BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah menipisnya lapisan ozon di lapisan stratosfir. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi surya terutama sinar ultraviolet sebelum mencapai permukaan bumi, sehingga penipisannya berakibat meningkatnya suhu udara di permukaan bumi, dan menimbulkan gejala global warming. Sementara itu, penggundulan hutan yang terus terjadi (rata-rata 14,6 juta hektar per tahun), efek gas rumah kaca, kerusakan fisik lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara, rusaknya lahan pantai, hutan, dan sebagainya Berkurangnya suberdaya lingkungan secara drastis menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan secara lokal, nasional dan global.
Tanah–tanah lahan kering tropika basah merupakan tanah yang rentan degradasi, selain disebabkan faktor alami juga akibat campur tangan manusia. degradasi tanah, ditandai dengan kondisi banjir saat musim hujan dan kekeringan cukup parah saat musim kemarau. Hal itu menunjukkan bahwa tanah tidak mampu lagi mengatur kelembaban, sehingga cepat mengering dan jenuh bila kondisi curah hujan berubah. Definisi degradasi tanah cukup banyak diungkapkan para pakar tanah, namun kesemuanya menunjukkan penurunan atau memburuknya sifat-sifat tanah apabila dibandingkan dengan tanah tidak terdegradasi. Degradasi tanah menurut FAO (1977) adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan kemampuan tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang dan jasa.
Rumusan Masalah
Adapun yag menjadi rumusan masalah berdasarkan latar belakang, yaitu:
Apakah yang dimaksud dengan degradasi tanah?
Bagaimanakah tipe-tipe degradasi tanah?
Apakah yang mendasari Faktor-Faktor terjadinya Degradasi Tanah?
Seperti apa Karakteristik Tanah yang Terdegradasi?
Bagaimanakah Proses terjadinya Degradasi Tanah?
Bagaimana Klasifikasi Tanah yang Terdegradasi?
Adakah pengaruh Degradasi Tanah terhadap Produktivitas?
Permasalahan seperti apa yang timbul akibat degradasi?
Bagaimana peranan penting Rehabilitasi pada Degradasi Sifat Fisik, biologi dan kimia Tanah?
Upaya apa yang di lakukan untuk mencegah atau mengurangi dampak erosi tanah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Degradasi Sumber Daya Tanah
Defenisi degradasi tanah cukup banyak diungkapkan oleh para pakar tanah, namun kesemuanya menunjukkan penurunan atau memburuknya sifat-sifat tanah apabila dibandingkan dengan tanah tidak terdegradasi. Degradasi tanah menurut FAO adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan kemampuan tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang dan jasa. Defenisi tersebut menunjukkan pengertian umum dengan cakupan luas tidak hanya berkaitan dengan pertanian (Firmansyah, 2003). Tanah dan air merupakan dua sumber daya alam yang sangat penting sebagai penyokong kehidupan makhluk hidup di dunia terutama manusia. Kedua sumber alam tersebut sangat mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Berbagai aktivitas manusia penyebab rusaknya sumber daya tersebut seperti aktivitas pertanian, rumah tangga, maupun industri berperan besar dalam penurunan kualitas serta fungsi tanah dan air. Apabila tanah dan air mengalami kerusakan maka penunjang kehidupan manusia pun akan mengalami penurunan dan tidak akan produktif jika digunakan. Oleh karena itu perlu upaya konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas tanah dan air sehingga mampu menyokong kehidupan makhluk hidup secara berkelanjutan.
2.2. Tipe-Tipe Degradasi Tanah
Tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi yang terjadi in-situ. Terdapat tipe degradasi tanah, yaitu:
- polusi
- erosi (pemindahan bahan tanah oleh air dan angin)
- penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik
- salinisasi/alkalinisasi
- makin dalamnya permukaan air
- Semakin kecilnya debit air sungai dari tahun ke tahun.
- Semakin tingginya pencemaran air sungai
2.3. Faktor-Faktor Terjadinya Degradasi Tanah
Degradasi tanah pada umumnya disebabkan karena 2 hal yaitu faktor alami dan akibat faktor campur tangan manusia. Degradasi tanah dan lingkungan, baik oleh ulah manusia maupun karena ganguan alam, semakin lama semakin meningkat. Lahan subur untuk pertanian banyak beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Sebagai akibatnya kegiatan-kegiatan budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis yang memerlukan infut tinggi dan mahal untuk menghasilkan produk pangan yang berkualitas
Faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah yang muda rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami, antar lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.
Lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara langsung, yaitu : deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian, ekploitasi berlebihan, serta aktivitas industri dan bioindustri. Sedangkan faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya produktivitas, antara lain : deforestasi, mekanisme dalam usaha tani, kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan penanaman secara monokultur. Faktor-faktor tersebut di Indonesia pada umumnya terjadi secara simultan, sebab deforestasi umumnya adalah langkah permulaan degradasi lahan, dan umumnya tergantung dari aktivitas berikutnya apakah ditolerenkan, digunakan ladang atau perkebunan maka akan terjadi pembakaran akibat campur tangan manusia yang tidak terkendali.
Umumnya faktor-faktor penyebab degradasi baik secara alami maupun campur tangan manusia menimbulkan kerusakan dan penurunan produktivitas tanah. Pada sistem usaha tani tebas dan bakar atau perladangan berpindah masih tergantung pada lama waktu bera agar tergolong sistem usaha yang berkelanjutan secara ekologis. Secara khusus disebutkan bahwa sistem tersebut pada beberapa daerah marjinal dan tekanan populas terhdap lahan cukup tinggi, kebutuhan ekonomi makin meningkat mengakibatkan masa bera makin singkat sehingga sangat merusak dan menyebabkan degradasi tanah dan lingkungan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa setelah 5 tahun sejak pembakaran maka konsentrasi unsur hara menurun, persentase Al tinggi, dan persentase kejenuhan basa rendah di subsoil setelah 2-5 tahun kebakaran. Tanah menjadi subyek erosi, subsoil menjadi media tumbuh tanaman, dan tingginya konsentrasi Al pada tingkat meracun serta rendahnya kejenuhan basa mendorong penurunan produksi tanaman.
