ABAD BERGAUL DENGAN TEMAN/SAHABAT
Teman adalah orang-orang yang mempunyai kedekatan dengan kita, bakik secara fisik atapun batin. Berteman berarti memiliki hubungan yang khusus antar satu orang dengan lainnya. Dalam berteman, terdapat 2 tugas, yaitu pertama, harus mencari terlebih dahulu syarat-syarat berteman. Syarat-syarat atau ketentuan ini sangatlah penting untuk ditentukan. Karena itu, janganlah bersaudara, kecuali dengan orang yang cocok untuk menjadi saudara dan teman. Teman dan saudara harus mempunyai sifat-sifat yang disukai dan sesuai dengan faidah-faidah yang diinginkan. Hendaklah diketahui bahwa apa yang disyaratkan untuk berteman dalam urusan-urusan dunia tidaklah disyaratkan untuk berteman bagi tujuan akhirat. Karena teman ada 3 macam, yaitu teman untk akhirat, teman untuk dunia, dan teman supaya engkau terhibur dengannya. Tujuan-tujuan ini tidak terkumpul pada satu orang, tetapi terpencar-pencar pada sejumlah orang sehingga terbagilah syarat-syarat itu.
Rosulullah bersabda yang artinya, “Manusia itu mengikuti kebiasaan temannya,maka hendaklah seseorang dari kami melihat dengan siapa ia berteman”. Dalam sabda lainnya: “Manusia itu mengikuti siapa yang disukainya dan ia mendapat apa yang dilakukannya.”
Apabila mencari teman untuk menjadi mitramu dalam belajar dan temanmu dalam urusan agama serta duniamu, maka perhatikanlah lima perkara di dalamnya. Pertama, carilah teman yang berakal (cerdas), karena tiada kebaikan dalam berteman dengan orang dungu yang hanya menimbulkan keresahan dan berakibat pemutusan hubungan. Sebaik-baik teman dungu adalah ia bisa membahayakanmu di saat ingin memberimu manfaat. Musuh yang berakal lebih baik dari pada teman yang dungu.
Kedua, akhlak yang baik, hal ini harus dimiliki. Karena boleh jadi orang yang berakal memahami segala sesuatu menurut apa adanya. Akan tetapi bila dia kuasai amarah atau syahwat atau kekikiran atau sifat penakut, maka ia pun menuruti hawa nafsunya dan menentang apa yang diketahuinya karena tidak mampu mengatasi sifat-sifatnya dan meluruskan akhlaknya. Itu adalah akhlak yang buruk, oleh karena itu, jangan berteman dengan orang yang buruk akhlaknya. Ia adalah orang yang tidak bisa mengendalikan nafsunya di waktu marah dan bangkit syahwatnya.
Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berbuat baik kepadanya, maka ia akan membalasmu atau apabila engkau berbuat sesuatu kebajikan, ia membantumu. Jika ia melihat kebaikan darimu, ia menyebutnya, dan jika melihat perbuatan buruk darimu, ia pun menutupinya. Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau meminta sesuatu darinya, ia memberimu. Jika engkau diam, ia memulaimu. Dan jika bencana menimpamu, ia menolongmu. Bertemanlah dengan orang yang apabila engkau mengatakan sesuatu, ia benarkan perkataanmu. Apabila engkau berusaha mengatasi suatu perkara yang ia suruh melakukannya, maka ia menolongmu dan membantumu. Dan jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka ia lebih mengutamakan engkau. Ini adalah kumpulan hak persahabatan. Amirul mukminin Ali Bin Abi Thalib berkata: “Sesungguhnya saudaramu yang sebenarnya adalah bersamamu, dan yang membahayakan dirinya untuk memberimu manfaat dan yang ketika datang musibah, ia menolongmu, ia korbankan dirinya untuk menyenangkanmu.”
