Academia.eduAcademia.edu

TANAMAN BIOFARMAKA SEBAGAI BIOPESTISIDA

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit

TANAMAN BIOFARMAKA SEBAGAI BIOPESTISIDA Tim Penyunting: 1. Dr. Dono Wahyono. 2. Dr. Ir. Muchjidin Rachmat, MS. Tim Teknis: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ir. Anastasia Promosiana, MS. Ir. Ndarie Indartiyah. Ir. Muhammad Tahir, MP. Dra. Lipur Watini. Budi Hartono, SP. Dina Martha S. S, SSi. Ir. Poltak L. Tobing, MSi. Ir. Aneng Hermami, MSi. Jamin Waludin. ISBN : 978-979-16677-2-2 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit 1 KATA PENGANTAR Buku Potensi Tanaman Biofarmaka Sebagai Biopestisida ini disusun dalam rangka menyediakan informasi/referensi tentang manfaat dari beberapa tanaman biofarmaka yang diketahui dapat digunakan sebagai biopestisida untuk mengendalikan OPT bagi petugas dan petani di lapangan. Kesadaran masyarakat terhadap keamanan bahan konsumsi, kelestarian lingkungan dan sistem produksi pertanian yang berkelanjutan, dewasa ini cenderung meningkat. Penggunaan pestisida kimia sintetis (pestisida) saat ini masih merupakan pilihan utama petani dan penggunaannya masih belum dilakukan secara bijaksana. Akibatnya timbul perubahan ekologi/agroekosistem yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya menguntungkan bagi perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Selain menyediakan daftar tanaman yang mempunyai potensi sebagai biopestisida, buku ini juga memberi informasi bagaimana cara membuat biopestisida yang sederhana, sehingga nantinya dapat dilakukan sendiri oleh petani dengan mudah. Petani diharapkan juga bisa memutuskan tanaman apa yang sesuai dengan agroekosistem dan jenis hama yang menjadi kendala di suatu daerah. Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan buku ini, semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan tanaman sebagai biopestisida. Direktur Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Dr. Ir. Muchjidin Rachmat, M.S. 2 DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................... ii I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 II. PEMBUATAN BIOPESTISIDA SECARA SEDERHANA .......................... 1. Ekstraksi Bahan Segar .................................................................. 2. Ekstraksi Bahan Kering ................................................................. III. Tanaman yang dapat digunakan sebagai Biopestisida ................... • Pacar Cina ............................................................................. • Bengkuang ............................................................................. • Selasih ................................................................................... • Mimba .................................................................................... • Cengkeh ................................................................................. • Buah Nona ............................................................................. • Sirsak .................................................................................... • Srikaya ................................................................................... • Tembakau .............................................................................. • Mindi ..................................................................................... • Piretrum ................................................................................. • Babadotan .............................................................................. • Bitung .................................................................................... • Jeringau ................................................................................. • Saga ....................................................................................... • Serai ...................................................................................... • Kamalakian ............................................................................ • Suren ..................................................................................... • Daun Wangi ........................................................................... • Selasih Hijau .......................................................................... • Trengguli ................................................................................ • Gadung KB ............................................................................ • Gadung Racun ....................................................................... • Tagari ..................................................................................... • Tefrosia .................................................................................. 3 • • • • • • IV. V. Tuba ...................................................................................... Sembung ................................................................................. Jambu Mete ........................................................................... Lada ....................................................................................... Jarak ..................................................................................... Kecubung ............................................................................... BEBERAPA FORMULA BIOPESTISIDA YANG BANYAK DIGUNAKAN DAFTAR PUSTAKA 4 I. PENDAHULUAN Gerakan “back to nature” yang telah menjadi slogan global saat ini mendorong masyarakat kembali melirik produk-produk alami, karena dianggap ramah lingkungan serta menyehatkan, termasuk dalam penggunaan biopestisida. Pada tahun 1990-an, nilai impor pestisida mencapai sekitar Rp. 250 milyar (Kasrynio, 1993) dan pada tahun 2000-an nilai impor naik tajam menjadi Rp. 375 milyar/pertahun. Apabila 10 % dari jumlah pestisida kimia tersebut dapat disubstitusi oleh biopestisida, maka negara dapat berhemat sebesar Rp. 37,5 milyar /tahun. Salah satu penyebab melonjaknya nilai impor pestisida adalah penolakan terhadap penggunaan biopestisida masih terjadi dengan berbagai alasan, belum adanya peraturan pemerintah yang khusus mengatur penyiapan, penggunaan dan peredaran biopestisida sebagai alternatif dalam pengendalian hama penyakit. Dengan demikian ketergantungan kepada pestisida kimia sintetis semakin tinggi. Gerakan “back to nature” juga dapat diimplementasikan melalui kegiatan pertanian organik dan salah satu komponen teknologi dalam pengendalian OPT-nya adalah penggunaan biopestisida. Dewasa ini konsumen mulai mencari dan menghargai produk-produk pertanian organik terutama di kotakota besar. Oleh karena itu dengan melihat prospek ke depan yang cukup baik, hendaknya teknologi biopestisida perlu terus digali, Secara teknis penerapan Pengendalian Hama Terpadu PHT dilaksanakan melaui prinsip penerapan sebagai berikut : a. Mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat melalui cara-cara bercocok tanam, pengendalian mekanis, penggunaan varietas tahan dan pengaturan pola tanam. b. Pemanfaatan semaksimal mungkin musuh alami sebagi upaya pengendalian biologi. c. Pemantauan secara teratur untuk mengetahui perkembangan OPT dan menentukan langkah pengendalian yang tepat. d. Pemberdayaan petani agar menjadi ahli dalam penerapan PHT. Pemanfaatan biopestisida sebagai komponen pengendalian dilaksanakan dalam rangka pengelolaan budidaya tanaman sehat, mengurangi dampak negatif penggunaan bahan kimia (pestisida) dan pemanfaatan komponenami untuk kelestarian lingkungan. 