Academia.eduAcademia.edu

hakikat psikologi pendidikan

pengertian, konsep dasar dan faktor-faktor psikolpgi pendidikan, belajar dan pembelajaran

TUGAS 1 ANALISIS PERKEMBANGAN, PSIKOLOGI PENDIDIKAN, DAN PEMBELAJARAN Nama : Fatkhur Rohman NIM : 17169007 Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Mujiran, M.S.,Kons 2. Prof. Dr. Neviyarni S, M.S. PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN PROGRAM DOKTOR PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2017 DAFTAR ISI Cover Tugas i Daftar Isi ii Mind Map 1 Essay mindmap tugas 1 2 Hakikat psikologi 2 Perspektif utama dalam penerapan ilmu psikologi 2 Hakikat Pendidikan 3 Belajar 4 Pembelajaran 4 Hakikat Psikologi Pendidikan 6 Pengertian psikologi pendidikan 6 Hubungan psikologi dengan pendidikan 6 Kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan 7 Metode psikologi dalam praktik pendidikan 7 Daftar Rujikan 8 MINDMAP TUGAS 1 ESSAY MINDMAP TUGAS 1 HAKIKAT DAN KONSEP-KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Hakikat Psikologi Definisi psikologi secara etimologi berasal dari dua akar kata penting yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche yang berarti jiwa atau ruh dan Logos berarti ilmu, logika, atau nalar. Gabungan kedua istilah tersebut dapat dimaknai sebagai ilmu atau logika yang digunakan untuk mempelajari tentang jiwa. Lester. D. Crow dan Alice Crow menyatakan bahwa psychology is the study of human behavior and human relationship. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa hakikat cakupan pembahasan ilmu psikologi berkaitan dengan segala tingkah laku manusia dengan segala sistem dan lingkungan disekitarnya. Dalam memahami psikologi berbeda dengan cara memahami ilmu lain seperti ilmu ekonomi, antropologi, sains, ilmu politik, dan ilmu sosiologi. Cabang ilmu ini mengandalkan lebih banyak pada studi lapangan dan metode historis untuk mencari, merumuskan menjelaskan, dan menjeneralisasikan tentang fungsi mental dan prilaku individu. Sehingga dalam praktiknya psikologi tidak dapat dipisahkan dengan disiplin ilmu lainya. Perspektif utama dalam penerapan ilmu psikologi Dalam penerapan psikologi dengan disiplin ilmu lainnya, terdapat lima perspektif utama dalam psikologi yaitu: Perspektif Biologis (Hipokrates) Pada aliran perspektif ini pendekatan psikologi menitikberatkan kepada peristiwa yang berlagsung dalam tubuh mempengaruhi prilaku, perasaan, dan pikiran seseorang. Sehingga yang mendasari prilaku dan proses mental adalah Neurobiologi. Perspektif Behaviorisme (John. B. Watson) Perspektif behaviorisme atau sering disebut juga perspektif prilaku memandang prilaku sebagai aktifitas suatu organisme yang dapat dideteksi, seperti halnya tertawa, bicara, menangis, dan bercanda. Pengembangan perspektif ini salah satunya adalah Psikologi Stimulus-Respon dimana skup kajianya mempelajari tentang stimulus yang sesuai di lingkungan seseorang, respon yang ditimbulkan dari stimulus, dan hadiah atau hukuman yang terjadi setelah respon tersebut terjadi. Perspektif Kognetif Dalam aliran perspektif kognetif, pondasi dari psikologi mengarah pada kemampuan kognetif yang dimiliki seseorang. Kemampuan kognetif yang meliputi daya ingat, persepsi, penalaran, dan pemilihan keputusan. Berdasarkan kemampuan kognetif tersebut diharapkan seseorang dapat memahami orang lain sesuai dengan kajian psikologi. Perspektif Psikoanalisis (Sigmund Freud) Asumsi dasar dari perspektif psikoanalisis menyatakan bahwa sebagian besar prilaku manusia berasal dari proses bawah sadar. Freud menegaskan bahwa sifat manusia pada dasarnya negatif, ia meyakini bahwa sifat manusia didorong oleh insting dasar yang sama seperti hewan. Namun dalam pandangan agama islam perspektif ini tentu tidak benar, karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sempurna yang dianugrahi akal pikiran yang tidak dimiliki oleh hewan. Akal pikiran inilah yang digunakan untuk menentukan kebaikan dan keburukan. Perspektif Fenomenologi Perspektif fenomenologi atau yang sering disebut sebagaipsikologi humanistik. Perspektif ini menekankan kualitas yang membedakan antara manusia dan hewan terutama yang terlihat dari sisi potensi yang dimiliki manusia. Perspektif ini memandang kekuatan individual manusia