IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI
DI SMK
Pardjono dan Hestina Windiyati
PPs Universitas Negeri Yogyakarta; SMKM Pangkalan Bun Kalteng
(email:
[email protected];
[email protected])
Abstrak: Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK. Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi penerapan pembelajaran berbasis kompetensi pada program studi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di SMKN 1 Pandak Bantul. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif desain studi kasus.
Subjek penelitian adalah guru produktif sebanyak 5 orang, ketua progam studi keahlian 1 orang, dan kepala sekolah 1 orang dipilih secara purposive. Data dikumpulkan lewat wawancara mendalam dan observasi. Analisis data menggunakan interactive model dari Miles & Huberman: pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan verifikasi, menginterpretasikan, mengambraksi untuk merumuskan konsep dan teori. Kesimpulan hasil penelitian (1) pendekatan pembelajaran mengikuti
pendekatan behavioristik, kognitifistik, konstruktivistik, dan representasinya pada
penggunaan motivasi, media, dan metode yang sesuai karakteristik peserta didik
untuk mengoptimalkan kepekaan sensori peserta didik; (2) stratergi belajar aktif
pada umumya dilaksanakan oleh responden.
Kata Kunci: pembelajaran, kompetensi, produksi tanaman, pembelajaran agroindustri
Abstract: The Implementation of Competency Based Instruction at SMK. This research aims at exploring competency based learning implementation in Agribusiness of Plant Production study program of SMK Negeri 1 Pandak Bantul. The
qualitative naturalistic approach was employed in this research. The research subjects consist of five productive teachers, one Head of Study Program, and one head
master. A deep interview and observation are exploited to obtain the data. The results suggest that (1) most practiced instructional approaches implemented behavioristic, cognitivistic, and construtivistic approaches in order to optimize students’
sensor sensitivity; (2) in general the respondents applied active learning strategy.
Keywords: instructional, competency, plant production, agribusiness instruction
PENDAHULUAN
Lapangan kerja sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar periode 2010-2014 (Depnakertrans
RI, 2009). Namun, menurut Depnaker-
trans RI (2009:83), partisipasi generasi
muda bekerja di bidang pertanian akan
semakin rendah. Menurut Sa’id (Setiawan, 2012:16), animo generasi muda
untuk mempelajari dan menekuni dunia
336
337
pertanian pada mayoritas kampus di
Indonesia semakin menurun Fenomena
ini menjadi isu yang sangat serius
mengingat pertanian adalah penyedia
pangan, papan, sandang, dan energi
yang akhir-akhir ini menjadi permasalahan serius masyarakat global.
Kurikulum Berbasis Kompetensi pada
Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja bidang keahlian tertentu dan
dunia kerja mendapatkan tenaga kerja
yang terampil sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja dan industri (DUDI). Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006, disebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan peserta didik untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Konsekuensinya sekolah harus
membekali peserta didik dengan kompetensi dan kemampuan sesuai kebutuhan dunia kerja.
Finch dan Crunkilton (1999:220)
mendefinisikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai: “… competencies for vocational and
technical education are those tasks, skills,
attitudes, values, and appreciations that are
deemed critical to successful employment”.
Menurut definisi ini kompetensi memiliki agregat pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dapat mendukung keberhasilan dalam melakukan pekerjaan,
dan untuk mencapai kompetensi lulusan diperlukan kurikulum.
Definisi kurikulum menurut Ornstein dan Hunkins (2009:10-11) adalah:
(1) as a plan for achieving goals; (2) as dealing with the learner’s experiences; (3) is a
system for dealing with people; (4) as a field
of study with its own foundations, knowledge domains, research, theory, principles,
and specialists; (5) terms of subject matter
(math, science, English, history, and so on)
or content (the way we organize and assimilate information).
Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
BSNP (2006:1) menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang dimaksud adalah
meliputi tujuan pendidikan nasional dan
kesesuaiannya dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Selaras dengan
manajemen berbasis sekolah Pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP banyak dianggap sebagai
penyempurnaan kurikulum berbasis
kompetensi, yang bersifat desentrailstik. KTSP memperhatikan karakteristik
dan perbedaan daerah dengan tetap
mengacu pada standar isi maupun standar kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh BSNP.
Perkembangan kurikulum pendidikan kejuruan berbasis kompetensi bisa dikaji darikurikulum SMK tahun 1984 yang
dikembangkan menjadi kurikulum 1994.
Evaluasi kurikulum 1984 menemukan
antara lain: a) sebagian besar siswa (±
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
338
30%) ingin melanjutkan ke pendidikan
lebih tinggi, b) terdapat sejumlah besar
siswa (± 25%) kurang mencintai dan
kurang menghargai “profesinya” dan
mereka kurang menyadari bahwa apa
yang diperoleh di SMK merupakan kemampuan profesional yang menjadi bekal untuk bekerja (Warsito, Prasaba, &
Iswoyo, 2011).
Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan berbasis kompetensi (competence-based curriculum), yaitu semua upaya
pendidikan dan latihan diorientasikan
pada penguasaan kompetensi menurut
kriteria DUDI. Kurikulum 1994 ini dinilai belum cukup membekali siswa dengan kemampuan adaptif dan dianggap mengarah pada bidang pekerjaan
tertentu. Dalam situasi kompetisi yang
tinggi, tenaga kerja yang memiliki keahlian bervariasi akan memperoleh peluang lebih besar untuk memenangkan
persaingan. Oleh karena itu, dilakukan
penyempurnaan kurikulum SMK 1994
menjadi kurikulum SMK tahun 1996
yang dikenal sebagai kurikulum berbasis luas (Broad-Based Curriculum/BBC).
