Academia.eduAcademia.edu

Proposal penelitian.docx

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PION CATUR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Eksperimen di Kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kabupaten Karawang pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat) PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu : Drs. H. Toto Syatori Nasehuddien, M.Pd. Disusun oleh: Muhammad Wildan Hikmatul Fajar (1414153134) Tadris Matematika D/5 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2016/2017 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam juga tak lupa pula kita limpahkan kepada baginda Nabiullah Muhammad SAW selaku tokoh reformasi bagi kita sekalian yang mengajarkan kepada kebenaran khususnya bagi umat muslim yang telah menunjukan kepada kita jalan kebenaran dan kebaikan terutama yang masih tetap teguh pendirian sampai hari ini. Proposal penelitian ini dibuat guna memenuhi kewajiban penulis selaku mahasiswa dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan dan merupakan pra-syarat dalam memperoleh nilai pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika. Proposal penelitian ini disusun berdasarkan referensi yang ada, serta merupakan gabungan dari teman-teman serta dari Dosen pengampu dan Dosen wilayah kajian, yang inti dari proposal penelitian ini yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Pion Catur terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Bilangan Bulat (Studi kasus di kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kabupaten Karawang). Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis banyak menerima bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnnya kepada Bapak Drs. H. Toto Syatori Nasehuddien, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika dan Ibu Nurma Izzati, M.Si. selaku dosen pembimbing wilayah kajian. Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis sadar sepenuhnya atas segala kekurangan dan kesempurnaan sehingga di butuhkan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan proposal penelitian selanjutnya. Semoga Allah SWT. selalu menyertai dan meridhoi kita bersama dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan yang berbudi pekerti luhur. Amin Ya Rabbal‘Alamin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Cirebon, Desember 2016 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 4 1.3. Pembatasan Masalah 5 1.4. Perumusan Masalah 5 1.5. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 6 BAB II ACUAN TEORITIK 2.1. Deskripsi Teoritik 7 2.1.1. Konsep Media Pembelajaran 7 2.1.2. Konsep Media Pembelajaran Pion Catur 9 2.1.3. Bilangan Bulat 19 2.1.4. Hasil belajar 20 2.2. Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan 23 2.3. Kerangka Pemikiran 25 2.4. Hipotesis Penelitian 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 28 3.1.1. Tempat Penelitian 28 3.1.2. Waktu Penelitian 28 3.2. Metode dan Desain Penelitian 29 3.2.1. Metode Penelitian 29 3.2.2. Desain Penelitian 29 3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 30 3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampling 30 3.4. Teknik Pengumpulan Data 31 3.4.1. Instrumen Penelitian 31 3.4.2. Definisi Konseptual 32 3.4.3. Definisi Operasional 33 3.4.4. Kisi-kisi Instrumen 33 3.4.5. Uji Coba Instrumen 34 3.4.6. Teknik Pengumpulan Data 36 3.5. Teknik Analisis Data 37 3.5.1. Uji Persyaratan Analisis 37 3.5.2. Uji Hipotesis 41 3.6. Hipotesis Statistik 42 DAFTAR PUSTAKA 44 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peran pendidikan sangatlah penting untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan menciptakan kehidupan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa harus selalu dilakukan pembaharuan pendidikannya. Kemajuan bangsa Indonesia dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Dengan adanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia yang ada di Indonesia. Manusia tumbuh melalui belajar dan tidak dapat melepaskan diri dari pembelajaran. Mengajar dan belajar ialah proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor yang menentukan dalam keberhasilan siswa. Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi karena adanya suatu pengalaman. Setelah seseorang mengalami kegiatan belajar maka akan mendapatkan suatu hasil belajar berupa perubahan tingkah laku. Rahmad Ramelan S. 2008. Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Melalui Penggunaan Alat Peraga Praktik Miniatur Tandon Air Terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas X SMAN 3 Kota Manna. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2 No. 1, hal. 67 Sedangkan pembelajaran adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, hal. 17 Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Berbagai upaya yang telah ditempuh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain pembaharuan dalam kurikulum, pengembangan model pembelajaran, perubahan sistem penilaian, dan lain sebagainya. Tujuan dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai pedoman keberhasilan belajar, sedangkan isi tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Menurut Kurniawati tujuan pembelajaran matematika adalahter bentuknya kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, serta disiplin dalam memecahkan suatu masalah dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kurniawati. 2015. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kartu Fungsi Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat Kelas X SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon. Skripsi. Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, hal. 1-2 Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan sekedar pandai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti kalkulator dan komputer. Namun, menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis. Oleh karena itu, siswa dalam belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap sesuai dengan tahapan, melalui cara yang menyenangkan dengan menjalankan prinsip pembelajaran matematika. Fatimah. 