Makalah
Pengaruh Peripatetisme dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Argi Herrian
91215033572
Dianto
91215033574
PEDI B
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Dja’far Siddik, MA
Makalah ini masih dalam tahap pembelajaran,
kritik dan saran sangat di harapkan untuk perbaikan selanjutnya
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Dapat kita pahami bersama, bahwa secara etimologi, istilah Peripatetik berasal dari bahasa yunani yaitu peripatos. Kata ini di artikan sebagai berkeliling, berjalan-jalan,
Masjid Fakhry,”al-Masyaiyah al-Qadiman,” dalam Ma’in Ziyadah (ed), al-Mausu’ah al-Falsafiyah al-‘Arabiyyah JIlid I (t.t.p:Ma’had al-Inma’ al-‘arabi, 1998),h. 1274.tempat berlindung, tempat bersembunyi, tempat berjalan-jalan atau pecakapan sambil berjalan-jalan. Istilah ini di kenal sebagai julukan bagi pengikut ajaran Aristoteles. Setelah Aristoteles wafat, ajarannya terus di kembangkan oleh para pengikutnya antara lain Theophratos, Strato, Andronikos, dan Alexander Aphrodisias . Mereka di kenal sebagai komentator utama ajaran Aristoteles dan pendukung Mazhab Perpatetis.
Dalam pemahaman ini, aliran Aristoteles dijuluki sebagai Peripatetik (masysya’iyin), karena filsuf Yunani ini mengajarkan filsafat kepada para muridnya sambil berjalan-jalan. Karena itu pengikut pengajarannya dinamai masysya’iyah. Ajaran Aristoteles dikembangkan oleh sejumlah filsuf Muslim. Karena itulah mereka di sebut sebagai kaum Peripatetik. Kaum Peripatetik Muslim di maksud seperti al-Kindi, al-Faribi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Para filsuf ini di pengaruhi oleh ajaran Aristoteles, karenanya mereka di sebut sebagai masysya’iyah (Kaum Peripatetik), sebagaimana guru mereka, Aristoteles. Akan tetapi, Peripatetisme Muslim tidak hanya mengembangkan Aristotelianisme semata, sebab para filsuf Perpatetik Muslim telah melakukan harmonisasi antara Aristotelianisme, Platonisme, Plotinus dan ajaran Islam.
Dja’far Siddik dan Ja’far, Jejak Langkah Intelektual Islam, Epistemologi Tokoh dan Karya (Medan: Lain Perss, 2010), h. 36.
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Peripatetisme dalam Khazanah Pemikiran Islam
Filsafat Yunani Pra Islam
Filsafat Yunani telah nampak sejak zaman Masehi Terlihat munculnya beberapa tooh yang sangat terkenal di dunia. Socrates (meninggal 399 M), Plato (429-374 SM), Aristoteles (384-322 SM), Epicurus (342 271 SM), dan Zeno (+ 300 M) parah tokoh tersebut menjadi rujukan bagi kebanyakan orang dalam mengkaji suatu filsafat.
Filsafat Yunani yang sampai pada dunia Islam, tidaklah seperti apa yang diinginkan orang Yunani sendiri, melainkan sudah melalui pemikiran Hellenisme Romawi yang sudah memiliki ciri khas dan corak tertentu, yang sudah barang tentu mempengaruhi kepada Filsafat itu. Oleh karena itu tidak semua pemikiran-pemikiran filsafat yang sampai kepada ke dunia Islam berasal dari Yunani, baik teks-teks aslinya ataapun ulasan-ulasannya melainkan hasil dari dua aliran yang berturut-turut yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi.
A. Hanafi, Filsafat Islam, Jakarta, 1969, h. 34
Fase Hellenisme Romawi adalah fase dimana pemikiran filsafat hanya dimiliki orang-orang Yunani sampai abad ke IV SM.
Fase Hellenisme Romawi adalah fase yang dimulai dari abad ke IV Seblum Masehi sampai ke abad delapan Masehi. Ia meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan Romawi dan juga membicarakan peninggalan pemikiran Romawi di Barat, pemikiran Mesir dan Siria di Timur.
Kedua fase ini memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut, maka kita akan mengetahui ciri-ciri filsafat yang sampai kepada dunia Islam sebelum kaum berfilsafat. Oleh karena itu berikut ini di kedepankan ciri khas dari kedua fase tersebut.
