LAPORAN AKHIR
PENGUJIAN BETON
OLEH :
Yogi Nikman
5153111049
Joko Aldianto
5151111030
Indra Swandi Lumban G.
5151111029
Zulfiani
5152111021
Kelas
: Reguler C
Mata Kuliah
: Pengujian Material & Bahan
Dosen Pengampu
: Dr. Putri Lynna A. Luthan, M.Sc
Syahreza Alvan, ST., M.Si
Pendidikan Teknik Bangunan
Fakultas Teknik
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Pengujian Beton ini tepat pada
waktunya.
Maksud dari penyusunan laporan Pengujian Beton adalah sebagai salah satu
komponen penilaian dan dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses
belajar mengajar mata kuliah Pengujian Material & Bahan, serta dengan harapan untuk
memotivasi penulis sehingga mampu memahami segala pembahasan dan aplikasi yang
berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak akan
selesai dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Dr. Putri Lynna A. Luthan, M.Sc. dan Syahreza Alvan, ST., M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah, yang telah membimbing dan mengarahkan kami;
(2) Pegawai dan asisten laboratorium beton Fakultas Teknik Unimed yang telah
membantu dan mengizinkan kami dalam melakukan praktikum;
(3) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral dalam
penyelesaian tugas ini
(4) Sahabat dan senior yang telah bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan
praktikum seta membantu mencari rujukan dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya dan dapat memberikan sumbangan berharga dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Apabila ingin memberikan kritikan, saran maupun pertanyaan khusus
mengenai isi laporan ini, anda dapat menghubungi penulis lewat :
E-mail
=
[email protected]
Instagram = yogi_nikman (melalui DM)
Medan, 30 Mei 2017
Kelompok 1
Laporan Akhir Pengujian Beton | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................................
ii
PENGUJIAN
1. ANALISA AYAKAN PASIR & KERIKIL ........................
1
PENGUJIAN
2. KADAR LUMPUR PASIR & KERIKIL ............................
10
PENGUJIAN
3. BERAT JENIS ABSORBSI PASIR & KERIKIL ...............
17
PENGUJIAN
4. KEAUSAN AGREGAT DENGAN LOS ANGELES …....
26
PENGUJIAN
5. UJI ZAT ORGANIK AGREGAT HALUS .........................
32
PENGUJIAN
6. WAKTU IKAT SEMEN.......................................................
38
PENGUJIAN
7. BERAT JENIS SEMEN .......................................................
44
PENGUJIAN
8. MIX DESIGN BETON K-175 .............................................
50
PENGUJIAN
9. PEMBUATAN BENDA UJI BETON K-175 ......................
61
PENGUJIAN 10. UJI KUAT TEKAN BETON ...............................................
68
Oleh Kelompok 1 – Reguler C :
Yogi Nikman
(5153111049)
Joko Aldianto
(5151111030)
Indra Swandi Lumban Gaol
(5151111029)
Zulfiani
(5152111021)
Laporan Akhir Pengujian Beton | ii
Pengujian 1
ANALISA AYAKAN
PASIR & KERIKIL
I. DASAR TEORI
Menurut Balitbang PU, analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat
butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka – angka persentase
digambarkan pada grafik pembagian butir.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama
(seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi
akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori
diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi.
Keadaan gradasi suatu agregat sangat mempengaruhi kekuatan dan keekonomisan
suatu beton. Agregat dengan gradasi yang homogen dikatakan bergradasi jelek dan tidak
bisa dipakai sebagai campuran beton. Karena dengan perbutiran yang homogen akan
banyak ruang – ruang kosong atau celah di antara agregat tersebut. Ruang kosong ini
dengan sendirinya akan terisi oleh semen, sehingga pemakaian semen akan berlebihan dan
pembiayaan menjadi tidak ekonomis. Juga ditinjau dari sifat semen yang menyusut bila
mongering sehingga partikel – partikel tidak terikat dengan baik yang mengakibatkan
timbulnya kerapuhan atau retak.
Jadi agregat yang baik untuk beton ialah agregat dengan perbutirannya yang
bervariasi, karena ruang – ruang kosong antara partikel akan terisi oleh partikel yang lebih
kecil dan semen akan mengisi ruangan yang tidak terisi oleh partikel yang lebih kecil,
sehingga pemakaian semen bisa lebih hemat dan yang lebih penting pengikatan partikel
oleh semen dapat berlangsung dengan baik.
Derajat kehalusan (kekerasan) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan atau
fineness modulus.
-
Pasir halus
: 2,20 < FM ≤ 2,60
-
Pasir sedang
: 2,60 < FM ≤ 2,90
-
Pasir kasar
: 2,90 < FM ≤ 3,20
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 2
SK.SNI. T-15-1990 -3 meberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang diapdosi
dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam 4 daerah (zona)
seperti pada tabel 1 di bawah.
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
a. Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar dan
agregat halus.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 3
III. ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Timbangan
2. Shieve Shaker Machine
3. 1 Set Ayakan Standar ASTM
2. Sekop Kecil
IV. TATA CARA PENGUJIAN
A. Prosedur Percobaan Analisa Ayakan Agregat Halus
1. Ambil pasir yang telah kering oven (110 ± 5)°C
2. Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing – masing sebanyak 1000gr.
3. Susun ayakan berturut – turut dari atas ke bawah : 4.76, 2.38, 1.19, 0.6, 0.3,
0.15 mm dan pan
4. Tempatkan susunan ayakan tersebut di atas shieve shaker machine
5. Masukkan sampel I pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat
6. Mesin dihidupkan selama 5 menit
7. Timbang sampel yang tertahan pada masing – masing ayakan
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 4
B. Prosedur Percobaan Analisa Ayakan Agregat Kasar
1.
Sediakan kerikil sebanyak 2 sampel masing – masing sebanyak 2000 gr.
2.
Susun ayakan berturut – turut dari atas ke bawah : 38.1, 19.1, 9.52, 4.76, 2.38,
1.19, 0.6, 0.3, 0.15 mm dan pan
3.
Tempatkan susunan ayakan tersebut di atas shieve shaker machine
4.
Masukkan sampel I pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat
5.
Mesin dihidupkan selama 10 menit
6.
Timbang sampel yang tertahan pada masing – masing ayakan
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Pasir Alam
Quarry
: Material milik Lab Unimed
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Berat Tertahan
Lubang
Ayakan (mm)
(No.)
Berat Sampel
(gram)
Berat Total
(gram)
4.75 (No.4)
2.36 (No.8)
1.18 (No.16)
0.60 (No.30)
0.30 (No.50)
0.15 (No. 100)
Pan
Total
68
128
130
208
264
154
48
1000
68
128
130
208
264
154
48
1000
B. Material
: Batu Pecah
Quarry
: Material milik Lab Unimed
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 5
Berat tertahan
Lubang Ayakan (mm)
(No.)
Berat
Sampel 1
(gram)
37.50 (1 1/2 - in)
19.00 (3/4 - in)
9.50 (3/8 – in)
4.75 (No.4)
Pan
Total
Berat Total
(gram)
0
32
718
218
32
1000
0
32
718
218
32
1000
VI. ANALISA DATA
A. Pasir
Berat Tertahan
Lubang Ayakan
(mm) (No.)
4.75 (No.4)
2.36 (No.8)
1.18 (No.16)
0.60 (No.30)
0.30 (No.50)
0.15 (No. 100)
Pan
Total
Berat
Sampel
(gram)
68
128
130
208
264
154
48
1000
Berat
Total
(gram)
Kumulatif
%
Tertahan
(%)
Lolos(%)
6.81
19.64
32.67
53.51
79.76
95.19
100.00
387.58
93.19
80.36
67.33
46.49
20.24
4.81
0.00
-
68
6.81
128 12.83
130 13.03
208 20.84
264 26.25
154 15.43
48
4.81
1000 100.00
Fine Modulus =
387.58
100
= 3.87
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 6
Batas Atas Zona
Batas Bawah Zona
Gradasi Pasir
Batas Atas Zona
Batas Bawah Zona
Gradasi Pasir
Batas Atas Zona
Batas Bawah Zona
Gradasi Pasir
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 7
Batas Atas Zona
Batas Bawah Zona
Gradasi Pasir
B. Kerikil
Berat Tertahan
Lubang Ayakan
(mm) (No.)
