Academia.eduAcademia.edu

media pembelajaran.rtf

implemetasi permainan edukatif menggunakan media alam

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Media Pembelajaran Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada sipembelajar‭ (‬siswa‭)‬,‭ ‬makna media pembelajaran lebih luas dari:‭ ‬alat peraga,‭ ‬alat bantu mengajar,‭ ‬media audio visual.‭ ‬Pengelompikan media menurut para tokoh,‭ ‬antara lain Seels‭ & ‬Glasgow menuturkan bahwa media tradisional itu terdiri dari visual,‭ ‬audio,‭ ‬multimedia,‭ ‬cetak,‭ ‬permainan,‭ ‬realita.‭ ‬Menurut Santoso S.Hamjaya‭ (‬1985‭) ‬media adalah penggunaan cara massal‭ (‬televisi,‭ ‬film,‭ ‬slide,‭ ‬dan radio‭)‬,‭ ‬media pemnbelajaran modern‭ (‬ruang,‭ ‬kelas,‭ ‬otomatis,‭ ‬sistem proyeksi berganda,‭ ‬sistem interkomunikasi‭)‬. ‭ ‬Zainal Aqib,‭ ‬Model-Model,‭ ‬Media,‭ ‬dan‭ ‬Startegi Pembelajaran Konstekstual‭ (‬inovatif‭)‬,‭ ‬CV Yrama Widya,‭ ‬Bandung,‭ ‬2013,hlm.‭ ‬48 Pengertian Implementasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,‭ ‬implementasi merupakan pelaksanaan‭; ‬penerapan.‭ ‬Pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk.‭ ‬Menurut Pressman dan Wildavsky sebagaimana yang di kutip Mulyasa,‭ ‬menjelaskan imlementasi sebagai‭ ‬:‭ ‬1‭) ‬Proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya.‭ ‬2‭) ‬Implementasi memerlukan jaringan pelaksana,‭ ‬birokrasi yang efektif.‭ ‬3‭) ‬Efektivitas implementasi ditentukan oleh kemampuan untuk membuat hubungan dan sebab akibat yang logis antara tindakan dan tujuan. ‭ ‬Mulyasa,‭ ‬Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi,‭ ‬Remaja Rosda Karya,‭ ‬2002,‭ ‬hlm.‭ ‬93‭ Pengertian dan karakteristik bermain Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan,‭ ‬tanpa mempertimbangkan hasil akhir.‭ ‬Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.‭ ‬Dalam proses pembelajaran PAUD bukan menekankan terhadap kemampuan mengusasai materi melainkan proses belajar melalui bermain.‭ ‬Dengan bermain dapat menumbuhkan kesenangan anak terhadap belajar selanjutnya anak akan dapat memperkaya/memperluas pengalaman bermain yang bermakna. Bermain merupakan pendekatan dalam merasakan kegiatan pendidikan anak usia dini,‭ ‬dengan menggunakan startegi,‭ ‬metode,‭ ‬materi atau bahan,‭ ‬dan media yang menarik agar mudah diikuti anak,‭ ‬melalui bermain anak diajak untuk berekplorasi‭ (‬penjajakan‭)‬,‭ ‬menemukan,‭ ‬dan memanfaatkan benda-benda diseekitarnya.‭ ‬Dalam kegiatan bermain,‭ ‬anak diajak mengenal dunia dan lingkungannya.‭ ‬Berbagai aktivitas bermain memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.‭ ‬Bermain dengan pembelajaran dapat memberikan dukungan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak secara lebih optimal. Menurut Vygotsky,‭ ‬seorang psikolog berkembangsaan Rusia,‭ ‬ia mengemukakan bermain merupakan‭ “‬play is an excellent for cognitive development.‭” ‬He was especially interested in the symbolic and make believe aspects of play,‭ ‬as when a child rides a stick as if it were a horse.‭ ‬For young chlidren,‭ ‬the imagery situation is real.‭ ‬Parent should encourage such imaginary play because it advances the child’s cognitive development,‭ ‬sepectially creative thougt.‭ ‬Jadi menurut Vygotsky bermain mempunyai peran langsung terhadap kognitif seorang.