Academia.eduAcademia.edu

Eksperiment pendengaran

2019, Eksperiment pendengaran

BAB I TUJUAN DAN PROSEDUR EKSPERIMEN Tujuan Eksperimen Eksperimen ini dibuat bertujuan untuk: Mengetahui perbedaan persepsi tiap individu yang dihasilkan dari sensasi auditori yang sama. Membuktikan bahwa persepsi tiap individu dilatarbelakangi berdasarkan pengalaman. Bahan-bahan yang Digunakan Handphone Speaker Penutup mata Prosedur Eksperimen Memilih atau meminta dua orang perwakilan dari kelompok lain sebagai objek percobaan eksperimen. Dua orang volunteer ini kami beri penutup mata dengan tujuan agar indera mereka hanya terpusat pada pendengaran saja. Volunteer diminta mendengarkan suara yang sudah kami siapkan dengan saksama. Suara bersifat ambigu supaya tiap volunteer bisa memberikan persepsi yang berbeda. Tiap volunteer diminta menjelaskan perihal suara yang mereka dengar, persepsi apa yang muncul ketika mereka mendengarkan suara tersebut. BAB II TINJAUAN TEORETIK Persepsi Definisi Persepsi Persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem inderawi kita. Dengan kata lain persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi. Proses persepsi didahului oleh proses sensasi. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata sense, yang artinya alat indera yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah proses menangkap stimuli melalui alat indera. Proses sensasi terjadi saat alat indera mengubah informasi menjadi impuls- impuls saraf yang dimengerti oleh otak. Dengan melakukan persepsi, manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi (Mutmainnah , 1997). Obyek-obyek disekitar kita dapat kita tangkap melalui alat-alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati obyek tersebut. Pada seorang bayi yang baru lahir, bayangan-bayangan yang sampai ke otak masih bercampur aduk, sehingga bayi tersebut belum dapat membeda- bedakan benda-benda dengan jelas. Makin besar anak tersebut makin baiklah struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya pengalaman, anak tersebut mulai dapat mengenali obyek-obyek satu persatu, membedakan antara satu benda dengan benda lainnya dan mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa. Ia mulai dapat memfokuskan perhatiannya pada satu obyek, sedangkan obyek-obyek lain disekitarnya dianggap sebagai latar. Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi (Sarwono, 2000). Dalam hidupnya indera manusia selalu kontak dengan berbagai rangsangan (stimulus). Kita bereaksi untuk menguraikan pola stimulus yang biasanya hampir tidak kita sadari. bagian-bagian kecilnya. Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulasi ini dalam lingkungannya (Atkinson, 1991). Proses Terjadinya Persepsi Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi Objek dan peristiwa di dunia nyata Berupa energi informasi Otak Sinyal ke (2) Alat indera (1) Pengalaman perseptual (perceived world) Diolah dengan peristiwa di otak yang Sumber : Psikologi Komunikasi (Mutmainnah, 1997) Objek atau peristiwa di dunia nyata (real world) diterima oleh alat indera (1), berupa energi atau informasi (disebut stimulus). Stimulus ini akan diubah oleh alat indera menjadi sinyal yang dimengerti oleh otak (2). “Komputer” otak akan mengolahnya dengan membandingkannya dengan peristiwa-peristiwa yang relevan yang tersimpan diotak (3) hingga menjadi pengalaman perseptual. Dunia yang dipersepsi bukanlah “dunia yang nyata” (real world). Yang kita persepsi adalah “dunia yang kita pahami” (perceived world). Artinya, dunia yang kita kenal sebenarnya adalah dunia yang kita beri arti, makna atau tafsiran. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses persepsi adalah perhatian (attention). Perhatian ini terjadi bila kita memusatkan diri hanya pada salah satu indera, dan mengabaikan masukan melalui indera-indera lainnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian kita, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi : intensitas stimuli, gerakan, novelty (hal-hal bau, yang luar biasa) dan pengulangan. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perhatian kita adalah faktor biologis dan faktor sosiopsikologis seperti kebiasaan, motif, kebutuhan dan sebagainya (Mutmainnah dkk, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Seperti juga sensasi, persepsi setiap orang terhadap pesan yang diterimanya tidak sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut adalah : Faktor-faktor personal. Karakter orang yang melakukan persepsi mempengaruhi bagaimana ia mempersepsikan suatu obyek, hal ini mencakup : Kebutuhan atau motif Orang yang berhari-hari kurang makan akan memberi perhatian ekstra terhadap informasi tentang makanan, seorang karyawan percetakan besar akan memilih membaca Koran dibandingkan berita-berita lainnya. Sikap, nilai, preferensi, dan keyakinan Misalnya seorang simpatisan partai X akan memilih berita-berita tentang partai X dibandingkan berita tentang partai Y atau Z. Tujuan Tujuan kita akan mempengaruhi bagaimana persepsi kita akan sesuatu. Kapabilitas Kapabilitas mencakup hal-hal seperti tingkat intelegensia, kemampuan akan suatu topik, dan kemampuan berbahasa. Kegunaan Kegunaan suatu informasi bagi kita. Kita cinderung untuk mengerti dan lebih mengingat pesan-pesan yang berguna bagi kita. Gaya komunikasi Gaya komunikasi mempengaruhi persepsi, misalnya orang yang introvert atau pemalu cinderung akan mencari informasi tentang kesehatan di buku daripada langsung pergi ke dokter. Pengalaman dan kebiasaan Pengalaman dan kebiasaan terbentuk dari pendidikan dan budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi stimuli, mencakup : Karaktir fisik stimuli, misalnya ukuran, warna, intensitas dan sebagainya. Pengorganisasian pesan Cara bagaimana pesan diatur atau diorganisasikan mempengaruhi persepsi kita, misalnya sebuah serial cerita akan dibuat “menggantung” hingga membuat orang penasaran dan ingin menonton kelanjutannya. Novelty (kebaruan, keluarbiasaan) Hal-hal yang baru atau luar biasa akan lebih dapat menyedot perhatian kita dibandingkan hal-hal yang rutin atau biasa-biasa saja. Mode, yakni bagaimana informasi itu diserap oleh pancaindera (bisa melalui pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, atau pengecapan). Asal mula informasi Asal mula informasi mempengaruhi kita dalam menyerap pesan. Ada informasi yang berasal dari lingkungan fisik, dari diri sendiri, dari orang lain (melalui komunikasi antar pribadi), dari media massa, dan lain-lain. Pengaruh, media dan lingkungan Media atau channel berpengaruh dalam penerimaan dan pengolahan informasi. Informasi tentang kesehatan yang didapat dari berita televisi akan dipersepsikan berbeda jika informasi tersebut dibaca dari jurnal kesehatan, informasi dari radio berbeda dengan yang di televisi, informasi dari surat kabar serius akan berbeda dengan dengan informasi yang sama di koran kuning, dan sebagainya. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Situasi komunikasi, setting atau konteks yang mendasari suatu proses komunikasi berpengaruh pada persepsi kita akan sesuatu (Mutmainnah, 1997). Sensasi 2.2.1 Definisi sensasi Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi atau dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugrahi dengan indra, atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartika sebagai aspek kedasaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tunggi, warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Sebuah sensasi dipandang sebagai knadungan atau objek kesadaran puncak yang privat dan spontan. Benyamin B. Wolman (1973, dalam Rakhmat,1994) menyebut sensasi sebagai “ pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra. Apapun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, menusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan, karena rumput juga mengindra cahaya dan humiditas (Lefrancois, 1974, dalam rakhmat,1994). Sensasi sering di bedakan dari persepsi, yang melibatkan penilain, inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah, sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan sebagai mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan (tetapi bukan dengan emosi ), sedangkan persepsi lebih berhubungan dengan kognisi. Sensasi sering digunakan secara sinonim dengan kesan indrawi, sense datum, sensum, dan sensibilium. 2.2.2 Jenis- jenis sensasi 1. Indera Penglihatan Cangara, H. (2000) Indera penglihatan atau mata adalah organ yang mendeteksi cahaya. Dalam proses penglihatan, kita harus membutuhkan cahaya dalam mewujudkan hasil penglihatan. Dalam menyerap informasi melaluimata, setidaknya ada beberapa jenis warna yaitu wana primer seperti merah, hijau dan biru. Kemudian, warna sekunder yaitu gabungan dari warna primer seperti kuning cyan dan magenta. Ada pula warna tesier yaitu gabungan dari kedua waran primer dan sekunder seperti orange, ungu dan lainnya. Mata dapat melihat sebuah benda jika terdapat cahaya yang dipantulkan. Pantulan cahaya tersebut akan diterima oleh kornea. Setelah itu, akan diteruskan ke lensa mata melalui pupil. Ketika pada mata normak, lensa mata tersebut akan memfokuskan bayangan benda agar jatuh tepat di bintik kuning. Lalu, sel-sel reseptor meneruskan rangsangan cahata ke pusat syaraf penglihatan kita di otak. Mata atau indera penglihatan ini dapat