Academia.eduAcademia.edu

Naskah Publikasi 09 292608 PKT 00874

NASKAH PUBLIKASI PENDUGAAN EROSI DAN KEMAMPUAN LAHAN DI WILAYAH SUB DAS PRONGGO DAN SUB DAS TERMAS PONGGOK DAS GRINDULU KABUPATEN PACITAN Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Master Of Science (M.Sc) Disusun Oleh : Aqshan Shadikin Nurdin 09/292608/PKT/874 PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................. HALAMAN PENGESAHAN............................................................... DAFTAR ISI...... ................................................................................... INTISARI……... ................................................................................... I. PENDAHULUAN A. B. C. D. II. i ii iii iv Latar Belakang ........................................................................ Perumusan Masalah………………………………………… Tujuan Penelitian .................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................. 1 2 2 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Daerah Aliran Sungai.............................................................. B. Erosi………………………………………………………… C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi ............................... D. Prediksi Erosi……………………………………………….. E. Erosi yang Diperkenankan………………………………….. F. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ................................................... G. Sedimentasi ……………………………………………….. H. Klasifikasi Kemampuan Lahan……………………………… I. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan……………….......... J. Landasan Teori...…………………………………………… 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 III. METODE PENELITIAN…………………………………… 7 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN…………… 7 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G. VI. Unit Lahan…………………………………………………. Erosivitas Hujan……………………………………………. Erodibilitas Tanah…………………………………………. Lereng……………………………………………………… Vegetasi dan Pengelolaan Lahan…………………………... Erosi……………………………………………………….. Klasifikasi Kemampuan Lahan……………………………. 8 8 9 9 9 10 12 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………………………………………………… B. Saran………………………………………………………… 12 13 DAFTAR PUSTAKA 14 iii PENDUGAAN EROSI DAN KEMAMPUAN LAHAN DI WILAYAH SUB DAS PRONGGO DAN SUB DAS TERMAS PONGGOK DAS GRINDULU KABUPATEN PACITAN Oleh : Aqshan Shadikin Nurdin1), Djoko Marsono2) dan Putu Sudira3) INTISARI Kerusakan sumberdaya alam hutan (SDH) yang terjadi saat ini telah menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan hidup daerah aliran sungai (DAS). Tekanan yang besar terhadap sumberdaya alam oleh aktivitas manusia, salah satunya dapat ditunjukkan adanya perubahan penutupan lahan yang begitu cepat. Erosi yang terjadi di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok dapat meningkatkan kerentanan banjir di wilayah hilir. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan berpotensi besar menimbulkan bahaya erosi dan penurunan produktifitas lahan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan erosi dengan menggunakan metode MUSLE dan Mengkaji kesesuaian antara penggunaan lahan saat ini dan melakukan penilaian kemampuan lahan di wilayah penelitian terkait dengan peruntukannya. Nilai rata-rata prediksi erosi menggunakan metode MUSLE pada Sub DAS Pronggo adalah 5,05 ton/ha/th sedangkan pada Sub DAS Termas Ponggok Kupang adalah 8,94 ton/ha/th. Hasil uji korelasi memperlihatkan hubungan antara prediksi erosi MUSLE dengan erosi aktual cukup kuat. Terdapat beberapa kelas kemampuan lahan diantaranya adalah kelas kemampuan lahan II memiliki potensi lahan yang tinggi, sehingga dapat diusahakan untuk pertanian, dan permukiman. Kelas kemampuan lahan IV dengan pengelolaan terbatas, sehingga di perlukan tindakan konservasi, seperti pembuatan teras bangku. Kelas kemampuan lahan VI dan VII merupakan lahan dengan potensi rendah atau sulit diusahakan untuk pertanian, kelas kemampuan lahan ini diperuntukan untuk tanaman kehutanan dan padang pengembalaan. Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai, Erosi, Kemampuan Lahan 1) 2) 3) Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. iv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan sumberdaya alam hutan (SDH) yang terjadi saat ini telah menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan hidup daerah aliran sungai (DAS) seperti tercermin pada sering terjadinya erosi, banjir, kekeringan, pendangkalan sungai, waduk dan saluran irigasi. Tekanan yang besar terhadap sumberdaya alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan penutupan lahan yang begitu cepat. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu pada umumnya disebabkan oleh adanya pembangunan yang kurang memperhatikan ekosistem dari sumber daya alamnya, yang akan mengakibatkan terganggunya distribusi siklus air (siklus hidrologi) pada DAS, yaitu antara lain meningkatnya kuantitas debit tahunan dan puncak banjir (peack discharge), meningkatnya erosi dan sedimentasi, menurunkan resapan air tanah dan aliran dasar (base flow) pada musim kemarau. Erosi dan sedimentasi merupakan indikator terjadinya degradasi DAS, indikator erosi dipengaruhi oleh kemiringan lahan, karakteristik hujan dan penggunaan teknik-teknik konservasi. Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok terdapat di Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Jenis tanah di Sub DAS Pronggo didominasi oleh jenis tanah Litosol, Koluvial dan Mediteran sedangkan pada Sub DAS Termas Ponggok didominasi oleh jenis tanah Kambisol, Koluvial, Litosol dan Mediteran dengan berbagai macam jenis penggunaan lahan yaitu sawah, permukiman, kebun dan tegalan Sebagian wilayah Pacitan berada di hulu DAS Bengawan Solo, dengan tingkat kerawanan erosi sangat tinggi. Kondisi lahan sebagian besar berbukit dan bergunung dengan kemiringan sangat curam (>45%). Memperhatikan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya penelitian ilmiah yang dapat memberikan informasi tentang tingkat erosi dan kemampuan lahan dalam menentukan arahan peruntukan lahan di wilayah tersebut. 1 B. Perumusan Masalah Erosi yang terjadi di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok dapat meningkatkan kerentanan banjir di wilayah hilir. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan berpotensi besar menimbulkan bahaya erosi dan penurunan produktifitas lahan. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini diharapkan mampu menjawab beberapa pertanyaan, yaitu : 1. Bagaimana tingkat erosi di wilayah Sub DAS Pronggo dan Termas Ponggok ? 2. Bagaimanakah hubungan antara penghitungan erosi dengan menggunakan metode MUSLE dan penghitungan erosi yang diperoleh berdasarkan pengukuran lapangan (aktual) pada Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) ? 