Berat
Sampel
1 (gram)
Berat
Total
(gram)
37.50 (1 1/2 - in)
19.00 (3/4 - in)
9.50 (3/8 – in)
4.75 (No.4)
Pan
Total
0
32
718
218
32
1000
0
32
718
218
32
1000
Kumulatif
Tertahan
(%)
%
0
3.2
71.8
21.8
3.2
100
Fine Modulus =
Lolos(%)
0
3.2
75.0
96.8
100.0
275.0
275.0
100
= 2.75
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 8
VII. KESIMPULAN
Dari hasil analisa ayakan pasir yang telah dilakukan, didapatkan bahwa pasir yang
diuji berada pada Daerah Gradasi II, yang termasuk dalam pasir agak kasar, dengan Fine
Modulus sebesar 3.87. Sedangkan Fine Modulus Agregat kasar (kerikil) sebesar 2.75.
Semakin banyak agregat halus maupun kasar yang lolos saringan dengan nomor
saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan analisa lolos ayakan
tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut. Sebaliknya jika semakin
banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan kriteria nomor saringan maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut buruk. Oleh karena itu angka
kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat.
DAFTAR PUSTAKA
•
Mulyono, Tri. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi
•
SNI T-15-1990-03 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Bandung : LPMB
•
H, Hafilandeni. http://www.academia.edu/3636945/BAHAN_KULIAH_
TEKNOLOGI_BETON. Diakses pada : 2 Maret 2017.
Pengujian 1 - Analisa Ayakan Pasir & Kerikil | 9
Pengujian 2
KADAR LUMPUR
PASIR & KERIKIL
I. DASAR TEORI
Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat
dan lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan butiran
agregat akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat
sehingga akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton.
Lumpur dan debu hasil pemecahan batu adalah partikel berukuran antara
0,002 mm s/d 0,006 mm (2 s/d 6 mikron). Adanya lumpur dan tanah liat
menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam pembuatan
beton, disamping itu pula akan menyebabkan turunnya kekuatan beton yang
bersangkutan serta menambah penyusutan dan creep.
Untuk mendapatkan kuat tekan beton yang tinggi dapat dilakukan dengan
cara meminimalkan kandungan lumpur yang terkandung dalam agregat halus
ataupun kasar. Berpangkal pengaruh kadar lumpur yang bervariasi terhadap kuat
beton. Variasi kadar lumpur pada agregat adalah sebagai berikut :
Agregat Halus (Pasir)
Agregat Kasar (Kerikil)
Bersih (0% - 3%)
Sedang (3% - 5%)
Bersih (< 1%)
Kotor (5% - 7%)
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat menentukan persentase kadar
lumpur pada pasir dan kerikil.
Kelompok I – Kadar Lumpur Pasir & Kerikil | 11
III. ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Timbangan
2. Saringan No. 200
3. Mangkok Alumunium
4. Sekop Kecil
5. Oven
Kelompok I – Kadar Lumpur Pasir & Kerikil | 12
IV. TATA CARA PENGUJIAN
A. Prosedur Percobaan Kadar Lumpur Agregat Halus
1. Sediakan pasir sebanyak 500 gram untuk tiap sampel dalam keadaan
kering oven dan belum dicuci.
2. Tuang pasir ke dalam ayakan no. 200 dan siram dengan air melalui
kran sambil digoyang-goyang.
3. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas sehingga air yang
keluar melalui ayakan terlihat jernih dan bersih.
4. Setelah dirasa bersih, tiriskan air yang masih ada pada pasir dan pan.
5. Usahakan pasir di dalam pan tidak tumpah keluar.
6. Pindahkan pasir ke dalam mangkok alumunium, lalu keringkan dalam
oven selama 24 jam.
7. Timbang pasir yang dikeluarkan dari oven, lalu catat dan hitung
persentase kadar lumpur yang terkandung.
B. Prosedur Percobaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
1. Sediakan kerikil sebanyak 1000 gram untuk tiap sampel dalam
keadaan kering oven dan belum dicuci.
2. Tuang kerikil ke dalam ayakan no. 200 dan siram dengan air melalui
kran sambil digoyang-goyang.
3. Setelah dirasa bersih, tiriskan air yang masih ada pada kerikil dan pan.
4. Pindahkan kerikil ke dalam mangkok alumunium, lalu keringkan
dalam oven selama 24 jam.
5. Timbang kerikil yang dikeluarkan dari oven, lalu catat dan hitung
persentase kadar lumpur yang terkandung.
Kelompok I – Kadar Lumpur Pasir & Kerikil | 13
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Pasir Alam
Quarry
: Material milik Lab Unimed
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
KETERANGAN
SAMPEL I (gram)
Berat Pasir Mula-Mula (gr)
500
Berat Pasir Kering (gr)
472
Kandungan Lumpur (gr)
28
B. Material
: Batu Pecah
Quarry
: Unknown (Material milik Lab Unimed)
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
KETERANGAN
SAMPEL I (gram)
Berat Kerikil Mula-Mula (gr)
1000
Berat Kerikil Kering (gr)
994
Kandungan Lumpur (gr)
6
Kelompok I – Kadar Lumpur Pasir & Kerikil | 14
VI. ANALISA DATA
𝐾𝐿 (%) =
𝐵𝑀−𝐵𝐾
𝐵𝐾
Keterangan :
KL (%)
= Kadar Lumpur agregat
BM (gram) = Berat sampel mula-mula
BK (gram) = Berat sampel kering oven
A. Pasir
KETERANGAN
SAMPEL I
Berat Pasir Mula-Mula
500 gr
Berat Pasir Kering
472 gr
Kandungan Lumpur
5,93 %
B. Kerikil
KETERANGAN
SAMPEL I
Berat Kerikil Mula-Mula
1000 gr
Berat Kerikil Kering
994 gr
Kandungan Lumpur
0,604 %
Kelompok I – Kadar Lumpur Pasir & Kerikil | 15
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kadar lumpur pasir dan kerikil yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa pasir mengandung kadar lumpur sebesar 5,93 %. Ini
menunjukkan bahwa agregat halus (pasir) tersebut kotor karena mengandung
kadar lumpur sebesar 5% - 7%.
Sedangkan kerikil yang diuji mengandung kadar lumpur sebesar 0,604 %,
yang menunjukkan bahwa agregat kasar (kerikil) tersebut bersih karena
mengandung kadar lumpur dibawah 1%.
DAFTAR PUSTAKA
•
Mulyono, Tri. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi
•
Sarwa dkk. 2017. Modul praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan :
Unimed.
•
Maulidawati,
Gina.
2014.
Pengujian
Kadar
Lumpur
Agregat.
http://ginamilda.blogspot.co.id/2014/11/pengujian-kadar-lumpur-agregat.
Diakses 11 Maret 2017.
Kelompok I – Kadar Lumpur Pasir & Kerikil | 16
Pengujian 3
BERAT JENIS
ABSORBSI
PASIR & KERIKIL
I.
DASAR TEORI
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air pada
volume yang sama. Maka dalam praktikum ini diadakan percobaan untuk
menentukan harga:
•
Berat jenis kerikil kering
•
Berat jenis kerikil semu
•
Berat jenis SSD (Saturated Surface Dry)
Berat jenis dari ketiga kondisi kerikil diatas dapat diketahui dengan menggunakan
rumus:
A
Berat jenis kering = B−C
Berat jenis SSD =
B
A−C
A
Berat jenis semu = A−C
Absorbsi kerikil juga perlu diketahui dalam menentukan banyaknya air yang
diperlukan untuk suatu agregat dalam campuran beton, dengan rumus sebagai
berikut :
B
% Absorbsi = B−A x 100%
Dimana : A = Berat agregat dalam keadaan kering
B = Berat agregat dalam keadaan SSD
C = Berat agregat dalam air
Dalam praktikum ini juga akan dilakukan percobaan untuk mencari berat
jenis dari agregat halus/ pasir. Ada 3(tiga) keadaan pasir yang digunakan dalam
percobaan ini, antara lain:
•
Pasir kering dimana pori – pori pasir berisikan udara tanpa air dengan
kandungan air sama dengan 0%.