mengarah kepada kecenderungan pertumbuhan aktualisasi diri manusia. Aktualisasi diri inilah yang mengarahkan manusia untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hakikat Pendidikan Hakikat pendidikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan memiliki kata dasar “didik” / “mendidik” yang memiliki arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan rumusan definisi sesuai dengan UU No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian tersebut, pada intinya pendidikan merubah seseorang menuju capaian yang lebih baik sesuai dengan potensi diri dan bermanfaat terhadap lingkungannya. Dalam pendapat lain John Deway berpendapat “education is the process whitout end”, pernyataan ini sejalan dengan pemaknaan pendidikan dalam agama islam yang mengarah pada pendidikan seumur hidup. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang didalamnya terdapat proses belajar dan proses pembelajaran dalam mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang berlangsung seumur hidup. Proses belajar dan proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan. Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya yang relatif bersifat permanen karena terdapat pengalaman dalam prosesnya. Tidak semua perubahan tingkah laku dianggap sebagai kegiatan belajar. Adapun perubahan tingkah laku yang dianggap sebagai kegiatan belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Perubahan dalam proses belajar harus bersifat positif (kearah lebih baik). Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi secara sadar. Perubahan dalam proses belajar bersifat kontinu (berlangsung secara berkesinambungan). Perubahan dalam proses belajar harus memiliki tujuan atau trarah. Perubahan dalam belajar bersifat permanen. Perubahan tingkah laku di atas yang mencirikan sebagai proses belajar dalam praktiknya memiliki dua faktor yaitu (1) faktor internal, faktor ini berasal dari individu masing-masing yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologi (intelegensi, minat, bakat, dan kematangan pribadi). (2) faktor eksternal, faktor yang berada diluar indivitu. Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam proses belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat disekitar individu tersebut. Pembelajaran Banyak pakar pendidikan yang mengartikan sebuah pembelajaran, salah satunya Briggs dan Gagne yang menartikan pembelajaran sebagai suatu sistem lingkungan dengan tujuan membantu proses belajar peserta didik. Sistem tersebut berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan direncanakan, disusun sedemikian rupa untuk mendukung terlaksananya proses belajar peserta didik. Dalam pendidikan proses pembelajaran umumnya dilakukan dengan adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berikut komponen penting dalam proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan diagram alir di atas, peserta didik dan pendidik menjadi komponen utama dalam proses pembelajaran. Terutama peran pendidik dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan pengetahuan kepada peserta didiknya, namun pendidik memegang peranan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Djamarah memaparkan beberapa peran pendidik dalam proses pembelajaran yaitu: Inspirator : penting bagi pendidik untuk dapat memberikan inspirasi kepada peserta didik mengenai cara belajar secara efektif. Motivator : sebagai pendidik sangat penting memiliki kompetensi motivator, karena pendidik dituntut untuk dapat mendorong peserta didik agar senantiasa memiliki motivasi yang tinggi dan aktif kegiatan belajar. Informator : sebagai informator pendidik harus mampu memberikan informasi yang benar dan baik mengenai materi ajar yang disampaikan, serta informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Inisiator : pendidik sebagai inisiator seyogyanya penjadi pencetus ide-ide yang menunjang dalam pendidikan dan proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga ide-ide tersebut dapat dijadikan trobosan baru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Organisator : sebagai organisator pendidik berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik sehingga dapat menghasilkan suasana belajar yang efektif dan efisien untuk peserta