PENDAHULUAN
Latar Belakang
DAS (daerah aliran sungai) merupakan salah satu komponen hidrologi yang berperan sebagai wilayah yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan hingga danau atau laut melalui sungai. DAS merupakan kesatuan wilayah daratan dan sungai, termasuk anak-anak sungainya. DAS tersusun atas beberapa sub-DAS.
Pemberian batasan pada DAS memiliki beberapa tujuan seperti mengetahui bentuk hidrograf sehingga dapat diketahui debit puncak, digunakan dalam analisa banjir, dan perencanaan manajemen sumber daya air. Namun kenyataannya, batas tersebut tidak tampak di lapangan. Meskipun tidak tampak, batas DAS dapat dibuat dalam suatu peta jaringan.
Pemberian batasan pada DAS dikenal dengan istilah delineasi DAS. Delineasi DAS adalah salah satu penelitian untuk memberikan dan menentukan batas DAS atau suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas DAS yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal DAS tertentu, bentuk DAS, dan lokasi DAS dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan areal sisa.
Delineasi batas DAS bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan data digital elevation model (DEM) srtm dan beberapa software, seperti Global Mapper dan MapWindow GIS. Untuk mengetahui dan memahami proses delineasi DAS menggunakan software tersebut, maka praktikum “Delineasi DAS” dilakukan mengingat pentingnya pemberian batas suatu DAS.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mengetahui proses delineasi DAS dan mengetahui software yang digunakan untuk mendelineasi peta.
Kegunaan praktikum ini agar praktikan memiliki keterampilan dalam menggunakan berbagai software untuk mendelineasi DAS.
TINJAUAN PUSTAKA
DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Sub DAS
DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya. Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan serta sumber air lainnya. Penyimpanan dan pengaliran air dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam di sekelilingnya sesuai dengan keseimbangan daerah tersebut. Proses tersebut dikenal sebagai siklus hidrologi (Rahayu, et al., 2009).
Batas DAS yang tergambar pada suatu peta jaringan sungai adalah batas artificial atau batas buatan, karena pada kenyataannya batas tersebut tidak tampak di lapangan. Batas tersebut meskipun tidak tampak di lapangan tetapi pada kenyataannya, batas tersebut membatasi jumlah air hujan yang jatuh di atasnya. Batas DAS besar tersusun atas beberapa sub DAS. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS (Anonim, 2006).
DAS didefinisikan dalam berbagai ukuran luas, tergantung pada definisi dan deskripsi yang diberikan. Pada dasarnya, DAS besar terdiri dari beberapa sub DAS dan sub-sub DAS. Sebuah kawasan dapat didefinisikan sebagai sebuah DAS mulai dari luasan 2 hektar hingga 30.000 hektar. Ilustrasi DAS dan sub-sub DAS disajikan di Gambar 40 yang menggambarkan pengelompokkan sungai dan anak-anak sungainya dengan batasan topografi (Amrullah, et al., 2015).
Gambar 40. DAS
(Sumber: Amrullah, et al., 2015)
Morfometri didefinisikan sebagai pengukuran bentuk (measurement of
the shape). Morfometri dalam kajian hidrologi pertama kali dikemukakan
oleh R.E Horton dan A.E. Strahler. Tujuan utama dari
kajian morfometri adalah mengetahui karakteristik aliran secara menyeluruh berdasarkan hasil pengukuran berbagai sifat aliran. Pengukuran sifat aliran
yang pertama adalah susunan (hirarki) dari setiap segmen aliran menurut suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan orde aliran. Segmen-segmen aliran
disusun mulai dari alur-alur (tributaries) di bagian atas atau hulu DAS sampai dengan sungai utama di bagian bawah atau hilir DAS. Secara numeris
penyusunan orde dimulai dengan pemberian nilai 1 (selanjutnya disebut dengan orde 1) untuk segmen pertama (alur-alur).
Menurut Susilo (2006), terdapat beberapa karakteristik DAS yang penting dan dapat dikaji berdasarkan hasil analisis morfometri, antara lain:
Daerah Pengaliran (A)
Daerah pengaliran merupakan karakteristik DAS yang paling penting dalam pemodelan berbasis DAS. Daerah pengaliran mencerminkan volume air yang dapat dihasilkan dari curah hujan yang jatuh di daerah tersebut. Curah hujan yang konstan dan seragam untuk seluruh daerah pengaliran merupakan asumsi yang umum dalam pemodelan hidrologi.
