Komunikasi Dalam Pemasaran Politik .
Oleh :
Listiyana Syafitri Daulay
NPM :1720040003
Dosen Dr. Anang Anas Azhar, MA
Mata Kuliah Komunikasi Politik
Program Studi Magister Ilmu Komunikasi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
BAB I
Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Pemasaran merupakan kata yang sudah tidak asing bagi mahasiswa, kata pemasaran bisa menjadi arti usaha-usaha yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk mengenalkan jasa atau barang. Dewasa ini kata pemasaran biasa ditemu dalam berbagai kalimat yang populer. Salah sataunya komunikasi dalam pemasaran politik.
Kajian Ilmu komunikasi sendiri membahasa komunikasi pemasaran dimana ada perpaduan ilmu komunikasi dengan ilmu pemasaran atau marketing. Makalah ini sendiri tidak membahas secara medalam komunikasi pemasaran tetapi yang akan dibahas adalah kominikasi dalam pemasaran politik. Aktor politik menyamapaikan pesan dengan tenkik pemasaran politik untuk.
Marketing politik adalah kombinasi penerapan ilmu marketing pemasaran dan penerapan ilmu politik Sebagai subjek akademis marketing politik masih terkesan relatif baru. Namun aplikasi marketing politik sebenarnya sudah ada sejak revolusi Prancis tahun 1789 dengan mengusung slogan Liberte Egalite dan Fraternite Kemudian tahun 1830an seorang praktisi periklanan profesional Charles Barker menciptakan iklan politik Tahun 1930an Franklin D Roosevelt meluncurkanfire side chats melalui media penyiaran(Nursal, 2004 :8).
Nursal (2004:8) menjelaskan Marketing politik mulai berkembang tahun 1980an. Perkembangan ini ditandai pada saat televisi memegang peranan penting dengan menyampaikan pesan pesan komersial kepada publik secara eksplisit. Salah satu contoh marketing politik mulai diterapkan ketika Margaret Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris pada tahun 1979 dengan melakukan kampanye melalui radio dan televisi Hal tersebut juga diikuti Bill Clinton ketika melawan Bob Dole dalam pemilihan kursi PresidenAmerika Serikat.
Komunikasi politik yang dilakukan aktor politik kini tidak hanya dilakukan secara satu arah tetapi dengan berbagai cara melalui pemasaran yang lebih kreatif dan inovatif. Aktor politik kini mulai menyadari khalayak yang akan ditujuh dari beragam kalangan sehingga dalam pendekatannya menggunakan metode yang berbeda-beda.
Proses untuk mencapai tujuan yang diharapakan aktor politik melakukan pemasaaran politik seperti menyapaikan pesan melalui media-media kepada khalayak. Salah satu dengan menggunakan media spanduk, baleho, flyer, radio, media cetak, media televisi, media online dan lainnya. Media sosial merupakan pemasaran baru yang dilakukan pada komunikasi poltik.
Salah satu contohnya komunikasi dalam pemasaran politik yang dilakukan oleh Gubenur Sumatera dan rivalnya ketika masa pencalonan. Untuk menjangkau semua khalayak dan calon pemelih kedua calon gubernur ketika itu melakukan pemasaran dalam komunikasi politik di media sosial Instagram. Kedua pasangan tersebut menggunakan hastag untuk memperkenalakan jargon-jargon masing-masing kandidat.
Di Indonesia penerapan marketing politik secara terbuka sejak 1998 Pada masa yang dikenal reformasi ini banyak partai yang bermunculan mencapai 150 partai. Namun partai yang lolos pemilu 1999 hanya 48 partai Selanjutnya pada pemilu 2004 jumlah partai politik yang ikut pemilu menyusut setengah dari jurnlah sebelumnya yaitu sebanyak 24 partai. Penyusutan ini tidak terlepas dari strategi masing-masing partai untuk mempertahankan dan mengembangkan partai politik di masyarakat disinilah marketing politik bermain (Aziz. 2007:127)
Berdasarkan pemikiran dan asumsi yang telah di uraikan diatas, maka pemakalah tertarik membahas makalah berjudul “Komunikasi Dalam Pemasaran Politik”.