‭ ‬Dengan bermain daya fikir dan perkembangan otak anak akan semakin baik,‭ ‬serta berkembang secara optimal.‭ ‬Anak pada usia dini tidak atau kurang memperoleh saat-saat bermain maka akan tertinggal dan terlihat minder dan merasa rendah diri. ‭ ‬Ahmad Susanto,‭ ‬Pendidikan Anak Usia Dini‭ (‬Konsep dan Teori‭)‬,‭ ‬Bumi Aksara,‭ ‬jakarta,‭ ‬2017,hlm.97 Permainan Edukatif dan kegunaannya. Menurut Adams‭ (‬1975‭) ‬berpendapat bahwa permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para pemainnya,‭ ‬termasuk permainan tradisional dan moderen yang diberi muatan pendidikan dan pengajaran Atas dasar pengertian itu,‭ ‬permainan yang dirancang untuk memberi informasi atau menanamkan sikap tertentu,‭ ‬misalnya untuk memupuk semangat kebersamaan dan kegotongroyongan,‭ ‬termasuk dalam kategori permainan edukatif karena permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif dan afektif‭ ‬. Menurut Badru Zaman,‭ ‬dkk‭ (‬2007:‭ ‬63‭) ‬alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak TK jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: Ditujukan untuk anak usia TK. Berfungsi mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak TK. Dapat digunakan dengan berbagai cara,‭ ‬bentuk dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna. Aman bagi anak. Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas. Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan. Sedangkan secara prinsipnya APE meliputi‭ ‬: Mengaktifkan alat indra secara kombinasi sehingga dapat meningkatkan daya serap dan daya ingat anak didik. Mengandung kesesuaian dengan kenutuhan aspek perkembangan kemampuan dan usia anak didik sehingga tercapai indikator kemampuan yang harus dimiliki anak. Memiliki kemudahan dalam penggunaannya bagi anak sehingga lebih mudah terjadi interaksi dan memperkuat tingkat pemahamannya dan daya ingat anak. Membangkitkan minat sehingga mendorong anak untuk memainkannya. Memiliki nilai guna sehingga besar manfaatnya bagi anak. Bersifat efisien dan efektif sehingga mudah dan murah dalam pengadaan dan penggunaannya. ‭ ‬eramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/01/makalah-alat-permainan-edukatif-ape.html diakses pada jam‭ ‬16.30,‭ ‬16‭ ‬Maret‭ ‬2018‭ Permainan edukatif seperti balok merupakan alat permainan yang sangat sesuai sebagai alat bantu membuat berbagai kontruksi.‭ ‬Alat permainan yang berupa balok ukuran besar dapat dimainkan dilantai.‭ ‬Umumnya disebut pula balok lantai.‭ ‬Pada tahap permulaan mambangun balok bangunan,‭ ‬seorang anak hanya menggunakan balok dalam jumlah terbatas dan hanya menggunakan ruang terbatas pula.‭ ‬Tetapi setelah kemampuannya berkembang ia melakukan elaborasi dalam bentuk bangunan yang dibuatnya.‭ ‬Dengan demikian makin banyak balok yang dipakai dan menggunakan runagan yang lebih luas dibandingkan saat anak berada pada tahap awal perkembangan bermain balok. ‭ ‬Adapun kegiatan dramatik dimana anak didik melakukan peranan pada suatu pekerjaan atau profesi.‭ ‬Judith Bender menyarankan agar sekolah mengorganisasikan alat-alat dan pakaian yang memungkinkan bagi anak untuk memainkan berbagai macam peran didalam masyarakat.‭ ‬Materi-materi tersebut antara lain meliputi: Kotak-kotak/kemasan makanan yang telah kosong,‭ ‬uang mainan,‭ ‬pakaian pelayan,‭ ‬lemari tempat barang yang dijual.