Academia.eduAcademia.edu

Makalah Industri Persaingan Tidak Sempurna (Monopolistik)

MAKALAH Industri Persaingan Tidak Sempurna (Pasar Persaingan Monopolistik) Untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Ekonomi Jurusan Syari’ah Program Studi Ekonomi Syari’ah Dosen Pembimbing : Siti Masrohatin, MM Disusun oleh : Kelompok 10 Kelas K2 Muqoddimatul Hasanah (083 134 080) Ria Rosdiyana Dewi (083 134 092) Desi Mita Mardianti (083 134 100) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER 2014 Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nya makalah yang berjudul “Industri Persaingan Tidak Sempurna (Pasar Persaingan Monopolistik)” ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. utusan dan manusia pilihan-Nya yang mengantarkan umat manusia minadzdzulumati ilan-nuur, yakni addinul Islam (dari zaman kegelapan menuju zaman yang bercahaya, yakni agama Islam). Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : Siti Masrohatin, MM sebagai dosen pembimbing matakuliah Pengantar Ekonomi. Rekan-rekan yang memberikan saran-sarannya dan semangat pada pemakalah agar dapat menyusun makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Jember, 18 Mei 2014 Penulis Daftar Isi Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1 Tujuan 1 BAB II PEMBAHASAN Pengertian Industri Persaingan Tidak Sempurna (Pasar Persaingan Monopolistik) 2 Ciri-ciri Industri Persaingan Monopolistik 3 Macam-macam Konsumen 7 Persaingan Bukan-Harga 9 Kebaikan dan Keburukan Pengiklanan 11 BAB III PENUTUP Kesimpulan 14 Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Orang awam mungkin saja memang hanya melihat pasar sebagai tempat manusia berjual-beli saja, dan tidak menyadari bahwa sebenarnya pasar merupakan sebuah daerah dengan cakupan yang luas dalam perekonomian. Di dalamnya terdapat berberapa jenis pasar atau industri yang telah dirumuskan dan diperbincangkan para ahli ekonomi mengenai kriteria dan karakteristiknya masing-masing serrta bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi dalam masyarakat tersebut. Para ahli ekonomi merumuskan bahwa bentuk dan jenis pasar terbagi menjadi empat, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan tidak sempurna (monopolistik), dan oligopoli. Di dalam makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai pasar persaingan tidak sempurna (monopolistik). Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan industri persaingan tidak sempurna (persaingan monopolistik) ? Bagaimana ciri-ciri industri persaingan monopolistik ? Apa saja macam-macam konsumen yang sering berpengaruh terhadap industri ini ? Apa yang dimaksud dengan persaingan bukan-harga ? Apa saja kebaikan dan keburukan pengiklanan ? Tujuan Memberikan pengetahuan serta wawasan baru mengenai industri persaingan tidak sempurna (persaingan monopolistik). Mengetahui ciri-ciri industri persaingan monopolistik. Mengetahui macam-macam konsumen yang sering berpengaruh terhadap industri ini. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persaingan bukan-harga. Mengetahui kebaikan dan keburukan pengiklanan yang sering terjadi. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Industri Persaingan Tidak Sempurna (Pasar Persaingan Monopolistik) Pasar persaingan sempurna maupun monopoli sangat jarang terjadi atau dijumpai dalam dunia nyata, karena salah satu konsep dasar yang dipakai untuk membangun kedua struktur pasar pasar persaingan sempurna dan monopoli adalah bahwa tidak terdapat persaingan dalam kedua pasar itu. Bagaimanapun juga konsep-konsep dasar dari kedua struktur pasar tersebut telah melahirkan teori baru yang berkaitan dengan struktur pasar yang menjembatani kedua bentuk pasar itu. Teori yang berkaitan dengan konsep-konsep untuk menjelaskan struktur pasar selain persaingan sempurna maupun monopoli ini diklasifikasikan sebagai tori persaingan tidak sempurna. Teori persaingan tidak sempurna (imperfect competition) dibangun berdasarkan