1.6.2 Analisa Grafik
Hubungan antara NR dengan f
Untuk aliran laminar :
Untuk aliran laminer grafik terbentuk dengan menghubungkan titik 1,2,3,4,5.
Hubungan yang dilanjutkan / ditujukan terbentuk kurva terbuka ke atas.
Semakin kecil faktor gesekan (f), maka semakin besar bilangan Reynold (NR). Keadaan ini berlaku untuk aliran laminer. Hubungan (NR) dengan (f) berbanding terbalik.
Untuk aliran turbulen :
Untuk aliran turbulen grafik terbentuk dengan menghubungkan langsung titik 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7.
Pada aliran Turbulen ini grafik berbentuk kurva terbuka ke atas.
Semakin kecil faktor gesekan (f), maka semakin besar bilangan Reynolds (NR). Hubungan (NR) dengan (f) berbanding terbalik.
Kesimpulan dan Saran
1.7.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan Osborne Reynold dapat dibuktikan batasan-batasan bilangan Reynolds sebagai identifikasi jenis-jenis aliran, secara teoritis sesuai dengan hasil pengamatan langsung yaitu :
Untuk laminer NR yang diperoleh adalah 230,76 – 1217,43 sesuai dengan syarat NR< 2000 untuk aliran laminer
Untuk aliran transisi NR yang diperoleh adalah 2008,53 – 2521,87 sesuai dengan syarat untuk aliran transisi yaitu 2000 ≤ NR ≤ 4000.
Untuk aliran turbulen NR yang diperoleh adalah 4361,16 – 11931,89 sesuai dengan syarat untuk aliran turbulen yaitu NR> 4000
Dari hasil percobaan dan perhitungan di dapat koefisien gesek (f) :
Untuk aliran laminar, nilai koefisien gesek (f) adalah 0,2773; 0,2288; 0,2168; 0,0985; 0,0526.
Untuk aliran transisi, koefisien gesek 0,038 didapatkan dengan menghubungkan grafik aliran laminer dengan grafik aliran turbulen.
Untuk aliran turbulen, nilai koefisien gesek f adalah 0,0389; 0,0374; 0,0353; 0,0344; 0,0336; 0,0326; 0,0302.
Pengamatan secara visual
Untuk aliran laminer, aliran tinta meluncur ke bawah secara tegak lurus, aliran tenang dan teratur.
Untuk aliran transisi, aliran tinta yang meluncur kurang teratur, aliran transisi juga merupakan peralihan antara Laminar dan Turbulen.
Untuk aliran turbulen, aliran tinta yang meluncur beraliran keras karena debit yang semakin besar serta alirannya tidak teratur.
Saran
pengaturan debit sebaiknya dilakukan dengan teliti sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara laminer, turbulen, dan transisi.
Air pada bak hendaknya senantiasa dibuang untuk dibersihkan agar tidak bercampur dengan tinta yang telah digunakan
Ketelitian sangatlah diperlukan dalam memperoleh data yang akurat, untuk itu dibutuhkan kerja sama yang baik dalam suatu kelompok.
Hendaknya selalu berkonsultasi dengan asisten yang mendampingi jika kesulitan.
Ketelitian dalam pengukuran dan pembacaan waktu harus tepat agar tidak ada kesalahan dalam pengambilan data.
Mempelajari modul yang diberikan terhadap tiap kelompok sehingga pada saat praktikum tidak ada kekeliruan disaat melakukan prosedur pekerjaan.
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita mengecek jarum agar tidak keluar dari mulut bellmouth.
2.6.2 Analisa Grafik
A. Kondisi benda terbenam sebagian
1. Hubungan antara h dan F
- Grafik dibentuk dengan menghubungkan titik 2,4 dan 5 titik 1 dan 3 di regresi
- Grafik berbentuk kurva terbuka kebawah.
- Semakin tinggi muka air (h) maka semakin besar pula gaya hidrostatik (F) atau nilai (h) berbanding lurus dengan nilai F.
