NASKAH PUBLIKASI
PENDUGAAN EROSI DAN KEMAMPUAN LAHAN
DI WILAYAH SUB DAS PRONGGO DAN SUB DAS TERMAS PONGGOK
DAS GRINDULU KABUPATEN PACITAN
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Master Of Science (M.Sc)
Disusun Oleh :
Aqshan Shadikin Nurdin
09/292608/PKT/874
PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................
DAFTAR ISI...... ...................................................................................
INTISARI……... ...................................................................................
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
II.
i
ii
iii
iv
Latar Belakang ........................................................................
Perumusan Masalah…………………………………………
Tujuan Penelitian ....................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................
1
2
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daerah Aliran Sungai..............................................................
B. Erosi…………………………………………………………
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi ...............................
D. Prediksi Erosi………………………………………………..
E. Erosi yang Diperkenankan…………………………………..
F. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ...................................................
G. Sedimentasi ………………………………………………..
H. Klasifikasi Kemampuan Lahan………………………………
I. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan………………..........
J. Landasan Teori...……………………………………………
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
III.
METODE PENELITIAN……………………………………
7
IV.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……………
7
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
VI.
Unit Lahan………………………………………………….
Erosivitas Hujan…………………………………………….
Erodibilitas Tanah………………………………………….
Lereng………………………………………………………
Vegetasi dan Pengelolaan Lahan…………………………...
Erosi………………………………………………………..
Klasifikasi Kemampuan Lahan…………………………….
8
8
9
9
9
10
12
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………
12
13
DAFTAR PUSTAKA
14
iii
PENDUGAAN EROSI DAN KEMAMPUAN LAHAN
DI WILAYAH SUB DAS PRONGGO DAN SUB DAS TERMAS PONGGOK
DAS GRINDULU KABUPATEN PACITAN
Oleh :
Aqshan Shadikin Nurdin1), Djoko Marsono2) dan Putu Sudira3)
INTISARI
Kerusakan sumberdaya alam hutan (SDH) yang terjadi saat ini telah
menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan hidup daerah aliran sungai
(DAS). Tekanan yang besar terhadap sumberdaya alam oleh aktivitas manusia,
salah satunya dapat ditunjukkan adanya perubahan penutupan lahan yang begitu
cepat. Erosi yang terjadi di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas
Ponggok dapat meningkatkan kerentanan banjir di wilayah hilir. Pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan berpotensi besar menimbulkan
bahaya erosi dan penurunan produktifitas lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan erosi dengan
menggunakan metode MUSLE dan Mengkaji kesesuaian antara penggunaan lahan
saat ini dan melakukan penilaian kemampuan lahan di wilayah penelitian terkait
dengan peruntukannya.
Nilai rata-rata prediksi erosi menggunakan metode MUSLE pada Sub DAS
Pronggo adalah 5,05 ton/ha/th sedangkan pada Sub DAS Termas Ponggok
Kupang adalah 8,94 ton/ha/th. Hasil uji korelasi memperlihatkan hubungan antara
prediksi erosi MUSLE dengan erosi aktual cukup kuat. Terdapat beberapa kelas
kemampuan lahan diantaranya adalah kelas kemampuan lahan II memiliki
potensi lahan yang tinggi, sehingga dapat diusahakan untuk pertanian, dan
permukiman. Kelas kemampuan lahan IV dengan pengelolaan terbatas, sehingga
di perlukan tindakan konservasi, seperti pembuatan teras bangku. Kelas
kemampuan lahan VI dan VII merupakan lahan dengan potensi rendah atau sulit
diusahakan untuk pertanian, kelas kemampuan lahan ini diperuntukan untuk
tanaman kehutanan dan padang pengembalaan.
Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai, Erosi, Kemampuan Lahan
1)
2)
3)
Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada.
iv
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerusakan sumberdaya alam hutan (SDH) yang terjadi saat ini telah
menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan hidup daerah aliran sungai
(DAS) seperti tercermin pada sering terjadinya erosi, banjir, kekeringan,
pendangkalan sungai, waduk dan saluran irigasi. Tekanan yang besar terhadap
sumberdaya alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat ditunjukkan
dengan adanya perubahan penutupan lahan yang begitu cepat.
