Academia.eduAcademia.edu

PASCA PANEN HASIL PERTANIAN

PENDAHULUAN Penanganan pascapanen merupakan salah satu mata rantai penting dalam usahatani jagung. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa petani umumnya memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang masih tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa kadar air jagung yang dipanen pada musim hujan masih tinggi, berkisar antara 25-35%. Apabila tidak ditangani dengan baik, jagung berpeluang terinfeksi cendawan yang menghasilkan mikotoksin jenis aflatoksin (Firmansyah et al.2006). Adanya nilai tambah dari produk olahan jagung seperti minyak jagung dan produk olahan lainnya yang dilaporkan berdampak positif bagi kesehatan manusia menyebabkan bergesernya penggunaan biji jagung dari pemenuhan konsumsi ternak menjadi konsumsi manusia dan ternak. Perubahan pola konsumsi tersebut menuntut adanya perbaikan proses pascapanen jagung untuk menghasilkan biji yang aman dikonsumsi, baik oleh manusia maupun ternak. Hal ini mendasari dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang keamanan pangan. Beberapa negara seperti Cina, Malaysia, dan Singapura telah memberlakukan standar mutu yang sangat ketat untuk produk jagung (W arintek 2007). Untuk itu diperlukan teknologi penanganan pascapanen jagung, terutama di tingkat petani, untuk menghasilkan produk yang lebih kompetitif dan mampu bersaing di pasar bebas. Proses pascapanen jagung terdiri atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari pemetikan dan pengeringan tongkol, pemipilan tongkol, pengemasan biji, dan penyimpanan sebelum dijual ke pedagang pengumpul. Ke semua proses tersebut apabila tidak tertangani dengan baik akan menurunkan kualitas produk karena berubahnya warna biji akibat terinfeksi cendawan, jagung mengalami pembusukan, tercampur benda asing yang membahaya-kan kesehatan. TUJUAN PASCA PANEN

PASCA PANEN HASIL PERTANIAN TANAMAN JAGUNG PENDAHULUAN Penanganan pascapanen merupakan salah satu mata rantai penting dalam usahatani jagung. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa petani umumnya memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang masih tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa kadar air jagung yang dipanen pada musim hujan masih tinggi, berkisar antara 25-35%. Apabila tidak ditangani dengan baik, jagung berpeluang terinfeksi cendawan yang menghasilkan mikotoksin jenis aflatoksin (Firmansyah et al.2006). Adanya nilai tambah dari produk olahan jagung seperti minyak jagung dan produk olahan lainnya yang dilaporkan berdampak positif bagi kesehatan manusia menyebabkan bergesernya penggunaan biji jagung dari pemenuhan konsumsi ternak menjadi konsumsi manusia dan ternak. Perubahan pola konsumsi tersebut menuntut adanya perbaikan proses pascapanen jagung untuk menghasilkan biji yang aman dikonsumsi, baik oleh manusia maupun ternak. Hal ini mendasari dikeluarkannya Undang- Undang No. 7 tahun 1996 tentang keamanan pangan. Beberapa negara seperti Cina, Malaysia, dan Singapura telah memberlakukan standar mutu yang sangat ketat untuk produk jagung (W arintek 2007). Untuk itu diperlukan teknologi penanganan pascapanen jagung, terutama di tingkat petani, untuk menghasilkan produk yang lebih kompetitif dan mampu bersaing di pasar bebas. Proses pascapanen jagung terdiri atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari pemetikan dan pengeringan tongkol, pemipilan tongkol, pengemasan biji, dan penyimpanan sebelum dijual ke pedagang pengumpul. Ke semua proses tersebut apabila tidak tertangani dengan baik akan menurunkan kualitas produk karena berubahnya warna biji akibat terinfeksi cendawan, jagung mengalami pembusukan, tercampur benda asing yang membahaya- kan kesehatan. TUJUAN PASCA PANEN Penanganan pasca panen  bertujuan  agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian antara lain: Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan  hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai  waktu penanaman. Teknologi benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah  dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing  / drying), pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan hama dan penyakit, dll. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti  pertumbuhan tunas, pertumbuhan  akar,  batang  bengkok,  buah  keriput, polong alot, ubi  berwarna hijau (greening), terlalu matang,  dll. Perlakuan dapat berupa : pembersihan, pencucian , pengikatan,  curing,  sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll. GAMBAR DIAGRAM ALIR PASCA PANEN TANAMAN JAGUNG Aktivitas: Penentuan waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan, pengangkutan PANEN PENGUPASAN Aktivitas: Pelepasan kulit, pemisahan jagung yang baik dan yang rusak PENGERINGAN Aktivitas: Angkut tongkol ke tempat pengeringan, pengeringan dan pemrosesan hasil pengeringan PEMIPILAN Aktivitas: Memipil tongkol, memisahkan biji dari kotoran, memproses jagung pipilan kering PENYIMPANAN Aktivitas: Menyimpan biji dalam ruang penyimpanan untuk mempertahankan mutu PENGANGKUTAN Aktivitas: Pengeringan biji dan pemindahan untuk proses selanjutnya KLASIFIKASI DAN STANDARISASI MUTU KEGIATAN PASCA PANEN   PASCAPANEN Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakanserangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan ataudipasarkan. 