Ciri-ciri khas fase Hellenisme
Filsafat Yunani sebelumnya bukan hasil dari ciptaan filsafat-filsafat Yunani, melainkan sebagai pilihan dari kebudayaan Yunani sebelum masa bersfilsafat. Karena filsafat Yunani mula-mula dimaksudkan untuk melepaskan dari kekuasaan golongan agama berhala (bersahaja) dengan jalan menguji kebenaran ajarann-ajarannya. Apa yang dibenarkan oleh akal fikiran dinamakan fillsafat, dan apa yang tidak dapat diterima oleh akal fikiran dinamakan dalam “ceritera-ceritera agama-agama”. Karena itu dalam filsafat Yunani terdapat unsur-unsur agama bersahaja (agama berhala), antara lain kepercayaan tentang adanya banyak zat yang membekasi alam dan yang menjadi sumber segala peristiwanya, meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan apa yang ada pada agama Yunani sendiri.
Karena zat yang berbilang dalam agama itu dinamakan “dewa-dewa”, sedang dalam filsafat disebut “akal benda-benda langit”, sebagaimana yang kita lihat antara “akal bulan” dengan “akal manusia” Menurut filsafat Yunani, bukan hanya sebab yang pertama (first Cause) yang mempengaruhi alam, tetapi juga ada kekuatan-kekuatan lain yang ikut serta mempengaruhinya, yaitu akal-akal yang menggerakkan benda-benda langit.
Kemudian filsafat Yunani bersifat tidak selaras, karena memang semua terdiri dari bermacam-macam soal yang tidak selaras. Akibat dari persoalan yang demikian, mereka dalam menguraikan persoalan filsafat masih terpengaruh oleh pemikiran orang sebelumnya yang juga berbeda-beda. Sebagaimana filosuf terkenal Pluto dan Aristoteles juga terhindar dari pengaruh itu. Dengan demikian filsafat mereka tidak lain hanyalah merupakan usaha perluasan dalam mencukupi segala hal pemikiran filsafat yang telah ada sebelumnya.
Demikianlah Pluto dan Aristoteles telah berhasil memadukan pekiran-pikiran filsafat sebelumnya. Tetapi hasil pemaduan tersebut tidak dapat mandiri, karena pikiran-pikiran filsafat adalah hasil pemikiranbermacam-macam aliran yang berbeda pandangannya terhadap segala kenyataan yang ada.
Aliran-aliran itu ialah :
Abu Ahmadi, Filsafat Islam, Semarang, 1982, h. 44.
Aliran Tabi`i (natural philoshophy). Tokohnya : Democritus dan filosof-filosof Ionia. Mereka menghargai alam dan wujud benda setinggi-tingginya. Karena itu menurut aliran ini, alam itu abadi.
Aliran Ketuhanan
Aliran ini mengakui zat-zat yang metapisik, diwakili oleh aliran Elia dan Socrates, yang mengatakan bahwa sumber alam indewarawi adalah sesuatu yang ada di luarnya.
Aliran mistik
Tokohnya: Pitagoras, ia mengingkari nilai alam indrawi, dan oleh karena itu aliran ini menganjurkan kepada manusia untuk meninggalkannya, serta menuju kepada alam yang penuh kesempurnaan, kebahagian dan kebebasan mutlak, sesudah terikat oleh benda alam ini.
Aliran kemanusiaan
Aliran ini menghargai manusia setingi-tingginya, dan mengakui kesangupannya untuk mencapai pengetahuan. Ia menganggap manusia ini sebagai ukuran kebenaran. Aturan ini diwakili oleh Sacrotes dan golongan Sofist, meskipun ada perbedaan antara dia dengan mereka.
Ciri-ciri khas fase Hellenisme Romawi
Sebenernya fase ini merupakan peralihan dari filosof Yunani menjadi filsuf Hellenisme Romawi yang disebabakan oleh Alexandros yang besar, murid Aristoteles. Tindakannya yang imperalis menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam kerajaan Macedonia. Sesudah itu ia menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor dan mengembangkan kekuasaannya sampai ke India. Dengan perombakan pagar negara-negara itu, maka kebudayaan Grik keluar dari pagarnya dan bercampur baur dengan peradaban ariental. Maka terjadi pertukaran pikiran dan saling mempengaruhi peradaban masing-masing, kerajaan Roma yang mencakup dunia Frik, Asia Minor dan sebagian dunia Arab, proses mempengaruhi semakin luas. Sehingga masa ini mempunyai ciri khusus dan berbeda dengan masa sebelumnya. Dalam perkembangannya masa ini dibagi menjadi tiga masa, di mana masing-masing masa mempunyai corak dan warna sendiri-sendiri.
Masa pertama dimulai pada abad ke-4 sebelum Masehi sampai dengan pertengahan abad pertama sebelum Masehi.
