Academia.eduAcademia.edu

MOTIVASI BELAJAR DALAM ALQUR'AN

2020, Adinda Julianti

Dalam al-Qur’an dan al-Hadits, dapat dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Anjuran menuntut ilmu tersebut dibarengi dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu faktor yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan lingkungan sosialnya. Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu memang dibutuhkan, bahkan begitu banyak hadits-hadits yang memberikan pepmahaman tentang manfaat menuntut ilmu dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan dalam hadits-hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang dapat menjadi pedoman sebagai alat untuk memotivasi setiap umat Islam untuk terus menuntut ilmu. Sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan artikel ini ialah Kitab-Kitab hadits, buku-buku hasil karya tulis dari beberapa ahli dan sejarawan pendidikan serta ulama-ulama hadits. Adapun pendekatan yang digunakan untuk membahas cakupan materi di artikel ini ialah dengan menggunakan metode analisa hadits, yakni memilih hadits-hadits yang sesuai dan punya kaitan dengan motivasi belajar/menuntut ilmu, merangkumnya, kemudian menganalisanya berdasarkan pemahaman penulis dan juga berdasarkan ulasan pendapat beberapa ulama tentang hadits-hadits tersebut.

MOTIVASI BELAJAR DALAM AL QUR’AN Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi Dosen Pengampu : Dr. Abdul Hamid, Lc. M.Kom.I DISUSUN OLEH: Adinda Julianti (3120180070) Rizka Alif Via (3120180006) Apriani Lulu Atun N (3120180) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH @2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas segala limpahan Nikmat, Rahmat, Taufik dan Inayah-Nya . Tuhan yang telah menciptakan manusia dan jagat raya ini. Yang telah menganugerahkan beragam kenikmatan kepada manusia, mengutus Rasul-Nya untuk manusia, serta memberikan petunjuk kepada manusia. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya hingga Yaumul Qiyamah. Syukur Alhamdulillah, pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini, dan tentunya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Ucapan terimakasih pemakalah sampaikan kepada : 1. Allah SWT 2. Kedua Orang tua kami 3. Drs. Sutiono, M.Pd selaku ketua program Studi Fakultas Agama Islam (Tarbiyah) 4. Bapak Dr. Abdul Hamid, Lc, M.Kom.I selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi Terlepas dari semua itu, Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan menjadikan amal shalih bagi kami. Aaamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.. Jakarta, November 2020 Tim Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN 3 Latar Belakang 3 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penulisan 3 BAB II PEMBAHASAN 4 Pengertian Motivasi 4 Motivasi Belajar Dalam Perspektif Islam 4 BAB III PENUTUP 6 3.1 Tafsir Surat Al-An’am ayat 50 6 3.2 Tafsir Surat Al-An’am ayat 160 7 3.3 Tafsir Surat Az-Zumar ayat 9 7 3.4 Tafsir Surat Al-Mujadilah ayat 11 9 3.5 Tafsir Surat Al-Isra’ ayat 9 10 BAB IV PENUTUP 12 4.1 Kesimpulan 12 4.2 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam al-Qur’an dan al-Hadits, dapat dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Anjuran menuntut ilmu tersebut dibarengi dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu faktor yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan lingkungan sosialnya. Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu memang dibutuhkan, bahkan begitu banyak hadits-hadits yang memberikan pepmahaman tentang manfaat menuntut ilmu dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan dalam hadits-hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang dapat menjadi pedoman sebagai alat untuk memotivasi setiap umat Islam untuk terus menuntut ilmu. Sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan artikel ini ialah Kitab-Kitab hadits, buku-buku hasil karya tulis dari beberapa ahli dan sejarawan pendidikan serta ulama-ulama hadits. Adapun pendekatan yang digunakan untuk membahas cakupan materi di artikel ini ialah dengan menggunakan metode analisa hadits, yakni memilih hadits-hadits yang sesuai dan punya kaitan dengan motivasi belajar/menuntut ilmu, merangkumnya, kemudian menganalisanya berdasarkan pemahaman penulis dan juga berdasarkan ulasan pendapat beberapa ulama tentang hadits-hadits tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Apa pengertian motivasi? Bagaimana motivasi belajar dalam Islam? Bagaimana tafsir ayat Al-Qur’an mengenai motivasi belajar? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui apa pengertian motivasi, Untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar dalam Islam. Bagaimana tafsir ayat Al-Qur’an mengenai motivasi belajar. BAB II MOTIVASI DALAM AL QUR’AN 2.1 Pengertian Motivasi Dalam Al-Qur’an dan Hadits, dapat dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Anjuran menuntut ilmu tersebut dibarengi dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu faktor yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan lingkungan sosialnya. Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu memang dibutuhkan, bahkan begitu banyak hadits-hadits yang memberikan pemahaman tentang manfaat menuntut ilmu dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan dalam hadits-hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang dapat menjadi pedoman sebagai alat untuk memotivasi setiap umat Islam untuk terus menuntut ilmu. Sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan artikel ini ialah Kitab-Kitab hadits, buku-buku hasil karya tulis dari beberapa ahli dan sejarawan pendidikan serta ulama-ulama hadits. Adapun pendekatan yang digunakan untuk membahas cakupan materi di artikel ini ialah dengan menggunakan metode analisa hadits, yakni memilih hadits-hadits yang sesuai dan punya kaitan dengan motivasi belajar/menuntut ilmu, merangkumnya, kemudian menganalisanya berdasarkan pemahaman penulis dan juga berdasarkan ulasan pendapat beberapa ulama tentang hadits-hadits tersebut. 2.2 Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam Dalam perspektif Islam, para penganutnya sangat dianjurkan untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, ilmu pengetahuan akan mudah didapat oleh penganutnya. Dalam menuntut ilmu, Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana Hadits Rasulullah SAW : “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Baihaqi). Dari hadits di tersebut, jelaslah Islam ingin menekankan kepada umatnya bahwa memiliki semangat belajar yang tinggi sangat baik dan harus dilakukan. Di hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda : “Apabila manusia telah mati, maka putuslah pahala amalnya selain dari tiga yaitu : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakan” (HR. Muslim). Dari Hadits ini, dapat dipahami bahwa seorang muslim yang berilmu pengetahuan dan mampu memanfaatkan ilmunya sesuai dengan tuntunan agama Islam, maka dia akan mendapat reward dunia dan akhirat, dimana di dunia akan mendapat segala kemudahan dalam urusan dunia dan di akhirat mendapat amal yang mengalir dari orang lain yang telah mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat darinya. Sebagai seorang muslim yang baik sudah selayaknya untuk selalu memiliki semangat belajar yang tinggi dan penuh perhatian dalam menggali dan mencari ilmu pengetahuan yang berkuantitas dan berkualitas tinggi. BAB III TAFSIR AYAT AL-QUR’AN TENTANG MOTIVASI BELAJAR 3.1 Surat Al-An’am Ayat 50 قُلْ لَّآ اَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِيْ خَزَاۤىِٕنُ اللّٰهِ وَلَآ اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَآ اَقُوْلُ لَكُمْ اِنِّيْ مَلَكٌۚ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُۗ اَفَلَا تَتَفَكَّرُوْنَ ࣖ  Artinya:” Katakanlah, Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat? Maka apakah kamu tidak menilai ( nya )?.” Fokus Pada Penggalan Ayat قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُۗ اَفَلَا تَتَفَكَّرُوْنَ ࣖ  Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" Sangat jelas sekali disini Allah swt Berfirman seraya menegaskan kepada Nabi Muhammad saw tentang perbedaan orang yang buta (orang yang tidak berilmu) dengan orang yang melihat (orang yang berilmu), orang yang berilmu dia menggunakan ilmunya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah swt, untuk membangun karakter baik dalam dirinya sehingga hidupnya akan terarah dan lebih efektif. Dalam Kitab Ta'lim Mutaallim tentang keutamaan ilmu : قيل لمحمد بن الحسن رحمة الله عليهما شعرا: تعـلـم فــإن الـعلـم زيـن لأهــلــه وفــضـل وعــنـوان لـكـل مـــحامـد وكــن مـستـفـيدا كـل يـوم زيـادة من العـلم واسـبح فى بحـور الفوائـد Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : "Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna." Berbeda Dengan Orang Yang Tidak Berilmu, Dia akan Hidup Dalam Keadaan Sia Sia, Dia Hanya Hidup Dan Berjalan Tanpa Tahu Arah Tujuan Atau Bahkan Malah Kurang Bernilai Perbuatan nya. فـإن فـقيــهـا واحــدا مــتـورعــا أشـد عـلى الشـيطـان من ألـف عابد Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh. 3.2 Surat Al-An’am ayat 160 مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ Artinya: Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) Dalam ayat ini menjelaskan tentang bagi seseorang yang berbuat