See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/43330749
ANALISIS FILM ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) PADA ASPEK SOSIAL,
KULTURAL DAN TEKNOLOGI
Article · February 2009
DOI: 10.9744/scriptura.2.2.124-134 · Source: OAI
CITATIONS
READS
0
806
1 author:
Marsefio Luhukay
Petra Christian University
9 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Marsefio Luhukay on 20 March 2014.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
ANALISIS FILM ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI)
PADA ASPEK SOSIAL, KULTURAL DAN
TEKNOLOGI
Marsefio S. Luhukay
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Petra
Jalan Siwalankerto 121-131, Surabaya 60235
email:
[email protected]
ABSTRACT
Why do we have such interest in analyzing a movie? Because movie is
interesting and, yet, ambiguous. On one side, a movie is rich with elements of
postmodernism. On the other side, movie is filled with real representation of social
realities that occurred in real world; where human unable to accept it limitation,
humanity. Because, there are certain things that human should not do. Humans
endured in themselves the emotions which add complexities in meeting their
problems. Whilst, robots have none. Robot is efficient and as a machine it has a
great power that humans do not possess.
Humans desire for robots in this world, because humans need to gain
control. There is a wanting for taking control on their fellow humans. If, that can
be done, then there will be wars of interest, enmity, conflicts, and so on. But, if, in
some way, robots are the object of control, everything will be different. Robots
controlled by humans, and humans handle the remote control or the chip.
Keywords: film, social aspect, cultural, technology
PENDAHULUAN
Dalam masa mendatang ketika es di kutub mencair akibat pemanasan global,
dan menyebabkan naiknya permukaan laut, menenggelamkan semua kota di tepi
pantai di dunia. Ras manusia menjadi makin sedikit. Karena kebutuhan mengelola
bumi, diperlukan bantuan robot. Pada saat itu, manusia telah mencapai suatu titik
dalam menciptakan robot yang realistic (hampir Mirip dengan manusia) yang
disebut Mecha. Robot-robot ini diciptakan untuk melayani manusia. Tetapi
keterbatasan robot-robot ini adalah mereka menyerupai manusia dalam segala hal,
tetapi mereka tidak memiliki hati/perasaan seperti manusia. Karena itu, salah satu
perusahaan yang memproduksi Mecha, menciptakan David, seorang anak tiruan
pertama berusia 11 tahun, yang memiliki perasaan sesungguhnya. Ia di”disain”
untuk bagaimana mencintai dan memahami perasan manusia. Terutama ia memiliki cinta yang sangat mendalam pada “ibunya” Monica. Monica adalah seorang
wanita yang mengadopsi David sebagai pengganti anak kandungnya yang sedang
dalam keadaan koma, akibat penyakit yang tak bisa disembuhkan. David hidup
bahagia bersama “Ibu dan ayahnya” (Monica dan suaminya). Tetapi hidupnya
mendadak berubah dramatis ketika anak kandung Monica menjadi sembuh dan
124
Luhukay, Analisis Film Artificial Intelligence 125
pulang kembali ke rumahnya. Macam-macam masalah mulai timbul akibat rasa iri
yang ada dalam diri Michael anak kandung Monica.
Adaptasi futuristic yang diinspirasi oleh cerita Pinokio yang mendambakan
bagaimana ia menjadi nyata, menjadi manusia sesungguhnya yang layak mendapat
cinta kasih dari orang tua dan manusia lain disekitarnya.
Dalam cerita futuristic ini, David sang robot kecil yang canggih ini, sangat mendambakan menjadi anak lelaki yang sesungguhnya. Supaya ia dapat memenangkan
kembali cinta kasih “ibu” nya yang adalah seorang manusia. Selanjutnya adalah
perjalanan David mencari “ibu”nya dan akhirnya bertemu dengan seorang Mecha
“Joe” yang adalah gigolo yang tadinya bersifat sangat dingin (tentu, karena ia cyborg
juga) akhirnya bisa bersahabat dan mereka menemukan jati diri mereka masingmasing.