3. Apakah penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Pronggo dan Termas Ponggok saat ini telah sesuai dengan kemampuan lahannya ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Melakukan pendugaan erosi dengan menggunakan metode MUSLE 2. Mengkaji kesesuaian antara penggunaan lahan saat ini dan melakukan penilaian kemampuan lahan di wilayah penelitian terkait dengan peruntukannya ? D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Memberikan informasi tentang tingkat erosi dan kemampuan lahan di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok serta hubungannya dengan pemanfaatan lahan saat ini. 2. Dari aspek ilmu pengetahuan dapat menambah wawasan dalam ilmu kehutanan khususnya bidang pengelolaan DAS 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang berfungsi menangkap air dalam bentuk apapun seperti hujan, salju, atau embun dan dialirkan melalui tubuh air berupa sungai atau danau (DeBarry 2004). DAS merupakan daerah yang secara fisik dan alamiah membentuk cekungan sehingga air hujan mengalir menuju suatu titik pengeluaran (Susanto,2008) B. Erosi Asdak (2007) menyatakan penyebab terjadinya erosi adalah erosi karena sebab alamiah dan erosi karena aktivitas manusia. Erosi terjadi di sepanjang tebing sungai, dimana kecepatan aliran tinggi dan tahanan material tanggul rendah (Christady, 2006) Sarief (1985), mengemukakan bahwa erosi tanah adalah suatu porses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi Menurut Kartasapoetra (2005), dalam menelaah dan memperhitungkan terjadinya erosi dapat dilihat pada interaksi kerja antara faktor iklim, topografi, vegetasi (tumbuhan), sifat pengelolaan fisik tanah dan peranan manusia terhadap tanah yang dinyatakan dalam persamaan deskriptif berikut : E = f (C,T,V,S,H) ......................................(1) D. Prediksi Erosi Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengambil keputusan dalam mengambil perencanaan konservasi tanah pada suatu areal tanah .Persamaan pendugaan erosi (tanah hilang) selanjutnya dikembangkan oleh Williams (1975) yaitu menerapkan faktor erosivitas hujan (R) sebagai rainfall-runoff basis persamaan MUSLE, sehingga persamaannya menjadi : A = Rm x K x L S x C x P ..…………………….(2) 3 Dimana : A Rm K LS C P = = = = = = Nilai rata-rata tahunan kehilangan tanah Nilai total volume runoff dan debit puncak Erodibilitas tanah Panjang lereng – kemiringan lereng Penutupan dan pengelolaan tanaman Pengelolaan dan konservasi tanah E. Erosi yang diperkenankan Penentuan erosi yang diperkenankan didasarkan pada ketebalan/solum tanah dengan merujuk pada penetapan nilai TSL tanah-tanah di Indonesia sebagaimana terdapat pada Tabel 1 Tabel 1. Solum dan Nilai (tolerable soil loss) TSL di Indonesia No 1 2 3 4 Kondisi Tanah Tanah kedalaman dangkal (< 5 cm) Tanah kedalaman sedang (50 – 90 cm) Tanah kedalaman dalam (> 90 cm), permeabilitas sedang Tanah kedalaman dalam (> 90 cm), permeabilitas cepat Nilai TSL (ton/ha/th) 9,6 14,4 24,0 30,0 Sumber : Asdak (2007). F. Tingkat Bahaya Erosi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan berdasarkan perhitungan nisbah laju erosi tanah potensial dengan laju erosi yang masih ditoleransi atau secara matematis persamaannya dapat ditulis sebagai berikut (Hammer, 1981) : TBE = A / TSL .............................................(3) Dimana : TBE A TSL = Tingkat Bahaya Erosi = Laju erosi potensial tahunan (ton/ha/th) = Erosi yang diperkenankan (ton/ha/th) G. Sedimentasi Sedimentasi merupakan proses lanjutan dari erosi yang berawal dari proses pada suatu tempat yang menghasilkan sedimen dan berlanjut dengan pengangkutan, deposisi dan penempatan sedimen pada suatu tempat. Sedimen menunjukan jumlah sedimen yang benar-benar terangkut keluar dari outlet (Pawitan, 1995). H. Klasifikasi Kemampuan Lahan Hardjowigeno (1985), mengemukakan bahwa klasifikasi kemampuan lahan sistem USDA sebenarnya sangat praktis untuk digunakan di Indonesia karena sangat sederhana, hanya memerlukan data tentang sifat-sifat 4 fisik/morfologi tanah dan lahan yang dapat diamati di lapangan, tanpa memerlukan data tentang sifat-sifat kimia tanah yang harus dianalisis di laboratorium. I. