Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
7 pages
1 file
Bahasa pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya karena selain merupakan fenomena sosial, bahasa juga merupakan fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua orang peserta. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa.
Deiksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstrak. Dalam pengembangan bahan ajar BIPA, pengajar perlu juga melihat bagaimana bahasa tersebut digunakan dalam konteks lingkungan situasi sosial yang sesungguhnya. Bahasa menjadi inti dari komunikasi sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia dan manusia membentuk kebudayaannya dan masyarakat melalui komunikasi. Untuk dapat mewujudkan hal-hal tersebut dalam bahan ajar, pengajar perlu memperhatikan beberapa faktor seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan pembelajaran, pelacakan latar belakang budaya siswa BIPA, dan identifikasi kemampuan berbahasa siswa BIPA. Dalam pemilihan bahan pembelaran, pengajar perlu memilih bahan-bahan yang otentik dan berorientasi pada budaya. Hal tersebut akan membantu siswa BIPA untuk mampu memahami dan mampu mempraktikkan berbagai pola komunikasi dalam suatu masyarakat dengan baik dan benar.Kata Kunci: Bahan Ajar, Etnografi Komunikasi, BIPA
Arini Nur Lathifah, 2019
Abstrak Sebagai seseorang yang hidup dimasyarakat sudah sepantasnya mempunyai perilaku yang baik. Karena kita sebagai makhluk sosial yang masih membutuhkan orang lain. Dengan berperilaku baik maka orang lain dapat respect terhadap kita. Apalagi budaya moral Indonesia mengikuti daerah timur. Penanaman nilai moral dapat diperoleh juga dari berbagai budaya yang ada di Indonesia salah satunya melalui wayang kulit. Budaya wayang kulit berasal dari daerah Jawa Tengah. Didalam cerita wayang kulit memberikan sebuah pesan moral bagi penikmat wayang kulit itu sendiri. Dengan semakin banyaknya orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia membuat berbagai lembaga terutama universitas membuka pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Tujuan orang asing belajar bahasa Indonesia berbagai macam seperti kebutuhan pekerjaan atau karena ingin melanjutkan pendidikan di Indonesia. Pengajar BIPA tidak semata-mata memberikan pelatihan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi saja. Namun, terdapat pesan budaya yang diberikan dari setiap pembelajarannya. Oleh karena itu dalam makalah ini wayang kulit sebagai budaya Indonesia dimasukan ke dalam media pembeljaran bertujuan agar dapat dikenal oleh orang luar, sehingga budaya Indonesia semakin berkembang. Cerita wayang kulit dengan berbagai pesan yang diberikan membuat pembelajar BIPA dapat memahami makna hidup di Indonesia dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: nilai budaya, wayang kulit, pembelajar BIPA Abstract As someone who lives in the community it is appropriate to have good behavior. Because we as social beings still need others. By behaving well, other people can respect us. Moreover, Indonesia's moral culture follows the east. Cultivating moral values can also be obtained from various cultures in Indonesia, one of which is through wayang kulit. Wayang kulit culture comes from the Central Java region. In the wayang kulit story gives a moral message to connoisseurs of the shadow play itself. With more and more foreigners wanting to learn Indonesian, various institutions, especially universities, are opening Indonesian language learning for foreign speakers (BIPA). The goal of foreigners learning Indonesian is various kinds such as work needs or because they want to continue their education in Indonesia. BIPA teachers do not merely provide Indonesian language training as a communication tool. However, there is a cultural message given from each lesson. Therefore in this paper wayang kulit as Indonesian culture is included in the learning media aimed at being able to be recognized by outsiders, so that Indonesian culture is increasingly developing. The wayang kulit story with various messages given makes BIPA learners understand the meaning of life in Indonesia and can be applied in daily life.