Aliran-aliran yang ada pada masa ini adalah :
Aliran Epicure
Pendirinya: Epicurus (341 – 271 SM), lahir di Sonos, dan meninggal di Atena.
Ajarannya: Bahwa filosuf harus merintis jalan ke arah mencapai kesenagan hidup. Titik berat ajarannya terletak pada etik, soal tertib sopan dalam penghidupan, soal moral
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, 1980. h. 100.
Aliran Stoa
Pendirinya: Zeno (340 – 264 SM), lahir di Kition dan meninggal di Atena.
Ajarannya: mencari dasar-dasar umum yaitu jallan untuk mengatasi segala kesulitan dan memperoleh kemenangan dalam penghidupa. Pandangan lainnya adalah bahwa semua yang terjadi dalam dunia ini berlaku menurut hukum alam dan ratio, akal Tuhan untuk keselamatan manusia. Semuanya teerjadi menurut kemestian dalam edaran yang tetap, maka hendaklah diterima dengan sabar dan gembira.
Ibid, h. 152
Aliran Skeptis
Pendirinya: Phrhon (360 – 270 SM)
Ajarannya: bahwa untuk sampai kepada kebenaran, kita harus percaya dulu bahwa segala sesuatu itu tidak benar, kecuali sesudah dapatt dibuktikan kebenarannya. Ajaran lainnya adalah bahwa pengetahuan manusia tidak akan sampai kepada kebenaran atau mengingkari kebenaran mutlak (obyektif).
A. Hanafi, Filsafat …., h. 40
Peyebaran pikiran-pikiran keagamaan
Setelah filsafat berkembang ke timur dan bertemu dengan agama Yahudi dan Masehi, maka sejak itu tokoh-tokoh agama berusaha menyebarkan pikiran-pikiran agama, terutama untuk kalangan cendekiawan yang biasa bergulat dengan pemikiran filsafat. Penyebaran yang di lakukan oleh mereka melalui dua jalan.
Abu Ahmadi, Filsafat…., h.71
Mengarang buku-buku keagamaan yang bercorak filsafat Yunani, kemudian dipertalikan kepada Plato dan Aristoteles, dengan maksud supaya ketentuan-ketentuan agama tersebut mendapat dukungan dari filsafat yang diwakili oleh kedua tokoh tersebut, di samping dukungan atau pembenaran dari wahyu.
Menguraikan kebenaran-kebanaran agama yang belum jelas dengan fikiran-fikiran filsafat atau menafsirkan nas-nas agama dengan kata-kata yang sesuai dengan perkataan para filosofus. Ketentuan agama tersebut biasanya yang bertalian dengan soal-soal metafisika.
Dengan demikian, kaum muslimin dalam memadukan antara ketentuan agama dengan filsafat Yunani tidak lepas dari usaha-usaha seblumnya. Sehingga boleh jadi kegiatan mereka dalam berfilsafat terletak pada nisbat itu. Sehingga orang menyatakan dalam kedudukan filsafat sama dengan agama Islam. Sebagaimana pernyataan Al-Ghazali bahwa filsafat di ambil dari kitab Tuhan.
2.Sikap dunia Islam terhadap filsafat Yunani
Setelah kaum muslimin menterjemahkan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa Arab, maka mereka bergumul dalam suatu ilmu baru yang mempunyai warna corak dan warna sendiri yang sebelumnya tidak di kenal. Kehadiran filsafat di tengah-tengah mereka menimbulkan sikap yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di antara mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada juga yang menerima sebagian.
Misalnya kita lihat pada awal masa penterjemah yaitu di masa Al-Mansur dan Al-Makmun para cendekiawan muslim pada umumnya menerima pemikiran filsafat Yunani. Sebab filsafat yang diterjemahkan berkisar pada ketuhanan etika dan ilmu jiwa yang ada hubungannya dengan ilmu agama, terutama filsafat ketuhanan.
Kemudian timbul perlawanan intelektual terhadap filosof Yunani yakni pada masa Al-Asy’ari. Kejadian ini disebabkan bahwa filsafat Yunani bersifat spekulatif yang mengutamakn teori dan mengabaikan kenyataan, padahal AL-Qur’an sebagai landasan pemikiran para filosof Islam pengungkapan kongkrit.
Adapun kaum muslimin yang menerima filsafat itu, tidak sama pendapatnya. Sebagian mereka ada yang menerima hanya pada bagian-bagian tertentu, melalui jalur yang sangat hati-hati yaitu golongan yang berada dibawah aliran mu’tazilah, sedangkan para filosof Islam pada umumnya menerima bulat-bulat apa yang terdapat di dalam filsafat Yunani. Perbedaan ini disebabkan adanya dinamika kerja yang berlainan. Mu’tazilah adalah brkecimpung dalam masalh agama, sehingga tugasnya mempetahankan agama. Berbeda dengan para filsuf yang dihadapkan dengan terjemahan-terjemahaan kitab-kitab filsafat.