2. Hubungan antara (h) dan (Y) eksperimen
- Grafik dibentuk dengan menghubungkan titik 1, 3 dan 5 serta meregresi titik 2 dan 4.
- Grafik berbentuk kurva terbuka kebawah.
- Semakin tinggi muka air (h) semakin kecil jarak pusat garis kerja (Y) atau nilai (h) berbanding lurus dengan Y.
3. Hubungan antara (h) dan (Y) teori
- Grafik dibentuk dengan menghubungkan titik 1,3 dan 5 serta meregresi titik 2 dan 4
- Grafik berbentuk kurva terbuka kebawah.
- Semakin tinggi muka air (h) semakin kecil jarak pusat garis kerja (Y) atau nilai (h) berbanding lurus dengan Y.
Kondisi benda terbenam seluruhnya
1. Hubungan antara (h) dan (F)
- Grafik dibentuk dengan menghubungkan titik 1, 2 dan 3 serta meregresi titik 4 dan 5.
- Grafik berbentuk kurva terbuka kebawah
- Semakin tinggi muka air (h) maka semakin besar pula gaya hidrostatik (F) atau nilai (h) berbanding lurus dengan nilai F.
2. Hubungan antara (h) dan (Y) eksperimen
- Grafik dibentuk dengan menghubungkan titik 1,2 4, dan meregresi titik 3 dan 5.
- Grafik berbentuk kurva garis Terbuka ke atas
- Semakin tinggi muka air (h) semakin kecil jarak pusat garis kerja (Y) atau nilai (h) berbanding terbalik dengan Y.
3. Hubungan antara (h) dan (Y) teori
- Grafik dibentuk dengan menghubungkan titik 1, 4 ,5 dan meregresi titik 2 , 3.
- Grafik berbentuk kurva Terbuka ke atas
- Semakin besar muka air (h) semakin kecil jarak pusat garis kerja (Y) atau nilai (h) berbanding terbalik dengan Y.
2.7 Kesimpulan dan Saran
2.7.1 Kesimpulan
Semua benda terbenam dalam zat cair baik terbenam sebagian maupun terbenam seluruhnya maka permukaan benda itu akan menerima gaya dari segala arah, gaya tersebut dinamakan gaya hidrostatik.
Kondisi terbenam sebagian = 0.7752 N – 2.0608 N.
Kondisi terbenam seluruhnya = 4.2498 – 4.6896 N.
Besarnya gaya hidrostatis dipengaruhi oleh massa benda yang diberikan
Semakin besar gaya hidrostatis (F) yang bekerja maka semakin kecil nilai Yeksperimen dan Yteori
Jarak pusat garis kerja resultan gaya Y juga dipengaruhi oleh besarnya gaya hidrostatik yang bekerja.
2.7.2 Saran
Sebelum melakukan pekerjaan alat tersebut terlebih dahulu harus dikalibrasi agar disaat pembacaan tidak keliru.
Dalam pembacaan berat benda maupun tinggi permukaan benda yang terbenam dalam air harus secermat mungkin, agar data yang diperoleh akurat.
Pada saat pengisisan air diusahakan agar air tidak mengenai benda uji.
Sebelum pembacaan posisi skala harus dalam keadaan seimbang.
Ketelitian dalam penggunaan dan pembacaan alat agar tetap diutamakan.
Memperhatikan air yang dituang kedalam alat percobaan hidrostatik, jangan sampai lengan penyeimbang melewati garis penyeimbang.
Dalam pengisian data harus jelas dan rapi, agar dalam perhitungan didapatkan hasil yang akurat.
3.5.3 Analisa Tabel
Semakin tinggi air yang ada di dalam tabung (h) maka cenderung semakin kecil nilai y (jarak vertikal).
Pada percobaan aliran lewat lubang ,semakin tinggi air dalam tabung (h) semakin tinggi pula debit aliran (Q).
Semakin tinggi nilai h, maka :
Nilai (Cv) cenderung semakin besar (berbanding lurus),
Nilai (Cc) cenderung semakin kecil untuk jarum 2 sedangkan pada jarum 4 nilai (Cc) cenderung semakin naik.(berbanding terbalik)
Berdasarkan table dapat dilihat bahwa dengan semakin bertambah ketinggian (h) maka (cv) dan (cd) semakin besar.