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu pada umumnya
disebabkan oleh adanya pembangunan yang kurang memperhatikan ekosistem
dari sumber daya alamnya, yang akan mengakibatkan terganggunya distribusi
siklus air (siklus hidrologi) pada DAS, yaitu antara lain meningkatnya kuantitas
debit tahunan dan puncak banjir (peack discharge), meningkatnya erosi dan
sedimentasi, menurunkan resapan air tanah dan aliran dasar (base flow) pada
musim kemarau. Erosi dan sedimentasi merupakan indikator terjadinya degradasi
DAS, indikator erosi dipengaruhi oleh kemiringan lahan, karakteristik hujan dan
penggunaan teknik-teknik konservasi.
Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok terdapat di Kecamatan
Arjosari Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Jenis tanah di Sub DAS
Pronggo didominasi oleh jenis tanah Litosol, Koluvial dan Mediteran sedangkan
pada Sub DAS Termas Ponggok didominasi oleh jenis tanah Kambisol, Koluvial,
Litosol dan Mediteran dengan berbagai macam jenis penggunaan lahan yaitu
sawah, permukiman, kebun dan tegalan
Sebagian wilayah Pacitan berada di hulu DAS Bengawan Solo, dengan
tingkat kerawanan erosi sangat tinggi. Kondisi lahan sebagian besar berbukit dan
bergunung dengan kemiringan sangat curam (>45%).
Memperhatikan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya penelitian ilmiah
yang dapat memberikan informasi tentang tingkat erosi dan kemampuan lahan
dalam menentukan arahan peruntukan lahan di wilayah tersebut.
1
B.
Perumusan Masalah
Erosi yang terjadi di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas
Ponggok dapat meningkatkan kerentanan banjir di wilayah hilir. Pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan berpotensi besar menimbulkan
bahaya erosi dan penurunan produktifitas lahan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini diharapkan mampu
menjawab beberapa pertanyaan, yaitu :
1. Bagaimana tingkat erosi di wilayah Sub DAS Pronggo dan Termas Ponggok ?
2. Bagaimanakah hubungan antara penghitungan erosi dengan menggunakan
metode MUSLE dan penghitungan erosi yang diperoleh berdasarkan
pengukuran lapangan (aktual) pada Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) ?
3. Apakah penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Pronggo dan Termas Ponggok
saat ini telah sesuai dengan kemampuan lahannya ?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Melakukan pendugaan erosi dengan menggunakan metode MUSLE
2. Mengkaji kesesuaian antara penggunaan lahan saat ini dan melakukan
penilaian
kemampuan
lahan
di
wilayah
penelitian
terkait
dengan
peruntukannya ?
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Memberikan informasi tentang tingkat erosi dan kemampuan lahan di wilayah
Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok serta hubungannya dengan
pemanfaatan lahan saat ini.
2. Dari aspek ilmu pengetahuan dapat menambah wawasan dalam
ilmu
kehutanan khususnya bidang pengelolaan DAS
2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang berfungsi
menangkap air dalam bentuk apapun seperti hujan, salju, atau embun dan
dialirkan melalui tubuh air berupa sungai atau danau (DeBarry 2004).
DAS merupakan daerah yang secara fisik dan alamiah membentuk
cekungan sehingga air hujan mengalir menuju suatu titik pengeluaran
(Susanto,2008)
B. Erosi
Asdak (2007) menyatakan penyebab terjadinya erosi adalah erosi karena
sebab alamiah dan erosi karena aktivitas manusia.
