Academia.eduAcademia.edu

Konsep Pendidikan Seni

a. Konsep Pendidikan Seni merupakan ideologi dan isinya sebagai dasar pemikiran penyelenggaraan Pendidikan Seni di sekolah umum (formal). yang diharapkan dengan "pelajaran seni dalam pendidikan Dalam kurikulum 2004 yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tampaknya ada perubahan kearah perbaikan posisi pendidikan seni. Pendekatan ini mempertegas arah pembelajaran kepada kompetensi yang diharapkan serta memperlihatkan proses pembelajaran berdasar pentahapan kompetensi. Pada tahun 2006 mulai diterapkan kurikulum 2006. Kurikulum ini dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam pendidikan seni terjadi perubahan nama menjadi SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), sedangkan di tingkat sekolah menengah dikenal dengan sebutan Seni Budaya.

Konsep Pendidikan Seni  Take Home Examination  Disusun guna Memenuhi Ujian Mata Kuliah Konsep Pendidikan Seni Dosen Pengampu : Hajar Pamadhi, M.A. 1. Konsep Pendidikan Seni a.      Konsep Pendidikan Seni merupakan ideologi dan isinya sebagai dasar pemikiran penyelenggaraan Pendidikan Seni di sekolah umum (formal). yang diharapkan dengan “pelajaran seni dalam pendidikan  Dalam kurikulum 2004 yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tampaknya ada perubahan kearah perbaikan posisi pendidikan seni. Pendekatan ini mempertegas arah pembelajaran kepada kompetensi yang diharapkan serta memperlihatkan proses pembelajaran berdasar pentahapan kompetensi. Pada tahun 2006 mulai diterapkan kurikulum 2006. Kurikulum ini dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam pendidikan seni terjadi perubahan nama menjadi SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), sedangkan di tingkat sekolah menengah dikenal dengan sebutan Seni Budaya. Pendidikan seni dalam kurikulum ini menekankan isi pembelajaran ialah apresiasi dan kreasi dengan menekankan pada materi seni lokal,nasional dan mancanegara. Pada dasarnya pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses kegiatan pada siswa yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di luar kelas. Dengan demikian pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (seni rupa,musik, tari, dan teater). Masing-masing mencakup materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya seni serta berapresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat (Diknas, 2004:3). Fungsi dan tujuan pendidikan seni adalah menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, dan beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, ketrampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi dan dalam memamerkan dan mempergelarkan karya seni. Sedangkan pada pengorganisasian materi pendidikan seni menggunakan pendekatan terpadu, yang penyusunan kompetensi dasarnya dirancang secara sistemik berdasarkan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu, ditekankan di dalam sistem pendidikan seni diharapkan seni bisa membawa sebuah visi dan misi kehidupan damai pada masyarakat pluralisme di Indonesia, agar tidak mendapat benturan budaya antara satu dengan lainnya dimasa krisis saat ini. Prof. Soedarso SP., MA., mempertegas bahwa mengenali secara baik hasil karya seni, orang akan mengagumi para penciptanya, karena seni memiliki aspek regional dan juga universal sifatnya, maka seni dapat memupuk kecintaan bangsa sendiri sekaligus sesama manusia (Soedarso1990:80). Pernyataan itu mengajak para pemikir  pendidikan dapat mempertimbangkan secara lebih serius antara kompetensi regional seni budaya yang dimasukan sebagai bagian dari sistem pengajaran disekolah-sekolah umum, khususnya seni tradisional (Muatan lokal), yang keberadaannya memiliki arti untuk menghormati keragaman seni yang banyak tumbuh di Indonesia sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah menunjukan keanekaragaman budaya kita tetapi tetap satu. Dengan demikian pendidikan seni bukan untuk menjadikan siswa menjadi seniman terampil, tetapi tempat untuk memberikan wawasan kebangsaan tentang seni tradisi yang dipelajarinya guna menjunjung nilai-nilai luhur warisan budaya Indonesia. Yang artinya dapat menghindari benturan budaya, agama, suku, mencegah tawuran siswa, bersikap jujur, disiplin, taat hukum, memiliki sikap sportivitas, menghargai sesama terhadap perbedaan dan menghindari perbuatan yang bertentangan dengan norma agama seperti kenakalan remaja dan narkoba. Melihat kepada kenyataan yang ada, secara teori yang telah terencana dalam kurikulum pendidikan seni, nampak bahwa seni dalam pendidikan di sekolah umum sudah menjadi  tanggung jawab kita bersama. Meskipun tujuannya hanya untuk mengembangkan kemampuan apresiasi para siswa, namun implikasinya sangat luas bagi arti pendidikan di Indonesia saat ini. Maman Tocharman (2009) menjelaskan tentang kondisi arus globalisasi yang begitu terbuka, akan memunculkan pertanyaan tentang kesenian Indonesia. Apakah kesenian kita akan bertahan mepertahankan tradisinya, atau akan berkembang bahkan berubah mengikuti tuntutan global? Jawabannya tidaklah mudah dirumuskan sekilas, tetapi perlu pemikiran yang mendalam. Bertahan, berkembang atau berubah? Bila berfikir bahwa seni Indonesia berakar dari seni tradisi, mungkin seni Indonesia kan tetap mempetahankan eksistensinya yang kokoh karena masyarakat pendukungnya. Masyarakat pendukung kesenian yang akan menjadi penentu kelestarian kesenian tertentu. Masyarakat pendukung kesenian yang bersifat terbuka, akan sangat member peluang masuknya kesenian luar yang ikut mewarnai kesenian Indonesia. Dengan kondisi ini memungkinkan kesenian Indonesia mengalami perkembangan atau perubahan. Dengan munculnya kesenian formal para pencinta seni harus berbangga hati. Seni turut dilestarikan oleh penguasa. Dengan kenyataan seperti ini artinya seni turut diperhatikan pemerintah. Seni akan tetap memepertahankan tradisinya, berkembang sesuai tuntutan, atau berubah menyesuaikan tuntutan global, atau hilang punah ditelan arus zaman. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan dapat diibaratkan sekeping uang logam. Satu sisi berfungsi sebagai pedoman, dan sisi lainnya sebagai strategi adaptif yang senantiasa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Maka dengan demikian kelestarian kesenian akan sangat tergantung akan masyarakat pendukungnya. Demikian, maka kemudian ada masyarakat yang cepat berubah karena kebudayaannya akomodatif dan cepat berubah, dan ada masyarakat lamban berubah karena kebudayaan (termasuk kesenian) yang didukungnya kukuh dengan tradisi. Akan tetapi jelas bahwa sedikit atau banyak, lambat atau cepat, setiap kebudayaan(termasuk di dalamnya kesenian) akan berubah. (Rohendi, 2000: 212) b.      Pendidikan seni sebagai bagian integral dari pendidikan, oleh karenanya pengajarannya tidak bertujuan mencetak seniman  Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya, bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan terhadap seni. Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa. Menurut Sofyan Salam (2006), meskipun seni secara alamiah merangsang timbulnya pengalaman estetik, pengalaman estetik sebagaimana yang ditegaskan oleh John Dewey, dapat muncul dalam semua bidang yang digeluti manusia. Memecahkan persoalan matematika, berkebun, menemukan teori baru, atau melukis dapat menjadi sumber pengalaman estetik.Dengan perspektif yang luas tentang sumber pengalaman estetik ini, maka seyogyanya pemberian pengalaman estetik menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Pandangan semacam ini menjadi dasar pijakan Herbert Read, seorang filosof Inggris, yang mengajukan tesis bahwa semestinya pendidikan bertujuan untuk mencetak seniman. Istilah “mencetak seniman” yang dikemukakan oleh Herbert Read tersebut bermakna proses pendidikan seyogyanya mengembangkan potensi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang indah dan memberi kepuasan. Sesuatu yang diciptakan itu dapat berwujud ide atau karya, dapat bersifat teoretis maupun praktis. Orang yang mampu menciptakan sesuatu yang indah dan memuaskan pastilah merupakan orang yang terampil, sensitif, dan penuh imajinasi. Karena itu ia layak disebut seniman. Implikasi dari pandangan Herbert Read sangat mendasar. Bila diikuti dengan serius, maka pendidik akan menilai keberhasilan peserta didik pada keartistikan, daya imajinasi, dan koherensi karya yang diciptakannya. Lebih jauh, guru yang menganut pandangan Herbert Read akan mengembangkan kurikulum yang mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang menghargai keorisinalan, tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga dalam matematika, sejarah, ilmu pengetahuan alam, atau olah raga. Pendidikan estetik berdasarkan pandangan Herbert Read mencakupi keseluruhan program sekolah. Guru pelaksana pendidikan seni adalah guru bidang studi lulusan lembaga pendidikan tinggi keguruan seni. Sekalipun pada pelaksanaan pengajaran seni ia tidak banyak berintervensi pada kegiatan seni anak-anak, ia hanya memancing ide anak-anak yang pada suatu saat bisa diminta memberi contoh oleh anak-anak, atau tempat anak-anak berkonsultasi seperti saat mereka sedang menghadapi kesulitan (Garda 1985:11). Pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai bentuk pendidikan seni sebagai upaya pewarisan dan sekaligus pengembangan atas beragam seni kepada anak didik. Kesenian yang telah dimiliki masyarakat agar tidak punah dan malah berkembang, oleh karena itu anak didik perlu dididik agar pandai dalam bidang seni. Pada gilirannya dapat dihasilkan calon-calon seniman yang handal. Pendidikan melalui seni adalah bentuk pendidikan seni yang digunakan sebagai upaya, sarana, alat atau media pencapaian sasaran pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif. Guru-guru kesenian yang dipersiapkan oleh lembaga pendidikan seperti jurusan Sendratasik Universitas Negeri di Indonesia sudah memadai sesuai tuntutan kurikulum. Tuntutan adanya guru yang memadai, masalah metode serta materi pengajaran tentunya harus diperhatikan juga. c.       Pola, bentuk dan pelaksanaan pendidikan seni di Indonesia dikaitkan dengan tujuan pembentukan karakter bangsa  Pendidikan seni merupakan bagian dari rumpun pendidikan nilai. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan nilai erat kaitannya dengan pembentukan dan pengembangan watak bangsa. Pendidikan nilai adalah suatu proses budaya yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat manusia, membantu manusia berkembang dalam dimensi intelektual, moral, spiritual, dan estetika yang memuat nilai-nilai (Jazuli, 2008: 26). Kesadaran dan komitmen untuk memanfaatkan seni dalam program pendidikan di sekolah formal karena pendidikan seni memiliki karakteristik yang unik, bermakna, dan bermanfaat terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik (Tri Hartiti Retnowati, 2010). Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, masalah kepekaan estetik memperoleh penekanan dalam pengembangan kemampuan peserta didik melalui kelompok mata pelajaran estetika. Pada peraturan ini, kelompok mata pelajaran estetika yang harus dipelajari peserta didik mempunyai arah pengembangan untuk meningkatkan: (1) sensitivitas, (2) kemampuan mengekspresikan, dan (3) kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis (BSNP, 2006: 78-79). Hal itu sesuai dengan harapan pendidikan, yaitu tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3. UU tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Jika dicermati sebagian besar potensi peserta didik yg ingin dikembangkan sangat terkait erat dengan karakter. Darmiyati Zuchdi (2009: 10) berpendapat sesugguhnya pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi faham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan ( domain afektif) nilai baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Dengan demikian pendidikan karakter harus ditanamkan melalui cara-cara yang rasional, logis, dan demokratis. Pengembangan karakter melalui pembelajaran seni di sekolah, secara prinsip dapat dilaksanakan terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa dengan memasukan pengembangan karakter pada pokok bahasan yang akan diajarkan dalam silabus dan RPP. Oleh karena itu guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, silabus dan RPP) yang sudah ada. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran seni merupakan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini siswa belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong siswa untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Substansi nilai/karakter yang ada pada setiap SKL antara lain seperti yang disebutkan di atas yaitu: iman dan taqwa, jujur, disiplin, terbuka,nasionalistik, bernalar, kreatif, peduli, tanggung jawab, bersih, santun, gotong royong, gigih, bervisi, dan adil. Pelaksanaannya pada pembelajaran seni di integrasikan dalam pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berapresiasi dan berkreasi. Dengan demikian membangun karakter siswa dengan pembelajaran seni dapat dilaksanakan melalui proses pembelajaran, yaitu peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak. Dapat pula dilakukan melalui berbagai kegiatan di sekolah. Kegiatan tersebut direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke Kalender Akademik. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program sekolah antara lain: lomba seni dengan motif tertentu antar kelas, pagelaran seni memperingati hari-hari tertentu semua memakai baju seni, lomba lukis motif antarkelas dengan tema budaya setempat, pameran hasil karya seni siswa bertema budaya dan karakter bangsa, pameran foto hasil karya foto bertema seni budaya dan karakter bangsa, mengundang berbagai nara sumber, budayawan, tokoh-tokoh seni untuk berceramah atau berdiskusi yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter. Melakukan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan kesenian, budaya, dan pembangunan nilai karakter.   2. Implementasi Pendidikan Seni a.      Pendidikan Seni – senirupa, adalah pembelajaran praktek sehingga terkesan tujuannya adalah menjadi peseni; berikan komentar anda, dan sebaiknya seperti apa pelaksanaannya  Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi peseni/seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran seni khususnya yang berkaitan dengan praktik berkesenian dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan. Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang. Dalam kurikulum sekolah dinyatakan bahwa fungsi pendidikan seni adalah mengembangkan sikap dan kemampuan siswa agar berkreasi dan menghargai seni. Fungsi pendidikan seni bagi anak adalah sebagai media ekspresi, komunikasi, bermain, pengembangan bakat dan kreativitas. Pendidikan seni dapat digunakan sebagai sarana penyaluran pengungkapan perasaan yang dihadapi anak, menyedihkan atau menyenangkan, kemarahan, ketakjuban dan sebagainya. Maka pendidikan seni memiliki fungsi sebagai media berekspresi. Pendidikan seni dapat digunakan oleh anak untuk menceriterakan kepada orang lain pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki. Anak dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui karyanya. Oleh karena itu pendidikan seni memiliki fungsi sebagai media komunikasi. Pendidikan seni sebagai media bermain dimaksudkan sebagai wahana penyeimbang kegiatan belajar lain yang lebih memerlukan kemampuan berpikir kritis kepada situasi yang rileks. Pendidikan seni menjadi pendidikan rekreatif, menyenangkan, sesuai dengan karakter anak yang menyukai berbagai bentuk permainan. Setiap anak memiliki potensi atau bakat alamiah baik yang bersifat umum atau khusus di bidang seni berbeda-beda proporsinya. Pendidikan seni dapat digunakan dalam rangka pemupukan dan pengembangan bakat melalui berbagai aktivitas seni: menggambar, menyanyi, atau menari yang secara alamiah dimiliki oleh anak. Pendidikan seni dapat digunakan untuk mengarahkan dan mengembangkan dalam hal penemuan baru (inovatif), menghargai perbe-daan karya orang lain. Pribadi anak yang kreatif dapat digunakan pendidikan seni sebagai wahananya, oleh karena itu pendidikan seni oleh para ahli dinyatakan sebagai bentuk kegiatan pendidikan yang paling efektif bagi pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan dalam pembelajaran, ruang lingkup pendidikan seni meliputi aspek pengetahuan, apresiasi dan pengalaman kreatif. Aspek pengetahuan seni dan kerajinan berkenaan dengan pembahasan karakteristik masing-masing cabang seni yang berkenaan dengan jenis, bahan, alat, teknik, unsur, prinsip desain atau komposisi, corak, dan sejarah perkembangannya. Aspek apresiasi seni berkaitan dengan respons siswa atas karya yang dihadapi. Kegiatan apresiasi dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas. Apresiasi di dalam kelas dapat dilakukan dengan apresiasi karya seni rupa, nyanyian, atau tarian teman sekelasnya, pajangan kelas, pemutaran slide, film, kaset, TV, video, dan sebagainya. Apresiasi di luar kelas dapat dilakukan dengan mengunjungi pameran, museum, monumen, candi atau tempat-tempat bersejarah, galeri, studio seni, pusat seni/industri masyarakat, dan pertunjukan-pertunjukan seni lainnya. Kegiatan apresiasi seni ini dalam kurikulum dituangkan dalam pokok bahasan pergelaran. Aspek pengalaman kreatif berkenaan dengan pembelajaran penciptaan atau perbuatan karya seni berlangsung. Praktek berkarya seni rupa adalah persoalan pengalaman kreatif. Oleh karena itu pengalaman kreatif berkaitan dengan penuangan gagasan, pemanfaatan dan penguasaan media, dan penguasaan teknik. b.      Dalam kajian filosofis, terdapat dua kelompok besar yang memandang seni; yaitu kelompok esensialis dan pragmatis, pendapat mereka tentang pelaksanaan pendidikan seni di sekolah umum.  -          Esensialisme Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Awal munculnya aliran Esensialisme yaitu pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama antara Esensialisme dan Progresivisme ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial. 1)      Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831) Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa setiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak. 2)      George Santayana George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri(memilih dan melaksanakan). Filsafat pendidikan Esensialisme bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran yang esensial itu ialah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin yang dikenal dengan nama Great Book. Buku ini sudah berabad-abad lamanya  mampu membentuk manusia –manusia berkaliber internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu kebenaran yang esensial. -          Pragmatisme = guna pengetahuan Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia. Agus Suwignyo dalam bukunya Dasar-dasar Intelektualitas (2007), menengarai program ini pada dua muatan, yaitu dalam perspektif kurikulum pendidikan sebagai kurikulum objek kajian, dan disposisi sikap sebagai kurikulum tersembunyi. Kurikulum objek kajian berkaitan dengan ilmu yang dipelajari, mencakup sains formal, sains alam empiris, dan sains sosial empiris. Sementara kurikulum tersembunyi berhubungan dengan etos keilmuan dalam suatu disposisi sikap yang melekat pada kepemilikan ilmu. Disposisi sikap merujuk pada kemampuan mencetuskan gagasan otentik yang mendasari sikap dan perilaku kelimuan. Pendidikan liberal art menekankan pada pengembangan kemampuan berfikir dan menalar, yakni pengolahan kompetensi untuk menemukan dasar rasional bagi suatu gagasan dan sikap, disamping juga mengolah kopetensi-kempetensi yang umum dan mendasar. Umum artinya tidak spesifik atau khusus; mendasar artinya esensial dan tidak pragmatis. Pendidikan liberal art juga mencakup keseluruhan dimensi kemanusiaan secara utuh, yakni manusia sebagai mahluk yang menalar, berinteraksi dan berkembang, dan menciptakan individu yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab. Berkembangnya pragmatisme dalam dunia pendidikan, yang tercermin dari tujuan pendidikan yang terlampau mengedepankan materi. Jauh dari tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki kualitas kepribadian. Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi kegunaan pragtis, dengan kata lain paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia . c.       Tujuan Pembelajaran Senirupa materi: ‘Gambar Bentuk’, ‘Desain/Nirmana’, ‘Kriya’ dan kaitannya dengan pendidikan estetika, logika, dan keterampilan berdasarkan pembinaan cipta – rasa – dan karsa.  Seni rupa berperan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Pendidikan seni rupa merupakan media untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum. Secara visual Soedarso (2006: 97) membagi seni rupa menjadi dua bagian besar, yaitu (1) seni rupa dua dimensi seperti gambar, lukisan, seni grafis, fotografi, mosaik, intarsia, tenun, sulam, dan kolase dan (2) seni rupa tiga dimensi seperti patung, bangunan, monumen, keramik dan sebagian besar seni kriya lainnya. Keduanya bisa dipecah berdasar atas medium, teknik atau proses pembuatan, dan benda produknya. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan. Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni rupa yang kita kenal saja, seperti lukis, patung, keramik, grafis dan kriya, tapi juga meliputi kegiatan luas dunia desain dan kriya (kerajinan), multimedia, fotografi. Bidang seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitik beratkan fungsi dan kemudahan produksi. Semua benda dan bangunan di sekitar merupakan karya desain, baik dengan pendekatan estetis maupun pendekatan fungsional. Desain sebagai kegiatan manusia yang berupaya untuk memecahkan masalah kebutuhan fisik. Desain menunjukkan proses pembuatan karya yang maksud dan tujuannya telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan tertentu. Desain merupakan suatu aktivitas yang bertitik tolak dari unsur-unsur obyektif dalam mengekspresikan gagasan visualnya. Unsur-unsur obyektif suatu karya desain adalah adanya unsur rekayasa teknologi, estetika, prinsip sains (fisika), kebutuhan masyarakat, industri, sumber daya alam, budaya (Sikap, mentalitas, aturan, gaya hidup), dan lingkungan sosial. Unsur objektif yang menjadi pilar sebuah karya desain dapat berubah tergantung jenis desain dan pendekatan. Kriya, yaitu hasil cipta yang bernilai artistik dengan keterampilan tangan, produk yang dihasilkan umumnya eksklusif dan dibuat tunggal, baik atas pesanan ataupun kegiatan kreatif individual. Ciri karya kriya adalah produk yang memiliki nilai keadiluhungan baik dalam segi estetik maupun guna. Sedangkan karya kriya yang kemudian dibuat misal umumnya dikenal sebagai barang kerajinan. Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kriya. Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa murni, kriya, dan desain. Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi. Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi. Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan. Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Dasar dan Menengah meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut. Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi. Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya. Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetika. Apresiasi dalam pengajaran seni rupa adalah merupakan wujud penerapan pendidikan estetika dengan kata lain pengalaman estetika seseorang perlu dikembangkan, dan salurannya yang pas adalah kegiatan. Melalui kegiatan ini kepekaan rasa (sensitivitas) ikut berkembang pula dan pada gilirannya akan menghadiahkan seperangkat nilai sikap yang sangat manusiawi kepada siswa. Kegiatan apresiasi adalah kegiatan yang bersifat psikologis (oleh karenanya tidak nampak) tetapi daripadanya diharapkan dapat membangun sikap atau perilaku siswa yang meskipun tak bersifat fisik namun dapat diamati. Seyogyanyalah kegiatan apresiasi seni dalam peningkatannya yang sempurna dimengerti sebagai penghayatan total, bukan hanya mengembangkan rasa tetapi juga mengembangkan pikiran. Dalam pengajaran apresiasi tidak bersifat pasif terlena dalam penikmatan rasa, akan tetapi bersifat aktif bahkan kreatif. Bagi seorang apresiator yang sedang melakukan penghayatan, betapapun juga tak cukup puas dengan kenikmatan rasa yang diperoleh dari karya seni dihadapannya. Dia akan coba memahami dengan menafsir-nafsirkan makna dan mencari nilai yang dikandung oleh karya seni tersebut untuk sampai pada suatu penghargaan sebagaimana mestinya. 3. Gagasan Pengembangan a.      Pembelajaran seni bersifat individual maka pelajaran menggambar bebas dan melukis cenderung sulit dievaluasi Cara mengevaluasi, mengevaluasi dari : corak atau gaya, tema, maksud dan analisa bentuk serta warna Gambar A Gambar B  Optimalisasi sistem evaluasi menurut Djemari Mardapi (2003: 12) memiliki dua makna, pertama adalah sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 1999: 2). Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, Penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan Dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku. Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program. Sesuatu yang diharapkan adalah nilai evaluasi yang mampu menggugah semangat anak untuk terus berkarya. Tidak selamanya nilai tinggi yang diberikan akan secara otomatis dapat memberi semangat anak untuk terus berkarya. Dalam pendidikan seni rupa, penguasaan teoritis kesenirupaan dan keterampilan-keterampilan bersifat non ekspresif, misalnya apresiasi, bagaimana menyiapkan alat-alat dan bahan untuk melukis, menyiapkan bahan dan alat untuk membuat patung, dan sebagainya. Relatif tidak sulit untuk ditetapkan kriteria keberhasilan peserta didik yang dapat dikenakan pada hasil belajar yang dapat diukur secara objektif melalui tes. Tetapi kegiatan-kegiatan seni rupa yang bersifat ekspresif-kreatif-estetis sulit untuk terlebih dahulu ditetapkan kriteria keberhasilan objektif yang dapat diberlakukan secara klasikal. Tidak mudah guru seni rupa untuk secara pasti yang akan terjadi sebagai hasil aktivitas tersebut, seperti kemungkinan-kemungkinan ekspresif-kreatif-estetis dari lukisan, patung, seni garfik, dan lain sebagainya. Inspirasi-inspirasi, penemuan-penemuan ide, simbol-simbol personal, kemungkinan-kemungkinan penciptaan yang tidak terduga sebelumnya yang muncul dalam proses berekspresi dan berkreasi dengan media seni rupa merupakan hasil pendidikan seni rupa yang sulit diterapkan. Kepekaan guru relatif terbatas dan bahwa proses dan hasil penciptaan karya seni rupa menyangkut segi jiwani yang kompleks, dapat dipastikan bahwa selalu ada data evaluatif yang sebenarnya relevan tetapi tidak sempat tertangkap oleh kacamata tersebut. Karya seni rupa peserta didik sebagai visualisasi visi dan ide peserta didik tidak selalu dengan mudah dapat dibaca, terutama hal-hal yang sangat bersifat personal seperti: kelancaran dan kepuasan ekspresinya, tentang nilai-nilai baru yang dapat dipetik dari pengalaman mencipta, dan alasan-alasan kondisional lainnya. Hal-hal yang bersifat personal dalam aktivitas penciptaan tersebut merupakan data pelengkap yang sangat diperlukan dalam rangka usaha penilaian untuk melihat peserta didik secara objektif. Evaluasi dalam hal ini mengenai dua lukisan di atas lebih fokus pada kreativitas anak dalam menuangkan imajinasinya, teknik-teknik yang digunakan serta komposisi warna. Komposisi warna yang dimaksud ialah melukis dengan bebas dan tidak ikut-ikutan atau latah seperti layaknya lomba mewarnai gambar dengan menggoreskan warna-warni cemerlang yang saat ini sedang membanjiri kreasi seni rupa anak-anak. Hal yang paling mendasar dalam penentuan penilaian sebuah karya seni yakni Kejujuran. Dalam kaitan ini Kejujuran melukis adalah bersifat sportif dalam penciptaan sebuah karya yakni lukisan asli hasil karya yang dibuat oleh siswa sendiri tanpa coretan pihak lain atau campur tangan orang tua maupun guru seni rupa. Memilih karya yang asli dan yang direkayasa memang tidak mudah,namun salah satu upaya menilai hasil karya yang otentik dapat dilihat dari konsistensi goresan tangan siswa pada tingkat usia dan juga tercermin dari hasil akhir kesempurnaan sebuah karya. Itulah sebabnya penilaian hasil lukisan selain menitikberatkan pada kreativitas dan komposisi warna, juga menilai kemurnian hasil karya. Anak memiliki dunia tersendiri, kejujuran yang seharusnya menjadi harta yang tak ternilai kadang harus direnggut oleh ambisi sesaat. Saat mereka Dipaksa mewarna dan menggambar bukan semata-mata atas dasar kejujuran anak. Dimulai dari gambar A, sebuah imajinasi yang sangat terlewat jauh bagi usia SD kelas rendah, siswa kelas 2 SD. Ide cemerlang ia hadirkan lewat lukisannya. Dapat dilihat ada beberapa anak yang bermain di taman dan di jalanan yang ternyata taman tersebut dalam bingkai sebuah mobil. Goresan yang tegas dan kepekaannya dalam menangkap obyek dapat menghadirkan gambar yang bagus. Sebuah konsep yang diekspresikannya dalam bentuk gambar dengan kepekaan dalam menangkap obyek merupakan kelebihan tersendiri. Penggunaan warna yang baik dengan gradasi warna merah – kuning, biru – putih, coklat – kuning dan terjalin dengan rapi sehingga membentuk sebuah komposisi warna sempurna, tanpa melihat sisi realisme naturalnya. Sangat teliti dalam penyelesaian karya, karya yang dihasilkan sangat bersih. Tegas/ spontan dalam mengungkapkan garis, sangat berani dalam mengorganisasikan unsur-unsur karya lukis Berbeda dengan gambar A, gambaran dari siswa B adalah cenderung kurang memiliki daya kreatifitas ide, konsep pembuatan sampai hal pewarnaan. Pewarnaan yang tampak tidak rapi dan hanya mengejar sisi natural yang dipaksakan. Sebuah komposisi gambar rumah, pohon, seorang bocah, dan kapal terbang yang kurang enak dilihat. Variasi unsur-unsur bentuk sedikit (garis, bidang) mendukung pertimbangan estetik, penggunaan warna tidak mendekati warna sebenarnya terutama untuk gambar rumah yang terkesan mancawarna, kurang berani dalam menggabungkan unsur-unsur bentuk dan warna pada karya lukis. Selain itu juga memperlihatkan kemampuan yang kurang dalam memodifikasi objek, warna yang digunakan kurang bervariasi, memperlihatkan kemampuan yang kurang dalam, menciptakan bentuk-bentuk baru, mengandung konsep cerita yang kurang maksimal. b.      