mengalami buta warna. Buta warna adalah suatu kelianan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata dalam menanglap spektrum waran tertentu. Penderita buta warna tidak dapat membedakan perbedaan nuansa warna atau memang buat pada beberapa warna. Buta warna sendiri dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : Trikromasi Yakni perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih kerucut. Trikromasi sendiri dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : protanomaliyang yakni kelemahan pada warna merah, deuteromaliyang yakni kelemahan pada warnan hijau serta tritanolami atau low blue yakni kelemahan pada waran biru. Dikromasi Yakni tidak adanya satu dari 3 macam sel kerucut, juga terdiri dari 3 jenis yaitu: protanopia adalah tidak adanya sel kerucut merah sehingga warna merah dan perpaduannya berkurang, deuteranopia adalah tidak adanya sel kerucut waran hijau serta tritanopia adalah tidak adanya sel kerucut warna biru. Monokromasi Yakni berkurangnya semua sel pengalihatan warna sehingga ia hanya melihat warna hitam putih jenis typical dan sedikit jenis warna atypical, namun hal ini sangat jarang sekali. 2. Indera Pendengaran Pendengaran (telinga) adalah alat pendengar dan alat keseimbangan. Terdiri dari 3 bagian yakni telinga luar, tengah dan rongga bagian dalam. Suara yang didengarkan oleh telinga adalah gelombang mekanis dari osilasi tekanan yang dialirkan melalui gas, padat dan cair yang terdiri dari frekuensi kisaran pendengaran dan tingkatan yang cukup kuat untuk didengarkan. Proses pendengaran sendiri diawali dengan gelombang bunyi yang masuk melalui telinga, lalu menggetarkan membran timpani. Hasil getaran tersbeut akan diteruskan ke telinga tengah dengan tulang-tulang pendengaran. Kemudian, getaran tersebut menuju ke telinga dalam dengan selaput jendela oval yang menggetarkan cairan perilimfe di dalam skala vesstibuli. Selain sebagai indera pendengaran, telinga juga memiliki reseptor perangsang keseimbangan atau equilibrium yang bertugas mengatur keseimbangan kita. 3. Indera Peraba Indera peraba atau bagian kulit yang paling peka adalah ujung jari dan bibir. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan epidermis dan dermis. Rangsangan peraba kulit adalah tekanan, suhu, sakit atau nyeri dan gerakan. Kulit memiliki ujung-ujung saraf sensorik yang menjadi reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature dan rasa sakit. Kulit sendiri memiliki tiga fungsi, di antaranya: - Monoreseptor yakni berhubungan dengan indera peraba, adanya tekanan gerakan dan kinestasi - Thermoreseptor atau bawah kulit berhubungan dengan saraf pendeteksi panas dan dingin - Kemoreseptor yakni berhubungan dengan jenis rasa asam, basa dan garam 4. Indera Penciuman Indera penciuman atau hidung berfungsi menanggapi rangsang berbentuk bau atau gas. Pada rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang mempunyai sel-sel pembau dimana sel-sel ini dilengkapi dnegan rambut halus diujungnya denagn selaput untuk membuat hidung lembab. Setidaknya ada 6 bau utama yangmudha diterima oleh hidung yaitu, bau cengkeh, vanili, jeruk, eter, sereh, terpentin dan telur busuk. Cara kerja telinga adalah dengan mendeteksi molekul-molekul di udara. Di dalam hidung terdapat olfactory epithelium yang sensitif tehadap bau. Reseptor ini berjumala sekitar 10 juta. Saat partikel tertangkap oleh reseptoe,sinyakl dikirim ke olfactory. Kemudian dikirim ke otak sehingga otak akan mendeteksi bau apakah yang tercium oleh hidung kita. 5. Indera Pengecap Indera pengecap atau lidah adalah resepor khusus yang berhubungan dengan reseptor kimia. Organ ini tersusun dari otot yang dapat merasakan berbagai macam rasa seperti asin, manis, asam dan pahit. Lidah bisa disebut juga sebagai kumpulan otot pada lantai mulut yang berfungsi sebagai alat pengunyah dan penelan. Selain itu, lidah juga berfungsi sebagai alat pembantu bicara dan membantu proses pencernaan. 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sensasi Faktor-faktor yang mempengaruhi sensasi adalah : Kekuatan sinyal Tugas dan pekerjaan Harapan individu Konsekuensi berupa penghargaan atau hukuman Norma atau ukuran yang diberikan pada individu DAFTAR PUSTAKA Mulyana, Deddy, 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Sarwono, S W. 2000. Teori-Teori Psikologi Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Atkinson, R.C., dan E.R. Hilgar. 1991. Pengatar Psikologi, diterjemahkan oleh Nurjanah Taufik dan Rukmini. Berhana. Erlangga. Jakarta Wolman, B. B. (1973). Handbook of General Psychology. Cangara, H. (2000). Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Rajagrafindo Persada.