Erosi terjadi di sepanjang tebing sungai, dimana kecepatan aliran tinggi
dan tahanan material tanggul rendah (Christady, 2006)
Sarief (1985), mengemukakan bahwa erosi tanah adalah suatu porses atau
peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh
pergerakan air maupun angin.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Menurut Kartasapoetra (2005), dalam
menelaah dan memperhitungkan
terjadinya erosi dapat dilihat pada interaksi kerja antara faktor iklim, topografi,
vegetasi (tumbuhan), sifat
pengelolaan
fisik
tanah
dan
peranan
manusia
terhadap
tanah yang dinyatakan dalam persamaan deskriptif berikut :
E = f (C,T,V,S,H) ......................................(1)
D. Prediksi Erosi
Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengambil keputusan dalam
mengambil perencanaan konservasi tanah pada suatu areal tanah .Persamaan
pendugaan erosi (tanah hilang) selanjutnya dikembangkan oleh Williams (1975)
yaitu menerapkan faktor erosivitas hujan (R) sebagai rainfall-runoff
basis
persamaan MUSLE, sehingga persamaannya menjadi :
A = Rm x K x L S x C x P
..…………………….(2)
3
Dimana
:
A
Rm
K
LS
C
P
=
=
=
=
=
=
Nilai rata-rata tahunan kehilangan tanah
Nilai total volume runoff dan debit puncak
Erodibilitas tanah
Panjang lereng – kemiringan lereng
Penutupan dan pengelolaan tanaman
Pengelolaan dan konservasi tanah
E. Erosi yang diperkenankan
Penentuan erosi yang diperkenankan didasarkan pada ketebalan/solum
tanah dengan merujuk pada penetapan nilai TSL tanah-tanah di Indonesia
sebagaimana terdapat pada Tabel 1
Tabel 1. Solum dan Nilai (tolerable soil loss) TSL di Indonesia
No
1
2
3
4
Kondisi Tanah
Tanah kedalaman dangkal (< 5 cm)
Tanah kedalaman sedang (50 – 90 cm)
Tanah kedalaman dalam (> 90 cm), permeabilitas sedang
Tanah kedalaman dalam (> 90 cm), permeabilitas cepat
Nilai TSL (ton/ha/th)
9,6
14,4
24,0
30,0
Sumber : Asdak (2007).
F. Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan berdasarkan perhitungan nisbah
laju erosi tanah potensial dengan laju erosi yang masih ditoleransi atau secara
matematis persamaannya dapat ditulis sebagai berikut (Hammer, 1981) :
TBE = A / TSL .............................................(3)
Dimana : TBE
A
TSL
= Tingkat Bahaya Erosi
= Laju erosi potensial tahunan (ton/ha/th)
= Erosi yang diperkenankan (ton/ha/th)
G. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses lanjutan dari erosi yang berawal dari proses
pada suatu tempat yang menghasilkan sedimen dan berlanjut dengan
pengangkutan, deposisi dan penempatan sedimen pada suatu tempat. Sedimen
menunjukan jumlah sedimen yang benar-benar terangkut keluar dari outlet
(Pawitan, 1995).
H. Klasifikasi Kemampuan Lahan
Hardjowigeno (1985), mengemukakan bahwa klasifikasi kemampuan
lahan sistem USDA sebenarnya sangat praktis untuk digunakan di Indonesia
karena
sangat
sederhana,
hanya
memerlukan
data
tentang
sifat-sifat
4
fisik/morfologi tanah dan lahan yang dapat diamati di lapangan, tanpa
memerlukan data tentang sifat-sifat kimia tanah yang harus dianalisis di
laboratorium.
I. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan
Kelas merupakan tingkat yang tertinggi dan bersifat luas dalam struktur
klasifikasi kemampuan lahan. Penggolongan kedalam kelas didasarkan atas
intensitas faktor-faktor penghambat
yang permanen atau sulit
diubah
(Sitorus, 1998).
Menurut Arsyad (1989), pengelompokkan tanah di dalam kelas terbagi
kedalam 8 kelas yang di tandai dengan huruf romawi dari I sampai kelas VIII.
Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari kelas I sampai
Kelas VIII. Tanah pada kelas I sampai kelas IV dengan pengelolaan yang baik
mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk
penanaman tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan tahunan), rumput
untuk makanan ternak, padang rumput dan hutan, sedangkan tanah pada kelas V
sampai kelas VIII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang
sangat tinggi untuk pengelolaannya.
J. Landasan Teori
Dalam penelitian ini, pendugaan erosi dilakukan dengan menggunakan
metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) dengan menggunakan
parameter: erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang lereng, kecuraman lereng,
dan faktor pengelolaan lahan.
