit kita. Suhu pada permukaan bumi ketika disiang hari ini meningkat dikarenakan menerima sinar dari matahari. Makhluk bumi yang jaraknya jauh dari matahari saja masih menerima sengatan panasnya, dan sudah tentu kalau suhu matahari itu sangat tinggi. Matahari itu memiliki suhu yang sangatlah tinggi dan tidak memungkinkan untuk mengukur suhunya secara langsung. Cara mengetahui suhu dan menaksir keadaan, ahli astronomi menggunakan sebuah metode yaitu melakukan pengamatan yang didasari atas teori, misal teori penyusutan Helmholtz memperkirakan kalau suhu pada bagian inti matahari ini bisa mencapai 15 juta kelvin (K), dan pada suhu ini sangatlah dipercara jika suhu ini adalah inti pada matahari yang bisa mengakibatkan reaksi fusi inti bisa berlangsung.[4] Planet adalah suatu benda gelap yang mengorbit sebuah bintang (matahari). Planet ditentukan oleh para ahli astronomi melalui serangkaian pengamatan dan penelitian selama ribuan tahun. Planet yang telah ditemukan oleh para ahli secara berturut-turut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Penemuan lebih mutakhir menyebutkan bahwa planet yang telah ditemukan hingga sekarang lebih dari jumlah tersebut. Masing-masing planet memiliki jarak terhadap matahari yang berbeda. Selain itu, masing-masing planet memiliki bentuk, kerapatan, kala revolusi, dan kala rotasi yang berbeda satu sama lain (Rohmah, 2012). Berdasarkan kriteria IAU, planet adalah benda langit yang mengorbit matahari, bentuk fisiknyanya cenderung bulat, orbitnya bersih dari keberadaan benda angkasa lain.[5] Asteroid adalah salah satu benda langit yang memiliki ukuran yang kecil asteroid juga bisa mengelilingi matahari, lintasan asteroid terletak antara orbit mars dan yupiter. Jumlah asteroid diketahui kurang lebih 2000 buah. Meteorit ialah benda langit yang memiliki ukuran lebih kecil dari asteroid. Meteorit bergerak pada ruang planet, ketika meteorit memasuki atmosfer bumi maka akan disebut dengan meteor. Meteorit ini biasa juga disebut dengan bintang beralih karena jika meteor bersentuhan dengan atmosfer maka akan menghasilkan panas dan tampak berpijar. Komet berasal dari bahasa yunani “kometes” yang berarti rambut panjang, komet ini tidak termasuk bintang namun benda langit yang mengelilingi matahari pada garis edar yang berbentuk lonjong atau hiperbolis. Komet memiliki ciri-ciri yaitu tersusun dari debu dan es yang membeku, memiliki orbit yang berbentuk lonjong, dan komet sangat mudah terbakar. Satelit adalah benda langit yang beredar sesuai dengan garis edarnya mengelilingi planet dan matahari. Kegiatan satelit mengelilingi planet biasa disebut dengan revolusi satelit, satelit ini juga beredar mengelilingi sumbunya sendiri yang biasa disebut dengan rotasi. Pada umumnya garis edar rotasi dan revolusi satelit sama seperti garis edar rotasi dan revolusi planetnya, yaitu dari arah barat ke arah timur, kecuali satelit dari satu planet, yaitu planet neptunus.[6] Para ahli astronomi menyatakan bahwa yang mengontrol perilaku benda-benda langit setelah kehendak Allah adalah massa materi (mass of matter) dan energi (mass of energy) yang berkumpul di dalam benda-benda itu. Jadi, yang membuat bumi menjadi planet yang dingin, memiliki selimut gas (atmosfer) dan air (laut), dan baik untuk kehidupan manusia adalah massa tersebut.