1.Pengupasan  Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air didalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkankerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapatmemudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk  jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segeradikupas. 2.Pengeringan  Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secaratradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 911 %.Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapatdilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dandigantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air didalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapatdilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan. 3.Pemipilan  Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapatmenggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar.Pada dasarnya ³memipil´ jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah,yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,maka antara biji dantongkol perlu dipisahkan. 4.Penyortiran dan Penggolongan  Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan darikotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah,biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan.Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benihterutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkankeseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat pentinguntuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai caramembersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahandengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasilyang baik. Alsin pengolahan hasil pertanian adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah hasil tanaman atau hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan ternak adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah biji sawit, dan sebagainya. Kapasitas kerja berbagai alsin tanaman pangan No Jenis alsin Kapasitas kerja/unit Jam kerja per hari Hari kerja per musim tanam Luas cakupan wilayah (ha/musim) 1 Traktor roda 4 0.08-0.12 8 100-120 40-60 2 Traktor roda 2 0.06-0.07 8 50-60 20-30 3 Hand sprayer 0.10-0.12 7 15 11-13 4 Hand duster 0.11-0.17 7 15 12-18 5 Mist blower 2.50-3.75 7 15 300-350 6 Power sprayer 0.20-0.25 7 15 21-26 7 Pompa air a. diameter 2" 0.01 8 50 4 b. diameter 3" 0.03 8 50 12 c. diameter 4" 0.04 8 50 15 d. diameter 6" 0.10 8 50 40 e. diameter 8" 0.15 8 50 60 8 Sabit bergerigi 0.008 6 15 0.7 9 Reaper 0.16-0.20 8 25 40 10 Pedal thresher 75-100 6 30 3 11 Power thresher a. Padi 600-800 8 25 33 b. Jagung 1500-2000 8 25 33 c. Kedelai 250-300 8 25 33 12 Corn sheller 2000-2500 8 25 27 13 Winnower 400-600 6 30 20 14 Dryer 200-300 10 30 13 15 Rice Milling Unit 350-370 10 50 60 keterangan: kapasitas kerja unit untuk alsin no 1 sampai 9 adalah ha/jam, sedangkan untuk no 10 sampai 15 adlaah kg/jam. Khusus Rice Milling Unit, kapasitasnya dalam satuan kg beras yang dihasilkan per jam (Seeder) Dalam kondisi keterbatasan biaya dan tenaga kerja, pengenalan serta penggunaan alat dan mesin pertanian memegang peranan penting. Efisiensi dapat dicapai apabila terjadi penurunan atau penghematan biaya produksi dan peningkatan pendapatan petani. Biaya terbesar dalam usahatani jagung dan kedelai misalnya, terletak pada komponen tenaga kerja, masing-masing 53% untuk jagung dan 57 % untuk kedelai, dari total biaya produksi usahatani. Di sisi lain, usahatani yang dilakukan secara manual memerlukan waktu lebih lama dan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi (mahal). Untuk penanaman benih secara manual misalnya dibutuhkan sekitar 52 jam/ha, sedangkan bila menggunakan mesin penanam benih yang ditarik traktor roda dua hanya dibutuhkan waktu 6 jam/ha. Balai Besar Pengembangan Alat dan mesin Pertanian telah merancang prototype alat mesin (alsin) penanam benih dan pemupuk untuk tanaman jagung dan kedelai. Kapasitas kerja mesin ini adalah 1,05 jam/ha. Biaya operasional mesin ini adalah Rp. 117.000/ha. Alsin tanam skala besar yang diimpor hara dan biayanya cukup mahal. Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya : Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah) Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu) Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur) Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur) Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama) Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat penanam yaitu : ukuran, bentuk, keseragaman bentuk dan ukuran, density per satuan volume, dan ketahanan terhadap tekanan pad agesekan. Mesin penanam (seeder) mempunyai 4 komponen (alat) utama yaitu : seed matering devices, tabung penyalur, furrow opener dan alat penutup alur. Seeding matering devices yaitu alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Terdapat bervariasi bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak yang dikehendaki. Tabung penyalur, alat ini berfungsi untuk menyaluirkan benih ke dalam alur yang dibuat oleh furrow opener. Bentuk, panjang dan kesaran alat mempengaruhi pengaliran benih. Alat pembuat alur (furrow opener). Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan suatu kedalaman tertentu. Kedalaman penanaman ditentukan oleh jenis tanaman, kelengasan, dan temperatur tanah. Bentuk alat disesuaikan dengan keadaan permukaan tanah atau jenis tanah, vegetasi, seresah dan kekasaran permukaan. Hal ini erat hubungannya dengan penetrasi, pemotongan oleh alat dan bentuk alur. Alat penutup alur. Alat ini berfungsi untuk menutupi benih yang sudah berada dalam tanah yang lembab. Dalam penutup ini diharapkan tanah yang menutupi dalam keadaan yang cukup baik untuk dapat ditempus oleh tanaman. Penyetelan Penyetelan ini berfungsi untuk mengatur seeder sehingga diperoleh penebaran benih dengan jumlah dan jarak (lebar alur) yang diharapkan kecuali pola penebaran broadcasting. Kebutuhan benih Untuk suatu jenis tanaman erat hubungannya antara jarak tanam atau jumlah populasi per satuan luas dengan hasil yang akan diperoleh (pada suatu tingkat kesuburan dan penyediaan air tertentu). Untuk itu harus diperhitungkan jumlah benih yang optimum dan kemungkinan pengolahan lain sesudah tanam dan panen. Hal ini ada hubungannya dengan jenis dan penggunaan peralatan yang dipakai selama budidaya tanaman. Kebutuhan benih per hektar dapat dihitung dengan mempertimbangkan jumlah populasi tanaman per hektar dan faktor kualitas benih. N = (100 AQ)/X dimana N adalah jumlah benih per hektar (Kg), A adalah jumlah populasi tanaman per hektar (dalam jutaan) serta X merupakan faktor kualitas benih (%). Penyetelan pembuat alur (furrow opener) Penyetelan ini bertujuan untuk menyesuaikan alat dengan jarak alur tanaman yang dikehendaki. Dalam hal ini kita bisa mengatur jarak antar furrow opener dengan mengubah posisi batang penempatan. Pengaturan marker /penanda Pengaturan ini bertujuan untuk menyeragamkan jarak antar tanaman sehingga antar tanaman pertama dan berikutnya tidak terjadi overlapping atau tidak terlalu jauh. Dryer (Gabah / Padi, Jagung, dll), Mesin Pengering Rak Bahan bakar briket batubara / kayu bakar TERUJI dan Sudah Banyak digunakan Di Seluruh Indonesia Fungsi : untuk mengeringkan gabah (padi), jagung , kedelai, dan produk lainnya. Mesin pengering (dryer) ini berfungsi menggantikan cara tradisional yang mengandalkan panas matahari untuk mengeringkan produk Model Type GN 1092 / box Kapasitas pengeringan gabah – jagung kg 4000 Model pengeringan type Indirect Blower type Axial Penurunan kadar air saat pengeringan per jam – Gabah % 0,8-1,2 – Jagung % 2-4 Tenaga penggerak motor diesel PK/Rpm 7 / 2200 Dimensi bak pengering cm 650 x 200 x 115 Dimensi dapur pengering cm 125 x 65 x 65 Keunggulan Mesin Pengering Serbaguna ini (padi, jagung, dll) Teknologi alat / mesin teknolosinya tepat guna Bahan bakar bisa briket batubara atau kayu bakar Mesin pengering model knock down (bongkar pasang) Mudah pengoperasiannya tenaga kerja sedikit, maksimal 2 orang Ongkos pengeringan gabah lebih murah dari tipe-tipe yang ada di pasaran Kehilangan gabah dan jagung sangat rendah dalam proses pengeringan Lahan penempatan alat tidak luas. Cukup 2×8 m Daya pakai alat relatif cukup lama Sangat cocok dioperionalkan pada kelompok tani di pedesaan Asap tidak bercampur dengan bahan yang dikeringkan (murni udara panas) KESIMPULAN Kesimpulan Mengurangi susut (jumlah dan mutu) pada tiap rantai penanganan. Mempertahankan mutu (yang diinginkan konsumen). Memperpanjang masa simpan (shelf life) sehingga dapat meningkatkan ketersediaan/pasokan di lokasi manapun dan sepanjang waktu. Mencegah kerusakan fisiologis dan mikrobiologis. Saran   Pada saat proses pengolahan alat yang digunakan harus steril.   DAFTAR PUSTAKA a)AAK. (1993). Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta. Kanisius. b)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1998). Budidaya Kedelai danJagung.Palangkaraya. Departemen Pertanian.c)Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri &PemasaranJAGUNG & KEDELAI di Indonesia.d)Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1988). JagungBogor.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniane)Saenong, Sania. (1988). Teknologi Benih Jagung. Pusat PenelitiandanPengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.f)Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. (1988). Pusat Penelitian danPengembanganTanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian.g)Warisno (1998). Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.