Penentuan klasifikasi kelas kemampuan lahan pada masing-masing satuan
lahan dilakukan dengan cara mencocokan (matching) atau membandingkan antara
data primer (survei lapangan) karakteristik lahan dari setiap satuan lahan dengan
faktor pembatas kemampuan lahan.
Evaluasi kemampuan lahan dilakukan
melalui penilaian parameter-parameter lahan yang menjadi faktor pembatas
kemampuan
lahan
antara
lain: kemiringan lereng,
(erodibilitas), tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur
drainase, persentase batuan/kerikil
Secara
skematis
serta
ancaman
kepekaan
tanah,
erosi
permeabilitas,
banjir (Aziz,2008).
bagan alur penelitian disajikan pada gambar 1.
5
Mulai
Peta
Rupa Bumi Indonesia
Peta Lereng
Peta
Penggunaan Lahan
Hujan
Peta Tanah
Data (R)
Erosivitas Hujan
Panjang dan
kemiringan
lereng (LS)
Debit Aliran dan
Debit Puncak
Peta
Satuan lahan
Karakteristik fisik
lahan
Penggunaan
lahan saat ini
Evaluasi kriteria
Kemampuan Lahan
Data
Erodibilitas
Tanah (K)
Analisis MUSLE
Jumlah Erosi (A)
Survey lapangan
Uji Laboratorium
Uji Validasi
Model
Pengelolaan
Tanaman (C)
Usaha Konservasi
Lahan (P)
Tidak
Ya
Data Parameter
lahan
Selesai
Gambar 1. Bagan alur penelitian
6
III.
METODOE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS
Termas Ponggok yang merupakan bagian dari DAS Grindulu Kabupaten Pacitan
Provinsi Jawa Timur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Peta
Rupa Bumi Indonesia, skala 1 : 25.000, Peta Lereng 1 : 25.000, Peta Tanah skala
1 : 90.000, Peta Penggunaan lahan skala 1 : 25.000, Data Curah Hujan, debit
aliran , debit suspensi dan sampel tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : komputer dan perangkat
lunak (Arcgis 9.X), Global Positioning System (GPS), klinometer, auger/bor
tanah, ring permeabilitas, kamera digital, alat tulis menulis.
Metode
yang
digunakan
adalah
survei
lapangan
dengan
menggunakan pendekatan satuan lahan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan cara acak dengan mempertimbangkan jenis tanah dan penggunaan lahan
serta aksesibilitas jalan di lokasi penelitian. Pada setiap unit lahan tersebut
dilakukan pencatatan kenampakan fisiografi, erosi, sifat fisik/morfologi tanah,
pengelolaan tanaman dan pengelolaan lahan terkait dengan erosi dan kemampuan
lahan. Selain dari data primer (pencatatan dan pengamatan di lapangan) juga
diperlukan data sekunder berupa data curah hujan, data debit aliran dan debit
suspensi daerah penelitian. Dari data tersebut di atas kemudian dilakukan
pemrosesan dan analisis data sehingga diperoleh perkiraan besar erosi tanah
(Nilai A).
IV.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sub DAS Pronggo secara geografis terletak antara 080357 - 0806’54
LS dan 1110905 - 1111049 BT. Luas wilayah Sub DAS Pronggo 1.002,96
ha. Berdasarkan klasifikasi Schmidt Ferguson wilayah Sub DAS Pronggo
termasuk daerah dengan tipe iklim D (sedang). Wilayah Sub DAS Pronggo terdiri
atas beberapa macam jenis tanah yaitu Kompleks Mediteran 489,41 ha (48,79 %),
Litosol 471,34 ha (46,99 %) dan Koluvial 42,21 ha (4,20 %). Berdasarkan hasil
analisa terhadap Peta Lereng skala 1 : 25.000, dapat diketahui bahwa sebagian
besar wilayah Sub DAS Pronggo mempunyai kemiringan lereng antara 0-8% s/d
7
> 45 %. Sebagian besar lahan di wilayah Sub DAS Pronggo di gunakan untuk
kebun campuran yaitu seluas 801,35 ha (79,72 %) (BP DAS Solo, 2009).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Unit Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya, termaksud didalamnya adalah akibat kegiatan manusia dan
aktivitas penggunaan lahan yang begitu tinggi akan mengakibatkan erosi dan
sedimentasi
Berdasarkan hasil tumpang susun terdapat 22 unit lahan di Sub DAS
Pronggo dan 23 unit lahan di Sub DAS Termas Ponggok
B.
