MODUL PRAKTIKUM
MANAJEMEN MASJID
Disusun Oleh:
Elmansyah, S.PdI., M.S.I.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
PONTIANAK
2016
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan______1
BAB II
Menyusun Profil Masjid______7
BAB III
Menyusun Renstra Sebuah Masjid______15
BAB IV
Menyusun Program______19
BAB V
Menata Keuangan______ 25
BAB VI
Pengembangan Fungsi Masjid______29
BAB VII
Penutup______31
IMPLEMENTASI MODUL DALAM PRAKTIKUM
NO.
PERT. KE:
MATERI
WAKTU
1.
1
Pengenalan Materi Manajemen Masjid
120 Menit
2.
2
Menyusun Profil Masjid
120 Menit
3.
3
Menyusun Renstra
120 Menit
4.
4
Menyusun Program
120 Menit
5.
5
Menata Keuangan
120 Menit
6.
6
Pengembangan Fungsi Masjid
120 Menit
7.
7
UTS
KATA PENGANTAR
SEGALA puji bagi Allah SWT, atas selesainya penyusunan Modul ini, “MODUL PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID”. Buku modul ini disusun guna melengkapi dan memudahkan proses pembelajaran dan pelatihan bagi mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Adab, Ushuluddin dan Dakwah, Institute Agama Islam (IAIN) Pontianak tahun 2016. Berisi tentang seputar pengelolaan masjid yang efektif dan efesien.
Buku ini disusun dalam 6 (enam) bab, yang meliputi:
Bab Pertama berbicara tentang pentingnya pengelolaan masjid secara baik dan benar, sesuai dengan manajemen organisasi modern. Bab ini bertajuk Pendahuluan, dalam artian menjelaskan sekilas sebagai pengenalan materi manajemen masjid secara keseluruhan. Bahasan-bahasannya bersifat pengenalan saja, sehingga hanya sekilas-sekilas mengenai manajemen masjid.
Pada Bab Kedua, akan dibahas mengenai tata cara menyusun profil masjid. Hal ini penting dipahami secara seksama, dalam rangka menata masjid ke arah yang berkemajuan. Selanjutnya pada Bab Ketiga akan dibahas mengenai Analisa SWOT. Bagian ini dimaksudkan untuk mempersiapkan takmir dalam menyusun program di kemudian hari.
Dilanjutkan dalam Bab Keempat, yakni menyusun program. Takmir diajari bagaimana menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan jama’ah. Kemudian pada Bab Kelima diteruskan dengan menata keuangan dari program yang telah disusun sedemikian rupa sebelumnya. Setelah semuanya selesai, maka barulah dipikirkan mengenai pengembangan program berikutnya untuk keberlangsungan masjid ideal, dengan tajuk Pengembangan Fungsi Masjid.
Kehadiran buku ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa praktikum manajemen masjid, maupun masyarakat yang berniat mengelola masjid lebih baik. Kritik dan saran sangat dinantikan oleh penyusun dari pembaca dan pengguna yang budiman, dalam upaya perbaikan ke depan.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, penyusun ucapkan terima kasih.
Pontianak, April 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
M
asjid merupakan fasilitas terpenting bagi umat Islam. Ketika awal-awal hijrah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat adalah membangun masjid. Di masjid, yang kelak dikenal dengan nama Masjid Nabawi inilah, gerakan Islam dimulai
Ketika itu Rasulullah SAW membeli tanah seluas 3 x 30 m, milik dua orang anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail seharga 10 Dinar. Lihat: M. Irawan, Keajaiban Masjid Nabawi: Menguak Misteri dan Keajaiban Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid Nabawi (Jakarta: Spasi Media, 2014) hlm. 99. .
Secara etimologis, kata “Masjid” merupakan isim makan dari kata "sajada" - "yasjudu" - "sujudan", yang artinya tempat sujud. Sujud dalam arti melakukan aktifitas/perbuatan sujud, yakni meletakkan kepala sejajar dengan lutut dan jari-jari kaki dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Karena isim makan berarti tempat, maka kata masjid dimaknai sebagai tempat melakukan sujud, atau tempat untuk mengerjakan shalat
Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam Jurnal Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol.V., No.2, Desember 2004, hlm. 108..
Meski demikian, tempat sujud bukan berarti harus di sebuah bangunan yang dikhususkan untuk itu, akan tetapi tempat sujud (masjid) bisa saja di luar itu, seperti di rumah, di lapangan, atau di mana saja asalkan tidak ada larangan. Beberapa tempat yang di larang untuk melakukan sujud, antara Toilet/Kamar Mandi, Makam dan tempat yang kotor
Rasulullah SAW bersabda: "...Dijadikan bagiku seluruh bumi sebagai tempat sujud (masjid) dan tanahnya dapat digunakan untuk bersuci... " (HR. Muslim). “Seluruh bumi adalah tempat sujud, kecuali kuburan dan kamar mandi” (H.R. Tirmizi, Ibnu Majjah dan Ahmad). Adil Sa’adi, Fiqhu al-Nisa Fi al- Thaharah & Fiqhu al-Nisa Fi al-Shalah (Jakarta Selatan: Hikmah, 2006), hlm. 156-157..
Dalam sejarah, disebutkan bahwa pada masa Rasulullah SAW, masjid sangat berperan penting dalam Islam. Selain untuk tempat sujud (shalat), Rasulullah SAW menjadikannya sebagai tempat menerima tamu, bermusyawarah, menyusun strategi perang, dan menyelesaikan persoalan-persoalan umat, termasuk sebagai pusat pembelajaran. Demikian juga dengan masa sahabat, masjid berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat dakwah dan pusat perekonomian. Segala persoalan umat, diselesaikan di masjid.
Saat ini, dinamika masjid dari masa ke masa terus terjadi. Kini masjid telah berkembang sedemikian pesatnya. Di Indonesia saja, terhitung telah mencapai ± 650 ribu buah (data tahun 2010). Meski demikian, jumlahnya tidaklah naik secara signifikan, jika dibandingkan dengan rumah ibadah agama lain di Indonesia. Menurut Kepala Pusat Kerukunan Beragama Kemenag RI, Abdul Fatah, pada tahun 1997 hingga 2004 jumlah gereja Katolik bertambah 153 persen dari 4.934 menjadi 12.473, gereja Protestan 131 persen dari 18.977 menjadi 43.909, jumlah vihara bertambah 368 persen dari 1.523 menjadi 7.129, jumlah pura Hindu naik 475,25 persen dari 4.247 menjadi 24.431, sedangkan masjid hanya bertambah 64 persen dari 392.044 menjadi 643.843.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m 51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah.
Sebenarnya bukan masalah bertambah atau tidaknya jumlah masjid di negeri ini, tapi bagaimana kualitasnya jauh lebih penting. Ironis memang, jumlah masjid kita banyak, tapi “keropos”, tidak berisi/bermakna. Megahnya bangunan masjid hanya sekedar untuk berbangga-bangga saja, minim kualitas. Masjid hanya dipenuhi oleh kaset-kaset mengaji, yang entah orangnya di mana? Jama’ah sepi, pengajian jarang dilakukan, apalagi pengkajian? Bahkan hampir semua masjid di lingkungan kita, tidak tahu berapa jumlah jama’ah tetap yang ada di sekitarnya? Ini adalah fakta yang harus kita pikirkan!