Jika seandainya diminta memberi nilai (dalam bentuk angka) ada di posisi berapa, alasan penilaian tersebut? Nilai untuk gambar Siswa A adalah 80 dan untuk siswa B adalah 60. Penilaian tersebut diambil dari indikator penilain sebagai berikut. 1)      Reaksi peserta didik berupa perilaku (ekspresi, ucapan) yang menunjukkan kegairahan peserta didik terhadap tema yang diberikan pendidik. 2)      Kelancaran penuangan Ide, Kondisi peserta didik pada waktu membuat karya lukis yaitu adanya keseimbangan antara ide yang ada dalam diri siswa dengan keterampilan untuk memvisualisasikan ide tersebut. kecepatan dalam menemukan ide, ketepatan dalam menggunakan media sesuai dengan ide, kecepatan dalam membuat unsur-unsur karya lukis sesuai dengan media 3)      Kemampuan menggunakan media (alat dan bahan) dengan menggunakan teknik konvensional atau teknik bebas dalam melukis 4)      Keberanian menggunakan unsur-unsur bentuk, yaitu: kemampuan menggunakan titik, garis, bidang, dan warna untuk menghasilkan bentuk yang orisional/khas, variasi unsur-unsur bentuk (garis, bidang) mendukung pertimbangan estetik, penggunaan warna sangat mendekati warna sebenarnya, sangat berani dalam menggabungkan unsur-unsur bentuk dan warna pada karya lukis 5)      Ketekunan, mengerjakan tugas membuat karya lukis dengan sungguh-sungguh 6)      Kreativitas, Keaslian bentuk (kemampuan menciptakan bentuk-bentuk baru), meliputi pengulangan bentuk, kemampuan dalam memodifikasi objek, warna yang digunakan bervariasi, memperlihatkan kemampuan yang sangat tinggi dalam menciptakan bentuk-bentuk baru, mengandung konsep cerita yang sangat banyak. 7)      Ekspresi, Kejelasan dalam mengungkapkan isi/tema/konsep lukisan 8)      Kemampuan menggunakan alat dan bahan sesuai dengan karakteristiknya serta kebersihan karya yang dihasilkan. Alat dan bahan yang digunakan sangat sesuai karakteristiknya,sangat teliti dalam penyelesaian karya, karya yang dihasilkan sangat bersih c.       Perkembangan lukisan anak berkait dengan perkembangan mental, jelaskan cirri dan periodisasi lukisan anak pada usia tersebut, berikan contoh. Gambar anak dapat mencerminkan karakter anak. Apa yang digambarakan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian dirasakan. Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam, mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang digambarkannya. Ebenezer Cooke (dalam Tri Hartiti Retnowati dan Bambang Prihadi, 2010) mengemukakan bahwa perkembangan simbolik pada anak-anak meliputi empat tahap. Perkembangan pertama (antara dua sampai lima tahun), ketika anak sangat aktif mempelajari benda-benda di sekelilingnya, gambar yang dihasilkannya baru merupakan coreng-moreng yang menunjukkan akibat gerakan otot. Periode selanjutnya menunjukan bahwa gambar anak menunjukkan bukti adanya unsur imajinasi dan kesadaran yang lebih tinggi terhadap gerakan linier. Gambar anak di sini telah berusaha meniru objek, tetapi menurut Cooke, anak belum memperhatikan ketepatan penggambarannya. Cooke menyatakan bahwa pada tahap ketiga gambar anak telah menunjukkan adanya hubungan yang alami antara bagian-bagian dari suatu objek, dan gambar anak bukan merupakan tiruan objek-objek di alam, tetapi didasarkan pada ingatan atau imajinasi. Cooke tidak menjelaskan secara menyeluruh tentang tahap gambar anak-anak yang keempat, tetapi ia menetapkannya sekitar umur empat sampai sembilan tahun. Pada masa itu anak telah mampu meniru benda-benda di alam dan menghasilkan gambar yang mencerminkan hubungan antara benda-benda yang dilihatnya. Secara umum Lansing (1976) membedakan gambar anak menjadi dua tahap yaitu tahap coreng-moreng (umur 2 – 4 tahun) dan tahap figuratif (umur 3 – 7 tahun). Berikut khususnya akan diuraikan tahap figuratif, yang merupakan tahap perkembangan gambar anak pada usia prasekolah hingga sekolah menengah pertama. Gambar Anak pada Tahap Figuratif (3-12 Tahun) Gambar anak pada subtahap figuratif awal juga menunjukkan penggambaran objek-objek dengan ukuran yang berlebihan. Kepala orang mungkin digambarkan lebih besar dari pada pohon atau gambar anak mungkin lebih besar daripada rumah. Unsur garis, warna, dan tekstur digambarkan hampir tidak memiliki hubungan dengan kenyataan, misanya manusia digambarkan dengan warna ungu, sedangkan anjing digambarkan dengan warna hijau. Kaki dan tangan manusia mungkin hanya digambarkan dengan garis lurus. Dengan kata lain, gambar anak ini tidak begitu naturalistik. Gambar anak baru menunjukkan kemiripan dengan objek-objek secara umum. Objek-objek baru disusun sesuai dengan perasaan atau intuisi anak, dan anak belum memiliki kesadaran untuk berpikir tentang keindahan. Pada masa perkembangan ini umumnya anak begitu suka menggambar dan bertahan dalam gayanya hingga waktu yang lama. Gambar anak pada subtahap figuratif tengah tampak berdiri kokoh di atas tanah (garis dasar) dan tidak lagi menggantung di udara. Simbol figur yang digambarkan lebih kompleks dibandingkan dengan simbol figur pada gambar tahap-tahap sebelumnya. Kecenderungan kompleksitas simbol-simbol ini dapat dilihat pada simbol-simbol yang paling sering ditemukan anak di lingkungannya, tetapi objek yang jarang dijumpai anak digambarkan secara sederhana. Sebagai contoh, kepala harimau digambarkan mirip wajah manusia. Ciri yang lain gambar anak pada tahap perkembangan ini adalah gambar tembus pandang. Sebagai contoh, gambar bus penuh dengan para penumpangnya atau ibu dan dua anak di dalam badannya. Gambar ini merupakan penggabungan penampakan suatu objek dari dalam dan dari luar sekaligus. Cara penggambaran ini terutama ditemukan pada subtahap figuratif tengah, tetapi dapat ditemukan juga pada semua tahap perkembangan, kecuali tahap coreng-moreng. Anak pada subtahap figuratif akhir kadang-kadang telah menggunakan perspektif linier, yaitu cara menggambarkan garis-garis sejajar untuk mengesankan kedalaman. Sebagaia contoh, jalan yang menuju ke tempat yang jauh kedua garis tepinya terus saling mendekat. Selain perspektif linier, gambar anak pada subtahap figuratif akhir juga menunjukkan tingkat penggambaran setiap objek secara lebih realistik. Figur manusia digambarkan dengan seluruh unsurnya: kepala, badan, kaki, lengan, rambut, mata, kuping, hidung, telapak tangan, dan jari-jari. Bagian-bagian itu bahkan digambarkan dengan rinci. Read (1958: 140) dalam In Education Through Art mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: 1)      Organic, berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih suka objek dalam kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang wajar pula, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya 2)      Lyrical, penggambaran objek bersifat realistis, tetapi tidak bergerak seperti organic. Objek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan. 3)      Impresionist, lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada konsep keseluruhan 4)      Rhytmical Pattern, gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, Contohnya gambar anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar tersebut sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya bisa organis atau lyris. 