Erosivitas Hujan
Data debit aliran dan limpasan permukaan Sub DAS Pronggo dan Sub DAS
Termas Ponggok di sajikan pada tabel berikut:
Tabel 2. Debit Aliran dan Limpasan Permukaan Sub DAS Pronggo
Jan
Peb
Jml
m3/dtk
9,31
9,74
Qmax
m3/dtk
1,148 1,174
Qmin
m3/dtk
0,2 0,218
Limpasan
(mm)
80
83,7
Hujan
(mm)
251
507
Koef
Limpasan 0,319 0,165
Sumber : BP DAS Solo, 2009
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agst
Sep
Okt
Nop
Des
15,31
12,55
9,69
7,72
5,02
7,57
4,84
1,278
1,022
0,348
0,29
0,218
0,329
0,236
0,309
0,29
0,213
0,119
131,6
107,8
83,3
66,4
43,1
90
163
73
52
9
-
1,462
0,662
1,141
1,277
4,793
-
Jumlah
8,38
13,24
11,54
114,9
0,2
0,329
0,977
1,123
8,436
0,104
0,134
0,061
0,309
0,218
2,411
65,1
41,6
72
113,8
99,8
988,2
-
61
264
168
1638
-
1,181
0,431
0,59
0,601
Okt
Nop
Des
Jumlah
Tabel 3. Debit Aliran dan Limpasan Permukaan Sub DAS Termas Ponggok
Jan
Jml
m3/dtk
Qmax
m3/dtk
Qmin
m3/dtk
Limpasan
(mm)
Hujan
(mm)
Koef
Limpasan
Peb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agst
Sep
3,808
5,613
1,937
1,626
1,184
0,982
0,942
0.942
0,413
0,39
10,471
1,068
29,376
0,962
0,456
0,333
0,202
0,202
0,101
0,03
0,03
0,03
0,013
7,648
0,408
10,415
0,013
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,013
0,013
0,013
0,013
0,275
158,7
233,93
80,74
67,77
49,36
40,92
39.27
39,27
17,22
16,26
436,39
44,51
1224,34
249,5
420
138
197,5
73
52
9
-
4
121
360,5
165,5
1790
0,636
0,557
0,585
0,343
0,676
0,787
4.363
-
4,305
0,134
1,211
0,269
0,684
Sumber : BP DAS Solo, 2009
8
Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 , maka dapat dikatakan bahwa volume
runoff dan debit puncak lebih besar terjadi pada Sub DAS Termas Ponggok
daripada Sub DAS Pronggo. Hal tersebut diakibatkan
di wilayah Sub DAS
Termas Ponggok, selain memiliki wilayah dengan kecuraman lereng yang tinggi
faktor penutupan lahan dan pengelolaan tanah sangat berpengaruh terhadap
besarnya erosivitas hujan
C. Erodibilitas Tanah
Wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas memiliki tingkat
erodibilitas sedang sampai dengan tinggi. Besarnya persentase lempung, debu dan
pasir sangat halus menjadi salah satu penilaian dari tingkat erodibilitas tanah.
Asdak (2007), mengemukakan peranan tekstur tanah terhadap besar kecilnya
erodibilitas tanah adalah besar
D. Lereng
wilayah Sub DAS Pronggo yang memiliki 3 kelas lereng antara lain
kelas lereng 0-8 % (37,81 ha), 25-45 % (118,45 ha), dan > 45 % (864,70 ha).
Sedangkan di wilayah Sub DAS Termas Ponggok mempunyai 3 kelas lereng
antara lain kelas 0-8 % (20,95), 15-25 % (43,64 ha) dan > 45 % (143,02 ha).
Kondisi wilayah Sub DAS Pronggo dan Sub DAS Termas Ponggok memiliki
distribusi lereng dengan tingkat kerawanan terhadap erosi adalah sedang sampai
berat.