kenyataan bahwa dalam praktek nyata, hampir semua perusahaan tunduk pada hukum persaingan, di mana perusahaan-perusahaan pesaing akan bereaksi apabila ada perusahaan lain yang memproduksi produk serupa melakukan suatu tindakan yang mempengaruhi pasar. Dalam buku Pengantar Teori Ekonomi karya Suherman Rosyidi disebutkan bahwa istilah antara persaingan tidak sempurna dan persaingan monopolistik dianggap sama. Persaingan tidak sempurna atau persaingan monopolistik adalah bentuk industri atau pasar persaingan yang secara karakteristik berada di antara persaingan sempurna dengan monopoli. Pasar persaingan monopolis dapat didefiniskan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak (diferentiated products). Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 297 Pada tahun 1933, Edward H. Chamberlain mengajukan teori persaingan monopolistik. Teori Chamberlain tentang persaingan monopolistik yang menjelaskan secara lebih realistik tentang strukur pasar yang aktual yang dihadapi hampir semua perusahaan. Teori Chamberlain ini tetap menggunakan dua asumsi dari struktur pasar persaingan sempurna, yaitu: Setiap perusahaan dalam menentukan keputusannya tidak tergantung pada perusahaan lainnya, karena itu setiap produsen menganggap bahwa harga-harga pesaing, iklan dari pesaing dan lain-lain tidak berbeda dengan tidakannya sendiri. Oleh karena perubahan harga oleh satu perusahaan dianggap tidak akan mempengaruhi perusahaan lain untuk bereaksi mengubah harga-harga produk mereka. Dan perubahan harga yang dilakukan satu perusahaan secara independen tidak akan menyebabkan perusahaan lain juga mengubah harga produk mereka. James L. Pappas dan Mark Hhirschey, Ekonomi Manajerial Jilid 2 (Jakarta: Binarupa Aksara, 1995) hal. 157 Jumlah perusahaan dalam suatu industri sangat banyak dan semuanya memproduksi produk dasar yang sama. Namun demikian, asumsi bahwa produk adalah homogen sempurna dihilangkan, maka setiap perusahaan dianggap mampu untuk membeda-bedakan produknya paling tidak dalam tingkat/derajat dari produk-produk perusaahaan- perusaahaan saingannya. Ciri-ciri Industri Persaingan Monopolistik Pasar persaingan mmonopolistik pada dasarnya adalah pasar yang yang berada di antara dua jenis pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh sebab itu sifat-sifatnya mengandung unsur-unsur sifat pasar persaingan dan monopoli. Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik antara lain: Terdapat banyak penjual atau produsen Di dalam industri ini, terdapat banyak penjual atau produsen. Sedemikian banyaknya sehingga keputusan apa pun yang dilakukan oleh satu sirm tidak akan mempengaruhi industri secara keseluruhan. Produknya terdiferensiasi atau terbedakan (differentiated products) Ciri ini merupakan sifat yang penting dalam membedakan antara pasar persaingan monopolistik dan persaingan sempurna. Produk yang dijual di dalam industri persaingan monopolistik ini tidak sama kecuali jenisnya, namun saling bermiripan satu sama lain. Kadang-kadang, perbedaan antar produk itu dalam hal sepele saja, yang berasal dari berbedanya corak dan secara fisik mudah dibedakan di antara produksi sebuah perusahaan dengan perusahaan lainnya, seperti pembungkusnya, warnanya, dan sebagainya. Produk yang dihasilkan juga tidak identik dan standard melainkan terdapat perbedaan dan bersubstitusi dekat. Perbedaan bisa jadi karena produk itu memang secara esensial berbeda (beberapa pasta gigi memang memiliki kandungan yang berbeda), tetapi bisa juga perbedaan itu hanya anggapan dan kepercayaan dari konsumen saja (beberapa obat flu dengan merk berbeda, sebenarnya kandungannya sama). Perbedaan itu dapat Tedy Herlambang, Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), hal. 247 terjadi karena perbedaan fisik: bentuk, ukuran, fungsi, disain, logo, dan lain-lain. perbedaan itu dapat juga karena perlakuan pemasaran, harga, lokasi pemasaran, pengepakan, ketersediaan, pelayanan purna jula, dan lain-lain. Perbedaan dalam sifat barang yang dihasilkan inilah yang menjadi sumber dari adanya kekuasaan monopoli, walaupun relatif kecil. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga Berbeda dengan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna, yang tidak mempunyai kekuasaan dalam mempengaruhi harga, perusahaan dalam persaingan monopolistik dapat mempengaruhi harga. Namun demikan, pengaruhnya ini relatis kecil jika dibandingkan dengan perusahaan dalam pasar monopoli. Kekuasaan mempengaruhi harga oleh perusahaan monopolistik bersumber dari sifat barang yang dihasilkannya, yaitu yang bersifat berbeda corak atau differentiated product. Konsumen dapat menentukan pilihan mengenai produk yang manakah yang disukainya; sedangkan di dalam persaingan sempurna konsumen tidak memiliki pereferensi (pengutamaan) suatu produk tertentu terhadap lainnya. Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 412 Tetapi, dalam hal ini persaingan monopolistik juga tidak dapat disamakan dengan keadaan pasar monopoli. Karena, di dalam pasar monopoli pengaruh harga dapat dilakukan oleh satu produsen dikarenakan produk yang dihasilkan tidak punya subtitusi sama sekali, sehingga produsen dapat membuat harga tersendiri untuk produknya yang dicar-cari oleh konsumen atau bahkan jarang ada di pasaran. Perusahaan dalam kadar tertentu juga mempunyai kekuasaan untuk menentukan harga jual produknya di atas keseimbangan penawaran dan permintaan pasar. Contoh dari pasar monopolistik adalah rumah makan, restoran cepat saji, toko grosir, toko eceran, toko sepatu, toko obat, salon kecantikan dan persewaan video. Tedy Herlambang, Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), hal. 248 Tidak ada hambatan bagi perusahaan-perusahaan untuk memasuki atau keluar dari pasar persaingan monopolistik. Vincent Gaspersz, Ekonomi Manajerial Pembuat Keputusan Bisnis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1999) hal. 319 Perusahaan yang akan masuk dan menjalankan usaha dalam pasar persaingan monopolistik tidak akan mengalami kesukaran. Hambatan yang dihadapi tidaklah seberat di dalam oligopoli dan monopoli. Tetapi masuk ke dalam industri persaingan mnopolistik ini juga tidak semudah seperti dalam pasar persaingan sempurna. Karena industri persaingan monopolisyik memiliki entry barrier (penghalang masuk) sehingga tidak mudah bagi firm yang baru untuk memasukinya. Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 482 Beberapa faktor menyebabkan hal ini. Yang pertama ialah karena modal yang diperlukan relatif besar jika dibandingkan dengan mendirikan perusahaan dalam persaingan sempurna. Karena saat ia masuk ke dalam industri ini, ia harus sudah mampu bersaing dengan produk lain yang lebih mapan dan mendapat tempatnya masing-masing di hati masyarakat. Maka ia harus mampu membangun citranya sendiri dari nol untuk dapat duduk sejajar dengan firm-firm lama. Yang kedua ialah karena perusahaan itu harus menghasilkan barang yang berbeda corak dengan yang sudah tersedia di pasar, dan mempromosikan barang tersebut untuk memperoleh pelanggan. Maka perusahaan baru pada dasarnya harus berusaha memproduksikan barang yang lebih menarik daari yang sudah ada di pasar, dan harus dapat meyakinkan konsumen akan kebaikan mutu barang yang diproduksi tersebut. Di samping itu, firm-firm baru yang akan masuk ke dalam industri ini juga harus memperhatikan hukum dan perundang-undangan. Jangan lupa bahwa jenis produk yang diperdagangkan tidak homogen sempurna seperti dalam industri persaingan sempurna. Jika sebuah firm baru memasuki kancah persaingan ini dengan mengeluarkan output yang sama persis dengan yang telah ada di dalam industri, dia tercegah oleh hukum dan peraturan. Ia bisa dilaporkan ke pihak berwajib karena itu dan dituduh melakukan kejahatan pemalsuan merek. Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 483 Promosi penjualan sangat aktif Harga bukanlah penentu utama dari besarnya pasar dari perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik. Sebuah perusahaan mungkin menjual barangnya dengan harga relatif tinggi, tetapi masih dapat menarik banyak pelanggan. Sebaliknya, suatu perusahaan lain mungkin harga barangnya lebih rendah, tetapi tidak banyak pelanggan. Keadaan seperti ini disebabkan oleh terdiferensiasikannya barang yang menimbulkan daya tarik yang berbeda kepada para pembeli. Oleh karena itu, para produsen mempengaruhi cita rasa pembeli dengan melakukan persaingan bukan-harga (non-price competition). Diferensiasi produk yang kuat akan menyebabkan kesetiaan konsumen menjadi lebih besar, oleh karena itu perusahaan akan lebih mampu mengendalikan harga. Drs. Lincoln Arsyar, M.Sc, Ekonomi Manajerial (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999) hal. 350 Persaingan yang demikian itu antara lain adalah dalam bentuk memperbaiki mutu dan desain barang, melakukan kegiatan iklan yang terus menerus, memberikan syarat penjualan yang menarik, dan sebagainya sehingga bisa menarik perhatian pembeli agar menggunakan produk-produk yang telah mereka produksi. Atas alasan inilah maka banyak perusahaan dalam industri monopolistik secara terus-menerus berupaya meyakinkan konsumennya bahwa produk mereka berbeda dan lebih baik dari produk perusahaan lain. sejumlah dana periklanan dikeluarkan untuk meyakinkan konsumen akan hal ini, misalnya comparative advertising yang dirancang untuk membedakan merk produk sebuah perusahaan dari merek perusahaan lain. beberapa perusahaan mendapatkan banyak manfaat dari comparative advertising karena merek produk mereka dinilai “lebih” oleh konsumen yang dikenal dengan ekuitas mereka. Tedy Herlambang, Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), hal. 252-253 Macam-macam Konsumen Di dalam industri persaingan tidak sempurna atau persaingan monopolistik, para produsen berlomba-lomba untuk mengunggulkan produknya agar diminati dan dikonsumsi oleh para pembeli, yang dari situlah mereka mempunyai pembeli yang setia dengan produk mereka dan biasa disebut sebagai pelanggan. Setiap produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan menghadapi tiga tipe konsumen yang tak jarang menentukan besar permintaan, penawaran, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dan seringkali menjadi perhatian khusus dari para produsen agar perusahaannya bisa bertahan dengan produknya tersebut. Tiga tipe konsumen tersebut adalah: Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 452-453 Pembeli setia (loyal buyers) Dalam hal mengkonsumsi sebuah produk, kelompok pembeli ini dalam keadaan apa pun juga pasti memilih produk tertentu yang sudah dipercayainya. Misalnya, seorang gadis dengan sangat setia membeli sabun kecantikan untuk wajah merek “X”, sementara gadis lain lebih menyukai merek “Y” serta sama sekali tidak mau membeli atau memakai merek lain. Semua firm ingin memiliki jumlah pembeli setia ini sebanyak mungkin. Caranya adalah dengan menonjolkan dan menunjukkan perbedaan antara produknya dengan produk pesaingnya. Kepada para pembeli setia inilah masing-masing firm memiliki kekuatan monopoli (monopoly power). Firm shampo “X” misalnya, memiliki dan memegang kekuasaan monopoli terhadap para pembeli setianya. Firm itu tidak perlu khawatir akan kesetiaan para pembeli setia ini. Mereka hampir yakin bahwa apa pun yang dilakukannya, menaikkan harga misalnya, tidak akan membuat para pembeli setia ini bergeming, kemudian membeli merek atau cap lain. karena memiliki monopoly power tersebut, entah kecil atau besar itulah, mereka lalu memiliki kekuatan untuk bertindak sebagai price maker atau penentu harga. Pembeli tidak setia (non-loyal buyers) Orang-orang dalam kelompok ini juga merupakan pembeli, namun tidak setia. Artinya, ia suka membeli produk merek tertentu, namun tidak jarang ia membeli produk merek lain. kelompok pembeli tidak setia inilah yang paling menjadi perhatian dan pusat