5 II. PEMBUATAN BIOPESTISIDA SECARA SEDERHANA Secara sederhana pembuatan biopestisida dilakukan melalui beberapa proses penanganan bahan tumbuhan secara baik agar bahan tersebut tidak kehilangan aktivitas hayatinya (bioactivity). Kehilangan aktivitas havati dapat terjadi pada tahap pengkoleksian, penyimpanan, dan persiapan bahan atau material tumbuhan. Soehardjan (1994) mengemukakan beberapa teknik sederhana untuk menghasilkan bahan biopestisida, melalui: 1. Penggerusan, penumbukan, pembakaran atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta; 2. Perendaman untuk produk ekstrak; 3. Ekstraksi penggunaan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus untuk menghasilkan produk berupa ekstrak yang dikerjakan dengan tenaga terampil dan dengan peralatan yang khusus. Untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki aktivitas biologi dapat melalui: koleksi bahan baku segar dan koleksi kering. Bahan baku segar akan lebih baik bila langsung diekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti aseton atau alkohol. Proses ekstraksi bahan merupakan proses awal dalam memperoleh bahan sebagai biopestisida. Dalam keadaan yang tidak memungkinkan bahan baku segar sulit didapat. Saat bahan baku segar ada dalam jumlah yang berlebih dapat dilakukan penyimpanan, dengan melakukan pengeringan bahan dengan mesin pengering beku (freeze dryer) atau bahan dikering udarakan di tempat teduh dan berangin (dalam ruangan pada suhu ruang), agar tidak terjadi kerusakan atau perubahan pada komponen kimia yang dikandung bahan tersebut. Untuk penggunaan secara sederhana, dapat dilakukan melalui ekstraksi sederhana bahan segar maupun bahan kering dengan tahapan sebagai berikut: 6 1. Ekstraksi bahan segar 1. Bagian tumbuhan segar (daun dsb.) dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci, kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air dengan konsentrasi 25-100 g/1 air. 2. Larutan langsung dipakai atau disimpan selama 12 - 24 jam 3. Sebelum dimasukkan ke dalam tangki alat semprot, larutan disaring agar tidak terdapat kotoran yang menyumbat nozel alat semprot. 4. Waktu aplikasi pada pagi hari pukul 07.30 - 09.00 pagi atau sore hari pada pukul 16.00 - 17.30 atau disesuaikan dengan aktivitas serangga target. 2. Ekstraksi bahan kering 5. Bagian tumbuhan yang akan digunakan dibersihkan dari kotoran yang melekat, di cuci dan dikeringkan lebih dahulu selama beberapa hari di bawah sinar matahari. 6. Setelah kering, bahan tumbuhan ditumbuk dan dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 25 - 50 g/ltr air. 7. Untuk tahap selanjutnya sama denngan akstraksi bahan segar, di atas. Untuk ekstraksi bahan kering juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat ekstraksi perkolat, dengan tahapan sebagai berikut: 8. Bahan kering tumbuhan ditumbuk/digiling dengan penggiling sederhana seperti alu. 9. Masukkan bahan yang sudah digiling ke dalam perkolator, tambahkan air hingga seluruh bahan terendam selama 2-3 hari. 10. Keluarkan cairan dengan cara membuka kran perkulator. 11. Cairan siap diaplikasikan di lapang (kebutuhan/ha 10 kg bahan + 400 liter air) sebanyak 3 - 4 kali. Untuk memperoleh ekstrak dengan konsentrasi bahan aktif yang terlarut lebih merata, ke dalam air pengekstrak perlu ditambahkan deterjen (≤1 g/liter air) yang berfungsi sebagai pengemulsi. Campuran bahan tanaman + air pengekstrak + deterjen diaduk-aduk dan didiamkan beberapa saat (30 sampai 120 menit sebelum disaring. Disamping itu, untuk meningkatkan konsentrasi bahan aktif dalam ekstrak, dapat dilakukan penambahan air dan sedikit pelarut organik seperti etanol atau metanol (konsentrasi ≤ 1 %). Apabila ditambahkan pelarut organik, maka penambahan deterjen dilakukan setelah penambahan pelarut organik. 7 III. TANAMAN YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI BIOPESTISIDA 1. Pacar Cina (Aglaia adorata L., A. angustifolia), Famili Meliaceae. a. Nama daerah : Culan (Sunda); Pacar Cina (Jawa) . Pacar cina merupakan tanaman perdu dengan tinggi 2 - 5 m, berakar tunggang, dan dapat tumbuh hampir di semua ketinggian tempat. Daun majemuk, anak daun berjumlah 3 - 5 helai per tangkai, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3–6 cm, dan lebar 1- 3,5 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan. Buah berbentuk bulat, kecil, berbulu, dan berwarna merah kehitaman. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cangkokan atau biji. b. Bagian tumbuhan yang digunakan: daun, kulit batang, biji, ranting, dan bunga. Senyawa kimia yang bertindak sebagai biopestisida adalah rokaglamida dan 10 jenis turunannya. Senyawa ini terbukti selain efektif sebagai racun perut juga memiliki sifat sebagai racun kontak dan dapat menghambat proses makan serangga. Dari ekstrak daun telah diisolasi 4 turunan rokaglamida. Bunganya mengandung 6 senyawa, demikian juga rantingnya mengandung 6 turunan rokaglamida. Beberapa senyawa lainnya seperti turunan benzopyran, aminopirolidin odorin, dan odorinol, syringaresinol dan beberapa turunan flavonoid telah berhasil diisolasi, namun senyawa-senyawa ini tidak aktif (Nugroho, 1999). c. OPT sasaran: hama ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) d. Cara aplikasi Daun muda dan ranting : Dari bahan tanaman segar, ekstrak serbuk ranting paling aktif kemudian berturut-turut diikuti oleh ekstrak serat ranting, daun muda, daun tua, dan terakhir ekstrak bunga. Ekstrak serbuk dan serat ranting segar serta ekstrak daun muda segar pada konsentrasi serendah 0,25 % mampu mengakibatkan kematian larva Crocidolomis binotalis sampai 100 %. Ekstrak bahan segar mengandung bahan aktif lebih banyak dibandingkan bahan kering, sehingga pengaruhnya lebih nyata dibanding ekstrak bahan kering. Pengeringan bahan tanaman selama 2 minggu mengakibatkan penurunan aktivitas ekstrak. Untuk bahan kering, urutan keefektifan ekstrak dari yang paling baik adalah : ekstrak serbuk ranting, serat ranting, bunga, daun tua dan daun muda. Kematian larva uji akibat perlakuan ekstrak bahan kering 8 kelima bagian tanaman pada konsentrasi 0,25 % berturut-turut 98,3 %, 30 %, 23,3 % dan 17,3 %. Dari hasil pengujian menggunakan ranting, (dengan diameter 2 - 5 mm) pada tujuh taraf konsentrasi diperoleh nilai LC 50 dan LC 95 terhadap larva instar II masing-masing 0,04 % dan 0,10 %. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ekstrak ranting memiliki aktivitas insektisida yang tinggi. Ekstrak ranting juga mengakibatkan penghambatan perkembangan pada larva (Prijono, 1999). Ekstrak daun A. angustifolia untuk pengendalian C. binotalis pada kubis dapat dilakukan sebagai berikut: daun dihaluskan lalu dicampur dengan pelarut etanol (fase etil asetat). Pada konsentrasi larutan 0,25 % (2,5 gram daun muda/ranting per liter air) dengan konsentrasi perlakuan 135 ppm mampu mengakibatkan kematian 100 % ulat kobis (Syahputra et al., 1999) Ekstrak biji Aglaia angustifolia dapat diperoleh dengan cara menumbuk atau menghancurkannnya, kemudian dicampur dengan air. Pada konsentrasi 10 % (100 gram biji per liter air) dapat menghambat perkembangan larva ulat krop (Syahputra, et al., 1999). Ekstrak biji jenis Pacar cina lainnya, A. harmsiana berpengaruh terhadap oviposisi (peletakan telur) dan reproduksi (perkembang biakan) ulat krop kubis (Kardinan, 2000). e. Manfaat lain Daun aglaia yang diekstrak dengan aseton dapat mengendalikan hama gudang Tribolium castaneum dengan nilai LC50 sebesar 1,52 % (b/v). Secara tradisional pacar cina dapat digunakan sebagai obat penghilang bau badan, diare, luka dan pendarahan yang berlebihan pada saat haid. Buah aglaia juga dapat digunakan sebagai obat gatal-gatal. 