Pernyataan dan pertanyaan di atas adalah fakta. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan masjid secara lebih intensif, dan ini merupakan kebutuhan yang mendesak. Umat Islam harus bangkit dengan segala kekuatan untuk memanaj masjid-masjidnya dengan baik, sesuai dengan perkembangan zaman. Itulah sebabnya, pembelajaran, pengkajian dan pengembangan manajemen masjid menjadi sangat urgen untuk segera dilakukan, agar nantinya masjid-masjid kita dapat tertata.
Manajemen Masjid
Manajemen adalah suatu ilmu untuk mengelola suatu aktivitas, dalam rangka mencapai tujuan, dengan bekerja sama secara efisien dan terencana dengan baik. Sebagai ilmu baru yang muncul menjelang abad dua puluh, manajemen terus berkembang dengan pesat, sesuai dengan tuntutan zaman. Ilmu manajemen, dewasa ini dapat digunakan untuk kegiatan apa saja, yang bersifat kerjasama untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, atau usaha dengan kegiatan sekecil mungkin dan memperoleh hasil yang maksimal.
Ilmu Manajemen bergerak untuk mengefisienkan semua unsur manajemen, yaitu orang, uang, barang, mesin dan sebagainya. Paling tidak ia dilakukan melalui empat fungsi manajemen yang disingkat POAC, yaitu (1) Planning, (2) Organizing, (3) Actuating dan (4) Controlling. Para ahli yang lain menambahkan beberapa fungsi, sebagai pengembangan dari empat fungsi di atas, yaitu: (1) research, atau penelitian, (2) staffing atau penempatan personil, (3) evaluating dan (4) budgeting atau anggaran pendapatan dan belanja
Aziz Muslim, “Manajemen.., hlm. 106..
Teori perencanaan management di atas pada awalnya dikembangkan oleh George R Terry. Planning adalah berawal dari tujuan apa yang hendak dicapai. Organizing adalah pengorganisasian atau pengumpulan segala sumber dan potensi yang dimiliki. Actuating adalah tindakan menggunakan sumber daya potensial tadi. Controlling adalah pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan
https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan..
Dengan kata lain, Planning adalah pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam tahap planning ini bisa mencakup pembuatan visi, misi, tujuan dan program kerja sebuah organisasi/lembaga/perusahaan. Organizing (Pengorganisasian). Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Bahasa sederhananya penempatan orang, siapa di bagian komputer, siapa di bagian personalia, keuangan, dan lain lain. Actuating (Implementasi). Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai dengan tujuan organisasi
http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html..
Dalam sebuah masjid, tentu saja memerlukan apa yang disebut dengan manajemen. Ketakmiran membutuhkan pengelolaan yang baik, agar dapat berhasil dengan baik. Tujuan utamanya adalah memakmurkan masjid. Itulah sebabnya kepemimpinan dan keorganisasian masjid dikenal dengan istilah ketakmiran, bukan kepemimpinan atau pengurus.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanaj sebuah masjid antara lain sebagai berikut:
Pendataan Jama’ah
Sampai sejauh ini, persoalan yang belum pernah selesai adalah persoalan data jama’ah. Masing-masing masjid tidak tahu berapa jumlah jama’ah yang seharusnya dinaungi. Jama’ah masjid terdiri dari 2 macam, yaitu jama’ah tetap dan jama’ah tidak tetap. Jama’ah tetap adalah jama’ah yang tinggal di daerah sekitar, yang sering datang ke masjid atau seharusnya selalu datang ke masjid tersebut. Sedangkan jama’ah tidak tetap adalah jama’ah yang sesekali datang, atau hanya sekedar mampir menumpang tempat untuk shalat.
Untuk mendata jama’ah ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: Pertama, takmir masjid melakukan sensus jama’ah dalam wilayah dakwahnya (jama’ah tetap). Kedua, dengan cara membuat daftar kunjungan jama’ah tidak tetap, seperti halnya di perpustakaan daerah (jama’ah tidak tetap).
Contoh Blanko Pendataan Jama’ah Tetap
No.
No. KK
No. RUMAH, RT/RW
STATUS DALAM KELUARGA
No. URUT JAMA’AH
NAMA JAMA’AH (UMUR)
PEKERJAAN
1.
616758
B-27 – 12/VIII
Kepala Keluarga/Suami
0001
Paiman (56)
Buruh
Istri
0002
Suliyem (50)
IRT
Anak
0003
Hartono (20)
Mahasiswa
Anak
0004
Mariani (16)
Pelajar SMA
Asisten RT
0005
Partinah (46)
ART
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Contoh Blanko Jama’ah Tidak Tetap
No.
Tgl. Kunjungan
NAMA
ALAMAT
Kunjungan Ke-
Kritik & Saran
1.
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Dst.
Penataan Organisasi
Organisasi harus ditata layaknya organisasi professional, sesuai dengan kebutuhan ketakmiran. Karena masjid adalah milik umat, maka biarkan umat yang memilih, siapa yang pantas untuk menjadi pemimpinnya, imamnya atau pun gurunya, sehingga masing-masing jama’ah akan merasa bertanggung jawab atas organisasi itu. Tidak ada istilah “Penjual Sate”, Dia yang membeli ayam, menyembelih, menguliti, mengiris, menusuk dan membakarnya, sampai pada menyajikannya ke pembeli. Jika ketakmiran dikelola seperti ini, maka jama’ah akan merasa tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki atas keberadaan masjid tersebut. Karenanya, ada menejemen kepemimpinan, yang meliputi pemilihan, masa bakti dan pertanggung jawaban serta suksesi yang jelas dalam ketakmiran.
Penataan Keuangan
Kesadaran jama’ah dalam ber-shadaqah, baik yang wajib (zakat fitrah dan Mal), maupun yang sunnah (Infaq, wakaf dan Hibah), semakin tinggi. Akan tetapi tidak sedikit pula yang usil menanyakan pengelolaan keuangan yang berhasil masuk ke kas masjid. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan harus ditata dengan baik. Pemasukan dan pengeluaran, harus disampaikan kepada jama’ah secara transparan.
Penataan Program.
Urusan program merupakan urusan yang rumit dan melelahkan. Banyak terjadi di masjid-masjid kita, programnya tidak tertata. Contoh sederhana adalah masalah pengajian: materi yang disampaikan oleh penceramah, cenderung itu-itu saja, berkisar antara kematian dan kehidupan duniawi yang sementara yang tidak ada gunanya. Materi seperti ini bukannya menumbuhkan kesadaran dalam hati jama’ah untuk berbuat lebih baik, alih- alih justru malah menjadi takut malas untuk melakukan apa pun, padahal mereka harus menghadapi urusan duniawi yang begitu keras. Bukan berarti tidak boleh, tapi takmir harus memikirkan kondisi jama’ah di era yang terus berubah. Karenanya, perlu penataan program yang jelas, agar jama’ah senantiasa merasa mendapat tempat di rumah Allah ini.