kekhawatiran para produsen. Pembeli jenis ini akan mudah sekali berpindah produk dengan membeli natau memakai produk lain jika harga lain. para produsen menyadari hal ini. Mereka menyadari bahwa produk para pesaing itu merupakan substitusi atau pengganti bagi produk yang dia hasilkan. Kalau sampai ia menaikkan harga, para pembeli tidak setia ini akan pindah meninggalkan produknya dan membeli produk pesaingnya. Bukan pembeli (non-buyers) Orang-orang dalam kelompok ini merupakan sekelompok anggota masyarakat yang tidak menyukai produk merek atau jenis tertentu. Persaingan Bukan-Harga Persaingan bukan-harga adalah usaha-usaha di luar perubahan harga yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik lebih banyak pembeli di atas barang yang diproduksikannya. Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 304 Maka pada hakikatnya usaha-usaha untuk melakukan persaingan bukan-harga bertujuan untuk memindahkan kurva permintaan ke kenan. Perpindahan itu berarti pada setiap tingkat pendapatan dan kesempatan kerja, jumlah barang yang diminta menjadi bertambah banyak. Persaingan bukan-harga dapat dibedakan kepada dua jenis berikut ini: Diferensiasi produk Diferensiasi produk yaitu menciptakan barang sejenis tetapi berbeda coraknya dengan produksi perusahaan-perusahaan lain. Setiap perusahaan dalam persaingan monopolistik akan berusaha untuk memproduksikan barang yang mempunyai sifat yang khusus, dan yang dapat dengan jelas dibedakan dari produksi perusahaan-perusahaan lainnya. Maka di dalam pasar akan terdapat berbagai barang yang dihasilkan suatu industri yang mempunyai corak, mutu, desain, mode, dan merek yang berbeda-beda. Terdapatnya berbagai variasi dari suatu jenis barang adalah sifat istimewa dari pasar persaingan monopolistik, yang tidak terdapat dalam pasar persaingan sempurna. Seperti yang telah diketahui jika dalam pasar persaingan sempurna, barang yang dihasilkan dan diperjualbelikan adalah sepenuhnya serupa (identical). Dengan adanya corak tersebut, maka akan memberikan keuntungan kepada perusahaan maupun untuk para konsumen. Kepada perusahaan, barang yang berbeda-beda sifatnya tersebut akan menjadi daya tarik khusus atas barang yang diproduksikan. Segolongan konsumen tertentu akan lebih suka membeli barang (walaupun harganya lebih mahal) kalau dibandingkan dengan barang-barang yang sejenis yang dihasilkan perusahaan-perusahaan lain. Dengan demikian diferensiasi produk dapat menciptakan suatu bentuk kekuasaan monopoli. Dengan menghasilkan suatu barang tertentu yang berbeda dari barang lainnya, perusahaan menciptakan suatu penghambat kepada perusahaan-perusahaan lain untuk menarik pelanggan. Kepada para konsumen, barang yang sejenis tetapi berbeda corak tersebut menimbulkan suatu keuntungan pula, yaitu pilihan mereka untuk membeli suatu barang menjadi lebih beraneka ragam. Ini memungkinkan mereka memilih barang yanag benar-benar sesuai dengan keinginannya. Iklan dan berbagai bentuk promosi penjualan Di dalam perusahaan-perusahaan modern kegiatan mempersiapkan dan membuat iklan adalah suatu bagian penting dari usaha untuk memasarkan hasil produksinya. Pengeluaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan untuk pengiklanan meliputi jumlah yang cukup besar yang adakalanya menimbulkan pertambahan yang nyata kepada biaya produksi. Perusahaan-perusahaan melakukan kegiatan pengiklanan untuk mencapai salah satu atau gabungan dari tiga tujuan Ibid., hal. 305-306 yang dinyatakan di bawah ini: Untuk memberikan informasi mengenai produk. Iklan seperti ini dilakukan untuk memberikan penerangan kepada konsumen tentang suatu produk. Iklan itu mungkin untuk barang yang telah lama ada, atau untuk barang yang baru saja dikembangkan. Iklan seperti ini dinamakan iklan memberi penerangan atau information adversiting. Untuk menekankan kualitas suatu produk secara persuasif. Iklan seperti ini dilakukan untuk menerangkan kepada konsumen akan kualitas yang