Panjang DAS (L)
Panjang daerah aliran sungai biasanya didefinisikan sebagai jarak yang diukur sepanjang sungai utama dari outlet hingga batas DAS. Sungai biasanya tidak akan mencapai batas DAS, sehingga perlu ditarik garis perpanjangan mulai dari ujung sungai hingga batas DAS dengan memperhatikan arah aliran. Meskipun daerah pengaliran dan panjang DAS merupakan ukuran dari DAS tetapi keduanya mencerminkan aspek ukuran yang berbeda. Daerah pengaliran digunakan sebagai indikasi potensi hujan dalam menghasilkan sejumlah volume air, sedangkan panjang DAS biasanya digunakan dalam perhitungan waktu tempuh yang dibutuhkan oleh air untuk mengalir di dalam DAS.
Kemiringan DAS (S)
Banjir merupakan besaran yang mencerminkan momentum run off dan lereng merupakan faktor penting dalam momentum tersebut. Lereng DAS mencerminkan tingkat perubahan elevasi dalam jarak tertentu sepanjang arah aliran utama.
Bentuk DAS
Bentuk DAS mempunyai variasi yang tak terhingga dan bentuk ini dianggap mencerminkan bagaimana aliran air mencapai outlet. DAS yang berbentuk lingkaran akan menyebabkan air dari seluruh bagian DAS mencapai
outlet dalam waktu yang relatif sama. Akibatnya puncak aliran terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Kerapatan Aliran (Dd)
Kerapatan aliran merupakan pengukuran terhadap panjang aliran (stream length) per unit daerah pengaliran (drainage area atau basin area).
Selain karakteristik DAS seperti yang disebutkan di atas, penggunaan lahan dan curah hujan merupakan karakteristik DAS yang tidak kalah pentingnya. Penggunaan lahan dan curah hujan memang tidak terkait dengan morfometri DAS, namun dalam kajian tentang banjir dengan menggunakan DAS sebagai unit analisis.
DEM (Digital Elevation Model)
DEM adalah teknik penyimpanan data tentang topografi suatu terrain. Suatu DEM merupakan penyajian koordinat (X, Y, H) dari titik-titik secara digital, yang mewakili bentuk topografi suatu terrain. DEM menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan menggunakan himpunan koordinat. DEM terbentuk dari titik-titik yang memiliki nilai koordinat 3D. Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area menjadi bidang-bidang yang terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang tersebut terbentuk oleh titik-titik pembentuk DEM. Titik-titik tersebut dapat berupa titik sampel permukaan tanah atau titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik sampel. Titik sampel merupakan titik yang didapat dari hasil sampling permukaan bumi, yaitu pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketinggian titik yang dianggap dapat mewakili relief permukaan tanah. Data sampling titik-titik tersebut kemudian diolah hingga didapat koordinat titik-titik sampel (Ardiansyah, 2013).
Gambar 41. DEM
(Sumber: Ardiansyah, 2013)
DEM digunakan dalam berbagai apllikasi baik secara langsung dalam bentuk visualisasi model permukaan tanah maupun dengan diolah terlebih dahulu sehingga menjadi produk lain. Informasi dasar DEM digunakan dalam pengolahan adalah koordinat titik-titik pada permukaan tanah (Ardiansyah, 2013).
Ardiansyah (2013), menyatakan bahwa informasi lain yang dapat diturunkan dari DEM adalah :
Jarak pada relief atau bentuk permukaan tanah
Luas permukaan suatu area
Volume galian dan timbunan
Slope dan aspect
Kontur
Profil
Ardiansyah (2013) juga menyatakan bahwa contoh aplikasi-aplikasi yang menggunakan DEM, yaitu :
Rekayasa teknik sipil
Pemetaan hidrografi
Pemetaan topografi
Pemetaan geologi dan geofisiska
Rekayasa pertambangan
Simulasi dan visualisasi permukaan tanah
Rekayasa militer
DEM menggambarkan nilai ketinggian permukaan tanah tanpa memerhatikan objek diatasnya. Ada beberapa data gratis di internet, seperti srtm (shuttle radar topography mission) (Purwanto, 2013).
Srtm memiliki struktur data yang sama seperti format grid lainnya, yaitu terdiri dari sel-sel yang setiap sel memiliki wakil nilai ketinggian. Nilai ketinggian pada srtm adalah nilai ketinggian dari datum WGS1984, bukan dari permukaan laut, tapi karena datum WGS1984 hampir berimpit dengan permukaan laut maka untuk skala tinjau dapat diabaikan perbedaan di antara keduanya (Andra, 2014).