5)      Structur Form, Objeknya mengikuti rumus ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan 6)      Shematic, mmenggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek semula disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek secara simbolis. 7)      Haptic, gambar yang dibuat mewakili hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat didak berdasarkan pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik. 8)      Expresionist, berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia dari luar seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain 9)      Enumeratif, dikuasai oleh objek dan tidak dapat menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua bagian-bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang dilebih-lebihkan Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman melainkan persepsi arsitek 10)  Decorative, menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warna-warni dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan. Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan senang, melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan pola-pola yang riang. 11)  Romantic, tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan gabungan antara ingatan dengan image eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru 12)  Literary, tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari raasa yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan kepada orang lain. Selain pendapat di atas, Hajar Pamadhi, (2011: .52-61) menyatakan periodisasi perkembangan apresiasi seni anak, yaitu: 1)      Masa coreng moreng, (1-4 tahun) a)      Judul gambar yang berubah-ubah. Usia 1 sampai 2 tahun, anak masih melatih diri, mengkoordinasikan bentuk garis yang sempurna maupun yang kurang tepat. b)      Mulai mengidentifikasi obyek dengan judul yang mantap dan sudah mulai menyadari bahwa gambarnya sudah dapat dibaca oaring lain,dan seiring dengan perkembangan usia biologis dimana mata mampu melihat obyek dengan detail maka gambar pun mulai berubah. 2)      Masa prabagan (4-7 tahun) Anak sudah menggenal dirinya, baik jenis kelamin maupun eksisitensi dirinya, dalam hubungan keluarga maupun masyarakat sosialnya,beberapa anak telah memanjakan dirinya karena merasa penting dan diperhatikan oaring lain. Dalam hal warna periode prabagan belum banyak memberikan artiyang sangat kuat, warna yang dipilih kadang kala tidak relefan dengan gambarnya. 3)      Masa bagan (7-9 tahun) Ditandai dengan kematangan berfikir general oleh sebagian anak laki-laki menggambar dijadikan sarana bermain dan bercerita tentang kepahlawanan. Beberapa gambar mampu menangkap obyek secara detail, dimana sisi prespektif juga mulai tampak, ketika anak sudah masuk jenjang sd. 4)      Masa Realism Awal, Usia 9-11 tahun Perkembangan mental pada anak pada perioda ini adalah kemampuan pengindraan; bentuk yang detail mampu diungkap terutama hal-hal yang berbeda di lingkungan sekitar. Pemahaman tentang postur tubuh manusia telah dipahami secara nya nyata, namun hambatan dalam menggambar adalah mengkoordinadikan tekanan-tekanan obyek. 5)      Masa realism Semu, Usia 11-14 tahun Seiring perkembangan biologis anak usia 11-15 tahun sudah dapat membedakan dengan jelas kedudukan dirinya dan fungsi organ tubuh anak. Pengertian Seni: Fungsi, Tujuan, dan Macam-Macam Seni Ilustrasi Seni Pengertian Seni Adalah Daftar isi Sebenarnya, apa arti seni? Pengertian seni adalah suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan di dalamnya dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam bentuk nada, rupa, gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia. Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian seni adalah semua hal yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain. Pada intinya, seni merupakan hasil akivitas batin seseorang yang dinyatakan dalam bentuk karya yang bisa mempengaruhi perasaan manusia. Pengertian seni secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Sani yang artinya pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Dengan kata lain, seni sangat erat hubungannya dengan upacara keagamaan yang disebut juga dengan “kesenian”. Baca juga: Seni Rupa Pengertian Seni Menurut Para Ahli Untuk lebih memahami apa arti seni, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli tentang definisi seni. Berikut ini adalah pengertian seni menurut para ahli: 1. Aristoteles Menurut Aristoteles, pengertian seni adalah suatu bentuk ungkapan dan penampilan yang tidak pernah menyimpang dari kenyataan, dan seni itu meniru alam. 2. Plato Menurut Plato, pengertian seni itu adalah hasil tiruan alam dan segala isinya (ars imitator naturam). 3. Herbert Read Menurut Herbert Read, pengertian seni adalah ekspresi dari penuangan hasil pengamatan dan pengalaman yang dikaitkan dengan perasaan, aktivitas fisik dan psikologis ke dalam bentuk karya. 4. Thomas Munro Menurut Thomas Munor, definisi seni adalah suatu alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. 5. Leo Tolstoy Menurut Leo Tolstoy, pengertian seni adalah ungkapan perasaan pencipta yang kemudian diungkapkan pada orang lain dengan harapan mereka dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penciptanya. 6. Sudarmaji Menurut Sudarmaji, pengertian seni adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis manusia dengan memakai media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang. 7. Ki Hajar Dewantara Menurut Ki Hajar Dewantara, arti seni adalah hasil keindahan sehingga dapat mempengaruhi perasaan seseorang yang melihatnya, dan seni merupakan perbuatan manusia yang bisa mempengaruhi dan menimbulkan perasaan indah. 8. Alexander Baum Garton Menurut Alexander Baum Garton, pengertian seni adalah keindahan dan tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan. 9. Drs. Popo Iskandar Menurut Popo Iskandar, pengertian seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan seseorang kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat/berkelompok. 10. Immanuel Kant Menurut Immanuel Kant, definisi seni adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan. 11. Hilary Bel Menurut Hilary Bel, pengertian seni adalah istilah yang digunakan untuk semua karya yang dapat menggugah hati untuk mencari tahu siapa penciptanya. 12. Eric Ariyanto Menurut Eric Ariyanto, pengertian seni adalah aktivitas rohani atau batin yang direfleksikan dalam bentuk karya dan dapat membangkitkan perasaan seseorang yang melihat atau mendengarnya. 13. Ensiklopedi Indonesia Menurut Ensiklopedi Indonesia, pengertian seni adalah ciptaan dari segala hal, karena keindahannya maka orang senang untuk melihat ataupun mendengarkannya. Baca juga: Pengertian Apresiasi Fungsi Seni Berdasarkan pengertian seni yang telah disebutkan di atas, fungsi seni secara umum adalah sebagai bentuk/ cara penyampaian ekspresi seseorang kepada orang lain dan lingkungannya. Beberapa fungsi seni dapat bedakan dalam dua kelompok, yaitu fungsi seni bagi individu dan fungsi seni bagi sosial. A. Fungsi Seni Bagi Individu Bagi individu, seni memiliki fungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan mereka. Adapun bentuk kebutuhan tersebut diantaranya: 1. Seni Sebagai Alat Pemenuhan Kebutuhan Fisik Manusia adalah mahluk yang mempunyai kecakapan dalam memberi apresiasi pada keindahan dan penggunaan berbagai benda. Dalam proses pemenuhan kebutuhan fisik ini, para seniman mempunyai peranan penting dalam menciptakan berbagai benda-benda bernilai seni untuk pemuasan kebutuhan fisik dan memberikan kenyamanan bagi orang lain. 2. Seni Sebagai Alat Pemenuhan kebutuhan Emosional Emosi adalah peraasaan di dalam diri manusia, baik itu perasaan senang, marah, sedih, haru, cinta, benci, dan lain-lain. Semua orang perlu meluapkan perasaan di dalam diri mereka agar kondisi kejiwaannya tetap normal. Untuk memenuhi kebutuhan emosional tersebut, manusia membutuhkan dorongan dari luar dirinya. Misalnya, seseorang yang punya jiwa seni dan estetika akan mengungkapkan emosinya melalui musik, lukisan. Atau ketika seseorang merasa stress, maka ia membutuhkan waktu untuk rekreasi, nonton bioskop, atau hal lainnya untuk meredakan tekanan jiwa. B. Fungsi Seni Bagi Sosial Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan akan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam hal ini seni juga berfungsi sebagai media untuk pemenuhan kebutuhan sosial tersebut. 