Karena tuntutan lapangan kerja yang
terus berkembang maka kurikulum
1996 dimodifikasi menjadi kurikulum
SMK 1999 (Soenaryo, Benny Soeprapto
Brotosiswoyo, Situmorang, et al., 2002:
427).
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kompetensi dan kemampuan yang
lebih baik. Schunk (2008:2) mendefinisikan “Learning is enduring change in behavior, or in the capacity to behave in given
fashion, which results from practice or other
Cakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
forms of experience”. Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud memudahkan terjadinya proses belajar.
Ada tiga prinsip psikologi yang pada umumnya digunakan pada sekolah
kejuruan, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Behaviorisme memberikan dasar teori pembiasaan untuk mengembangkan keterampilan manual dan mental. Prinsip kognitivisme memberikan dasar pada pengembangan kemampun kognitif dari
tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
Prinsip konstruktivisme memberikan
dasar pengembangan kompetensi kejuruan yang kontekstual.
Schunk (2008:274) m en yat akan ,
“Constructivism calls our attention to the
fact that we must structure teaching and
learning experiences to challenge students’
thinking so that they will be able to construct new knowledge”. Konstruktivisme
memberi arah penyusunan pengalaman
belajar untuk mestimulasi pemikiran
siswa sehingga mereka mampu membangun pengetahuan yang baru. Woolfork (2007:344) menjelaskan bahwa,
“constructivism views learning as more
than receiving and processing information
transmitted by teachers or texts”. Konstruktivisme memandang belajar tidak
sekedar menerima dan memproses informasi dari guru atau teks, tetapi aktif
membangun pengetahuan secara personal.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai
bila guru membuat perencanaan dan
melaksanaken pembelajaran yang efektif
dan efisien. Orlich, Harder, Callahan
dkk. (2007:65) menyatakan “Planning is
more than about what you want to accom-
339
plished. You think about the details, such as
who does what, when, for what length of
time, and what opportunities will be created
for effective student learning.” Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi
garis besar kegiatan yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Penyusun RPP dimulai
dari identifikasi kompetensi, pemilihan
strategi, metode, dan evaluasinya. Pribadi (2011) menyatakan bahwa ragam
metode pembelajaran antara lain presentasi, diskusi, permainan, simulasi,
bermain peran, tutorial, demonstrasi,
latihan, kerjasama, dan lain sebagainya
Pencapaian tujuan pembelajaran
memerlukan strategi pembelajaran, yaitu daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna (Hardini & Puspitasari,
2012). Strategi juga dapat diartikan sebagai rencana kegiatan untuk mencapai
tujuan. Sedangkan metode adalah cara
untuk mencapai tujuan.
Implementasi Pembelajaran
Proses pembelajaran dikelas bersifat
transaksional karena kadang-kadang
dalam implementasinya, suatu perencanaan harus disesuaikan dengan situasi
instan dan situasional. Guru mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan strategi dan metode yang tepat guru yang
profesional akan mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi.
Reece & Walker (1997:133) memberikan beberapa aspek yang harus di-
pertimbangkan dalam memilih strategi
pembelajaran yaitu: objective to be achieved, the size of the group, the need and characteristics of students (kebutuhan dan
karakteristik siswa), the ability of the student, the motivation of the student (motivasi siswa). Wise (1996:338) bahwa
“inquiry strategies involve students in the
use of thinking skills in order to gain new
knowledge”. Strategi inquiry melibatkan
peserta didik dalam menggunakan
ketrampilan berpikir agar memperoleh
pengetahuan baru.
Pada saat era “knowledge based economy” ini lulusan SMK harus memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu metode untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah problem solving. Orlich, Harder,
Callahan, et al. (2007:309-310) mengatakan masalah problem solving:… that problem solving contains many elements of the
constructivist model. … problem solving
refers to an inquiry learning process in
which students seek answers to a question
relevant to themselves and their culture.
Problem solving berisi beberapa elemen dari model konstruktivistik. Problem solving merujuk pada suatu proses
pembelajaran inquiry dimana siswa mencari jawaban sendiri. Sebagai guru membantu menyediakan lingkungan yang
memperbolehkan siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi dalam aktivitas.
Strike (Orlich, Harder, dan Callahan
(2007:313) menyatakan bahwa: … two
categories of discovery: absolute discovery
and relative discovery. Absolute discovery
refers to those classic “firsts” in which
something is discovered for all humankind–
the discovery of the DNA molecule’s reproduction mechanism.... Relative discovery
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
340
means that although a concept or fact is
already known by others, an individual has
learned it or found it out for him-or herself
for the first time.
Absolute discovery menunjuk pada
asal mula sesuatu yang ditemukan untuk semua jenis manusia, misalnya menemukan mekanisme reproduksi molekul DNA. Relative discovery artinya meskipun konsep atau fakta telah diketahui
oleh orang lain, tetapi pertama kali untuk dia sendiri.
Uno dan Mohamad (2011:99) menyatakan bahwa metode diskusi merupakan metode yang menginginkan antara siswa dan guru serta siswa dengan
siswa mendiskusikan cara memecahkan
masalah. Orlich, Harder, Callahan,
2007:253) menyatakan “… discussion is a
teaching technique that involves an exchange of ideas, with active learning and
participation by all concerned”. Menurut
pernyataan tersebut, diskusi merupakan teknik pengajaran yang mencakup
pertukaran gagasan, dengan pembelajaran aktif dan partisipasi dengan melibatkan semua.
Menurut Wena (2010:107), strategi
yang tepat untuk mengajar ketrampilan
kejuruan yang bersifat kompleks adalah
strategi berbasis proyek. Hardini dan
Puspitasari (2012:129-131) mengatakan
bahwa metode berbasis proyek mempunyai prinsip antara lain: prinsip otonomi, yaitu kemandirian siswa dalam
proses pembelajaran, dan prinsip realistis yakni merupakan sesuatu yang
nyata mengandung tantangan yang berfokus pada permasalahan yang autentik.