2016
Currently, many universities and institutions provide Indonesian Language for Foreign Speakers service (BIPA/Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). However, some BIPA materials are considered out of date. This research is aimed at developing a BIPA material to provide an alternative for the existing BIPA materials. The material was developed based on an evaluation conducted on two existing BIPA materials. The BIPA material developed in this research contains multimedia and local content as to accommodate the existing materials that lack both components. Multimedia is needed since in this era of information, the need to catch up with current technology is highly required, while the local contents will facilitate BIPA learners to understand Indonesian expressions and way of thinking. The research suggests that technology and local cultures are essential in developing a BIPA material. Keywords: BIPA, material evaluation, material development
ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 2017
The teaching materials of BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing or Indonesian for Foreign Speakers) were introduced to students in Indonesian Language and Literature Education Department in the even semester of 2015/2016. The textbook used is limited to BIPA general books. The purpose of this study is teaching materials development with the introduction of local culture and East Java special food to foreigners through learning BIPA. This research using research and development method. The teaching materials development is given in exploring the rich cultural and food richness potentials of East Java. The BIPA teaching materials will teach Indonesian and Indonesian culture introduction to foreigners/foreign students that studying in Indonesia, so that foreigners working in Indonesia not only understand the language but also know and understand the local culture in Indonesia, especially East Java. The results of textbooks on East Java's culture and foods are ludruk, reog, karapan sapi, lontong balap, rujak cingur and tahu campur. From the questionnaires percentage that have been validated, there are six items of statements that are less approved with average is not more than 10%. Students who agree between 32% to 74%, and who strongly agree 21% to 68%. So that students who graduated in Indonesian Language and Literature Education Department, FKIP Muhammadiyah University of Surabaya will have a quality textbook to become a professional BIPA teacher.
ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 2017
Materi ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) masih sangat asing ditelinga sebagian masyarakat. Bahkan dikalangan akademik juga masih awam, karena mata kuliah ini masih baru dan belum banyak dikenal luas masyarakat. Buku ajar BIPA juga sangat terbatas, hanya kalangan tertentu saja yang memilikinya. Budaya lokal khususnya di Jawa Timur sangat beragam. Budaya lokal ini yang natinya bisa digunakan dalam materi ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing agar mahasiswa asing benar-benar seperti hidup dinegaranya sendiri. Tujuan penelitian ini adanya peranan budaya lokal yang dapat dijadikan materi BIPA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini tentang beberapa peranan budaya lokal Jawa Timur seperti; reog, karapan sapi, ludruk dan okol yang bisa dijadikan referensi pengenalan bahasa dan budaya Indonesia ke mahasiswa asing yang belajar di Indonesia. Sehingga dosen maupun guru yang mengajar mahasiswa asing lebih mudah mendidik dan mengenalkan bahasa Indonesia.
PENGENALAN BUDAYA INDONESIA MELALUI TARIAN TRADISIONAL BANYUMAS UNTUK PEMBELAJARAN BIPA Rahmah Diandini Universitas Muhammadiyah Purwokerto [email protected] 1. Latar Belakang Di era saat ini, banyak sekali penutur asing yang ingin belajar bahasa Indonesia salah satunya dengan mengikuti BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Penutur asing ingin menggali lebih dalam mengenai Indonesia baik budayanya, masyarakatnya, alamnya, dan lain sebagainya. Namun, karena terbatasnya kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh penutur asing terhadap Indonesia maka pengajaran BIPA kebanyakan dilakukan dengan pengenalan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Budaya di Indonesia sangat beragam jenisnya. Diantaranya ada ragam bahasa, suku bangsa, agama atau kepercayaan, dan seni budaya yang meliputi tari tradisional, pakaian adat, rumah adat, upacara adat, dan lain sebagainya. Pengajaran BIPA melalui pengenalan budaya Indonesia adalah cara yang cukup efektif dilakukan dengan mudah agar penutur-penutur asing dapat mengenal Indonesia. Salah satu keanekaragaman budaya Indonesia adalah tari tradisional Banyumas. Tari tradisional Banyumas merupakan tarian yang berada di daerah Banyumas yang menjadi ciri khas daerah tesebut. Terdapat beberapa jenis tari tradisional Banyumas, diantaranya tari Ebeg, tari Lengger, tari Baladewa, tari Gambyong Banyumasan, dan tari Jalungmas. Tarian-tarian tersebut memiliki makna berbeda dari msyarakat-masyarakat pada zaman dulu yang diungkapkan lewat tarian, penggunaan atau dipertunjukkan dalam acara-acara yang berbeda pula seperti acara pernikahan, upacara pembukaan, dan sambutan terhadap acara yang resmi, serta gerakan-gerakan yang berbeda pula.
Abstrak Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) sudah mulai meluas baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan indikasi bahwa bahasa Indonesia mulai diminati di dunia internasional. Ketertarikan orang asing terhadap bahasa Indonesia bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat Indonesia. Apalagi sebentar lagi MEA juga akan mulai diberlakukan. MEA sebenarnya bisa menjadi suatu kesempatan untuk menguatkan eksistensi bahasa Indonesia di dunia internasional. Sudah sewajarnya jika orang asing yang akan menetap dalam kurun waktu yang cukup lama di Indonesa mempelajari bahasa dan budaya Indonesia. Mereka sebaiknya benar-benar dibekali pembelajaran mengenai bahasa dan budaya Indonesia dengan optimal guna memberikan pemahaman yang komprehensif sehingga akan memudahkan dalam menjalin hubungan kerja sama nantinya. Maka dari itu, sudah sewajar...