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan Kelas merupakan tingkat yang tertinggi dan bersifat luas dalam struktur klasifikasi kemampuan lahan. Penggolongan kedalam kelas didasarkan atas intensitas faktor-faktor penghambat yang permanen atau sulit diubah (Sitorus, 1998). Menurut Arsyad (1989), pengelompokkan tanah di dalam kelas terbagi kedalam 8 kelas yang di tandai dengan huruf romawi dari I sampai kelas VIII. Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari kelas I sampai Kelas VIII. Tanah pada kelas I sampai kelas IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan tahunan), rumput untuk makanan ternak, padang rumput dan hutan, sedangkan tanah pada kelas V sampai kelas VIII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengelolaannya. J. Landasan Teori Dalam penelitian ini, pendugaan erosi dilakukan dengan menggunakan metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) dengan menggunakan parameter: erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang lereng, kecuraman lereng, dan faktor pengelolaan lahan. Penentuan klasifikasi kelas kemampuan lahan pada masing-masing satuan lahan dilakukan dengan cara mencocokan (matching) atau membandingkan antara data primer (survei lapangan) karakteristik lahan dari setiap satuan lahan dengan faktor pembatas kemampuan lahan. Evaluasi kemampuan lahan dilakukan melalui penilaian parameter-parameter lahan yang menjadi faktor pembatas kemampuan lahan antara lain: kemiringan lereng, (erodibilitas), tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur drainase, persentase batuan/kerikil Secara skematis serta ancaman kepekaan tanah, erosi permeabilitas, banjir (Aziz,2008). bagan alur penelitian disajikan pada gambar 1. 5 Mulai Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Lereng Peta Penggunaan Lahan Hujan Peta Tanah Data (R) Erosivitas Hujan Panjang dan kemiringan lereng (LS) Debit Aliran dan Debit Puncak Peta Satuan lahan Karakteristik fisik lahan Penggunaan lahan saat ini Evaluasi kriteria Kemampuan Lahan Data Erodibilitas Tanah (K) Analisis MUSLE Jumlah Erosi (A) Survey lapangan Uji Laboratorium Uji Validasi Model Pengelolaan Tanaman (C) Usaha Konservasi Lahan (P) Tidak Ya Data Parameter lahan Selesai Gambar 1. Bagan alur penelitian 6 III. METODOE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok yang merupakan bagian dari DAS Grindulu Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Peta Rupa Bumi Indonesia, skala 1 : 25.000, Peta Lereng 1 : 25.000, Peta Tanah skala 1 : 90.000, Peta Penggunaan lahan skala 1 : 25.000, Data Curah Hujan, debit aliran , debit suspensi dan sampel tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : komputer dan perangkat lunak (Arcgis 9.X), Global Positioning System (GPS), klinometer, auger/bor tanah, ring permeabilitas, kamera digital, alat tulis menulis. Metode yang digunakan adalah survei lapangan dengan menggunakan pendekatan satuan lahan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara acak dengan mempertimbangkan jenis tanah dan penggunaan lahan serta aksesibilitas jalan di lokasi penelitian. Pada setiap unit lahan tersebut dilakukan pencatatan kenampakan fisiografi, erosi, sifat fisik/morfologi tanah, pengelolaan tanaman dan pengelolaan lahan terkait dengan erosi dan kemampuan lahan. Selain dari data primer (pencatatan dan pengamatan di lapangan) juga diperlukan data sekunder berupa data curah hujan, data debit aliran dan debit suspensi daerah penelitian. Dari data tersebut di atas kemudian dilakukan pemrosesan dan analisis data sehingga diperoleh