Semua materi yang telah disampaikan di atas, akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikutnya. Point penting dalam materi ini adalah bagaimana kita semua dapat menata masjid-masjid yang ada di sekitar kita. Metode-metode yang akan digunakan adalah metode manajemen modern, yakni yang menekankan pada penerapan POAC yang baik dan benar. [01].
BAB II
MENYUSUN PROFIL MASJID
T
UGAS pertama dalam praktikum Manajemen Masjid adalah menyusun profil sebuah masjid. Tugas ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami betul mengenai kondisi masjid yang akan dijadikan sebagai objek kajian dan pengembangan. Pemahaman atas kondisi masjid, akan memudahkan mahasiswa dalam mengelola masjid pada tahap berikutnya.
Secara umum, hampir semua masjid telah memiliki profilnya sendiri, profil itu disusun pada saat harus membuat proposal permohonan bantuan bagi renovasi bangunan. Akan tetapi, profil tersebut masih bersifat sederhana, belum sampai pada detail yang menggambarkan kondisi masjid yang ada. Oleh karena itu, berikut ini bahan-bahan untuk penyusunan profil masjid yang lengkap, yang diyakini mampu memberikan gambaran utuh mengenai suatu masjid.
Nama
Semua masjid pastilah memiliki nama. Nama itu biasanya dibuat berdasarkan keinginan penggagasnya. Banyak nama yang dipakai untuk masjid, misalnya: Bait al-Rahman (ditulis: Baiturrahman), Miftah al-Jannah (ditulis: Miftahul Jannah), Al-Muhajirin, dan lain sebagainya. Penamaan sebuah masjid, tentu ada latar belakangnya, bisa karena yang membangun atau masyarakat sekitar berasal dari para pendatang, diberi nama Al-Muhajirin, karena ingin menjadikannya Pintu Syurga, dinamailah Miftahul Jannah, dan seterusnya, sesuai dengan keinginan para pendirinya.
Oleh karena itu, para praktikum harus mengetahui asal muasal penamaan masjid tersebut, sehingga dapat dipahami arah pengembangan masjid ke depan. Kendati demikian, ada juga yang hanya ikut-ikutan, tanpa tujuan sama sekali, yang penting masjid itu ada namanya. Jika demikian, maka arah pengembangannya dapat disesuaikan dengan perkembangan jama’ah yang ada.
Lokasi
Pendataan mengenai lokasi menjadi penting untuk dilakukan, hal ini dimaksudkan agar orang yang membacanya dapat mengetahui secara pasti keberadaan masjid yang disebutkan. Pendataan tersebut dapat dimulai dari Kampung, Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kabupaten, sampai Provinsi. Contoh:
Kampung : Parit Seribu Kompleks Duta Bandara
Desa : Parit Baru
Kecamatan : Sungai Raya
Kabupaten : Kubu Raya
Provinsi : Kalimantan Barat.
Di daerah tertentu seperti di Jawa, keberadaan masjid menjadi patokan arah (Timur, Barat, Utara dan Selatan). Arah mata angin adalah sesuatu yang vital bagi masyarakat Jawa. Mereka selalu menanyakan sesuatu berdasarkan arah mata angin. Karenanya, pendataan lokasi didasarkan pada arah mata angin itu.
Contoh:
Sebelah Utara : Jalan Gang Blok E
Sebelah Selatan : Jalan Gang Blok D
Sebelah Timur : Jalan Utama
Sebelah Barat : Perkebunan dan Rumah Warga
Jadi, jika dibuat peta lokasi. Keberadaan Masjid tersebut sudah dapat diperkirakan dengan mudah. Sekali membaca, pembacanya sudah dapat membayangkan, di mana lokasi masjid yang dimaksud.
Ruang Lingkup Dakwah
Setelah menggambarkan lokasi, selanjutnya mendata ruang lingkup dakwahnya. Ruang lingkup dakwah yang dimaksud di sini adalah wilayah yang menjadi cakupan atau tanggung jawab dakwah suatu masjid. Pada persoalan ini ada beberapa hal yang harus didata, yaitu: Luas wilayah, batas wilayah dakwah, jumlah penduduk (umat Islamnya), dan infrastruktur yang ada.
Contoh:
Luas Wilayah
Mencakup 18 Rukun Tetangga (RT), 4 Rukun Warga (RW), 400 KK.
Batas Wilayah Dakwah
Batas wilayah dakwah adalah batas wilayah yang dapat dijangkau, atau menjadi tanggung jawab dakwah, berbagi dengan masjid lainnya di sekitar masjid tersebut jika ada.
Contoh:
Sebelah Timur : Sampai sebelah Timur Jalan Arteri Supadio
Sebelah Selatan : Pesantren Khulafaur Rasyidin.
Sebelah Barat : Parit Derabak
Sebelah Utara : Parit Sebin.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang didata adalah jumlah keseluruhan penduduk di wilayah cakupan dakwah, yang meliputi batas-batas wilayah di atas. Pendataan ini didasarkan pada jumlah penduduk dan agama yang dianut.
Contoh:
NO.
AGAMA
JUMLAH
1.
Islam
900 Jiwa
2.
Kristen Protestan
36 Jiwa
3.
Kristen Katolik
240 Jiwa
4.
Hindu
8 Jiwa
5.
Budha
10 Jiwa
6.
Konghuchu
120 Jiwa
Jumlah Total
1.314 Jiwa
Infra Struktur
Infra Struktur yang dimaksud adalah berbagai wilayah publik yang terdapat di sekitar masjid, yang tentunya ada peluang dakwah, dan memang terdapat tempat yang harus dibina. Misalnya, Madrasah yang memiliki Musholla, Tempat Olah Raga yang ada Mushollanya, Taman, Pom Bensin, Kantor, dan lain sebagainya.
Contoh:
Terdapat 1 buah Sekolah Dasar Tanpa Musholla, 2 Buah SMP/MTs ber-Musholla, 2 Buah SMA/MA ber-Musholla, 4 buah Mushollah Umum, 1 buah Lapangan Futsal Tanpa Musholla, 1 buah Taman Bermain Tanpa Musholla, 1 buah Gedung Pertemuan Tanpa Musholla.
Sejarah Berdirinya
Menulis sejarah berdirinya masjid, dapat dilakukan dengan menggunakan patokan sebagai berikut: Kondisi awal sebelum dibangun, Para Penggagas/ Pendiri, Luas dan Status Tanah Awal, Peletakan Batu Pertama, Luas Masjid awal dan setelah dibangun, Daya Tampung Jama’ah.
