Academia.eduAcademia.edu

BAB 2 KISTA OVARIUM

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Benson, R. & Pernoll, M. L., 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Benson, R. & Pernoll, M. L., 2008). The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relative. Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun pada tahun 2009 terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga (Nasdaldy, 2009). Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien. Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi. Adanya gangguan menstruasi ini menyebabkan masyarakat berpendapat bahwa wanita yang mengalami kista ovarium akan mengalami kemandulan (infertilitas). Hal ini dapat menimbulkan kecemasan pada pasiennya. Hasil penelitian Arsianti (2007) tentang kecemasan pasien kista ovarium yang belum memiliki keturunan mengidentifikasi skala kecemasan pasien kista ovarium bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi. Wanita dengan kista ovarium yang memiliki kecemasan rendah sebanyak 6,7%, kecemasan sedang 40%, dan kecemasan tinggi 36,7%. Hal ini menunjukkan subyek penelitian memiliki skor kecemasan yang tergolong sedang ke tinggi. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan kista ovarium adalah dengan pemberian obat hormonal dan pembedahan. Pada pasien paska pembedahan kista ovarium akan mengalami masalah yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta sebagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat diperlukan untuk mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres hangat dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik nafas dalam untuk membantu mengurangi rasa nyeri, membantu perawatan luka post operasi dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan keperawatan pada Pasien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara optimal. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah: Bagaimana defenisi dari kista ovarium ? Bagaimana etiologi dari kista ovarium ? Bagaimana klasifikasi dari kista ovarium ? Bagaimana tanda dan gejala dari kista ovarium ? Bagaimana patofisiologi dari kista ovarium ? Bagaimana web of caution dari kista ovarium ? Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kista ovarium ? Bagaimana penatalaksanaan dari kista ovarium ? Bagaimana komplikasi dari kista ovarium ? Bagaimana pencegahan dari kista ovarium ? Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kista ovarium ? Bagaimana laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium ? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami tentang kista ovarium. Mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien kista ovarium. Tujuan Khusus Bagaimana defenisi dari kista ovarium ? Bagaimana etiologi dari kista ovarium ? Bagaimana klasifikasi dari kista ovarium ? Bagaimana tanda dan gejala dari kista ovarium ? Bagaimana patofisiologi dari kista ovarium ? Bagaimana web of caution dari kista ovarium ? Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kista ovarium ? Bagaimana penatalaksanaan dari kista ovarium ? Bagaimana komplikasi dari kista ovarium ? Bagaimana pencegahan dari kista ovarium ? Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kista ovarium ? Bagaimana laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium ? Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan ilmu tentang penyakit kista ovarium. Diharapkan dapat memberikan ide-ide dasar dalam bentuk pemikiran baru, dalam hal penerapan ilmu tentang penyakit kista ovarium yang bermanfaat bagi pengkajian dan pemahaman secara teoritis. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya yang membutuhkan informasi sehubungan dengan tentang penyakit kista ovarium supaya lebih memahami dengan perubahan-perubahan yang terjadi BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 KONSEP DASAR KISTA OVARIUM Definisi Kista adalah kantong berisi caiaran, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista dalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahkan setengah cair. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada dinding telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi. Kista ovarium adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur. Etiologi Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh. Ada beberapa factor pemicu yaitu : Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya : Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga, merokok dan konsumsi alcohol, terpapar dengan polusi dan agen infeksius, sering stress dan zat polutan. Faktor genetic Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker. Klasifikasi Kista Non Neoplasma. Disebabkan karena ketidakseimbangan hormone esterogen dan progesterone diantranya adalah ; Kista Non Fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang didalam korteks Kista Fungsional Kista Folikel Disebabkan karena folikel yang matang menjadi rupture atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun. Kista Korpus Luteum Terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi. Kista Tuba Lutein Disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa. Kista Stein Laventhal Disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium. Kista Neoplasma Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Kistedenoma ovari musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya I elemen mengalahkan elemen yang lain. Kistadenoma ovari serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium). Kista endometried. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogensis. Tanda dan gejala Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila mempunyai kista ovarium : Perut terasa penuh, berat dan kembung Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit BAK) Haid tidak teratur Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha Nyeri senggama Mual, ingin muntah atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera : Nyeri perut yang tajam tiba-tiba Nyeri bersamaan dengan demam Rasa ingin muntah Patofisiologi Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocareinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LN) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovary, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Faktor Internal (Genetik, wanita yang menderita kanker payudara, riwayat kanker colon, gangguan hormonal) WOC Faktor Eksternal (Diet tinggi lemak, merokok, minum alcohol) Gangguan hormon Gagal sel telur berovulasi Menghasilakan hormone hiposia abnormal Penimbunan folikel Pematangan gagal dan gagal melepaskan sel telur KISTA OVARIUM Post Operasi Pre Operasi KISTA OVARIUM Post Operasi Pre Operasi Luka operasi Sirkulasi darah ↓ Kurang informasi Imobilisasi Pembesaran ovarium Kurang pengetahuan Diskonuitas jaringan Imunitas tubuh ↓ MK : Cemas Peristaltik usus ↓ Menahan organ disekitarnya MK : Nyeri akut MK : Resti konstipasi MK : Resiko infeksi Rasa beban diperut Pembesaran diameter >10 cm Tekanan syaraf sel tumor Mual, muntah Menekan usus dan anus MK : Nyeri kronis Anoreksia MK : Resti konstipasi Intake tidak adekuat MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pemeriksaan Penunjang Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Pap smear Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista Penatalaksanaan Observasi Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika dicurigai ganas. Terapi bedah atau operasi Bedah tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsikoma, maka tindakan operasi harus dilakukan pada saat itu juga dan harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda” proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparotomi. Komplikasi Perdarahan dalam kista Biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah atau anemia. Perdarahan intra tumor Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat. Robek dinding kista Terjadi akibat trauma seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada waktu berhubungan suami istri Keganasan kista ovarium Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak dan nyeri) Pecegahan Dengan cara pemeriksaan panggul secara teratur bisa membantu mendeteksi adanya perubahan dalam ovarium, sehingga kista ovarium bisa dideteksi sendiri. Para wanita juga dianjurkan untuk mewaspadai dalam siklus bulanan, termasuk gejala bulanan menstruasi yang tidak biasa, apabila jika kondisi tersebut terjadi selama lebih dari beberapa siklus KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab Keluhan pasien saat masuk rumah sakit Pasien dengan kista ovarium biasanya mengeluh nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa didaerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan pasien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah Riwayat kesehatan dahulu Sebelumnya tidak ada keluhan Riwayat kesehatan keluarga Kista ovarium bukan penyakit menular Riwayat perkawinan Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium Riwayat menstruasi Pasien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea Pemeriksaan Fisik Kepala Hygiene rambut Keadaan rambut Mata Sklera : Ikterik/tidak Konjungtiva : Anemis/tidak Mata : Simetris/tidak Leher Pembengkakan kelenjar tiroid Tekanan vena jugularis Dada Pernafasan Jenis pernafasan Bunyi nafas Penarikan sela iga Abdomen Nyeri tekan pada abdomen Teraba massa pada abdomen Ekstremitas Nyeri panggul saat beraktivitas Tidak ada kelemahan Eliminasi, urinasi Adanya konstipasi Susah BAK Diagnosa Keperawatan Pre Operasi Nyeri kronis b/d agen pencedera (tekanan syaraf sel tumor) ditandai dengan ekspresi wajah nyeri Cemas b/d perubahan besar (status kesehatan) ditandai dengan gelisah Risiko konstipasi b/d penurunan motilitas traktus gastrointestinal Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d factor biologis ditandai dengan nyeri abdomen Post Operasi Nyeri akut b/d agen cedera biologis ditandai dengan ekspresi wajah nyeri Risiko infeksi b/d gangguan integritas kulit Risiko konstipasi b/d penurunan motilitas traktus gastrointestinal Intervensi Keperawatan Pre Operasi No. Dx Keperawatan NOC NIC 1. Nyeri kronis b/d agen pencedera (tekanan syaraf sel tumor) ditandai dengan ekspresi wajah nyeri Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indikator : Nyeri yang dipertahankan dari skala 3 (cukup) ditingkatkan ke skala 4 (ringan) Mengerang dan menangis dari skala 3 (sedang) ke skala 5 (tidak ada) 1.Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus 2.Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri 3.Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri Post Operasi No. Dx Keperawatan NOC NIC 1. Risiko infeksi b/d gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan risiko infeksi teratasi dengan indikator : 1. Mempertahankan lingkungan yang bersih dari skala 2 (jarang menunjukkan) ke skala 4 (sering menunjukkan) 2. Mencuci tangan dari skala 3 (kadang-kadang menunjukkan) ke skala 5 (secara konsisten menunjukkan) 1. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan tepat 2. Periksa luka setiap kali perubahan balutan 3. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan kepada pasien. Evaluasi Mengevaluasi respon pasien setiap tindakan keperawatan dan evaluasi hasil dilakukan di akhir tindakan untuk mengetahui/mengevaluasi keberhasilan tindakan. 3