baik akan mendapatkan pahala 10 kali lipat dari amal yang diperbuat, seperti contoh orang bersodaqoh 1 kurma akan di berikan balasan 10 kurma (kisah sahabat dalam kitab Fadhilah Amal), berbeda dengan orang yang berbuat kejahatan dia akan dibalas sesuai perbuatannya dan tentu dia akan sangat rugi sekali. Sekarang pertanyaannya adalah “ apakah mungkin orang melakukan perbuatan baik mengerjakannya tanpa mengetahui ilmunya berbuat baik ?, Jadi mustahil sekali orang berbuat baik tapi tidak mengetahui ilmunya, perbuatan buruk seperti maling saja ada ilmunya. “ Naudzubillahi Min dzalik “ 3.3 Surat Az-Zumar ayat 9 أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰب Artinya: “(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” Dalam Ayat Ini Allah swt membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh keduanya tidak sama terlepas dari substansi ilmu pengetahuan yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh jelas tidak sama seperti halnya antara orang buta dan orang yang melihat, kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dan mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka. Asnil Sudah Ritongga Dan Irwan ( Ed.), Tafsir Tarbawi, ( Bandung : Citapustaka Media, th 2013 ) h. 18 Kemudian Di Perjelas Oleh Allah swt Dalam Penggalan Ayat : قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Al Maraghi mengatakan: katakanlah hai Rasul kepada kaummu, adakah sama orang-orang yang mengetahui bahwa Ia mendapatkan pahala karena ketaatan kepada Tuhannya dan akan mendapatkan siksa yang di sebabkan kerduhakaannya, dengan orang-orang yang tidak mengetahui hal yang demikian itu ungkapan pertanyaan dalam ayat ini menunjukkan bahwa yang pertama orang-orang yang mengetahui akan dapat mencapai derajat kebaikan sedangkan yang kedua orang-orang yang tidak mengetahui akan mendapat kehinaan dan keburukan. Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid VIII, (Beirut: Dar Al-Fikr, tp. Th.), h. 151 Pada ayat tersebut terlihat adanya hubungan orang yang mengetahui berilmu ( ulama ) dengan melakukan ibadah waktu malam karena takut terhadap siksaan Allah di akhirat serta mengharapkan Rahmat dari Allah dan juga menerangkan bahwa sikap yang demikian itu merupakan salah satu ciri dari Ulul Albab, yaitu orang yang menggunakan pikiran, akal dan Nalar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menggunakan hati untuk menggunakan dan mengarahkan ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan aqidah ketekunan beribadah dan ketinggian Akhlak Yang Mulia. 3.4 Surat Al-Mujadilah ayat 11 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Fokus Pada Penggalan Ayat يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِير “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Di penggalan ayat ini Allah swt menjelaskan tentang keutamaan nya orang berilmu, pokok dasar kehidupan manusia adalah iman sedangkan ilmu itu adalah penggiringan nya, jika seseorang beriman tapi tidak berilmu maka dia akan terperosok dalam perkara yang dia anggap sebagai cara untuk mendekatkan dirinya kepada Rabb tapi justru malah membuat dirinya semakin jauh. Orang berilmu tapi tidak beriman itu akan membuat dirinya semakin jauh dari Rabb dan bahkan ilmu tersebut akan membahayakan bagi dirinya dan orang lain, seperti contoh ilmu manusia tentang tenaga atom, alangkah penting ilmu itu, itu kalau disertai Iman. Karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh perikemanusiaan. Tetapi ilmu itu pun dapat dipergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia, karena jiwanya tidak dikontrol oleh Iman kepada Allah swt. Hamka, Tafsir Al Azhar, Juz IX, (Singapura : PTE lteid Singapura, 1994), Hlm 7229 Di ayat ini juga jelas Allah akan meninggikan derajatnya, menurut Wahbah Azzuhaili bahwasanya derajatnya tidak akan hanya diangkat pada saat diakhirat nanti, melainkan Allah juga mengangkat derajatnya didunia berkat ilmunya, dia akan dimuliakan di majelis-majelis ataupun perkumpulan-perkumpulan manusia. Dengan ilmu yang disertai iman tadi ia mendapatkan pahala yang berlipat dan kemuliaan. Wahbah Azzuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid IXV, (Jakarta: Gema Insani, 2014), Hlm 417 Menurut Quraish Shihab di dalam Tafsir Al-Mishbah beliau menyebutkan bahwasanya; Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari yang sekadar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan , kesan dan Keserasian Al Quran, Jilid IXV, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm 79 Tentu saja yang dimaksud dengan alladzina utu al-‘ilm/yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, atau tulisan maupun dengan keteladanan. 