2. Bengkuang (Pachyrrhyzus erosus Urban), Famili Leguminosae a. Nama daerah : bengkowang, huwi hiris (sunda); bengkuang, besusu (jawa); bungkuang (aceh); bakuang, bangkuang (batak). Bengkuang merupakan tumbuhan semak semusim yang tumbuh membelit, berakar tunggang, berumbi dan dapat tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi (1 - 1000 m dpl.). Batang bulat, berambut dan berwarna hijau. Berdaun tunggal, bulat, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, tulang daun menyirip, permukaan berbulu, panjang 7-10 cm, lebar 5-9 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, letak di ketiak daun, tiap tangkai terdiri atas 2-4 kuntum, berwama ungu kebiruan. Buah polong, bentuk pipih dan berwarna hijau. Biji keras, 9 b. c. d. e. bentuk ginjal, berwarna kuning kotor. Perbanyakan tanaman menggunakan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan : biji yang mengandung rotenon yang merupakan racun penghambat operasional sel. Sasaran OPT: Croccidolomia binotalis, Aphis fabae, A. craccivora, Bombyx mori, Dysdercus megalopygus, Epilachna varivestis, Myzus persicae, Nezara viridula, Plutella xylostella, dan Spodoptera litura. Cara aplikasi Biji dan daun Biji dan daun dicuci, ditumbuk, ekstraknya diencerkan dengan air. Alkohol dan petrolium eter juga dapat digunakan sebagai pelarut. Aplikasi dilakukan dengan penghembusan atau penyemprotan ke bagian tanaman. Ekstrak biji bengkuang bersifat toksik terhadap larva ulat krop dengan LC50 : 11,48 %. Tingkat kematian terendah 13 % pada 4 hari setelah perlakuan dengan konsentrasi 12,5 % (125 gram per liter air) (Soekarto, et al., 1999). Manfaat lain : Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk mefindungi benih tanaman dari serangan hama gudang. Serangga yang teracuni akan mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut. 3. Selasih (Ocimum basilicum L., O. sanctum) Famili Labiatae a. Nama daerah Selasi (Sunda); selasih, telasih (Jawa); Amping, kukuru (Minahasa). b. Deskripsi tumbuhan Selasih dapat tumbuh di tempat lembab dan teduh pada ketinggian 450 - 1100 m dpl.. Selasih merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 30 - 150 cm dan berakar tunggang. Batang berkayu, berbentuk segi empat, beralur, bercabang, berbulu, dan berwarna hijau tua atau hijau tua kecoklatan. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, tulang daun menyirip, panjang I - 5 cm, lebar 6 - 30 mm dan berwarna hijau keunguan. Bunga majemuk, bentuk malai, berbulu, bertangkai pendek dan berwarna hijau tua. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat. Biji keras, berbentuk bulat telur, diameter 1 mm dan berwarna hitam. Perbanyakan tanaman melalui biji. Bagian tumbuhan yang digunakan : biji dan daun yang mengandung juvocimene yang bersifat sebagai pengganggu perkembangan serangga, selain juga mengandung metil eugenol yang bersifat sebagai atraktan. 10 c. OPT sasaran : ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis) d. Cara aplikasi Ekstrak biji selasih bersifat toksik terhadap larva ulat krop dalam waktu 48 jam setelah perlakuan dengan tingkat kematian mencapai 11,4 % (Susniahti, N., 1999). Untuk pemikat lalat buah, daun dihaluskan lalu dicampur dengan air. Hasil yang lebih efektif akan diperoleh apabila disuling terlebih dahulu sehingga akan diperoleh minyak atsirinya. e. Manfaat lain Secara tradisional selasih dimanfaatkan sebagai obat penawar racun dan peluruh air seni. 4. Mimba (Azadirachta indica L), a. Nama daerah : Nimba, imba (jawa); intaran, nimba (bali); membha (Madura) Mimba adalah tanaman asli daerah tropika Asia Tenggara. Tanaman ini tumbuh cepat dan tahan kering sehingga tanaman ini telah lama dibudidayakan di daerah kering di Asia, Afrika, dan Amerika Tengah sebagai somber kayu. Mimba yang dtumbuh di lahan kering dan tidak subur menghasilkan zat bioaktif yang lebih banyak daripada yang tumbuh di tanah subur. Mimba merupakan tanaman pohon dengan tinggi 10-15 m dan berakar tunggang. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, dan berwarna coklat. Daun majemuk, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal meruncing, tulang daun menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, letak di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 8-15 cm. Benang sari silindris dan berwarna putih kekuningan. Putik lonjong dan berwarna coklat muda. Buah berbentuk bulat telur berwarna hijau., berdiameter ± 1 cm dan berwarna putih. Mimba tumbuh baik di daerah panas, di ketinggian 1 - 700 m dpl. dan tahan cekaman air. Di daerah yang banyak hujan bagian vegetatif sangat subur, tetapi sulit untuk menghasilakn biji (generatif). Perbanyakan melalui biji. Mimba berbunga pertama kali pada umur 2-3 tahun dan berbuah pada umur 3-4 tahun. Umumnya tanaman mimba berbuah sekali setahun. Buah mimba dapat dirontokkan, dipetik, maupun ditarik dari dahandahannya. Buah mimba yang masak berwarna kuning, berbentuk oval, 11 berukuran ± 2 cm. Daging buah rasanya manis terdapat satu atau dua butir biji. b. Bagian tumbuhan yang digunakan : Biji dan daun Biji mengandung 25 senyawa limonoid dan daun mengandung 57 senyawa limonoid dengan zat bioaktif utama azadiracktin (C35H44016). Zat bioaktif ini bekerja sebagai zat penolak, pencegah nafsu makan, penghambat tumbuh, larvasida (untuk mengendalikan larva), bakterisida (mencegah aflatoksin), mitisida (obat kudis), virisida (mengendalikan virus mosaik pada tembakau), rodentisida, ovisida, spermatisida, fungisida, nematisida dan moluskisida. Bahan aktif ini terdapat di semua bagian tanaman, tetapi yang paling tinggi terdapat pada biji. Biji mengandung minyak 35-45%. Di samping itu kandungan senyawa kimia lainnya, ekstrak biji dan daun mimba terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol, dan lain-lain. Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok Tripernoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin (Kubo dan Klocke, 1981; Paropuro, 1989). Sinar matahari dapat menguraikan minyak mimba yang disemprotkan pada tanaman dalam waktu seminggu. Namun pengaruh sistemiknya dapat diperpanjang sampai lebih dari satu bulan dengan mengaplikasikan azadirachtin (senyawa aktif dari mimba) ke dalam tanah. Sifat penting azadirachtin adalah fitotiksisitasnya kecil atau tidak ada pada dosis efektif, tidak toksik untuk manusia dan vertebrata lainnya, daya kerja utama adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama. Kematian hama sebagai akibat perlakuan mimba terjadi pada pergantian instar-instar atau pada proses metamorfosis. Mimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Mimba juga berperan sebagai pemandul, mengganggu proses perkawinan, menghambat peletakan telur, dan dapat bekerja c. OPT sasaran Penghisap polong, Riptortus linearis pada tanaman kedelai, penyakit busuk daun/pangkal batang Phytophthora spp. pada berbagai tanaman hortikultura, penyakit antraknosa Colletotrichum spp. pada tanaman buncis. 12 Mimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hams dan mampu berperan sebagai fungisida, bakterisida, nematisida, serta moluskisida (anti keong-keongan). Jenis OPT utama yang dapat dikendalikan antara lain Pada tanaman hortikultura Ulat buah (cabai, tomat) Kutu daun (sayuran) Ulat daun kubis Ulat krop (kubis) Ulat tanah (sayuran) Pengorok daun (sayuran) Kutu kentang Kutu kebul (sayuran) Kutu (jeruk) : : : : : : : : : Rebah kecambah (sayuran) : Ulat grayak (sayuran) Nematoda Mediterranean fruit fly (buah-buahan) Layu fusarium (sayuran, buah-buahan) : : : Pada tanaman pangan Wereng coklat (padi) Wereng hijau (padi) Wereng zigzog (padi) Belalang kembara (padi, jagung, kedelai) Ulat grayak Helicoverpa armigera Aphid Pluttela xylostella Crocidolomia binotalis Agrotis spp. Liriomyza spp. Empoasca fabae Bemisia tabaci Panonychus citri, Planococcus citri Rhizoctonia solani, Sclerotium spp. Spodoptera spp. Meloidogyne spp. Ceratitis capitata : Fusarium oxysporum : : : : Nilaparvata lugens Nephotettix virressens Sogatella furcifera Lucusta migratoria : Spodoptera litura 13 Pada hama gudang Kumbang (kacang-kacangan) Kumbang beras Khapra beetle Lesser grain borer : Callosobruchus chinensis Corcyra cephalonica : Sitophilus oryzae : Trogoderma granarium : Rhizopertha dominica Tribolium sp. d. Cara aplikasi Setelah buah dipanen, daging buah yang masak sebaiknya dipisahkan dari bijinya dengan cara mencucinya. Pengeringan dan penyimpanan biji mimba dapat dilakuan dengan menjemurnya selama beberapa hari di bawah sinar matahari. Biji diratakan setipis mungkin. Proses pengeringan yang kurang sempurna akan menyebabkan biji terserang cendawan selama penyimpanan. Biji yang kering disimpan di tempat kering dalam wadah yang teraliri udara, misalnya karung goni atau keranjang. Wadah yang tidak tembus udara seperti kantong plastik kurang baik