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 1. Persahabatan antara si Robot Cilik David (Halley Joel Osment)
dan Gigolo Joe (Jude Law)
PEMBAHASAN
Film adalah salah satu bentuk karya seni yang menjadi fenomena dalam
kehidupan modern, setelah ditemukannya media untuk mengapresiasikannya.
Sebagai salah satu objek seni abad ini, film dalam prosesnya berkembang menjadi
salah satu bagian dari kehidupan sosial, yang tentunya memiliki pengaruh yang
cukup signifikan pada manusia sebagai penonton. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Sumarno. Menurut Sumarno (1998:85), film adalah sebuah seni
mutakhir dari abad 20 yang dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan,
merangsang pemikiran dan memberikan dorongan terhadap penontonnya.
Dunia film, pada dasarnya juga sebagai bentuk pemberian informasi kepada
masyarakat. Film juga memiliki kebebasan dalam menyampaikan informasi atau
126 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 2, Juli 2008: 124 - 134
pesan-pesan dari seorang pembuat sineas kepada penontonnya. Kebebasan dalam
hal ini adalah film, sering secara lugas dan jujur menyampaikan sesuatu, di pihak
lain film juga terkadang malah disertai dnegan tendensi tertentu, misalnya ingin
mendeskripsikan suatu tema sentral. Berdasarkan maksud ingin memberikan
informasi, secara umum film dikelompokkan menjadi dua pembagian besar yaitu
film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik
sebuah cerita dan mengandung unsur-unsur yang menyentuh rasa manusia. Film
yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk
gambar yang dapat dilihat dengan suara, yang dapat didengar dan yang merupakan
suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu
medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi.
Film sendiri mempunyai banyak unsur-unsur yang terkonstruksikan menjadi
satu kesatuan yang menarik. Unsur-unsur seks, kejahatan/kriminalitas, roman,
kekerasan, rasisme dan sejarah adalah unsur-unsur cerita yang dapat menyentuh
rasa manusia, yang dapat membuat publik terpesona, yang dapat membuat publik
tertawa terbahak-bahak, menangis terisak-isak, dapat membuat publik dongkol,
marah, terharu, iba, bangga, gembira, tegang dan lain-lain. Maka diambillah
episode-episode dari kitab injil, kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata kehidupan
sehari-hari, atau juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi sebuah film
(Effendy, 2003:212)
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 2. Upaya David mencari Monica, sang “Ibu”
KONSEP ARTIFICIAL INTELLIGENCE
Terminologi Artificial Intelligence (AI) ini dimunculkan pertama kali oleh John
McCarthy (is a prominent computer scientist who received the Turing Award in 1971
for his major contributions to the field of Artificial Intelligence) http://en.wikipedia.
org/wiki/John_McCarthy_%28computer_scientist%29 yang menyebutkan istilah AI
untuk menunjukkan bahwa “ilmu pengetahuan dan rekayasa teknik dapat membuat
mesin-mesin yang pandai. AI bisa juga mengacu pada kepandaian yang ditunjukkan
oleh suatu bentuk tiruan (buatan manusia/hasil karya manusia, tidak alami,
diproduksi secara besar-besaran/massal) Ketika AI diterima sebagai terminology
umum, termasuk didalamnya kepandaian komputerisasi dan kepandaian sintetik
(tiruan), telah diakui sebagai sesuatu yang potensial yang lebih akurat (dibanding
kemampuan manusia biasa). Istilah kuat dan lemah AI dapat digunakan untuk
Luhukay, Analisis Film Artificial Intelligence 127
mempersempit definisi yang mengklasifikasikan sistem tersebut. AI dipelajari
disemua bidang ilmu seperti computer science, psikologi, filsafat, neuroscience dan
teknik mesin, yang berhubungan dengan kepandaian perilaku (behavior), pembelajaran, dan adaptasi dan biasanya dikembangkan menggunakan mesin atau computer
yang canggih. http://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_ intelligence
Sebagai Science Fiction (Fiksi ilmiah), AI umumnya digambarkan sebagai kekuatan akan datang yang mencoba untuk menggeser otoritas atau kekuasaan
manusia. Seperti suatu masyarakat (society) yang dikontrol oleh komputer yang
super, dan bahkan manusia masa depan justru yang akan melayani para robot.