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 18
•
Pasir dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry) dimana permukaan
pasir jenuh dengan uap air sedangkan didalamnya kering. Pasir dalam
keadaan inilah yang sering digunakan.
•
Pasir dalam keadaan semu, dimana pasir basah total dengan pori – pori
jenuh air. Pasir ini masih dalam keadaan basah walaupun permukaan
pasir tidak ada air.
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaan SSD
dengan volume benda uji dalam keadaan SSD.
Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat benda uji yang
hilang terhadap berat benda uji kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD
sampai keadaan kering. Berat jenis pasir ini perlu diketahui tinggi mould untuk
menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran beton.
𝐴
𝐵𝐽 𝐵𝑢𝑙𝑘 = (𝐵+𝑆−𝐶)
Keterangan :
A (gram) = Berat pasir kering oven
𝑆
𝐵𝐽 𝑆𝑆𝐷 = (𝐵+𝑆−𝐶)
B (gram) = Berat piknometer + air
C (gram) = Berat piknometer + air + pasir
S (gram) = Berat pasir dalam keadaan SSD
𝐴
𝐵𝐽 𝑆𝑒𝑚𝑢 = (𝐵+𝐴−𝐶)
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 =
(𝑆−𝐴)𝑥 100
𝐴
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Berat jenis agregat kasar (kerikil) perlu diketahui untuk menentukan
banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran beton. Absorbsi kerikil juga
perlu diketahui dalam menentukan banyaknya air yang diperlukan untuk suatu
agregat dalam campuran beton.
Berat jenis pasir perlu diketahui untuk menghitung banyaknya volume
yang ditempati oleh pasir dalam berbagai campuran yang mengandung agregat
halus tersebut, termasuk dalam campuran beton.
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 19
III.
ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Timbangan
2. Ember
3. Sekop Kecil
4. Termometer
5. Piknometer
6. Kerucut dan Penumbuk
7. Mangkok
8. Desikator
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 20
9. Oven
IV.
10. Dunagan test set
TATA CARA PENGUJIAN
A. Prosedur Percobaan Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus
1) Sediakan pasir secukupnya.
2) Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam.
3) Pasir tersebut dianginkan hingga tercapai kondisi kering permukaan.
4) Untuk mencapai pasir dalam keadaan SSD adalah sebagai berikut :
masukkan pasir kedalam kerucut SSD 1/3 tinggi, lalu rojok sebanyak 25
kali, kemudian isi pasir hingga ketinggian 2/3 tinggi, kembali rojok
sebanyak 25 kali. Demikian seterusnya diisi hingga penuh dan dirojok 25
kali. Setelah itu kerucut SSD diangkat secara perlahan, dan apabila pasir
runtuh pada bagian atasnya (tidak keseluruhan) berarti pasir dalam keadaan
SSD.
5) Sediakan pasir yang telah mencapai kondisi SSD dalam dua bagian,
masing-masing seberat 500 gr. Bagian yang pertama dimasukkan ke dalam
oven dan keringkan selama 24 jam. Bagian yang lainnya di masukkan ke
dalam piknometer kemudiaan di isi dengan air kemudian di guncang
berulang – ulang dengan tujuan agar udara yang ada dalam pasir keluar, ini
ditandai dengan keluarnya buih dalam pasir. Buih yang keluar tersebut di
buang dengan cara mengisi piknometer dengan air, sampai melimpah dari
leher piknometer tersebut. Pengisian air dilakukan secar perlahan – lahan.
Setelah udara tidak ada lagi, atur agar air sampai batas garis merah.
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 21
6) Lalu timbang berat piknometer + pasir + air.
7) Buang isi piknometer kemudian isi dengan air bersih hingga batas garis
merah.
8) Timbang berat piknometer + air dan catat hasilnya.
9) Untuk pasir yang telah di oven, setelah kering dilakukan penimbangan.
10) Ulangi percobaan diatas untuk sampel kedua.
B. Prosedur Percobaan Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Kasar
1) Kerikil diayak dengan ayakan 19.1 mm dan 4.76 mm. kita ambil kerikil
yang lolos ayakan 19.1 mm dan yang tertahan diayakan 4.76 mm ± 3 kg.
2) Rendam kerikil tersebut dalam suatu ember dengan air selama 24 jam.
3) Kerikil hasil rendaman tersebut dikeringkan hingga didapat kondisi
kering permukaan (SSD) dengan menggunakan kain lap.
4) Siapkan kerikil sebanyak 2 x 1250 gr untuk 2(dua) sampel.
5) Atur kesetimbangan air dan keranjang pada Dunagan test set sampai
jarum menunjukkan setimbang pada saat air dalam kondisi tenang.
6) Masukkan kerikil yang telah mencapai kondisi SSD ke dalam keranjang
yang berisi air.
7) Lalu timbang berat air + keranjang + kerikil.
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 22
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Pasir Alam
Quarry
: Unknown (Material milik Lab Unimed)
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Keterangan
Berat Piknometer + Air + Pasir
Berat Piknometer + Air
Berat Pasir SSD
Berat Pasir Kering Oven
B. Material
Sampel 1
(gram)
940.1
641.8
500
495
Sampel 2
(gram)
936.6
641.8
500.0
494.0
: Batu Pecah
Quarry
: Unknown (Material milik Lab Unimed)
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Keterangan
Berat Kerikil SSD
Berat Kerikil di Dalam Air
Berat Kerikil Kering Oven
Sampel 1
1250 gr
692 gr
1142 gr
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 23
VI.
ANALISA DATA
A. Pasir
Keterangan
Berat Piknometer + Air + Pasir (gr)
Berat Piknometer + Air (gr)
Berat Pasir SSD (gr)
Berat Pasir Kering Oven (gr)
A
Berat Jenis Bulk = (B+S−C)
S
Berat Jenis SSD = (B+S−C)
A
Berat Jenis Semu = (B+A−C)
Absorbsi =
(S−A) 𝑥 100
A
Sampel 1 Sampel 2 Rata - rata
936.6
940.1
938.4 gr
641.8
641.8
641.8 gr
500.0
500
500 gr
495
494.0
494.5 gr
2.45
2.41
2.43
2.48
2.44
2.46
2.52
2.48
2.50
1.01
1.21
1.11
B. Kerikil
Keterangan
Berat Kerikil SSD (B)
Berat Kerikil di Dalam Air (C)
Berat Kerikil Kering Oven (A)
A
Berat Jenis Bulk = (B−C)
B
Sampel 1
1250 gr
692 gr
1142 gr
2.05
Berat Jenis SSD = (B−C)
2.24
Absorbsi =
9.46
Berat Jenis Semu =
A
(A−C)
(B−A) 𝑥 100
A
2.54
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 24
VII. KESIMPULAN
Berat agregat kasar pada kondisi JKP/SSD mengalami penyusutan setelah
agregat kasar dikeringkan dalam oven. Hal ini disebabkan adanya penurunan
kadar air secara sempurna sehingga tidak ada penyerapan air yang mana sangat
berpengaruh pada massa agregat kasar, dimana massa agregat kasar mengalami
penurunan akibat dari penyusutan kadar air yang terkandung dalam agregat kasar.
Dengan demikian berat jenis agregat kasar pada saat kering oven lebih kecil
dari berat jenis benda uji pada saat JKP/ SSD. Lain halnya dengan perubahan
berat agregat halus saat diuji dalam piknometer dengan penambahan air, hal ini
justru menjadikan berat agregat halus bertambah karena adanya penyerapan air
oleh agregat halus sehingga kadar air meningkat. Dari hal tersebut menyebabkan
berat jenis agregat halus pada saat keadaan tersebut lebih besar dari berat jenis
agregat halus saat keadaan JKP/ SSD.
DAFTAR PUSTAKA
•
Mulyono, Tri. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed
•
SNI 03-1979-1990. Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air
Agregat Halus. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Kelompok I – Berat Jenis Absorbsi Pasir & Kerikil | 25
Pengujian 4
KEAUSAN AGREGAT
DENGAN MESIN LOS
ANGELES
I.