3.5 Surat Al-Isra ayat 39 ذَٰلِكَ مِمَّآ أَوْحَىٰٓ إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ ٱلْحِكْمَةِ ۗ وَلَا تَجْعَلْ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَتُلْقَىٰ فِى جَهَنَّمَ مَلُومًا مَّدْحُورًا Artinya: Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). Dalam ayat 39 dijelaskan bahwa hal yang diatas karena hikmah adalah perintah melakukan perbuatan yang baik dan berakhlak mulia, serta larangan melakukan perbuatan yang buruk dan berakhlak hina. Perintah dan larangan yang disebutkan termasuk hikmah, di mana orang yang diberikannya sama saja telah diberikan kebaikan yang banyak. Kemudian di akhir ayat, Allah SWT menutup lagi dengan larangan beribadah kepada selain Allah karena begitu besarnya perkara ini yakni memperoleh celaan dari Allah, malaikat, dan manusia. Seseorang Bisa Mendapatkan Hikmah Dari Allah swt itu tidak Dengan Hanya Dia Saja, Tentu Juga ada prosesnya, Hikmah Itupun adalah Ilmu Dan Mendapatkan Dengan Cara Memperlajari Ilmu syariat dan Dengan Berdakwah Mengajak Manusia Kepada Kebenaran Serta Mengamalkan Nahi Mungkar, Dengan Dakwah Manusia Bisa Sedikit Menuju Jalan untuk Mendapatkan Ilmu Hikmah Jika Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dan lingkungan, karena manusia akan menjadi semakin egois, konsumeristis, dan hedonis. Manusia hanya akan mementingkan dirinya sendiri tanpa mau memikirkan lingkungannya dan tidak peduli terhadap kesulitan dan penderitaan masyarakat lain. Manusia juga akan memanfaatkan apa saja untuk memuaskan hawa nafsunya. Dalam hal yang demikian itu, korupsi, penumpukan kekayaan, pemuasan kehidupan seksual, penggunaan narkoba menjadi hal yang biasa Abdul Hamid, (2015). Pengantar Studi Dakwah. Pamulang: Gema Amalia Pres, Cet-ke.1, h. 19 Oleh Sebab Itu Untuk Mendapatkan Ilmu Hikmah Itu Cara nya Juga Harus mempelajari ilmu syariat Adapun beberapa isi atau kandungan yang dapat kita ambil dari Q.S Al-Isra Ayat 39 ini ialah: Allah SWT telah mengajarkan kepada nabi Muhammad SAW sebagian hikmah / tata krama (dalam pergaulan). Maka sepatutnyalah kita menerapkannya dalam hidup dan kehidupan kita, sesuai dengan ajaran Allah SWT. Manusia dilarang menjadikan sesuatu apapun menjadi tuhannya, melainkan hanya Allah lah Tuhan yang patut mereka sembah.. Merugilah bagi mereka yang menyekutukan Allah, karena kelak Allah akan mencampakkan mereka ke dalam neraka Jahannam (dalam keadaan) tercela serta tak dirahmati. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari ayat di atas , dapat diambil beberapa pelajaran sebagai berikut; Dalam surat al-mujadalah ayat 11: Beretika baik terhadap semua orang khususnya dalam mengikuti majlis ilmu. Berbuat lapang kepada semua orang dalam suatu majlis. Allah akan meninggikan derajat orang- orang yang beriman dan orang- orang yangberilmu. Dalam surat az-zumar ayat 9: Perbandingan orang yang beruntung (selalu taat pada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya) dengan orang yang rugi (kafir). Tidak sama antara orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dengan orang bodoh. Dalam surat al-an’am ayat 50: Sikap para nabi terhadap masyarakat selalu berdasarkan kejujuran. Jika mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka mereka akan mengatakan yang demikian itu kepada masyarakat. Memberantas kesewenang-wenangan dan khurafat merupakan salah satu dari program-program para nabi. Dalam Surat al-an'am ayat 160 : Keutamaan Orang Yang Berbuat Baik, Perbuatan baik itu walapun Cuma sedikit akan di balas 10 Kali Lipat Orang Yang Niat Berbuat Baik Saja Pahalanya sudah di tulis, Berbeda Dengan Orang yang berbuat buruk, Dia akan di tulis ketika sudah dia kerjakan Dalam surat al-isra’ ayat 39: Allah SWT telah mengajarkan kepada nabi Muhammad SAW sebagian hikmah / tata krama (dalam pergaulan). Maka sepatutnyalah kita menerapkannya dalam hidup dan kehidupan kita, sesuai dengan ajaran Allah SWT. Manusia dilarang menjadikan sesuatu apapun menjadi tuhannya, melainkan hanya Allah lah Tuhan yang patut mereka sembah. Merugilah bagi mereka yang menyekutukan Allah, karena kelak Allah akan mencampakkan mereka ke dalam neraka Jahannam (dalam keadaan) tercela serta tak dirahmati. DAFTAR PUSTAKA Ritongga, Ansil Sudah dan Irwan. 2013. Tafsir Tarbawi. Bandung : Cita Pustaka Media Al Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Al Maraghi. Beirut : Dark Al Fikr Hamka. 1994. Tafsir Al Azhar Juz IX. Singapura : PTE Iteid Singapura Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta : Lentera Hati Azzuhaili, Wahbah. 2014. Tafsir Al Misbah Jilid IXV. Jakarta : Gema Insani Hamid, Abdul. 2015. Pengantar Studi Dakwah. Pamulang : Gema Amalia Press 1