Contoh:
Berawal dari langgar kecil di pojok kampung;
Didirikan oleh Panitia yang dibentuk oleh warga dan dimotori oleh Bapak Suparto (Pengusaha Es Potong, Alumni Pesantren KR);
Berdiri diatas tanah wakaf seluas 770 m2.(sekarang 1118 m2.);
Peletakan batu pertama September 1990;
Diresmikan 20 Agustus 1992;
Bangunan awal 9 x 9 m satu lantai, kini 15x21. 3lantai;
Daya tampung 1200 jamaah.
Bangunan
Data bangunan harus detail, berdasarkan kondisi bangunan yang ada.
Contoh:
Luas Tanah : 1118 m2
Luas Bangunan
Lantai 1 : 387 m2
Lantai 2 : 400 m2
Lantai 3 : 170 m2
Jumlah Lantai : 3 lantai
Ruang Utama : 1 buah
Serambi : 3 buah
Ruang Serbaguna : 1 buah
Ruang Tidur/Penginapan : 3 buah
Ruang Etalase : 1 buah.
Ruang Kantor : 1 buah
Ruang Gudang : 3 buah
Ruang Poliklinik : 1 buah
Ruang Perpustakaan : 1 buah
Garasi : 1 buah
Tempat Wudhu : 8 buah
Kamar Mandi : 10 buah
Ruang Dapur : 3 buah
Menara : 1 buah
Kepengurusan/Organisasi
Manajemen Kepengurusan
Kepengurusan masjid konvensional, umumnya bersifat sederhana, bahkan seumur hidup. Dengan demikian, manajemen kepengurusan modern harus mampu merombak sistem lama yang kurang baik. Akan tetapi, dibutuhkan pendekatan yang intens terhadap kepengurusan lama, sehingga perubahan sistem tidak akan mempengaruhi secara negatif terhadap jama’ah dan kepengurusan berikutnya.
Contoh:
Pengurus dipilih langsung oleh Jamaah melalui “Pemilu Takmir”, untuk masa bakti tertentu (2-4 tahun).
Pemilu menetapkan Tim Formatur.
Tim Formatur terpilih bersama Pengurus Domisioner, membentuk komisi penyusunan struktur kepengurusan.
Menetapkan Rapat Rutin Pengurus (Bisa Setiap Jum’at Kliwon ba’da Jum’atan, atau hari lainnya).
Menyusun Renstra Satu masa bakti, dituangkan dalam suatu visi, Misalnya: “TAHUN 2019 DUTA BANDARA KOMPLEKS ISLAMI”, “TAHUN 2O23 MENUJU DUTA BANDARA DARUSSALAM’’.
Struktur Organisasi
Penentuan Struktur dapat dilakukan dengan melihat kebutuhan dan perkembangan masjid yang ada. Masing-masing masjid bisa jadi berbeda. Karenanya, penyusunan ini dibentuk berdasarkan kebutuhan yang mendesak dan perencanaan yang telah dibuat.
Contoh:
Struktur Kepengurusan Masjid …
Dewan Penasehat
Ketua Umum
Ketua I
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
Biro-Biro (30 Biro) :
1. Biro Pembinaan Hamas (Himp. Anak-anak Masjid)
2. Biro Pembinaan RMJ (Remaja Masjid)
3. Biro Pembinaan Kurma (Keluarga Muda Masjid)
4. Biro Pembinaan Ibadah Haji
5. Biro Pembinaan Kader Mubaligh
6. Biro Pembinaan Kewirausahaan
7. Biro Pembinaan Perpustakaan
8. Biro Imam & Muadzin
9. Biro Ibadah Jum’at
10. Biro Layanan Perawatan Jenazah
11. Biro Pemberdayaan Perempuan
12. Biro KAUM (Komite Aksi Untuk Ummat)
13. Biro PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
14. Biro FKMS (Forum Kajian Malam Selasa)
15. Biro IKS (Ikatan Keluarga Sakinah)
16. Biro Humas & Penerbitan
17. Biro Koordinator Jamaah
18. Biro Klinik Masjid
19. Biro Donor Darah
20. Biro Olah Raga
21. Biro Teknologi Informasi
22. Biro Keamanan
23. Biro Dokumentasi & Kearsipan
24. Biro Kerumahtanggaan
25. Biro Pembangunan & Pemeliharaan
26. Biro Seni & Budaya
27. Biro Bimbingan Al Qur’an
28. Biro Zakat
39. Biro Kuliah Subuh
Dalam hal perekrutan pengurus, harus ada mekanismenya. Ada 4 (empat) alternative perekrutan pengurus, yaitu: 1) Profesional; 2) Kaderisasi; 3) Akomodir; dan, 4) Representasi.
Kaderisasi
Ada ungkapan, “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menciptakan kader kepemimpinan berikutnya”. Demikian juga takmir, takmir yang baik adalah takmir yang mampu menciptakan takmir selanjutnya. Oleh karena itu, kaderisasi menjadi sangat vital dalam kelangsungan kepengurusan, sehingga sebuah masjid tidak hanya maju dalam periode tertentu, tapi mundur dalam periode lainnya. Kaderisasi dapat dilakukan sejak dini, yaitu membina anak-anak, remaja, dan dewasa yang aktif dalam kepengurusan yang sedang berjalan. Misalnya kaderisasi dalam kategori:
Anak-anak
Anak-anak dapat dibuatkan wadah tersendiri (perhimpunan), di mana ada kepengurusannya yang dibimbing dan dimonitor oleh takmir. Namanya bisa apa saja, yang penting ada wadah dan pembinaannya. Bisa dengan nama: HAMAS (Himpunan Anak-anak Masjid), misalnya, yang terdiri dari nggota dan Pengurus Hamas. Anggotanya terdiri dari anak pra TK-kelas 6 SD & Pengurus terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 2 SMP.
Remaja
Anak usia remaja juga harus dibina/dikader agar menjadi pengurus takmir yang baik. Dibuatkan wadah yang cocok bagi mereka, misalnya RISMA (Remaja Islam Masjid) yang terdiri dari anggota dan pengurus mulai dari kelas 3 SMP sampai dengan sebelum menikah.
Keluarga Muda
Mereka yang telah menikah, bapak-bapak atau ibu-ibu muda, harus tetap diwadahi dalam sebuah organisasi. Diberi nama KURMA (Keluarga Alumni Remaja Masjid), misalnya. Anggotanya bisa terdiri dari Mantan RISMA dan bapak-bapak/ibu-ibu muda yang aktif di masjid. Pembinaan pada usia ini sangatlah penting, karena biasanya transisi dari masa remaja ke dewasa membutuhkan perhatian yang cukup, agar mereka mampu menapaki kehidupan dengan baik.
Takmir
Takmir adalah orang-orang yang merupakan akumulasi dari berbagai potensi yang ada di masjid, baik anak-anak, remaja, KURMA maupun orang tua. Bagaimanapun, mereka ini tetap harus ditingkatkan kemampuannya, jangan sampai mereka hanya melayani orang lain, tapi melupakan dirinya sendiri. Takmir harus senantiasa mengadakan pengajian dan pengkajian secara intensif, agar dapat berkembang dan mampu mengembangkan jama’ah.
