Academia.eduAcademia.edu

Epistemologi Tasawuf

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Epistemologi itu sendiri berarti sebuah cabang ilmu filsafat. Berarti bisa diartikan pada karya tulis ini akan membahas tentang cabang ilmu filsafat yang terdapat di dalam tasawuf.

Epistemologi Tasawuf Disampaikan Oleh : ❖ Heni Puspita Sari NIM : 0705162006 Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu : Dr. Ja’far M.A Program Study :FISIKA Semester : II Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf merupakan sebuah ilmu yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt .Tidak hanya itu tasawuf juga bertujuan untuk beribadah kepada Allah swt. Tetapi tasawuf tersebut juga memiliki banyak hal yang terkandung di dalamnya, salah satunya epistemology tasawuf. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Epistemologi itu sendiri berarti sebuah cabang ilmu filsafat. Berarti bias diartikan pada karya tulis ini akan membahas tentang cabang ilmu filsafat yang terdapat di dalam tasawuf. Salah satu komponen yang terdapat di dalam epistemology tasawuf adalah peran hati dalam tasawuf. Selain itu ada juga metode tazkiyah al-Nafs yang menjadi komponnen epistemology tasawuf selanjutnya. dengan adanya dua komponen tersebut, epistemology tasawuf ini nantinya akan menjadi sebuah pokok pembahasan yang lebih jelas dan bermanfaat. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran hati di dalam ilmu tasawuf ? 2. Apa yang dimaksud dengan tazkiyah al-Nafs ? C. Tujuan Penulisan 1. Memahami peran hati di dalam ilmu tasawuf 2. Memahami tazkiyah al-Nafs yang terdapat di dalam tasawuf BAB II PEMBAHASAN A. Peran hati dalam tasawuf Yang dimaksud dengan “hati” (qalb) adalah hati seperti yang kita kenal, atau berarti pula “hati kecil” (fuad). Ada dua pengertian hati yang bias dipakai disini, yaitu : pertama, hati berarti organ tubuh biologis terpenting yang dimiliki manusia dan biasanya terletak di dada sebelah kiri , atau dibawah payudara sebelah kiri yang bentuknya mirip cangkang buah shanaubar. Kedua , hati memiliki pengertian sebagai organ spiritual. Hati menjadi pusat dari segala perasaan, persepsi, sensitivitas, akal, dan daya kontrol. Hati merupakan lathifah ruhaniah yang oleh para sufi disebut dengan istilah “Hakikat Kemanusiaan” (alhaqiqah al-insaniyyah), sementara para filsuf menyebutnya “Jiwa Nalar” (an-nafs an nathiqah). Hati inilah yang merupakan hakikat manusia. Dengan dimensi almaknawiah inilah manusia dapat disebut dengan predikat-predikat seperti “yang berilmu”, “yang mengetahui”, dan “yang memersepsi”. 1 Al-Ghazali menjelaskan bahwa hati (qalb) bermakna ganda . Pertama , hati adalah “daging yang diletakkan dalam dada sebelah kiri”. Kedua , hati adalah “sesuatu yang halus , bersifat ketuhanan (rabbaniyah), ruhani (ruhaniyah), dan memiliki kaitan dengan ruh”. Al –Ghazali memaknai qalb seperti aql, yakni “yang mengetahui ilmu yaitu hati yang halus , dan ilmu tentang hakikat-hakikat perkara. Akal adalah sifat ilmu dan terletak di hati”. Jadi , qalb terdiri atas dua bentuk, yaitu hati yang bersifat jasmani dan hati yang bersifat ruhani. Selain disebut qalb dan al-fuad, hati juga sering disebut dengan af’idah. Kata hati itu sendiri did ala Al-quran disebutkan dalam berbagai bentuk, antara lain kata qalbun sebanyak 6 kali, dan kata qulub sebanyak 21 kali. Kata al-fuad disebut sebanyak 3 kali, kata fu’aduka disebut sebanyak 2 kali, kata af’idah sebanyak 8 kali, dan kata af’idatuhum sebanyak 3 kali. Selain itu, dikenal juga sebuah sebutan basirah, yang berarti hati nurani disebut dalam Al-quran sebanyak 2 kali. Ahmad Mubarok telah menemukan konsep Al-quran tentang fungsi, potensi, kandungan, dan kualitas hati manusia. Menurutnya , qalbI berfungsi sebagai “alat untuk memahami realitas dan nilainilai serta memutuskan suatu tindakan (Q.S. Al-A’raf:179)”    ▪             ✓                  dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. 