BAB II
Pembahasan
Komunikasi
Secara etimologi menurut asal katanya istilah komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, atau communico, communico, communication dan communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, dan “kita mengirimkan pesan” (Mulyana, 2010: 46).
Banyak orang bercerita mengenai komunikasi. Apakah sebenarnya komunikasi itu. Para ahli komunikasi memberikan batasan-batasan pengertian dan defenisi komunikasi (Widjaja, 2010:8) antara lain :
Bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
Komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
Komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni :
Interpersonal communication, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.
Organizational Communication, yaitu di mana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga diluar yang ada hubungan.
Istilah komunikasi dalam bahasa inggrisnya disebut dengan communication, berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Selain itu Effendy mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy, 2013: 11).
Harold Lasswell mengatakan “cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi dalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut” who says what in which channel to whom with what effect? siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana (Rohim, 2009: 162).
Pemasaran
Pemasaran erat kaitan dengan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada sesorang dengan mendapatkan keutungan tetapi. Dunia politik mengenal menggunakan kata pemasaran atau marketing dalam aktivitas politik. Sebelum membahas isi malaka maka sebaiknya mengetahui makna pemasaran. Menurut Philip Kotler dan Kevin lane keller (2012 : 6), Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
Kotler dan Amstrong (2012:28) mengungkapkan bahwa pemasaran adalah: “The process by which companies create value for customer and build strong relationship with customer in order to capture value from customer in return”. Dalam hal ini, definisi pemasaran merupakan suatu sistem dari kegiatan bisnis untuk merencanakan, mendistribusikan dan mempromosikan barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang dilakukan oleh seseorang.
Politik
Hidajat (2009: 2) menjelas dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni polis yang berarti kota yang berstatus negara kota city state). Sedangkan Heywood dalam Budiardjo (2007: 16) politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.
Pengertian Marketing Politik
Sistem demokrasi yang diterapkan oleh Indonesia mengatarkan masyarakat ke arah yang lebih baik yang mana masyaraat lebih kritis dalam menilai dan menganalisis apa yang dilakukan oleh partai politik. Pada masa sebelum demokrasi diterapkan masyarakat cenderung akan diam dan menerima ketika partai politik hanya memberikan janji tanpa ada realisasi. Pendekatan yang diterapkan oleh partai politik pada masa lalu hanya melihat arti penting masyarakat sebagai alat memenangkan pemilihan umum kemudian menginggalkannya, pendekatan ini disebut dengan pendekatan eksploitatif (Firmanzah, 2012:64).
Tabel 1 : Hubungan Model Laswell dengan Komunikasi Politik & Political Marketing
Model
Laswell
Hubungan dengan komunikasi politik dan political
marketing
Komunikator
Pada komunikasi politik komunikator bersifat dua arah misalkan Pemerintah yang awalnya merupakan komunikator politik, bisa menjadi komunikan pada saat lain. Namun, pada political marketing, komunikato terbatas kepada para pelaku politik yang akan ikut dalam pemilu seperti partai atau kandidat.
Pesan
Pada komunikasi politik, pesan bisa diartikan secara luas. Pesan dapat merupakan himbauan pemerintah kepada masyarakat, masyarakat kepada pemerintah dan bahkan masyarakat kepada masyarakat. Pada political marketing pesan diartikan lebih sempit. Konten pesan biasanya berupa promise dari kandidat yang ditawarkan melalui berbagai macam rencana kebijakan. Pesan disampaikan oleh partai atau kandidat. Dari pesan tersebut, electore (para pemilih) akan mempunyai alasan kenapa partai atau kandidat tersebut harus dipilih. Dalam bahasa Pemasaran Komersial sering disebut dengan reason to believe.
Khalayak
Pada Komunikasi Politik yang dimaksudkan dengan khalayak atau komunikan bisa sangat luas. Bisa masyarakat sipil, NGO atau pemerintah, ketika memang pesan ditujukan untuk mereka. Pada political marekting, yang dimaksud dengan khalayak adalah electore atau para pemilih.