perkiraan besar erosi tanah (Nilai A). IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sub DAS Pronggo secara geografis terletak antara 080357 - 0806’54 LS dan 1110905 - 1111049 BT. Luas wilayah Sub DAS Pronggo 1.002,96 ha. Berdasarkan klasifikasi Schmidt Ferguson wilayah Sub DAS Pronggo termasuk daerah dengan tipe iklim D (sedang). Wilayah Sub DAS Pronggo terdiri atas beberapa macam jenis tanah yaitu Kompleks Mediteran 489,41 ha (48,79 %), Litosol 471,34 ha (46,99 %) dan Koluvial 42,21 ha (4,20 %). Berdasarkan hasil analisa terhadap Peta Lereng skala 1 : 25.000, dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Sub DAS Pronggo mempunyai kemiringan lereng antara 0-8% s/d 7 > 45 %. Sebagian besar lahan di wilayah Sub DAS Pronggo di gunakan untuk kebun campuran yaitu seluas 801,35 ha (79,72 %) (BP DAS Solo, 2009). V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unit Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya, termaksud didalamnya adalah akibat kegiatan manusia dan aktivitas penggunaan lahan yang begitu tinggi akan mengakibatkan erosi dan sedimentasi Berdasarkan hasil tumpang susun terdapat 22 unit lahan di Sub DAS Pronggo dan 23 unit lahan di Sub DAS Termas Ponggok B. Erosivitas Hujan Data debit aliran dan limpasan permukaan Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok di sajikan pada tabel berikut: Tabel 2. Debit Aliran dan Limpasan Permukaan Sub DAS Pronggo Jan Peb Jml m3/dtk 9,31 9,74 Qmax m3/dtk 1,148 1,174 Qmin m3/dtk 0,2 0,218 Limpasan (mm) 80 83,7 Hujan (mm) 251 507 Koef Limpasan 0,319 0,165 Sumber : BP DAS Solo, 2009 Maret April Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nop Des 15,31 12,55 9,69 7,72 5,02 7,57 4,84 1,278 1,022 0,348 0,29 0,218 0,329 0,236 0,309 0,29 0,213 0,119 131,6 107,8 83,3 66,4 43,1 90 163 73 52 9 - 1,462 0,662 1,141 1,277 4,793 - Jumlah 8,38 13,24 11,54 114,9 0,2 0,329 0,977 1,123 8,436 0,104 0,134 0,061 0,309 0,218 2,411 65,1 41,6 72 113,8 99,8 988,2 - 61 264 168 1638 - 1,181 0,431 0,59 0,601 Okt Nop Des Jumlah Tabel 3. Debit Aliran dan Limpasan Permukaan Sub DAS Termas Ponggok Jan Jml m3/dtk Qmax m3/dtk Qmin m3/dtk Limpasan (mm) Hujan (mm) Koef Limpasan Peb Maret April Mei Juni Juli Agst Sep 3,808 5,613 1,937 1,626 1,184 0,982 0,942 0.942 0,413 0,39 10,471 1,068 29,376 0,962 0,456 0,333 0,202 0,202 0,101 0,03 0,03 0,03 0,013 7,648 0,408 10,415 0,013 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,013 0,013 0,013 0,013 0,275 158,7 233,93 80,74 67,77 49,36 40,92 39.27 39,27 17,22 16,26 436,39 44,51 1224,34 249,5 420 138 197,5 73 52 9 - 4 121 360,5 165,5 1790 0,636 0,557 0,585 0,343 0,676 0,787 4.363 - 4,305 0,134 1,211 0,269 0,684 Sumber : BP DAS Solo, 2009 8 Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 , maka dapat dikatakan bahwa volume runoff dan debit puncak lebih besar terjadi pada Sub DAS Termas Ponggok daripada Sub DAS Pronggo. Hal tersebut diakibatkan di wilayah Sub DAS Termas Ponggok, selain memiliki wilayah dengan kecuraman lereng yang tinggi faktor penutupan lahan dan pengelolaan tanah sangat berpengaruh terhadap besarnya erosivitas hujan C. Erodibilitas Tanah Wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas memiliki tingkat erodibilitas sedang sampai dengan tinggi. Besarnya persentase lempung, debu dan pasir sangat halus menjadi salah satu penilaian dari tingkat erodibilitas tanah. Asdak (2007), mengemukakan peranan tekstur tanah terhadap besar kecilnya erodibilitas tanah adalah besar D. Lereng wilayah Sub DAS Pronggo yang memiliki 3 kelas lereng antara lain kelas lereng 0-8 % (37,81 ha), 25-45 % (118,45 ha), dan > 45 % (864,70 ha). Sedangkan