‭ ‬Perlengkapan tukang cukur atau salon kecantikan:‭ ‬sampo,‭ ‬jepit rambut,‭ ‬alat pengering rambut,‭ ‬sisir,‭ ‬botol minyak rambut yang sudah kosong,‭ ‬alat cukur dan sebagainya. Perlengkapan kantor pos:‭ ‬peranoka ampelop,‭ ‬termomenter,‭ ‬uangb kertas dan pensil. Dokter dan peralatan rumah sakit:‭ ‬stetoskop,‭ ‬termometer,‭ ‬alat suntikan,‭ ‬pakaian dokter dan perawat. Rumah makan:‭ ‬piring,‭ ‬gelas,‭ ‬sendok,‭ ‬garpu,‭ ‬kompor,‭ ‬pisau,‭ ‬daftar makanan,‭ ‬notes untuk pesan makanan dan minuman,‭ ‬pensil,‭ ‬alat masak,‭ ‬meja kursi,‭ ‬telepon,‭ ‬pakaian untuk masak dan serbet. ‭ ‬Busri mustafa,‭ ‬Dasar-Dasar Pendidikan Anak Pra Sekolah,‭ ‬2016,‭ ‬Dua Satria Ofset,‭ ‬Yogyakarta,hlm.‭ ‬128-132 Macam-Macam Permainan Bentuk permainan anak tentu sangat bervariasi jenis dan bentuk permainan antara satu dengan‭ ‬yang lainnya baik antar daerah etnis maupun bangsa.‭ ‬Ki Hajar Dewantara,‭ ‬menulis bahwa H.Overback telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-anak yang ada diindonesia.‭ ‬Setiap waktu permainan baru akan muncul sehingga jenis permainan semakin hari semakin bertambah seiring dengan perubahan zaman.‭ ‬Namun,‭ ‬menurut Suyanto,‭ ‬dari berbagai jenis permainan,‭ ‬pada dasarnya jenis permainan anak dapat dikelompokkan menjadi‭ ‬5‭ ‬jenis,‭ ‬yaitu sebagai berikut: Permainan fisik,‭ ‬yaitu permainan yang banyak menggunakan kegiatan fisik,‭ ‬seperti bermain kejar-kejaran. Lagu anak-anak,‭ ‬yaitu lagu yang dinyanyikan sambil bergerak,‭ ‬menari,‭ ‬atau berpura-pura menjadi sesuatu atau sesorang. Bermain teka-teki dan berfikir logis matematis,‭ ‬yaitu permainan yang tujuannya mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis. Bermain dengan benda-benda,‭ ‬yaitu bermain dengan objek seperti air,‭ ‬pasir,‭ ‬dan balok yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Bermain peran,‭ ‬yaitu permainan untuk mengembangkan kemampuan bahasa,‭ ‬komunikasi,‭ ‬dan memahami peran-peran dalam masyarakat. Sedangkan Wolfgang dkk.‭ ‬Membagi jenis bermain dalam empat kategori,‭ ‬yaitu sebagai berikut. Sensorimotor play,‭ ‬yaitu jenis bermain yang melibatkan pergerakan bebas dari otot-otot besar dan otot-otot kecil serta eksplorasi tubuh dengan menggunakan seluruh panca indera sebagai latihan bagi tubuh dengan sensorinya. Symbolic play,‭ ‬yaitu jenis bermain yang sering disebut juga dengan bermain peran.‭ ‬Pada kegiatan bermain ini,‭ ‬anak mengekspresikan idenya melalui menggerakkan objek atau alat permainan.‭ ‬Berupa simbolik dapat disebut sebagai bermain sosiodramatik ketika anak melakukan hal-hal yang berkaitan dengan bermain peran,‭ ‬menggunakan alat permainan,‭ ‬berinteraksi. Contruction play,‭ ‬yaitu pada kegiatan ini anak menciptakan benda-benda simbollik dengan menggunakan bahan seperti cat,‭ ‬kertas,‭ ‬tanah liat,‭ ‬dan beragam bahan sejenis lainnya.‭ ‬Simbol dalam produk-produk yang diciptakan anak akan semakin berkembang dan semakin detail seiring dengan perkembangan intelektual anak dan semakin terashnya keterampilan anak dalam menggunakan gambar. Game with rule,‭ ‬yaitu jenis bermain ini membutuhkan aturan yang disepakati oleh sosial.‭ ‬Anak usia dini belum memahami sudut pandang orang lain.‭ ‬Pada umumnya,‭ ‬anak belum mampu terlibat bermain dengan aturan yang melibatkan permainan lainnya,‭ ‬kecuali untuk permainan dengan aturan sederhana. Ahli lain memberikan pendapat mengenai jenis permainan ini adalah Brewer.