Kesimpulan dan Saran
3.6.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan nilai koefisien debit (Cd) berkisar antara :
Jarum 2 = 0,950 – 1,023
Jarum 4 = 0,950 – 1,023
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan nilai koefisien kecepatan (Cv) pada hasil perhitungan sesuai teori dimana nilai Cv < 1. Kecuali pada data percobaan ke-2, terdapat kesalahan saat melakukan percobaan sehingga data yang di peroleh menjadi tidak sesuai teori.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan nilai koefisien kontraksi (Cc) pada hasil perhitungan tidak sesuai teori dimana nilai Cc > 1. Kecuali pada data percobaan ke-2, terdapat kesalahan saat melakukan percobaan sehingga data yang di peroleh menjadi tidak sesuai teori.
Berdasarkan percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya nilai koefisien debit (Cd) pada aliran lewat lubang dipengaruhi oleh suatu faktor yaitu volume (V). Semakin besar volume, maka nilai koefisien debit akan semakin besar.
Saran
Sebaiknya pengambilan volume air disesuaikan dengan tinggi muka air (h) agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan debit air (Q).
Untuk melakukan praktikum, kepada pelaksanaan praktikum diharapkan agar benar-benar teliti dalam menentukan jarak (y).
Saat pengambilan volume air, jarak harus benar-benar tepat
Dalam pengamatan tinggi pancaran (y) sebaiknya lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan koefisien kecepatan..
4.6.2 Analisa Grafik
1. Untuk Pipa Licin
a. Grafik hubungan antara Q versus hf hitung
Grafik hubungan antara Q versus hf hitung diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 3 dan 5 serta meregresi titik 2,4.
Grafik hubungan antara Q versus hf hitung berbentuk kurva terbuka keatas.
Grafik hubungan antara Q versus hf hitung adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula hf hitung.
b. Grafik hubungan antara Q versus hf hukur
Grafik hubungan antara Q versus hf ukur diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,4,5 serta meregresi titik 2 dan 3
Grafik hubungan antara Q versus hf ukur berbentuk kurva terbuka ke bawah.
Grafik hubungan antara Q versus hf ukur adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula hf ukur.
2. Untuk Pipa Kasar
a. Grafik hubungan antara Q versus hf hitung
Grafik hubungan antara Q versus hf hitung diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,4 dan 5 serta meregresi titik 2,3.
Grafik hubungan antara Q versus hf hitung berbentuk kurva terbuka kebawah.
Grafik hubungan antara Q versus hf hitung adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula hf hitung.
b. Grafik hubungan antara Q versus hf ukur
Grafik hubungan antara Q versus hf ukur diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 3, dan 5 serta meregrasi titik 2 dan 4.
Grafik hubungan antara Q versus hf ukur berbentuk kurva terbuka ke atas.
Grafik hubungan antara Q versus hf ukur adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula hf ukur.
4.7 Kesimpulan dan Saran
4.7.1 Kesimpulan
1. Besarnya kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada pipa disebabkan oleh:
Penampang, baik pipa kasar dan pipa Licin.
Percepatan Gravitasi.
Panjang dan Kecepatan Aliran.
2. Tingkat kekasaran tiap pipa berbeda dimana tingkat kekasaran pipa kasar lebih tinggi dari pipa licin. Harga f berbeda untuk setiap jenis aliran dan tingkat kekasaran. Untuk pipa licin harga f berkisar antara 0,02400 – 0,01657 dan untuk pipa kasar harga f sebesar 0,08000
3. NR yang didapat melalui percobaan ini berkisar antara 30031,73 – 132206,06 untuk pipa licin dan 3305,44 – 118177,93 untuk pipa kasar.
4.7.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, kita harus mengkalibrasi alat dengan baik agar data yang diperoleh lebih akurat.