didiknya. Fasilitator : pendidik sebagai fasilitator hendaknya dapat menyediakan yang memungkinkan, sehingga peserta didik mengembangkan potensi diri dan dapat belajar secara optimal. Demonstrator : sebagai pendidik guru diharapkan mampu menggunakan media pembelajaran dan mendemonstrasikan terkait dengan materi yang telah diajarkan. Dengan kemampuan ini tentu dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajarannya.. Pembimbing : pendidik sebagai pembimbing seyogyanya dapat memberi bimbingan kepada peserta didiknya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam belajar, sehingga dengan kopetensi pendidik sebagai pembimbing dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Supervisor : pendidik sebagai supervisor diharapkan dapat membantu memperbaiki dan menilai secara terperinci dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Korektor : sudah menjadi kewajiban bagi pendidik memposisikan dirinya sebagai korektor, karena pendidik berperan untuk menilai, mengoreksi semua hasil belajar baik itu kemampuan kognetif, afektif dan prikomotor yang dimiliki oelh peserta didik. Evaluator : peran pendidik sebagai evaluator dituntu untuk mampu menilai hasil pembelajaran dalam setiap proses pembelajarannya, untuk selanjutnya didapatkan umpan balik dari hasil pembelajaran. Berdasarkan ulasan peran-peran pendidik dalam proses pembelajaran sudah menjadi kewajiban bagi pendidik untuk memiliki kompetensi ilmu psikologi dalam menjalankan peran dan tugas tersebut. Kompetensi pisikologi inilah yang akan menjadi topik selanjutnya dalam pembahasan psikologi pendidikan. Hakikat Psikologi Pendidikan Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan tentang hakikat psikologi dan hakikat pembelajaran, dengan demikian memudahkan kepada kita untuk memahami kembali tentang hakikat psikologi dalam pendidikan. Pengertian psikologi pendidikan Pisikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia (Lester. D. Crow dan Alice Crow). Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Winkel mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai ilmu yang mempelajari prasyarat-prasyarat (faktor-faktor) bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Secara sederhana psikologi pendidikan merupakan kontribusi dari ilmu pengetahuan psikologi yang digunakan dalam kegiatan pendidikan, proses pembelajaran, layanan konseling, dan sistem evaluasi. Serta termasuk didalamnya menerangkan tentang aktivitas individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pendidikan. Hubungan psikologi dengan pendidikan Mendidik memiliki arti bahwa menjadikan peserta didik menjadi lebih baik, malalui proses pendidikan peserta didik ditempa agar mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Berdasarkan ulasan tersebut, tentu aspek psikologi memiliki arti penting dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Reber (1988) dalam Ichsan menyatakan bahwa begitu pentingnya psikologi dalam ilmu pendidikan sehingga menghasilkan subdisiplin baru yaitu psikologi pendidikan (educational psychology). Ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan dalam penerapannya berguna dalam hal-hal berikut: Penerapan perinsip-perinsip belajar dalam kelas Pengembangan dan pembaruan kurikulum Sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognetif. Penyelenggaraan pendidikan dan keguruan. Selain teori di atas, ruang lingkup psikologi yang harus dipahami pendidik saat melakukan pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertumbuhan dan perkembangan secara umum Psikologi anak Kecerdasan (intellegensi) dan penilaiannya Perbedaan-perbedaan individu Hakikat perbuatan belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar Test dan soal penilaian atau pengukuran Teori dasar tentang motivasi pembelajaran Perkembangan sosial dan emosional. Kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa psikologi pendidikan merupakan bagian disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori-teori dan masalah-masalah kependidikan yang digunakan untuk pengembangan pendidikan. Dalam hal-hal : Pengembangan kurikukum (sebelum dilakukan pengembangan kurikulum pendidikan terdapat aspek-aspek yang harus dipertimbangkan aspek tersebut meliputi karakteristik