sangat baik dari sebuah produk. Beberapa bentuk iklan bertujuan untuk terus menerus mengingatkan para konsumen bahwa barang tersebut ada di pasar. Iklan seperti ini dinamakan iklan untuk bersaing atau competitive adversiting. Untuk memelihara hubungan baik dengan para konsumen. Iklan tersebut lebih berbentuk memperkenalkan perusahaan tersebut mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Kebaikan dan Keburukan Pengiklanan Di dalam menilai apakah iklan memberikan manfaat kepada masyarakat, terdapat berbagai pendapat. Segolongan orang berkeyakinan bahwa iklan merupakan suatu penghamburan karena biaya produksi bertambah tinggi sedangkan konsumen tidak menerima kenikmatan tambahan dari barang yang dipromosikan melalui kegiatan pengiklanan. Pengiklanan tidak menambah atau memperbaiki mutu suatu barang. Segolongan lain berpendapat bahwa iklan memberikan sumbangan yang positif kepada masyarakat karena ia dapat menurunkan biaya produksi per unit. Pandangan lain yang menyokong pengiklanan mengenai kebaikan-kebaikan iklan adalah sebagai berikut: Pengiklanan membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik di dalam menentukan jenis barang yang akan dibelinya. Dengan iklan, perusahaan-perusahaan dapat menjelaskan kepada konsumen tentang barang baru yang diproduksikan, atau barang lama yang telah ditingkatkan mutunya. Di samping itu, iklan dapat menerangkan kepada konsumen tempat-tempat di mana suatu barang dapat dibeli. Ini mengurangi biaya biaya dan hemat waktu konsumen untuk mencari dan mendapatkan barang tersebut. Iklan akan menggalakkan kegiatan memperbaiki mutu suatu barang. Dalam mempromosikan barangnya melalui iklan, perusahaan berusaha menonjolka sifatsifat istimewa dari barang yang diproduksikannya. Maka iklan memberi dorongan kepada perudahaan untuk mengembangkan hasil produksinya sehingga mempunyai keistimewaan- keistimewaan tertentu jika dibandingkan dengan barang yang sama diproduksikan oleh perusahaan lain. Iklan membantu mebiayai perusahaan komunikasi masa seperti radio, televisi, surat kabar dan majalah. Dengan membuat iklam dalam perusahaan-perusahaan ini, sebagian biaya mereka akan dibayar oleh kegiatan pengiklanan. Ini dapat mengurangi subsidi pemerintah untuk membiayai kegiatan radio dan televisi, dan menurunkan harga surat kabar dan majalah, yaitu lebih rendah dari yang akan ditetapkan apabila tidak terdapat iklan. Iklan menaikkan kesempatan kesempatan kerja. Akibat dari adanya iklan, jumlah produksi bisa saja meningkat. Untuk menambah produksi, lebih banyak pekerja diperlukan. Dengan demikian pengiklanan juga menyebabkan penggunaan tenaga kerja bertambah banyak. Selain mendapat sokongan karena menimbulkan beberapa keuntungan bagi perusahaan dan masyarakat, iklan juga menjadi bahan kritik karena memiliki beberapa sifat-sifat yang negatif. Urain berikut memberi gambaran tentang beberapa kritik terhadap pengiklanan: Promosi secara iklan adalah suatu penghamburan. Ia akan menaikkan biaya produksi per unit tanpa menimbulkan perubahan apa pun ke atas suatu barang. Sebelum ini pandangan tersebut telah di terangkan menggunakan grafik. Pengkritik pengiklanan menambah pula, walaupun pengiklanan akan menambah penjualan suatu perusahaan, pada waktu yang sama penjualan perusahaan lain berkurang. Dengan demikian, kalau ditinjau dari sudut keadaan yang wujud di seluruh pasar, iklan tidaklah menaikkan jumlah barang yang diproduksikan dan dijual kepada konsumen. Iklan tidak selalu memberi informasi yang betul. Tidak selalu iklan dibuat dengan jujur, dan menerangkan sifat-sifat sebenarnya dari barang yang diiklankan. Iklan yang menyatakan bahwa suatu barang adalah lebih istimewa dari barang yang sejenis yang tersedia di pasar, akan menarik segolongan konsumen untuk tidak menggunakan barang lain yang selalu dibelinya pada masa lalu. Apabila sifat barang yang dipromosikan melalui iklan adalah lebih buruk dari barang yang tidak dikonsumsi lagi