Dalam melakukan praktikum diharapkan para peserta praktikum membaca dan melakukan dengan benar sesuai prosedur percobaan
Untuk menentukan waktu diharapkan stopwatch yang dipakai serasi dengan yang lain agar tidak terjadi perbedaan waktu yang jauh
5.6.2 Analisa Grafik
a. Grafik Hubungan antara Q versus hc ukur :
Grafik Hubungan antara Q versus hc ukur diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,3,5 serta meregresi titik 2 dan 4.
Grafik hubungan antara Q versus hc ukur berbentuk kurva terbuka ke bawah.
Grafik hubungan antara Q versus hc ukur adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai hc ukur.
b. Grafik hubungan antara Q versus hc hitung :
Grafik Hubungan antara Q versus hc hitung diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 2, 4 dan titik 3 di regresi serta titik 5 di abaikan.
Grafik hubungan antara Q versus hc hitung berbentuk kurva terbuka ke atas.
Grafik hubungan antara Q versus hc hitung adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai hc hitung.
5.7 Kesimpulan dan Saran
5.7.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan, hc ukur memiliki nilai yang sangat jauh dengan hc hitung yaitu untuk h cukur berkisar antara 1,867 – 3,445 dan untuk hc hitung berkisar antara 0.016 – 0.119
Besarnya Kehilangan tinggi tekan dipengaruhi oleh :
Kecepatan.
Kehilangan tinggi tekan dengan kecepatan berbanding lurus dimana semakin cepat fluida yang melewati pipa maka semakin tinggi kehilangan tinggi tekan yang terjadi.
Besarnya debit aliran.
Debit aliran berbanding lurus dengan kecepatan semakin tinggi debit maka semakin tinggi pula kecepatan.
Waktu yang dibutuhkan.
Waktu berbanding terbalik dengan debit aliran semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin rendah debit yang mengalir
Diameter pipa yang dilalui.
Diameter pipa berbanding terbalik dengan kecepatan dimana semakin besar diameter maka semakin rendah kecepatan.
5.7.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan mengeluarkan gelembung udara pada pipa.
2. Pada saat pengukuran waktu dengan stopwatch harus dilakukan dengan secermat mungkin agar diperoleh data yang lebih akurat.
6.6.2 Analisa Grafik
a. Grafik Hubungan antara ∆h versus Q ukur :
Grafik Hubungan antara ∆h versus Q ukur diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 2, 3 dan 5 serta meregresi titik 4
Grafik hubungan antara ∆h versus Q ukur berbentuk kurva terbuka ke bawah.
Grafik hubungan antara ∆h versus Q ukur adalah berbanding lurus,
Artinya semakin besar nilai ∆h maka semakin besar pula nilai Q ukur.
b. Grafik hubungan antara ∆h versus Q hitung :
Grafik Hubungan antara ∆h versus Q hitung diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,2,4,5 dan meregresi titik 3.
Grafik hubungan antara ∆h versus Q hitung berbentuk kurva terbuka keatas.
Grafik hubungan antara ∆h versus Q hitung adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai ∆h maka semakin besar pula nilai Q hitung.
6.7 Kesimpulan dan Saran
6.7.1 Kesimpulan
1. Debit dan kecepatan aliran mempengaruhi kehilangan tinggi energy pada pipa. Sehingga semakin tinggi nilai h maka semakin besar pula nilai Q (debit aliran) dan v (kecepatan aliran).
2. Besarnya debit yang diuji dengan venturi meter berbanding lurus dengan perbedaan head loss (HA-B) yang berarti semakin besar nilai debit (Q) maka semakin besar pula nilai head loss-nya.
3. Dari hasil percobaan dan perhitungan di dapatkan yaitu nilai Q hitung ≠ Q ukur, diman anilai Q hitung seharusnya memiliki nilai yang sama dengan Q ukur. Perbedaan nilai tersebut dapat disebabkan hal-hal sbb :
Kurang ketelitian dalam pengambilan data.
Kondisi alat yang sudah tidak sempurna atau kondisi rusak (bocor).