Desai (2006) menjelaskan mengenai
strategi pembelajaran di kejuruan: trade
Cakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
teachers feel they have to teach more subject
matter content in a shorter span of time.
Education in trades requires allocating at
least half of time for practical lab/shop work.
… Instead, we have to find more efficient
ways of covering theory. … we need to
teach thinking skills generically so that
technical expertise can be applied broadly in
the future. … A math class has to teach an
agriculture-tech student skills he/she can
use on the farm. The student must be able to
figure out how much fertilizer he/she will
need on a thousand-acre farm and the
amount it will cost, ….
Berbagai cara dan strategi dalam
pembentukkan kompetensi peserta didik kesemuanya mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dengan prinsip behavioritsik, kognitivistik, dan konstruktivistik secara
eklektik. Behavioristik untuk membentuk manual maupun intelektual skills,
Kognitivistik untuk membangun pembelejaran efektif dan efisien. Sedangkan
konstruktivistik konstruktivis untuk
mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif studi kasus. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2012 sampai dengan Oktober 2012 di SMK Negeri 1 Pandak Bantul. SMK Negeri 1
Pandak Bantul merupakan SMK yang
baik. Sekolah ini berdiri tahun 1965 dan
hampir semua Program Studi Keahliannya terakreditasi A. SMK ini juga memiliki program usaha mandiri yang melibatkan siswa untuk aktif, dan memiliki misi mengoptimalkan wirausaha (data pokok PSMK 2010; Harian Pelita 25
341
Oktober 2007; http://smkn1pandak.net).
SMK tersebut telah mendapatkan pengakuan oleh masyarakat umum sebagai
sekolah yang terbaik di Yogyakarta untuk bidang pertanian.
Subjek penelitian adalah 5 guru produktif, 1 ketua progam studi keahlian,
dan kepala sekolah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi
dan wawancara dengan menggunakan
lembar observasi dan pedoman wawancara. Teknik observasi dilakukan untuk
mengamati pembelajaran di kelas atau
saat praktik di lapangan dan di dalam
kelas.
Peneliti membekali diri dengan pengalaman pada bidang yang diteliti
maupun metode penelitian kualitatif.
Peneliti pertama sudah banyak melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif naturlistik dan sebagai dosen pascasarjana pendidikan teknologi dan kejuruan. Peneliti kedua memiliki pengalaman mengajar sebagai guru mata pelajaran produktif pada bidang pertanian selama ± 8 tahun di SMK Negeri 2
Pangkalan Bun dan SMK Muhammadiyah Pangkalan Bun. Peneliti kedua memiliki dasar keilmuan bidang pertanian
dan berkecimpung di dunia pertanian
sebagai pengusaha agribisnis selama ±
13 tahun. Alat bantu dalam pengumpulan data meliputi: pertanyaan (pedoman) wawancara, pedoman observasi, buku catatan, tape recorder, kamera
dan handycam.
Data yang terkumpul perlu dijaga
keabsahanya dengan menggunakan melakukan triangulasi dengan triangulasi
metode, yaitu observai dan wawancara.
Analisis data telah dilakukan secara induktif dengan menggunakan paradig-
ma practice-into-theory dengan Analysis
Interactive Model dari Miles & Huberman (1992:19). Reduksi data dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu reduksi pertama, reduksi kedua, dan konseptualisasi.
HASIL
Hasil penelitian tentang pembelajaran berbasis kompetensi ini akan diuraikan menjadi tiga bagian, yaitu tahap penyiapan peserta didik, strategi,
dan metode pembelajaran.
Tahap Penyiapan Peserta Didik
Tahap penyiapan peserta didik untuk memulai belajar dan menerima pelajaran dimaksudkan agar mereka mampu menangkap dengan cepat sesuatu
yang dilihat dan dipelajari secara maksimal. Kegiatan pembelajaran prodi keahlian Agribisnis Produksi Tanaman di
SMK Negeri 1 Pandak Bantul, meliputi
3 kegiatan pokok, yaitu kegiatan awal
(pembuka), kegiatan inti (pembentukkan kompetensi), dan kegiatan akhir
(penutup). Tahap awal ini dimulai dengan salam, presensi, apersepsi, kemudian dilanjutkan ke materi, seperti yang
dikatakan oleh Pak Adi sebagai berikut.
Setelah doa pasti presensi ya, bu ya.
Kemudian apresiasi itu hanya mengenalkan. Kemudian, kita menjelaskan
yang sebenarnya. Masuk ke materi. Kemudian yang kedua, setelah materinya
sudah selesai nanti dilontarkan lagi pertanyaan-pertanyaan yang ada. Cukup
itu sudah, itu saja. Kemudian diulangi
lagi pembahasan yang kita sampaikan
tadi. Diulangi lagi supaya mereka mencocokkan tulisan mereka dengan informasi yang kita bahas di awal. Si-
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
342
lahkan dicocokkan, disimpulkan terakhir, gitu. (W1/YMS/31.01.12/20).
man dan pengetahuan yang dimiliki
dengan topik baru yang akan dipelajari.
Selain kegiatan di atas, pada tahap
persiapan ini menurut Bayu kadang-kadang ada demo tergantung dari materi
yang diajarkan. Terakhir ditutup dengan
posttest dan salam (W1/BY/31.01.12/09).
Post test yang dimaksud adalah kuis
untuk mengetahui seberapa jauh peserta
didik menguasai pelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan Haning
prinsipnya adalah memotivasi peserta
didik untuk siap belajar.
Strategi dan Metode Pembelajaran
Upaya yang dilakukan guru agar
tujuan pembelajaran tercapai adalah
menggunakan metode yang bervariasi,
seperti ceramah, diskusi, praktek, atau
pengenalan langsung di lapangan.