Channel/
Media
Pada Komunikasi Politik yang dimaksud adalah media massa. Sedangkan pada political marketing, media bisa berarti media massa namun juga melalui perwakilan langsung atau tokoh/kelompok yang berpengaruh terhadap nilai-nilai di sebuah daerah. Hal ini dalam strategi kampanye political marketing dikenal dengan push,pull atau pass Political Marketing.
Efek
Pada Komunikasi Politik yang dimaksud dengan efek dari komunikasi bisa dilihat secara luas seperti civil education sedangkan dalam political marketing lebih sempit cakupannya. Yang ingin dihasilkan berupa electore- electore yang aktif dalam pemilu dan memilih kandidat tertentu. Sedikit lebih luas lagi, dalam political marketing juga ingin dihasilkan efek bahwa partai atau kandidat menjadi naik citra dan popularitas.
Sumber : Laswell dalam Inco Hary Perdana , 2012:17-18
Penggunaan pendekatan marketing dalam dunia politik dikenal dengan marketing politik (political marketing). Dalam marketing politik, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan marketing untuk membantu politikus (dalam hal ini kandidat pilkades) dan partai politik agar lebih efisien dan efektif dalam membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat. Hubungan ini diartikan sangat luas, dari kontak fisik selama periode kampanye sampai dengan komunikasi tidak langsung melalui pemberitaan di media massa (Firmanzah, 2012:128).
Kajian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) dengan judul “Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Calon Presiden Amerika Serikat 2008”. Pemilihan calon presiden Amerika Serikat 2008 dari Partai Demokrat dengan pertarungan Obama dan Hillary menyisakan pelajaran penting bagi studi-studi mengenai komunikasi pemasaran politik. Obama dengan latar belakang ras kulit hitam dan Hillary dengan latar belakang gender wanita mencetak sejarah baru dalam perpolitikan Amerika Serikat. Hasil penelitian menganalisis kemenangan yang diperoleh Obama memberikan makna bahwa pemilih Amerika lebih menyukai isu-isu seksis yang berkonotasi gender ketimbang isu rasialis, sehingga apapun rasnya tetap dipilih yang penting isu yang diangkat mewakili “kejantanan” Amerika sebagai pemimpin dunia yang kuat.
Demokrat menjagokan Obama dan Hillary serta kekuatan basis pemilih yang beragam baik dari kalangan kulit hitam maupun perempuan akhirnya mampu menarik lebih banyak suara, meskipun keduanya memiliki, tugas berat mendobrak stigma pemimpin Amerika selama ini yang senantiasa berputar pada lingkaran WASP (White, Anglo Saxon and Protestant), eksekutif dan laki-laki. Keduanya dapat membuka lembaran baru sejarah Amerika sebagai presiden kulit hitam pertama maupun presiden wanita pertama di negara adidaya tersebut.
Penelitian yang dikedua dijelaskan oleh Sulthan (2011) dengan judul “Komunikasi Pemasaran Politik Elite PKS Kota Bandung”. Elite politik perannya lebih dominan di panggung depan yang sangat kental dengan pengelolaan kesannya (impression management), interaksi simboliknya dalam pertukaran pesan politik, dramatrugisnya yang sudah dikonstruksi secara pribadi, konstruksi aktivis kader dan konstruksi spritual komunikasi politik PKS sebelum/sewaktu masih menjadi simpatisan sampai menjadi kader PKS bermuatan yang kesemuanya itu bermuatan komunikasi pemasaran politik.
Hasil Penelitian Sultan yaitu elite PKS (fungsionaris) yang lebih dominan perannya di panggung belakang mengonstruksi realitas komunikasi pemasaran politik bersinergi di panggung belakang dengan elite politik dan kader PKS guna meningkatkan reputasi partai ini bermuara pada meningkatnya peroleh suara pada tiap pemilu.