Penerimaan pemikiran-pemikiran filsafat Yunani pada umumnya didasarkan pada faktor-faktor obyektif yang ada dalam filsafat Yunani itu sendiri. Meskipun faktor-faktor subyektif yang ada pada para filosuf. Adapun faktor-faktor obyektifnya adalah:
A. Hanafi, Filsafat …., h. 65
Ketelitian yang dimiliki oleh logika. Aristoteles dan ilmu-ilmu matematikayang cukup mengagumkan fikir Islam, sehingga mereka mempercayai kebenaran logika itu dan kejelasan seluruh hasil pemikiran Yunani, sampaipon dalam lapangan Ketuhanan (metafisika), dimana penerterjemahannya baru terjadi pada masa yang kemudian. Kekaguman teersebut bisa terjadi, karena api yang biasa yang dikenal oleh dunia Islam ialah segi-segi intusionil dan perasaan dalam mempertahankan kepercayaan-kepercayaan agama. Akibat kekaguman tersebut di kagumi oleh Al-Ghazali dalam bukunya “Al-Munqidzu min-ad-Dhalal”.
Corak keagamaan pada filsafat Yunani ketika menggambarkan Tuhan dan kebahagian manusia, Tuhan digambarkan sebagai Tuhan Yang Esa, dan jalan kebahagian ialah zuhud serta tasawuf dan peleburan diri pada Tuhan sebagai jalan pendekatan manusia kepada-Nya. Corak keagamaan sebenarnya datang dari pikiran-pikiran lain bukan Yunani, yaitu pikiran-pikiran Romawi, pikiran Mesir di Iskandariah, pikiran Punisia di Timur serta Semit di timur dekat.
Terjadinya pembauran pemikiran-pemikiran keagamaan dari kalangan Yahudi dan Masehi yang berwarna filsafat dengan filsafat Yunani, sehingga terjadi penterjemahan, maka kitab-kitan keagamaan itu disangka sebagai karya filosuf-filosuf Yunani.
Pemikiran filsafat itu sendiri berada di tengah antara agama dan ilmu. Sehingga para filosuf Islam mudah menyesuaikan alur pemikiran filsafat dengan ajaran agamanya.
Tokoh dan Karya Monumental
Ada beberapa tokoh dan Karya Monumental dalam aliran Peripatetisme.
Al-Kindi (w.866 M).
Filsuf pemberi asas bagi aliran Peripatetik adalah al-Kindi (w. 866 M), yang dalam bahasa latin di kenal sebagai Alkindus. Al-Kindi telah menulis 270 karya, seperti Fi Falsafat al-Ula, kitab al-Bahs’ala Ta’lim al-Falsafah, Tartib kitab Aristhutilis, Risalah fi Hudud al-Asyya’, Fi Radd’ala al-Mananiyah, Naqd al-Masa’il al-Mulhidin, al-Hilal li Daf’i al-Ahzan dan al-Aqsam al-‘Ilm al-Insani. Al-Kindi di pandang oleh para sejarawan sebagai filosof Arab-Muslim pertama.
Al-Farabi (w.950 M).
Al-Farabi (w.950 M) yang dalam bahasa latin di kenal sebagai Alpharibus, seorang murid dari Yuhanna bin Haylan dan Bisyr Matta bin Yunus. Ia di gelari sebagai Mu’allim al-Tsani (Guru Kedua) setelah Aristoteles, sebagai Mu’allim al-Awwal (Guru Pertama). Al-Farabi di kenal sangat pruduktif dalam menulis sejumlah karya seperti, Kitab Huruf, KItab al-Alfazal al-Musta’malah fi al-Mantiq, Kitab al-jadal, Risalah fi al-‘Aqal, Risalah fi al-Mantiq, Ihsa’ al-’Ulum, Kitab Ara’Ahl al-Madinah al-Fadhillah dan lain sebagainya. Kemudian beliau juga dikenal sebagai salah seorang filsuf rasinonalis, al-Farabi lebih memilih pola hidup seperti pola hidup sufi.
Ibn Zakaria Al Razi
Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ibn Yahya Al-Razi. Ia lahir di Rayy pada tanggal 1 Sya’ban 251 H/865 M. Pada masa mudanya, ia menjadi tukang intan dan suka pada music (kecapi). Al Razi termasuk orang yang aktif berkarya, buku-bukunya sangat banyak, bahkan ia sendiri mempersiapkan sebuah kataloq yang kemudian di prosuksi oleh Ibn Nadim.