‭ ‬Apabila dilihat dari peran guru dalam memandu anak untuk bermain dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,‭ ‬yaitu bermain bebas‭ (‬free play‭)‬,‭ ‬bermain terpimpin‭ (‬guide play‭)‬,‭ ‬dan bermain terarah‭ (‬directed play‭)‬. Martini Jamaris,‭ ‬membagi bermain dalam enam jenis sebagai berikut. Bermain dengan melakukan pengamatan. Pada kondisi ini,‭ ‬anak terlihat tidak bermain,‭ ‬tetapi anak melakukan kegiatan bermain,‭ ‬dengan cara mengamati permainan yang menarik perhatiannya.‭ ‬Anak yang melakukan kegiatan bermain ini,‭ ‬biasanya hanya berdiri disuatu tempat,‭ ‬mengamati sekeliling ruangan dan terkadang terlibat pembicaraan dengan temannya yang akan bermain,‭ ‬memberi saran bahkan bertanya,‭ ‬namun tetap pada posisinya sebagai pengamat. Bermain bersama teman. Jenis bermain ini terjadi jika anak bermain bersama temannya dan terlibat dalam kegiatan sosial secara aktif.‭ ‬Dalam kegiatan bermain,‭ ‬anak berbicara,‭ ‬meminjamkan atau meminjam atau membiarkan mainannya dimainkan oleh temannya. Bermain dalam kelompok. Bermain yang dilakukan secara kelompok merupakan aktivitas yang telah mempunyai organisasi dan tujuan.‭ ‬Misalnya,‭ ‬bermain bola atau lompat tali.‭ ‬Salah seorang anak berfungsi sebagai pemimpin yang mengontrol kegiatan bermain dikelompoknya. Bermain untuk pengembangan kemampuan kognitif Aktivitas bermain ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak,‭ ‬keterlibatan kognitif dalam kegiatan bermain ini bergerak dari pelambatan kemampuan kognitif secara sederhana pada kemampuan kognitif yang lebih tinggi.‭ ‬Dengan melakukan kegiatan bermain jenis ini,‭ ‬anak akan terbimbing kedalam bentuk-bentuk permainan yang lebih terarah. ‭ ‬Ibid.,hlm.106-108. Mengembangkan kecerdasan anak berdasarkan media alam Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi,‭ ‬tidak hanya kecerdasan verbal‭ (‬berbahasa‭) ‬atau kecerdasan logika.‭ ‬Howard Gardner dengan‭ ‬cerdas memberi label‭ “‬multiple‭” (‬jamak atau majemuk‭) ‬pada luasnya makna‭ ‬kecerdasan.‭ ‬Menurut Howard Gardner dalam multiple Intelegences,‭ ‬seoranganak‭ ‬akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila mendapat‭ ‬suatustimulus atau‭ ‬rangsangan yang baik sesuai tahap-tahap perkembangannya,‭ ‬baik itu dari aspek‭ ‬perkembangan fisik dan perkembangan mental atau psikisnya yang sangat‭ ‬mempengaruhi terhadap pembentukan mentalitas anak tersebut.‭ Dockett,‭ ‬S.‭ & ‬Fleer,‭ ‬MPlay And Pedagogy In Early Childhood:‭ ‬Bending The Rules.‭ ‬.‭ (‬1999‭)‬.‭ ‬London:‭ ‬Harcourt. APE merupakan sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat menumbuh mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak,‭ ‬baik itu kognitif,‭ ‬afektif,‭ ‬psikomotor,‭ ‬moral,‭ ‬seni,‭ ‬budaya,‭ ‬bahasa,‭ ‬maupun agama‭ (‬Depdiknas,‭ ‬2003‭)‬.‭ ‬APE‭ ‬tidak harus mahal,‭ ‬tetapi dapat memanfaatkan dan menggunakan lingkungan sekitar‭ ‬untuk meminimalisir pengeluaran.‭ ‬Apalagi pendidik‭ ‬sebagai‭ ‬ fasilitator‭ ‬ harus‭ ‬ mampu‭ ‬memanfaatkan‭ ‬ benda-benda yang berada‭ ‬di lingkungan sekitar untuk dijadikan alat‭ ‬permainan edukatif yang sesuai‭ ‬dengan karakteristik anak,‭ ‬tema yang diberikan,‭ ‬indikator kemampuan/kompetensi yang harus dimiliki/dikuasai anak. ‭ ‬Lwin.‭ ‬M.,‭ ‬et.‭ ‬al.‭ (‬2008‭)‬.‭ ‬Cara mengembangkan berbagai komponen kecerdasan.