E. Vegetasi dan Pengelolaan Lahan
Vegetasi dan penggunaan lahan di Sub DAS Pronggo dan Termas
Ponggok seluruhnya dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagian besar berada pada
wilayah landai maupun lahan yang sangat curam. Jenis penggunaan lahan di Sub
DAS pronggo diantaranya adalah kebun campuran 851,67 ha (84,92%), tegalan
69,18 ha (6,90%), pemukiman 64,98 ha (6,48%) dan sawah 17,12 ha (1,71%).
Sedangkan untuk wilayah Sub DAS Termas Ponggok adalah kebun campuran
173,39 ha (83,51%), tegalan 17,20 ha (8,29%), sawah 9,54 ha (4,60%) dan
pemukiman 7,49 ha (3,61%).
9
F. Erosi
Perhitungan pr
prediksi erosi mengunakan MUSLE dipengaruhi
ngaruhi oleh volume
runoff, debit puncak,
punca
erodibilitas tanah, topografi, penutupa
nutupan lahan dan
pengelolahan lahan.
Hasil perhitung
ungan prediksi erosi MUSLE dan erosi aktual
ual ke
kedua Sub DAS
disajikan pada grafik
ik di bawah ini.
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
MU
MUSLE
4.00
Act
Actual Erosion
3.00
2.00
1.00
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
Bulan ke..
Gam
ambar 2. Perbandingan Prediksi Erosi MUSLE dan
Erosi Aktual pada Sub DAS Pronggo
70.00
60.00
50.00
40.00
MUSLE
30.00
Actual erosion
20.00
10.00
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Bulan Ke...
Gam
ambar 3. Perbandingan Prediksi Erosi MUSLE dan
Erosi Aktual pada Sub DAS Termas Pongg
nggok
10
Penelitian
ini
menggunakan uji R (koefisien korela
korelasi) untuk
membandingkan
ndingkan hasil prediksi erosi MUSLE dan erosi aktual pada taraf signifikan
5 %. Hasil yang didapa
dapat adalah tingkat korelasi (rhitung) lebih besa
esar dari rtabel baik
Hasil uji korelasi
pada Sub DAS Prongg
onggo maupun Sub DAS Termas Ponggok.. Hasi
Aktual (ton/ha/thn)
tersebut dapat dilihat
hat pa
pada Gambar 4 dan 5.
ỳ = 1,288 + 0,304x
R ² = 0,756
R = 0,869
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Series1
Linear
(Series1)
0.00
5.00
10.00
Prediksi MUSLE (ton/ha/thn)
Aktual (ton/ha/thn)
Gambarr 4. Hasil Uji Korelasi Prediksi Erosi (A) MUSLE d
Gamba
dan
Erosi Aktual pada Sub DAS Pronggo
20.00
20
.00
15.00
15
.00
ỳ = 1,280 + 0,2550x
R² = 0,897
R = 0,947
1
10.00
0.00
Series1
5.00
0.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00
Linear
(Series1)
Prediksi MUSLE (ton/ha/th)
Gambar 5. Hasil Uji Korelasi Prediksi Erosi MUSLE dan
dan
Erosi Aktual pada Sub DAS Termas Ponggok
ok
Hasil analisis
sis uji r pada Sub DAS Pronggo menghasilkan
menghasi kan tingkat korelasi
sebesar 0,869 dan r table (0,576) pada tingkat singnifikan 5 %.. Sedan
Sedangkan pada
Pon
dihasilkan uji korelasi sebesar 0,947 dan r tabel
Sub DAS Termass Ponggok
uj korelasi menunj
(0,576) pada tingkat signifikan (α) 5 %. Hasil uji
nunjukkan r hitung
11
lebih besar dari r tabel. Hal tersebut memperlihatkan korelasi antara prediksi
erosi MUSLE dengan erosi aktual cukup kuat.
G.