Adapun buku-buku itu di antaranya:
Al Tibb al Ruhani
Al Shirath al Falsafiyah
Amarat Iqbal al Daulah
Kitab al Ladzdzah
Kitab al Ibn al Ilahi
Makalah fi ma ba’d al tabiah
Al-Syukur ‘ala Proclas
Ibn Sina
Ajaran filsafat Peripatetik mencapai kematangan berkat usaha Ibn Sina (w. 1073 M), seorang filsuf Persia bergelar Syaikh al-Rais. Dalam bahasa latin, dia di kenal sebagai Avicenna. Ibn Sina tidak saja di kenal sebagai filsuf, tetapi juga seorang ilmuan. Dokter terbaik zaman keemasan Islam ini banyak menulis pelbagai kitab seperti al-syifa, al-Isyarat al al-Tanbihat, al-Najat, al-falsafah al-Masyriqiyyah, Mabda’ wa al-Ma’ad, Zanun fi al-Thibb, Risalah fi Zuwwah al-Nafs, Danisyanama-yi’Ala’i, al-Muzdawiyah, al- Zashidah al-‘Ainiyyah dan lain sebagainya. Karya-karya kedokteran Ibn Sina sangat mempengaruhi ilmu kedokteran Erofa abad pertengahan.
Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ahmad Abdul Hamid Al-Ghazali. Beliau di lahirkan di Thus, suatu kota di Khurasan pada tahun 450 H/1059 M. Karangan Al-Ghazali adalah jumlahnya banyak sekali hamper 100 buah. Karangan-karangan tersebut meliputi berbagai macam lapangan ilmu pengetahuan, seperti ilmu kalam (theology Islam), Figh (Hukum Islam) tashawuf, akhlak dan autobiografi. Sebagian besar karangannya adalah berbahasa Arab dan sebagian lagi berbahasa Parsi. Kemudian ia mempunyai beberapa kitab, seperti Tahafut al Falasafiah, Ihya ‘Ulumuddin, Al- Munqidz min Ad-Dhalal dan lain-lain.
Nasir Al Din Tusi
Nama lengkapnya adalah khawajah Nasir al Din Abu Jafar Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan. Ia lahir di Tus pada tahun 597 H/1201 M. Setelah menerima pendidikan dasaar dari ayahnya, ia mempelajari fiqih, ushul, hikmah, (filfafat) dan kalam, terutama buku “Isyaratnya” Ibn Sina, dari Mahdar Faridal Din Damad, dan juga belajar maetematika pada Muhammad Hasir di Nishabur. Kemudian pergi ke baghdad untuk belajar ilmu pengobatan (ilmu kebatinan) dan filsafat kepada Qutb al Din memperdalam matematika pada Kamal al Din ibn Yunus dan seorang sarjana yang mahir dalam matematika, astronomi, fiqih, ushul dan juga dalam pengobatan.
Tusi meskipun pandai dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan namun ia bukan seorang ilmuan/filosuf yang kreatif sebagaimana filosuf yana ada di Timur yang memuai sebelumnya. Ia bukan termasuk ahli fikir kreatif yang memberikan gagasan-gagasan muurni yang cemerlang. Hal ini nampak pada kedudukan ia sebagai penganjur gerakan kebangkitan kembali dan dalam karya-karyanya kebanyakan bersifat eklektis yakni bersifat memililih berbagai sumber. Tetapi meski demikian, ia tetap memiliki ciri khas tersendiri dalam menyajikanbahkan tulisannya. Kepandaian yang beragam (real raund) sungguh mengagumka.
Menurut Ivano dalam “Tashawwurat” nya mengatakan bahwa karya-karya yang ditulis Tusi sekitar seratus lima puluh karya. Sedangkan menurut Mudaris Ridwi berkisar sekita seratus tiga puluh judul, sedang yang dua puluh satu judul lainnya ia meragukan, Apakah benar karya dari Tusi atau bukan.