oleh konsumen yang bersangkutan, iklan merugikan konsumen tersebut. Iklan bukanlah suatu cara yang efektif untuk menambah jumlah pekerjaan dalam perekonomian. Terdapat cara lain yang akan dapat menambah jumlah pekerjaan dengan lebih efektif. Misalnya, usaha menambah pekerjaan akan labih efektif hasilnya dengan menggunakan kebijakan fiskal dan moneter. Iklan dapat menjadi penghambat kepada perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri. Apabila kampanye iklan sangat berhasil dan produksi mengalami pertambahan yang sangat besar, perusahaan lain akan mengalami kekurangan permintaan dan efisiensi kegiatannya menurun. Menghadapi kenyataan seperti itu perusahaan-perusahaan baru menjadi lebih enggan untuk masuk ke dalam industri tersebut. Dengan mengemukakan pandangan-pandangan yang menjelaskan buruk baiknya kegiatan pengiklanan, sekarang dapatlah dibuat penilaian tentang sampai di manakah iklan memberikan sumbangan kepada masyarakat. Sudah jelas bahwa iklan mempunyai beberapa kebaikan yang nyata, tetapi di samping itu kelemahannya dapat dengan mudah ditunjukkan. Maka, untuk memaksimalkan efek positif dan pengiklanan, haruslah efek-efek buruk yang mungkin timbul dihindarkan. Beberapa langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah: Iklan haruslah terutama bertujuan untuk memberi keterangan yang benar dan jujur mengenai barang yang dipromosikan penjualannya. Peraturan-peraturan yang tujuannya mengawasi agar perusahaan-perusahaan membuat lebih banyak iklan yang bersifat memberikan penerangan perlu dibuat. Kegiatan pengiklanan harus diatur secara demikian rupa sehingga ia tidak menjadi penghambat kepada perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri tersebut. BAB III PENUTUP Kesimpulan Di dalam ilmu ekonomi, kita mengenal beberapa jenis pasar atau industri yang dinyatakan oleh para ahli ekonomi bahwa jenis pasar atau industri tersebut terdiri dari empat, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan tidak sempurna (monopolistik), dan oligopoli. Di dalam makalah ini sendiri membahas lebih lanjut mengenai pasar persaingan tidak sempurna (monopolistik). Pasar monopolistik adalah bentuk industri atau pasar persaingan yang secara karakteristik berada di antara persaingan sempurna dengan monopoli. Dan tokoh yang pertama kali memperkenalkan teori mengenai persaingan tidak sempurna dalam industri atau pasar adalah Edward H. Chamberlain. Industri persaingan monopolistik memiliki bebrapa ciri, dan yang paling menonjol dari ciri tersebuu adalah terdapat banyak penjual dan pembeli, serta produk yang dihasilkan terdiferensiasi meskipun jenisnya sama. Kedua ciri pokok inilah yang menyebabkab persaingan ini dianggap sebagai bentuk persaingan yang berada di tengah antara pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli. Selain itu, peran konsumen juga berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan produksi, karena tanpa adanya konsumen yang mau membeli produknya, sebuah produsenj tidak akan bertahan lama berada di persaingan tidak sempurna. Karena ada sekian banyak produsen yang membuat produk yang sejenis, dalam persaingan tidak sempurna terjadi kompetisi membuat produk tersebut terdiferensiasi guna menarik banyak pelanggan. Dan untuk hal ini, para produsen tersebut melakukan berbagai hal untuk menarik perhatian para konsumen yakni dengan jalan pengiklanan. Daftar Pustaka Arsyar, Lincoln. Ekonomi Manajerial. 1999. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Gaspersz, Vincent. Ekonomi Manajerial Pembuat Keputusan Bisnis. 1999. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Herlambang, Tedy. Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing. 2002. Jakarta: PT RajaGrafindo. James L. Pappas dan Mark Hirschey, Ekonomi Manajerial Jilid 2. 1995.Jakarta: Binarupa Aksara. Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. 2006. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. PAGE \* MERGEFORMAT 14