Kalau materinya pemahaman, itu
pasti ceramah. Pemahaman itu ceramah. Nah, model ceramah. Kemudian
kalau memang di situ perlu ada sesuatu
yang dibuktikan, maka dihubungkan
dengan metode diskusi, metode praktek, metode pengenalan langsung di lapangan. Tergantung materinya saja, tetapi jelas nek metode-metode itu biasanya yang muncul di sekolah kejuruan
itu ceramah pasti ya, kemudian metodenya metode praktek langsung di lapangan, kemudian mengenal benda
kerja langsung begitu, kemudian diskusi, itu pasti. (W1/YMS/31.01.12/04)
Pembelajaran mata pelajaran produktif banyak menggunakan metode
praktik langsung di lapangan karena
lebih cepat dipahami dan mudah diingat oleh siswa, terutama saat dihubungkan dengan pelajaran teori (W1/US/26.01.12/02). Hal ini dikatakan oleh
Raul sebagai berikut.
Mungkin awal itu e… apa namanya…
ya… namanya motivasi. Menanyakan
perbedaan ini dan ini. Ya sebelumnya
kita topik hari ini, ini. Kemudian kita
memotivasi [menjelaskan] perbedaan ini
dengan ini, misalnya begitu. Untuk
me… apa membangkitkan… apa namanya… anak e… pertanyaan (W1/AN/07.02.12/05). Ya, itu dari awal harus kita
gali supaya… ‘mengapa kita belajar ini?
Apa manfaat kita belajar topik ini
?’Begitu, ya seperti itu.Nah, terus baru
kita ke materi. Materi… nah, mungkin
dalam satu session materi mungkin
minggu depan sudah mulai diskusi, kemudian minggu depannya lagi… atau
praktek dulu baru diskusi, begitu (W1/AN/07.02.12/05).
Beberapa contoh hasil wawancara
menunjukkan bahwa semua guru selalu
memulai dengan mengucapkan salam,
berdoa, presensi, apersepsi. Ada guru
yang melakukan pretes dan posttes
atau penyimpulan. Ada guru berpendapat bahwa pada tahap penyiapan
guru perlu memotivasi peserta didik
agar tertarik dengan topik yang akan
dipelajari, dengan mengaitkan pengala-
Cakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
Mereka biasanya kalau langsung dengan
praktek mereka tu agak bisa me-logika
gitu. Lebih mudah, gitu.Tapi kalau langsung berbentuk soal itu kadang-kadang
mereka juga cepat lupanya, tapi kalau
praktek itu biasanya mereka lebih cepat
ingat ya. … Memang kalau di lapangan
itu, kalau memang dia biasa mencoba
lagi… mencoba lagi… sehingga nanti diterapkannya dalam bentuk teori itu mereka lebih mudah mengingat.Tapi kalau
343
mereka memang, anak di kita itu memang anu bu, kalau disuruh teori tu memang wah… mendingan disuruh macul
daripada disuruh anu [teori]. Rata-rata
seperti itu komentarnya. (W1/US/26.01.12/03).
mereka bawa otomatis kan juga ada perbedaan perlakuan pada biji itu. Jadi, nanti setelah praktek kemudian membahas
nanti saling diskusi, nanti mempresentasikan hasil prakteknya itu. (W1/AN/07.02.12/02).
Guru yakin dengan mengajar melalui praktik langsung di lapangan siswa dapat mencoba terus menerus hingga menemukan pengetahuan atau konsep. Selanjutnya, hasilnya dibahas bersama saat pembelajaran teori. Strategi
ini mirip dengan strategi discovery learning.
Strategi pembelajaran ini juga diterapkan oleh Haira dan Haning. Siswa
melakukan kegiatan praktik secara kelompok dibawah bimbingan guru dan
salah satu kompetensi yang diajarkan
adalah menyemai biji. Pembelajar dimulai dari mencari bahan praktik berupa biji, mengidentifikasi karakteristik
biji, melakukan percobaan, menemukan
perbedaan, mendiskusikan dan membahas hasil praktek dengan teman satu
kelompok. Setelah itu, membuat kesimpulan dan membuat laporan pada LKS
(OP1/NCRAN/01.02.12 dan OP2/NCRAN/08.02.12). Kemudian hasil praktik
dipresentasikan di depan kelas agar
dapat bertukar pikiran dan verifikasi
dari kelompok lain. Bu Haning mengatakan berikut ini.
Ya itu nanti akan menemukan. Misalnya, nanti ada yang membawa biji durian. Kok… apa namanya… setelah disemai kok cepat tumbuh, sedangkan kalau
biji… apa namanya melinjo kok lama
tumbuhnya, gitu. Nah, nanti dari perbedaan itu bisa dibahas, gitu. Jadi nanti
mereka tahu sendiri. Mungkin karakteristik e… apa namanya… kekerasan
kulitnya, tebal tipisnya kulit, mereka
bisa membedakan. Kemudian tipe dormansinya, bisa membedakan. Kemudian
kalau tidak tumbuh itu bisa dibahas juga
penyebabnya apa, gitu. Jadi siswa bisa
aktif, bisa membedakan ini cepat tumbuh kok ini tidak.Ini kulitnya tipis, kok
ini tebal, nanti bisa. (W1/AN/07.02.12/03)
Misalnya, pada mata pelajaran Menyiapkan Benih itu siswa membawa biji-biji
sendiri.Ya, itu. Nah, nanti dari biji-biji
siswa itu nanti e… kita identifikasi karakteristiknya, kemudian nanti kita semai. Kemudian kita e… apa namanya…
mengetahui Tipe Dormansinya. siswa
juga bisa mematahkan dormansi sesuai
biji-biji yang mereka bawa sendiri karena dengan adanya perbedaan biji yang
Haira menguatkan pernyataan Haning bahwa dengan praktik membuat
siswa lebih mudah memahami karena
siswa aktif menemukan pengetahuannya sendiri dengan melibatkan semua
indra. Berikut petikan wawancara dengan Ibu Haira:
… Trus yang paling mudah juga dengan
praktek itu. Seperti kayak kemarin Melihat Karakteristik Benih Dormansi. Kalau cuma disampaikan di kelas kan mereka gak bisa membayangkan, tapi ketika praktek mereka lihat… pegang. …
Langsung ke prakteknya, langsung melihat, langsung pegang, gitu. (W1/NCR/03.02.12/04).
