Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
12 pages
1 file
Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian, pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Masalah keamanan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting, karena dengan terwujudnya keamanan dan keselamatan kerja bearti dapat menekan biaya operasional pekerjaan. Apabila dalam melaksanakan pekerjaan terjadi kecelakaaan, maka akan bertambah biaya pengeluaran, yang pada akhirnya mengurangi keuntungan perusahaan. Dalam kasus kecelakan yang berat, kerugian yang ditimbulkan tidak hanya menyangkut aspek financial dana, tetapi yang menyebabkan cacat pada pekerja bahkan mungkin meninggal dunia. Keselamatan kerja sebenarnya sudah diupayakan oleh manusia sudah sejak lama. Dalam melaksanakan pekerjaan, secara tidak sengaja dalam keadaan sadar atau tidak sadar, manusia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cidera bahkan mungkin sampai merenggut nyawa. Dari kenyataan tersebut, manusia berusaha untuk tidak mengalami kecelakaan atau kejadian serupa tidak akan terulang lagi. Tentunya cara-cara yang diterapkan pada jaman dahulu, berbeda dengan yang diterapkan sekarang. Yang jelas upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki peralatan kerja dan cara system kerjanya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Jurnal SPIRITS Vol.4, No.2, Mei 2014, 2014
When employees work, there must be expected by employees. That expectation is the fulfillment of job satisfaction. By the fulfilled of job satisfaction, employees will emerge organizational citizenship behavior. The companies in the beginning need to fulfill employees job satisfaction. But if the job satisfaction of employees is fulfilled, then the companies also feel its benefit, because employees will show organizational citizenship behavior. Therefore, this study will test the relationship between job satisfaction and organizational citizenship behavior on employees. Data collection was conducted at PT. Bali Tourism Development, PO Box 3, 80363 Nusa Dua, Bali in June 2011. The subjects of this study are 50 employees. The reliability score of Job Satisfaction Scale is 0,906 and the reliability score of Organizational Citizenship Behavior scale is 0,965. The normality score of job satisfaction variable is 0.867 and the normality score of Organizational Citizenship Behavior is 0.245. Job satisfaction and organizational citizenship behavioral is linear because its probability score is 0.052. From correlation score is 0,287 and probability score is 0.043, it indicates that there is a relationship between job satisfaction and organizational citizenship behavior. The coefficient of determination is 0.08. From the result of this study is expected to contribute to the sciences such as Industrial Organizational Psychology, Organizational Behavior, Human Resource Management and Industrial Relation and also practically to the sustainability of the company as an employer and employee as workers.
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengem-bangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan. Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diseleng-garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
2021
ABSTRAKSI Bekerja di daerah bencana atau paska bencana (termasuk konflik bersenjata) bagi sukarelawan dan pekerja kemanusiaan merupakan kondisi yang penuh dengan ketidakamanan. Oleh karenanya perlu dipastikan oleh Lembaga Kemanusiaan tempat mereka berkhidmat dapat memastikan terjaminnya keamanan, keselamatan dan kesehatan para sukarelawan dan pekerja kemanusiaannya. Membuat kondisi kerja yang aman, selamat dan sehat memerlukan sebuah manajemen pengelolaan risiko, manajemen pengelolaan risiko dapat menggunakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Manajemen ini dapat berjalan dengan baik dan membuahkan hasil zero accident bila seluruh komponen terlibat, mulai dari manjemen sampai sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dan juga penyuplai, kontraktor dan donatur. Dalam penerapan sistem manajemen K3 dalam operasi kemanusiaan diperlukan sebuah panduan yang kebetulan masih tergolong langka. Oleh karenanyalah buku ini hadir untuk membantu pengelola, sukarelawan dan pekerja kemanusiaan dalam menerapkan K3. ABSTRACT Working in disaster or post-disaster areas (including armed conflict) for volunteers and humanitarian workers is a condition full of insecurity. Therefore, it is necessary to ensure that the Humanitarian Institution where they serve can ensure the security, safety and health of the volunteers and humanitarian workers. Creating safe, secure and healthy working conditions requires a risk management; risk management can use an occupational health and safety management system (K3/OSH). This management can run well and produce zero accident results if all components are involved, from management to volunteers and humanitarian workers as well as suppliers, contractors and donors. In implementing the OHS management system in humanitarian operations, a guide is needed which incidentally is still relatively rare. Therefore, this book is here to assist managers, volunteers and humanitarian workers in implementing OSH.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.docx
Sophie Ayuning Rahma, 2022
Mining is an industry that processes natural resources by processing mining products to produce final products that humans need. So, mining materials are one of the important symbols in the world today where natural resources are number one in Indonesia and even in the world along with developments. One of the characteristics of the mining industry is that it is capital intensive, technology intensive and has a high risk. One of the main risks of mining is neglecting OHS implementation. If K3 is not implemented properly it will be very detrimental to the community, not only causing financial losses but also losing everything if employees experience work accidents that lead to death. For this reason, it is necessary to implement mining OHS to ensure trouble-free operations and prevent occupational accidents, hazardous events and occupational diseases.
Academia Biology, 2023
In this article, we investigate the propagation of an intrinsic (not environmental) perturbation along the DNA chain. In particular, the conditions were sought so that a perturbation, in addition to moving in a coherent and complete manner, remained enclosed within a DNA fragment for a life time similar to those of biological interest of hundreds of picoseconds or in the time scale of nanoseconds. The conditions of closure of these pieces of DNA and the conditions of prolongation of the life time of the perturbation have allowed us to introduce the concept of time-island for the base-pairs sequences with these characteristics. The amount of such time-islands in human chromosomes and their coding parts has been calculated, and their uneven distribution has been highlighted. Finally, we study pieces of DNA made up of numerous replicas, as in the Huntington’s disease. These systems with a number of replicas of the tens of units are, in fact, time-islands, albeit different from the simple ones already studied. By increasing the number of replicas, however, these time-islands tend to disappear because the coherence of the movement of the perturbation within them is lost. In this perspective, Huntington’s disease, and other similar diseases, could be interpreted as the loss of a time-island.
Middle East Studies Association Bulletin, 1988
Rivista Internazionale di Filosofia e Psicologia, 2015
Jota - Penal em Foco, 2019
Geophysical Prospecting, 2015
An Nabighoh: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa Arab, 2018
Advances in Manufacturing, 2014
Revista Eureka sobre enseñanza y divulgación de las ciencias, 2013
Future Internet, 2022
Metaphysical Postulates in Kenyan Education System: Are Learners Imbued with What Is Desirable?, 2024
Journal of Clinical Microbiology, 2008