Ketidak ketelitian dalam penggukuran seharusnya.
6.7.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan mengeluarkan gelembung udara pada pipa.
7.6.2 Analisa Grafik
A. Hubungan antara Q dengan
Grafik terbentuk dengan menghubungkan titik 1, 2 dan 4. Sedangkan titik 3 dan 5 diregresi
Grafik berbentuk kurva terbuka ke atas.
Grafik menunjukkan hubungan berbanding lurus, dimana semakin kecil nilai
maka semakin kecil pula nilai (Q).
B. Hubungan antara Q dengan H5/2
Hubungan antara (Q) dengan H5/2 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 2, dan 5 sedangkan titik 3, 4 diregresi.
Grafik berbentuk kurva terbukake atas.
Hubungan antara (Q) dengan H5/2 adalah berbanding lurus Artinya semakin besar nilai (Q) maka semakin besar pula nilai H5/2.
7.7 Kesimpulan dan Saran
7.7.1 Kesimpulan
Hubungan antara tinggi muka air di depan ambang (H) dengan debit aliran (Q)= 0.0000249 – 0.0001376 adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka akan semakin besar pula nilai H= 0.0110 – 0.0270.
Pada hasil perhitungan data percobaan di peroleh besar nilai koefisien debit (Cd) pada pelimpah ambang segitiga berkisar antara 0.83005 – 0.48639 dan Volume (V) berkisar antara 0.00009 – 0.00049.
Dari data hasil perhitungan pelimpah ambang segitiga maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
Hubungan antara koefisien debit (Cd) dan Volume (V) yaitu berbanding lurus, yakni semakin besar nilai koefisien debit maka Volume air yang diperlukan semakin besar.
Semakin besar nilai Cd maka semakin besar pula tinggi muka air diatas ambang (H).
Dari data hasil perhitungan menunjukan bahwa hubungan antara Cd dan Q yaitu berbanding lurus, yakni semakin besar koefisien debit (Cd) maka semakin besar pula debit aliran (Q) yang mengalir.
Saran
Sebelum melakukan percobaan, point gauge di kalibrasi terlebih dahulu.
Ketelitian dalam pengukuran volume dan waktu sangat diperlukan agar dapat menghasilkan data yang akurat.
Dalam melakukan praktikum hendaknya untuk bertanya kepada asisten praktikum ketika belum memahami prosedur cara melakukan praktikum dengan baik dan benar.
Diharapkan agar keadaan ruangan dalam keadaan bersih dan nyaman agar praktikum berjalan dengan lancar.
Dalam melakukan praktikum pastikan alat dalam keadaan baik agar data yang dibuat dipraktikum dapat dipercaya.
Kebersamaan dalam kelompok sangat membantu dalam jalannya proses praktikum.
Dibutuhkan kecermatan dalam praktikum agar tidak kekeliruan.
8.6.2 Analisa Grafik
A. Grafik hubungan antara Cd dengan Q
Grafik terbentuk dengan menghubungkan titik 2, 3 dan 4. Serta meregrasi titik 1 dan titik 5 di abaikan.
Grafik berbentuk kurva terbuka ke bawah
Grafik menunjukkan hubungan Cd dan Q berbanding lurus, dimana semakin besar nilai (Cd) maka semakin besar pula nilai Q.
B. Grafik hubungan antara H3/2 dengan Q
Grafik terbentuk dengan menghubungkan titik 1, 2, 4 sedangkan. Titik 3 diregresi dan titik 5 di abaikan.
Grafik berbentuk kurva terbuka ke bawah
Grafik menunjukkan hubungan berbanding lurus, dimana semakin besar nilai H 3/2 maka semakin besar nilai (Q).
Kesimpulan dan saran
8.7.1 Kesimpulan
Hubungan antara tinggi muka air di depan ambang (H) dengan debit aliran (Q) = 0.00002567 – 0.00006667 adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Q maka akan semakin besar pula nilai H= 0.01150 – 0.01910.