Penelitian ketiga ditulis oleh Heryanto dengan judul “Marketing Politik Di Media Massa Dalam Pemilu 2009”. Heryanto menganalisis Pendekatan marketing politik dalam pemilu 2009 akan semakin intensif karena dukungan media massa. Industri media di Indonesia sangat maju pesat sehingga memungkinkan digunakan secara intensif dalam marketing politik para kandidat, baik perseorangan maupun kelompok. Kedua teori yang dibahas di atas tentunya memiliki cara pandang masing-masing dalam melihat fenomena ini. Teori Agenda Setting lebih melihat bahwa media mampu menonjolkan hal-hal yang nantinya juga akan dianggap penting oleh khalayak.
Teori Kultivasi melihat bahwa terpaan media massa termasuk marketing melalui media akan mampu menanamkan sikap dan nilai tertentu pada khalayak. Sementara itu, Teori Spiral of Silence menunjukkan seseorang akan memerhatikan lingkungannya dalam rangka mempelajari pandangan mana yang semakin kuat dan yang mana semakin tidak popular. Pandangan minoritas biasanya menyesuaikan diri dengan opini publik yang berkembang. Media massa biasanya menjadi berpengaruh dalam pembentukan opini publik tersebut. Dengan demikian, ketiga teori tersebut, cukup bisa menjelaskan realitas marketing politik partai-partai politik dalam perhelatan demokrasi 2009.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Aktor politik perlu melakukan pendekatan kepada khalaya sebagai calon politikus dengan menyampaian pesan kepada khalayak menggunakan media, media yang dimaksud disini pasti menggunakan biaya dan menggunakan teknik pemasaran seperti mempersiapakan aktor politik dengan ide dan gagasan yang berebeda, melakukan pengenalan kepada khalayak secara langsung dan tidak langsung, dan mempersiapkan media yang sesuai pada khalayak tertentu.
Media kormersial yang digunakan untuk pemasaran politik sudah beragam seperti melalui media cetak seperti surat kabar, dan majalah untuk menarik khalayak. Begitu dengan media lain yang menggunakan biaya untuk melakukan komunikasi dalam pemasaran politik. Pada media sosial bisa tidak menggunakan biaya tetapi calon politikus harus memperhatikan kualitas pesan yang akan disampaikan berbentuk suara, tulis, gambar dan video sebagai pemasaran politik.
Proses memperoleh kemenangan politik membutuhkan waktu dan langkah yang tepat dengan menciptakan strategi kemenangan politik. Membangun kepercayaan masyarakat akan pentingnya peran dan fungsi pemasaran politik menjadi tujuan utama. Tentunya membangun kepercayaan masyarakat ini tidak serta merta terjadi dalam waktu yang singkat butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan tersebut.
Saran
Saran pada makalah ini sebaiknya melakukan komunikasi dalam pemasaran politik menggunakan strategi yang sesuai dengan target khalayak memilih media yang sesuai usia khalayak.
Daftar pustaka
Budiardjo, Miriam. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Effendy, Onong Uchjana. (2013). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Firmanzah. (2012). Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Heriyanto, Gun Gun. (2009). Marketing Politik Di Media Massa Dalam Pemilu 2009. Purwokerto: Komunika Vol.3 No.2.
Hidajat, Imam. (2009). Teori-Teori politik. Malang: Setara press.
Kotler, Philip & Armstrong (2012): Marketing Management 14th Edition New Jersey: Pretice Hall.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, (2012): Marketing Management New Jersey: Pearson Pretice Hall, Inc.
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nursal, Adman. (2004). Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden : Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Perdana, Inco Hary. (2012). Political Marketing Partai Politik Baru Menuju Pemilu 2014. Studi Kasus
Rohim, Syaiful. (2009). Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulthan, Muhammad. (2011). Komunikasi Pemasaran Politik Elite PKS Kota Bandung. Bandung : Acta diurnA Vol 7 No 1.
Widjaja. (2010). Komunikasi: Komunikasi dan hubungan masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara2
Wijaya, Bambang Sukma. (2012). Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Calon PresidenAmerika Serikat 2008. Jakarta : Jurnal Sospol Academica Vol. 1 No. 1
1
3
9
11
1
3
9