Setelah semuanya tertata, maka setiap kali rapat takmir, mereka ini selalu dilibatkan perwakilannya. Selain itu, juga sesering mungkin diadakan pelatihan kemimpinan dan manajemen masjid. Dengan demikian, kaderisasi itu akan berjalan.[02].
BAB III
MENYUSUN RENSTRA SEBUAH MASJID
A
gar kinerja ketakmiran dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya Renstra (Rencana Strategis). Renstra atau Perencanaan Strategis adalah suatu disiplin yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan mendasar, yang membentuk dan membimbing organisasi untuk memahami dirinya sendiri (what an organization is), apa yang dikerjakannya (what it does), dan mengapa organisasi mengerjakannya (why it does it)
Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hlm. 11..
Untuk membuat renstra, perlu terlebih dahulu memahami beberapa hal penting mengenai kondisi diri sendiri, sehingga dapat dilakukan antisipasi-antisipasi atau upaya lain untuk mengatasi kondisi tersebut. Oleh karena itu, analisis SWOT sangat dibutuhkan. SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Teknik ini dirumuskan oleh Albert Humphrey, pemimpin proyek riset Universitas Stanford pada tahun 1960-1970, dari perusahaan Fortune 500
Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT.
Metode analisis ini adalah metode analisis yang paling dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil analisis biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di manajemen perusahaan. Analisis ini dapat juga digunakan dalam sebuah organisasi. Secara sistematis, analisis ini dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat nya.html. .
Dalam hal manajemen masjid, metode analisis ini dapat digunakan dalam upaya mengelola masjid secara terarah. Akan tetapi, harus ditentukan terlebih dahulu visi dan misinya. Hasilnya, nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola masjid sesuai dengan visi dan misi tersebut. Setelah dipahami SWOT-nya, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana strategis dalam upaya mengatasi kelemahan, memaksimalkan kekuatan, memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Untuk menyusun renstra, rekomendasi yang telah diberikan, dapat dijadikan sebagai bahan acuan.
Contoh:
Ketika kekuatan kita terletak pada fasilitas yang mencukupi, maka program utamanya adalah memaksimalkan fasilitas yang ada, baik waktu, ruang maupun sumber daya manusianya. Saat kelemahan kita diketahui tidak banyak SDM yang memadai, maka harus ada program yang dapat mengatasi kelemahan itu, seperti kerjasama dengan pihak lain, atau kaderisasi.
Selanjutnya, program-program yang akan di susun harus merujuk pada hasil analisis SWOT yang telah dibuat, berdasarkan misi yang hendak dicapai. Program-program tersebut disusun secara lengkap, dengan alokasi waktu dan pendanaannya. Berikut ini adalah contoh alur penyusunan renstra masjid:
Bagian Pertama (Pendahuluan)
Arah Kebijakan
Takmir Masjid Miftahul Jannah Banjaran, sesuai dengan visi dan misi yang diemban, terus bekerja keras untuk menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, segala upaya akan dilakukan dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama dalam membangun suatu masyarakat yang Islami dan berkemajuan. …dst.
Tujuan dan Manfaat Penyusunan Renstra
Rentra ini bertujuan untuk menegaskan arah pengembangan masjid Miftahul Jannah Banjaran dalam kurun waktu 4 tahun ke depan…dst.
Sasaran Renstra
Tujuan utama renstra ini adalah membangun masyarakat Islami yang berkemajuan, sehingga penekanannya terletak pada peningkatan mutu jama’ah dalam segala bidang, sehingga nantinya jama’ah akan dapat mandiri dalam setiap lini kehidupan. Semua itu tentu saja harus dimulai dari kemandirian masjid ini dalam pengelolaan administrasi, organisasi, program dan keuangan…dst.
Tonggak Sejarah (milestone).
1999 : Peletakan Batu Pertama, dimotori oleh Bapak Sukarjo (pegawai pabrik kertas).
2000 : Peresmian masjid oleh ketua RW, Bapak Sukarjan.
200- : dst. Hingga tahun saat dibuat Renstra.
Bagian Kedua (Lansan Dasar Penyusunan Renstra)
Landasan Filosofis
Masjid pada masa Rasulullah SAW berfungsi sebagai …dst. Sehingga masjid ini harus dikelola, paling tidak, ia dapat berfungsi selayaknya pada masa Rasulullah SAW tersebut, dalam rangka mencerdaskan umat…dst.
Landasan Institusional.
Masjid Miftahul Jannah Banjaran adalah masjid satu-satunya di wilayah …, sehingga harus difungsikan atau dikembangkan fungsinya sebagaimana mestinya…dst.
Bagian Ketiga (Analisis Situasi)
Isu Strategis
Banyak kasus PHK massal, jama’ah banyak yang menganggur.
Banyak peluang yang dapat dibuka dan diyakini dapat mensejahterakan umat.
Analisa SWOT
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Bagian Keempat (Kebijakan Dasar dan Rencana Program)
Kebijakan Dasar
Meningkatkan kemampuan entrepreneurship umat melalui masjid. Bidang-bidang yang akan dikembangkan antara lain: a) Kualitas Keilmuan Islam Jama’ah; b) Kualitas Enterpreneurship Jama’ah; c) Kualitas Organisasi, dst.
Rencana Program
Bidang Kualitas Keilmuan Jama’ah: Kajian Tafsir Kontemporer, dst.
Bagian Kelima (Rencana Implementasi Program).
Bidang Kualitas Keilmuan Jama’ah
No.
Kegiatan
Tahun Pelaksanaan
Target Pencapaian
2016
2017
2018
2019
2020
1
Kajian Tafsir Seminggu Sekali.
V
V
v
v
v
5000 Jama’ah
2
Workshop Kewirausahaan
V
V
v
v
v
5000 Jama’ah
-
-
-
-
-
-
-
-
Demikian juga dengan bidang-bidang lainnya, sesuai dengan arah kebijakan yang telah dibuat sebelumnya. Tahun dan bulan pelaksanaan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan alokasi waktu yang memungkinkan bagi takmir untuk menjalankan programnya. Semua program tersebut harus mengacu kepada visi dan misi yang telah disepakati bersama oleh para pengurus takmir. [03].
BAB IV
MENYUSUN PROGRAM
K
etika telah selesai merumuskan renstra, langkah berikutnya adalah menyusun program kerja, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Program kerja ini penting dalam rangka memudahkan arah selanjutnya dalam mencapai tujuan. Tujuan utama keberadaan masjid, selain untuk sarana ibadah mahdhah, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW, masjid diharapkan dapat menjadi pusat pendidikan, pengajaran, dan pengembangan ilmu, khususnya Al Islam, pusat peribadatan, pusat informasi masyarakat, pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan shodaqoh, pusat kegiatan masyarakat, pusat pertolongan Ummat, rumah sakit di saat kritis, tempat menginap para musafir, tempat penyelesaian sengketa, dan lain-lain.