2009. FUN MATH: Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung: Mizan Pustaka, hal. 8 Pandangan siswa yang menilai bahwa matematika itu sulit harus bisa dirubah oleh guru. Memberikan pengajaran yang berbeda dari biasanya merupakan solusi yang tepat. Oleh karena itu, buatlah pembelajaran matematika semenarik mungkin namun tidak keluar dari pembahasan yang diajarkan. Pada dasarnya pengajaran matematika yang dilakukan bertujuan untuk membangun pengalaman dan kegiatan yang akan memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman dalam matematika. Ibid., hal. 15 Dalam proses pembelajaran berlangsung seorang guru harus bisa mengajak interaksi kepada siswa agar pembelajaran tidak membosankan, karena pada dasarnya karakter dari setiap siswa itu berbeda-beda. Kompetensi guru pada situasi tersebut akan diuji. Pada pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, guru merupakan subyek utama kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan materi yang diajarkan dengan menggunakan contoh, kemudian siswa diminta untuk menyebutkan kembali dan menerapkan pada soal yang lain yang sesuai dengan contoh tersebut. Siswa selama kegiatan pembelajaran hanya mendengarkan semua hal yang dijelaskan oleh guru, mencatat materi yang diberikan, dan mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh guru. Sehingga selama pembelajaran siswa menerima suatu materi yang sudah jadi, siswa siswa tidak ikut berfikir dan menggunakan pengalaman belajarnya. Di akhir pembelajaran, hasil kerja siswa sebatas mengenal operasi hitung bilangan dalam bentuk yang sudah jadi. Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru dan menggunakan maupun mengingat kembali konsep yang telah dipelajari. Terdapatnya siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran bisa jadi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar dari diri mereka. Kurangnya motivasi terhadap diri sendiripun mengakibatkan siswa tersebut menjadi pasif, enggan untuk belajar, malu, dan bahkan takut untuk bertanya. Dalam hal tersebut mereka akan lebih memilih diam jika ada hal yang belum mereka mengerti dan pahami dari pada harus bertanya kepada guru yang mengajar. Keadaan tersebut, apabila didiamkan secara terus-menerus akan menyebabkan mutu pembelajaran menurun sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak akan pernah terwujud secara optimal dan tentu akan berakibat pada hasil belajar dan tingkat kecanggihan berfikir siswa. Kurniawati. Op.Cit., hal. 2 Sebenarnya banyak cara yang dapat dilaksanakan guru agar siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, salah satunya yaitu dengan merubah paradigma pembelajarannya. Guru bukan sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Siswa yang dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga guru tidak menjadi peran utama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media pembelajaran yang sederhana, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan media pembelajaran yang digunakan harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir secara logis, kritis, dan kreatif. Mengingat pentingnya pelajaran matematika untuk pendidikan, guru diharapkan mampu merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan tertarik dengan matematika. Terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran matematika agar siswa lebih aktif dan interaktif lagi dalam pemahamannya. Salah satu usahanya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang sederhana dan mudah dipahami. Dalam pembelajaran matematika, seringkali cara penyampaian materi yang diberikan oleh guru dikaitkan dengan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam belajar. Guru yang memanfaatkan media dalam pembelajaran matematika memiliki peluang keberhasilan yang didapatkan siswa tinggi. Media pembelajaran yang digunakan akan melibatkan siswa untuk berpikir kreatif dalam memahami konsepnya, sehingga akan merubah pemikirannya yang tadinya berfikir bahwa matematika itu sulit dan sekarang menjadi matematika itu mudah dan menyenangkan. Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai. Proses pembelajaran matematika menggunakan media untuk menjadikan situasi kelas yang kondusif dan nebyenangkan. Media yang akan digunakan untuk memahami salah satu konsep dalam pembelajaran matematika khususnya bilangan bulat bisa dengan menggunakan Pion Catur. Dengan memanfaatkan warna yang berbeda dari pion catur tersebut bisa dijadikan alternatif untuk dijadikan bahan ajar kepada siswa. Dengan demikian, pembelajaran ini mampu meningkatkan pemahaman siswa tingkan menengah terhadap aspek materi bilangan bulat. Pada kegiatan belajar, siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah dengan menyelesaikannya sendiri. Dalam hal ini dapat diduga bahwa media pembelajaran matematika merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Terkait dengan hal di atas, apakah akan terdapat pengaruh penggunaan pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Karawang. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran pion catur dalam materi bilangan bulat. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh keadaan fasilitas belajar anak di rumah terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh keikutsertaan siswa dalam kegiatan belajar di luar sekolah terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh tingkat percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika di sekolahnya? Apakah terdapat pengaruh pemilihan media pembelajaran yang sesuai dan tepat terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh penggunaan pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar anak terhadap hasil belajar matematika di sekolahnya? Apakah terdapat pengaruh kelengkapan sarana prasarana proses belajar mengajar terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh kompetensi guru dalam mengajar terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh tingkat kecerdasan anak terhadap hasil belajar matematika siswa? Apakah terdapat pengaruh teman bergaul anak di luar sekolah terhadap hasil belajar matematika di sekolahnya? Apakah terdapat pengaruh kondisi lingkungan sosial budaya sekitar sekolah terhadap hasil belajar matematika siswa? Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah, maka permasalahan dibatasi pada pengaruh penggunaan pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan bulat. Penggunaan media pion catur pada pokok bahasan bilangan bulat disini hanya digunakan untuk konsep penjumlahan dan pengurangan saja. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hasil yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi bilangan bulat dengan menggunakan media pion catur. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media nonkomputer merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penggunaan media pembelajaran pion catur dalam proses pembelajaran? Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah penggunaan media pembelajaran pion catur dalam proses pembelajarannya? Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan media pembelajaran pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bilangan bulat? Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mendapatkan informasi atau gambaran tentang keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan media pion catur. Tujuan penelitian secara khususnya yaitu bertujuan untuk mengetahui: Pengguaan media pembelajaran pion catur dalam proses pembelajaran. Hasil belajar matematika siswa setelah penggunaan media pembelajaran pion catur dalam proses pembelajarannya Seberaba besar pengaruh pengguaan media pembelajaran pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bilangan bulat. Hasil penelitian ini jika dilihat dari segi teoritis atau akademis diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika. Adapun kegunaannya adalah memberikan masukan kepada guru di sekolah tempat penelitian ini yang dapat digunakan sebagai upaya peningkatan proses pembelajaran dan memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan yang ada kaitannya dengan masalah upaya peningkatan proses pembelajaran. Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis, yaitu memberikan informasi atau gambaran bagi calon guru dan guru matematika dalam menentukan alternatif media pembelajaran matematika dan memberikan masukan kepada guru matematika tentang berbagai kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran matematika menggunakan media pion catur. BAB II ACUAN TEORITIK Deskripsi Teoritik Dari judul penelitian ini, yang perlu dijelaskan yakni: konsep media pembelajaran, konsep media pembelajaran pion catur, bilangan bulat, dan hasil belajar. Konsep Media Pembelajaran Menurut Yusuf Hadi Miarso, media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya proses belajar benar-benar terjadi. Yusuf Hadi Miarso. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom, hal. 457 Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 3 Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat atau sarana sebagai perantara untuk membantu meringankan proses belajar mengajar dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga mampu mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Eni Yulianti, dkk. 2010. Pengembangan Alat Peraga Menggunakan Rangkaian Listrik Seri-Paralel Untuk Mengerjakan Logika Matematika Di SMK Negeri 2 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 4 No. 1, hal. 7 Dengan demikian, akan tumbuh interaksi antara media pembelajaran dan siswa dalam belajar. Adanya interaksi antara media pembelajaran dan siswa pada akhirnya akan mampu mempercepat proses pemahaman siswa terhadap isi pada pokok bahasan dalam pembelajaran. Itulah sebabnya komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa dan bagaimana peranan media untuk merangsang kegiatan-kegiatan belajar. Menurut M Sobri Sutikno terdapat beberapa fungsi penggunaan media dalam pembelajaran, diantaranya M Sobri Sutikno. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect, hal. 102: Menarik perhatian siswa; Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran; Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan); Mengatasi keterbatasan ruang; Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif; Waktu pembelajaran bisa dikondisikan; Menghilangkan kebosanan dalam belajar; Meningkatkan motivasi dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah sejajar; Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta; Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Agar penggunaan media dapat mencapai hasil yang baik, hendaknya dalam memilih dan menggunakan media pembelajarannya memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip yang dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam Sutikno berikut ini Ibid., hal. 106: Menentukan jenis media tepat. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat. Menyajikan media dengan tepat. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. Media pembelajaran dalam matematika sering disebut alat peraga matematika, sehingga alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam garis besar program pengajaran mata pelajaran matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa yaitu memerlukan benda-benda konkret sebagai perantara atau visualisasinya dalam belajar, karena akan melekat dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan diperagakan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika kita perlu menggunakan alat peraga. Menurut Anas Sudijono fungsi dari alat peraga yaitu Anas Sudijono. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 91: Menjelaskan konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret. Mengkaitkan hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami. Memahami konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk alat peraga matematika yang dapat dipakai sebagai media pembelajaran. Dapat kita lihat dari pendapat diatas bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak menjadi hal yang konkret dan mengaitkan hubungan konsep abstrak matematika dengan benda-benda yang berada di alam sekitar agar proses pembelajaran lebih mudah dipahami. Dalam hal ini, media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu pion catur. Konsep Media Pembelajaran Pion Catur Dalam penelitian yang menggunakan media pembelajaran pion catur dalam pokok bahasan bilangan bulat ini hanya pada penyelesaian operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian saja. Menurut Sri Subarianah, makna dari operasi penjumlahan adalah menggabungkan kelompok (himpunan) yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, jika kelompok A yang anggotanya ada 2 anak digabungkan dengan kelompok B yang anggotanya 3 anak maka diperoleh kelompok yang baru, sebut saja kelompok AB. Dengan membilang, maka diperoleh bahwa banyaknya kelompok AB tersebut adalah 5 anak. Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas, hal. 29 Pada operasi penjumlahan bilangan bulat menurut Gatot Muhsetyo dkk terdapat sifat-sifat penting, yaitu Gatot Muhsetyo, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 326-328: Sifat tertutup, yaitu himpunan bilangan bulat tertutup terhadap operasi penjumlahan. Artinya setiap jumlah dua bilangan bulat hasilnya merupakan bilangan bulat. Sifat pertukaran (komutatif), yaitu untuk sembarang dua bilangan bulat a dan b, berlaku a+b=b+a. Sifat pengelompokkan (assosiatif), yaitu untuk sembarang tiga bilangan bulat a, b, dan c berlaku, (a+b)+c=a+(b+c). Sifat bilangan nol (sebagai unsur identitas penjumlahan), yaitu untuk setiap bilangan bulat a selalu berlaku a+0=0+a=a. Sifat invers penjumlahan (lawan dari satu bilangan), yaitu lawan dari –a adalah a, sehingga berlaku a+(-a)=(-a)+a=0. Selain operasi penjumlahan, dalam operasi bilangan bulat terdapat pula operasi pengurangan. Menurut Sri Subarinah, operasi pengurangan merupakan lawan dari operasi penjumlahan. Jika pada operasi penjumlahan dilakukan penggabungan himpunan (kelompok), maka pada operasi pengurangan dilakukan pengambilan kelompok, yaitu pembentukan kelompok baru. Misalnya, pada kelompok A beranggotakan 5 orang, akan dibentuk suatu kelompok B yang terdiri dari 2 orang, maka banyaknya anggota kelompok A yang tertinggal hanya 3 orang. Hal ini menunjukkan makna pengurangan 5-2=3. Sri Subarinah. Op.Cit., hal. 30 Sebelum pembelajaran dengan peragaan material manipulatif (misalnya pion berwarna putih bersifat positif dan pion berwarna hitam bersifat negatif) dilakukan, perkenalkan terlebih dahulu kesepakatan penggunaan pion catur positif dan pion catur negatif seperti berikut: kesepakatan! = 0 = +1 Pasangan = -1                      Gambar 2.1 Kesepakatan Perhatikan ! Beberapa cara menyatakan bilangan bulat dengan pion catur. ,, Sedangkan = 0 = -1                     Gambar 2.2 Penyataan Bilangan Bulat Peragaan penjumlahan bilangan bulat dengan pion catur Catatan : penjumlahan = penggabungan Contoh: +6 + - 3 =  …  +6 + - 3 artinya menggabung positif  enam dengan negatif tiga. Peragaannya seperti berikut:   = Gambar 2.3 Pengoperasian Penjumlahan contoh 1 Jadi +6 + - 3 = +3 -5 + +2 = … -5 + +2 artinya menggabung negatif lima dengan positif dua. Peragaannya seperti berikut: =       Gambar 2.4 Pengoperasian Penjumlahan contoh 2 Jadi -5 + +2 = -3 Peragaan pengurangan bilangan bulat dengan pion catur Catatan : Pengurangan = pengambilan Contoh: +6 - +3 =  … +6 - +3  artinya : mengambil tiga pion positif dari enam pion positif. Peragaannya seperti berikut: Semula disiapkan enam pion positif. = +6    Gambar 2.5 Pengurangan semula contoh 1 Dari enam pion tersebut diambil tiga pion positif sehingga tampak seperti berikut: Diambil tiga pion positif = +6 - +3               Gambar 2.6 Pengoperasian Pengurangan contoh 1 Setelah diambil tiga pion positif maka sisanya ada tiga pion positif seperti berikut:     Gambar 2.7 Pengurangan hasil contoh 1 Jadi +6 - +3 = +3 -5 - +2 = … -5 - +2 = … , artinya mengambil dua pion positif dari lima pion negatif. Peragaannya seperti berikut: Semula siapkan lima pion negatif. = -5 Gambar 2.8 Pengurangan semula contoh 2                    Dari lima pion tersebut diambil dua pion positif. Namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena tidak tersedia dua pion positif. Oleh karena itu, lima pion negatif dinyatakan dengan cara lain sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk mengambil dua pion positif dari lima pion negatif. Menyatakan negatif lima dengan cara lain tampak seperti berikut: = -5 Gambar 2.9 Pengurangan manipulasi contoh 2 Setelah dinyatakan dengan cara lain maka dua pion positif sudah dapat diambil, sehingga tampak seperti berikut: = -5 - +2 Diambil dua pion positif. Gambar 2.10 Pengoperasian Pengurangan contoh 2 Setelah diambil dua pion positif maka sisanya tampak seperti berikut: Gambar 2.11 Pengurangan hasil contoh 2 Jadi -5 - +2 = -7 +6 - -3 =  … +6 - -3 = …,artinya mengambil tiga pion negatif dari enam pion positif. Peragaannya seperti berikut: Semula siapkan enam pion positif. = +6                            Gambar 2.12 Pengurangan semula contoh 3 Dari enam pion tersebut diambil tiga pion negatif. Namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena tidak tersedia tiga pion negatif. Oleh karena itu, enam pion positif dinyatakan dengan cara lain sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk mengambil tiga pion negatif dari enam pion positif. Menyatakan enam pion negatif dengan cara lain tampak seperti berikut: = +6 Gambar 2.13 Pengurangan manipulasi contoh 3 Setelah dinyatakan dengan cara lain maka tiga pion negatif sudah dapat diambil, sehingga tampak seperti berikut: = +6 - -3 Diambil tiga pion negatif. Gambar 2.14 Pengoperasian Pengurangan contoh 3 Setelah diambil tiga pion negatif  maka sisanya tampak seperti berikut: Gambar 2.15 Pengurangan hasil contoh 3 Jadi +6 - -3 = +9 -6 - -3 =  …  -6 - -3 =  …  artinya : mengambil tiga pion negatif dari enam pion negatif. Peragaannya seperti berikut: Semula siapkan enam pion negatif. = -6                        Gambar 2.16 Pengurangan semula contoh 4 = -6 - -3 Dari enam pion tersebut diambil tiga pion negatif sehingga tampak seperti berikut:               Diambil tiga pion negatif. Gambar 2.17 Pengoperasian Pengurangan contoh 4 Setelah diambil tiga pion negatif maka sisanya ada tiga pion negatif  seperti berikut:                       Gambar 2.18 Pengurangan hasil contoh 4 Jadi -6 - -3 = -3 Peragaan perkalian bilangan bulat dengan pion catur Untuk memeragakan perkalian dua bilangan bulat, perlu kesepatan berikut ini: Perkalian (±a) x (±b) = (±c) Kesepakatan: Bilangan yang dikali dengan (±a) adalah banyaknya kegiatan memasukkan atau mengeluarkan pion ke dalam suatu wadah. Pengali positif (+a) : banyaknya kegiatan memasukkan/menambahkan pion ke dalam wadah Pengali negatif (-a) : banyaknya kegiatan mengeluarkan/mengambil pion dari wadah Bilangan yang dikali dengan (±b) adalah banyaknya pion yang dipindahkan (dimasukkan/diluarkan). Bilangan yang dikali (+b) : adalah banyaknya pion positif yang dipindahkan (dimasukkan/diluarkan). Bilangan yang dikali (-b) : adalah banyaknya pion negatif yang dipindahkan (dimasukkan/diluarkan). Hasil kali  (±c) menunjukkan pion akhir yang terdapat dalam wadah. Contoh: +2 x +3 =  … +2 x +3  artinya : dua kali kegiatan memasukkan 3 pion positif ke dalam wadah Peragaannya seperti berikut : Masukkan tiga pion positif yang pertama. Masukkan tiga pion positif yang kedua.                Gambar 2.19 Pengoperasian Perkalian contoh 1 Setelah dua kali kegiatan memasukkan 3 pion positif ke dalam wadah, maka di dalam wadah ada 6 pion positif. Karena ada 6 pion positif maka hasil perkalian +2 x +3 adalah +6. Jadi +2 x +3 = +6 - 2 x +3 = …  - 2 x +3  artinya : dua kali kegiatan mengeluarkan 3 pion positif dari wadah Peragaannya seperti berikut: Semula keadaan wadah kosong.              