Kedepan, akan ada pilihan yang menggambarkan peradaban dunia yang dapat
memilih untuk diatur oleh AI atau meniadakan AI sama sekali. Contoh AI dalam
dunia nyata adalah “Deep Blue” Chess playing computer pertama yang menang melawan pecatur dunia Garry Kasparov tanggal 10 Februari 1996. Ini merupakan bukti
bahwa AI bisa nyata dalam dunia sesungguhnya. Penulis (author) yang benyak
menulis tentang scence fiction dan mereka mempercayai bahwa suatu saat AI akan
mendominasi dunia adalah: Kevin Warwick, Hans Moravec and Isaac Asimov.
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 3. David dan Gigolo Joe
KONSEP CYBORG
Menurut Donna Haraway, cyborg adalah sebuah mekanisme sibernetik, suatu
perpaduan antara mesin dan organisme, ciptaan dari realitas social dan juga rekaan
fiksi. Realitas social hidup dalam hubungan social, konstruksi politik kita yang
paling penting. Suatu fiksi tentang dunia yang berubah. Dona mencontohkan
gerakan wanita secara global telah membentuk “pengalaman wanita”. Pengalaman
ini merupakan suatu bentuk fiksi dan fakta diantara bentuk-bentuk politik yang
krusial.
Cyborg adalah organisme sibernetik perpaduan dari makhluk hidup (organisme
dan mesin). Cyborg bukan saja mengenai Mesin dan Manusia, sama seperti Benda
dan Subjek yang ada secara universal. Akan tetapi Cyborg berbicara mengenai
sejarah tertentu mesin dan manusia dalam hubungan yang seringkali berubah
menjadi berseberangan secara intuisi (counter intuitif) yang menyakitkan bagi analis
technoscience. (Modest_Witness@ Second_Millennium. FemaleMan©_Meets_Onco-
128 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 2, Juli 2008: 124 - 134
Mouseª: Feminism and Technoscience. New York and London: Routledge, 1997. 51)
http://www. cyberartsweb.org/cpace/cyborg/haraway/definition.html
ASPEK SOSIAL: CYBORG dan MANUSIA
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 4. Keinginan David untuk menjadi Anak Manusia yang sesunguhnya
Konsep akan perlunya persentase tertentu dalam tubuh manusia untuk memiliki kualitas sebagai manusia memunculkan suatu pertanyaan yang fundamental,
yaitu apakah manusia itu? Apakah sama seperti salah satu tokoh protagonist dalam
film-film science fiction (blade runner, terminator, Soldier, dll)?
Ketika tokoh atau karakter bertindak seperti manusia, terlihat seperti manusia,
menunjukkan emosi, memiliki kelemahan dan kekuatan, maka penonton akan
bersimpati pada tokoh tersebut (David, dalam Artificial Intelligence). Sepertinya kita
sebagai penonton memperhatikan siapapun tokoh yang mengingatkan mereka akan
diri kita sendiri.
Sebaliknya karakter tokoh yang antagonist memiliki kualitas yang diasosiasikan dengan mesin yaitu tidak memihak dan penuh perhitungan (contohnya Caine
607 dalam Soldiers) Dengan demikian kriteria utama untuk dianggap sebagai
manusia adalah seberapa banyak tokoh tersebut terlihat seperti manusia lainnya
atau seberapa baik mereka menunjukkan kualitas-kualitas kemanusiaan mereka.
Secara Ilmiah, manusia didefinisikan sesuai dengan ciri-ciri fisik. Manusia
adalah salah satu spesies mamalia, homo sapiens berkaki dua, dengan otak bagian
depan yang membesar. Namun sama seperti yang ditunjukan dalam film, apa yang
menjadi pertimbangan penonton tentang manusia tidak sepenuhnya berhubungan
dengan karakter yang dilahirkan oleh manusia lainnya.