untuk menyimpan biji mimba. Pemrosesan biji mimba ♦ Untuk membuat larutan semprot 10 liter diperlukan campuran air 10 liter dan 500 gram biji mimba. Sebelum dicampur, biji ditumbuk lalu diaduk di dalam air dan dikocok dengan kuat. Campuran didiamkan paling sedikit 5 jam, atau sebaiknya satu malam, supaya senyawa mimba terlepas dari bijinya ke dalam larutan air. Ekstrak mimba dapat disemprotkan dengan menggunakan alat semprot, sebelumnya partikel-partikel biji mimba harus disaring dari larutan untuk mencegah penyumbatan nozle. Apabila tidak ada alat semprot, dapat menggunakan kuas jerami. Dalam hal ini larutan tidak perlu disaring. Kuas dicelupkan dalam larutan kemudian dipercikkan di atas tanaman sampai semua daun basah. Efek senyawa mimba berlangsung selama 3 - 6 hari. ♦ Untuk mengendalikan ulat buah (H. armigera) sebanyak 5 kg biji mimba ditumbuk dibungkus dalam kain/serbet kemudian direndam dalam satu ember air selama 12 jam. Mimba yang terbungkus dalam serbet diperas. Dalam wadah lain larutkan 10 gram deterjen dalam 1 liter air, kemudian campurkan dalam larutan mimba. Encerkan larutan dengan air sampai menjadi 100 liter larutan. Larutan tersebut juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga belalang, dan kematian belalang biasanya terjadi 2 - 3 hari kemudian 14 ♦ Sebagai repellent, 500 gram biji mimba dilarutkan dalam 100 liter air dapat melindungi tanaman 0,1 ha selama 2 minggu. ♦ Sebagai nematisida/fungisida pada terong. Di India dilaporkan bahwa dengan mencampurkan pelet mimba 1-2 ton/ha pada saat pengolahan tanah dapat mengendalikan tanaman terong dari serangan nematoda, penyakit bercak daun, dan penggerek buah. ♦ Untuk mengendalikan hama secara umum (Kardinan, 2000) Bahan : daun mimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 gram. Daun mimba, lengkuas, dan serai ditumbuk halus, kemudian diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan dengan 60 liter air kemudian semprotkan pada tanaman. ♦ Untuk mengendalikan hama pada bawang merah Bahan : daun mimba 1 kg, umbi gadung racun 2 bush, deterjen sedikit, air 20 gram. Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus. Selanjutnya seluruh bahan diaduk dengan 20 liter air dan diendapkan semalam. Keesokkan harinya larutan disaring. ♦ Untuk mengendalikan hama gudang Daun mimba ditumbuk sampai menjadi tepung/serbuk. Untuk 1 kg benih diperlukan 1 gram tepung daun mimba. Campurkan secara merata. Dengan perlakuan tersebut dapat melindungi benih dari serangga hama gudang sampai 6 bulan. Penggunaan tepung daun mimba dapat diterapkan pada biji-bijian untuk keperluan konsumsi karena relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan. e. Manfaat lain Selain sebagai bahan biopestisida, mimba juga berguna sebagai bahan sabun mandi, pasta gigi, obat-obatan, sayuran, pengganti pakan ternak, bahan bakar, dan sebagai tanaman hias. 5. Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr dan Perry) a. Nama daerah : Cengkeh Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk famili Myrtaceae. Tanaman ini mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan minyak pada bagian-bagian tersebut bervariasi jumlahnya namun kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada 15 bagian bunga. Komponen minyak cengkeh adalah eugenol, kariofilen, metil-n-amail keton, seskwiterpenol dan naftalene. b. Bagian tumbuhan yang digunakan : daun dan biji (bunga) yang mengandung minyak atsiri metil eugenol. c. OPT sasaran : Penyakit busuk daun/pangkal batang Phytophthora spp. pada berbagai tanaman hortikultura, hama lalat buah Dacus dorsalis, D. umbosus. Cara aplikasi Senyawa metil eugenol yang berfungsi sebagai menarik serangga (attractant) dibuat dari eugenol yang berasal dari tanaman cengkeh (daun, biji) melalui proses metilasi. Dalam aplikasi pengendalian lalat buah di lapangan, metil eugenol diteteskan pada kapas (0,5 ml), dan ditempatkan dalam suatu perangkap yang digantung pada ranting tanaman, ajir atau tiang panjat setinggi 1,5-2,0 meter dari permukaan tanah. Metil eugenol berperan sebagai umpan untuk menarik lalat buah jantan ke dalam perangkap dan lalat buah tersebut akan mati di dalam perangkap karena kelaparan dan kekeringan. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh PAU Ilmu Hayati ITB (1990 s.d. 1992) pada tanaman nangka dan mangga dengan perlakuan; konsentrasi metil eugenol murni (0,5 ml); metil eugenol (50 %) dengan pelarut minyak sereh dan kombinasi metil eugenol (0,5 ml) + 2 ml ekstrak Azadirachta indices 0,1 % dengan jarak perangkap 1, 10, 25 meter dari tanaman, menunjukkan bahwa pada jarak satu meter antara perangkap metil eugenol murni pada tanaman nangka dan mangga, jumlah lalat buah jantan yang terperangkap/hari untuk setiap perangkap mencapai rata-rata 56,33 ekor dibandingkan perangkap lain, akan tetapi pada jarak 10 meter jumlah lalat buah jantan yang terperangkap hanya mencapai rata-rata 26,33 ekor per perangkap/hari. Namun pada pengujian metil eugenol yang dikombinasikan dengan ekstrak Azadirachtin indices 1 % (insektisida alami) ternyata mempercepat kematian lalat buah jantan yang terperangkap, dibanding penggunaan metil eugenol murni. d. Manfaat lain Penggunaan cengkeh bervariasi diantaranya adalah sebagai pengawet bahan pangan, bahan pencampur industri rokok, dan sebagai bahan baku industri minyak wangi (parfum), obat-obatan (farmasi), bahan untuk membuat vanilin sintetis sebagai bahan peledak (Ketaren, 1985). 16 6. Buah Nona (Annona reticulta L.) Famili Annonaceae a. Buah nona dapat tumbuh di dataran rendah dan sedang. Tinggi tanaman berkisar antara 5-8 m, diameter daun kurang lebih 20 cm. Biji mulai tumbuh satu bulan setelah tanam. Ukuran tajuk dari tanaman berumur 2-3 tahun sekitar 4,5 m. Tanaman ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun, buahnya berdiameter 7-12 cm dengan berat sekitar 1 kg per buah. Tanaman produktif dapat menghasilkan 45 buah per musim. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji. Buah mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa annonain. b. OPT sasaran : serangga gudang Callosobruchus chinensis. c. Cara aplikasi • Untuk mengendalian hama gudang Callosobruchus chinensis Biji buah nona dihaluskan dengan blender, kemudian diekstraksi dengan diethyl ether dalam soxhlet pada temperatur 40o C selama 24 jam. Larutan ekstrak dituang ke dalam elenmeyer, dan tambahkan natrium sulfat seperlunya. Kemudian larutan tersebut didiamkan selama 24 jam. Larutan ekstrak disaring dengan kertas filter, dan diuapkan dengan evaporator. Dari serbuk biji ini akan diperoleh 44% ekstrak biji. Ekstrak biji dilarutkan dengan metanol, kemudian diulang sebanyak 3 kali. Hasil dari aplikasi 5, 10, dan 20 ug ekstrak biji per serangga dapat mematikan 45, 50, dan 100 % serangga uji setelah 24 jam aplikasi (Putra Budiman, 1994). 7. Sirsak, Soursoup (Annona muricata L.) Famili Annonaceae a. Nama daerah Deureujan (Aceh); tarutung olanda (Batak), durian batawi (Minang); jambu landa (Lampung); nangka walanda (Sunda); nangka landa, nangka sabrang, mulwa landa (Jawa); srikaya jawa (Bali). Sirsak dapat tumbuh hampir di semua tempat sampai ketinggian 900 m dpl. Sirsak merupakan pohan dengan tinggi dapat mencapai sekitar 8 m dan berakar tunggang. Batang berkayu, bulat dan bercabang. Daun tunggal, bulat telur atau lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang antara 6 - 18 cm, dan berwarna hijau kekuningan. Bunga tunggal terletak pada batang dan ranting, ukuran kelopak kecil, dan berwarna kuning keputihan atau kuning muda. Buah majemuk, bulat telur, panjang 15 - 35 cm, diameter 10 - 15 cm, dan berwarna hijau. Biji bulat telur, keras dan berwarna hitam. Perbanyakan dengan biji. 17 b. Bagian tumbuhan yang digunakan : daun dan biji. Berdasarkan informasi pakar dari Pusat Kajian PHT, 1PB (Djoko Prijono), tumbuhan ini tidak terlalu aktif. Namun, beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya mengandung minyak 42 - 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant. Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan bersifat asimisin, bulatacin, dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzin NADH - ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria. • Hama belalang dan hama-hama lainnya. Beberapa serangga hama juga dilaporkan efektif untuk dikendalikan dengan tanaman ini, al: Trips pada cabai, kutu daun kentang (Macrosiphum solanifolii), Kutu daun krisan (Macrosiphoniella sanborni), Kumbang merah (Aulocaphora faveicollis) pada labu kuning, wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng hijau (Nephotettix virescens) dan wereng zigzag (Sogatella furcifera) pada padi. c. Cara aplikasi : • Untuk mengendalian Thrips pada cabai Daun sirsak 50 - 100 lembar, deterjen atau sabun colek 16 g dan air 5 l. Daun sirsak ditumbuk halus lalu dicampur dengan deterjen dan 5 1 air dan setiap 1 1 larutan basil saringan diencerkan dengan 10-15 1 air. Larutan slap disemprotkan ke seluruh tanaman cabai. • Untuk mengendalian wereng padi Daun sirsak satu genggam, rimpang jeringau satu genggam, bawang putih 20 siung, deterjen 20 g, dan air 20 l. Daun sirsak, rimpang jeringau dan bawang putih ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan dicampur dengan deterjen kemudian direndam dalam 20 1 air selama 2 hari. Setiap liter larutan hasil saringan dapat diencerkan dengan 10 - 15 1 air. 8. Srikaya (Annona squamosa L.) Famili Annonaceae 18 a. Srikaya merupakan perdu tahunan atau berupa pohon kecil dengan tinggi 2-7 m. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis di tanah berbatu, kering, dan terkena cahaya matahari langsung. Srikaya dapat tumbuh pada ketinggian 1-800 m dpl. Daun tunggak, kaku, bertangkai, letak berselingan, bentuk elips memanjang, ujung tumpul, tepi rata, panjang 6 - 17 cm, lebar 2,5 - 7,5 cm dan berwarna hijau. Buah majemuk berbentuk bola dengan garis tengah 5-10 cm, permukaannya berbenjol-benjol, berwarna hijau, dan daging buahnya berwarna putih. Diantara daging buahnya terdapat biji berwarna hitam mengkilat jika sudah masak. Akar tunggang. Perbanyakan tanaman ini umumnya dengan biji. b. Bagian tumbuhan yang digunakan : biji. Kandungan/senyawa aktif : Senyawa aktif utama bersifat menekan nafsu makan (antifeedan) dan insektisida adalah asimisin dan squamosin (golongan acetogenin. Tumbuhan dari keluarga annonaceae mengandung alkaloid, karbohidrat, lemak (42-45 %), asam amino, protein, polifenol, minyak atsiri, terpen, dan senyawa-senyawa aromatik seperti tumbuhan pada umumnya. Senyawa-senyawa yang bersifat bioaktif dari kelompok tumbuhan annonaceae dikenal dengan acetogenin. Selain bijinya, bagian tanaman lain yang mengandung bahan aktif yang efektif sebagai biopestisida adalah buah mentah, daun, dan akar. Kandungan aktif bekerja sebegai racun kontak, racun perut, penolak (repellent), dan antifeedan. c. OPT sasaran : hama gudang Callosobruchus arlalis. d. Biji/kulit kayo dikeringkan, dikuliti, ditumbuk. Biji yang sudah berupa tepung direndam dengan pelarut aquades atau etanol dalam alat ekstraksi. Kemudian disaring. Untuk memperoleh ekstrak biji 4,5 1 diperlukan 7,5 kg biji. Ekstrak biji anona yang dibuat dengan eter atau petroleum eter dapat meningkatkan tingkat racunya sampai 50-1000 kali. e. Selain untuk ulat daun kubis, biji dan daun tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT antara lain : • Aphis gosypii, Epilachna varivestris, Aedes aegypti, Acalymma vittatum, dan Drosophila melanogaster. • Serbuk daun srikaya dilaporkan dapat digunakan untuk mengendalikan hama gudang • 1 % tepung srikaya yang dicampurkan dalam biji kacang hijau dapat mengendalikan hama gudang Callosobrochus analis, karena dapat menghambat proses peletakan telur. 19 9. Tembakau (Nicotiana tabacum Linn) a. Nama daerah : Tembakau (Bengkulu); bakong (Aceh); bako (Gayo, Sunda, Jaws); mbako, yimbako (Batak); bago, fanisa (Nias); tembaku (Lampung). b. Tembakau merupakan tanaman semak semusim, ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 1-1.200 m dpl. Batang berkayu, bulat berbulu, diameter sekitar 2 cm, dan warna hijau, daun tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 20-50 cm, dan lebar 5-30 cm. Tangkai daun panjang 1-2 cm dan berwarna hijau keputih-putihan. Bunga majemuk dan tumbuh di ujung batang. Kelopak bunga berbulu, pangkal berlekatan, dan ujung terbagi lima. Tangkai bunga berbulu dan berwarna hijau. Buah kotak, berbentuk bulat telur, berwarna hijau ketika masih muda, dan berwarna coklat, serta berakar tunggang. Perbanyakan dilakukan dengan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang. Umumnya yang digunakan adalah daunnya. Tembakau mengandung bahan aktif alkoloid seperti anabarine, anatobine, myosinine, nicotinoid, nicotelline, nicotine, nicotyrine, norcotine, piperidine. Secara umum tumbuhan ini dikenal karena kandungan nicotinenya. Konsentrasi nicotine tertinggi terdapat pada ranting dan tulang daun. c. OPT sasaran : Kutu, nematoda meloidagyrae incognitata, hama gudang seperti Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, nyamuk dan beberapa penyakit penting tanaman hortikultura d. Cara aplikasi Daun ditumbuk dan diekstraksi dengan aquades. Etanol dapat digunakan sebagai pelarut organik. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan atau penghembusan. Pada konsentrasi 1-2 % atau sekitar 10-20 g daun tembakau yang ditambah sekitar 0,1 % deterjen (1 - 2 cc deterjen cair atau 1- 2 g deterjen padat) diaduk dalam 1 liter air atau direbus, diendapkan semalam, dan siap digunakan sebagai biopestisida. Tepung daun tembakau juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama gudang ataupun digunakan secara dusting (pengebutan) di lapangan e. Manfaat lain Air perasan tembakau digunakan untuk membersihkan luka yang kotor (sebagai bahan atiseptik). Bijinya juga dapat digunakan sebagai minyak cat. 20 10. Mindi (Melia azedarach L.) Famili meliaceae a. Nama daerah : Grinnging, mindi (Jawa), renceh (Batak). b. Mindi berupa pohon, bercabang, dan tinggi dapat mencapai 20 m, tumbuh pada ketinggian 1-1.100 m dpl. Kulit batang berwarna coklat tua. Daun majemuk menyirip ganda, tumbuh berseling, dan panjang tiap tangkai berkisar 20 sampai 28 cm. Anak daun berbentuk bulat telur, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat atau tumpul, panjang 3-7 cm, lebar 1,5-3 cm, warna permukaan atas hijau tua dan permukaan bawah hijau muda. Bunga majemuk, bentuk malai, panjangnya 1-20 cm, dan keluar dari ketiak daun. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji. c. Bagian tumbuhan yang dapat digunakan adalah daun dan biji. Daun dan biji mindi mengandung/senyawa aktif meliacin (limonoid) yang juga beracun terhadap manusia. Mindi dapat digunakan dengan cara menghaluskan lalu mencampurnya dengan air atau pelarut lain seperti eter dan alkohol. Daun dapat menghambat susunan syaraf serangga dan mengganggu sistem repirasi/pernafasan serangga serta menolak serangga. d. OPT sasaran : Kutu, Myz-us persicae; belalang (semua jenis termasuk belalang kembara Locusta migratoria); nematode Meloidogyne penyakit bercak daun Helmintos sporium sp.; wereng batang coklat dan wereng daun padi, ulat grayak, Spodoptera litura; hama gudang seperti, Tribalium castaneum, dan sebagainya. Biji mindi dengan konsentrasi sekitar 5 % yang dilarutkan dalam air dan ditambah sedikit deterjen dapat digunakan sebagai insektisida. Sekitar 50 g daunnya yang direndam dalam satu liter air dengan sedikit deterjen dan diendapkan semalam dapat digunakan sebagai insektisida. Tepung daun atau biji pada konsentrasi 1-2 % dapat mengendalikan hama gudang. 11. Piretrum (Chrysanthemum cinerariafolium Trev.) Merupakan tumbuhan semak tinggi 20-70 cm, batang berkayu bulat, daun majemuk, panjang helai daun 6-15 cm, bunga majemuk, bentuk bonggol, mahkota melingkar putih, buah kotak bentuk jarum, warna kuning, perbanyakan dengan pemisahan anakan. Piretrum dapat untuk mengendalikan OPT hama gudang dengan konsentrasi 0,5% (membunuh) dengan menghambat peletakan dan penetasan telur (310 ppm). 