Gambar 2.20 Pengoperasian Perkalian semula contoh 2 Agar dapat mengeluarkan 3 pion positif sebanyak dua kali dari wadah maka keadaan harus dimodifikasi dengan cara memasukkan 3 pasang pion positif dan pion negatif kedalam wadah yang menunjukkan nilai 0(nol) sebanyak dua kali seperti berikut: Isi wadah sebenarnya kosong karena pasangan pion positif dan negatif bernilai 0 (nol). Modifikasi pertama dengan memasukkan tiga pasang pion positif dan pion negatif. Gambar 2.21 Pengoperasian Perkalian modifikasi 1 contoh 2 Masukkan yang kedua. Masukkan yang pertama. Isi wadah sebenarnya kosong karena pasangan pion positif dan negatif bernilai 0 (nol). Walaupun dapat diambil 3 pion positif,tetapi hanya satu kali pengambilan yang dapat dilakukan. Oleh karena itu dilakukan modifikasi yang kedua yaitu memasukkan 3 pasang pion positif dan pion negatif kedalam wadah, keadaan seperti berikut: Gambar 2.22 Pengoperasian Perkalian modifikasi 2 contoh 2 Dalam wadah telah dapat dikeluarkan  tiga pion positif sebanyak dua kali. Karena dua kali mengeluarkan 3 pion positif dari wadah maka peragaannya seperti berikut: Mengeluarkan tiga pion positif yang pertama. Mengeluarkan tiga pion positif yang kedua. Gambar 2.23 Pengoperasian Perkalian contoh 2 Gambar 2.24 Pengoperasian Perkalian contoh 2 Setelah dua kali mengeluarkan 3 pion positif maka banyak pion dalam wadah tinggal 6 pion negatif. Ini berarti bahwa hasil perkalian - 2 x +3 = -6 + 2 x -3 = … +2 x -3artinya : dua kali kegiatan memasukkan 3 pion negatif  ke dalam wadah. Peragaannya seperti berikut: Memasukkan tiga pion negatif yang pertama. Memasukkan tiga pion negatif yang kedua. Gambar 2.25 Pengoperasian Perkalian contoh 3 Karena pion di dalam wadah ada 6 pion negatif maka hasil perkalian+2 x -3 adalah -6  Jadi +2 x -3 = -6 - 2 x -3 = … - 2 x -3 artinya : dua kali kegiatan mengeluarkan 3 pion negatif dari wadah. Peragaannya seperti berikut: Gambar 2.26 Pengoperasian Perkalian semula contoh 4 Semula keadaan wadah kosong. Modifikasi pertama dengan memasukkan tiga pasang pion positif dan pion negatif. Isi wadah sebenarnya kosong karena pasangan pion positif dan negatif bernilai 0 (nol).                  Agar dapat mengeluarkan 3 pion negatif sebanyak dua kali dari wadah, maka keadaan harus dimodifikasi dengan cara memasukkan 3 pasang pion positif dan pion negatif yang menunjukkan nilai 0(nol) sebanyak dua kali dalam wadah seperti berikut: Gambar 2.27 Pengoperasian Perkalian modifikasi 1 contoh 4 Isi wadah sebenarnya kosong karena pasangan pion positif dan negatif bernilai 0 (nol). walaupun dapat diambil 3 pion positif,tetapi hanya satu kali pengambilan yang dapat dilakukan. Oleh karena itu dilakukan modivikasi yang kedua yaitu memasukkan 3 pasang pion positif dan pion negatif lagi kedalam wadah, keadaan seperti berikut: Masukkan yang pertama. Masukkan yang kedua. Gambar 2.27 Pengoperasian Perkalian modifikasi 2 contoh 4 Dalam wadah telah dapat dikeluarkan  tiga pion negatif sebanyak dua kali. Karena dua kali mengeluarkan 3 pion negatif dari wadah maka peragaannya seperti berikut: Mengeluarkan tiga pion positif yang pertama. Mengeluarkan tiga pion positif yang kedua. Gambar 2.28 Pengoperasian Perkalian contoh 4 Setelah dua kali mengeluarkan 3 pion negatif, maka banyak pion dalam wadah tinggal 6 pion positif. Gambar 2.29 Pengoperasian Perkalian hasil contoh 4 Ini berarti bahwa hasil perkalian -2 x -3 = +6 Bilangan Bulat Dalam pembelajaran matematika tidak dapat terlepas dari istilah bilangan. Bilangan merupakan suatu ide yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai banyaknya suatu kumpulan benda. Bilangan dalam pembelajaran matematika dibedakan menjadi sembilan, yakni bilangan asli, bilangan prima, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan irasional, bilangan riil, bilangan imajiner, dan bilangan kompleks. Pada penelitian ini, peneliyti hanya akan memfokuskan pada bilangan bulat saja. Bilangan nol, bilangan asli, dan lawan bilangan asli disebut dengan bilangan bulat. Burhan Mustakim. 2008. Matematika untuk SD/MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, hal. 137 Bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat yang terletak di sebelah kiri angka nol pada sebuah garis bilangan, sedangkan bilangan bulat positif adalah bilangan bulat yang terletak di sebelah kanan angka nol pada sebuah garis bilangan. Angka nol juga termasuk bilangan bulat, tetapi tidak termasuk bilangan positif ataupun bilangan negatif. Oleh karena itu, bilangan nol adalah bilangan netral dan genap. Mulyana Az. 2007. Rahasia Matematika untuk SD. Surabaya: Agung Media Mulya, hal. 31 Menurut Muhsetyo untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama pengenalan konsep secara konkrit, tahap kedua pengenalan konsep secara semi konkrit atau semi abstrak, dan tahap ketiga pengenalan konsep secara abstrak. Gatot Muhsetyo, dkk. Op.Cit., hal. 11-12 Dalam tahap pertama ada dua model peragaan yang dapat dikembangkan guru, yaitu model dengan menggunakan pendekatan himpunan, sedang model yang kedua menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang. Dan pada tahap yang ketiga siswa baru diperkenalkan dengan konsep-konsep operasi hitung yang bersifat abstrak. Dari beberapa pendapat dan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pembelajaran operasi hitung bilangan bulat agar menjadikan situasi aktif dan efektif, guru bisa melakukannya dengan memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajarannya dan membimbing siswa agar dapat berpikir konkrit terhadap materi bilangan bulat serta menjadikan aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru kepada siswa dan output yang berupa respon atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Hasil belajar, menurut Nana Sudjana adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, hal. 22 Hasil belajar tidak terpisah dari proses belajar itu sendiri karena hasil belajar muncul karena adanya aktivitas belajar. Dengan kata lain hasil belajar adalah tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan belajar. Agus Suprijono menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 5 Soedijarto dalam Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 46 Hasil belajar merupakan perubahan perilaku pada diri siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dibagi menjadi beberapa jenis. Gagne dalam Agus Suprijono menyatakan bahwa Agus Suprijono. Op.Cit., hal. 6 “Hasil belajar berupa: Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tertentu.” Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 30 Sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hamzah B. Uno. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 213 Menurut Nana Sudjana unsur-unsur hasil belajar dalam pembelajaran diperoleh tipe hasil belajar seseorang yang dibagi menjadi 3 ranah, yaitu Nana Sudjana. Op.Cit.., hal. 50-55: Tipe hasil belajar bidang kognitif Tipe hasil belajar pengetahuan Tipe hasil belajar pemahaman Tipe hasil belajar penerapan Tipe hasil belajar analisis Tipe hasil belajar sintesis Tipe hasil belajar evaluasi Tipe hasil belajar bidang afektif Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkat dasar/sederhana sampai tingkat yang kompleks. Receiving Responding atau jawaban Valuing (penilaian) Organisasi Karakteristik nilai atau internalisasi nilai Tipe hasil belajar bidang psikomotor Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) Keterampilan pada gerakan dasar Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, auditif motorik, dan lain-lain Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks Kemampuan yang berkenaan dengan non komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha yang dilakukan individu atau siswa untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukannya dengan maksud memperoleh perubahan dengan dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif. Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan Untuk menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa di beberapa perguruan tinggi. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan beberapa hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang diteliti, yakni: Hasil penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Garis dan Sudut Pada Materi Garis dan Sudut Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Mts Nurul Falah Durajaya Kec. Greged Kab. Cirebon” yang ditulis oleh Solihin pada tahun 2012 untuk kebutuhan skripsi. Menyimpulkan bahwa pengaruh penggunaan alat peraga garis dan sudut pada materi garis dan sudut terhadap hasil belajar siswa kelas VII MTs Nurul Falah Durajaya mempunyai pengaruh sebesar 94% dan 16% dipengaruhi oleh faktor lain. Solihin. 2012. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Garis Dan Sudut Pada Materi Garis Dan Sudut Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Nurul Falah Durajaya Kec. Greged Kab. Cirebon. Skripsi. Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Hasil penelitian “Pengaruh Task Commitment Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Plered Cirebon)” yang ditulis oleh Kholidatussufiyyah pada tahun 2014 untuk kebutuhan skripsi, menyimpulkan bahwa task commitment hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,2% pada hasil belajar matematika siswa dan 90,8% lainnya adalah variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Kholidatussufiyyah. 2014. Pengaruh Task Commitment Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Plered Cirebon). Skripsi. Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Hasil penelitian “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga (AEM) Algebraic Experience Materials Terhadap Hasil belajar (Studi Eksperimen Di MTs Ash-Shiddiqiyyah Kab. Cirebon)” yang ditulis oleh Risalah Amaliyah pada tahun 2012 untuk kebutuhan skripsi, menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan alat peraga AEM tergolong kategori baik dan pengaruh penggunaan alat peraga AEM terhadap hasil belajar matematika siswa sebesar 71%. Risalah Amaliyah. 2012. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga (AEM) Algebraic Experience Materials Terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen Di MTs Ash-Shiddiqiyyah Kab. Cirebon). Skripsi. Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Hasil Penelitian “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Kartu Fungsi Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat Kelas X SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon” yang ditulis oleh Kurniawati pada tahun 2015 untuk kebutuhan skripsi menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa merespon positif terhadap penggunaan alat peraga kartu fungsi dalam pembelajaran matematika dengan persentase sebesar 89,9%. Pengujian koefisien determinasi didapat nilai koefisien sebesar 0,298 atau 29,8%, hal ini menunjukkan bahwa variabel hasil belajar matematika dipengaruhi oleh variabel penggunaan alat peraga kartu fungsi sebesar 29,8%. Adapun untuk sisanya 70,2% diperoleh dipengaruhi oleh faktor lain. Kurniawati. Op.Cit., hal. 83-84 Hasil penelitian “Pengaruh Prestasi Belajar Siswa Antara Yang Menggunakan Media Papan Koordinat kartesius Dengan Yang Tidak Menggunakan Media Papan Koordinat Kartesius Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Trigonometri” yang ditulis oleh Mohamad Faisal pada tahun 2011 untuk kebutuhan skripsi menyimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa kelompok eksperimen dengan rata-rata sebesar 54,83. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa kelompok kontrol adalah sebesar 32,53. Berdasarkan analisis data N-Gin, peningkatan prestasi belajar dari kedua kelompok dengan menggunakan two independent-sample test nilai sig 0.000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara yang menggunakan media papan koordinat kartesius dengan yang tidak menggunakan papan koordinat kartesius pada pembelajaran matematika pokok bahasan trigonometri. Mohamad Faisal. 2011. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Yang Menggunakan Media Papan Koordinat Kartesius Dengan Yang Tidak Menggunakan Media Papan Koordinat Kartesius Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Trigonometri. Skripsi. Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Dari hasil penelitian terdahulu yang berhasil ditelusuri, ternyata terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu hasil belajar matematika siswa pada materi operasi bilangan bulat (variabel Y). Dari berbagai kasus penelitian di atas, variabel (X) tidak ada yang menggunakan media pembelajaran pion catur, namun rata-rata dari variabel (Y) menngunakan hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Pion Catur terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Bilangan Bulat (Studi kasus di kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kabupaten Karawang)” layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kerangka Pemikiran Banyak peserta didik baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan soal matematika. Kebanyakan peserta didik tidak memiliki kesiapan individu dalam memahami konsep secara mendalam karena mereka terbiasa menerima beragai macam rumus. Apalagi jika guru hanya menyediakan rumus “siap pakai” kepada peserta didik tanpa diberikan cara atau proses penurunan rumus tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika di sekolah guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode,model dan teknik yang banyak melibatkan peserta didik aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep dan proses statistis secara keseluruhan dengan menggunakan logika induktif yang dimiliki oleh setiap individu dengan melakukan generalisasi masalah berdasarkan pengalaman individu, memperhitungkan variasi, melakukan sintesis, dan menarik kesimpulan dengan menafsirkan konsep-konsep