Film-film tentang cyborg dan manusia menciptakan suatu ide kemanusiaan
berdasarkan aksi atau tindakan dan emosi daripada karakteristik fisik (Lihat film
Arificial Intelligence). Ide tentang cyborg tetap didasarkan terutama pada gambaran
fisik. Tetapi ada perkecualian yang muncul dalam film AI ini. Tokoh “Joe” dan David
digambarkan sebagai Cyborg yang memiliki fisik sempurna dan nyaris sama seperti
manusia.
Luhukay, Analisis Film Artificial Intelligence 129
Mungkin tidak pernah kita membayangkan mesin sebagai perpanjangan dari
tubuh kita dan mempertimbangkan hubungan kita dengan mesin lebih penting daripada perbedaan antara kita dengan mereka. Kita melihat hubungan antara manusia
dan mesin (Cyborg) sebagai suatu integrasi. Dalam beberapa film kita melihat mesin
yang digabungkan dengan tubuh (David, Robo-COP, Terminator) atau bahkan menanamkan mesin dalam tubuh (Johnny mnemonic) dan film lainnya memilih untuk
menciptakan tubuh buatan dan memberikan nama yang menarik yakni Robot (IRobot, Transformer) (http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/ film/schwartz.html)
ASPEK TEKNOLOGI
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 5. Upaya pencarian David untuk menemukan cinta yang sejati
dari seorang “Ibu”
Aspek teknologi saat ini memungkinkan kita untuk menciptakan robot-robot
yang dapat dipelajari melalui perspektif psikologi dan sosial sebagai kesatuan fungsi
tindakan. Tujuannya untuk meniru otak yang sangat rumit sehingga robot-robot tersebut bisa menjadi benar-benar pintar. Robot takkan pernah menjadi sama seperti
manusia, dikarenakan fakta sederhana bahwa manusia memiliki proses berpikir
yang acak dan sering membuat kesalahan. Mesin tak bisa dipaksa untuk berpikir
dengan pola yang sama seperti manusia. Demikian juga bahwa cara manusia berpikir dikendalikan oleh perasan mereka. Dan tentunya hal ini tidak dapat dilakukan
oleh robot.
Cyborg saat ini eksis. Di Amerika 10% dari populasinya saat ini diperkirakan
adalah “cyborg” dalam arti teknis. Yaitu orang-orang yang menggunakan elektronik
pacemaker, tulang sendi tiruan, sistim implantasi obat, impan lensa kornea, kulit
tiruan. Persentase yang lebih tinggi berpartisipasi dalam pekerjaan-pekerjaan yang
mengubah mereka menjadi “cyborg metaphoric”. Termasuk “keyboarder” computer
yang disambung sirkuit sybernetic dengan monitor, dokter syaraf yang dituntun oleh
microskop optic fiber dalam suatu operasi dan pemain game remaja dalam tokohtokoh video game lainnya.
Scott Bukatman menamainya “terminal identitas” atau “artikulasi ganda yang
tak dapat diragukan”. Yang mengindikasikan akhir dari konsep tradisional tentang
identitas. Bahkan menunjuk pada lompatan sibernetik yang menghasilkan
subjektivitas baru. (Katherine Hayles, "The Life of Cyborgs: Writing the
Posthuman."Cyborg Handbook, 322)
130 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 2, Juli 2008: 124 - 134
Penggabungan antara konstruktor dan yang dikonstruksikan dalam hal ini
menunjuk pada system tubuh yang sekarat dan sirkuit yang hidup, dan sel-sel yang
hidup dan tiruan, telah disebut dalam banyak arti: system bionic, mesin-mesin yang
vital, cyborg. Mereka adalah tokoh utama akhir abad ke-20, tetapi cerita mengenai
cyborg bukan hanya dongeng yang diceritakan di televisi. Dalam masyarakat,
banyak terdapat cyborg diantara kita. Siapapun dengan organ tiruan, anggota tubuh
atau tambahan (seperti “pacemaker”), siapapun yang diprogram ulang supaya tahan
terhadap penyakit (imunisasi) atau obat yang digunakan untuk berpikir/berperilaku/merasa lebih baik (psychopharmacology) secara teknis adalah seorang cyborg.