Pada hasil perhitungan data percobaan di peroleh besar nilai koefisien debit (Cd) pada pelimpah ambang segempat berkisar antara 0.23492 – 0.28509 dan Volume (V) berkisar antara 0.000090 – 0.000236.
Dari data hasil perhitungan pelimpah ambang segiempat maka dapat kita trik kesimpulan bahwa:
Hubungan antara koefisien debit (Cd) dan Volume (V) yaitu berbanding lurus, yakni semakin besar nilai koefisien debit maka Volume air yang diperlukan semakin besar.
Semakin besar nilai Cd maka semakin besar pula tinggi muka air diatas ambang (H).
Dari data hasil perhitungan menunjukan bahwa hubungan antara Cd and Q yaitu berbanding lurus, yakni semakin besar koefisien debit (C) maka semakin besar pula debit aliran (Q) yang mengalir.
8.7.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya point gauge di kalibrasi terlebih dahulu agar memperoleh data yang baik.
Setiap kali melakukan perubahan debit, tunggulah permukaan air menjadi stabil agar dapat memperoleh data yang akurat.
Pastikan alat dalam keadaan baik agar data yang dibuat dipraktikum dapat dipercaya.
Ketelitian dalam pengukuran volume dan waktu sangat diperlukan agar diperoleh data yang akurat.
Modul yang diberikan terlebih dahulu dipelajari sebelum melakukan posedur pekerjaannya atau melakukan praktikum sebab modul merupakan panduan dasar disaat praktikum.
Sebaiknya jika dalam melakukan praktikum hendaknya bertanya kepada asisten praktikum agar tidak ada kesalahan dalam melaksanakan prodsedur pekerjaan sebab menurut istilah bahwa malu bertanya sesat dijalan.
Dalam melakukan pekerjaan disaat praktikum di laboratorium hidrolika kerjasama tim kelompok sangat membantu proses jalannya praktikum.
9.6.2 Analisa Grafik
a. Grafik hubungan antara Q versus H1 :
1. Grafik hubungan antara Q versus H1 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 4,5 dan meregresi titik 2 dan 3
2. Grafik hubungan antara Q versus H1 berbentuk Kurva Terbuka kebawah
3. Hubungan antara Q versus H1 berbanding lurus artinya semakin besar nilai Q maka semakin besar pula nilai H1.
b. Grafik hubungan antara log H1 versus log Q :
1. Grafik hubungan antara log H1 versus log Q diperoleh dengan cara menghubungkan titik1,2,4,5 dan Meregresi titik 3
2. Grafik hubungan antara log Q versus log H1 berbentuk kurva garis terbuka kebawah
3. Hubungan antara log H1 versus log Q berbanding lurus artinya semakin kecil nilai log H1 maka semakin kecil pula nilai log Q.
c. Grafik hubungan antara Cd versus H1 :
1. Grafik hubungan antara Cd versus H1 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,4,5 Serta meregresi titik 2 dan 3
2. Grafik hubungan antara Cd versus H1 berbentuk kurva garis terbuka ke atas
3. Hubungan antara Cd versus H1 berbanding lurus artinya semakin besar nilai Cd maka semakin besar pula nilai H
d. Grafik hubungan antara Cv versus Cd A*/A1 :
1. Grafik hubungan antara Cv versus Cd A*/A1 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,2, 3, 4 dan 5 .
2. Grafik hubungan antara Cv versus Cd A*/A1 berbentuk linear.
3. Grafik menunjukan hubungan antara Cv versus Cd A*/A1 adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai Cd A*/A1, nilai Cv (Koefisien Kecepatan) adalah tetap (sama dengan 1).
9.7 Kesimpulan dan Saran
9.7.1 Kesimpulan
a. Hubungan antara tinggi energy hulu diatas ambang (H1) dengan debit aliran (Q) adalah berbanding lurus artinya semakin besar nilai H1 maka semakin besar pula nilai Q, begitu pula sebaliknya.
b. Nilai Koefisien debit (Cd) adalah berkisar antara 0.5 – 1.0 nilai Cd yang diperoleh dari hasil pengamatan atau perhitungan sesuai dengan teori yaitu berkisar antara 0.63413 – 0.82164
c. Nilai Koefisien kecepatan (Cv) adalah berkisaran 1,0 nilai Cv yang diperoleh dari hasil pengamatan atau perhitungan sesuai dengan teori.