Adi mengungkapkan bahwa pembelajaran teori tertentu yang penyampaiannya sulit maka dilakukan praktik
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
344
terlebih dahulu. Ketika praktik siswa
menemukan permasalahan, maka siswa
disuruh memecahkan masalahnya dengan mencari dan membaca literatur
kemudian dibahas bersama dengan
guru. Saat situasi seperti itu guru memasukkan pemahaman mengenai materi teori kepada siswa. Adi menyatakan “Lha iya, lapangan dulu baru ke
teori. Itu metode kami. Uniknya di situ
hehe… (tertawa). Sehingga nek ada…
pembelajaran yang idealis gitu ya, gak
jalan”(W1/YMS/31.01.12/08). Adi menyambung ceritanya sebagai berikut.
Iya, yang kita didik sikapnya dulu. Karakternya tadi.…Nah begitu, akhirnya
kami mendidiknya seperti itu. Untuk ilmu sambil jalan, sambil jalan ilmunya.
‘Kenapa mati? Ayo kita buka barengbareng buku catatannya,’ kan gitu akhirnya. Beda to bu pemahamannya. Mestinya harus dianalisis terlebih dulu kemudian baru dicocokkan… Ini di lapangannya yang dulu dilihat. Dilapangannya
dulu dilihat baru kemudian dicocokkan
dengan ini, ‘oh iya…’. Nah, teorinya kan
seperti itu kan. (W1/YMS/31.01.12/08)
… Tapi paling ga kamu berhasil dulu
nanam, tumbuh dulu kan gitu.’ Kemudian, ‘untuk lemu opo ya?’ ‘Mesti kamu
tanya kan gitu ya’. ‘Oh ya pupuk kandang itu kan bisa ya? O… bisa. Dan untuk mempercepat itu apa?’ ‘Pupuknya
ya ini. Urea tu dibaca, fungsinya untuk
apa, P apa?’ Nah, itu nanti dimasukkan
di situ. (W1/YMS/31.01.12/09) Jadi, untuk hal-hal tertentu untuk penyampaian
yang susah memang e… kita praktek.
Kalau secara pemahaman belum bisa,
praktek itu didahulukan. Baru secara
perlahan-lahan pemahaman tadi dimasukkan.‘Ini lho maksudnya,’ begitu lho.
(W1/YMS/31.01.12/17).
Cakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
Penggunakan audio visual dan diskusi kelompok juga ditemui pembelajaran Haning dan Haira. Sebelum
diskusi, siswa menyaksikan film yang
berhubungan dengan materi. Setelah
itu, dibagi per-kelompok untuk mendiskusikan apa yang telah disaksikan.
Kemudian siswa membuat ringkasan
atau kesimpulan dari hasil diskusi
(W1/NCR/03.02.12/07). Haning memperkuat penjelasan Haira berikut.
Yang bisa mengaktifkan siswa, e…
menyiapkan benih kita putarkan film.
Film tentang benih, e… tentang pemencaran benih dari awal sampai pertumbuhan benih. Benih itu e… apa namanya… bisa tumbuh. Itu… setelah itu,
nanti dikelompokkan lagi siswanya. Kemudian membahas apa yang sudah mereka lihat pada film itu, didiskusikan. Ya
jadi, memang e…. metode memang metode diskusi. (W1/AN/07.02.12/03).
Studi pustaka diterapkan oleh Haning dan Raul untuk merangsang minat
baca siswa. Siswa meminjam buku dari
perpustakaan untuk membahas suatu
topik tertentu kemudian membuat ringkasan atau membuat suatu laporan hasil praktik.
Kita bisa studi pustaka, kalau saya lebih
modelnya kita e... per anak itu membawa buku masing-masing yang dipinjam dari perpus. Kemudian, kita tugaskan untuk e… membahas suatu topik,
gitu. Cari di buku.Itu sudah merupakan
e… masukan materi bagi anak.Jadi tidak
harus saya ceramah atau nyatat atau
bagaimana. Saya lebih suka pake siswa
memegang satu buku dan apa… bisa
mencari sendiri, gitu. (W1/AN/07.02.12/04) Saya biasanya saya siasati ke perpustakaan. Ambil buku, baca, diringkas.
Tujuan saya bukan anu… kadang-kadang agar mereka mau membaca. …
345
Saya minta laporan hasil praktek dari
pendahuluan sampai pembahasan, sampai saya suruh ke perpustakaan. (W1/US/26.01.12/10).
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti pada kegiatan pembelajaran di kelas beberapa guru produktif menggunakan metode ceramah
sekaligus tanya jawab. Tanya jawab dilakukan di sela-sela penjelasan materi
dan diawal atau diakhir pembelajaran.