21 Bagian tumbuhan yang digunakan bunga dalam bentuk tepung dengan menumbuk atau menggiling bunga piretrum mengandung bioaktif piretrin yang bekerja sebagai racun syaraf. Serangga terkena pirerin akan menunjukkan gejala kelumpuhan-kematian. Daya kerja piretrin berkorelasi negatip dengan suhu artinya makin rendah temperatur suatu daerah akan mengakibatkan daya racunnya meningkat. Piretrin yang ditanam di dataran tinggi (topografi tanah makin tinggi) kandungan bioaktifnya juga semakin banyak. 12. Babadotan (Ageratum conyzoides L) Merupakan tumbuhan herba setahun tinggi 30-90 cm, tumbh tegak batang bawah terbaring, batang buat berambut panjang dan bercabang, daun tunggal-bertangkai-bentuk bulat telur-tepi bergerigi-ujung runcing-pangkal membulat, panjang 3-4 cm-letak berhadapan bersilang-berwarna hijau. Dapat tumbuh sampai ketinggian 2100 m dpl, ladang tandus, padang rumput,pinggir jalan. Perbanyakan melalui biji dan bila batang menyentuh tanah akan keluar akar dan tumbuh. Bagian tumbuhan yang digunakan daun dengan menumbuk atau menggiling dicampur metanol 1%+tepung terigu, mengandung bioaktif saponin-flavanoid-polifenol-minyak atsiri bersifat kontak yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan larva menjadi pupa. 13. Bitung (Barringtonia acutangula BL) Merupakan tanaman tahunan, tingginya dapat mencapai 17 m, dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Bunganya dan daunnya yang indah/rindang menyebabkan tanaman ini juga digunakan sebagai tanaman hias. Hanya tumbuh di pantai yang berpasir dan berkarang. Bunga berambut putih dan kemerahan, buah berbentuk segi empat sebesar kepala orang dewasa. Bagian tumbuhan yang digunakan biji yang mengandung bioaktif saponin dan triterpenoids bersifat kontak sebagai racun perut. Biji dibuat dalam bentuk tepung dengan menumbuk atau menggiling eksrtak akan menghambat pertumbuhan larva Cricula trifenestrata menjadi pupa dan menghambat produksi telur 60 %. Tepung biji bitung dicampur tepung terigu 10% mampu menolak populasi serangga Sitophilus sp sampai 80%; serta membunuh sebesar 60%. 14. Jeringau (Acorus calamus L) Merupakan tumbuhan herba menahun tinggi 75 cm, hidup pada tempat lembab seperti rawa dan air pada semua ketinggian. Batang basah-pendek22 membentuk rimpang-warna putih kotor, daun tunggal-bentuk lanset-ujung runcing-tepi rata-panjang 60 cm-lebar 5 cm, warna hijau, bunga majemuk bentuk bonggol-ujung meruncing. Perbanyakan stek batang-rimpang-tunas yang muncul dari buku rimpang. Akar serabut. Bagian tumbuhan yang digunakan rimpang dalam bentuk tepung dengan dicincang-dikeringkan-ditumbuk serta minyak dengan mengekstrak rimpang, yang mengandung asarone 82%, koamenol 5% kolamen-metil eugenol. Sebagai penolak serangga (repelent), antifeedant (penurun nafsu makan), antifertilitas (pemandul), tepung untuk melindungi hasil panen digudang 1-2 kg dicampur 100 kg biji. Rimpang untuk mengendalikan kutu daun, rayap dan walang sangit. 15. Saga (Abrus precatorius L) Merupakan tumbuhan perdu memanjat dapat hidup 1-1.000 m dpl, batang kecil tinggi mencapai 2-5 m, tumbuh baik di daerah kering dan terlindung, bunga kecil mahkota kupu-kupu warna ungu muda, buah polong warna hjau-kuning bila masak buah menjadi kering berwarna hitam dan pecah sendiri. Polong berisi 3-6 butir. Biji berbentuk bulat lonjong-keras-warna merah mengkilap berbecak hitam yang dapat digunakan untuk perbanyakan. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah mengandung bioaktif tanin dan toksalbumin daya kerja seperti racun ular. Biji diubah dalam bentuk tepung dengan menumbuk atau menggilingnya. Biji saga bersifat racun bila tepungnya bersentuhan dengan luka pada OPT. Biji saga diekstrak dengan air atau aseton bersifat racun perut bagi serangga, ditambah tepung terigu konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus sp selama 3 bulan. 16. Serai wangi (Andropogon nardus L) Merupakan tumbuhan herba menahun jenis rumput-rumputan, tinggi 50100 cm, daun tunggal-berjumbai-panjang 1 m lebar 1,5 cm-tepi kasartajam-tulang daun sejajar-permukaan atas dan bawah berambut, batang tidak berkayu-beruas pendek-warna putih, bunga majemuk terletak dalam satu tangkai-warna putih, buah pipih warna putih kekuningan, biji bulat panjang warna coklat, akar serabut perbanyakan dengan pemisahan tunas dan anakan. Bagian tumbuhan yang digunakan batang dan daunnya dihaluskan lalu dicampur dengan pelarut mengandung bioaktif minyak atsiri. Campuran abu daun (mengandung 49% silika) dapat membunuh serangga hama gudang dan menghambat peletakan telur. Abu daun serai akan 23 menyebabkan luka pada kulit serangga yang menyebabkan serangga menerus kehilangan cairannya (desikasi) 17. Kamalakian (Croton tiglium Linn) Merupakan tumbuhan bentuk pohon, yang mampu berbunga setelah umur 15 bulan. Tanamn ini diperbanyak dengan biji berwarna coklat-keabuabuan bentuk persegi. Bagian tumbuhan yang digunakan biji dan kayunya, meskipun seluruh bagian tanaman utamanya biji terasa pedas. Ricinin merupakan bioaktif yang terdapat di tanaman ini. Penggunaan tanaman ini relatif, harus lebih hati-hati karena juga dapat berfungsi sebagai obat pencuci perut manusia (pencahar). Tanaman ini biasaanya dipakai sebagai racun ikan, kayunya dapat dibakar untuk mengusir hama karena dapat membuat radang mata, bioaktif ricinin sekitar 50%. Dapat dimanfatkan sebagai insektisida untuk berbagai jenis serangga karena hampir semua serangga hama dapat terusir bahkan mati akibat peradangan mata. 18. Suren (Toona sureni Merr) Merupakan pohon berkayu tinggi mencapai 20 m dapat tumbuh pada ketinggian 1-2.000 m dpl, kulit batang berbau tajam, perbanyakan dengan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan daunnya mengandung bioaktif surenonsurenin-surenolakton, kulit batangnya berbau tajam dapat berperan sebagai pengusir hama. Sebagian petani menancapkan daunnya dipinggiran sawah untuk menghalau walang sangit, ditumpang sari dengan sengon untuk menghindari hama kupu kuning (Eurema blanda), dapat menghambat pertumbuhan (growth inhibitor), dan penolak makan (antifeedant) yang diujikan pada aktivitas serangga Bombyx mori pada pohon pinus. 19. Daun Wangi (Melaleuca bracteata L) Merupakan pohon mencapai tinggi 12 m, batang berkayu bercabang banyak, daun tunggal-ujung dan pangkal runcing-tepi rata-warna hijau keputihan, bunga majemuk tumbuh diketiak daun, buah kotak-bentuk lonceng-diameter 6 mm warna putih kotor, akar tunggang, dapat tumbuh 24 1-1.500 m dpl makin tinggi kandungan aktif banyak, perbanyakan dengan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan daun mengandung metil eugenol (C12H14O2) hasil penyulingan 1,14% volume dari bahan. OPT yang dikendalikan : Pemikat hama lalat buah jantan (Bactrocera dorsalis), sehingga betina tidak dikawini, daun wangi : air = 1:10. Larutan diendapkan semalam lalu diperas, cara lain dengan penyulingan. Metil eugenol diberikan/diteteskan pada kapas yang diletakkan di dalam perangkap serangga, sebagai penarik serangga jantan. 20. Selasih Hijau (Ocimum tenuiflorum Linne ) Merupakan tumbuhan perdu-tegak-bercabang banyak tinggi 1-1,5 m, batang berkayu hijau kecoklatan-bercabang-beranting, daun bulat-tepi bergerigi-berbau tajam-pedas-hijau, daun mahkota warna keputihan, biji coklat. perbanyakan dengan pemisahan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan daun dan bunga yang mengandung bioaktif metil eugenol (C12H14O2). Daun selasih hijau mempunyai kandungan lebih sedikit dari selasih ungu, tetapi mempunyai kandungan eugenol sehingga bersifat fungisida (anti penyakit tanaman oleh cendawan). Selasih bekerja sebagai pemikat (attractant) hama lalat buah jantan jambu batu (Dacus spp.) sehingga betina tidak dikawini. Pemikat dibuat dengan cara yang sama seperti pada Melaleuca di atas, yaitu daun selasih : air = 1:1 diendapkan semalam lalu diperas; atau dengan cara lain yatiu dengan penyulingan. Minyak sulingan daun selasih mampu memikat lalat buah selama 1 bulan. 