Klasifikasi Kemampuan Lahan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terdapat beberapa
kelas
kemampuan lahan diantaranya adalah kelas kemampuan lahan II memiliki
potensi lahan yang tinggi sehingga dapat diusahakan atau diolah untuk pertanian,
tanaman semusim dan permukiman. Kelas kemampuan ini terdapat di kedua
wilayah penelitian. Sub DAS Pronggo memiliki luas sebesar dengan luas 70,30 ha
atau 7,01 % sedangkan Sub DAS Termas Ponggok mempunyai luas sebesar
17,03 ha atau 8,20 %. Kelas kemampuan IV berada di Sub DAS Termas Ponggok
dengan luas 55,31 ha atau 26,64 %, memiliki lahan dengan pengelolaan yang
sedang/terbatas sehingga di perlukan pengelolaan yang lebih hati-hati. Tindakan
konservasi perlu diterapkan, seperti pembuatan teras bangku.
Kelas Kemampuan lahan VI berada di wilayah Sub DAS Pronggo dengan
luas 132,99 ha atau 13,26 %, sedangkan kelas kemampuan lahan VII berada di
wilayah Sub DAS Termas Ponggok yang mempunyai luas sebesar 799,67 ha
atau79,73 %. Lahan yang masuk dalam kelas VI dan VII memiliki faktor
pembatas yang berat. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi
harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang baik, seperti halnya
pembuatan teras bangku yang ditunjang dengan cara-cara vegetatif
untuk
konservasi tanah
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata prediksi erosi menggunakan metode MUSLE pada Sub DAS
Pronggo adalah 5,05 ton/ha/th, sedangkan pada Sub DAS Termas Ponggok
Kupang adalah 8,94 ton/ha/th. Hasil uji korelasi memperlihatkan
hubungan antara prediksi erosi MUSLE dengan erosi aktual cukup kuat
12
2. Terdapat beberapa kelas kemampuan lahan diantaranya adalah kelas
kemampuan lahan II memiliki potensi lahan yang tinggi sehingga dapat
diusahakan untuk pertanian, dan permukiman. Kelas kemampuan lahan
IV dengan pengelolaan terbatas, sehingga di perlukan tindakan konservasi,
seperti pembuatan teras bangku. Kelas kemampuan lahan VI dan VII
merupakan lahan dengan potensi rendah atau sulit diusahakan untuk
pertanian, kelas kemampuan lahan ini diperuntukan untuk tanaman
kehutanan dan padang pengembalaan.
B. Saran
Perlunya penggunaan teknik konservasi tanah dan air yang sesuai dengan
kaidah kemampuan lahan yang merupakan solusi dalam memecahkan masalah
pengelolaan lahan pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi erosi yang cukup
besar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asdak, C., 2007. Hidrologi dan Penglolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Aziz S, 2008. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Pendugaan Erosi untuk Arahan
Pemanfaatan Lahan Di Sub DAS Juwet dan Dondong, Gunung Kidul
yogyakarta. Thesis. Program Studi Geografi Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Solo,2009. Laporan
Monitoring Tata Air Di Delapan Sub-Sub DAS Di wilayah DAS Solo.
Surakarta.
Christady H.,2007. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
DeBarry., P.A., 2004. Watersheds: Processes, Assessment, and Management.
Published simultaneously in Canada.
Hammer, M.J.danK.A. Mac Kichan, 1981. Hydrology and Quality of Water
Resources. John willey and Sons, New York.
Hardjowigeno, S. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana
Perkasa Jakarta.
Hardjowigeno, S.,Widiatmaka,
Perencanaan Tataguna
Yogyakarta.
2007, Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Lahan, Gadjah Mada University Press,
Kartasapoetra, G., A.G., Kartasapoetra, dan M.M., Sutejo, 2005. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Pawitan, 1995. Metode Analisis Sistem Hidrologi dalam Pendugaan Erosi dan
Sedimentasi DAS. Forum Diskusi Penelitian Erosi dan Sedimentasi.
Puslitbang Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.
Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. PT. Tarsito, Bandung.
Susanto S.,2008. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bahan Pembelajaran Mata
Kuliah Program Magister Ilmu kehutanan. Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Seta, A. K., 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta.
William, J.R.,1975. Sediment Yield Predicition with Universal Equation Using
Runoff Energy Factor. In Present and Propective Technology for
Predicting Sediment Yields and Sources. ARS-S, USDA –ARS.
14