Kemudian Bu Haira menjelaskan bahwa
dormansi disebabkan ada perkecambahan benih yang tidak terpenuhi. Bu Haira
menanyakan kembali, “Syaratnya bagaimana agar sebuah benih bisa berkecambah?” Salah seorang siswa menjawab,
“Syarat masak fisiologis.” Sambil menulis jawaban siswa di papan tulis, Bu
Haira menanyakan, ”Masak fisiologis itu
apa, Mbak?” Salah seorang siswa menjawab, “Umurnya.” Bu Haira menggambar sebuah biji, kemudian bertanya, “Di
bagian luar biji ada apa?” Siswa menjawab, “Ada kulit biji.” Bu Haira bertanya kembali, “Di dalam kulit biji ada
apa?” Siswa menjawab, “Ada cadangan
makanan.” (OT1/NCRAN/01.02.12)
Kegiatan inti dimulai dengan menjelaskan materi tentang PW (Project
Work) Merancang Budidaya Tanaman
Sayur. Judul materi ditulis di papan tulis. Bapak Adi melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan mengenai keuntungan menanam tanaman hortikultura saat musim hujan, terutama untuk
tanaman sayur. Dalam penyampaian
materi Bapak Adi menyelingi pertanyaan untuk membangkitkan ingatan siswa tentang materi yang telah dipelajari
pada semester yang lalu yang berhubungan dengan materi saat ini. (OT1/
YMSUS/16.01.12)
Metode tanya jawab yang digunakan berfungsi untuk mengaktifkan siswa dan menjajagi sebatas mana kemampuan siswa. Raul mengatakan “…
biasanya kita terangkan dulu, setelah
kita terangkan lalu kita tanya satu persatu apa yang kita terangkan” (W1/US/
26.01.12/01). Haning menyatakan seperti berikut.
Dan saya lebih sering begitu masuk saya
seringnya tanya jawab. Bisa model 5 soal
ditulis di belakang buku, kemudian atau
saya secara lisan, anak yang mungkin
kira-kira kurang.Ya, itu kemarin saya
lakukan setiap saya masuk kelas 2 yang
memang kurang. (W1/AN/07.02.12/04)
Pemberian tugas diberikan kepada
siswa baik secara individu maupun kelompok, misalnya mencari materi di internet dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian didiskusikan dan
dipresentasikan di depan kelas untuk
bertukar pendapat dengan kelompok
lain (W1/YMS/31.01.12/02). Haning dan
Nani mengatakan:
Iya, ada penugasan. E… siswa misalnya
men-download gambar-gambar pohon induk, misalnya. Siswa membawa… tiap
kelompok membawa gambar. Saya juga
membawa gambar. Nanti dari siswa kemudian saya tambahin nanti didiskusikan. (W1/AN/07.02.12/02) Ya… ini, mereka harus mencari sendiri, misalnya.
Awalnya kita kan sudah ini misalnya
e… mata pelajaran Pembibitan ini kompetensi yang akan kita pelajari ini, ini,
ini. Nah, setiap kita masuk ke dalam
satu materi, kita sudah memberikan tugas terlebih dahulu. Jadi mencari, tapi
kita juga sudah memberikan apa… batasannya, bu. ... Lha nanti setelah mereka
mencari materinya itu kita praktekkan,
itu. Jadi, mereka langsung ‘o… yang
dicari di internet itu oleh gurunya itu
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
346
arahnya ke sini, untuk praktek ini.’
(W1/IW/17.02.12/02)
Guru juga menggunakan metode
presentasi. Sebelum presentasi Haning
memberikan tugas per-kelompok untuk
melakukan pengamatan identifikasi pohon induk di sekitar lingkungan sekolah. Siswa melakukan pengamatan sembari berdiskusi dengan teman satu kelompok, kemudian mempresentasikan
di depan kelas untuk bertukar pikiran
dengan kelompok lain. Berikut ini cupliikan field notes peneliti.
Setelah mendapat penjelasan dari
guru, siswa menyebar keluar kelas dengan kelompoknya masing-masing menuju pohon induk yang telah ditentukan. Siswa melakukan pengamatan,
mendiskusikan dengan teman sekelompok, dan mencatat hasilnya. Siswa melakukan pengukuran lingkar pohon,
memperkirakan tinggi pohon, mengamati pola daun, menentukan varietas
tanaman, dan sebagainya. Guru berkeliling mendatangi kelompok-kelompok siswa untuk mengawasi sekaligus
membimbing siswa apabila ada sesuatu
yang belum dimengerti saat pengamatan. Setelah selesai melakukan pengamatan siswa kembali ke kelas.… Setelah siswa menyelesaikan diskusi kelompok, maka dilanjutkan dengan diskusi
kelas (antarkelompok). Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya dan menggambar cara perbanyakan vegetatif dengan cara okulasi. Selain mempresentasikan, kelompok lain dipersilahkan untuk bertanya.
(OT2/AN/18.02.12).
Setelah siswa mengkaji, hasilnya kemudian dipresentasikan di depan kelas
dan didiskusikan untuk berbagi pengaCakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
laman belajar dengan kelompok lain.
Guru memeriksa kesiapan makalah untuk bahan diskusi dari masing-masing
kelompok. Kemudian guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang
kegiatan diskusi yang akan dilaksanakan. ... Siswa mencari bahan diskusi
dari berbagai sumber sebelum mereka
mempresentasikan di hadapan temantemannya. … Sekitar pukul 07.35 WIB
kegiatan diskusi dimulai. Siswa menata
kursi di depan kelas sebanyak 3 buah.
Kemudian 3 orang siswa duduk di depan untuk mempresentasikan makalahnya mewakili kelompoknya. Materi yang
dibahas mengenai Klasifikasi Traktor,
Spesifikasi Traktor dan Fungsi Masingmasing Traktor. Siswa kelompok lain
mendengarkan presentasi yang disampaikan. … Selesai mempresentasikan,
kemudian masuk sesi tanya jawab. Bapak Adi menanyakan kepada kelompok
lain apakah ada pertanyaan yang ditujukan pada kelompok pemberi materi.