21. Trengguli (Cassia fistula L. ) Merupakan pohon tinggi mencapai 15 m, batang berkayu bulat-bercabang, daun majemuk, panjang helai daun 15-40 cm, bunga majemuk-menyirip genap-bulat telur-kuning-bertandan pada ketiak daun. Buah berpolongbulat panjang-warna coklat, biji bulat-warna coklat, akar tunggang perbanyakan dengan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan hanya bunganya yang diekstrak dan belum diketahui secara pasti persentase kandungan metil eugenol dari hasil penyulingan. OPT yang dikendalikan : Pemikat hama lalat buah jantan jambu batu (Dacus spp.) sehingga betina tidak dikawini, daun bunga trengguli : air = 1:1+sedikit deterjen larutan diendapkan semalam lalu diperas, atau dilakukan penyulingan terlebih dahulu untuk mendapatkan metal eugenolnya. 25 22. Gadung KB (Dioscorea composita L ) Merupakan tumbuhan herba merambat, hidup pada ketinggian 1-800 m dpl panjang sampai 10 m, batang lunak-bentuk segiempat-diameter 2-4 mm, membentuk umbi, daun tunggal-bentuk perisai, bunga majemukbentuk bulat pada ketiak daun-warna ungu, buah bentuk lonjongberdaging-diameter 2 cm coklat, akar serabut, perbanyakan dengan potongan umbi. Bagian tumbuhan yang digunakan umbi yang dilumatkan lalu dicampur dengan umpan, kandungan bioaktif berupa steroid. Keuntungan dengan umpan gadung KB karena menghindari terjadinya jera umpan (bait shyness) pada tikus, karena tidak menimbulkan kematian dan kelainan pada metabolisme tubuh - pencernaan. Umbi gadung dicampur pelet (dedak+tepung ikan) konsentrasi 10% mampu membuat mencit mandul sampai 90%. 23. Gadung Racun (Dioscorea hispida Denst ) Merupakan tumbuhan herba merambat, hidup pada ketinggian 1-800 m dpl panjang sampai 10 m, batang lunak-bentuk segiempat-diameter 2-4 mm, membentuk umbi, daun tunggal-bentuk perisai, bunga majemukbentuk bulat pada ketiak daun-warna kuning, buah bentuk lonjongberdaging-diameter 2 cm coklat, akar serabut, perbanyakan dengan potongan umbi. Bagian tumbuhan yang digunakan umbi yang dilumatkan lalu dicampur dengan umpan, kandungan bioaktif alkaloid. Bubuk kering umbi gadung yang diekstrak dengan etanol, mempunyai nilai LD50 sebesar 580 ppm untuk tikus putih jantan, dan 540 ppm tikus putih betina. Pengaruh umbi racun terhadap tikus dan babi yaitu menyebabkan muntah darah, sesak nafas, pusing dan kematian. 24. Tagari – Usar- (Dianella sp ) Merupakan tumbuhan herba menahun tinggi 75 cm dan berakar serabut, hidup pada tempat lembab seperti rawa hutan pada semua ketinggian. Batang basah-pendek-membentuk rimpang-warna kuning kotor, daun tunggal-bentuk lanset-ujung runcing-tepi rata-panjang 60 cm-lebar 5 cm warna hijau, bunga majemuk bentuk bonggol-ujung meruncing. Perbanyakan stek batang-rimpang-tunas yang muncul dari buku rimpang. Kandungan bioaktif alkaloid 5-20% banyak terdapat di bagian rimpang. 26 Bagian tumbuhan yang digunakan rimpang. Sebanyak 30 gram rimpang dicuci bersih lalu ditumbuk atau diblender, tambahkan air 50 ml peras hingga air kuning-kecoklatan keluar dicampur dengan beras 150 gram, rendam 24 jam rendaman beras ditiriskan-disaring. Beras kuning dikering anginkan selama 12 jam, setelah kering siap digunakan sebagai umpan tikus ladang, tikus rumah dan tikus sawah. 25. Tefrosia (Tephrosia vogelii Hook ) Merupakan tumbuhan perdu tahunan-tumbuh tegak-bercabang banyaktinggi 3-5 m dapat tumbuh pada ketinggian 300-1200 m dpl, tahan terhadap pemangkasan, berdaun lebat. Biji kecil-keras-warna hitam, akar tunggang, batang berkayu bulat, daun warna hijau, tanaman ini mudah dibudidayakan dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus, perbanyakan dengan biji. Selain sebagai moluskisida, daunnya juga dapat digunakan sebagai pupuk hijau (kompos). Bagian tumbuhan yang digunakan daun dengan menghaluskan lalu dicampur dengan air atau pelarut lain, bioaktif 5% rotenon yaitu tephrosin dan deguelin. Ekstrak daun tefrosia sangat beracun pada keong mas, konsentrasi 1% dalam air ditambah sedikit deterjen merupakan antifeedant terhadap hama penggerek polong kacang-kacangan. 26. Tuba (Derris eliptica (Roxb,) Benth ) Merupakan tumbuhan perdu memanjat dengan tinggi dapat mencapai 10 m, batang berkayu bulat-bercabang monopodial, daun majemuk, panjang helai daun 15-25 cm lebar 5-8 cm. Berbunga majemuk-bentuk tandanberambut-mahkota bentuk kupu-kupu ungu, buah polong, akar tunggang, dapat tumbuh 1-700 m dpl tumbuh liar semak-belukar-pinggiran sungai, perbanyakan dengan stek batang, saat panen terbaik pada umur 2 tahun. Bagian tumbuhan yang digunakan akar dalam bentuk segar dengan cara ditumbuk lalu diaduk dengan air, diiris-iris-dikeringkan-dibuat tepung, kandungan bioaktif rotenon (C23H22O6) sekitar 12 % pada akarnya bersifat racun kontak dan perut tidak sistemik dan mudah terurai oleh sinar matahari, mudah diekstrak dengan air atau eter. 10 cc ekstrak akar+0,1% deterjen sangat beracun pada jenis siput, dengan dosis 350 mg/kg berat badan (setara dengan 350 ppm) dapat mematikan 50% dari populasi mencit yang diuji (LD50). Rotenon bekerja sebagai racun syaraf dan mengganggu sistem metabolisme OPT sasaran, sehingga serangga yang teracuni akan mati kelaparan karena antara lain ia tidak akan dapat menggerakkan/kelumpuhan syaraf mulut. Pada konsentrasi 27 17,51 ppm ekstrak akar tuba merupakan LD50 untuk hama gudang C. analis. 27. Sembung (Blumea balsamifera (L) DC) Merupakan tumbuhan perdu-tumbuh tegak, tinggi mencapai 4 m, batang berambut halus, daun tunggal-tumbuh berseling, pangkal dan ujung daun lancip-pinggir bergerigi, panjang helai daun 8-40 cm lebar 2-20 cm permukaan atas kasar-bawah halus beludru, bunga majemuk-malai keluar dari di ujung cabang, buah sedikit melengkung panjang 1 mm, dan berakar tunggang, perbanyakan dengan biji, dapat tumbuh tanah berpasir ketinggian 1-2.200 m dpl banyak ditemui di kebun dan pekarangan petani. Bagian tumbuhan yang digunakan daun dengan jalan menghaluskan lalu mencampurnya dengan air atau pelarut lain, mengandung bioaktif borneol, sineol, limonen, dimetil eter floroasetofenon. Sembung dapat digunakan untuk mengendalikan hama keong mas, yaitu dengan konsentrasi 1% larutan daun sembung dalam air ditambah sedikit deterjen (± 0,1 % deterjen cair) mampu mematikan 50% keong mas mati. 28. Jambu Mete (Anacardium occidentale L) Merupakan pohon dengan tinggi mencapai 12 m, batang berkayu bulatbergetah, daun tunggal-bulat telur-pertulangan menyirip, bunga majemuk bentuk malai terletak diketiak daun dan diujung batang, buah sejati keras seperti ginjal buah semu merupakan tangkai buah yang membesarberdaging tebal-berair-berserabut-rasa sepet, biji bulat panjang, akar tunggang, perbanyakan dengan biji dan cangkokan dapat tumbuh pada ketinggian 1-600 m dpl. Bagian tumbuhan yang digunakan kulit buah semu dengan diekstrak menjadi 25% Cashew Nut Shell Liquid (CNSL). Kandungan bioaktif CNSL adalah 90% asam anakardat dan 10% kardol, yang dapat digunakan sebagai insektisida-bakterisida-fungisida. Populasi ulat jambu mete, Cricula trifenestrata dapat ditekan dengan mengaplikasikan CNSL 1-2 % yang diencerkan dengan aseton dan menghambat penetasan telurnya. 29. Lada – Sahang - (Piper nigrum L) Merupakan tanaman herba tahunan hidup pada ketinggian 1-600 m dpl dan tumbuh memanjat. Batang lada bebrentuk bulat-beruas-bercabangpunya akar pelekat, daun tunggal-bentuk bulat telur, dengan panjang helai daunnya antara 5 sampai 8 cm. Bunga majemuk-bentuk bulirmenggantung. Buah bulat, berwarna hijau saat muda menjadi merah saat 28 tua. Biji bulat warna putih kehitaman. Sistem perakarannya berupa akar tunggang, perbanyakan dengan stek batang. Bagian tumbuhan yang digunakan biji dengan menumbuk dan menghancurkan menjadi bentuk tepung atau ekstraksi biji bersifat kontak sebagai racun saraf serangga, menimbulkan gejala kelumpuhan-kematian, kandungan bioaktif alkaloid-methylpyrolie-piperovatine-chavincinepiperdine-piperine yang dapat berfungsi sebagai insektisida-fungisidanematisida, konsentrat lada dapat meningkatkan daya racun piretrin. Bubuk lada dapat digunakan untuk menanggulangi hama gudang, konsentrasi 0,5% ekstrak lada dapat bersifat toksik pada serangga hama tanaman. 