Sekarang, proyek kita adalah menyusun program. Untuk menyusun sebuah program bagi masjid, maka terlebih dahulu harus dipersiapkan langkah-langkah berikut:
Menyusun Visi dan Misi
Contoh:
Visi:
“Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir bathin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di Masjid”
Misi:
Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat;
Memakmurkan kegiatan ubudiyah di Masjid;
Menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah;
Menjadikan masjid sebagai tempat merujuk berbagai persoalan masyarakat;
Menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat.
Membuat Analisis SWOT:
Analisis ini hanya sebagai contoh sederhana saja, untuk lebih detailnya dapat dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, bisa saja berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya.
Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat:
NO.
JENIS ANALISIS
HASIL ANALISIS
1.
Strenghts (Kekuatan)
Fasilitas masjid memadai
SDM cukup.
2.
Weaknesses (Kelemahan)
Tidak paham metodenya.
Belum tahu apa yang harus dilakukan.
3.
Opportunities (Peluang)
Masyarakat mendukung;
Belum banyak fasilitas public di sekitar masjid.
4.
Threats (Ancaman)
Khawatir kegiatan utama (ibadah) terganggu;
Orientasi pengurus menyimpang.
5.
Rekomendasi
Takmir harus mencari partner di bidangnya untuk kerjasama.
Masjid harus ada Ruang Serba Guna yang dapat dijadikan sebagai tempat kegiatan.
Memakmurkan Kegiatan Ubudiyah:
NO.
JENIS ANALISIS
HASIL ANALISIS
1.
Strenghts (Kekuatan)
Jama’ah banyak;
Fasilitas mencukupi.
2.
Weaknesses (Kelemahan)
Kesulitan mencari tenaga ahli yang mau bekerja suka rela.
Orientasi jama’ah kebanyakan ekonomi.
3.
Opportunities (Peluang)
Banyak Hari besar Islam;
Hari besar, umumnya libur.
4.
Threats (Ancaman)
Banyak Media sosial;
Acara televisi yang menarik.
5.
Rekomendasi
Takmir harus banyak mengadakan kegiatan, terutama hari besar dan ibadah sunnah yang dapat dilakukan berjama’ah.
Takmir harus mengadakan kerjasama dengan pihak lain.
Menjadikan Masjid sebagai Pusat Rekreasi Rohani Masyarakat:
NO.
JENIS ANALISIS
HASIL ANALISIS
1.
Strenghts (Kekuatan)
Jama’ah banyak;
Posisi strategis.
2.
Weaknesses (Kelemahan)
Fasilitas kurang;
SDM di bidangnya kurang.
3.
Opportunities (Peluang)
Fasilitas bisa diadakan;
SDM siap dibina.
4.
Threats (Ancaman)
Orientasi yang salah;
Sakralitas masjid berkurang.
5.
Rekomendasi
Takmir harus banyak mengadakan kegiatan, terutama hari besar dan ibadah sunnah yang dapat dilakukan berjama’ah.
Takmir harus mengadakan kerjasama dengan pihak lain.
Menjadikan Masjid sebagai tempat merujuk berbagai persoalan:
NO.
JENIS ANALISIS
HASIL ANALISIS
1.
Strenghts (Kekuatan)
Fasilitas cukup.
2.
Weaknesses (Kelemahan)
SDM ahli pengurus, masih kurang.
3.
Opportunities (Peluang)
Banyak persoalan masyarakat.
4.
Threats (Ancaman)
Orientasi yang salah.
5.
Rekomendasi
Takmir harus siap menampung persoalan-persoalan jama’ah.
Takmir harus mengadakan kerjasama dengan pihak lain, yang ahli di bidangnya.
Menjadikan Masjid sebagai Pesantren dan Kampus Masyarakat:
NO.
JENIS ANALISIS
HASIL ANALISIS
1.
Strenghts (Kekuatan)
Fasilitas cukup.
2.
Weaknesses (Kelemahan)
SDM kurang.
3.
Opportunities (Peluang)
Banyak cara bisa ditempuh.
4.
Threats (Ancaman)
Masyarakat masih belum percaya sepenuhnya terhadap kemampuan takmir.
5.
Rekomendasi
Takmir harus banyak mengadakan kegiatan.
Takmir harus mengadakan kerjasama dengan pihak lain, sesuai bidangnya.
Menetapkan Program
Contoh:
Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, maka program kerja masjid tersebut adalah sebagai berikut:
Memasyarakatkan masjid dan memasjidkan masyarakat.
Membangun kelembagaan masjid yang profesional dalam karya, ikhlas dalam niat.
Melaksanakan tertib administrasi, efisiensi, transparansi dalam anggaran.
Mengembangkan seluruh potensi jama’ah bagi kemakmuran masjid dan kesejahteraan jamaah.
Mengembangkan Dakwah jama’ah dan jama’ah dakwah.
Pendekatan kesejahteraan dalam dakwah.
Menggarap dan membina generasi muda yang berjasad kuat, berwawasan luas, berjiwa marhamah, berprestasi, dan mandiri.
Membina keluarga jama’ah yang sakinah sebagai benteng ketahanan ummat.
Mengelola majlis-majlis ta’lim yang terencana dan terprogram untuk pemahaman Islam yang utuh dan luas, sempurna.
Peningkatan kualitas ibadah dari segi syar’i maupun teknis.
Menggali sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban kepada jama’ah.
Program kerja ini harus diikuti dengan langkah-langkah nyata dalam upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya pada point 11, “Menggali sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban kepada jama’ah”. Nah, di sini programnya apa? Salah satu contohnya adalah: Membangun lembaga usaha, seperti koperasi jama’ah, kerjasama bisnis, dan lain-lain, yang sekiranya dapat ditempuh secara syari’ah. Berikut ini contoh membuat program kerja dan target pencapaiannya:
Program dan Target Pencapaian
Program 5. Penggalian Sumber Dana yang tidak memberatkan Jama’ah
No.
Kegiatan
Tahun Pelaksanaan
Target Pencapaian
2016
2017
2018
2019
2020
1
Infaq Mandiri.
v
V
v
V
v
5000 Jama’ah
2
Pendirian Koperasi.
v
V
v
V
v
1 Koperasi Simpan Pinjam dan 1 Koperasi Barang & Jasa.
3
Kerjasama bisnis catering untuk kegiatan jama’ah.
v
V
v
V
v
4 Perusahaan.
4
Pengelolaan Ruang serba guna.
v
v
v
V
v
Rp. 1 M per tahun.
5
Pengelolaan Parkir dan tempat penitipan barang.
v
V
v
V
v
Rp. 200 juta pertahun.
Dalam penyusunan program ini, yang harus diperhatikan adalah daya keterjangkauan, baik itu waktu, kemampuan maupun pendanaan yang diperkirakan. Selain itu, arah kebijakan, visi dan misi, tetap harus dibawa dan dijadikan sebagai patokan dalam penyusunan program. Sejauh ini, kebanyakan masjid tidak menyusun program secara baik. Setiap program, selalu saja on the spot, sesuai kebutuhan. Di era seperti sekarang ini, model seperti itu harus segera dihilangkan.