Beberapa siswa mengajukan.
Tahap-tahap Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru produktif prodi keahlian
Agribisnis Produksi Tanaman di SMK
Negeri 1 Pandak terbagi dalam 3 tahap
kegiatan pokok, yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Seperti pada sub bab sebelumnya bahwa
kegiatan awal bertujuan menyiapkan
peserta didik untuk secara maksimal
menerima pelajaran. Dalam perspektif
kognitivist pengolahan informasi, persiapan semacam ini untuk memaksimalkan kepekaan sensori dari siswa
sehingga mampu menyerap sebanyak
mungkin pengalaman kegiatan belajar
347
(McCown & Roop, 1992:213). Kegiatan
inti merupakan kegiatan pembentukkan kompetensi siswa. Penggunaan audio visual merupakan upaya guru untuk delivery system memegang peran
penting pada tahap ini. Guru menerapkan berbagai strategi dan metode
mengajar yang sesuai dengan perkembangan peserta didik, karakteristik materi, dan konteks waktu dan tempat.
Guru harus mampu menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajan
di kelas.
Kegiatan akhir dalam pembelajaran
mencakup pemberian posttest, pemberian umpan balik, kesimpulan, penyampaian materi untuk pertemuan yang
akan datang, pemberian tugas, dan
mengucapkan salam untuk mengakhiri
kegiatan. Post test untuk mengetahui
pencapaian tujuan pembelajaran.
Strategi dan Metode Pembelajaran
Upaya yang telah dilakukan guru
agar tujuan pembelajaran tercapai adalah dengan menggunakan variasi metode. Hasil wawancara dengan Raul menunjukkan bahwa pembelajaran di sekolah kejuruan pertanian banyak menggunakan metode praktik langsung di
lapangan dengan alasan lebih cepat
dipahami dan mudah diingat oleh siswa, terutama saat dihubungkan dengan
pelajaran teori (W1/US/26.01.12/02).
Guru mencoba untuk mengkontruksi
teori, yaitu bahwa ketika peserta didik
mengerjakan suatu pekerjaan secara berulang, maka akhirnya akan mampu memahami permasalahan atau formasi
konsep.
Ketika guru memberikan prosedur,
dan siswa melakukan pekerjaan sesuai
prosedur dengan target menemukan sesuatu melalui kegiatan pembelajaran,
biasanya disebut metode discovery learning. Sebelum memulai praktik siswa diberi penjelasan oleh guru mengenai
prosedur praktik dan apa saja kegiatan
yang akan dilakukan. Misalnya tentang
“menyemai”. Pertama siswa mencari
bahan praktik berupa biji agar siswa
juga belajar memilih biji menurut kriteria yang telah ditentukan. Siswa harus mengidentifikasi karakteristik biji,
menyemai biji dan mengetahui tipe dormansi benih. Dari percobaan yang dilakukan, ternyata siswa menemukan
perbedaan antarjenis benih yang berbeda. Selanjutnya, hasil percobaan tersebut didiskusikan dengan sejawat dibawah bimbingan guru. Selanjutnya, laporan hasil praktik yang mengandung
kesimpulan, dipresentasikan di depan
kelas agar mendapat masukan dan
mendapatkan verifikasi dengan kelompok lain dan guru.
Guru sebagai fasilitator dengan aktif memfasilitasi siswa, agar siswa belajar melalui pengalamannya. Siswa dituntut aktif untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan bimbingan dari guru. Fenomena ini mengikuti
prinsip konstruktivitisme. Wawancara
dengan Adi terungkap bahwa ia menerapkan strategi inkuiri. Bila pelajaran
teori tertentu penyampaiannya sulit,
maka dilakukan praktik terlebih dahulu, kemudian mendiskusikan pengalaman praktik dengan guru.
Saat situasi seperti itu guru memasukkan pemahaman mengenai materi teori kepada siswa. Pada pembelajaran inquiry ini proses pembelajarannya didasarkan pada pencarian dan
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
348
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Guru sebagai perancang
pembelajaran, sedangkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya melalui sebuah proses. Proses berpikir siswa diawali dengan menemukan masalah di lapangan, mencari
literatur dan tanya jawab antara guru
dan siswa. Sanjaya (2010:303) menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban yang sudah pasti dari masalah
yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran inquiry mengikuti prinsip konstruktivistik karena siswa aktif mencari
dan menemukan sendiri pengetahuannya melalui proses mengkonstruksi atau
menyusun pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya. Schunk, Woolfolk
(2007:344) mengatakan bahwa konstruktivisme merupakan pandangan yang
menekankan pembelajar dalam membangun pemahaman. Pembelajaran adalah konstruksi yang bersifat aktif dan
personal. Pengetahuan bukan hasil pemberian dari orang lain tetapi hasil dari
proses kontruksi yang dilakukan individu.
Haning dan Adi menggunakan metode penugasan, diskusi dan presentasi.
Guru memberi tugas per-kelompok untuk melakukan pengamatan tentang pohon induk di sekitar lingkungan sekolah. Setiap kelompok mendapat tugas
pengamatan pohon induk yang berbeda. Siswa melakukan pengamatan, berinteraksi dengan teman satu kelompok,
mendiskusikan dan menentukan hasil
temuannya. Di sini terjadi dialog antara
Cakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
siswa dengan guru mengenai topik
yang sedang dibahas. Kemudian, selesai pengamatan siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas dan mendiskusikan dengan kelompok lain dibawah bimbingan dan arahan dari guru.
Haning dan Haira memutar sebuah
film yang berhubungan dengan topik
yang sedang dibahas, sebelum diskusi.
Setelah menyaksikan film, siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok untuk mendiskusikan apa yang telah disaksikan.