‭ ‬Petunjuk Praktis bagi guru,‭ ‬masyarakat umum dan orang tua,‭ ‬Alih bahasa:‭ ‬Cristine Sujana,‭ ‬Yogyakarta.‭ ‬Indeks‭ Berdasarkan hasil temuan dilapangan kelompok bermain calakan dalam mengemas pembelajaran melalui alat permainan edukatif selalu mengusahakan memanfaatkan bahan media yang berasal dari alam atau pun dari bahan limbah yang masih bisa dimanfaatkan,‭ ‬hal ini terlihat dari alat permainan edukatif pohon bentuk yang terbuat dari bahan ranting kering,‭ ‬daun kering,‭ ‬sebuk gergaji,‭ ‬dan pewarna makanan yang aman bagi anak.‭ ‬Dari bahan yang berasal dari bahan alam secara tidak langsung anak mengenal bahan-bahan alam yang digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini dilakukan guru untuk anak dapat mengenal dan memanfaatkan bahan lama yang ada dilingkungannya,‭ ‬bahwa untuk sebuah permainan anak dapat juga menggunakan bahan-bahan yang ada disekeliling kita.‭ ‬Selain media yang digunakan dari bahan alam,‭ ‬anak juga belajar dialam terbuka,‭ ‬dalam beberapa kegiatan guru membawa siswanya belajar diluar ruangan,‭ ‬yaitu dengan mengajak anak ketempat peternakan yang ada dilingkungan sekitar,‭ ‬hal ini dilakukan supaya anak dapat mengenal dan mengetahui secara langsung jenis-jenis hewan ternak yang ada dilingkungann rumahnya.‭ ‬Kecerdasan naturalis memiliki peran besar dalam kehidupan.‭ ‬Temuan-temuan penelitian seperti yang diungkap sebelumnya menjadi bukti telah berkembangnya kecerdasan naturalis anak.‭ ‬Dengan kesadaran ekologis yang tinggi,‭ ‬anak-anak akan bersedia belajar melakukan kegiatan-kegiatan menjaga kebersihan dan kelestarian alam. ‭ ‬Musfiroh,‭ ‬T.‭ (‬2008‭)‬.‭ ‬Cerdas Melalui Bermain‭ (‬Cara Mengasah Multiple Intelligence‭ ‬Pada Anak Sejak Usia Dini‭)‬.‭ ‬Jakarta:‭ ‬Grasindo. Efektifitas permainan edukatif dengan minat belajar Permainan edukatif‭ ‬ yaitu‭ ‬ suatu kegiatan yang menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik.‭ ‬Permainan edukatif bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa,‭ ‬berpikir,‭ ‬serta bergaul dengan lingkungan.‭ ‬Atau permainan edukatif juga bermanfaat untuk menguatkan dan menerampilkan anggota badan si anak,‭ ‬mengembangkan kepribadian,‭ ‬mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan pendidik‭ (‬anak didik‭)‬,‭ ‬kemudian menyalurkan kegiatan anak didik,‭ ‬dan sebagainya‭ (‬Ismail,‭ ‬2006‭)‬.‭ ‬Keesee‭ (‬Cojocariu‭ & ‬Boghian,‭ ‬2014‭) ‬menyatakan bahwa permainan edukatif adalah permainan yang secara eksplisit dirancang dengan tujuan pendidikan,‭ ‬dimaksudkan untuk mengajar orang tentang mata pelajaran tertentu,‭ ‬memperluas konsep,‭ ‬memperkuat perkembangan,‭ ‬memahami sebuah peristiwa historis atau budaya,‭ ‬atau membantu peserta didik dalam memperoleh keterampilan ketika bermain. ‭ ‬Moeslichatoen,‭ ‬R.‭ (‬2004‭)‬.‭ ‬Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.‭ ‬Jakarta:‭ ‬Rineka Cipta Setiap permainan memiliki nilai-nilai positif dan edukatif yang berguna bagi pengembangan semua aspek perkembangan anak terutama minat belajar.‭ ‬Pada perlakuan pertama yaitu permainan eksploratif,‭ ‬anak-anak belajar untuk mengenal aturan-aturan sederhana,‭ ‬mengeksplor benda-benda langit yang ada di siang dan malam hari secara mandiri dan sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki.‭ ‬Permainan ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak dan membuat suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif.‭ ‬Perlakuan yang kedua yaitu permainan konstruktif,‭ ‬anak-anak belajar membentuk suatu objek menyerupai objek aslinya. ‭ ‬Kegiatan yang dilakukan adalah membuat gunung meletus menggunakan media plastisin.‭ ‬Anak diajak untuk membentuk gunung berapi dan bereksperimen langsung membuat gunung meletus.‭ ‬Anak merasa senang dan tidak jenuh karena materi pembelajaran yang bervariasi dan baru.‭ ‬Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hurlock‭ (‬1988‭) ‬bermain konstruktif adalah permainan dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan tujuan bermanfaat melainkan lebih ditujukan bagi kegembiraan yang diperoleh dari membuatnya.‭ Perlakuan yang ketiga yaitu permainan pura-pura‭ ‬/simbolis,‭ ‬anak-anak belajar mengenal berbagai macam pekerjaan dan tugas-tugasnya.‭ ‬Dalam permainan ini,‭ ‬anak dibagi tugas peran sebagai dokter,‭ ‬relawan,‭ ‬suster,‭ ‬dan korban bencana alam gempa bumi.‭ ‬Anak-anak terlihat sangat senang dan terlibat aktif dari tahap awal‭ (‬pembagian peran dan pemberian peralatan yang diperlukan tokoh‭) ‬sampai berahirnya permainan.‭ ‬Dari permainan ini juga anak belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain.‭ ‬Secara umum,‭ ‬permainan edukatif yang diterapkan dalam penelitian ini memiliki nilai-nilai positif terhadap minat belajar anak.‭ Hal ini berdampak pada peningkatan minat belajar anak.‭ ‬Dengan diterapkannya permainan edukatif,‭ ‬anak lebih bersemangat untuk belajar dan memahami materi pembelajaran.‭ ‬Karena pada hakikatnya,‭ ‬anak usia dini memang dalam tahap bermain.‭ ‬Sehingga kegiatan apapun jika dilaksanakan dengan metode bermain dapat menarik minat anak untuk belajar. ‭ ‬Sadirman,‭ ‬A.‭ (‬2014‭)‬.‭ ‬Interaksi‭ & ‬Motivasi Belajar Mengajar.‭ ‬Jakarta:‭ ‬Raja Grafindo Persada. Implementasi‭ ‬Play Base Activities Pada dasarnya,‭ ‬pendekatan‭ ‬play based activities‭ ‬bermakna sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar.‭ ‬Play‭ ‬dalam kamus bahasa Inggris berarti bermain,‭ ‬based artinya berdasarkan,‭ ‬sedangkan‭ ‬activities‭ ‬bermakna aktivitas‭ (‬belajar‭)‬.‭ ‬Jadi pendekatan‭ ‬play based activities‭ ‬yaitu pendekatan di mana anak melakukan suatu kegiatan bermain untuk mencapai tujuan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diharapkan.‭ ‬Menurut‭ ‬Potter‭ ‬dan‭ ‬Hernacki,‭ ‬bermain dapat mengembangkan emosional kognitif anak.‭ ‬Dalam suasana bermain,‭ ‬anak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan,‭ ‬ia bebas berekspresi,‭ ‬belajar toleransi,‭ ‬dan juga belajar merancang kegiatan bermainnya sesuai dengan keinginannya sendiri. ‭ ‬M.‭ ‬Sholeh Hamid,‭ ‬Metode Edutainment,‭ ‬Diva Press,‭ ‬Jogjakarta,‭ ‬2013,‭ ‬Hlm.‭ ‬31‭ Bermain sering dikatakan sebagai suatu fenomena yang paling alamiah dan luas serta memegang peranan penting dalam proses perkembangan anak.‭ ‬Ada‭ ‬5‭ ‬pengertian sehubungan dengan bermain,‭ ‬yaitu‭ ‬:‭ ‬1‭) ‬Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.‭ ‬2‭) ‬Tidak memiliki tujuan ekstrinsik,‭ ‬namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.‭ ‬3‭) ‬Bersifat spontan dan sukarela.‭ ‬Melibatkan peran aktif serta anak.