LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SOLID
SUPPOSITORIA
KELOMPOK 8
ESTI KURNIATI (15040062)
SITI WILDA NURROHMAH (15040063)
TYAS PRATIWI (15040064)
MUHAMMAD HARUN AL RASYID (15040076)
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Laporan FTS Solid ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam Laporan FTS Solid ini kami akan membahas mengenai ”SUPPOSITORIA “
Laporan ini telah dibuat dengan berbagai beberapa bantuan dari teman-teman untuk membantu menyelesaikan dan mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
Tangerang, 02 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi Suppositoria 3
2.2 Macam – Macam Suppositoria 3
2.3 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria 4
2.4 Persyaratan Suppositoria 5
2.5 Tujuan Penggunaan Suppositoria 5
2.6 Basis Suppositoria 5
2.7 Bahan Dasar Suppositoria 6
2.8 Pengujian Zat Aktif Suppositoria 8
2.9 Evaluasi Sediaan Suppositoria 9
BAB III METODOLOGI 11
3.1 Formulasi Suppositoria 11
3.2 Perhitungan 11
3.3 Cara Kerja 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13
4.1 Uji Homogenitas 13
4.2 Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran 13
4.3 Uji Waktu Hancur 13
4.4 Uji Kerapuhan 13
4.5 Uji Keseragaman Bobot 13
BAB V PENUTUP 15
5.1 Kesimpulan 15
5.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Farmasi merupakan sistem pengetahuan yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas, menghasilkan, dan mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat terhadap hewan dan manusia. Pengetahuan ilmu farmasi yang jangkauannya sangat luas, namun dari semua cabang ilmu profesi kefarmasian bertujuan untuk menciptakan racikan obat yang rasional, baik dan cocok bagi masyarakat untuk digunakan atau dikonsumsi, yang memberikan efek teraupetik.
Salah satu bentuk sediaan yang jarang dijumpai dipasaran yaitu sediaan suppositoria. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara oral karena difikir lebih aman dan praktis dibandingkan sediaan suppositoria yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria memiliki beberapa fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem pencernaan karena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan, suppositoria juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai zat pembawa terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.
Tujuan Praktikum
Mengetahui bentuk sediaan suppositoria
Mengetahui bahan dasar suppositoria
Mengtahui dan memahami cara pembuatan suppositoria
Mengetahui persyaratan suppositoria
Mengetahui mengevaluasi suppositoria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer, dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan kedalam rectum berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. Jadi, suppositoria adalah suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat.
Macam-macam suppositoria
Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria untuk rectum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rectum panjangnya ±32 mm(1,5 inch) dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rectum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung pada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Menurut USP berarnya sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao.
Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut. Beratnya sekitar 5 g bila basis yang digunaka oleum cacao.
Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria untuk saluran urin disebut juga bougie, bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ±140 mm.
walaupun ukuran ini masih bervariasi anatara satu dengan yang lain. Apabila basisnya oleum cacao beratnya ±4 g. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ±70 mm dan beratnya 2 g ini berlaku jika basis yang digunakan oleum cacao.
Suppositoria untuk hidung dan telinga
Suppositoria untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil. Biasanya 2 mm, suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan.
Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria
Keuntungan suppositoria :
Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung.
Dapat menghibdari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat menimbulkan efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
Baik untuk pasien yang mudah muntah ataupun tidak sadar (pingsan).
Kerugian suppositoria :
Pemakaiannya tidak menyenangkan.
Tidak dapat disimpan dalam suhu ruang.
Persyaratan suppositoria
Sediaan suppositoria memiliki persyaratan sebagai berikut :
Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit dalam suhu tubuh atau melarut (persyaratan kerja obat)
Pembebasan dan response obat yang baik.
Daya tahan da daya penyimpanan yang baik.
Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.
Tujuan penggunaan suppositoria
Untuk tujuan local, seperti pada pengobatan wasir atau hemorrhoid dan penyakit infeksi lainnya.
Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rectal dan langsunng masuk kedalam sirkulasi pembuluh darah.
Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim didalam saluran gastrointestinal dan perubahanobat secara biokimia didalam hati.
Basis suppositiria
Sediaan suppositoria ketika dimasukkan kedalam lubang tubuh akan melebur, melarut, dan terdispersi. Dalam hal ini, basis suppositoria memainkan peranan penting. Maka dari itu, basis suppositoria harus memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan didispersikan merata kemudian menghasilkan efek terapi local maupun sistemik. Basis suppositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut :
Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
Dapat bercampur dengan macam-macam obat.
Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau serta pemisahan obat.
Kadar air mencukupi.
Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus diketahui jelas.
Adapun macam-macam basis suppositoria, diantaranya:
Basis berlemak, contohnya oleum cacao.
Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak : campuran tween dengan gilserin laurat.
Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya gliserin-gelatin, PEG (polietilen glikol).
Bahan dasar suppositoria
Bahan dasar berlemak (oleum cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuningan, memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai bentuk kristal). Jika dipanaskan pada suhu sekitar 30°C akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34°-35°C, sedangkan dibawah 30°C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti Kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao :
Dapat melebur pada suhu tubuh.
Dapat memadat pada suhu kamar.
Kerugian oleum cacao :
Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).
Titik leburnya tidak menentu, kadang naik an kadang turun apabila ditambahkan dengan bahan tertentu.
Meleleh pada udara panas.
Polietilenglikol (PEG)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 300-6000. Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400), PEG 1000 (carbowax 1000) dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG dibawah 1000 berbentuk cair, sedangkan PEG diatas 1000 berbentuk padat lunak seperti mala. Formlua PEG yang dipakai sebagai berikut :
Bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % (25%) dan PEG 1000 96% (75%).
Bahan dasar berair : PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua + obat 20%. Titik lebur PEG antara 35°-63°C, tidak meleleh pada suhu tubuh tapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
Keuntungan penggunaan PEG adalah :
Tidak mengiritasi atau merangsang.
Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao.
Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.
Kerugian penggunaan PEG adalah :
Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan sehingga timbul rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan suppositoria kedalam air sebelum digunakan.
Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.
Pembuatan susppositoria dengan bahan dasar PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituang kedalam cetakan seperti pembuatan suppositoria berbahan dasar lemak.
Pengujian zat aktif suppositoria
Titik lebur
Titik lebur adalah suhu dimana zat yang akan diuji pertama kali melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat cepat hilang. Dalam analisa farmasi, titik lebur untuk menetapkan karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor. Untuk uji titik lebur dibutuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Melting Point Apparatus (MPA) alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur besarnya titik lebur suatu zat.
Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 25° terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot jenis dengan bobot air dalam piknometer. Lalu dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25°. Bobot jenis dapat digunakan untuk :
Mengetahui kepekaan suatu zat.
Mengetahui kemurnian suatu zat.
Mengetahui jenis zat.
Piknometer untuk menentukan bobot jenis zat padat dan zat cair. Zat padat berbeda dengan zat cair, zat padat memiliki pori dan rongga sehingga berat jenis tidak dapat terdefinisi dengan jelas, berat jenis sejati merupakan berat jenis yang dihitung tanpapori atau rongga ruang. Sedangkan beat jens nyata merupakan berat jenis yang dihitung sekaligus dengan porinya.
Evaluasi sediaan suppositoria
Uji homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat terca,pur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara uji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo (atas-tengah-bawah) masing-masing diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan mebguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatika karena jika bentuknya tidak seperti sediaan pada umumnya, maka sesorang yang tidak tahun akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itum bentuk juga sangat mendukung karena akan memeberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaan tersebut merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.
Uji waktu hancur
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan kedalam air yang diset sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG 1000 waktu hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. Air digunakan sebagai media dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan.
Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain akan ikut tercampur.caranya dengan timbang seksama 10 suppositoria satu persatu kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh dalam masing-masing monografi hitung jumlah zar aktif dari masing-masing 10 suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama.
Uji titik lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan suppositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu ±37°c. Kemudian dimasukkan suppositoria kedalam air dan diamati waktu lenurnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya , adalah 3 menit, sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
Kerapuhan
Suppositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastilitas. Suppositoria dipotong horizontal kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudain diberi beban seberat 20N (2 kg) dengan cara menggerakan jari atau batang yang dimasukkan kedalam tabung.
BAB III
METODOLOGI
Formulasi Suppositoria
Suppositoria Paracetamol (3,5 g)
Paracetamol 125 mg
Vaselin album 4 mg
Asetil alkohol 4%
Oleum cacao ad 3,5 g
Dibuat sebanyak 8 suppositoria
Perhitungan
Paracetamol
Vaselin album
Asetil alkohol
Oleum cacao
Cara Kerja
Pembuatan
Siapkan alat dan bahan.