[7] Tata surya terdiri dari matahari, 9 planet dan satelit-satelit. Al-Qur’an menggambarkan bagaimana sistem ini akan berakhir. Banyak sekali ayat yang membuat fakta berkaitan dengan kehancuran sistem ini. Ayat-ayat tersebut memberitahukan kepada kita bagimana tata surya itu akan berakhir tetapi tidak memberitahukan waktu pasti kejadiannya. Al-Uruj berarti naik dan keluar dari garis lurus atau berjalan dalam lintasan melengkung. Studi-studi ilmiah modern telah membuktikan bahwa pergerakan benda-benda langit tidak mungkin dalam lintasan lurus, melainkan pasti bengkok dan melengkung, sesuai dengan perbesaran materi dan energi di alam semesta. Jadi, setiap benda yang memiliki materi, sebesar apa pun massanya, tidak mungkin bisa bergerak di alam semesta selain dalam garis melengkung. [8] Penjelasannya antara lain, pergerakan setiap benda padat dari bumi ke langit harus dalam lintasan melengkung karena benda tersebut dipengaruhi oleh kekuatan gravitasi bumi dan kekuatan konra-gravitasi yang menarik benda itu ke langit. Kedua kekuatan itu bergantung pada massa benda yang bergerak itu. Jika dua kekuatan yang saling bertolak belakang itu berimbang, benda tersebut akan terdorong untuk berputar mengelilingi bumi dengan kecepatan horizontal, atau yang dikenal dengan istilah kecepatan sudut (angular velocity).[9] Beberapa ayat al-Qur’an menjelaskan tentang sistem tata surya dan pergerakan atau sistem kerjanya. Seperti dalam al-Qur’an surah Yaa Siin ayat 38, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman sebagai berikut: ‫َوٱلشَّ ْم ُس َ َْت ِرى ِل ُم ْس َتقَ ٍّر لَّهَا ۚ َذَٰ ِ َِل تَ ْق ِد ُير ٱلْ َع ِزي ِز ٱلْ َع ِل ِي‬ (Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.) Dapat diketahui bahwa maksud dari ayat ini adalah bukti ke-Esaan Allah adalah matahari yang beredar dalam orbit yang Allah ketahui kadarnya, tanpa bisa dilampauinya. Penentuan itu adalah penentuan Allah yang Maha Perkasa yang tidak dikalahkan oleh siapa pun, Maha Mengetahui yang tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya terkait urusanurusan makhluk-Nya. Dalam tafsir lain, yaitu tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram, “Tanda lain bagi mereka adalah matahari yang beredar pada orbitnya, Allah Ta’ala telah menetapkannya sehingga ia tidak melampauinya dan tidak menyimpang darinya, yang demikian itu merupakan pengaturan dari Allah Yang Maha Perkasa, yang tidak dikalahkan lagi Maha Mengetahui yang tidak ada sesuatupun yang samar bagi-Nya.” Firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala pada Qur’an Surah al-An’am ayat 1 yang menjelaskan tentang gelap dan terang, ialah sebagai berikut: ِ ‫ات َو ْاْل َ ْر َض َو َج َع َل ال ُّظ ل ُ َم‬ ِ ‫الس َم ا َو‬ ِ َّ َّ ‫ور ۖ ُُث‬ ‫اَّل ي َن كَ فَ ُروا بِ َر ِّب ِ ْم‬ َّ ‫ا ل ْ َح ْم ُد ِ َّّلِل ِ َّاَّلِ ي َخ ل َ َق‬ َ ُّ ‫ات َوال ن‬ ‫ي َ ْع ِد ل ُو َن‬ (Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.) Ayat diatas mengisyaratkan bahwa langit sangat gelap. Adapun para pakar astronomi dan kemukzizatan al-Qur’an mengatakan bahwa gelap dalam ayat diatas ialah kegelapan alam semesta yang baru belakangan ini ditemukan. Pendapat terakhir ini menegaskan adanya kemukzizatan al-Qur’an di bidang astronomi dan adanya kegelapan-kegelapan lainnya. Kegelapan-kegelapan itu di antaranya: 1. Kegelapan awal semesta, yaitu pada masa setelah masa terjadinya ledakan besar hingga awal proses peleburan inti atom, kira-kira selama 30 juta tahun. Masa ini bercirikan kegelapan yang sangat kelam. 