Bukan hanya seperti yang digambarkan dalam film-film seperti AI, RoboCOP,
Terminator tetapi bisa jadi orang-orang yang dekat dengan kita yang berada
disekitar kita yang menggunakan alat-alat tiruan, sibernetik, dll.
(Chris Hables Gray, Steven Mentor, and Jennifer Figueroa-Sarriera,
"Cyborgology: Constructing the Knowledge of Cybernetic Organisms."Cyborg
Handbook,
322
dalam
http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/haraway/
definition.html
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 6. “Peri” yang akan mengabulkan permohonan David
ANALISA KULTUR
Film ini adalah film yang diproduksi di Amerika, yang sangat kental dengan
nuansa western. Dalam film-film Western kita melihat ada “jagoannya”. Tetapi
jagoan dalam Film ini berupa cyborg kecil yang canggih bernama David. Kultur
western kental dengan futuristic. Kita mengenal film-film yang berbicara tentang
cyborg sudah sejak tahun 1920-an. Contohnya The Phantom Empire Tahun 1920
dan juga Robot perempuan mulai muncul pada Metropolis di tahun 1921 .
Tahun-tahun awal televisi di Indonesia mulai muncul, yakni sekitar tahun
1960-an akhir dan awal 1970-an kita melihat ada film-film seperti star trek danjuga
ditahun 1980-an awal ada film seperti six million dollar man dan bionic woman.
Film-film televisi pada masa itu walaupun televisinya secara teknologi masih hitam
putih, tetapi film yang diproduksi sudah sangat futuristik. Ini menggambarkan
Luhukay, Analisis Film Artificial Intelligence 131
pemikiran orang-orang di dunia barat yang cenderung futuristik, sehingga lahirlah
film-film science technology sampai sekarang ini, dan menguasai pasar dunia.
Tentunya bagian juga dari power kapitalisme yang menguasai dunia lewat perfilman.
FILM ARTIFICIAL INTELLIGENCE dan POSMODERNISME
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 7. Penggambaran dunia masa depan
AI adalah film yang kaya akan unsur-unsur Posmodern Argumen-argumen
postmodernis jelas-jelas memperhatikan masalah visual, dan film-film yang paling
jelas untuk mencari tanda-tanda posmodernisme yang memberi tekanan pada gaya,
tontonan, efek dan citraan khusus, dengan mengorbankan isi, karakter, substansi,
narasi, dan kritik sosial. (Dominic Strinati, 2000:263) Contoh-contoh film semacam
ini selain AI adalah Dick Tracey (1990), Back to the future (1985, 1989 dan 1990). Jika
diamati, film semacam ini memang sengaja menghindari realisme dan menjual diri
atas kualitas permukaannya bisa jadi mengaburkan sebagian hal lain yang terjadi di
dalam film masa kini.
Dalam film Artificial Intelligence ini, Karya dari sang maestro Stephen Spielberg menceritakan tentang dunia dimasa depan (futuristic). Film ini menggambarkan manusia-manusia yang hidup bersama dengan para robot yang canggih. Ciri
khas film futuristic Stephen Spielberg menekankan pada tontonan dan aksi melalui
penggunaan teknik-teknik yang canggih dan rangkaian usaha yang tak berbelas
kasihan, dan bukannya kompleksitas maupun nuansa jalinan alur dan pengembangan karakter. Kadang-kadang dikatakan bahwa tuntutan naratif realisme klasik
semakin diabaikan oleh film postmodern (Dominic Strinati, 2000 : 263)
Dalam film ini terlihat Robot-robot, yang ditugaskan untuk melayani manusia,
membantu meringankan pekerjaan manusia. Dalam film ini tidak ada robot-robot
cybernetic seperti di RoboCOP atau Terminator, dll. Yang memiliki badan kekar,
besar, otot kuat seperti baja, yang ada adalah robot-robot yang “manis” yang didisain
dengan canggih dan hampir mirip dengan manusia. Yang tampak adalah apa yang
dikatakan oleh Dominic Struati sebagai “manusia bukan manusia”. Artinya bukan
robot mekanis, melainkan “replikan”, simulasi manusia yang nyaris sempurna.