‭ ‬5‭) ‬Memiliki hubungan sistematis yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain seperti misalnya:‭ ‬kemampuan kreatifitas,‭ ‬kemampuan memecahkan masalah,‭ ‬belajar bahasa,‭ ‬perkembangan sosial,‭ ‬disiplin,‭ ‬mengendalikan emosi,‭ ‬dan sebagainya. ‭ ‬Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,‭ ‬Pendidikan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini,‭ ‬Referensi,‭ ‬Ciputat,‭ ‬2013,‭ ‬Hlm.‭ ‬214 Bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas,‭ ‬bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan diarahkan.‭ ‬Dalam bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain di mana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat,‭ ‬dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat-alat tersebut.‭ ‬Sedangkan kegiatan bermain dengan bimbingan,‭ ‬guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep‭ (‬pengertian‭) ‬tertentu.‭ ‬Kemudian untuk bermain dengan diarahkan,‭ ‬guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus.‭ ‬Sebagai contoh menyanyikan suatu lagu,‭ ‬bermain jari dan bermain lingkaran. Fungsi dari‭ ‬play based activity‭ ‬(bermain sambil belajar‭) Bermain merupakan sarana untuk menggali pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak,‭ ‬misalnya pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman,‭ ‬menambah perbendaharaan kata,‭ ‬menyalurkan perasaan tertekan.‭ ‬Jika kita perhatikan,‭ ‬anak-anak sangat suka bergerak,‭ ‬bahkan seperti tidak merasakan kelelahan.‭ ‬Secara alami,‭ ‬tubuh mereka membutuhkan gerak,‭ ‬karena ketika bergerak,‭ ‬saraf-saraf akan terstimulasi,‭ ‬sehingga otak menjadi lebih aktif.‭ ‬Sebagian besar permainan melibatkan pergerakan tubuh,‭ ‬dan ini sangat menunjang perkembangan anak.‭ ‬Ketika bermain,‭ ‬kemampuan motorik anak-anak menjadi lebih terlatih dan terarah.‭ Selain motorik,‭ ‬keterampilan sosilanya juga ikut terasah,‭ ‬khusunya pada permainan-permainan kelompok.‭ ‬Terkadang kita tidak menyadari,‭ ‬ketika anak bermain mereka sedang belajar menyesuaikan diri,‭ ‬karena dengan bermain anak dapat mengenal dan menaati aturan,‭ ‬menyelesaikan masalah,‭ ‬menerima orang lain,‭ ‬bekerjasama,‭ ‬dan bertanggung jawab.‭ ‬Selain memiliki fungsi edukatif,‭ ‬bermain juga merupakan rekreasi yang menyenangkan anak-anak.‭ ‬Anak-anak dapat menyalurkan ketegangannya dengan cara yang lebih positif dan menggembirakan.‭ ‬Jadi,‭ ‬bermain sangat baik untuk perkembangan otak,‭ ‬jasmani dan juga kesehatan mental anak. ‭ ‬Nusa Putra,‭ ‬Penelitian Kualitatif:‭ ‬Pendidikan Anak Usia Dini,‭ ‬Raja Grafindo Persada,‭ ‬Jakarta,‭ ‬2012,‭ ‬Hlm.‭ ‬46 Alat permainan Edukatif‭ (‬APE‭) Anak usia‭ ‬5‭ ‬tahun mulai memerlukan materi kreatif,‭ ‬sehingga diperlukan alat-alat bermain yang bersikap edukatif‭ (‬APE‭)‬,‭ ‬misalnya:‭ Untuk mengenalkan anak pada alam,‭ ‬bisa dengan kaca pembesar,‭ ‬air,‭ ‬pasir,‭ ‬tempat makan burung,‭ ‬berbagai daun dan bunga,‭ ‬dan mainan yang berasal dari alam. ‭ ‬Untuk megenalkan anak pada penjumlahan,‭ ‬bisa dengan papan dengan kartu nomor,‭ ‬wadah dengan berbagai bentuk dan ukuran,‭ ‬benda-benda kecil untuk dihitung,‭ ‬atau ketas/gambar bertuliskan angka. Untuk mengenalkan anak pada panca indera,‭ ‬bisa dengan mainan yang berbau,‭ ‬bisa dicium,‭ ‬makanan yang memiliki aneka rasa‭ (‬manis,‭ ‬asam,‭ ‬asin‭) ‬atau kotak berlubang untuk merasa benda di dalamnya. ‭ ‬Maimunah Hasan,‭ ‬Pendidikan Anak Usia Dini,‭ ‬Diva Press,‭ ‬Jogjayakarta,‭ ‬2013,‭ ‬Hlm.