Ketiga, Janganlah berteman dengan orang yang fasik yang terus menerus melakukan maksiat besar, karena tidak ada faidah dalam berteman dengannya. Karena orangyang takut kepada Allah akan berhenti berbuat dosa sedangkan orang yang tidak takut kepada Allah, akan selalu menimbulkan gangguan pada orang lain. Keadaannya berubah-ubah mengikuti peradaban situasi dan kondisi. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi: 28, “ danjanganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melampaui batas.” Ini menunjukkan bahwa keadaan manusia yang terburuk adalah bila hatinya dalam keadaan kosong dari mengingat Allah dan penuh dengan hawa nafsu yang menyibukkan pikiran dengan urusan manusia. Karena mengingat Allah adalah cahaya dan mengingat selain Allah adalah kegelapan. Al Ghazali berkata, dalam ayat itu terdapat peringatan bagi orang yang fasik. Hindarilah berteman dengan orang yang fasik, karena penyaksian kefasikan dan maksiat terus menerus menghilangkan dari hatimu kebencian terhadap maksiat dan memudahkan bagimu berbuat untuk maksiat.
Keempat, bertemanlah dengan orang yang tidak tamak terhadap dunia. Berteman dengan orang yang tamak terhadap dunia adalah racun yang mematikan, karena tabiat diciptakan untuk meniru dan mengikuti temannya.
Kelima, berkata benar, maka janganlah berteman dengan pedusta, karena engkau tidak tahu keadaannya yang sebenarnya. Orang macam itu bagaikan fatamorgana yang mendekatkan sesuatu yang jauh darimu dan menjauhkan yang dekat darimu.
Janganlah berteman dengan orang yang kikir,karena ia menghalngimu untk mendapatkan sesuatu yang paling engkau butuhkan. Janganlah berteman dengan orang penakut, karena ia akan membiarkanmu dan lari disaat mengadapi bahaya. Barangkali engkau tidak menemukan sifat-sifat ini pada penghuni madrasah, masjid. Maka asingkanlah dirimu dan hiduplah sendirian, karena dengan uzlah engkau selamat dari dosa. Atau bergaullah dengan teman yang sesuai dengan sifat-sifat mereka.
Kewajiban kedua ialah memelihara hak-hak persahabatan dan persaudaraan. Apabila terjadi persekutuan dan terjalin persahabatan, maka engkau harus menunaikan kewajiban-kewajiban yang harus diamalkan yang terdapat dalam adab-adab. Adab-adab ini ada 12:
mengutamakan temannya dalam pemberian harta.
menolong dengan jiwa dalam memenuhi kebutuhan atas kemauan diri sendiri tanpa menunggu permintaan.
menyimpan rahasia yang disampaikan temannya kepadanya dan tidak menyampaikan kepada orang lain sama sekali maupun kepada temannya yang paling akrab dan tidak menyingkap sekalipun setelah pemutusan hubungan dan mengalami keresahan.
menyampaikan sesuatu yang menyenangkan berupa pujian yang kepadanya disamping menampakkan kegembiaraan. Karena menyembunyikan hal itu merupakan kedengkian.
memanggil dengan nama yang paling disukainya dan memujinya dengan menyebut kebaikannya yang ia ketahui, karena hal itu sebab terbesar untuk menimbulkan kecintaan.
memaafkan segala kesalahannya dalam agamanya karena melakukan maksiat atau kurang memenuhi hak persaudaraan.
mendoakan ketika berada sendirian dimasa hidupnya dan sesudah matinya dengan segala yang disukainya bagi dirinya dan keluarganya.
Tetap setia dalam mencintainya sampai mati terhadap anak-anaknya dan para kerabatnya setelah temannya meninggal seperti sebelumnya.
berusaha meringakannya dan tidakmembebaninya dengan sesuatu yang memberatkannya.
medahului memberi salam kepadanya ketika berjumpa dengannya.
keluar dan menyambut serta mengantarkanya ketika temannya berdiri demi menghormatinya, kecuali bila ia melarangnya.
diam ketika temannya berbicara hingga ia selesaian bicaranya dan tidak mencampuri pembicaraannya.
wallahu’alam bishowab
*Tulisan ini diambil dari buku terjmah Maroqil ‘Ubudiyah ‘ala Matnil Bidayatul Hidayah, karya asy-Syeikh Muhammad an-Nawawi al-Jawi