Mengapa tertarik menganalisa film ini? Karena saya melihat ada yang menarik
dalam film ini yakni muncul ambigu. Di satu sisi, film ini kaya akan unsur-unsur
posmodernisme. Tetapi saya melihat juga bagaimana film ini sebagai penggambaran
132 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 2, Juli 2008: 124 - 134
(representasi) sesungguhnya atas realitas social yang terjadi. Dimana manusia tidak
dapat menerima keterbatasannya, kemanusiaannya, Karena ada hal-hal yang tidak
bisa dilakukan semestinya oleh manusia. Manusia memiliki perasaan-perasaan yang
membuat ia makin kompleks menghadapi persoalannya. Sebaliknya Robot tidak.
Robot sangat efisien dan karena ia mesin, maka ia memiliki kekuatan (power) yang
besar, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Manusia menginginkan Robot ada didunia ini, karena manusia ingin memegang kendali (power). Ada keinginan untuk menguasai sesamanya. Dan jika hal itu
dilakukan pada sesama manusia lain, maka tentu saja yang akan terjadi adalah
bentrokan kepentingan dan juga permusuhan, konflik, dll. Tetapi jika yang dikendalikan adalah robot, maka tentu saja hal ini menjadi berbeda. Robot dikendalikan
oleh manusia dan manusia yang memegang “remote control atau chipnya”. Robot
tidak bisa menjadi manusia, ia mempunyai memori, tetapi ia bukan manusia. Secara
fisik mungkin bisa mirip sekali, tetapi dan psikis dan biologis ia berbeda (lihat
sewaktu David mencoba memakan bayam dan ia ternyata “meleleh” oleh Dokternya,
ia dikatakan: “nak, kamu membunuh dirimu sendiri… bayam untuk popeye atau
untuk manusia biasa, sedangkan kamu bukan….). Dilihat bagaimana gigihnya
upaya David untuk menemukan kembali kasih sayang “ibunya” bahkan ia “rela”
menunggu hingga ratusan tahun ketika es mencair dan yang ada dibumi hanya lah
alien, David tetap setia menunggu “ibunya”. Ini bukti bahwa robot memiliki
kesetiaan, setia pada “tuannya” atau manusia yang ia anggap sebagai “tuannya”.
Tetapi sebaliknya Robot juga bisa balik menyerang manusia jika “ia” merasa
manusia mengancam diri manusia sendiri dan melakukan tindakan yang membahayakan manusia, maka tugas robot adalah menyelamatkan manusia tersebut,
sesuai dengan order atau perintah yang mereka terima. Robot tidak bisa berkompromi dan fleksibel seperti manusia. (lihat film I-Robot). Manusia memiliki naluri,
robot tidak, manusia memiliki keterbatasan, Robot juga, tetapi dengan cepat dapat
dipulihkan. Ini contoh film-film Postmodern) Selain itu saya melihat bahwa Robot
bisa hidup dalam dunia masa kini, masa lalu bahkan masa depan. Ia memiliki
kemampuan seperti itu, yang tidak bisa dipunyai oleh manusia. Manusia hanya bisa
hidup hari ini dan masa lalu menjadi bayangan, ketika ia mau melangkah maju,
maka masa lalu harus ia tinggalkan, jika tidak maka perasaan manusia itu sendiri
akan hancur. Beda dengan robot yang tetap memiliki perasaan masa lalu yang kuat
(Perasaan cinta pada “Ibu”nya Tokoh David dalam AI)
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 8. Harapan David untuk dicintai Monica, sang “Ibu” akhirnya
terwujud
Luhukay, Analisis Film Artificial Intelligence 133
Tetapi sebaliknya saya melihat bahwa manusia bisa menjadi “Robot”. Ketika
robot mengerahkan segenap kemampuannya untuk menjadi manusia, ia tetaplah
robot. Tetapi manusia, jika menghilangkan sifat kemanusiaannya dengan menghindari kehidupan social, menutup diri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain
maka akan menjadi “Robot“ (lihat film Soldiers bagaimana Todd yang diperankan
oleh Kurt Russell menjadi tentara Amerika masa depan yang dilatih sejak bayi
hingga dewasa lewat latihan mental dan fisik yang keras untuk menjadi mesin
pembunuh, dan ia menjadi seperti robot. Tidak dapat bergaul dengan orang lain. Dan
selama film yang panjangnya 157 menit itu, ia hanya berbicara 104 kata. Menakjubkan!).