dasar dari persoalan didalam matematika guna memecahkan beragam masalah matematika. Dalam pembelajaran matematikanya peserta didik cenderung diam dan kurang aktif selama proses pembelajaran. Mereka cenderung kurang aktif dalam menyampaikan gagasan atau informasi kepada orang lain baik dalam bentuk gambar, grafik, atau tabel. Peserta didik sering melakukan kegiatan berkelompok untuk menyelesaikan tugas. Kegiatan berkelompok tersebut biasanya hanya didominasi oleh peserta didik yang pandai, sedangkan peserta didik yang kemampuannya rendah tidak berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Di samping itu, peserta didik tidak dilatih untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Akibat cara kerja kelompok seperti ini menyebabkan hasil belajar peserta didik belum memuaskan. Atau dapat dikatakan bahwa kurang efektifnya pembelajaran tersebut disebabkan karena kurang aktifnya peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran. Kurang aktifnya peserta didik dimungkinkan karena model dan media pembelajaran yang diberikan guru. Dalam proses pembelajaran hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Ketidakjelasan atau kerumitan materi pelajaran matematika dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi matematika, maka perlu dipilih media pembelajaran yang tepat. Pemilihan media pembelajaran tersebut dapat menambah ketertarikan minat dan motivasi siswa di dalam proses belajar mengajar terutama pada pelajaran matematika. Media pembelajaran yang sesuai adalah dengan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Maka siswa akan mudah mempelajari matematika karena belajar matematika menyenangkan, pada akhirnya kemampuan belajar anak meningkat dan nilai matematikanya akan mencapai ketuntasan. Penggunaan media pembelajaran pion catur dalam proses belajar mengajar dan didukung oleh guru yang profesional, dapat membantu siswa dalam belajar matematika pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dengan menggunakan media pembelajaran pion catur, memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan akan konsep, memungkinkan siswa untuk berbagi dan bertambah pengetahuan, memperoleh ketepatan penggunaan informasi yang benar, dan penguasaan keterampilan secara cepat dan tepat sehingga hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat dikatakan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Suharsimi Arikuntoa. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, hal 71 Oleh karena itu, berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang positif dalam penggunaan pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kabupaten Karawang pada pokok bahasan bilangan bulat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian yang mengungkap pengaruh penggunaan pion catur terhadap hasil belajar matematika siswa ini akan bertempat di MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Karawang yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman Desa Bakan Maja Kecamatan Kota Baru Kabupaten Karawang. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu yang diperlukan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Kurniawati. Op.Cit.., hal. 26 Pelaksanaan penelitian diperkirakan selama 3 bulan. Penelitian dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Adapun waktu penelitian digambarkan pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian No Kegiatan Penelitian Bulan Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan 2 Uji Coba Instrumen 3 Proses KBM 4 Pemberian Tes 5 Pengumpulan Data 6 Analisis data dan penyusunan laporan Metode dan Desain Penelitian Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyonoa. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, hal 23 Metode penelitian kuantitatif dapat memberikan gambaran tentang populasi secara umum. Dalam hal ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif karena data penelitiannya yang berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Dalam penelitian ini yang disoroti adalah hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan dan bertujuan untuk memberi pertanggungjawaban terhadap kegiatan penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa desain penelitian adalah rencana pengumpulan data dan analisis data agar penelitian terselenggara dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, hal 100 Dengan kata lain, desain penelitian merupakan keseluruhan proses yang dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penulis dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian One Shot Case Study, berikut penjelasannya: Penelitian ini memerlukan kelas eksperimen sebagai kelas yang diberi perlakuan dalam pembelajarannya menggunakan alat peraga pion catur sebagai media pembelajaran matematika. Melakukan post tes pada kelas eksperimen setelah selesai pemberian materi bilangan bulat. Berdasarkan uraian di atas, bentuk desain eksperimen One Shot Case Study dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut Sugiyonob. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, hal. 109: X O Keterangan : X = Perlakuan dengan alat peraga pion catur O = Post tes untuk mengetahui hasil perlakuan Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi itu bukan hanya orang tetapi obyek dan benda-benda lain. Bukan hanya sekedar jumlah, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau objek tersebut. Sugiyonoa. Op.Cit., hal. 80 Adapun menurut Ridwan populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan penelitian. Ridwan. 2008. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta, hal. 54 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kota Baru Karawang. Jumlah seluruh siswa kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kota Baru Karawang yaitu, dengan rincian sebagaimana tertera dalam tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kota Baru Karawang No. Kelas Jumlah 1 VII - A 32 2 VII - B 34 3 VII - C 35 4 VII - D 37 5 VII - E 34 6 VII - F 38 Total 210 Sumber: Data MAN Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon Sampel dan Teknik Pengambilan Sampling Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Suharsimi Arikuntoa. Op.Cit., hal. 131 Sugiyono berpendapat bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Sugiyonoa. Op.Cit., hal. 81 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Purposive Sampling atau dikenal dengan teknik pertimbangan perorangan, dimana orang tersebut ialah seorang guru kelas yang mengenal baik tentang populasi. Jadi, sampel yang dipilih dalam penelitian di kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kota Baru Karawang adalah kelas VII – C yang berjumlah 35 siswa. Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul, sehingga tepatlah jika hubungan antara instrumen dengan data ini dikemukakan dalam ungkapan: garbage tool garbage result. Suharsimi Arikuntob. 2009. Menejemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, hal. 134 Pada penelitian ini instrumen yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan materi bilangan bulat menggunakan media pembelajaran pion catur adalah angket dan tes. Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi. Angket juga merupakan sejumlah pertanyaan tertulis atau pernyataan yang harus digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Instrumen angket disini untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap penggunaan media pembelajaran pion catur dalam pembelajaran matematika dengan materi bilangan bulat. Penyusunan instrumen angket dibuat sebanyak 25 item pernyataan, dengan lima pilihan alternatif jawaban yang disajikan dalam bentuk chek list dengan menggunakan skala likert. Chek list merupakan alat pengukuran untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas, atau kejadian yang kompleks, sedangkan skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Edi Prio Baskoro dan Ahmad Mabruri Wihaskoro. 2013. Modul Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran. Tidak diterbitkan. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, hal. 49 Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Biasa Saja (BS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Ketentuan penskoran adalah sebagai berikut Ibid., hal. 79: Pernyataan Positif : Pernyataan Negatif : SS : 5 SS : 1 S : 4 S : 2 BS : 3 BS : 3 TS : 2 TS : 4 STS : 1 STS : 5 Adapun untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran pion catur dilakukan tes (evaluasi) satu kali yaitu post test terhadap seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tes ini dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan bilangan bulat. Instrumen tes hasil belajar dibuat sebanyak 20 butir soal, dalam bentuk pilihan ganda mengenai bilangan bulat dengan menggunakan lima kategori jawaban yaitu A, B, C, D, dan E yang mengukur aspek kognitif dengan kategori pengetahuan dan pemahaman. Definisi Konseptual Penggunaan media pembelajaran pion catur pada pokok bahasan bilangan bulat (X). Media pembelajaran pion catur adalah media untuk melatih keterampilan siswa tentang operasi bilangan bulat dan ketentuannya. Hasil belajar (Y) Hasil belajar merupakan kemampuan yang didapatkan setelah melakukan kegiatan belajar yang berupa kecakapan informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan kecakapan motorik. Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebasnya (X) ialah pengguaan media pembelajaran pion catur dan variabel terikatnya (Y) ialah hasil belajar. Variabel media pembelajaran pion catur (X) adalah penggunaan seperangkat alat kongkrit yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja ketika mengajar untuk menanamkan dan mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika yang diperoleh dari hasil penelitian angket yang dilakukan secara tertulis. Variabel Hasil belajar (Y) adalah skor total yang dihasilkan oleh siswa setelah mengerjakan soal tes. Kisi-kisi Instrumen Untuk mencocokkan antara substansi yang diukur dengan cara pengukuran, maka perlu adanya kisi-kisi yang merupakan deskripsi mengenai kompetensi/ruang lingkup dan isi materi yang akan diukur. Tujuan dari pembuatan kisi-kisi adalah untuk menentukan kompetensi/ruang lingkup dan fokus yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam mengukur. Ibid., hal. 138 Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen untuk dijadikan acuan dalam pengumpulan data. Penyusunan instrumen harus mengacu pada aspek-aspek dan indikator-indikator dari setiap variabel. Adapun kisi-kisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Instrumen Nontes (angket) Instrumen nontes ini berbentuk angket yang menggunakan skala likert. Adapun kisi-kisi tentang respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran pion catur pada pokok bahasan bilangan bulat. Instrumen Tes Instrumen tes hasil belajar matematika siswa ini terdiri atas 20 soal pilihan ganda, alokasi waktunya yaitu 2x45 menit. Tabel 3.3 Variabel penelitian : penggunaan media pembelajaran pion catur No Dimensi Indikator No item Jumlah item positif negatif 1 Menyenangkan Siswa senang dengan adanya media pembelajaran baru 1, 2, 3 4, 5 5 2 Menarik Siswa tertarik untuk belajar matematika dengan media pembelajaran yang baru 6, 7, 8 9, 10 5 Siswa memberikan tanggapan terhadap media pembelajaran yang digunakan 11, 12, 13 14, 15 5 3 Memudahkan Siswa mudah memahami materi yang diajarkan dengan media pembelajaran yang baru 16, 17, 18 19, 20 5 4 Keaktifan Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran 21,22,23 24,25 5 Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum instrumen angket dan tes hasil belajar digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrumen yang baik. Sehingga instrumen dapat digunakan dalam penelitian. Instrumen ini akan diuji cobakan pada siswa kelas VII MTs AL-AHLIYAH Bakan Maja Kota Baru Karawang. Adapun kriteria yang harus diuji cobakan terhadap instrumen penelitian adalah sebagai berikut: Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpulkan tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Suharsimi Arikuntob. Op.Cit., hal. 168 Menurut Sugiyono Penelitian yang valid adalah hasil penelitian yang dimiliki kesamaan antara data terkumpul dan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sugionoa. Op.Cit., hal. 109 Menurut Edi Prio Baskoro dan Ahmad Mabruri Wihaskoro untuk mengukur kevalidan tes pada sebuah penelitian maka menggunakan rumus korelasi product moment yaitu Edi Prio Baskoro dan Ahmad Mabruri Wihaskoro. Op.Cit., hal. 95: Jika rxy > rtabel maka item tersebut dikatakan valid Keterangan : = Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y = Jumlah perkalian X dengan Y = Kuadrat dari X = Kuadrat dari Y Uji Reliabilitas Menurut Arikunto reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Untuk mengukur reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Spearman-Brown yang kemudian perhitungannya dengan bantuan Software Anates 4, rumusnya sebagai berikut Suharsimi Arikuntoa. Op.Cit., hal. 73: Keterangan rtt = Koefisien reliabilitas tes rgg = Koefisien korelasi ganjil-genap, untuk rgg = rxy Klasifikasi interpretasi derajat reliabilitas menurut Guilford adalah sebagai berikut Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas 12 35 45 ? 2 4 6 14 37 ?