Academia.eduAcademia.edu

ACARA 1.docx

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman Jarak di Indonesia dapat tumbuh dengan baik karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman ini bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis, salah satunya sebagai bahan bio etanol maka tanaman ini kini mulai di budidayakan. Teknik pembibitan untuk menghasilkan bibit berkualitas merupakan hal penting bagi pengembangan tanaman tahunan termasuk tanaman jarak pagar. Pembibitan diartikan sebagai usaha mempersiapkan bahan tanaman berupa bibit yaitu tanaman muda melalui penanaman biji maupun bagian vegetatif tanaman. Selain itu, penentuan umur semai yang tepat untuk pindah tanam diperlukan agar tidak terlambat atau terlalu awal, karena umur pindah tanam menentukan pertumbuhan bibit (Hartmann et.al., 2002; Acquaah, 2002). Pada tanaman jarak pagar, pembibitan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Henning, 2000; Prajapati dan Prajapati, 2005) dan pembibitan dengan menggunakan bahan perbanyakan berupa biji dilakukan hingga berumur 2 – 3 bulan (Heller, 1996; Henning, 1998; Henning, 2000). Tujuan Praktikum Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas pembibitan, dan mengetahui pertumbuhan bibit yang paling baik untuk dipindah tanamkan pada cara pembibitan tidak langsung. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman jarak adalah tanaman tahunan yang hasil bijinya dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak atau biodiesel. Di Indonesia ada beberapa jenis tanaman jarak, semuanya dari famili Euphorbiceae (satu famili dengan karet dan ubikayu), seperti: jarak kepyar/kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung/landi (Jatropha gossypifolia), jarak gurita (Jatropha multifida), dan jarak pagar (Jatropha curcas L.). Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat Indonesia yaitu sejak tahun 1942-an melalui bangsa Jepang yang memerintahkan masyarakat menanam tanam jarak sebagai tanaman pagar pekarangan (Syakir, 2006). Tanaman jarak pagar berasal dari daerah tropis Amerika Tengah, khususnya Meksiko yang disebarluaskan oleh pelaut-pelaut Portugis pada awal 1800-an melalui Kepulauan Cape Verde (Afrika) keberbagai negara lainnya di Afrika dan Asia. Pertanaman jarak pagar hanya diusahakan di negara-negara Afrika Barat dan Madagaskar. Di Afrika dan Asia hanya ditemukan dalam bentuk pertanaman pada pagar-pagar rumah atau batas-batas lahan pertanian (Heller, 1996: Heyne, 1950). Di Indonesia, tanaman jarak dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain: nawaih nawas di Aceh, jarak wolanda di Manado, jirak di Minangkabau, jarak kosta di Jawa Barat, jarak budeg, jarak gundul, jarak iri, jarak pager, jarak cina, kaleke di Madura, jarak pageh di Bali, tangan-tangan kali kanjoli di Makasar, malate (hoti) di Seram Timur, Bolacai di Halmahera Utara, dan balaci hisa di Tidore (Heyne, 1950). Jarak pagar merupakan tanaman perdu dengan tinggi mencapai 2-5 m. Dapat tumbuh baik pada lahan yang tidak subur dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai 800 m dpl (fierna.com, 2006). Pohonya bercabang tidak teratur, batangnya berkayu, silindris bila terluka mengeluarkan getah. Daunya tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama, dan warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tangkai daun 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning bila masak. Buah terbagi menjadi 2-4 ruang yang masing-masing ruang berisi 1 biji. Biji bulat lonjong berwarna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen 30-35% (Syakir, 2006). BAB III. METODELOGI Waktu dan Tempat. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2016, di Laboratorim Produksi Tanaman, Fakultas Pertanaian, Universitas Mataram. Alat dan Bahan: Alat yang digunakan pada pratikum: alat tulis menulis, bak kecambah, sprayer, penggaris, cepang, dan kamera. Bahan yang digunakan pada praktikum: benih jarak pagar (Jatropha curcas L.), pupuk kandang, polybag, plastik dan tanah. Cara Praktikum. Dijelaskan mengenai fase perkecambahan dan proses perkecambahan pada benih jarak pagar (Jatropha curcas L.). Disiapkan pupuk kandang, bak kecambah dan tanah sebagai campuran media perkecambahan langsung dan tidak langsung . Dimasukan tanah kedalam polybag dan dibenamkan benih jarak pagar (Jatropha curcas L.), sampai tertutup dan tidak terlalu dalam. Dimasukan media tanam (campuran tanah dan pupuk kandang) kedalam bak kecambah yang telah dilapisi plastik, dan dibenamkan binih jarak pagar (Jatropha curcas L.) dengan jumlah 50 biji kedalam media tanam. Diamati fase pertumbuhan pada perkecambahan yang dilakuakn di bak kecambah yaitu pada fase pancing, kemudian dipindah tanamkan ke dalam poly bag pada masih-masing fase perkecambahan dengan masing-masing diulang 5 kali. Dimati pertumbuhan yang terjadi pada jenis pembibitan langsung (didalam polybag) dan pembibitan tidak langsung (pada bak kecambah). Diamati tinggi tanaman pada umur 30 HST. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Tabel 1. Gambar Tanama Jarak Pagar Berbgai Faes Pada Pembibitan Langsung Dan Tidak Langsung No. Hasil Pengamatan Keterangan 1. Pembibitan langsung benih tanaman jarak pagar pada polybag. 2. Pembibitan tidak langsung, pembindahan dilakukan pada fase bintang. 3. Pembibitan tanaman secara tidak langsung, dipindahkan pada fase pancing 4. Pembibitan tidak langsung, Pemindahan dilakuakan pada fase III 5. Pembibitan tidak langsung, Pemindahan dilakuakan pada fase IV Tabel 2. Analisis Data Tinggi Tanaman Jarak Pagar Pembibitan Tidak Langsung NO FASE TINGGI TANAMAN (cm) 1. Bintang 0,9   1   0,2 Total 2,1 Rata-Rata 0,7       2. Pancing 4,2   3   3,6 Total 10,8 Rata-Rata 3,6       3. III 14   16   13,5 Total 43,5 Rata-Rata 14,5       4. IV 16,6   16,5   16,3 Total 49,4 Rata-Rata 16,46666667 Grafik 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Jarak Pagar Pada Fase Bintang (1), Pancing (2), III (3) Dan IV (4) Pada Pembibitan Tidak Langsung. Tabel 3. Analaisi Data Tinggi Tanaman Jarak Pagar Pembibitan Langsung NO FASE TINGGI TANAMAN (CM) 1. Bintang 25   29,3    - Total 54,3 Rata-Rata 27,15       2. Pancing 27,8   20,4   29 Total 77,2 Rata-Rata 25,73333333       3. III 29,6   32   30 Total 91,6 Rata-Rata 30,53333333       4. IV 31,2   32   30 Total 93,2 Rata-Rata 31,06666667 Grafik 2. Rata-Rata Tinggi Tanaman Jarak Pagar Pada Fase Bintang (1), Pancing (2), III (3) Dan IV (4) Pada Pembibitan Tidak Langsung. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada proses perkecambahan biji jarak pagar secara langsung dan tidak langsung menunjukkan bahwa biji jarak pagar lebih cepat berkecambah pada teknik pembibitan langsung. Hal ini dikarenakan pada saat perkecambahan langsung bibit jarak pagar tidak mengalami stres saat pemindahan, pada perkecambahan tidak langsung bibit dipindahkan pada berbagai fase pertumbuhan seperti fase kancing, fase pancing, fase III dan fase IV. Sehingga mengakibatkan tanaman mengalami stres akibat harus menyesuaikan dengan lingkungan baru dan perakaran bibit juga mengalami stres akibat putusnya akar saat pemindahan tanaman. Pada tinggi tanaman jarak pagar menggunakan teknik pembibitan langsung mengalami perkembangan yang menurun pada fase pancing, hal ini dikarenakan bibit dari jarak pagar pada ulangan ketiga msih mengalami fase dormansi sehingga memperlambat terjadi fase inbibisi (penyerapan air) pada benih tanaman jarak pagar. Tetapi setelah bibit mengalami domansi pertumbuhan bibit jarak pagar tersebut lebih cepat dibandingkan dengan lainnya baik dalam fase III dan IV hal tersebut dikarenakan telah berakhirnya masa dormansi sehingga mengakibatkan keadaan hormon pertumbuhan tanaman yang sangat aktif dalam menyerap air dan hara pada lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman jarak. Pada grafik pembibitan tidak langsung menunjukan perkembangan yang segnifikan antara fase ke fase, hal tersebut dikarenakan terdapat fase stres yang mengakibatkan tanaman harus beradaptasi pada masing-masing fase terhadap lingkungan dan media tumbuhnya. Sehingga mengakibatkan tinggi yang signifikan pada setiap fase tumbuhnya. Hal ini berbeda dengan keaadan tanaman jarak pagar yang dilakukan pembibitan langsung yang tidak mengalami stres, sehingga pertumbuhan cenderung tidak signifikan terhadap tinggi tanaman tiap fasenya. Kelebihan pada perkecambahan tidak langsung adalah bibit yang dipindah tanamkan dapat dipilih keaadaan bibit yang baik sehingga pada setiap fase pindahan yang dipindahkan. Penampakan fisik setiap fase bibit tanaman yaitu, pada percambahan awal diawali dengan tumbuhnya radikula melalui mikropil biji. Radikula terus tumbuh geotropisme menghasilkan satu buah akar tunjang dengan empat buah akar lateral sehingga fase ini kemudian diidentitaskan sebagai fase bintang. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan kecambah terus tumbuh, maka pertumbuhan selanjutnya adalah hipokotil memanjang ke arah permukaan media tumbuh. Fase ini disebut sebagai fase pancing dan berlangsung hingga kotiledon terangkat ke permukaan media. Kotiledon kemudian membuka (pecah) dan berkembang menjadi daun kotiledon. Setelah kotiledon mekar dan berkembang menjadi daun, maka setelah 2 – 4 hari kemudian berkembang daun sempurna yaitu fase III terjadi pada hari ke 17 – 20 setelah tanam. Pada periode pesemaian membutuhkan waktu sekitar 15 hari, pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar dimulai setelah 20 hari. Sehingga pada fase IV yang berumur 20 hari merupakan fase terbaik untuk dipindah tanamkan karena memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Selain itu tingkat stres pada perakaran dapat dikurangi karena banyaknya akar yang sudah tumbuh sehingga tidak mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menyerap air dan hara pada media tanam. BAB V. KESIMPULAN Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulan: Biji jarak pagar lebih cepat berkecambah pada teknik pembibitan langsung. Hal ini dikarenakan pada saat perkecambahan langsung bibit jarak pagar tidak mengalami stres saat pemindahan Pada tinggi tanaman jarak pagar menggunakan teknik pembibitan langsung mengalami perkembangan yang menurun pada fase pancing, hal ini dikarenakan bibit dari jarak pagar pada ulangan ketiga msih mengalami fase dormansi sehingga memperlambat terjadi fase inbibisi (penyerapan air) pada benih tanaman jarak pagar. Kelebihan pada perkecambahan tidak langsung adalah bibit yang dipindah tanamkan dapat dipilih keaadaan bibit yang baik sehingga pada setiap fase pindahan yang dipindahkan. Pada percambahan awal diawali dengan tumbuhnya radikula melalui mikropil biji. Radikula terus tumbuh geotropisme menghasilkan satu buah akar tunjang dengan empat buah akar lateral sehingga fase ini kemudian diidentitaskan sebagai fase bintang. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan kecambah terus tumbuh, maka pertumbuhan selanjutnya adalah hipokotil memanjang ke arah permukaan media tumbuh. Fase ini disebut sebagai fase pancing dan berlangsung hingga kotiledon terangkat ke permukaan media. Setelah kotiledon mekar dan berkembang menjadi daun, maka setelah 2 – 4 hari kemudian berkembang daun sempurna yaitu fase III terjadi pada hari ke 17 – 20 setelah tanam. Daftar Pustaka Acquaah, G. 2002. Horticulture – Principles and Practices. Second Edition. Pentice Hall, New Jersey. 787p. Atman. 2007. Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Sumatra Barat Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, Jr., R.L. Geneve. 2002. Plant Propagation : Principles and Practices. 7th edition. Printice Hall Inc. 770p. Heller, J. 1996. Physic nut (Jatropha curcas L.). Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. 1. Institute of Plant Genetic and Crop Plant Research. Gatersleben/International Plant Genetic Resources Institute, Rome. Henning, R. 1998. Fighting Desertification by Integrated Utilisation of the Jatropha Plantan Integrated Approach to Supply Energy and Create Income for Rural Development. www.jatropha.org [Januari 2006]. Henning, R. 2000. The Jatropha Booklet. A Guide to the Jathropha System and its Dissemination in Zambia, produced for GTZ-ASIP-Support-Project Southern Province, Zambia. http://www.jatropha.de/documents/jcl-booklet.pdf [Mei 2006]. Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta. Prajapati N. and D. Prajapati. 2005. A Handbook of Jatropha curcas Linn. (Physic Nut). Santoso Bambang B. dan Bambang S. Purwoko.2006. TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha Curcas L.) TECHNIC OF PHYSIC NUT (Jatropha Curcas L.) SEEDLING. Fakultas Pertanian UNRAM. Mataram. Syakir, M. 2006. Potensi Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Makalah pada pelatihan Teknis Budidaya Tanaman Jarak Pagar. Bogor, 20-22 Juli 2006. Puslitbangbun Bogor.