‭ ‬275 Adapun ibu PKK melakukan kegiatan dalam pembuatan buku keluarga dan balita dimana‭ ‬yang dikelola oleh Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita.‭ ‬Adapun beberapa APE yang dihasilkan adalah sebagai berikut:‭ Boneka dari kain. Balok bangunan polos Menara gelang segitiga,‭ ‬bujur sangkar,‭ ‬lingkaran,‭ ‬dan‭ ‬segi enam. Tangga kubus dan tangga silinder Balok ukur polos. Krincingan bayi. Gantungan bayi. Beberapa puzzle. Kotak gambar pola BAB III PENUTUP Kesimpulan‭ Implementasi perkembangan menggunakan daya fikir dalam permainan edukatif merupakan suatu penerapan yang digunakan dalam proses pembelajaran dimana menggunakan permainan yang mengedukasi untuk anak usia dini,‭ ‬serta mengasah motorik,‭ ‬kognitif,‭ ‬afektif dan lain sebagainya.‭ ‬Selain itu permainan edukatif memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi anak didik. Guru menggunakan berbagai alat permainan sebagai media pembelajaran‭ ‬setiap jenis alat permainan edukatif yang digunakan mempunyai peluang untuk‭ ‬dapat mengembangkan beberapa aspek kecerdasan jamak anak.‭ ‬Jika saja setiap‭ ‬pembelajaran guru selalu menggunakan alat permainan edukatif,‭ ‬maka akan lebih‭ ‬banyak peluang untuk anak dapat mengembangkan kecerdasan jamaknya secara optimal.‭ ‬Melalui alat permainan edukatif,‭ ‬sebenarnya guru dimudahkan dalam‭ ‬menyampaikan suatu materi atau konsep kepada anak,‭ ‬namun‭ ‬demikian terkadang‭ ‬guru mengalami kebuntuan untuk membuat alat‭ ‬permainan edukatif masing-masing‭ ‬tema. Saran Sarana dan prasarana lebih dioptimalkan lagi dan kualitas guru lebih ditingkatkan serta kreatifitas guru juga semakin ditingkatkan. Daftar Pustaka Zainal Aqib,‭ ‬2013,‭ ‬Model-Model,‭ ‬Media,‭ ‬dan‭ ‬Startegi Pembelajaran Konstekstual‭ (‬inovatif‭)‬,‭ ‬CV Yrama Widya,‭ ‬Bandung. Mulyasa,‭ ‬,‭ ‬Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi,‭ ‬remaja Rosda Karya. Ahmad Susanto,‭ ‬2017,‭ ‬Pendidikan Anak Usia Dini‭ (‬Konsep dan Teori‭)‬,‭ ‬Bumi Aksara,‭ ‬jakarta. eramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/01/makalah-alat-permainan-edukatif-ape.html diakses pada jam‭ ‬16.30,‭ ‬16‭ ‬Maret‭ ‬2018‭ Busri mustafa,‭ ‬2016,‭ ‬Dasar-Dasar Pendidikan Anak Pra Sekolah,‭ ‬ Dua Satria Ofset,‭ ‬Yogyakarta. Dockett,‭ ‬S.‭ & ‬Fleer,‭ ‬(1999‭)‬,‭ ‬ MPlay And Pedagogy‭ ‬In Early Childhood:‭ ‬Bending The‭ ‬Rules.‭ ‬London:‭ ‬Harcourt. Lwin.‭ ‬M.,‭ ‬et.‭ ‬al.‭ (‬2008‭)‬.‭ ‬Cara mengembangkan berbagai komponen kecerdasan.‭ ‬Petunjuk Praktis bagi guru,‭ ‬masyarakat umum dan orang tua,‭ ‬Alih bahasa:‭ ‬Cristine Sujana,‭ ‬Yogyakarta.‭ ‬Indeks‭ Musfiroh,‭ ‬T.‭ (‬2008‭)‬.‭ ‬Cerdas Melalui Bermain‭ (‬Cara Mengasah Multiple Intelligence‭ ‬Pada Anak Sejak Usia Dini‭)‬.‭ ‬Jakarta:‭ ‬Grasindo. Moeslichatoen,‭ ‬R.‭ (‬2004‭)‬.‭ ‬Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.‭ ‬Jakarta:‭ ‬Rineka Cipta Sadirman,‭ ‬A.‭ (‬2014‭)‬.‭ ‬Interaksi‭ & ‬Motivasi Belajar Mengajar.‭ ‬Jakarta:‭ ‬Raja Grafindo Persada. M.‭ ‬Sholeh Hamid,‭ ‬2013,‭ ‬Metode Edutainment,‭ ‬Diva Press,‭ ‬Jogjakarta.‭ ‬ Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,‭ ‬Pendidikan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini,‭ ‬Referensi,‭ ‬Ciputat,‭ ‬2013. Nusa Putra,‭ ‬ 2012‭ ‬Penelitian Kualitatif:‭ ‬Pendidikan Anak Usia Dini,‭ ‬Raja Grafindo Persada,Jakarta. Maimunah Hasan,‭ ‬2013,‭ ‬Pendidikan Anak Usia Dini,‭ ‬Diva Press,‭ ‬Jogjayakarta.