di wilayah Sub DAS Termas Ponggok mempunyai 3 kelas lereng antara lain kelas 0-8 % (20,95), 15-25 % (43,64 ha) dan > 45 % (143,02 ha). Kondisi wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok memiliki distribusi lereng dengan tingkat kerawanan terhadap erosi adalah sedang sampai berat. E. Vegetasi dan Pengelolaan Lahan Vegetasi dan penggunaan lahan di Sub DAS Pronggo dan Termas Ponggok seluruhnya dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagian besar berada pada wilayah landai maupun lahan yang sangat curam. Jenis penggunaan lahan di Sub DAS pronggo diantaranya adalah kebun campuran 851,67 ha (84,92%), tegalan 69,18 ha (6,90%), pemukiman 64,98 ha (6,48%) dan sawah 17,12 ha (1,71%). Sedangkan untuk wilayah Sub DAS Termas Ponggok adalah kebun campuran 173,39 ha (83,51%), tegalan 17,20 ha (8,29%), sawah 9,54 ha (4,60%) dan pemukiman 7,49 ha (3,61%). 9 F. Erosi Perhitungan pr prediksi erosi mengunakan MUSLE dipengaruhi ngaruhi oleh volume runoff, debit puncak, punca erodibilitas tanah, topografi, penutupa nutupan lahan dan pengelolahan lahan. Hasil perhitung ungan prediksi erosi MUSLE dan erosi aktual ual ke kedua Sub DAS disajikan pada grafik ik di bawah ini. 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 MU MUSLE 4.00 Act Actual Erosion 3.00 2.00 1.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan ke.. Gam ambar 2. Perbandingan Prediksi Erosi MUSLE dan Erosi Aktual pada Sub DAS Pronggo 70.00 60.00 50.00 40.00 MUSLE 30.00 Actual erosion 20.00 10.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Ke... Gam ambar 3. Perbandingan Prediksi Erosi MUSLE dan Erosi Aktual pada Sub DAS Termas Pongg nggok 10 Penelitian ini menggunakan uji R (koefisien korela korelasi) untuk membandingkan ndingkan hasil prediksi erosi MUSLE dan erosi aktual pada taraf signifikan 5 %. Hasil yang didapa dapat adalah tingkat korelasi (rhitung) lebih besa esar dari rtabel baik Hasil uji korelasi pada Sub DAS Prongg onggo maupun Sub DAS Termas Ponggok.. Hasi Aktual (ton/ha/thn) tersebut dapat dilihat hat pa pada Gambar 4 dan 5. ỳ = 1,288 + 0,304x R ² = 0,756 R = 0,869 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Series1 Linear (Series1) 0.00 5.00 10.00 Prediksi MUSLE (ton/ha/thn) Aktual (ton/ha/thn) Gambarr 4. Hasil Uji Korelasi Prediksi Erosi (A) MUSLE d Gamba dan Erosi Aktual pada Sub DAS Pronggo 20.00 20 .00 15.00 15 .00 ỳ = 1,280 + 0,2550x R² = 0,897 R = 0,947 1 10.00 0.00 Series1 5.00 0.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Linear (Series1) Prediksi MUSLE (ton/ha/th) Gambar 5. Hasil Uji Korelasi Prediksi Erosi MUSLE dan dan Erosi Aktual pada Sub DAS Termas Ponggok ok Hasil analisis sis uji r pada Sub DAS Pronggo menghasilkan menghasi kan tingkat korelasi sebesar 0,869 dan r table (0,576) pada tingkat singnifikan 5 %.. Sedan Sedangkan pada Pon dihasilkan uji korelasi sebesar 0,947 dan r tabel Sub DAS Termass Ponggok uj korelasi menunj (0,576) pada tingkat signifikan (α) 5 %. Hasil uji nunjukkan r hitung 11 lebih besar dari r tabel. Hal tersebut memperlihatkan korelasi antara prediksi erosi MUSLE dengan erosi aktual cukup kuat. G. Klasifikasi Kemampuan Lahan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terdapat beberapa kelas kemampuan lahan diantaranya adalah kelas kemampuan lahan II memiliki potensi lahan yang tinggi sehingga dapat diusahakan atau diolah untuk pertanian, tanaman semusim dan permukiman. Kelas kemampuan ini terdapat di kedua wilayah penelitian. Sub DAS Pronggo memiliki luas sebesar dengan luas 70,30 ha atau 7,01 % sedangkan Sub DAS Termas Ponggok mempunyai luas sebesar 17,03 ha atau 8,20 %. Kelas