1. Seni Sebagai Media Agama/ Kepercayaan Seni punya peranan penting dalam penyampaian pesan religi/ agama kepada manusia. Hal ini bisa kita lihat dari busana/ pakaian, upacara pernikahan, upacara kematian, lagu rohani, kaligrafi, dan lain-lain. Contoh fungsi seni dalam agama dapat kita lihat pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Relief yang terdapat di dinding Candi tersebut merupakan ilustrasi kitab suci agama Budha dan Hindu. 2. Seni Sebagai Media Pendidikan Seni juga punya peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu Pendidikan formal; pendidikan di lingkungan sekolah Pendidikan non formal; pendidikan di lingkungan masyarakat Pendidikan informal; pendidikan di lingkungan keluarga Melalui seni, individu dapat belajar tentang nilai-nilai dan ilmu pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya seorang siswa dapat belajar musik atau drama, dimana kegiatan ini dapat mengekspresikan diri mereka kepada orang lain. 3. Seni Sebagai Media Informasi Melalui seni juga kita bisa menjelaskan sesuatu kepada orang lain dengan lebih mudah. Misalnya penggunaan poster yang bernilai seni dimana di dalamnya terdapat informasi tentang bahaya narkoba, pentingnya imunisasi, dan penyampaian program pemerintah. 4. Seni Sebagai media Hiburan Sebagian besar yang berkaitan dengan hiburan mengandung unsur seni dimana para pelaku seni dapat mengekspresikan diri secara aktif atau pasif. Seorang seniman dapat merasakan senang, marah, terharu, ketika karyanya disukai atau tidak disukai orang lain. Begitupun individu yang melihat, mendengar, merasakan sebuah karya seni. Manusia bisa merasa terhibur ketika melihat sebuah lukisan, menonton bioskop, atau menonton sebuah konser musik. Macam-Macam Seni Seni dapat dinikmati melalui media pendengaran (audio art), penglihatan (visual art), dan kombinasi keduanya (audio visual art). Secara umum, seni dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Seni Musik Seni musik merupakan karya seni yang menggunakan bunyi sebagai unsur utamanya. Selain itu, di dalam musi terdapat juga unsur lain seperti harmonisasi, melodi, dan notasi. Selain dari alat-alat musik, suara musik juga berasal dari manusia, misalnya akapela atau beatbox. 2. Seni Rupa Seni rupa adalah karya seni yang dapat dinikmati melalui media penglihatan, atau visual art. Seni rupa fokus pada karya yang memiliki wujud dan rupa yang diekspresikan dalam bentuk lukisan, gambar, patung, kerajinan tangan, multimedia, dan lain-lain. 3. Seni Tari Seni tari merupakan bentuk seni yang memanfaatkan gerakan tubuh sebagai keindahan. Seorang pengarah tari (koreografer) dapat menyampaikan maksud atau pesan tertentu melalui gerakan tarian. Pada umumnya seni tari digabungkan dengan seni musik. Dengan begitu maka konsentrasi dan konsistensi gerakan tari menjadi lebih sempurna dalam penyampaian pesan dan perasaan. 4. Seni Sastra Seni sastra merupakan bentuk seni yang dinikmati melalui media pendengaran dan penglihatan. Melalui seni sastra dalam kata-kata, seseorang bisa menyampaikan pesan dan kesan dengan cara yang indah. Contoh seni sastra misalnya puisi (suara) dan kaligrafi (tulisan). 5. Seni Teater Seni teater adalah seni yang memvisualisasikan imajinasi atau menggambarkan buah pikir seseorang. Hasil imajinasi tersebut berhubungan dengan perilaku mahluk hidup, baik secara individu maupun kelompok. Adapun beberapa kemampuan dasar dalam seni teater adalah kemampuan menciptakan naskah, memahami karakter, dan mengekspresikan karakter dalam naskah. Baca juga: Pengertian Norma Pengertian Sosialisasi Pengertian Konsep Diri Demikianlah penjelasan ringkas mengenai pengertian seni, fungsi seni, dan jenis-jenis seni secara umum. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu. Artikel TerkaitArtikel Dari Penulis Konsep Dasar Pendidikan Seni PENDIDIKAN, SENI Konsep Dasar Pendidikan Seni di Pendidikan Formal Konsep dasar pendidikan seni pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu seni dalam pendidikan dan pendidikan melalui seni. Konsep Pertama : Seni dalam Pendidikan Pada awalnya dikemukakan oleh golongan esensialis yang mengganggap bahwa secara hakiki materi seni penting diberikan kepada anak. Menurut konsep ini, keahlian seni seperti melukis, menyanyi dan sebagainya perlu diajarkan kepada anak dalam rangka pengembangan dan pelestariannya. Artinya seni harus diwariskan melalui  lembaga pendidikan termasuk pendidik. Konsekuensi ini tentunya menuntut tenaga pendidik atau guru yang menguasai sepenuhnya dalam bidang kesenian.  Konsep Kedua  : Pendidikan Melalui Seni Konsep ini  dipopulerkan oleh Herbert Read dalam Education Truought Art. Berdasarkan pandangan ini, seni dilihat sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukan tujuan seni itu sendiri. Konsep Pendidikan Melalui Seni inilah yang dianggap paling sesuai untuk diajarkan atau diselenggarakan di sekolah umum, khususnya pada tingkat dasar dan prasekolah. Penerapan konsep Pendidikan Melalui Seni ini akan menekankan pada “proses” daripada “ hasil”.  Seni digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk mendorong perkembangan peserta didiknya secara optimal, menciptakan keseimbangan rasional dan emosional. Pendidikan melalui seni pada hakekatnya merupakan proses pembentukan manusia melalui seni. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap peserta didik menemukan pemenuhan dirinya (personal fulfillment) dalam hidup. Idelanya pendidikan mengajarkan anak-anak bagaimana menjadi merdeka ketika mereka berada dalam lingkungan yang terproteksi seperti dirumah dan disekolah misanya. Pengalaman disekolah diharpkan dapat memberi inspirasi yang berguna bagi mereka untuk melanjutkan pendidikannya hingga menjadi orang dewasa. Tujuan pendidikan melalui program seni akan memilihara prilaku tersebut sehingga menjadi lebih eensial membentuk kemandirian anak sebagai pembelajar seuur hidup. Aplikasi Konsep Seni dalam Konsep Pendidikan Seni Ada dua cara pengkonsepsian seni, yaitu : Pengkonsepsian atas dasar karya seni dan pengkonsepsian atas dasar modus seni. Cara pengkonsepsian seni yang berdasarkan karya seni dalam perkembangannya di masyarkat menghasilkan  1. Seni sebagai keindahan 2. Seni sebagai hiburan 3. Seni sebagai media komunikasi Sementara itu seni atas dasar modus kreasi menghasilkan  1. Proses kreasi dengan modus imitasi  2. Proses kreasi dengan modus ekspresi Seni sebagai Keindahan  a. Konsep Seni : Seni sebagai keindahan Defisini seni yang sering kita dengar, orang secara umum juga tidak jarang yang masih mengatakan bahwa seni adalah segala keindahan yang dicipakan manusia. Hal ini sejalan dengan kajian seni secara etimologis bahwa kata seni dalam bahasa sanskerta disebut cilpa (kata sifat yang berarti berwarna), dan kata jadiannya sucilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah.  