30. Jarak (Ricinus communis L) Merupakan tumbuhan perdu setahun dapat tumbuh sampai 800 m dpl, dengan tinggi dapat mencapai 6 m. Batangnya bulat licin, beronggaberbuku-berwarna hijau-kemerahan, daunnya tunggal ujung meruncing tepi bergerigi warna hijau, bunga majemuk-warna kuning oranye, buah bulat-berduri lunak warna hijau berkumpul dalam tandan 3 ruangansetiap ruangan berisi 1 biji. Perbanyakan tanaman ini dengan biji. Semua bagian tumbuhan beracun untuk nematoda-cendawan-serangga kandungan bioaktif ricin 80-90% dan sisanya minyak castor. Dengan konsentrasi 10%, ekstrak daun jarak mematikan nematoda, bungkil jarak 0,1% pada tanah mengakibatkan kematian nematoda parasit Pratylenchus brachyurus 61% pada tanaman nilam. Ekstrak daun 50-100 gr dalam 1 liter air ditambah sabun cair diendapkan 1 malam, kemudian diperas dan disaring lalu disiramkan pada tanaman dapat untuk mengendalikan cendawan-nematoda-hama yang ada di dalam tanah. 31. Kecubung (Datura patula) Merupakan tumbuhan perdu tahunan hidup semua tingkat topografi, 0,5-2 m, batang berkayu bulat dan bercabang, daun berhadapan bulat telur, bunga tunggal berbentuk terompet, buah kotak berbentuk bulat berduri, biji banyak kecil-kecil berwarna coklat tua. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun dan bijinya yang mengandung bioaktif scopolamine 80%, hyoscyamine 15%, alkaloid 0,5%. Bahan bioaktif yang terkandung di dalam tanaman ini dapat berfungsi sebagai racun serangga-penolak atau pengusir serangga, racun tikus dan antivirus (antiviral) 29 Remasan daun kecubung mengakibatkan kematian mencit percobaan (Mus musculus), tumbukan biji kecubung menjadi racun kontak hama daun kelapa (Brontispa longissima). 30 IV. BEBERAPA FORMULA BIOPESTISIDA YANG BANYAK DIGUNAKAN 1. Mengendalikan Hama secara Umum Bahan: • Daun Mimba : 8 kg • Lengkuas : 6 kg • Serai : 6 kg • Diterjen/Sabun Colek : 20 kg • Air : 80 liter Cara membuat • Daun mimba, lengkuas dan serai ditumbuk halus dicampur dengan diterjen/sabun colek • Tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. • Direndam selama 24 jam kemudian saring dengan kain halus. • Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air. Aplikasi : larutan akhir sebanyak 60 liter disemprotkan pada tanaman untuk luasan 1 hektar. 2. Untuk Mengendalikan Hama Trips pada Cabai Bahan • Daun Sirsak 50 - 100 lembar. • Deterjen/Sabun Colek 15 gr. • Air 5 liter. Cara membuat • Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air. • Direndam selama 24 jam, saring dengan kain halus. • Setiap liter Iarutan dapat diencerkan dengan 10 - 15 liter air. Aplikasi : semprotkan larutan tersebut pada seluruh bagian tanaman yang ada hamanya. 31 3. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat. Bahan • Daun Sirsak 50 lembar. • Daun Tembakau satu genggam. • Deterjen/Sabun Colek 20 gr. • Air 20 liter. Cara membuat • Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus. • Tambahkan deterjen/ sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam. • Saring dengan kain halus dan diencerkan dengan 50 - 60 liter air. Aplikasi : dengan cara disemprotkan. 4. Ramuan untuk Mengendalikan" Hama Wereng Coklat, Penggerek Batang dan Mematoda. Bahan: • Biji Mimba 50 gr. • Alkohol 10 cc. • Air 1 liter. Cara membuat • Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, encerkan dengan 1 liter air, • endapkan selama 24 jam, saring. Aplikasi : disemprotkan pada tanaman/serangga hama. 5. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah. Bahan: • Daun Mimba 1 kg. • Umbi Gadung Racun 2 buah. • Deterjen/Sabun Colek sedikit. • Air 20 liter. Cara membuat • Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus, ditambah deterjen/sabun colek aduk • dengan 20 liter air, endapkan 24 jam, saring. Aplikasi : dan dapat disemprotkan pada tanaman. 32 6. Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah Bahan • Limbah daun tembakau 200 kg. Cara membuat • Dihancurkan/ditumbuk dihaluskan, Aplikasi : ditaburkan bersama pemupukan untuk 1 hektar. Limbah dan tembakau itu baik untuk mengendalikan penyakit karena jamur, bakteri dan mematoda. 7. Ramuan untuk Mengendalikan Tikus. Bahan • Umbi Gadung Racun 1 kg. • Dedak padi. 10 kg. • Tepung ikan 1 ons. • Kemiri sedikit. • Air sedikit. Cara membuat • Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air dibuat pelet. Aplikasi : Sebarkan pelet dipematang sawah tempat tikus bersarang. 33 DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1994. Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Hortikultura, Direktorat Perlindungan Tanaman, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Soehardjan, M. 1998. Konsepsi dan Strategis dan Pengembangan Pestisida Nabati. Kumpulan Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Botani, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kardinan, A. 2000. Pestisida nabati. Ramuan dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya 80 pp. Prijono, D. 1994. Pedoman praktikum teknik pemanfaatan Insektisida Botanis. Bogor Jurusan Hama dan Penyakit, IPB. 34 Tabel Lampiran 1. Daftar Nama Biopestisida. No Tanaman Yang Digunakan Sebagai Nama Daerah Nama Latin Target sasaran 1. Pacar Cina Aglaia adorata L., A. angustifolia ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.) 2. Bengkuang Pachyrrhyzus erosus Urban Croccidolomia binotalis, Aphis fabae, A. craccivora, Bombyx mori, Dysdercus megalopygus, Epilachna varivestis, Myzus persicae, Nezara viridula, Plutella xylostella, dan Spodoptera litura 3. Selasih Ocimum basilicum L., O. sanctum ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis) 4. Mimba Azadirachta indica L Ulat buah (Helicoverpa armigera), Kutu daun (Aphid), Ulat daun (Pluttela xylostella) 5. Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Phytophthora spp., lalat buah Dacus dorsalis, D. umbosus. 6. Buah Nona Annona reticulta L serangga gudang Callosobruchus chinensis 7. Sirsak, Soursoup Annona muricata L.) Thrips 8. Srikaya Annona squamosa L Aphis gosypii, Epilachna varivestris, Aedes aegypti, Acalymma vittatum, dan Drosophila melanogaster. 9. Tembakau Nicotiana tabacum Linn meloidagyrae incognitata, Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum. 10. Mindi Melia azedarach L Kutu, Myz-us persicae; belalang (semua jenis termasuk belalang kembara Locusta migratoria); nematode Meloidogyne penyakit bercak daun Helmintos sporium sp. 11. Piretrum Chrysanthemum cinerariafolium Trev. hama gudang 12. Babadotan Ageratum conyzoides L menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa. 13. Bitung Barringtonia acutangula BL menghambat pertumbuhan larva Cricula trifenestrata menjadi pupa 14. Jeringau Acorus calamus L penolak serangga (repelent), antifeedant (penurun nafsu makan), antifertilitas (pemandul) 35 15. Saga Abrus precatorius L hama gudang Sitophilus sp 16. Serai wangi Andropogon nardus L hama gudang 17. Kamalakian Croton tiglium Linn berbagai jenis serangga 18. Suren Toona sureni Merr kupu kuning (Eurema blanda), menghambat pertumbuhan (growth inhibitor), dan penolak makan (antifeedant) 19. Daun Wangi Melaleuca bracteata L lalat buah jantan (Bactrocera dorsalis), 20. Selasih Hijau Ocimum tenuiflorum Linne hama lalat buah jantan 21. Trengguli Cassia fistula L lalat buah jantan jambu batu (Dacus spp.) 22. Gadung KB Dioscorea composita L tikus 23. Gadung Racun Dioscorea hispida Denst tikus 24. Tagari – Usar- Dianella sp tikus 25. Tefrosia Tephrosia vogelii Hook keong mas, antifeedant terhadap hama penggerek polong kacang-kacangan 26. Tuba Derris eliptica (Roxb hama gudang C. analis. 27. Sembung Blumea balsamifera (L) keong mas 28. Jambu Mete Anacardium occidentale L Cricula trifenestrata 29. Lada – Sahang Piper nigrum L hama gudang 30. Jarak Ricinus communis L nematoda parasit Pratylenchus brachyurus 31. Kecubung Datura patula hama daun kelapa (Brontispa longissima) 36