Adapun karya-karya filsafatnya yang penting antara lain adalah :\
Mantiq al Tajrid (Ilmu logika)
Ta’dilul Mi’yar (Ilmu logika)
Asas al Iqtibas (Ilmu logika)
Qawa id al Aqaid (Dogmatik)
Tajrid al Aqaid (Dogmatik)
Ahlaq al Nasiri (Etika)
Ausaf al Asyral (Etika Sufi)
Itsbati Jauhar al Mufariq (Metafisika)
Risalah dar Itsbati Aqli (Metafisika)
Risalah dan wujud Jauhari Mujarrad (Metafisika)
Risalah dar Itsbati Aqli (Metafisika)
Risalah Darurati Marq (Metafisika)
Risalah ‘Iiai wa Ma’lul (Metafisika)
Fushul (Metafisika)
Tashawwurat (Metafisika)
Ibnu Bajjah
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya al Sha’iqh yang terkenal sebutan Ibnus Shaiqh atau ibnu Bajjah. Orang-orang Eropa bada abad-abad pertengahan menyebutnya dengan “Avempace”, sebagaimana mereka menyebutnya Ibnu Sina, Ibnu Sina Gaberol, Ibnu Taufail dan Ibnu Rusjd, masing-masing dengan Avicennam Avicenbron, Abubacer dan Averrdes.
Meskipun sangat sedikit waktu yang dituangkan untuk karangan-karangan, namun ia tetap meninggalkan bebarapa karyanya yag terkenal yaitu antara lain :
Beberapa risalah dalam ilmu logika, dan sampai sekarang masih tersimpan diperpustakaan Escurial (Spanyol).
Risallah tentang jiwa.
Risalah Al-Ittisal, mengenai pertemuan manusia dengan akal faal.
Risalah Al-Wad’, berisi uraian tentang penggerak pertama bagi manusia dan tujuan sebenarnya bagi wujud manusia dan alam.
Beberapa risalah tentang ilmu falaq.
Risalah tadbir ul-Muttawwahid,
Beberpa ulasanterhadap buku-buku filsafat, antara lain dari Aristoteles, Al Farabi, Porphyrius, dan sebagainya.
Ibnu Thufail
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn Abu al Malik ibn Muhammad ibn Tuhfail AL Andalusi al Qurthubi.dia dilahirkan di Guadia, dekat Granada, Andalusia (Spanyol) pada tahun 536 H/1110 M. Tanggal kelahirnya tidak dikenal secara pasti. Kegiatan ilmiahnya adalah meliputi ilmu kedoktaran kesusastraan, matematika dan filsafat,. Di kotanya ia terkenal sebagai dokter.
Meskipun karangan-karangan Ibnu Thufail tidak sampai kepada kita, namun ada satu karangan yang terkenal yaitu risalah “Hay bin Yaqadhan” yang merupakan intisari pemikiran filsafat Ibnu Thufail. Risalah telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab, Spayol, Prancis, Inggris, Jerman dan Latin. Risalah ini juga disebut “Asror al Falsafatu al Masyriqiyah” ( Rahasia-rahasia Filsafat Timur).
Ibnu Rusyd
Nama lengkapanya Abu Al Wahid Muhammada ibn Ahmad ibn Rusyd. Ia dikenal dengan nama Averroes, ia lahir di Kardova sebagai pusat kemajuan pikiran dan ilmu pengatahuan di Andalusia pada tahun 920 H/1126 M. Ia dibesarkan dalam keluarga ahli fiqih dan hakim. Ayahnya adalah seorang hakim (Qadli). Demikian kakeknya juga sebagai hakim di Kardoba.
Adapaun karya-karya ibnu Rusyd diantaranya adalah:
“Tahaful al Tahafut” suatu buku yang masyhur dalam lapangan filsafat dan theologi Islam. Ia berisi filsafat dari serangan Al Ghozali dalam bukunya “Tahaful al Tahafut”
Fathul al maqal fi ma baina syari’ati walhikmati min min al ittishal.buku inni berisi untuk menunjukan perbaduan antara syariat dn filsafat. Ia pernah diterjemahaan kedalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh J.Muller, seorang seorag ahli ketimuran jerman
“Manahij al adilah fi ilmi al Ushul”. Buku ini menguraikan tentang pendiri-pendirian aliran-aliran theologi Islamdan kelemahan-kelemahannya. Juga berisi perbaduan anatara filsafat adan ilmu ushul. Buku ini diterjemahkan kebahasa Jerman oleh J.Muller.
Kedua buku di atas no 2 dan 3 pada tahun 1313 H telah diterbitkan secara bersama-bersama dalam satu judul yaitu “Kitab falsafah dalam falsafah ibn Rusyd”
“Riwayat al Mujtahid wa Nahiyat al al Muqtashid”. Adalah sebuah buku ilmu fiqih. Buku berisi pembahasan yang berhubungan dengan pendapat-pendapat para imam mazhab dalam fiqih dengan menyebutkan alasan-alasan masing-masing.