kemampuan IV berada di Sub DAS Termas Ponggok dengan luas 55,31 ha atau 26,64 %, memiliki lahan dengan pengelolaan yang sedang/terbatas sehingga di perlukan pengelolaan yang lebih hati-hati. Tindakan konservasi perlu diterapkan, seperti pembuatan teras bangku. Kelas Kemampuan lahan VI berada di wilayah Sub DAS Pronggo dengan luas 132,99 ha atau 13,26 %, sedangkan kelas kemampuan lahan VII berada di wilayah Sub DAS Termas Ponggok yang mempunyai luas sebesar 799,67 ha atau79,73 %. Lahan yang masuk dalam kelas VI dan VII memiliki faktor pembatas yang berat. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang baik, seperti halnya pembuatan teras bangku yang ditunjang dengan cara-cara vegetatif untuk konservasi tanah VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Nilai rata-rata prediksi erosi menggunakan metode MUSLE pada Sub DAS Pronggo adalah 5,05 ton/ha/th, sedangkan pada Sub DAS Termas Ponggok Kupang adalah 8,94 ton/ha/th. Hasil uji korelasi memperlihatkan hubungan antara prediksi erosi MUSLE dengan erosi aktual cukup kuat 12 2. Terdapat beberapa kelas kemampuan lahan diantaranya adalah kelas kemampuan lahan II memiliki potensi lahan yang tinggi sehingga dapat diusahakan untuk pertanian, dan permukiman. Kelas kemampuan lahan IV dengan pengelolaan terbatas, sehingga di perlukan tindakan konservasi, seperti pembuatan teras bangku. Kelas kemampuan lahan VI dan VII merupakan lahan dengan potensi rendah atau sulit diusahakan untuk pertanian, kelas kemampuan lahan ini diperuntukan untuk tanaman kehutanan dan padang pengembalaan. B. Saran Perlunya penggunaan teknik konservasi tanah dan air yang sesuai dengan kaidah kemampuan lahan yang merupakan solusi dalam memecahkan masalah pengelolaan lahan pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi erosi yang cukup besar. 13 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C., 2007. Hidrologi dan Penglolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Aziz S, 2008. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Pendugaan Erosi untuk Arahan Pemanfaatan Lahan Di Sub DAS Juwet dan Dondong, Gunung Kidul yogyakarta. Thesis. Program Studi Geografi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Solo,2009. Laporan Monitoring Tata Air Di Delapan Sub-Sub DAS Di wilayah DAS Solo. Surakarta. Christady H.,2007. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. DeBarry., P.A., 2004. Watersheds: Processes, Assessment, and Management. Published simultaneously in Canada. Hammer, M.J.danK.A. Mac Kichan, 1981. Hydrology and Quality of Water Resources. John willey and Sons, New York. Hardjowigeno, S. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa Jakarta. Hardjowigeno, S.,Widiatmaka, Perencanaan Tataguna Yogyakarta. 2007, Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Lahan, Gadjah Mada University Press, Kartasapoetra, G., A.G., Kartasapoetra, dan M.M., Sutejo, 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Pawitan, 1995. Metode Analisis Sistem Hidrologi dalam Pendugaan Erosi dan Sedimentasi DAS. Forum Diskusi Penelitian Erosi dan Sedimentasi. Puslitbang Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. PT. Tarsito, Bandung. Susanto S.,2008. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bahan Pembelajaran Mata Kuliah Program Magister Ilmu kehutanan. Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Seta, A. K., 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta. William, J.R.,1975. Sediment Yield Predicition with Universal Equation Using Runoff Energy Factor. In Present and Propective Technology for Predicting Sediment Yields and Sources. ARS-S, USDA –ARS. 14