Perlu diperhatikan dalam penggunaan data DEM dari srtm adalah bahwa data ketinggiannya merupakan ketinggian permukaan bumi termasuk tutupan lahannya, dalam hal ini termasuk pula ketinggian tajuk (pohon) dan juga gedung-gedung (Andra, 2014).
Zona 1-60 dimulai dari 180°-174°, 174°-168°BB,174°-180°BT. Untuk
Indonesia (90° BT-144°BT, 11°LS-6°LU) terdapat sembilan zone, yaitu
zone 46-54. Data GIS terdiri dari dua jenis yaitu data raster dan data vektor. Data vektor , data ini tidak memiliki bentuk yang tidak berkententuan dan terdiri atas tiga jenis yaitu point, lines, dan polygons. Data vektor menggunakan koordinat x dan y dalam menampilkan data spasial. Sedangkan data raster terdiri atas satuan kecil yang disebut grid cells atau piksel-piksel yang memiliki posisi kolom dan baris tertentu dalam file database. Database GIS yang memiliki struktur raster misalnya terdapat hasil citra satelit dan DEM (Bahraq, 2012).
Delineasi DAS
Delineasi batas watershed atau daerah batasan sungai (DAS) dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan data digital elevation model (DEM) srtm dan software ArcGIS. Data DEM dengan resolusi 30 m (1 arc) dapat diunduh secara gratis. Software GIS lainnya yang sudah menyertakan analisa spasial lebih lanjut (Kaswanto, 2010).
Delineasi adalah suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu, suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan atau areal sisa (miscellaneous land area). Perbedaan dalam mengidentifikasi kenampakan kedua obyek tersebut mudah dikenali baik rona, bentuk, ukuran, dan polanya, dapat langsung digambarkan/didelineasi dalam interpretasi, sedangkan kenampakan obyek yang masih ragu-ragu dan sulit dikenali dapat dicari jawabannya di lapangan. Pengecekan lapangan merupakan satu kesatuan dalam pekerjaan interpretasi (Kaswanto, 2010)
Menurut Kaswanto (2010), tahapan pelaksanaan analisis dan klasifikasi citra diuraikan sebagai berikut:
Pra-pengolahan data merupakan restorasi citra, yaitu koreksi distorsi radiometrik dan atmosferik.
Pemotongan citra batas dari daerah penelitian. Proses registrasi dan penajaman citra.
Registrasi untuk koreksi geometrik dengan proses resampling berdasarkan sistem koordinat spasial atau titik kontrol tanah atau GCP (Ground Control Point).
Penajaman citra (enhancement) dengan proses interpolasi untuk menentukan harga suatu fungsi pada titik posisi antar sampel.
Membuat citra kompgsit RGg 542 untuk mendeteksi penutup lahan.
Klasifikari .itu digital menggunakan sistem hibrida (hybrid classification).
Kondisi fisik lahan di daerah aliran sungai (DAS) terbukti berpengaruh terhadap volume debit puncak. Beberapa diantaranya adalah lereng, batuan, tanah, dan kerapatan tutupan vegetasi. Kondisi lereng yang semakin curam menjadi penyebab kenaikan debit puncak DAS. Hal serupa juga akan terjadi apabila keadaan tanah dan batuan yang semakin kedap air serta rendahnya kerapatan tutupan vegetasi. Selain itu, debit puncak turut dipengaruhi besaran presentase luas tegalan dan semak belukar (Suryono, 2013).
Global Mapper
Global Mapper adalah paket perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) yang dikembangkan oleh globalmapper.com yang dijalankan di Microsoft Windows. Perangkat lunak GIS ini bersaing dengan ESRI , Sistem Manifold, produk-produk GIS MapInfo. Global Mapper menangani kedua vektor, raster, dan data elevasi, serta menyediakan fitur peninjauan, konversi, dan fitur GIS umum. Global Mapper memiliki komunitas pengguna aktif dengan mailing list dan forum online (Wero, 2012).
Menurut Bakar (2012), Global Mapper memiliki banyak fungsi antara lain:
Generate kontur ke berbagai interval.
Generate watershed atau daerah aliran sungai secara otomatis.
Melihat data DEM dengan berbagai tampilan seperti atlas, hilshade, aspect, slope dan lain-lain.
Bakar (2012) menyatakan bahwa Global Mapper memiliki beberapa keunggulan antara lain:
Editor/viewer sangat mudah digunakan dan telah mampu menampilkan berbagai data raster, DEM, data vektor dan GeoPDF.