9.7.2 Saran
a. Penggunaan dan pembacaan pada point gauge sebaiknya dilakukan dengan teliti untuk memperoleh data yang akurat.
b. Penyetelan debit seharusnya dilakukan dengan seimbang untuk meperoleh data yang akurat.
10.6.2 Analisa Grafik
Kondisi (h1) Konstan
1. Grafik hubungan antara (Q) versus (a) :
Grafik hubungan antara (Q) versus (a) diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1,4,5 dan titik 3 di regresi serta mengabaikan titik 2
Grafik hubungan antara (Q) versus (a) membentuk garis terbuka ke bawah
Grafik hubungan antara (Q) versus (a) adalah berbanding lurus, artinya semakin besar nilai (Q) maka semakin besar pula (a).
2. Grafik hubungan antara (µ) versus (Q) :
Grafik hubungan antara (µ) versus (Q) diperoleh dengan cara menghubungkan titik 2.3,4 Dan titik 1,5 diregresi
Grafik hubungan antara (µ) versus (Q) membentuk kurva terbuka keatas.
Grafik hubungan antara (µ) versus (Q) adalah berbanding lurus, artinya semakin besar (µ) maka semakin besar nilai (Q).
3. Grafik hubungan antara (µ) versus ):
Grafik hubungan antara (µ) versus diperoleh dengan cara menghubungkan titik 2,3,4 di regresi titik 5 serta mengabaikan titik 1
Grafik hubungan antaramembentuk kurva terbuka ke atas
Grafik hubungan antaraberbanding terbalik, artinya semakin kecil nilai (µ) maka semakin besar nilai (
b. Kondisi Q Konstan
1. Grafik hubungan antara (h1) versus (a) :
Grafik hubungan antara (h1) versus (a) diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 2, 3,4 dan mengabaikan titik 5.
Grafik hubungan antara (h1) versus (a) membentuk kurva terbuka keatas
Grafik hubungan antara (h1) versus (a) adalah berbanding terbalik, artinya semakin besar nilai (h1) maka semakin kecil nilai (a)
2. Grafik hubungan antara (µ) versus () :
Grafik hubungan antara (µ) versus () diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 2, 3, 4 dan titik 5 di abaikan.
Grafik hubungan antara (µ) versus ( membentuk kurva terbuka ke bawah
Grafik hubungan antara (µ) versus () adalah berbanding lurus, artinya semakin kecil nilai (µ) maka semakin kecil pula (.
10.7 Kesimpulan dan Saran
10.7.1 Kesimpulan
a. Koefisien debit (µ) memiliki nilai lebih kecil dari 1 (satu). Dari hasil percobaan diperoleh nilai (µ) berkisar antara 0,06258 – 0.8343 untuk (h1) konstan dan dan nilai (µ) berkisar antara 0.1466 – 0.6932 untuk (Q) konstan.
b. Pola aliran yang terjadi adalah aliran sempurna, yaitu dibagian hulu adalah aliran subkritis, dan dibagian hilir adalah aliran superkritis. Sedangkan pola aliran di atas ambang adalah kritis.
10.7.2 Saran
a. Dalam pengaturan debit, harus cermat sehingga akan didapatkan kenaikan debit yang berimbang.
b. Pembacaaan skala point gauge harus dalam posisi tegak lurus untuk menghindari kesalahan paralaks.
11.6.2 Analisa Grafik
1. Grafik hubungan antara KA versus Q
a. Untuk Pier Tajam
Grafik hubungan antara KA dan Q diperoleh dengan cara menghubungkan titik 2,4 dan 5 serta di regresi titik 1 dan 3.
Grafik hubungan antara KA dan Q membentuk kurva terbuka ke bawah.