DASAR TEORI
Keausan adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena
adanya gesekan antara permukaan padatan dengan benda lain. adalah
perbandingan berat suatu benda dengan berat air pada volume yang sama. Maka
dalam praktikum ini diadakan percobaan untuk menentukan harga:
Kerikil sebagai bahan campuran beton haruslah memiliki ketahanan
terhadap
pengausan.
Kemampuan
pengausan
ini
menunjukkan
tingkat
kemampuan dari agregat tersebut untuk menahan pengrusakan yang terjadi karena
adanya tekanan, bantingan dan pengikisan yang terjadi terhadap permukaan
agregat kasar sewaktu diangkut, dibongkar dan melakukan pekerjaan lapangan
lainnya.
Agregat yang rapuh kurang baik digunakan sebagai bahan konstruksi dan
akan tidak ekonomis. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya material yang rusak
selama proses pengangkutan dan pembongkaran dari lokasi pengambilan ke lokasi
proyek.
Percobaan ini memakai mesin Los Angeles dengan 11 buah peluru dan
putaran mesin sebanyak 500 kali. Menurut SNI-2417-2008, pengklasifikasian
agregat kasar berdasarkan bagian yang hancur < 1,7 mm dengan 500 x putaran
yaitu:
•
Agregat mutu rendah (≤ 20 Mpa)
•
Agregat mutu sedang (21 – 40 Mpa) = maks. 40 %
•
Agregat mutu tinggi (> 40 Mpa)
= maks. 50 %
= maks. 27 %
Rumus untuk menghitung persen keausan agregat kasar seperti di bawah ini:
𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 =
𝑎−𝑏
𝑥 100%
𝑎
Keterangan :
a (gram) = Berat benda uji semula
b (gram) = Berat benda uji tertahan saringan no. 12
Kelompok I – Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles | 27
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui angka keausan agregat kasar,
yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan no.
12 (1,68 mm) terhadap berat semula, dalam persen.
Pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar.
Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.
III.
ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Timbangan
2. Mesin Los Angeles
3. Peluru pengaus, 11 buah
4. Ayakan No. 12
Kelompok I – Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles | 28
5. Pan
IV.
1)
6. Oven
TATA CARA PENGUJIAN
Sediakan agregat yang lolos ayakan no. 3/4” tertahan no. 1/2” dan lolos
no. 1/2”, tertahan 3/8”, dengan berat masing-masing 2500 gram (2
sampel).
2)
Rendam agregat tersebut dalam air selama 24 jam, lalu jemur hingga
cukup kering SSD.
3)
Pengujian pada mesin Los Angeles dilakukan menurut gradasi agregat,
dalam pengujian ini berdasarkan gradasi 1/2” dan 3/8”.
4)
Masukkan peluru sebanyak 11 buah dan sampel agregat ke dalam mesin
los angeles.
5)
Tutup dan kunci penutup pada mesin Los Angeles.
6)
Atur mesin untuk putaran 500 kali.
7)
Setelah mesin berhenti, keluarkan sampel lalu tampung di atas pan yang
diletakkan di bawah mesin.
8)
Ayakan sampel tersebut dengan ayakan no. 12 (∅ 1,68 mm).
9)
Agregat yang tertinggal diatas ayakan tersebut lalu dicuci bersih,
kemudian di oven selama 24 jam.
10) Timbang hasil pengeringan di dalam oven, lalu hitung persentase keausan
antara berat mula-mula dan berat akhir.
Kelompok I – Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles | 29
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Batu pecah
Quarry
: Material milik Lab Unimed
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Sampel
Keterangan
Tertahan
∅ 12,5 mm
Berat mula-mula (gr)
2500
Berat Tertahan ∅ 1,68 mm (gr)
VI.
Tertahan
∅ 9,5 mm
2500
2050
1986
ANALISA DATA
• 𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 (∅ 𝟏𝟐, 𝟓 𝐦𝐦) =
• 𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 (∅ 𝟗, 𝟓 𝐦𝐦) =
2500 −2050
2500
2500−1986
2500
𝑥 100% = 18 %
𝑥 100% = 20,56 % ~ 20,6 %
Sampel
Keterangan
Berat mula-mula (gr)
Berat Tertahan ∅ 1,68 mm (gr)
Keausan (%)
Keausan rata-rata (%)
Tertahan
∅ 12,5 mm
2500
Tertahan
∅ 9,5 mm
2500
2050
1986
18 %
20,6 %
19,3 %
Kelompok I – Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles | 30
VII.
KESIMPULAN
Dari pengujian keausan agregat yang telah dilakukan diperoleh nilai keausan
rata-rata adalah : 19,3 %. Menurut SNI 03-2417-2008, nilai keausan agregat
yang baik untuk digunakan dalam konstruksi adalah < 40 %. Jadi dapat
disimpulkan benda uji merupakan agregat yang baik digunakan dalam konstruksi,
dengan mutu agregat tinggi (< 27%).
DAFTAR PUSTAKA
•
Novian, E. 2012. Keausan dan Uji Keausan. http://blog.ub.ac.id/eka76/2012/
05/30/keausan-dan-uji-keausan. 9 April 2017 (12:40)
•
SNI 03-2417-1991. Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin
Abrasi Los Angeles. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed
Kelompok I – Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles | 31
Pengujian 5
UJI ZAT ORGANIK
AGREGAT HALUS
(Colorimetric Test)
I.
DASAR TEORI
Keberadaan zat organik yang terdapat dalam agregat halus, pada umumnya
berasal dari penghancuran zat-zat tumbuhan, terutama yang berbentuk asam tanin
dan lumpur organik. Kandungan zat organik dalam agregat halus sangat
berpengaruh terhadap kekuatan beton yang di akibatkan oleh terhambatnya
pengerasan semen. Selain itu, kandungan zat organik ini dapat pula
mempengaruhi kekuatan terhadap serangan karat pada tulangan beton.
Salah satu cara untuk menguji adanya zat organik di dalam agregat halus
dapat dilakukan dengan mengekstrak/ memisahkannya dengan menggunakan
larutan NaOH 3% dan warna yang terjadi dibandingkan dengan pembanding
warna standar setelah didiamkan selama ± 24 jam. Jika ternyata warna yang
dihasilkan mendekati angka no.1 atau no.2, maka kadar zat organik dalam agregat
halus adalah rendah sehingga dapat digunakan sebagai bahan adukan untuk beton
mutu tinggi maupun beton normal. Jika warna yang dihasilkan melebihi angka
no.3 maka sebaiknya agregat halus jangan digunakan sebagai bahan adukan untuk
beton. Jika warna di no.3 berarti agregat halus tersebut masih dapat digunakan
dalam campuran beton.
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar zat organik yang
terkandung di dalam agregat halus dengan cara membandingkan warna cairan
NaOH di atas permukaan agregat halus dalam botol kaca berskala dan
membandingkannya dengan ukuran pembanding.
Kelompok I – Uji Zat Organik Agregat Halus | 33
III.
ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Botol kaca berskala
2. NaOH
3. Standart warna Gardner
4. Ayakan No. 4
5. Tabung Ukur
6. Gelas Ukur
Kelompok I – Uji Zat Organik Agregat Halus | 34
7. Corong
IV.
TATA CARA PENGUJIAN
1)
Sediakan agregat halus (pasir) yang telah dipisahkan dari kotoran, dan
2)
lolos ayakan no. 4 (∅ 4,75 𝑚𝑚) sebanyak 150 gram/ sampel.
Masukkan agregat halus tersebut ke dalam botol kaca berskala
menggunakan corong.
3)
Takar air sebanyak 250 ml di dalam tabung ukur dan timbang butiran
NaOH seberat 7,5 gram.
4)
Masukkan air dan NaOH tadi ke dalam gelas ukur, lalu aduk hingga
tercampur rata.
5)
Tuang larutan NaOH tadi ke dalam botol kaca yang berisi agregat halus,
lalu kocok atau goyangkan botol tersebut selama ± 10 menit.
6)
Simpan dan diamkan botol yang berisi agregat halus dan larutan NaOH di
tempat yang aman selama ± 24 jam.
7)
Setelah 24 jam, amati warna cairan di atas permukaan agregat halus
dalam botol, lalu bandingkan warna cairan tersebut dengan standart
warna Gardner.
8)
Simpulkan hasil yang didapat.