Selanjutnya, jika telah selesai, maka berikutnya adalah pengelolaan keuangan. Bahasan ini akan dilanjutkan pada bab V.[04].
BAB V
MENATA KEUANGAN
D
alam organisasi publik – termasuk organisasi ketakmiran – masalah ketidak-konsistenan penerimaan dana merupakan masalah klasik. Sementara itu, pengeluaran dana akibat pelaksanaan aktivitas selalu muncul. Oleh karena itu, alokasi jumlah rupiah dan kapan (timing) penerimaan dana, dan pengeluaran dana menjadi penting untuk diidentifikasi agar aktivitas dapat terlaksana dengan baik.
Dalam menata keuangan, terlebih dahulu yang harus diidentifikasi adalah sumber daya. Sumber daya disebut juga dengan aktiva, atau aset. Jenisnya bisa berupa uang (baik tunai maupun di tabungan atau deposito, atau cek), sediaan habis pakai (seperti obat pembersih lantai, semprot nyamuk, air minum dalam galon, dan lain sebagainya), perlengkapan (seperti karpet, microphone, dan lain sebagainya), kendaraan, dan gedung. Sumber daya yang paling penting adalah uang/dana.
Berbicara tentang sumber dana, maka akan berbicara tentang pendapatan. Dari mana sumber pendapatan itu akan diperoleh? Pendapatan diterjemahkan sebagai peningkatan sumber daya, yang asalnya bukan dari pemilik. Pada organisasi sektor publik, pendapatan terbesar umumnya berasal dari penderma/donatur. Untuk dapat mengendalikan penggunaan pendapatan, maka pendapatan dapat dikelompokkan menurut tujuan penggunaannya.
Berdasarkan tujuan penggunaan, pendapatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Pendapatan Mengikat Temporer; dan, 2) Pendapatan Tidak Mengikat. Pendapatan Mengikat Temporer, artinya pendapatan yang tujuan penggunaannya sudah jelas atau sudah ditentukan pendermanya. Dikatakan temporer karena pemanfaatannya jangka pendek (tidak permanen). Bisa jadi pendapatan yang diterima merupakan perpaduan (mix) antara pendapatan terikat dan temporer. Misalnya, pendapatan dari siswa TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) per bulan, maka ini harus ditentukan sejak awal berapa persen dari pendapatan tersebut yang dialokasikan untuk pendapatan terikat temporer (untuk membayar gaji guru, sarana pendidikan, kebersihan dan biaya yang pasti keluar lainnya dalam 1 bulan) dan berapa persen yang tergolong pendapatan tidak terikat.
Sedangkan pendapatan tidak mengikat inilah yang fleksibel digunakan. Bisa jadi juga pendapatan dari siswa TPA merupakan pendapatan mengikat temporer semua. Besarnya proporsi alokasi serta jenis-jenis pengelompokan ini ditentukan oleh pengelola dan harus diterapkan secara konsisten. Oleh karena itu, untuk menata keuangan semacam ini, perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:
Hitung Seluruh Pengeluaran selama setahun;
Dibagi per bulan dan per pekan;
Hitung kapasitas masjid (dapat menampung berapa jama’ah);
Bagi pengeluaran per pekan dengan kapasitas masjid.
Contoh:
Menghitung Pengeluaran Setahun:
Listrik : Rp. 250.000 x 12 = Rp. 3.000.000,-
Air : Rp. 35.000 x 12 = Rp. 420.000,-
HR Kebersihan : Rp425rb x 12 = Rp. 5.100.000,-
Khotib Jumat : Rp50rb x 4 x12 = Rp. 2.400.000,-
MinumanShubuh : Rp500x250x4x12 = Rp. 6.000.000,-
Minuman Jumat = Rp. 6.000.000,-
HR Pengajian-2 = Rp.14.400.000,-
Perawatan dan Pengembangan Masjid = Rp. 5.880.000,-
JUMLAH = Rp.43.200.000,-
Pengeluaran di atas belum mencakup kegiatan-kegiatan lain dalam program. Pengeluaran tersebut hanya sebatas kegiatan rutin sederhana, yang memang harus dikeluarkan oleh masjid pada umumnya. Ini belum termasuk pengeluaran atas pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an, Pembinaan Remaja Masjid, dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui jumlah pengeluaran per-tahun, per-bulan dan perpekan, maka harus dicarikan solusi keuangan tersebut. Dari mana pendapatan bisa diperoleh? Dalam hal ini, renstra menjadi sangat berperan.
Membuat Laporan Pertanggung Jawaban
Ada dua macam laporan pertanggung jawaban, yaitu Laporan Kegiatan dan Laporan Keuangan. Laporan kegiatan berupa laporan yang bersifat deskriptif, sementara laporan keuangan berupa angka-angka dan bukti pengeluaran.
Contoh Laporan Kegiatan
Bulan April 2016
NO.
NAMA KEGIATAN
TANGGAL RENCANA
TANGGAL PELAKS.
RENC. BIAYA
BIAYA
KETERANNGAN
1.
Kajian Tafsir Mingguan
2, 9, 16, 23, 30 April 2016
2, 9, 23, 30 April 2016
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.200.000,-
(4 x Rp. 300.000,00)
Semula direncanakan akan dilaksanakan sebanyak 5 kali setiap Sabtu Malam, akan tetapi pada tanggal 16 April 2016, Pengisi acara berhalangan hadir, sehingga kegiatan dibatalkan. Pelaksanaannya terpaksa hanya 4 kali dalam bulan tersebut. Sisa dana di kembalikan ke Kas Masjid.
2.
Pengajian Akbar
21 April 2016
29 April 2016
Rp. 1.200.000,-
Rp. 1.800.000,-
Kegiatan sedianya dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016, karena banyak yang merayakan hari Kartini, maka kegiatan diundur sampai tanggal 29 April 2016. Biaya semula dianggarkan Rp. 1.200.000,-, membengkak menjadi Rp. 1.800.000,-, karena jama’ah membludak. Kekurangan dana diambilkan dari sisa kegiatan Kajian Tafsir dan Kas yang ada. Total kekurangan dana adalah sebesar Rp. 300.000,-. Kekurangan itu, nantinya akan ditutupi dengan kelebihan dari anggaran kegiatan lainnya, atau dicarikan donator yang tidak mengikat.
-
-
-
-
-
-
-
Contoh Laporan Keuangan
Bulan April 2016
NO.
NAMA KEGIATAN
TANGGAL RENCANA
TANGGAL PELAKS.
RENC. ANGGARAN
REALISASI ANGGARAN
KETERANNGAN
1.
Kajian Tafsir Mingguan
2, 9, 16, 23, 30 April 2016
2, 9, 23, 30 April 2016
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.200.000,-
(+ Rp. 300.000,-)
2.