Mengonversi data hasil penginderaam jauh, mengedit data vektor, reproject citra satelit, mosaik citra satelit, print, track GPS.
Kemampuan akses secara online ke berbagai sumber data citra, peta topografi, DTM dan banyak lagi.
Dapat menghitung jarak dan luas dengan akurat, pembauran arsir dan penyesuaian kontras, melihat elevasi citra satelit DEM, dan perhitungan garis pandang untuk memaksimalkan presisi.
Feature Info Tool mempunyai fungsi lain seperti memotong data raster (DEM atau citra satelit lainya) tinggal di klik area pemotong dengan feature info tool setelah itu klik file pada menu utama export data raster sesuai kebutuhan.
Secara cepat mendigitalkan fitur vektor baru, mengedit fitur yang sudah ada, dan dengan mudah menyimpannya ke format ekspor yang didukung software Global Mapper.
Mudah melacak setiap perangkat GPS yang kompatibel yang terhubung ke port serial komputer melalui data apa pun yang di-upload, menandai way point tanpa sambungan, serta merekam log pelacakan.
Dengan cepat menyimpan isi layar menjadi file BMP, JPG, PNG, atau (Geo) TIFF, yang dapat drektifikasi secara intuitif dan disimpan dalam citra baru yang sepenuhnya dapat dijadikan georeferensi.
Kelebihan versi 12 dari software sebelumnya yaitu dapat secara otomatis membuat watershed dan kelebihan kelebihan yang lain.
MapWindow GIS
Bidang ilmu yang berkaitan dengan informasi keruangan saat ini tidak lepas dari bantuan GIS (geographic information system). merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menangkap, menyimpan, mrngedit, memanipulasi, menganalisis, menampilkan, dan mengeksport data yang berhubungan dengan fitur-fitur geografis. Sistem ini tidak hanya meliputi hardware dan software yang digunakan, tapi juga meliputi database yang diperlukan atau dikembangkan dan personal yang mengerjakan. Aplikasi GIS banyak dituangkan dalam bentuk software karena lebih mudah dan presisi dibandingkan dengan metode manual. Data peta digital akan diolah menggunakan software berbasis GIS (Bahraq, 2012).
MapWindow GIS adalah desktop pengguna geografis ramah sistem informasi untuk Windows yang menawarkan baik pemula dan pengguna ahli semua alat yang diperlukan untuk memvisualisasikan, memodifikasi dan menganalisis data geospasial. Dibuat oleh Idaho State University, dan dirilis sebagai sebuah program open source pada bulan Januari 2005, ia menyediakan pengguna dengan produk yang mendukung format data GIS standar seperti shapefile, ASCII, MrSID, JPEG 2000, PNG dan lain-lain. Lebih dari penampil dan editor, MapWindow merupakan produk sumber terbuka GIS. Selain itu, MapWindow menawarkan organisasi dan individu untuk menyesuaikan perangkat lunak menggunakan aplikasi GIS programming interface (API), membangun produk untuk kebutuhan mereka dengan tepat (Bahraq, 2012).
MapWindow berfungsi untuk menyimpan setiap elemen kartografi ke clipboard, yang memungkinkan untuk disisipkan ke dokumen lain, termasuk tampilan peta, legenda, panah utara, dan bar skala. Fitur ini memiliki keunggulan untuk menyesuaikan tata letak peta terakhir mereka dalam setiap program yang dipilih. MapWindow memiliki alat luar melihat dasar dan mengedit, seperti georeferencing, pembuatan kontur, dan peta ekspor dengan tag georeferencing (Bahraq, 2012).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum deliniasi DAS dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Mei 2016, pukul 10.00-selesai di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrologi, Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah PC yang telah terinstal software Global Mapper v11.00, MapWindow GIS, dan ArcView. Bahan yang digunakan yaitu data DEM srtm_60_14.ASC.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja deliniasi suatu DAS adalah:
Tahap Pemotongan Peta DEM
Membuka software Global Mapper v11.00.
Gambar 42. Tampilan Window Global Mapper v11.00
Membuka data DEM dengan mengklik File > Open Data File(s) kemudian masukkan data DEM srtm_60_14.ASC > Ok.
Gambar 43. Open Data File(s)
Mengklik Ok pada kotak dialog Unknown Projection.
Gambar 44. Unknown Projection
Mengklik Ok pada kotak dialog Select Projection For srtm_60_14.ASC.