Kelompok I – Uji Zat Organik Agregat Halus | 35
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Pasir Alam
Quarry
: Material milik Lab Unimed
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Nomor Contoh
VI.
I
II
Volume sampel (gram)
150
150
Volume air bersih (ml)
250
250
Berat butir NaOH (gram)
7,5
7,5
ANALISA DATA
Nomor Contoh
Volume sampel (gram)
Larutan pengekstrak NaOH 3%
(ml)
Warna larutan setelah 24 jam
dibandingkan dengan standar
warna Gardner
Deskripsi Warna
I
II
150
150
250
250
4
3
Lebih gelap
Agak gelap
Dokumentasi hasil pengujian :
Kelompok I – Uji Zat Organik Agregat Halus | 36
VII.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dan setelah dibandingkan
dengan standart warna Gardner, disimpulkan bahwa warna cairan dipermukaan
agregat halus yang terdapat di dalam botol sampel I berada di no.4 pada palet
standar warna Gardner. Hal ini menunjukan bahwa kadar zat organik dalam
agregat halus tersebut adalah tinggi, dan sebaiknya tidak digunakan sebagai bahan
adukan untuk beton. Jika harus digunakan, maka agregat tersebut harus dicuci
terlebih dahulu.
Sedangkan agregat yang terdapat dalam botol sampel II memiliki warna
cairan yang mirip dengan warna no.3 pada palet standar warna Gardner. Dimana
hasil ini menunjukkan bahwa agregat halus tersebut masih dapat digunakan dalam
campuran beton. Hal tersebut menjelaskan jika agregat halus yang diuji sudah
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran beton.
DAFTAR PUSTAKA
•
ASTM C-40-92. Test Method for Organic Impurities in Fine Aggregates for
Concrete. ASTM Committee. Philadelphia
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed
•
SNI 03-2816-1992. Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran
Mortar atau Beton. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Kelompok I – Uji Zat Organik Agregat Halus | 37
Pengujian 6
WAKTU IKAT SEMEN
I.
DASAR TEORI
Semen sebagai bahan dasar beton bila terkena air akan membentuk suatu
bahan yang lengket seperti lem (bonding agent) yang akhirnya mengeras. Kadar
air yang digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 25% dari berat semen yang
dipakai. Besarnya kadar air tersebut diperoleh dari percobaan konsistensi semen,
dimana dengan kadar air 25% semen mengalami konsistensi/kekentalan standar.
Selain kadar air, waktu ikat semen juga merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan. Untuk mengetahui waktu ikat semen dilakukan suatu percobaan
dengan menggunakan jarum Vicat Apparatus dengan diameter sebesar 1 mm.
Pengikatan semen adalah pengerasan semen segera setelah bereaksi
dengan air dan terdiri dari 2 keadaan yaitu :
•
Waktu ikat awal (initialing setting) adalah waktu ikat yang diperlukan pasta
semen untuk mulai pengikatan, ditandai dengan penetrasi sedalam 35 mm,
dimana: T awal > 45 menit.
•
Waktu ikat akhir (final setting) adalah waktu yang diperlukan semen untuk
mengikat sempurna yang ditandai dengan penetrasi jarum Vicat Apparatus
∅ 1 mm sedalam 0 mm (tidak terjadi penetrasi).
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan nilai waktu ikat awal yang
dugunakan untuk menentukan semen portland dalam campuran beton.
Kelompok I – Waktu Ikat Semen | 39
III.
1.
ALAT DAN BAHAN
Vicat Apperatur Set
2. Plat Kaca & Mould
3. Tabung Ukur
4. Spatula
5. Cawan
6. Timbangan
7. Oli/ Pelumas
Kelompok I – Waktu Ikat Semen | 40
IV.
1)
TATA CARA PENGUJIAN
Sediakan semen sebanyak 350 gr dan tambahkan air sebanyak 25% dari
berat semen (± 87.5 gr).
2)
Aduk keduanya di dalam sebuah cawan dengan menggunakan spatula
secara merata.
3)
Ambil pasta semen yang sudah diaduk tadi, lalu gumpalkan hingga
berbentuk bola, kemudian lemparkan dari tangan kanan ke kiri sebanyak
6x dengan jarak lemparan ± 15 cm.
4)
Sebelumnya siapkan mould yang telah diolesi dengan oli pada permukaan
dalamnya, lalu letakkan di atas permukaan kaca yang rata.
5)
Bagi gumpalan tersebut agar muat saat dimasukkan ke dalam mould yang
telah diletakkan di atas kaca.
6)
Masukkan pasta semen tadi ke dalam mould hingga penuh, lalu ratakan
bagian atas dan bawahnya dengan menggunakan spatula.
7)
Letakkan mould dan plat kaca tadi ke atas alat Vicat Apperatur set, dan
stel jarum vicat tepat berada di atas permukaan pasta semen dan atur
jarum penunjuk angka penetrasi tepat berada di angka nol.
8)
Diamkan pasta semen tadi selama 15 menit.
9)
Setelah 15 menit, lepaskan jarum Vicat dan biarkan selama 30 detik, lalu
baca penetrasi yang terjadi. Setelah itu angkat jarum Vicat kembali ke
titik nol.
10) Geser mould hingga jarum Vicat mengarah pada permukaan pasta semen
lainnya, lalu tunggu hingga 15 menit sampai jarum Vicat siap untuk
dilepaskan kembali.
11) Pembacaan jarum Vicat dilakukan tiap 15 menit sekali hingga angka
penetrasi menjadi nol (pasta semen benar-benar keras/mengikat
sempurna).
Kelompok I – Waktu Ikat Semen | 41
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Semen Tiga Roda
Quarry
:-
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G.
(5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Percobaan Penetrasi
VI.
Interval Waktu
(menit)
Penetrasi
(mm)
15
40
30
31
45
28
60
25
75
18
90
5
ANALISA DATA
Berikut kami sajikan grafik analisis antara waktu dan penetrasi jarum Vicat,
dimana waktu ikat awal yang diambil adalah waktu dimana penetrasi jarum Vicat
mencapai nilai 25 mm.
Kelompok I – Waktu Ikat Semen | 42
•
Dokumentasi hasil pengujian :
VII.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisis grafik yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa waktu ikat awal semen merek “Tiga Roda” dengan kadar air
25% adalah 60 menit pertama atau 1 jam sejak pencampuran.
DAFTAR PUSTAKA
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed
•
SNI 03-6827-2002. Metode Pengujian Waktu Ikat Awal Semen Portland
Dengan Menggunakan Alat Vicat Untuk Pekerjaan Sipil. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Kelompok I – Waktu Ikat Semen | 43
Pengujian 7
BERAT JENIS SEMEN
I.
DASAR TEORI
Menurut SNI 7064 – 2004, PCC (Portland Composite Cement )
merupakan bahan pengikat hidrolus hasil penggilingan bersama - sama terak
semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain.
Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag),
pozzolan, senyawa silikat, batu kapur dengan kadar total bahan anorganik 6% –
35% dari massa semen portland.
Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum, seperti pekerjaan beton,
pemasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen bangunan
khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving
block) dsb.
Berat jenis semen portland komposit tidak sama dengan berat jenis semen
portland biasa. Apabila semen portland memiliki berat jenis kisaran 3.1 – 3.3
maka semen portland komposit memiliki berat jenis kurang dari 3.1, bila berat
jenis semen yang diuji berada dalam standart ini menunjukkan bahwa semen
masih dalam keadaan baru, bila semen berada di bawah standart berarti semen
telah mengalami pelepasan panas, semen terlalu lama disimpan, dan ukuran
semen telah mengalami perubahan berat jenis semen diuji dengan cara yang sama.
Untuk mengetahui berat jenis semen maka digunakan rumus sebagai berikut :
𝐵𝐽 =
Dimana :
BJ
w
v1
v2
d
𝑤
𝑥𝑑
(𝑣2 − 𝑣1)
= berat jenis semen portland (gram/ml)
= berat semen portland (gram)
= volume awal (ml)
= volume akhir (ml)
= massa jenis air pada suhu ruang yang tetap 4o C (1 gram/ml)
Kelompok I – Berat Jenis Semen | 45
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui cara pengujian dan menentukan
berat jenis Portland Composite Cement (PCC) yang digunakan sebagai
pengendalian mutu semen. Dimana semen yang kami uji adalah semen PCC
merek Tiga Roda.