Pengajian Akbar
21 April 2016
29 April 2016
Rp. 1.200.000,-
Rp. 1.800.000,-
(-Rp.600.000,-)
Total Anggaran dan Saldo
Rp. 2.700.000,-
Rp. 3.000.000,-
-Rp. 300.000,-
(Minus Tigaratus Ribu Rupiah)
Keterangan:
Laporan ini dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut:
Daftar Hadir Jama’ah;
Berita Acara Kegiatan;
Notulen Kegiatan;
Kwitansi-kwitansi Pembelanjaan;
Dokumen Survey dan Penawaran Pembelian Barang;
Foto-foto kegiatan;
Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan; dan,
Laporan Hasil Kegiatan.
Kedua macam laporan ini harus dibuat setiap bulannya, sehingga dapat meringankan pekerjaan di akhir tahun. Selain itu, akan lebih baik jika ditempelkan di papan pengumuman masjid, agar masyarakat mengetahui perjalanan keuangan yang dikelola oleh Takmir masjid, sehingga masyarakat juga dapat ikut memikirkan kekurangan yang ada. Itulah keuntungan dari transparansi keuangan dalam organisasi. Dengan demikian, tidak ada kecurigaan dan buruk sangka dari jama’ah atas manajemen takmir Masjid yang bersangkutan. [05].
BAB VI
PENGEMBANGAN FUNGSI MASJID
S
ebelum sampai pada pembahasan mengenai pengembangan fungsi masjid, terutama di era digital seperti sekarang ini, terlebih dahulu tentang bagian-bagian masjid, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW. Sebuah Masjid memiliki beberapa komponen, yaitu: Kubah, Menara, Mihrab dan Minbar. Kubah adalah bagian yang meninggi sebagai penutup bangunan dasar. Bentuk kubah ini pada awalnya berasal dari bangunan Bizantium dan Persia. Kemudian berkembang di masjid-masjid, sebagai ciri khasnya. Meski demikian, banyak juga masjid yang tidak berkubah, seperti masjid-masjid di Jawa yang berbentuk joglo. Menara adalah bangunan yang tinggi mendampungi bangunan utama. Selain sebagai perias masjid, menara juga dapat digunakan untuk mengumandangkan azan. Di masa Rasul dan Sahabat, muazin mengumandangkan azan di atas tembok masjid, karena belum ada menara. Mimbar adalah tempat yang ditinggikan di dalam masjid, dulunya tempat Rasul SAW berkhutbah. Mihrab adalah relung di dalam masjid yang berada di paling depan. Mihrab berfungsi sebagai tempat Imam memimpin shalat. Selain itu, ia juga merupakan pemandu arah kiblat
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Van-Hoeve, 2003), hlm. 173-175..
Pada masjid Nabawi terdapat beberapa komponen yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW, yaitu: 1) Lapangan Luas terbuka disebut Sahan; 2) Bagian dari Sahan yang diperuntukkan bagi tempat shalat yang disebut Mushalla atau al-Haram; 3) Kiblat, petunjuk arah shalat; 4) Mihrab, tempat imam memimpin shalat jama’ah; dan, 5) Minbar, tempat khatib menyampaikan khutbah yang terletak di sebelah kanan mihrab
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam …, hlm. 171..
Dahulu di masa Rasul SAW, masjid merupakan tempat segala-galanya bagi perjalanan dakwah. Masjid memiliki multifungsi yang menyangkut semua lini kehidupan umat. Politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan terbentuk dan berkembang dari sini. Rasul SAW menjadikannya sebagai tempat belajar, tempat menyusun strategi perang, pengembangan ekonomi, termasuk menerima tamu Negara.
Dewasa ini telah terjadi degradasi fungsi, masjid hanya sebagai tempat shalat dan ritual-ritual keagamaan saja. Karenanya, mengembalikan fungsi masjid, menjadi sesuatu yang urgen bagi umat Islam. Paling tidak, masjid dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat.
Di berbagai tempat, saat ini sudah mulai berkembang sistem One Stop Service. Masjid Agung Jawa Tengah, misalnya. Masjid yang dikenal sebagai MAJT ini, dikelola sedemikian rupa, sehingga kebutuhan apa pun tersedia di lokasi. Jama’ah hendak makan, ada Restoran, Belanja ada Mall, Pusat Oleh-oleh, dan Kebutuhan sehari-hari lainnya. Ada Hotel/Wisma, Gedung Pertemuan, Menara Komersial Al-Husna, Toko Buku, Area Parkir yang luas dan aman, Play Ground, Taman Bunga, 25 Payung Raksasa dan arena rekreasi yang lengkap dengan aneka fasilitasnya. Kegiatan keagamaan tidak pernah putus setiap saat, sehingga jama’ah dapat mengikuti kegiatan apa pun yang mereka kehendaki, dan bersifat gratis.
Tentu saja kita sangat berharap ada banyak masjid yang berperan seperti MAJT. Di Kalimantan Barat, masjid yang seperti ini belum ada. Kita baru memiliki Masjid Raya Mujahidin di Pontianak, akan tetapi fasilitasnya masih belum mencukupi. Ke depan, semoga terwujud dari tangan-tangan mahasiswa Menejemen Dakwah IAIN Pontianak, Amin! [06].
BAB VII
PENUTUP
S
yukur Alhamdulillah, akhirnya selesai juga buku modul sederhana ini. Penyusun berharap, buku ini dapat digunakan sebagai panduan dalam memanaj keberadaan masjid bagi para takmir atau mahasiswa praktikum. Tentu saja isi dan kelengkapannya jauh dari sempurna. Kritik dan saran, penyusun nantikan dari pembaca dan pengguna, demi kemudahan dalam perbaikan ke depan. [07].
DAFTAR BACAAN
Adil Sa’adi, Fiqhu al-Nisa Fi al- Thaharah & Fiqhu al-Nisa Fi al-Shalah (Jakarta Selatan: Hikmah, 2006).
Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam Jurnal Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol.V., No.2, Desember 2004.
http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html.
http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat nya.html.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m 51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah.
https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
M. Irawan, Keajaiban Masjid Nabawi: Menguak Misteri dan Keajaiban Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid Nabawi (Jakarta: Spasi Media, 2014).
Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010).
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Van-Hoeve, 2003).
TUGAS AKHIR
PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID
FUAD 2016
Masjid Nurul Ikhsan (Pal IX)
Ketua: Nor Purnamasari
Sekretaris: Ningrum Mutiari
Anggota: Samsul B
Anggota: Dedi
Al-Ashrof (Kota Baru)
Ketua: Idris
Sekretaris: Saridawati
Anggota: Masruroh
Anggota: Elsi Dini M
Masjid Al-Manar (Jendral Urip)
Ketua: Indah Dwi Saprina
Sekretaris: Fitri B
Anggota: Mu’ammaliyah
Anggota: Nurhayati
Anggota: Anitasari
Masjid Al-Muhsinin (Tanjung Raya II)
Ketua: Ismail
Sekretaris: Fitri A
Anggota: Jaka D
Anggota: Esha Destania
1
2