ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN
SISTEM NEUROLOGIS : CIDERA KEPALA BERAT / CKB
Disusun oleh:
Nama : Rohadi
Nim :
PRODI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
LANDASAN TEORI
KONSEP DASAR
Pengertian
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius di antara penyakit nuerologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya ( Brunner & Suddarth’s, 2002 )
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas .(Mansjoer Arif ,dkk ,2000)
Trauma / cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
Trauma kapitis merupakan akibat kecelakaan baik kecelakaan lalu-lintas maupaun kecelakaan lain seperti terjatuh, kejatuhan benda keras atau kecelakaan kerja
Etiologi ( Cholik Harun dkk, 2007 )
Cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya :
oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak missal : kecelakaan, dipukul, terjatuh dan luka tembak.
Trauma saat lahir missal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.
Patofisiologi ( Carnwin Ej, 2002 )
Berdasarkan mekanisme, cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput durameter menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
Tanda dan gejala ( Cholik Harun dkk, 2007 )
Sakit kepala, mual, muntah
Mengalami lupa ingatan ( amnesia retrograde atau antegrad)
Lemah ingatan, cepat lelah, amat sensitive
Pupil anisokor
TD turun
Suhu tubuh yang sulit dikendalikan
Glascow coma scale ( GCS) digunakan untuk menilai secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera kepala
Cedera Kepala Ringan (CKR).
GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma
Cedera Kepala Sedang ( CKS)
GCS 9 –12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau hematoma intracranial.
Skala Koma Glasgow
No
RESPON
NILAI
1
Membuka Mata :
-Spontan
-Terhadap rangsangan suara
-Terhadap nyeri
-Tidak ada
4
3
2
1
2
Verbal :
-Orientasi baik
-Orientasi terganggu
-Kata-kata tidak jelas
-Suara tidak jelas
-Tidak ada respon
5
4
3
2
1
3
Motorik :
- Mampu bergerak
-Melokalisasi nyeri
-Fleksi menarik
-Fleksi abnormal
-Ekstensi
-Tidak ada respon
6
5
4
3
2
1
Total
3-15
Komplikasi
Edema pulmonal
Kejang
Kebocoran plasma
TIK meningkat
Infeksi
Lesi pada tingkat sel
Epilepsi
Perubahan aliran darah dan metabolisme otak
Kelainan respirasi akut
Pemeriksaan Diagnostik ( Marilynn E. Doenges, 2000 )
Skan CT ( tanpa / dengan kontras ): mengidentifikasi adanya SOL hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Indikasi CT Scan adalah :
Nyeri kepala menetap atau muntah – muntah yang tidak menghilang setelah pemberian obat – obatan analgesia/anti muntah.
Adanya kejang – kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi intrakranial dibandingkan dengan kejang general.
Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor – faktor ekstracranial telah disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi shock, febris, dll).
Adanya lateralisasi.
Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.
Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS.
Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X / menit).
MRI : sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras
Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma
EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah ( karena perdarahan, edema).
Penatalaksanaan ( Cholik Harun dkk, 2007 )
Tindakan terhadap peningkatan TIK
Pemantauan TIK dengan ketat.
Oksigenasi adekuat
Pemberian manitol
Penggunaan steroid
Peninggatan tempat tidur pada bagian kepala
Bedah neuro
Tindakan pendukung lain
Dukung ventilasi
Pencegahan kejang
Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
Terapi antikonvulsan
CPZ untuk menenangkan pasien
NGT
Dekompresasi dengan pembedahan : lesi massa intra cranial harus segera dikeluarkan, biasnya dengan pembedahan flap tulang
Ventilasi : oksigenasi dan hipokapnea. Kerusakan dan kematian neuron dapat terjadi dalam waktu 5 menit awitan hipoksemia.
Posisi tubuh sejajar atau ditinggikan 15- 30º kecuali ada kontra indikasi, posisi deserebrasi dan dekortikasi meningkatkan TIK
Hipotermia dapat menurunkan laju metabolisme
Pengontrolan tekanan darah
Drainase CSS
Osmoterapi, agen-agen osmotic seperti; manitol, urea, gliserol, dan isosorbid dapat digunakan untuk menurunkan TIK
KEPERAWATAN
Pengkajian ( Marilynn E. Doenges, 2000 )
Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
Pemeriksaan fisik
Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik)
Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
Aktifitas / istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese
Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal, bradikardi
Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung
Eliminasi
Gejala : mual, muntah dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah proyektil, gangguan menelan
Neurosensori
Gejala : kehilangan kesadaran sementara, amnesia sementara, vertigo, sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma
Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : sakit kepala
Tanda : wajah menyeringai, gelisah
Diagnosa Keperawatan
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
Nyeri akut b/d kerusakan jaringan otak dan peningkatan tekanan intracranial
Resiko terjadinya peningkatan intra cranial b/d adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan / darah dalam otak
Kurang mandiri dalam merawat diri b/d kelemahan fisik
Resiko Infeksi b/d tindakan invasif
Nursing Care Plan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Tindakan
Raional
1.
Perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan perubahan perfusi jaringan hilang dengan criteria :
-Tak ada peningkatan TIK
-Tanda vital normal
TD :110 /70 -120 /80 mmHg
N : 60-90 */mnt
R : 18-24 */mnt
S :36-37 ºC
Pantau status neurologis secara teratur
Pantau tanda-tanda vital
Evaluasi keadaan pupil
Anjurkan klien untuk meninggikan kepala 15-30º atau kepala disejajarkan
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik
Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
Mempertahakan aliran darah keotak yang konsisten
Untuk menetukan apakah batang otak masih baik
Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga akan mengurangi kongesti dan edema
Diuretik dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan air dari sel otak
2.
Nyeri akut b/d kerusakan jaringan otak dan peningkatan tekanan intracranial
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan nyeri akut berkurang dengan criteria :
-Klien tenang,
-Nyeri kepala dan pusing hilang
-Skala nyeri 1-2
-Tanda vital normal :
TD :110 / 70-120 / 80 mmHg
N :60-90 * / menit
R :18-24 * / menit
S :36-37 ºC
Observasi keadaan umum klien
Ajarkan latihan teknik relaksasi
Buat posisi kepala sejajar dengan kaki
Kurangi stimulus / batasi pengunjung
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
1. Untuk mengetahui kondisi klien
2. Membantu mengurangi
nyeri
3. Mengurangi nyeri dan rasa mual dan muntah
4. Agar klien dapat beristirahat
5. mengurangi rasa nyeri dan sakit kepala
3
4
5
Resiko terjadinya peningkatan intra cranial b/d adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan / darah dalam otak
Kurang mandiri dalam merawat diri b/d kelemahan fisik
Resiko infeksi b/d tindakan invasif
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan peningkatan TIK tidak terjadi dengan criteria :
-Kesadaran stabil
-Pupil isokor
-Reflek baik
-Tidak mual dan
muntah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan klien mampu:
Merawat diri sendiri secara bertahap
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam, diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan criteria :
-Tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi seperti robor, dolor, kalor, tumor, fungtiolessa
-Tidak ada pus/ anah
-Tanda vital normal:
S :36-37 ºC
Kaji tingkat
kesadaran
Monitor tanda-tanda vital
Kaji kemampuan sensorik dan motorik ( ROM, kekuatan otot)
Bantu klien untuk menghindari batuk, muntah atau mengejan saat BAB
Kaji tingkat kemandirian klien dalam merawat diri
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Libatkan klien dalam beraktivitas memenuhi kebutuhannya
Kolaborasi dengan tim medis
Pantau tanda-tanda infeksi pada luka (Rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolessa)
Rawat luka dengan teknik steril
Anjurkan klien untuk memaksimalkan gizi terutama protein
Berikan antibiotic: Ceftriaxon 2x 1 gr
Untuk mengetahui kondisi klien
dapat membantu mengetahui keadaan klien
Mengetahui kemajuan klien
Agar TIK tidak meningkat
Untuk mengetahui tingkat kemampuan klien dalam merawat diri
Mengurangi rasa leleh klien
Membantu klien dalam merawat diri secara bertahap
membantu keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan
Mengetahui infeksi sedini mungkin sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat
Meminimalkan kontaminasi silang dengan perawat kepada klien
Protein sangat berguna dalam proses pertumbuhan sel
Mencegah adanya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol-2, EGC, Jakarta, 2002.
Doengoes, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.
Santosa, Budi (editor), Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006, Definisi dan Klasifikasi, Prima Medika, Jakarta, 2005.
Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV Sagung Seto; 2001.
Syafudin,AMK. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawtan, Edisi 3.Jakarta: EGC; 2003.
http://dentingberdetak.blogspot.com/2011/07/askep-klien-dengan-trauma-kepala.html
http://ppniklaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:cedera-kepala&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-kmb/askep-cedera-kepala/
Benturan benda tajam, pukulan
Kepala
rauma kepala
Jejas / kerusakan jaringan
Iskemik
Hipoksia
Aliran darah ke otak ↓
Perub. Metabolisme aerob jadi anaerob & penimbunan as. Laktat
↑ TIK
PCo² ↑
Po² ↓
Ph ↓
Hipersensitifitas
Kematian
Gg. pemompaan natrium dan kalium
Oedema otak