III.
1.
ALAT DAN BAHAN
Labu Le Chatlier
2. Thermometer
3. Corong
4. Spatula
5. Timbangan
6. Kerozen
Kelompok I – Berat Jenis Semen | 46
7. Semen Portland (Tiga Roda)
IV.
TATA CARA PENGUJIAN
1)
Siapkan alat dan bahan yang di perlukan
2)
Isi labu Le Chatlier kapasitas 24 ml dengan kerozen/minyak tanah sampai
memenuhi skala antara 0 sampai 1.
3)
Letakkan labu Le Chatkier yang berisikan kerozen/minyak tanah ke
dalam bak air yang berisikan es kristal selama 15 menit untuk
menyamakan suhu cairan (kerozen).
4)
Amati dan catat volume awal (v1) dengan membaca skala pada labu Le
Chatlier.
5)
Timbang semen portland sebanyak 64 gram, kemudian masukkan semen
portland yang telah ditimbang ke dalam labu Le Chatlier secara perlahan
menggunakan spatula dan corong. Jika saluran masuk terhambat, dapat di
bantu dengan menusukkan kawat atau lidi ke saluran tersebut.
Diupayakan semen tidak menempel di dinding labu Le Chatlier.
6)
Meletakkan kembali labu Le Chatlier yang berisikan semen dan kerozen
ke dalam bak air selama 15 menit.
7)
Memutar benda uji secara perlahan sampai tidak terdapat gelembung
udara.
8)
Apabila gelembung udara tidak timbul kembali, kemudian membaca
volume akhir (v2) dengan skala yang terdapat pada labu Le Chatlier.
Kelompok I – Berat Jenis Semen | 47
V. DATA HASIL PENGUJIAN
A. Material
: Semen Tiga Roda
Quarry
:-
Penguji
: 1. Yogi Nikman
(5153111049)
2. Joko Aldianto
(5151111030)
3. Indra Swandi Lumban G. (5151111029)
4. Zulfiani
(5151111021)
Keterangan
Nilai
Berat semen (w)
VI.
64 gram
Volume awal (V1)
0,2 ml
Volume akhir (V2)
21,7 ml
Massa jenis air (d)
0,9997 gram/ml
ANALISA DATA
Berikut kami sajikan hasil analisis berat jenis semen menggunakan rumus
yang telah diuraikan di bagian “Dasar Teori”, berdasarkan data hasil pengujian.
Berikut hasil analisisnya :
𝑤
𝑥𝑑
(𝑣2 − 𝑣1 )
64 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝐽 =
𝑥 0,9997
(21,7 𝑚𝑙 − 0,2 𝑚𝑙)
𝐵𝐽 =
𝐵𝐽 = 2,975 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
Kelompok I – Berat Jenis Semen | 48
VII.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berat jenis
semen merek Tiga Roda adalah 2,975 gram/ml. Berat jenis semen yang baik
adalah 3,1 – 3,3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semen Portland PCC Tiga
Roda yang di uji belum memenuhi kriteria semen yang baik. Hal ini mungkin
disebabkan karena efek penyimpanan semen yang terlalu lama, semen yang diuji
terlalu lama dibiarkan di udara terbuka sehingga telah mengalami pelepasan
panas, dan faktor-faktor penyebab lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed
•
SNI 15-7064-2004. Semen Portland Komposit. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
•
Anonymous. 2015. Laporan Uji Berat Jenis Semen Portland. Politeknik
Negeri Bandung. Bandung
Kelompok I – Berat Jenis Semen | 49
Pengujian 8
MIX DESIGN BETON
K-175
I.
DASAR TEORI
Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan
campuran bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan :
(1) kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
perataan, pemadatan) dengan mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan baja
tanpa menimbulkan kemungkinan terjadinya segregasi atau pemisahan agregat
dan bleeding air. (2) ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air,
korosif, dan lain- lain). (3) memenuhi kuat yang hendak dicapai (Dipohusodo,
1993, 5-6).
Pada saat ini dalam bidang pembuatan bangunan banyak digunakan beton
mutu tinggi, sehingga kita dituntut untuk dapat merancang perbandingan
campuran lebih tepat sesuai dengan teori perancangan proporsi campuran adukan
beton. Pembuatan beton dengan perbandingan volume 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil
untuk beton biasa dan 1 semen : 1,5 pasir : 2,5 kerikil untuk beton kedap air
rupanya sudah kurang memuaskan lagi karena menghasilkan kuat tekan yang
sangat beragam. Dalam Konsep Pedoman Beton 1989, perbandingan volume di
atas hanya boleh dilakukan untuk beton mutu kurang dari 10 MPa dan dengan
slump yang tidak boleh lebih dari 100 mm. Sesuai dengan tuntutan kemajuan
teknologi beton dan kebutuhan struktur beton bertulang, dewasa ini dibutuhkan
suatu formula rencana adukan beton yang lebih dapat memberi kepastian kuat
tekan yang dapat dicapai serta dimungkinkan memprediksi kuat tekan yang akan
dicapai oleh campuran tersebut. Rencana campuran adukan beton dimaksudkan
untuk mendapatkan komposisi campuran bahan-bahan beton antara air, semen,
agregat halus (pasir), dan agregat kasar (kerikil / batu pecah) sesuai dengan target
kekuatan beton yang diharapkan, mudah dikerjakan dan sifat keawetan yang
tinggi.
Proposi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi
persyaratan berikut:
1) kekentalan
yang
memungkinkan
pengerjaan
beton
(penuangan,
pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan
menutup permukaan secara serba sama (homogen);
2) keawetan;
Kelompok I – Mix Design | 51
3) kuat tekan;
4) ekonomis;
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Rancang campur (mix design) adukan beton dilakukan dengan tujuan
memberi gambaran mengenai kebutuhan bahan-bahan yang dibutuhkan tiap meter
kubik beton yang harus memenuhi syarat-syarat kekuatan dan kemudahan
pengerjaan (kelecakan) dilapangan tanpa meninggalkan kepentingan ekonomis.
Rancang campur ini menghitung perbandingan yang tepat dari bahan-bahan yang
diperlukan yaitu air, semen, pasir, kerikil dan kadang-kadang bahan campuran
tambahan (admixtures) untuk mendapatkan sifat-sifat karakteristik dan mutu
beton yang direncanakan.
III. DATA RENCANA
No. Pengujian
: 01/S1-RegC/2015/GENAP/2016-2017
Mutu
: K-175
Standar Deviasi
: 50
Kuat tekan yang ditargetkan : 275 kg/cm2
IV. DATA MATERIAL
A. Material : Semen Tiga Roda Type I
Quarry
:Pengujian
Berat Jenis
Waktu ikat
Hasil
2,975
60 menit
Kelompok I – Mix Design | 52
B. Material : Agregat Halus
Quarry
: Laboratorium Beton Unimed
Pengujian
Analisa Saringan (FM)
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Bulk
Moisture Content SSD
Hasil
3,87
2,46
2,43
1,11
C. Material : Agregat Kasar
Quarry
: Laboratorium Beton Unimed
Pengujian
Analisa Saringan (FM)
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Bulk
Moisture Content SSD
Hasil
2,75
2,24
2,05
9,46
D. Material : Air Bersih
Asal
: PDAM
V. PERENCANAAN CAMPURAN BETON K-175
Langkah-langkah mix design metode DOE menurut SK SNI T–15–1990–03, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan
Ditetapkan f’c = 14,5 Mpa (K-175)
2. Menetapkan nilai deviasi standar/nilai tambah
Pada SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, disebutkan bahwa apabila data untuk menetapkan
standar deviasi tidak tersedia, maka kuat tekan rata – rata perlu (f’cr)
ditetapkan berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan (f’c).