Oleskan paraffin dalam cetakan suppositoria.
Lebur oleum cacao dan asetil alkohol hingga terbentuk seperti massa krim (M1), angkat.
Masukkan paracetamol dan vaselin album kedalam M1, aduk hingga homogen.
Tuang kedalam cetakan suppositoria.
Biarkan dingin dahulu, kemudian masukkan kulkas agar membeku.
Siapkan alumunium foil sebagai kemasan
Evaluasi
Uji Homogenitas
Diambil 3 titik bagian suppos (atas, tengah, bawah atau kanan, tengah, kiri).
Masing – masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop.
Cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran
Diambil suppos yang sudah dibuat.
Diamati satu dengan yang lainnya bentuk dan ukurannya sesuai dengan standar suppos (Berbentuk torpedo).
Uji Waktu Hancur
Suppos dimasukkan dalam air yang diset sama dengan suhu tubuh manusia, selama 3 menit.
Uji Keseragaman Bobot
Timbang suppos satu persatu dan hitung rata – ratanya.
Hitung persen kelebihan masing – masing suppos terhadap bobot rata – ratanya. Keseragaman bobot yang didapat tidak boleh lebih dari ± 5%.
Uji Kerapuhan
Suppos dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar.
Kemudian diberi beban seberat 20N (± 2 kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan kedalam tabung.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Uji homogenitas
Tiga bagian suppositoria (atas-tengah-bawah) diambil terlebih dahulu, kemudian masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek dibawah mikroskop diamati bagian suppositoria tersebut. Cara selanjutnya untuk menentukan kadar dapat dilakukan dengan titrasi tetapi pada praktikum ini tidak dilakukan titrasi.
Uji keseragaman bentuk dan ukuran
Suppositoria diamati bentuknya dan ukurannya. Pada suppositoria yang kami buat bentuknya ada yang tidak beraturan, karena kurang rapih pada saat proses pengisian suppositoria kedalam cetakan suppositoria tersebut.
Uji waktu hancur
Pada praktikum ini belum dilakukan.
Uji kerapuhan
Pada praktikum ini belum dilakukan
Uji keseragaman bobot
Suppositoria ditimbang satu persatu dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Suppositoria 1 : 3,653 g
Suppositoria 2 : 3,603 g
Suppositoria 3 : 3,71 g
Suppositoria 4 : 3,72 g
Suppositoria 5 : 3,89 g
Suppositoria 6 : 3,85 g
Rata-rata berat suppositoria : 3,738 g
NO
BOBOT SUPPOSITORIA
BOBOT RATA - RATA
SELISIH BOBOT
%PENYIMPANGAN
1
3,653 g
3,738 g
-0,085 g
2,3%
2
3,603 g
3,738 g
-0,135 g
3,6%
3
3,71 g
3,738 g
-0,028 g
0,75%
4
3,72 g
3,738 g
-0,018 g
0,48%
5
3,89 g
3,738 g
0,152 g
4,1%
6
3,85 g
3,738 g
0,112 g
2,9%
Suppositoria yang kami hasilkan memiliki keseragaman bobot yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Yaitu tidak boleh ada lebih dari 2 suppositoria yang memiliki penyimpangan bobot lebih dari 5% dan tidak ada satupun suppositoria yang memiliki penyimpangan bobot lebih dari 10%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
Uji Suppositoria meliputi:
Uji Homogenitas
UjiKeseragaman Bentuk dan Ukuran
Uji Keseragaman Bobot
Uji Waktu Hancur
Uji Kerapuhan
Suppositoria yang kami hasilkan memiliki keseragaman bobot yang cukup baik, keseragaman bentuk dan ukuran yang kurang baik. Uji homogenitas, kerapuhan dan waktu hancur tidak dilakukan pada praktikum kali ini.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih berhati – hati dalam praktikum, diharapkan kepada dosen pembimbing agar lebih membimbing praktikan dalam praktikum. Dan diharapkan agar menambah fasilitas laboratorium,
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. Jajarta : Univesitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV Jakarta
Anief, Moh. 2000. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Syamsuni, 2012. Ilmu resep. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
LAMPIRAN
PAGE \* MERGEFORMAT ii