Grafik hubungan antara KA dan Q adalah berbanding terbalik, artinya semakin kecil nilai KA maka semakin besar nilai Q.
b. Untuk Pier Tumpul
Grafik hubungan antara KA dan Q diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 4 dan 5 diregresi titik 2 serta mengabaikan titik 3.
Grafik hubungan antara KA dan Q membentuk kurva terbuka kebawah .
Grafik hubungan antara KA dan Q adalah berbanding terbalik, artinya semakin besar nilai KA maka semakin kecil nilai Q.
c. Untuk Pier Peralihan
Grafik hubungan antara KA dan Q diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1 , 3 dan 5 serta diagresi titik 2 dan 4.
Grafik hubungan antara KA dan Q membentuk kurva terbuka kebawah.
Grafik hubungan antara KA dan Q adalah berbanding terbalik, artinya semakin besar nilai KA maka semakin kecil nilai Q.
2. Grafik hubungan antara KA dan V0
a. Untuk Pier Tajam
Grafik hubungan antara KA dan V0 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 1, 3 dan 5 serta meregresi titik 2 dan 4.
Grafik hubungan antara KA dan V0 membentuk kurva terbuka keatas
Grafik hubungan antara KA dan V0 adalah berbanding terbalik, artinya semakin besar nilai KA maka semakin kecil nilai V0.
b. Untuk Pier Tumpul
Grafik hubungan antara KA dan V0 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 2, 3 dan 4 serta meregresi 1 dan 5.
Grafik hubungan antara KA dan V0 membentuk kurva terbuka kebawah.
Grafik hubungan antara KA dan V0 adalah berbanding terbalik, artinya semakin besar nilai KA maka semakin kecil nilai V0.
c. Untuk Pier Peralihan
Grafik hubungan antara KA dan V0 diperoleh dengan cara menghubungkan titik 3, 2 dan 5 serta meregresi titik 1 dan 4.
Grafik hubungan antara KA dan V0 membentuk kurva terbuka ke atas.
Grafik hubungan antara KA dan V0 adalah berbanding terbalik, artinya semakin besar nilai KA maka semakin kecil nilai V0.
11.7 Kesimpulan dan Saran
11.7.1 Kesimpulan
a. Koefisien kontraksi dipengaruhi oleh :
1. Nilai debit aliran, dimana semakin besar nilai debit aliran ( Q ) maka akan semakin besar pula nilai koefisien kontraksinya (KA).
2. Nilai tinggi muka air di belakang pintu. Apabila semakin besar nilai tinggi muka air di belakang pier (h2), maka semakin besar pula nilai koefisien kontraksi (KA) atau berbanding lurus.
b. Nilai koefisien kontraksi yang didapat untuk setiap jenis pier dengan Q = 0,0005-0,0009 didapat nilai sebagai berikut.
1. Pier tajam : (-5,5461) – (-4,8143)
2. Pier peralihan : (-6,6670) – (-5,8650)
3. Pier tumpul : (-6,5220) – (-6,3566)
Pada semua jenis pier, nilai debit (Q) terhadap koefisien (KA) adalah berbanding lurus.
Untuk nilai koefisien kontraksi (KA) pada grafik KA dan Q untuk debit yang sama, yaitu Q = 0,005 m3/detik di dapatkan nilai sebagai berikut :
Pier Tajam : -5,5461
Pier Peralihan : -6,6670
Pier Tumpul : -6,5220
Jadi, diketahui bahwa nilai koefisien kontraksi di peroleh secara berturut dari yang besar adalah pier Peralihan, pier Tumpul dan pier Tajam. Hal ini sesuai dengan hasil dari KA yang diperoleh dari teori yang ada yaitu nilai KA Pier Peralihan < Nilai KA Pier Tumpul < Nilai KA Pier Tajam. Ini menunjukan di dalam melakukan praktikum tidak terjadi kesalahan.
11.7.2 Saran
Perlunya ketelitian dalam melakukan proses percobaan terutama pada pembacaan point gauge agar data yang diperoleh lebih akurat.
MEKANIKA FLUIDA & HIDROLIKA
Kelompok VII
Civil Engineering