Kelompok I – Mix Design | 53
Persyaratan kuat tekan f’c
(MPa)
Kuat tekan rata-rata perlu f’cr
(MPa)
Kurang dari 21
f’c + 7
21 sampai dengan 35
f’c + 8.5
Lebih dari 35
f’c + 10
(SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung)
3. Menghitung kuat tekan rata-rata perlu
f’cr= f’c + 7 MPa (benda uji berupa silinder 15 x 30 cm)
K’br = K + 7/0,83 (benda uji berupa kubus 15 x 15 x 15 cm)
K’br = 14,5 + 7/0,83 = 23 MPa = 230 kg/cm2
4. Menentukan faktor air semen
Faktor air semen ditentukan dengan Tabel dan Grafik berikut :
Kelompok I – Mix Design | 54
45
0.74
Dari Tabel dan Grafik di atas diperoleh faktor air semen 0.74.
5. Menentukan nilai faktor air semen maksimum
Nilai faktor air semen maksimum ditentukan dari Tabel berikut ini :
Kelompok I – Mix Design | 55
Misalkan dari Tabel di atas diperoleh faktor air semen maksimum 0.6 dan
jumlah semen minimum 325 kg/m3.
6. Menetapkan nilai slump
Nilai slump dalam SK SNI T – 15 – 1990 – 03, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal, ditetapkan sedemikian rupa sehingga
diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Dalam
hal ini nilai slump ditetapkan sebesar 60 – 180 mm.
7. Menetapkan ukuran besar butir maksimum
Besar butir agregat maksimum ialah 40 mm.
8. Menetapkan kadar air bebas
Kadar air bebas ditetapkan sebagai berikut :
Dimana :
Wh = Perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wk = Perkiraan jumlah air untuk agregat kasar
Perkiraan jumlah air ini dapat dilihat pada Tabel berikut
Aggregates
ɸmaks
10 mm
20 mm
40 mm
0-1 cm
1-3 cm
3-6 cm
6-18 cm
type
Uncrushed
150
180
205
225
Crushed
180
205
230
250
Uncrushed
135
160
180
195
Crushed
170
190
210
225
Uncrushed
115
175
140
160
Crushed
155
205
175
190
(SK SNI T – 15 – 1990 – 03 : tabel 6 halaman 13)
Sehingga kadar air bebas menjadi :
Kadar air bebas = 2/3 x 175 + 1/3 x 205 = 185 kg/m3
9. Menghitung kebutuhan semen
Kebutuhan semen = Kadar air bebas / faktor air semen
= 185 / 0.60
= 308.33 kg/m3 < 325 kg/m3 (maka dipilih 325 kg/m3)
Kelompok I – Mix Design | 56
10. Menentukan persentase agregat halus dan kasar
Daerah gradasi pasir : Daerah II
Faktor air semen : 0.60
Nilai slump : 60 – 180 mm
Ukuran agregat maksimum : 40 mm
Berdasarkan data di atas maka prosentase agregat halus dapat ditentukan
dengan menggunakan Grafik berikut :
42
33
Dari Grafik di atas diperoleh nilai antara 33 – 42 %
Prosentase agregat halus = ( 33 + 42 ) / 2
= 37.5 %
Prosentase agregat kasar = 100 – 37.5
= 62.5 %
11. Menghitung berat jenis SSD agregat gabungan
Berat jenis SSD agregat gabungan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BJ gabungan = ( 0.375 x 2.46 ) + ( 0.625 x 2.24) = 2.322
Kelompok I – Mix Design | 57
12. Menentukan berat jenis beton
Besarnya berat jenis beton diperkirakan dengan menggunakan Grafik berikut :
Dari Grafik dapat perkiraan berat jenis beton basah sebesar 2190 kg/m3.
13. Menghitung berat masing-masing agregat
Berat agregat gabungan = 2190 – 325 – 185 = 1680 kg/m3
Berat agregat halus
= 0.375 x 1680
= 630 kg/m3
Berat agregat kasar
= 0.625 x 1680
= 1050 kg/m3
14. Kebutuhan bahan untuk 1 m3 beton :
•
Semen
= 325 kg
•
Pasir
= 630 kg
•
Kerikil
= 1050 kg
•
Air
= 185 kg
Rasio
Semen : Pasir : Kerikil : Air = 1 : 1,94 : 3,23 : 0,57
15. Volume benda uji yang akan dibuat
Direncanakan 4 buah benda uji kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm.
Kelompok I – Mix Design | 58
Volume benda uji
= volume 1 buah kubus x banyak benda uji
= (0.15 x 0.15 x 0.15) x 4
= 0,0034 m3 x 4
= 0,0136 m3
16. Kebutuhan material untuk pembuatan benda uji
•
Semen
= 0,0136 x 325 kg
= 4,42 kg
•
Pasir
= 0,0136 x 630 kg
= 8,57 kg
•
Kerikil
= 0,0136 x 1050 kg
= 14,28 kg
•
Air
= 0,0136 x 185 kg
= 2,52 kg
Total
= 29,79 kg
17. Perkiraan faktor hilang material sebesar 10%
•
Semen
= 4,42 kg + (10%)
= 4,86 kg
•
Pasir
= 8,57 kg + (10%)
= 9,43 kg
•
Kerikil
= 14,28 kg + (10%)
= 15,71 kg
•
Air
= 2,52 kg + (10%)
= 2,77 kg
Kebutuhan material akhir
= 32,77 kg
VI. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan mix design menggunakan metode DOE menurut SK
SNI T–15–1990–03 yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
kebutuhan material untuk pembuatan 4 benda uji kubus mutu K-175 dengan
volume 0.0136 m3 adalah; 4,86 kg Semen, 9,43 kg Pasir, 15,71 kg Kerikil dan
2,77 kg Air. Total material sebesar 32,77 kg dan rasio campuran antara semen,
pasir, kerikil dan air adalah 1 : 1,94 : 3,23 : 0,57.
Kelompok I – Mix Design | 59
DAFTAR PUSTAKA
•
Mulyono, Tri. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed
•
Setyanto, Yuddhy. 2011. Studi Banding Metode Rancang Campur Beton SK.
SNI-1990-03 dan ACI 318. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
•
SNI 03-2848-200. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
•
SNI T-15-1990-03. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
LPMB. Bandung.
Kelompok I – Mix Design | 60
Pengujian 9
PEMBUATAN BENDA
UJI BETON K-175
I. DASAR TEORI
Pemilihan suatu tipe beton yang di syaratkan untuk konstruksi adalah
berdasarkaan kekuatan yang dibutuhkan. Hal ini tergantung pada mutu dan
komposisi bahan pembentuk beton (semen, pasir, kerikil, dan air), juga
bergantung pada cara pengerjaan bahan-bahan tersebut, apakah memenuhi syarat
atau belum. Untuk mengetahui mutu beton telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan, maka perlu dilakukan pengujian-pengujian di laboratorium. Pengujian
ini dilakukan terhadap bahan yang sama dengan yang digunakan dilapangan.
Pengujian terhadap beton dilakukan terhadap benda uji yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk kubus 15 x 15 x 15 cm. Cetakan
untuk membuat beton umumnya harus terbuat dari baja, besi cor, atau material
lainnya yang tidak menyerap air, tidak reaktif dengan beton semen portland atau
semen hidrolis lainnya.
II. TUJUAN PENGUJIAN
Adapun tujuan dari pengujian ini yaitu sebagai penyedia bahan untuk
pengujian kekuatan tekan beton.
III. ALAT DAN BAHAN PENGUJIAN
Alat-alat yang digunakan yaitu:
1. Cetakan benda uji
Kelompok I – Pembuatan Benda Uji Beton | 62
2. Martil karet
3. Sendok Beton
4. Bak penampung beton muda (fresh concrete)
5. Peralatan test slump
6. Molen/mesin pengaduk beton
7. Timbangan
Kelompok I – Pembuatan Benda Uji Beton | 63
Bahan yang digunakan yaitu:
1. Semen
2. Pasir
3. Kerikil
4. Air
IV. TATA CARA PENGUJIAN
1. Pengumpulan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Bahan-bahan
yang di sediakan berdasarkan hitungan mix design.
Cor
Cor I
Semen (Kg)
Pasir (Kg)
Kerikil (Kg)
Air (Kg)
4,86
9,43
15,771
2,77
2. Bagian dalam dari cetakan kubus dan silinder dibersihkan dari debu dan
dilumuri oli agar cetakan mudah dibuka.
3. masukkan bahan adukan beton kedalam bak pengaduk/molen dimulai
dengan kerikil, pasir, semen dan air.