2. Kegelapan lokal dibagian tertentu semesta, yaitu pada masa setelah dimulainya proses peleburan inti atom hingga masa kita sekarang. Pada masa inilah bintangbintang diciptakan dan mulai memancarkan sinarnya ke luar angkasa. Sinarnya terdiri atas sinar inframerah, gelombang elektromagnetik, spektrum-spektrum cahaya yang terlihat, sinar ultraviolet, sinar X, dan sinar gamma. Sinar matahari apabila sampai di atmosfer, ia akan terurai dan tercerai-berai diantara partikel-partikel udara dan debu. Inilah yang oleh para pakar fisika dinamakan penguraian cahaya. Sinar matahari tersebut lalu dipantulkan oleh partikel-partikel udara dan debu sehingga partikel-partikel itu tampak bercahaya. Itulah yang dalam istilah kita di dunia dinamakan daerah yang terkena cahaya matahari atau daerah yang bercahaya tanpa kehadiran matahari.[10] Dalam tafsir lain, yaitu tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), “Seluruh pujian hanya untuk Allah karena segala sifat-sifat-Nya yang semuanya merupakan sifat-sifat kesempurnaan, dan juga karena nikmat-nikmat-Nya yang zahir dan yang batin, nikmatnikmat agama maupun dunia, yang telah mengadakan langit dan bumi dan semua makhluk yang berada di dalamnya, dan telah menciptakan kegelapan-kegelapan dan cahaya, yaitu dengan silih bergantinya kedatangan malam dan siang. Dan dalam kejadian tersebut, terdapat bukti petunjuk akan keagungan Allah dan keberhakan Allah semata untuk diibadahi. Maka tidak boleh bagi siapa saja untuk menyekutukan sesuatu dengan-Nya. Dan meskipun hal ini sudah tampak jelas sekali, akan tetapi orang-orang kafir menyamakan Allah dengan selainNya dan mereka nyekutukan-Nya.” Dalam al-Qur’an surah ath-Thalaq ayat 12, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman; ِّ ِ ُ ُ َ َ َ‫ٱ َّ ُّلِل ٱ َّ َِّلى خ ََلَ َ َق بَ َ َ َْ ََٰ َ ََََٰٰ َ َ َٰو ٍّت َو ََِ َ َن ٱ ْ َْل ْر ِض ََِ ََّْلَه َُّن ي َ َتَ َ َ َّي ُه ٱ ْ َْل ََْ َ ُر ٓ َ َْ۟ َََّ ُ َّن ِل َت ْعلَ ُمَ َوا َٱ َّن ٱ َّ َّلِل َع‬ ‫َش ٍّء ِعلْ ًۢما‬ ِ ُ ‫َش ٍّء قَ ِد ٌير َو َٱ َّن ٱ َّ َّلِل قَدْ َٱ َح َاط ِب‬ َْ َْ ‫ك‬ (Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.) Dalam tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), “Hanya Allah semata yang menciptakan langit yang tujuh, dan juga menciptakan bumi yang tujuh. Allah menurunkan sesuatu yang Allah wahyukan kepada para utusan-Nya dan sesuatu yang dengannya Allah mengatur urusan makhluk-Nya di antara langit dan bumi, agar kalian, wahai manusia, tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang melemahkan-Nya, dan bahwa ilmu Allah mencakup segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang keluar dari ilmu dan kuasa Allah.”[11] Dalam tafsir lain, yaitu tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, “Allah mengabarkan bahwa Dia sajalah yang menciptakan langit yang tujuh, dan menciptakan semisal dengan itu dalam jumlah yang sama dari bumi. Allah mengabarkan bahwa Dia yang menurunkan perintah di antara langit dan bumi, yaitu syariat-Nya, hukum agama-Nya yang Allah wahyukan kepada para Rasul-Nya sebagai peringatan bagi seorang hamba dan sebagai ancaman untuk mereka. Begitu juga perintahperintah kauniyyah dan qadariyyah yang makhluk berjalan di atasnya; Allah juga turunkan hujan, dan menggantikan malam dengan siang, dan menggantikan siang dengan malam, dan yang selainnya. Agar makhluk tahu siapa yang kuasa atas makhluk-Nya, karena Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatunya. Dan agar mereka tahu bahwa Allah Maha Luas kuasaNya atas segala sesuatu dari makhluk-Nya. Tidak akan luput dari-Nya walaupun sekecil biji atom di bumi dan di langit.”