179. Sehingga qalb menjadi identik dengan akal . disebutkan bahwa hati memiliki delapan potensi, yakni : hati itu bisa berpaling, merasa kecewa dan kesal secara sengaja memutuskan untuk melakukan sesuatu, berprasangka, menolak sesuatu, menginngkari, 1 Muhammad Fethullah Gulen.Tasawuf untuk kita semua : Menapaki bukit-bukit zamrud kalbu, Melalui istilahistilah dalam praktik Sufisme. Jakarta Selatan :Republika Penerbit. 2014. Hal.63 dapat diuji, dapat ditundukkan, dapat diperluas dan di persempit, bahkan bias ditutup rapat. Selain memiliki potensi, di dalam hati menusia juga memiliki berbagai macam kandungan di dalam nya, seperti : penyakit, rasa takut, getaran, kedamaian, keberanian, cinta dan kasih saying, iman, kedengkian, kufur, kesesatan, penyesalan, panas hati, keraguan, kemunafikan dan kesombongan. Sedangkan kondisi hati manusia dapat dikelompokkan menjadi bermacam-macam, seperti keadaan hati yang bersifat positif dan keadaan hati yang bersifat negatif. Contoh keadaan hati yang bersifat positif adalah hati yang bersih, hati yang bertobat, hati yang tenang, hati yang menerima petunjuk, dan hati yang takwa. Contoh hati yang bersifat negatif adalah keras hati, hati yang berdosa, hati yang tersumbat, hati yang ingkar, dan hati yang kosong. Selain itu hati juga memiliki potensi untuk menyaksikan Allah swt, dan menyingkap segala sesuatu sepanjang hati telah suci. Ketika hati seorang sufi dikuasai Allah sebagai dampak dari perilaku mereka dalam menekuni ibadah dan zuhud terhadap dunia maka Allah akaan menyingkapkan rahasia alam dan hakikat segala sesuatu kepada kaum sufi. Menurut Al-Ghazali ada lima penyebab hati mengalami kegalan dalam meraih ilmu, yaitu : kekurangan hati, hati menjadi kotor akibat mengikuti hawa nafsu sehingga selalu berbuat maksiat dan perbuatan keji, hati dipalingkan dari kebenaran karena tidak mau mencari kebenaran dan mengarahkan pikiran kepada hakikat Ilahiah, terhijab karena banyak taklid dan tunduk kepada prasangka, meskipun telah mampu mengekang hawa nafsu atau memfokuskan diri kepada kebenaran, dan kebodohan dalam mengetahui arah kebenaran akibat penyelewengan ilmu dan tidak mengetahui manfaat pencarian ilmu. Hati akan menjadi suci apabila dihiasi oleh sifat-sifat ilahiah, cahaya iman dan hikmah, sehingga hati akan menjadi cermin yang bercahaya cemerlang, dan akhirnya hati akan meraih kasyf yang membuatnya akan memperoleh kebenaran, bertemu Allah, dan mampu menyingkap hakikat agama. Sebaliknya ketika hati menjadi kotor akibat maksiat, maka hati menjadi hitam dan akibatnya akan terhijab dari Allah swt. Meuruut Al-Ghazali,seorang sufi dapat meraih ilmu mengenai banyak hal tanpa melalui proses belajar dan usaha, melainkan dengan ketekunan dalam ibadah dan zuhud terhadap dunia. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hati harus dihiasi oleh ibadah, dan dijauhi dari jebakan hawa nafsu, agar hati mampu meraih ilmu, dan menyingkap rahasia agama.2 B. Metode Tazkiyah Al-Nafs Al- tazkiyah dari kata tazakka yang secara bahasa diartikan dengan suci, pensucian, atau pembersihan. Sebagaimana firma Allah dalam Q.S. Al-A’la:14-16:3 JA’FAR. Gerbang Tasawuf:dimensi teoritis dan praktis ajaran kaum sufi. Medan: Perdana Publishing. 2016. Hal. 34-38 2 3 Dahlan Tamrin. Tasawuf Irfani : tutup nasut buka lahut. Malang : UIN-MALIKI PRESS(Anggota IKAPI).2010. Hal. 85                14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), 15. dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. 16. tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Keabsahan tazkiyah al-nafs (metode irfani) diakui oleh kitab suci Al-quran. Al-quran menegaskan bahwa para Nabi dan Rasul diutus untuk menyucikan jiwa manusia. Term tazkiyah al-nafs disebut dalam Al-quran sebanyak 25 kali dalam berbagai bentuk : zakiyyah, azka, yuzakki, yatazakki, atau zaki . Istilah tersebut dapat bermakna “tumbuh karena berkah dari Tuhan, halal, sifat-sifat terpuji, dan menyucikan jiwa. Adapun keutamaan tazkiyah al-nafs menurut Al-quran bahwa pelakunya disebut sebagai orangorang beruntung, dan orang tersebut diberi pahala serta keabadian surgawi. Dengan demikian. Metode irfani ini merupakan metode yang dikembangkan dari isyarat-isyarat wahyu, metode para nabi dan rasul, dan memberikan keberuntungan dunia dan akhirat kepada penggunanya. 4 Oleh karena itu, para sufi telah menunjukkan kepada kita bagaimana caranya membersihkan jiwa dalam sebuah program penyucian jiwa “tazkiyah al-nafs” . Penyucian jiwa dimulai dari :5 1. Tatharrur yaitu membersihkan diri dari segala kotoran atau penyakit jiwa. 2. Tahaqquq yaitu menanamkan sifat-sifat terpuji menggantikan sifat-sifat tercela dalam jiwa 3. Takhalluq yaitu menirukan segala sifat-sifat atau nama-nama yang indah dari Allah dan Rasulullah. Atau dengan istilah yang berbeda tetapi tujuannya sma, tahap-tahap tersebut dinamakan oleh para sufi dengan istilah-istilah :6 1. Takhalli berarti penarikan diri. Seorang hamba yang menginginkan kedekatan (qurb) dengan Allah haruslah menarik diri dari segala sesuatu yang mengalihkan perhatiannya dari Allah. Takhalli ini juga dimaknakan dengan mengosongkan diri. Dalam hal ini, kaum sufi terbagi menjadi dua kelompok yaitu : a. Kelompok yang berpandangan bahwa dunia adalah racun pembunuh yang menghalangi seseorang untuk dapat memperoleh kedekatan dengan Tuhankarena itu, bagi mereka nafsu duniawi harus benar-benar dimatikan b. Kelompok yang berpendapat bahwa kebencian kepada dunia hanya sekedar tidak melupakan tujuan hidup, karenanya tidak berarti meninggalkan dunia sama sekali. 4 Ibid . hal.39 Mulyadhi Kartanegara. Menyelami Lubuk Tasawuf. PT. Gelora Aksara Pertama. 2006. Hal . 157 6 M. Iqbal Irham. Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. Ciputat : Pustaka al-Ihsan. 2013. Hal . 160-162 5 2. Tahalli berarti tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan dari akhlak-akhlak tercela. Diantara sikap mental dan perbuatan baik yang wajib diisi dan ditanamkan ke dalam jiwa manusia adalah taubat, zuhud, faqr, sabar, ridha, dan tawakal. 3. Tajalli berarti lenyapnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan pada diri seseorang dan lenyapnya segala yang lain ketika nampkanya wajah Allah. Tajalli berarti penyingkapan diri yakni Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada makhluknya. Tajalli juga berarti terungkapnya nur ghaib bagi hati karena Allah telah menyingkapkan diri-Nya. Metode ini merupakan metode kaum sufi dalam Islam yang mengandalkan aktivitas penyucian jiwa untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan menilai bahwa ilmu haiki hanya diraih dengan cara mendekatkan diri kepada sosok Yang Maha Mengetahui, bukan dengan mentode observasi dan ekperimen dan metode rasional. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Hati mampu menyaksikan Allah swt, dan mengenal sifat-sifat-Nya, serta mampu menyingkap segala sesuatu. Hal ini tejadi jika hati berada di dalam keadaan suci. Sebaliknya jika hati berada di dalam keadaan yang kotor maka hati akan terhijab dari Allah dan menjadi hitam. Metode tazkiyah al-nafs adalah sebuah metode yang bersifat menyucikan diri . dan telah terjadi penyatuan antara objek yang di pikirkan dan subjek yang memikirkan. DAFTAR PUSTAKA JA’FAR, . Gerbang Tasawuf. 2016 .Medan: Perdana Publishing. Irham, Iqbal .Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. 2013.Ciputat : Pustaka al-Ihsan Gulen, Fethullah.Tasawuf untuk kita semua : Menapaki bukit-bukit zamrud kalbu, Melalui istilah-istilah dalam praktik Sufisme.2014. Jakarta Selatan :Republika Penerbit. Kartanegara, Mulyani. Menyelami Lubuk Tasawuf .2006. PT. Gelora Aksara Pertama. Tamrin, Dahlan. Tasawuf Irfani : tutup nasut buka lahut. 2010. Malang : UIN-MALIKI PRESS(Anggota IKAPI).