Penggunaan media pembelajaran membantu meningkatkan perhatian dan motivasi siswa sehingga penyerapan informasi terjadi secara efektif. Metode diskusi mendorong siswa terlibat aktif berinteraksi dan tukar pendapat dalam
memecahkan suatu masalah walaupun
guru masih berperan sebagai pengendali utama. Uno dan Mohamad (2011:
99) menyatakan bahwa dalam metode
diskusi dapat terjadi interaksi antara siswa dan guru serta siswa dengan siswa,
dan saling tukar pengalaman dan informasi dalam memecahkan suatu masalah. Orlich, Harder, Callahan (2007:
253) menyatakan bahwa diskusi merupakan teknik pengajaran yang mencakup pertukaran gagasan, dengan pembelajaran aktif dan partisipasi dengan
melibatkan semua.
Berdasarkan hasil wawancara, Haning dan Raul menerapkan metode
pembelajaran penugasan dengan studi
pustaka untuk merangsang minat baca
siswa dan mengaktifkan siswa untuk
mencari pengetahuan sendiri. Setelah
itu membuat ringkasan atau membuat
suatu laporan hasil praktek (W1/AN/07.02.12/04& W1/US/26.01.12/10). Nani
sering memberikan tugas kepada siswa
349
dengan mencari materi di internet maupun di perpustakaan, dengan tujuan
agar siswa mengetahui terlebih dahulu
materi yang akan dibahas bersama dan
mengetahui arah kegiatan praktik sebelum melakukan praktik di lapangan
(W1/IW/17.02.12/02). Metode penugasan
ini berfungsi membantu siswa menguasai materi pelajaran. Di samping itu,
penugasan untuk melatih siswa belajar
mandiri, memiliki tanggung jawab dan
dapat bekerjasama dengan orang yang
lain.
PENUTUP
Dari hasil penelitian dan diskusi
pada pembahasan, dapat dibuat kesimpulan seperti berikut.
Tahap awal pembelajaran berbasis
kompetensi menunjukkan pembelajaran yang berdasarkan prinsip kognitivistik genre pengolahan informasi. Termasuk dalam hal ini penggunaan audio
visual dapat mempercepat proses sensor informasi. Guru menyiapkan peserta didik secara mental untuk mamaksimalkan kepekaan proses sensorinya.
Guru menerapkan belajar aktif dan
guru mampu mengaktifkan peserta didik secara fisik maupun mental. Strategi discovery dan inquiry juga telah diimplementasi dalam tahap penguasaan
kompetensi. Strategi discovery dan inquiry termasuk dalam genre teori belajar dengan prinsip konstruktivistik.
Metode pembelajaran yang diimplementasikan pada pembelajaran di
kelas oleh guru-guru yang menjadi subjek adalah: ceramah, diskusi, pemberian
tugas, pemecahan masalah dan project
work, dan presentasi. Audio visual berupa film juga digunakan oleh dua
guru. Sebelum kegiatan diskusi terlebih
dahulu diputarkan sebuah film yang
berhubungan dengan topik yang sedang dibahas. Setelah selesai menyaksikan film, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk mendiskusikan
apa yang telah disaksikan. humanistic
peserta didik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan ini peneliti ucapkan terima
kasih kepada Kepala Sekolah dan para
guru di SMK Negeri 1 Pandak Bantul
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di SMK tersebut. Selain itu, peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Kabupatan Kotawaringin Barat
Kalimantan Tengah yang telah memberikan beasiswa kepada peneliti untuk
kuliah di Program Pascasarjana UNY.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, Tahun
2006, tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depnakertrans RI. 2009. Rencana Tenaga
Kerja Nasional 2010-2014. Jakarta:
Depnakertrans RI.
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi di SMK
350
Desai, Raj. 2006. ”A Short Take on:
Teaching Strategies for Workplace Skills [Versi Electronic]”.
ProQuest Education Journals, 12,1;
69-72.
Finch, C.R & Crunkilton, J.R. 1979. Curriculum Development in Vocational
and Technical Education: Planning,
Content, and implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Hardini, Isriani & Puspitasari, Dewi.
2012. Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep, dan Implementasi. Familia: Yogyakarta.
Kemdiknas. 2011. Data Pokok PSMK 2010.
Jakarta: Kemendiknas. http://datapokok.ditpsmk.net/. Diambil 20
November.
McCown, R. R. & Roop, P. 1992. Educational Psychology and Classroom
Practice: A Partnership. Boston:
Allyn and Bacon.
Miles, M.B, & Huberman, A.M. 1992.
Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi).
California: Sage Publication, Inc.
(Buku asli Qualitative Data Analysis).
Orlich, D.C., Harder, R.J., & Callahan,
R.C. 2007. Teaching Strategies: A
Guide to Effective Instruction (8th
ed). Boston. New York: Houghton
Mifflin Company.
Cakrawala Pendidikan, Juni 2012, Th. XXXI, No. 2
Ornstein, A.C. and Hunkins, F.P. 2009.
Curriculum: Foundations, Principles, and Issues (5th ed). Boston: Pearson Education.
Pribadi, Benny A. 2011. Model Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian
Rakyat.
Schunk, D.H. 2008. Learning Theories: An
Educational Perspective (5th ed).
Boston: Pearson Education.
Setiawan, Iwan. 2012. Agribisnis kreatif:
Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru Menuju Kemakmuran Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Soenaryo, Benny Soeprapto Brotosiswoyo, Situmorang, et al. (2002).
Sejarah Pendidikan Tehnik dan Kejuruan di Indonesia: Membangun
Manusia Produktif. Jakarta: Depdiknas.
Uno, Hamzah B. & Nurdin, Mohamad.
2011. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Woolfolk, A. 2007. Educational Psychology (10thed). Boston: Pearson Education.