[12] KESIMPULAN Sistem tata surya adalah kumpulan benda-benda langit yaitu bintang dan biasa dinamai dengan matahari dan benda-benda yang mengelilingi matahari. Benda-benda itu adalah planet-planet, sateli, komet, asteroid, meteorit dan benda-benda langit lainnya, matahari adalah sumber utama tata surya. Sudah menjadi kebenaran ilmiah setiap benda angkasa yang bergerak di angkasa, berapa pun massanya, dikontrol oleh kekuatan gravitasi dan kekuatan kontra gravitasi. Inilah yang oleh al-Qur’an dinamakan al-Uruj. Kalau manusia tidak mengerti pergerakan bendabenda di angkasa, tentu manusia tidak bisa meluncurkan satelit dan tidak pula menjelajahi antariksa. Adapun masuk ke langit tidak mungkin dilakukan kecuali melalui suatu pintu yang dibukakan. Sedangkan pergerakan benda-benda angkasa hanya dalam lintasan berupa garis melengkung, tidak lurus. Itulah sebagian mukjizat ilmiah yang terdapat pada firman Allah, “Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, ‘Sesungguhnya pandangan kami-lah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir’.” (Q.S. Al-Hijr:14-15) Penjelasan al-Qur’an terkait garis edar tata surya, jauh sebelum sains modern mengungkapnya ini membuktikan bahwa al-Qur’an bukan buatan manusia. Tetapi datang langsung dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk menjadi pedoman kehidupan umat manusia. PENGAKUAN Penulis bersyukur kepada Allah SWT. yang telah memberi nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Zubair, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan artikel ini dengan baik. REFERENSI [1] W. A. Diah dan R. H. Listiana, “Sistem Tata Surya, ” Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Nov 2018. [2] A. Malik dan M. Pd, “Penciptaan Alam Semesta Menurut Alquran dan Teori Big Bang,” hlm. 108. [3] T. A. Ananda, N. Safriadi, dan A. S. Sukamto, “Penerapan Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran Mengenal Planet-Planet di Tata Surya,” JUSTIN (Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi), vol. 4, no. 1, Art. no. 1, Des 2015. [4] Khoiriyah, “Evolusi Bintang pada Pembentukan Tata Surya dan Sistem Keplanetan Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni,” [5] O. Saputra, “Revolusidalam Perkembangan Astronomi: Hilangnya Pluto Dalam Keanggotaan Planet Pada Sistem Tata Surya,” Jurnal Filsafat Indonesia, vol. 1, hlm. 71, Mei 2018, doi: 10.23887/jfi.v1i2.13992. [6] Ikhlasul Adi Nugroho, “Bumi dan Antariksa,” Yogyakarta: Empat Pilar, 2007. [7] A. Harfa, “Keseimbangan Penciptaan Bumi Menurut Al-Qur’an dan Sains,” Apr 2015. [8] S. Nurjanah, “Kosmologi dan Sains Dalam Islam,” AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, vol. 18, no. 1, Art. no. 1, Mar 2013. [9] As-Sayyid Mahmud Syukri Al-Alusi, “Al-Qur’an dan Ilmu Astronomi,” Jakarta: Pustaka Azzam, 2004. [10] Nadiah Tharayyarah, “Sains dalam Al-Qur’an,” Jakarta: Dar al-Yamama, 2013. [11] Syaikh Ahmad Syakir, “al-Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, ” 2 ed. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014. [12] Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, “Kitab Al Wajiiz fil Fiqhi Al Islamy, ” Damaskus: Darul Fikr, 1991.