Gambar 45. Select Projection For srtm_60_14.ASC.
Maka tampilan akan seperti ini
Gambar 46. Tampilan DEM srtm 60_14.asc.
Memperbesar salah satu wilayah peta dengan mengklik symbol Zoom In.
Gambar 47. Tampilan setelah di Zoon In
Mengklik File > Export Raster and Elevation > Export Arc ASCII Grid.
Gambar 48. Menu Export Raster and Elevation
Muncul kotak dialog Tip > Ok.
Gambar 49. Kotak Dialog Tip
Muncul kotak dialog Arc ASCII Grid Export Options > Pilih Export Bounds > Draw a Box.
Gambar 50. Kotak Dialog Arc ASCII Grid Export Options
Kotak dialog Drag a Box to Select Export Bounds.
Gambar 50. Kotak Dialog Drag a Box to Select Export Bounds
Menyimpan data dengan nama yang diinginkan dengan format type Arc ASCII Grid (*.asc).
Gambar 51. Menyimpan File
Pemotongan DEM telah selesai.
Tahap Delineasi DAS
Membuka software MapWindow GIS.
Gambar 52. Software MapWindow GIS
Mengaktifkan GIS Tools dan Watershed Delineation dengan mengklik Plug-ins > GIS Tools, kemudian Plug-ins > Watershed Delineation.
Gambar 53. Mengaktifkan GIS Tools dan Watershed Delineation
Mengklik GIS Tools > Raster > Assign Projection to Grids.
Gambar 54. Assign Projection to Grids
Muncul kotak dialog Select Grids dan Open grid files. Memilih file reni.asc pada kotak dialog Open grid files > Ok > Ok pada kotak dialog Select Grids.
Gambar 55. Open Grid Files
Muncul kotak dialog Choose Projection. Mengubah Category menjadi Geographic Coordinat Systems, kategori Group menjadi World, kategori Name menjadi WGS 1984.
Gambar 56. Choose Projection
Maka muncul GIS Tools yang menandakan project telah diterapkan.
Gambar 57. GISTools
Mengklik GIS Tools > Raster > Reproject Grids.
Gambar 58. Reproject Grids
Maka muncul tampilan Open grid files > pilih file reni.asc > Open. Pada kotak dialog Select Grids > Ok.
Gambar 59. Open Grid Files
Mengubah tipe Category menjadi Projected Coordinate System , tipe Group menjadi Utm – Wgs 1984, dan Name menjadi WGS 1984 UTM Zone 50s.
Gambar 60. Choose Projection
Setelah itu pilih Menu.
Gambar 61. DEM yang Telah Dipotong Sebelumnya
Mengkilk Watershed Delineation > Automatic, maka muncul kotak dialog Automatic Watershed Delineation.
Gambar 62. Kotak Dialog Automatic Watershed Delineation
Pada bagian Base Elevation Data (DEM) Layer, pilih data DEM yang sebelumnya disimpan dengan tipe file Reproject, kemudian Draw Mask > Yes, kemudian menyimpan file dengan perintah Save.
Gambar 63. Create New Mask
Membuat poligon pada peta, dengan mengklik titik-titik yang diinginkan hingga membentuk poligon, setelah itu klik kanan > Done.
Gambar 64. Menggambar Poligon
Setelah itu pada tampilan Automatic Watershed Delineation >pilih Run yang petama.
Gambar 65. Run Pertama
Kemudian , ubah sq.mi menjadi sq.km pada Network Delineation by Transhold Method.
Gambar 66. Pengubah dari sq.mi menjadi sq.km
Setelah itu klik Run yang kedua. Tunggu sampai proses Running selesai.
Gambar 67. Tampilan Setelah di Run
Mengklik Draw Outlet Views>Yes.
Gambar 68. Menggambar Outlet
Mengklik titik-titik outlet dari sungai hingga muncul tanda panah warna biru kecil, kemudian klik Done.
Gambar 69. Titik-titik Outlet
Mengklik Run yang ketiga, tunggu sampai proses Running selesai. Kemudian pilih Close.
Gambar 70. Run Ketiga
Tampilan setelah Run ketiga.
Gambar 71. Tampilan setelah Run ketiga
Pada Terrain Analysis, centang bagian Stream dan Wateshed.