Karangan-karangan yang berbentuk “syarh” dan risalah-risalah:
“Alkuliyat” (calliget) merupakan buku yang berisi ilmu-ilmu kedokteran di dadalamnya juga berisi syarh “Al Qnun”, karya Ibnu Sina.
“Al Sina al Thabii” (ilmu musik), As sama wal Alm (langit dan alam), Al Thabiah (Fisika), Al Kaun wal Fasad (kejadian dan kepunahan), anap (jiwa) Ma-Bagda Al Thabiah (Metefisika), talkhil al Maqulat (ringkasan kategoris) dan talkhis al Hithaba (ringkasan rettorika)
Komentar-komentar mengenai metafisika,diterangkan daklam risalah syrh al Akbar (penjelasan global), syarh al autsat (penjelasan pertengahan), dan syarh al asghar (penjelasan kecil). Syarh al Akbar ditulis pada tahap petama, syarh al ausat ditulis pada tahap kedua dan al asghar ditulis pada tahap ketiga. Komentar-komentar ini ditujukan pada filsafat Aristoteles.
Jejak Peripatetisme dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Pertumbuhan yang subur
Masuknya filsafat Yunani masuk ke dunia Islam yang paling dominan adalah melalui peterjemahan buku-buku filsafat. Kegiatan tersebut membawa beberapa filosuf Islam dikenal oleh dunia. Kita kenal nama Abu IshakAl-Kindi, Abu Nasr Al-farabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd, Al-Abhary dan sebagainya.
Auguste Comte pernah menerangkan, bahwa tiap-tiap pribadi bangsa tumbuh dalam tiga tingkat kemajuannya: pertama; tingkat agama atau dogma, dimana manusia menerima keyakinan dari mulut ke mulut dan menjalankannya, kedua; tingkat filsafat, dimana manusia menggunakan pikirannya untuk memikirkan, apakah yang menjadi hakekat kebenaran, dan yang ketiga; adalah tingkat ilmu pengetahuan, dimana manusia menggunakan pikirannya itu sudah sampai pada tingkat yakin, dan kebenaran yang diyakini itu adalah kebenaran yang mutlak,
Abubakar Aceh, Sejarah Filsafat Islam, Solo, 1982, h. 11
Ini berarti kemajuan filsafat Yunani sebelumnya telah berkembang berbagai macam agama atau kebudayaan. Di India, China, Persia, dan Mesir merupakan daerah perkembangan filsafat yang lebih tua dibandingkan filsafat Yunani.hal ini sesuai dengan bahasan filsafat yang meliputi tiga persoalan besar yaitumengenal manusia, alam dan zat pencipta yang menjadikan segala-galanya.
B. Jalan penerimaan filsafat Yunani
Penerimaan filsafat Yunani dikalangan para filsuf Islam adalah mengusahakan antara kedua filsafat yaitu dengan melalui dua jalan:
Mengulas pemikiran-pemikiran filsafat Yunani, menghillangkan kejanggalan-kejanggalan dan mempertemukan pemikiran filsafat yang berlawanan.
Mengadakan pemaduan terhadap filsafat dari satu pihak dan agama di lain pihak.
Jalan kedua ini lebih penting dan lebih jelas sebagai cara penerimaan filsafat Yunani, sebab usaha-usaha untuk menghilangkan perlawanan antara filsafat dengan agama berati bahwa kepercayaan filosuf-filosu Islam terhadap filsafat tidak kurang dari kepercayaan mereka terhadap agama Islam, dan kedua-duanya dipandang satu demikian, tentunya mereka tidak akan segan-segan membuang pikiran-pikiran filsafat yang berlawanan dengan agama dan tidak perlu mendekatkan keduanya satu sama lain.
Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
Sebagaimana catatan sejarah perkembangan filsafat Islam telah di pengaruh oleh filsafat Yunani. Banyak filosuf Islam mengambil teori yang di kemukakan oleh Aristoteles ataupun Platinus. Al-Farabi dalam konsep pemikirannya banyak di pengaruhi oleh Aristoteles. Kejadian semacam ini wajar, karena bagi orang yng dating kemudian terpengaruh oleh orang-orang yang sebelumnya. Orang yang hidup pada abad sekarang ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi.
Namun demikian, terpengaruh iu bukan berarti mengikuti atau mengutip, sehingga harus di katakana bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, sebagaimana telah dikatakan oleh Renan karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran filsafat. Apabila filsafat Yunani salahsatu sumbernya, maka tidak aneh jika kebudayaan India juga menjadi sumbernya.