Dalam film artificial intelligence ini saya melihat bagaimana tokoh gigolo “Joe”
Sumber: Film Artificial Intelligence
Gambar 9. Jude Law yang memerankan tokoh gigolo Joe
dapat menjadi “mesin pemuas” yang dalam hal ini merupakan bagian dari permainan pikiran sang sutradara Stephen Spielberg. Cyberfantasies. Menurut saya
Film ini penuh entertainment yang dituangkan dalam Urban Techno Dystopian.
Bagaimana penggambaran kota-kota bawah tanah, bagaimana kota mati akibat air
laut yang naik ke permukaan, semua tergambarkan dengan sangat baik dalam film
ini. Film ini secara visual sangat menakjubkan banyak visual art yang dimainkan.
Semua ini merupakan bagian dari budaya posmo. Apa yang disebut oleh Baudrillard
sebagai simulacra. Perpaduan antara kultur dan alamiah (nature), organic dan non
organic, menjadi kabur (blur).
134 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 2, Juli 2008: 124 - 134
KESIMPULAN
Dalam film ini, saya melihat apa yang dikatakan oleh Baudrillard dan Dona
Haraway terlihat dalam film ini. Bukan karena realitas dalam film yang kita tonton
adalah nyata, tetapi lebih pada hubungan kita dengan bentuk media tersebut (film).
Dengan kata lain teori dari Haraway dan Baudrillard dalam teks visual (visual text)
adalah realisasi dari teori itu (dalam dunia nyata).
Dimana dalam dunia nyata sebanyak visual teks tersebut sebagai visual teks
dalam dunia nyata. (http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/film/rosenthal.html)
Budrillard menyebutkan power atau kekuasaan sebagai produk dari konsumsi
massa yakni permintaan dan penyediaan (supply dan demand). Masyarakat modern
memperlakukan power atau kekuasaan ini sebagai produk. Merujuk pada
Baudrillard, power menjadi materi dari simulasi.
Dalam film ini dilihat bagimana teks diproduksi secara visual dan memiliki
power atau kekuasaan untuk membawa orang yang menonton pada hal-hal yang
futuristic, dimana dunia yang direpresentasikan sebagai urban dystopian techno.
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahral. 2006. Percik Pemikiran Kontemporer : Sebuah Pengantar
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra
Appignanesi, R., Garrat, C., Sardar, Z., & Curry, P. 1998. Mengenal Posmodernisme:
for begginers Bandung: Penerbit Mizan.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti
http://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_intelligence
http://en.wikipedia.org/wiki/John_McCarthy_%28computer_scientist%29
http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/film/rosenthal.html
http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/film/schwartz.html
http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/haraway/definition.html
http://www.cyberartsweb.org/cpace/cyborg/haraway/definition.html
Strinati, Dominic. 2000. Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer,
Bentang
Sumarno, Marselli. 2007. Dasar-dasar Apresiasi Film. 1996 Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
View publication stats