4. Jalankan mesin pengaduk selama 5 menit dengan kemiringan sumbu bak
rata–rata 45o.
5. Setelah 5 menit, tuangkan beton muda ke dalam bak penampungan.
6. Lakukan pengujian test slump dengan cara sebagai berikut :
Kelompok I – Pembuatan Benda Uji Beton | 64
a) Letakkan kerucut slump cone di atas tempat yang rata.
b) Mortal/beton diisi ke dalam kerucut terdiri dari tiga lapis yang kira –
kira mempunyai ketebalan yang sama dan setiap lapisan dipadatkan
dengan tongkat pemadat dengan cara menusukkannya sebanyak 25
kali secara merata.
c) Ratakan permukaan adukan bagian atas kerucut dan setelah itu
biarkan selama 30 detik kemudian kerucut ditarik secara perlahan
secara vertikal.
d) Ukur jarak turunnya permukaan adukan beton terhadap tinggi
semula.
e) Dipakai 8 – 10 tersebut dinyatakan kekentalan(konsistensi) adukan
beton yang nilai – nilai slump terletak di dalam batas – batas yang
diperlihatkan dalam pelaksanaan.
7. Setelah melakukan test slump, beton di isi ke dalam cetakan yang
dipersiapkan, masing masing di isi tiga lapis mempunyai ketebalan yang
sama. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali secara
merata dan di bagian sisi luar cetakan di pukul dengan martil karet setiap
memasukkan per lapisannya secara perlahan.
8. Ratakan permukaan benda uji dengan sendok semen.
9. Cetakan yang telah diisi campuran beton disimpan selama 24 jam. Setelah
24 jam, cetakan dibuka dan campuran direndam kedalam air sampai masa
pengujian.
V. KESIMPULAN
Dalam pembuatan benda uji beton kita harus benar-benar memperkirakan
campuran yang ada dengan jumlah sampel yang akan dibuat. Pengaduk beton
harus berupa drum berputar yang dijalankan oleh tenaga penggerak, pencampur
miring, atau pan berputar yang tepat atau pengaduk berputar. Waktu yang
digunakan selama proses pengerjaan juga harus diperhatikan karena akan
mempengaruhi hasil beton yang akan dicetak.
Kelompok I – Pembuatan Benda Uji Beton | 65
DAFTAR PUSTAKA
•
Mulyono, Tri. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi
•
Sarwa dkk. 2017. Modul Praktikum Pengujian Material dan Bahan. Medan:
Unimed.
•
SNI 2493: 2011. Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton Di
Laboratorium. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Kelompok I – Pembuatan Benda Uji Beton | 66
DOKUMENTASI PENGUJIAN
Kelompok I – Pembuatan Benda Uji Beton | 67
Pengujian 10
UJI KUAT TEKAN
BETON
I.
DASAR TEORI
Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan
campuran bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan :
kuat tekan;
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton dan
kekuatan tekan beton karakteristik berbentuk kubus yang dirawat (cured) di
laboratorium berdasarkan campuran yang telah direncanakan dari benda uji yang
dibuat pada saat pengecoran. Kekuatan tekan beton adalah beban persatuan luas
yang menyebabkan beton hancur.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Compression Test Machine
2. Timbangan
3. Benda uji beton
Kelompok I – Uji Kuat Tekan Beton | 69
IV. TATA CARA PENGUJIAN
1) Ambil benda uji yang akan ditentukan kekutan tekanan dari bak perendam,
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain pelembab lalu
dijemur selama ± 24 jam.
2) Tentukan berat dan ukuran benda uji. Berat benda uji diketahui dengan
menimbang masing-masing sampel menggunakan timbangan sedangkan
dimensi ukurannya di ukur dengan menggunakan mistar/ penggaris.
3) Letakkan benda uji pada mesin Compression Test Machine secara sentris
(tepat berada di tengah-tengah alat penekannya).
4) Kemudian lakukan aturan pengujian yang pada layar mesin penguji dengan
cara :
- Set Kode sampel secara berurutan dengan Kode A-1, A-2, dst sebagai
urutan nomor pengujian.
- Ganti b dan h sesuai dengan bentuk dan ukuran benda uji (Kubus 15 cm x
15 cm x 15 cm).
- Ganti weight pada layar sesuai berat benda yang akan di uji dan lamanya
umur beton pada mesin Compression Test Machine.
- Kemudian accept agar mesin penguji berjalan.
5) Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban konstan
berdasar 2 sampai 5 kg/cm2 per detik. Secara perlahan-lahan beban tekan
akan diberikan pada benda uji.
6) Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur. Pada saat jarum
penunjuk skala beban tidak naik lagi atau bertambah maka catatlah skala
yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum yang
dapat dipikul oleh benda uji.
7) Pengujian ini dilakukan dengan cara yang sama untuk sampel benda uji
selanjutnya.
8) Perhitungan di konversikan ke umur 28 hari.
Kelompok I – Uji Kuat Tekan Beton | 70
V. DATA HASIL PENGUJIAN
No.
Sampel
Kode/Tanda
1
2
I
IV
A-1
A-2
Umur
(hari)
4 hari
4 hari
Berat
(kg)
7.852
8.05
Luas Bidang
Tekan (cm2)
225
222
Volume
(cm3)
3375
3380
Hasil pengolahan data :
Perhitungan Kekuatan tekan dihitung dengan rumus :
𝜎𝑏 =
Dimana :
𝜎𝑏 = kekuatan tekan
𝑃
𝐴
𝑃 = beban
A = luas tampang benda uji
Karena pengetesan benda uji dilaksanakan selama 4 hari, maka perhitungan
kekuatan tekan beton dikalikan dengan angka perbandingan (0,52 yang
didapat dari interpolasi tabel PBI-1971 pada umur beton 3-7 hari).
No.
Kode/Tanda
Umur
(hari)
1
2
A-1
A-2
4 hari
4 hari
Beban
Max (kg)
28643.82
24768.9
σ = P/A (kg/cm2)
σb = 28
σb
hari
127.31
111.572
x angka
perbandingan
umur (0.52)
280.66
245.97
145.94
127.90
Keterangan =
▪ Beban Max dari kN di konversi ke Kg (1 kN = 101,97 kg)
▪ 1 pound ( Lb ) = 0,4536 kg
Kubus = σb = 28 hari
=
1
xb
0,4536
Perhitungan Pemeriksaan Kekuatan Tekan Benda Uji harus memenuhi :
Berdasarkan PB1 deviasi standart diperoleh rumus :
SD =
√
′
2
∑N
1 (σb −σbm)
(𝑁−1)
Kelompok I – Uji Kuat Tekan Beton | 71
Dimana :
SD
= Standard Deviasi
𝜎𝑏
= kuat tekan beton yang diperoleh dari masing – masing benda uji
𝜎𝑏𝑚
= kuat tekan beton rata – rata (σbm =
n
Jadi nilai :
(kg/cm2)
= jumlah benda uji.
bm = N .b / N =
′
∑N
1 σb
𝑁
)
526.63
= 263.315
2
Sampel 1 (σb - σbm) = 280.66- 263.315
= 17,35
Sampel 2 (σb - σbm) = 245.97 - 263.315
= -17.35
Kode/Tanda
A-1
A-2
b 28 hari
280.66
245.97
(b - bm)
17.345
-17.35
(b - bm)2
300.85
300.85
∑ = 526.63
∑
= 601.70
Maka Standar Deviasinya Standard deviasinya :
SD =
(b − bm) 2
601.70
= 24.53
=
(7 − 1)
(2 − 1)
Kekuatan tekan karakteristik beton bk = 5%, kemungkinan adanya kekuatan
yang tidak memenuhi syarat dan ditentukan dengan :
bk = bm − 1,64.s = 263.315 − (1,64)24.53 = 223.089
VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas didapatkan nilai kekuatan beton karakteristik
lebih besar dari yang direncanakan yaitu sebesar 2230 > 1750. Sebab nilai ini
memenuhi syarat bahwa “Kekuatan beron diterima dengan memuaskan apabila fc
karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana”.
Kelompok I – Uji Kuat Tekan Beton | 72
DOKUMENTASI HASIL PENGUJIAN
Kelompok I – Uji Kuat Tekan Beton | 73