Academia.eduAcademia.edu

PONDASI AL-MAQAMAT DAN AL-AHWAL

Artikel ini akan mengkaji tentang Pondasi Al-Maqamat dan Al-Ahwal. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui pondasi al-maqamat dan al-ahwal. Artikel ini menggunakan metode deskriptif analisis.

PONDASI AL-MAQAMAT DAN AL-AHWAL TRI MUKTI HARYONO Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan e-mail : [email protected] PENDAHULUAN Artikel ini akan mengkaji tentang Pondasi Al-Maqamat dan Al-Ahwal. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui pondasi al-maqamat dan al-ahwal. Artikel ini menggunakan metode deskriptif analisis. PEMBAHASAN Dalam memperoleh maqam tertentu, selain harus menjalankan berbagai bentuk ibadah, mujahadah, dan riyadhah, seorang salik harus melakukan khalwah dan ,uzlah dalam melaksanakan perjalanan spiritual menuju Allah Swt. Khalwah merupakan perjalanan ruhani dari nafsu menuju hati, dari hati menuju ruh, dari ruh menuju alam rahasia, dari alam rahasia menuju Allah Swt. Sedangkan ‘uzlah (mengasingkan diri) adalah menjaga keselamatan diri dari niat buruk orang lain. Dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din, al-Ghazali menjelaskan bahwa ;uzlah memiliki banyak manfaat bagi seseorang penempuh jalan spiritual yaitu : 1. Dapat mengosongkan diri hanya beribadah kepada Allah Swt, mengendalikan hati dengan bermunajat keapada-Nya dan menyibukkan diri dengan menyingkap rahasia-rahasia-Nya tentang masalah dunia dan akhirat. 2. Dapat melepaskan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang biasa dilakukan manusia selama hidup bermasyarakat. 3. Membebaskan diri dari kejahatan-kejahatan manusia. 4. Memutuskan diri dari kerakusan manusia dan kerakusan terhadap dunia. Ja’far, Gerbang Tasawuf (Medan : Perdana Publishing, 2016) 5. Membebaskan dri dari penyaksian orang-orang yang berperangai buruk dan bodoh. 6. Menghasilkan ketaatan dalam kesendirian dan terlepas dari perbuatan terceladan larangan Allah Swt. Dalam khalwah dan ‘uzlah seorang salik harus menjalankan berbagai bentuk ibadah, mujahadah, dan riyadhah. Menurut al-Qusyairi ibadah adalah melaksanakan segala apa yang diperintahkan, dan menjauhi segala yang dilarang. Yaitu dengan berzikir, berpuasa, sedikit makan, sedikit tidur, sedikit berbicara, ibadah salat (wajib dan sunnah). Abu ‘Ali al-Ruzabari menjelaskan bahwa dasar dan tiang mujahadah adalah menyapih nafsu dari kebiasaan-kebiasaannya dan membawanya pada penentangan hawa nafsu dalam semua waktu. Hasan al-Qazaz mengatakan bahwa mujahadah dibangun atas tiga hal : tidak makan bila sangat butuh, tidak tidur kecuali mengantuk, dan tidak bicara kecuali terdesak. Menurut Nashr al-Din al-Thusi, riyadhah adalah menahan jiwa binatang agar salik tidak mengikuti kecenderungannya terhadap nafsu dan amarah, dan menahan jiwa rasional agar tidak menuruti insting binatang serta watak dan perbuatan tercela. Tujuan riyadhah adalah menghilangkan semua hambatan yang merintangi jalan menuju Allah terutama kesenangan lahir dan batin, menundukkan jiwa binatang kepada akal praktis yang mendorong jiwa dalam mencari kebenaran, dan membiasakan jiwa agar selalu siap untuk menerima pancaran Allah Swt sehingga jiwa tersebut mampu memperoleh kesempurnaan yang dicapainya. Para salik harus mengamalkan ibadah, mujahadah, dan riyadhah dalam menyucikan jiwa mereka untuk dapat meraih seluruh tingkatan al-maqamat dan dianugrahi al-ahwal. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa pondasi dalam al-maqamat dan al-ahwal. Khalwah adalah pemutusan hubungan dengan makhluk menuju penyambungan hubungan dengan Allah Swt. ‘Uzlah adalah proses mengasingkan diri atau menjaga keselamatan diri dari niat buruk orang lain. Dalam menjalani khalwah dan ‘uzlah, seorang salikharus menjalankan ibadah, mujahadah, dan riyadhah. Ibadah adalah melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhin segala yang dilarang Allah Swt. Mujahadah adalah Ja’far, Gerbang Tasawuf (Medan : Perdana Publishing, 2016) menghilangkan semua kebiasaan-kebiasaan buruk dan perbuatan tercela. Riyadhah adalah proses membiasakan jiwa manusia untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat mengarahkannya menuju kesempurnaan yang dapat dicapainya. Ja’far, Gerbang Tasawuf (Medan : Perdana Publishing, 2016)