psikologi peserta didik, pengalaman belajar pesert didik, kamampuan peserta didik, dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik). Pengembangan program pendidikan (pemilihan program bagi peserta didik yang di sesuai dengan potensi diri masing-masing, pengembangan ekstra kulikuler yang disesuaikan dengan kultur, lingkungan dan perkembangan peserta didik), Sistem pembelajaran (pemilihan teori belajar, pemilihan model strategi atau metode yang tepat dalam pembelajaran, pemilihan media atau alat bantu yang sesuai dengan materi ajar). Sistem evaluasi (penentuan teknik evaluasi yang akan digunakan, penentuan jenis tes yang sesuai dengan materi ajar, dan penentuan waktu evaluasi pembelajaran dilakukan). Metode psikologi dalam praktik pendidikan Dalam praktiknya metode-metode psikologi yang biasa digunakan dalam pendidikan adalah sebagai berikut. Introspection (Introspeksi) Observation (Observasi) Genetic appraoch (pendekatan genetis) Evaluating techniques (teknik evaluasi) Experimental method (metode eksperimen) Statistical analisys (analisis statistik) DAFTAR RUJUKAN Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Bandung : Alfa Beta. Djamarah, Syaiful B dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ichsan, Muhammad. 2016. Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar. Jurnal Edukasi Vol 2, Nomor 1. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry. Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang : Pustaka Pelajar. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. YEL-YEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN Yel-yel dinyanyikan dengan irama satu nusa satu bangsa Psikologi pendidikan Punya empat peranan Pengembangan kurikulum, dan sistem pembelajaran, program pendidikan sistem evaluasi. ANALISIS MASALAH DAN PROGRAM KERJA Topik Hakikat dan konsep-konsep dasar Psikologi Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya Subtopik Kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan dibidang pengembangan kurikulum Keadaan ideal Kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan konsep-konsep psikologi pendidikan Keadaan praktik yang terjadi Kurikulum yang ada masih jauh dari konsep-konsep psikologi pendidikan Analisis keadaan ideal vs keadan praktik di sekolah Temuan keadaan disekolah tidak sesuai dengan keadaan ideal yang diharapkan. Temuan permasalahan Kurikulum yang ada belum sesuai dengan perkembangan peserta didik diantara permasalahannya: Peserta didik terbebani dengan jam belajar yang panjang Peserta didik dituntut untuk menguasai seluruh mata pelajaran Peserta didik diharuskan memiliki tingkat kemampuan yang setara tanpa memandang situasi dan kondisi. Alternatif solusi Mengoptimalkan kinerja pendidik dalam pengaturan kelas yang asyik dan menyenangkan sehingga peserta didik betah belajar dan tidak mudah bosan dengan kondisi jam belajar yang panjang. Peserta didik belajar berdasarkan peminatan dan potensi yang dimiliki Tidak menuntut kesetaraan pada kurikulum Rekomendasi putusan solusi Peserta didik belajar berdasarkan peminatan dan potensi yang dimiliki. Peminatan dan potensi peserta didik dapat diketahui sedari dini dengan mengadakan penelitian psikologi terhadap peserta didik Program yang ditawarkan sebagai alternatif Karakteristik dan potensi peserta didik merupakan faktor bawaan yang sudah ada sejak kecil. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk menentukan arah pendidikan masing-masing peserta didik di masa depannya karena pendidikan yang optimal adalah pendidikan yang sesuai dengan potensi diri peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian terhadap peminatan dan potensi peserta didik dari tingkatan prasekolah. Setelah hasil penelitian didapatkan, maka peserta didik dapat diarahkan untuk menempuh pendidikan yang sesuai. Diharapkan kedepannya kurikulum yang digunakan adalah yang sesuai dengan peminatan peserta didik. Peserta didik tidak perlu mengikuti banyak mata pelajaran yang tidak sesuai dengan minat dan potensinya, sehingga peserta didik dapat fokus mendalami bidang yang dianggap paling dikuasainya. Dengan perubahan kurikulum yang diprogram seperti ini tidak ada lagi peserta didik yang terbebani dengan mata pelajaran yang tidak diinginkannya. 3