Gambar 72. Hasil Delineasi DAS
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar 73. Peta Delineasi DAS
Pembahasan
Praktikum deliniasi DAS menggunakan data DEM srtm 60_14. Penggunaan data DEM dari srtm menunjukkan ketinggian permukaan bumi. Hal ini sesuai pernyataan Andra (2014), bahwa penggunaan data DEM dari srtm adalah bahwa data ketinggiannya merupakan ketinggian permukaan bumi termasuk tutupan lahannya, dalam hal ini termasuk pula ketinggian tajuk (pohon) dan juga gedung-gedung. Data srtm 60_14 menunjukkan lokasi.
Sebelum data DEM didelineasi, data DEM dipotong terlebih dahulu dengan menggunakan software Global Mapper. Global Mapper dengan fitur Info Tool berfungsi untuk memotong data DEM. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakar (2012), bahwa feature info tool mempunyai fungsi lain seperti memotong data raster (DEM atau citra satelit lainya) tinggal di klik area pemotong dengan feature info tool setelah itu klik file pada menu utama export data raster sesuai kebutuhan.
Setelah proses pemotongan DEM, tahap selanjutnya adalah mendelineasi DAS. Delineasi adalah proses pemberian batasan suatu areal, dalam hal ini DAS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kuswanto (2010), bahwa delineasi adalah suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu, suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan atau areal sisa (miscellaneous land area). Setelah mendelineasi DAS, tampilan layout peta dibuat dengan menggunakan software ArcView.
Peta delineasi menunjukkan bahwa DAS tersebut memiliki dua outlet sungai yang ditunjukkan pada ujung sungai dan memiliki 24 sub DAS dan aliran sungai ditunjukkan oleh garis berwarna biru. Delineasi DAS ini memberi batasan untuk suatu areal DAS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaswanto (2010), bahwa delineasi adalah suatu bagian yang ditunjukkan oleh suatu batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu, suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan atau areal sisa (miscellaneous land area).
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
Deliniasi DAS adalah delineasi adalah suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu, suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan atau areal sisa.
Penggunaan data DEM dari srtm menunjukkan ketinggian permukaan bumi.
Tahapan dalam delineasi DAS pada praktikum ini adalah tahap pemotongan DEM menggunakan software Global Mapper dan tahap mendelineasi menggunakan MapWindow GIS. Untuk tampilan layout menggunakan software ArcView.
Peta delineasi menunjukkan bahwa DAS tersebut memiliki dua outlet sungai yang ditunjukkan pada ujung sungai dan memiliki 24 sub DAS dan aliran sungai ditunjukkan oleh garis berwarna biru.
Saran
Pada saat praktikum sebaiknya dijelaskan fungsi ikon, menu yang terdapat pada Global Mapper dan MapWindow GIS dan langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum dijelaskan secara detail.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Rachmansyah, A. & Yanuwiadi, B., 2015. Deliniasi Unit Pengelolaan Sub DAS Konto. J-PAL, VI(2), pp. 115-122.
Andra, O. S., 2014. Citra SRTM. Universitas Negeri Padang: Padang.
Anonim, 2006. Pengertian Seputar DAS. http://bpdas-serayuopakprogo.dephut.go.id/info-das/pengertian-seputar-das. Diakses 8 Mei 2016.
Ardiansyah, 2013. Matakuliah Sistem Informasi Geografis (SIG).
http://informatika.unsyiah.ac.id/labgis/berkasupload/GIS_Session_03.pdf.
Diakses 8 Mei 2016.
Bahraq, N., 2012. Review Software GIS. http://najibbahraq.blogspot.co.id/2012/03/review-software-gis.html. Diakses 11 Mei 2016.
Bakar, A., 2012. Tutorial Global Mapper. http://www.citrasatelit.com/tutorial-global-mapper/. Diakses 8 Mei 2016.
Kaswanto, 2010. Delineasi Batas Daerah Aliran Sungai (DAS). http://kaswanto.staff.ipb.ac.id/delineasi-batas-daerah-aliran-sungai-das/. Diakses 8 Mei 2016.
Purwanto, T. H., 2013. Ekstraksi Morfometri Daerah Aliran Sungai daro Data Digital Surface Model (Studi Kasus DAS Opak). Diakses 8 Mei 2016.
Rahayu, S. et al., 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Center: Bogor.
Wero, S. W., 2012. Penambahan Kota (Urban Sprawl) terhadap Lahan Pertanian di Kota Makassar Berdasarkan Citra Satelit Landsat 5 TM (Studi Kasus Kecamatan Biringkanaya).Universitas Hasanuddin: Makassar.
LAMPIRAN
Reni Pratiwi
G41113303