Dengan demikian, meski ada hubungan antara filsafat Islam dengan filsafat Yunani, namun filsafat Islam tetap mempunyai cirri khas tersendiri yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam itu sendiri. Pengembangan pemikiran lebih banyak di dominasi oleh ajaran agama pada masa-masa berikutnya. Sehingga ia dapat terlihat dengan kedudukan yang tersendiri apabila ditempatkan pada filsafat-filsafat lainnya.
Tradisi Yunani, Islam, dan Iptek Masa Kini
Yunani adalah induknya ilmu murni, dan Islam adalah induknya teknologi. Mengapa umat Islam sekarang memusuhi teknologi? Memang teknologi sekarang adalah teknologi sekuler, sedangkan teknologi Islam adalah teistik: Mengagungkan Allah, Al-Khalik dan menyanyangi alam sebagai makluk ciptaan-Nya. Tugas ilmuan muslim sekarang untuk mengembalikan iptek menjadi teistik.
Noeng Muhadjir, Filsafat Islam Telaah Fungsional, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003, h. 17
Setelah mencermati sejarah perkembangan ilmu Islam Andalusia maka teori perkembangan ilmu tersebut penulis modifikasi. Islam Andalusia bukan hanya menjadi induknya teknologi, melainkan menjadi induknya ilmu empiric eksperimental. Filsafat peripatetic di Yunani di ajarkan hanya dengan diskusi dan sambil jalan-jalan, adapun filsafat peripatetik Islam Andalusia diajarkan dengan kerja eksperimen dan digunakan cara pembuktian dengan lokiga metematik korespondensi. Dapat di banyangkan bagaimana rumitnya matematika bila menggunakan angka lain selain Arab. Arti angka 0 memecahkan arti filsafat spekulatif Yunani: tidak ada yang ada.
Dengan demikian jalur tradisi keilmuan iptek sekarang ini adalah Yunani sebagai induk ilmu yang lebih konseptual teoretik. Iptek sekarang berkembang dalam integrasi rasionalitas dengan pencermatan empirik-eksperimental telah dirintis oleh Ilmuan Muslim Andalusia. Pertanyaan yang timbul: Mengapa Islam menjadi tertinggal? Karena Ummat Islam telah memilih menyelamatkan hidup akhirat dan meninggalkan hidup dunia. Sedangkan Allah telah menjanjikan bahwa hidup didunia memberikan kebaikan bagi yang beriman dan yang tak beriman. Kehidupan akhirat memberikan kebahagiaan bagi yang beriman.
BAB III
PENUTUP
Aliran Aristoteles dijuluki sebagai Peripatetik (masysya’iyin), karena filsuf Yunani ini mengajarkan filsafat kepada para muridnya sambil berjalan-jalan. Karena itu pengikut pengajarannya dinamai masysya’iyah. Ajaran Aristoteles dikembangkan oleh sejumlah filsuf Muslim. Karena itulah mereka di sebut sebagai kaum Peripatetik. Kaum Peripatetik Muslim di maksud seperti al-Kindi, al-Faribi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Filsafat Yunani yang sampai pada dunia Islam, tidaklah seperti apa yang diinginkan orang Yunani sendiri, melainkan sudah melalui pemikiran Hellenisme Romawi yang sudah memiliki ciri khas dan corak tertentu, yang sudah barang tentu mempengaruhi kepada Filsafat itu. Oleh karena itu tidak semua pemikiran-pemikiran filsafat yang sampai kepada ke dunia Islam berasal dari Yunani, baik teks-teks aslinya ataapun ulasan-ulasannya melainkan hasil dari dua aliran yang berturut-turut yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi.
Setelah kaum muslimin menterjemahkan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa Arab, maka mereka bergumul dalam suatu ilmu baru yang mempunyai warna corak dan warna sendiri yang sebelumnya tidak di kenal. Kehadiran filsafat di tengah-tengah mereka menimbulkan sikap yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di antara mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada juga yang menerima sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Filsafat Islam, Semarang, 1982.
Abubakar Aceh, Sejarah Filsafat Islam, Solo, 1982.
Dja’far Siddik dan Ja’far, Jejak Langkah Intelektual Islam, Epistemologi Tokoh dan Karya
(Medan: Lain Perss, 2010.
Hanafi A, Filsafat Islam, Jakarta, 1969.
Iqbal, Dr., Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, terjemahan O. Balibi, Jakarta, 1983.
Masjid Fakhry,”al-Masyaiyah al-Qadiman,” dalam Ma’in Ziyadah (ed), al-Mausu’ah al
Falsafiyah al-‘Arabiyyah JIlid I (t.t.p:Ma’had al-Inma’ al-‘arabi), 1998.
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, 1980.
Noeng Muhadjir, Filsafat Islam Telaah Fungsional, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003.