Hubungan seni dan keindahan sangat jelas, terutama ditinjau dari sudut kebentukan karya seni itu. Seonggok sampah pun jika ditata sedemikian rupa dan ditempatkan pada media atau ruang dengan komposisi tertentu juga akan memerikan nilai estetis karya yang disajikan tersebut.  Keindahan itu apa? Jika kita mempersoalkan keindahan, The Liang Gie mengemukanan teori keindahan yaitu teori keindahan subjektif dan teori keindahan objektif.  Teori keindahan subjektif adalah karya seni rupa itu menimbulkan rasa puas, nikmat, kagum, dan indah menurut perasaan seseorang. Hal ini akibat dari stimulus yang dipancarkan dari karya seni yang merespon pengamat yang menyentuh perasaannya.  Menurut teori keindahan subjektif, indah itu terletak pada diri yang melihat. Sementara Teori keindahan Objektif memandang bahwa keindahan sebgai suatu kesan yang terdapat pada benda-benda atau karya seni rupa dengan ciri-ciri, kualitas, dan sifat keindahan yang dihasilkan dari suatu kesaatuan unsur seni yang tampak pada benda tersebut.  b. Konsep Pembelajaran Seni: seni Sebagai Keindahan. Pada dasarnya proses pembelajaran Pendidikan Seni (istilah sekarang Pendidikan Seni Budaya)  merupakan proses untuk menmbah pengalaman sisa terghada[p pengalaman estetik. Melalui kegiatan belajar, para siswa dapat melakukan pengamataan secara seksama. terhadpa objek yang diamati berdarkan minat dan kesukaanya. Objek yang diamati sangatlah beragam mulai dari benda-benda disekitar sekolah sampai benda-benda yang berada di rumahnya. Proses kegiatan pembelajaran dalam membina siswa untuk menguasai seni dan keindahan dapat dimulai dengan melakukan pengamatan langsung terhadap keindahan alam disekitar. Dari benda-benda yang diamatinya, mereka diarahkan untuk memilih objek yang memiliki cita rasa keindahan berdasrkan pengalamnnya., kemudian dari benda-tersebut pada siswa diajak secar langsung untuk memproduksi karya seni dari benda-benda tersebut menjadi karya seni.  Pengalam dalm proses kreasi melalui pemanfaatan alam memberi manfaat untuk meningkatkan kemampuan teknis siswa dalamberkarya. Selain itu mereka juga secar tidak langsung akan merasa dilatih untuk mencintai lingkungan seta mengetahui cara pemanfaatannya.  Jenis-jeins kegiatan untuk melatih kepekaan rasa keindahan akan rasa keindahan dari pemanfaatan alam di antaranya : 1. Membuat karya mozaik dan kolase dari bahan biji-bijian, batu-batuan dan benda lain yang ada di alam sekitar siswa. 2. merancang ornamen hias nusantara untuk menghiasi benda tiga dimensi. 3. Membuat benda hias interior seperti keramik, anyam, tenun, makrame, relief, ukiran dan sebagainya.  Seni sebagai Hiburan Pada umumnya orang cenderung menyukai akan kesenangan. Salah satu aspek dalam kehidupan kita yang memiliki sifat menyenangkan adalah bidang kesenian. Dalam konsep pembelajaran seni sebagai hiburan pelaksanaan seni budaya dalam kontek pendidikan formal berfungsi sebagai penyeimbang antara pembinaan potensi logika, etika dan estetika.  Sudah sewajarnya pelakanaan pendidikan seni diupayakan untuk menciptkan kondisi yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman hiburan.Suasana ini akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan siswa ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam praktek pembelajran seni sebagai media hiburanini, sebaiknya guru mempertimbangkan 1. Topik yang akan disajikan dalam proses pembelajaran dupayakan dipilih berdasarkan mintat dan kesenangan anak dan jenis kelamin 2. Berikan siswa untuk memilih objek yang menyenangkan untuk disajikan materi bahan ajar.  3. Berikan kesempatan siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. 4. ciptakan suasana yang harmonis melalui kegaitan kerjasama/kerjakelompok melalui menyelenggarakan pameran atau pertunjukan.  5. Berikan kesempatan anak untuk ikut merasakan manfaat secara langsung dari proses pembelajaran sehingga kegiataan pembelajaran yang dilakukan memberi manfaat kepada perkembangan dirinya.  6. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan pengalaman yang menyenangkan atau mengesankan baik secara  lisan maupun tulisan. Seni Sebagai Media Komunikasi Salah satu hasil karya seni rupa yang sering kita jumpai dalam kegiatan komunikasi adalah poster. Media ini dirancang dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat yang melihat harya tersebut. Poster pada umumnya digunakan sebagai media penyampaian pesan pendidikan, agama, sosial dan sebagainya.  Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut. Konsep pendidikan seni seni sebagai media komunikasi mengandung maksud bahwa melalui proses pembelajaran seni, siswa dilatih untuk menggunakan seni ini sebagai media penyampaian pesan. Dalam kehidupan anak-anak, goresan atau jejak gambar anak-anak memiliki ungkapan komunnikasi.  Jenis-jenis kegiatan pembelajran untuk memfungsikan seni sebagai media komunikasi di antaranya: a. Merancang dan membuat poster baik poster sosial maupun komersial b. Belajar menggambar karakter anatomi manusia baik secara realistis maupun secara kartunis. Pengalaman ini akanmemekali mereka untuk mampau menggambarkan suasana kejiwaaan manusia yang menjadi objek gambarnya.  c. Memperlajari tipografi dan karakter huruf dalam proses perancangan dan pembuatan poster, spanduk, leafet, kartu undangan, kartu hari raya, dan sebagainya. Melalui kegiatan ini akan memiliki kompetensi pemilihan dan penataan unsur visual sebagai alat untuk komunikasi.  d. Mengetahui dan mengenal psikologis warna-warna. Melalui kegiatn ini mereka akan mamapu mempertimbangkan pemilihan dan penataan warna yang tepat berdasarkan tujuan dan sasarannya.  Seni Sebagai Imitasi. Konsep seni, seni sebagai imitasi maksudnya bahwa perkembangan seni merupakan bentuk tiruan yang ada di alam. Manusia berusaha meniru semirip mungkin. Namun dalam perkembangan berikutnya anggapan ini mengalami perubahan. Seniman menggambarkan fenomena alam ini tidak lagi menggambarkan sesuatu yang mirip, namun sudah ada upaya perubahan, misalnya dengan deformasi, abstraksi dan stilasi.  Konsep seni sebagai imitasi dalam Konsep Pendidikan Seni ini maksudnya kegiatan meniru merupakan potensi natural yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk peserta didik. Kebiasaan ini memberikan manfaat kepada siswa untuk melakukan pengulangan prilaku dalam merespon suatu objek  Seni Sebagai Ekspresi. Karya seni yang diciptakan manusia merupakan manifestasi ungkapan perasaan/emosi manusia. Penciptaan karya seni dihubungkan dengan karakter kejiwaan manusia seperi perasaan suka, senang, ceria, sedih, sakit, duka cita, dan sebagainya.  Sedangkan Seni sebagai ekspresi dalam konsep pendidikan seni merupakan pendidikan seni rupa dalam pendidikan sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dalam berkarya seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi akan berjlan dengan baik jika proses ekspresi sering dilakukan.  Betapa pentingnya seni sebagai hasil cipta manusia, yang sewajarnya harus terus diajarkan di dalam pendidikan formal. Baik dari tingkat Taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran seni di sekolah atau madrasah jangan dianggap pelajaran pelengkap. Tentu ini menjadi tugas lembaga pendidikan dan para pengajar tentunya