Jurnal Ilmiah SEMANTIKA
Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) mempunyai misi yang sangat penting yaitu memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional serta meningkatkan mutu pengajaran BIPA. Untuk mewujudkan misi tersebut diperlukan berbagai upaya, salah satunya ketersedian bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan bermuatan budaya. Namun, berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, penulis menemukan beberapa fakta yaitu masih kurangnya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kurangnya bahan ajar yang membahas budaya lokal Malang khususnya untuk bahan ajar BIPA tingkat 3. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengembangkan bahan ajar BIPA tingkat 3 berbasis budaya lokal Malang dengan acuan SKL BIPA. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model pengembangan Borg & Gall dengan modifikasi tahapan sesuai kebutuhan penelitian dan pengembangan bahan ajar. Penulis melakukan penyesuaian dengan membatasi penelitian sampai pada tujuh tahap. Bahan ajar yang dik...
Abstrak Perkembangan pembelajaran BIPA yang semakin pesat dalam dua dasa warsa terakhir ini harus diimbangi dengan kreativitas penentuan bahan pembelajaran yang menarik dan mengintegrasikan unsur budaya, kebahasaan, dan seni sekaligus. Sehubungan dengan penentuan karya sastra sebagai bahan pembelajaran BIPA, di dalam makalah ini diuraikan (1) beberapa alasan pemilihan karya sastra sebagai bahan pembelajaran, (2) faktor-faktor penting dalam pemilihan bahan pembelajaran, dan (3) beberapa pendekatan pembelajaran, dan (4) analisis budaya Nostrand's Emergent Model. Beberapa alasan yang mendasar dalam pemilihan karya sastra sebagai bahan pembelajaran adalah: (1) karya sastra dapat berfungsi sebagai sarana memperkenalkan unsur-unsur budaya yang tercermin dalam ekspresi bahasanya (2) teks sastra menawarkan cakupan yang luas dalam gaya dan ragam bahasa (3) karya sastra merupakan akses pada latar belakang bahasa dan budaya (4) karya sastra mendorong pemerolehan bahasa dan mengembangkan kemampuan interpretasi pembelajar; (5) karya sastra menawarkan berbagai nilai kehidupan yang terkespresikan melalui tindakan bahasa. Faktor-faktor penting dalam pemilihan karya sastra sebagai bahan pembelajaran meliputi: (1) karya/teks sastra yang dipergunakan sebagai bahan pembelajaran, (2) latar belakang budaya dan kecakapan bahasa pembelajar, (3) guru/pengajar, (4) tingkatan pembelajaran. Adapun analisis budaya dalam karya sastra mempergunakan Nostrand's Emergent Model yang mendasarkan diri pada perasaan, kepercayaan dan proses berpikir anggota masyarakat budaya target..
Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research), 2022
Kyoto Bulletin of Islamic Area …, 2007
Revue Francaise De Linguistique Appliquee, 1996
IAEME Publication, 2020
International Journal of Implant Dentistry, 2019
Disjuntiva-Crítica de les Ciències Socials, 2024
Nigerian Research Journal of Engineering and Environmental Sciences, 2024
Muhamad Imam Ngasim, 2023
19. ve 20. Yüzyıllarda Türkiye Danimarka ilişkileri, 2007
The Burgundian-Habsburg court complex of music manuscripts (1500-1530) and the workshop of Petrus Alamire: Colloquium proceedings, Leuven 25-28 November 1999 (Yearbook of the Alamire Foundation 5), Leuven–Neerpelt 2003, p. 203-213.
Freedom – Justice – Love. Celebratory Volume for Herta Nagl-Docekal’s 75th Birthday, 2019
Scientific reports, 2016
Revista de Enfermagem da UFSM, 2014
Neurology, 2011
World journal of nuclear medicine
Emerging Infectious Diseases, 2005
Journal of Mazandaran University of Medical Sciences, 2017
Sustainability, 2017
Swiss Medical Forum ‒ Schweizerisches Medizin-Forum, 2010
Journal of Risk and Insurance, 2009