2.4. Karakteristik Tanah yang Terdegradasi
Karakteristik tanah terdegradasi umumnya diukur dengan membandingkan dengan tanah non terdegradasi yaitu tanah hutan. Perbandingan tanah hutan sebagai tanah non terdegradasi karena memiliki siklus tertutup artinya semua unsur hara di dalam sistem tanah hutan berputar dan sangat sedikit yang hilang atau keluar dari sistem siklus hutan. Sedangkan selain tanah hutan merupakan sistem terbuka dimana siklus hara dapat hilang dari sistem tersebut. Penurunan sifat pada tanah untuk penggunaan non hutan akan menunjukkan memburuknya sifat-sifat dari tanah tersebut.
2.5. Proses Terjadinya Degradasi Tanah
Lima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang terdegradasi, yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat, memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur hara. Khusus untuk tanah-tanah tropika basa terdapat tiga proses penting yang menyebabkan terjadinya degradasi tanah, yaitu: 1) degradasi fisik yang berhubungan dengan memburuknya struktur tanah sehingga memicu pergerakan, pemadatan, aliran banjir berlebihan, dan erosi dipercepat, 2) degradasi kimia yang berhubungan dengan terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur-unsur lainnya, dan 3) degradasi biologi yang berhubungan dengan menurunya kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman spesies fauna tanah yang juga menurun ikut menurun.
Dan juga selain dari kelima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang terdegradasi yang telah di sebutkan di atas, ada juga hal lain yang menyebabkan proses terjadinya degradasi tanah dan air yaitu sbb:
Semakin banyak dan meluasnya lubang-lubang bekas galian mineral tambang atau bekas galian tanah untuk pembuatan “bata” dan genting yang dibiarkan tanpa upaya reklamasi.
Semakin luasnya areal semak-semak belukar dan tanah gundul bekas penebangan hutan ilegal dan peladangan bakar yang tidak dihijaukan kembali.
Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah/lahan untuk budidaya pertanian, karena siklus pemanfaatan lahan yang terlalu intensif tanpa upaya penyuburan kembali (refertilization).
Semakin banyaknya terjadi tanah longsor di wilayah pegunungan/perbukitan, dan tanah terbuka bekas penggalian tambang permukaan (emas, timah, batubara dan lain-lain).
Semakin bertambahnya areal lahan kritis akibat dibiarkan begitu saja dan terbakar setiap tahun.
2.6. Klasifikasi Tanah yang Terdegradasi
Klasifikasi tanah terdegradasi cukup banyak dimunculkan oleh para ahli diantaranya adalah GLASOD (Globall Aseeemen of Soil Degradation), suatu proyek yang dirancang UNEP. Klasipikasi GLASOD didasarkan atas keseimbangan antara kekuatan rusak iklim dan resisensi alami kelerengan terhadap kekuatan merusak akibat intervensi manusia. Sehingga dihasilkan penurunan kapasitas tanah saat ini atau kedepan untuk mendukung kehidupan manusia
Tipe degradasi tanah dibagi 2 macam, yaitu : 1) berhubungan dengan displasemen bahan tanah yang terdiri dari erosi air dan erosi angin, 2) berdasarkan deterosiasi in situ terdiri dari degradasi kimia (hilangnya unsur hara/bahan organik, salinasi dan polusi), dan degradasi fisik. Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan ektrim, dengan faktor penyebab adalah deforestasi, overgrazing, kesalahan pengelolan pertanian, ekspoitasi berlebihan, dan aktivitas industri.
2.7. Pengaruh Degradasi Tanah Terhadap Produktivitas
Dalam Rangka Rehabilitasi Lahan-Lahan Kritis Yang Luasnya Semakin Besar Di Indonesia Serta Meningkatnya Produktivitas Untuk Keperluan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan Dan Pelestarian Alam, Maka Perlu Dilakuakan Upaya-Upaya Yang Dapat Yang Dapat Memodifikasi Lingkungan tersebut (Subiksa, 2002). Degradasi tanah berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanah. Kehilanagn produktivitas dicirikan dengan terjadinya erosi akibat tanah terdegradasi diperkirakan 272 juta Mg pangan dunia hilang berdasarkan tingkat produksi tahun 1996 (Lal, 2000).
Tanah yang mengalami kerusakan baik kerusakan karena sifat fisik, kimia dan maupun biologi memiliki pengaruh terhadap penurunan produksi padi mencapai sekitar 22% pada lahan semi kitis, 32 % pada lahan kritis, dan diperkirakan sekitar 38% pada lahan sangat kritis. Sedangkan untuk kacang tanah mengalami penurunan sekitar 9%, 46%, 58% masing-masing pada tanah semi kritis, kritis dan tanah yang sangat kritis. Sifat tanah yang berkorelasi nyata terhadap produksi padi adalah kedalaman solum, kandungan bahan organik.
2.8. Permasalahan Yang Timbul Akibat Degradasi Sumber Daya Tanah Dan Air
Permasalahan yang dapat berakibat pada degradasi lahan, menurunnya suplai air, erosi, pemadatan tanah dan pencucian hara, kerusakan vegetasi dan emisi gas rumah kaca. Diperkirakan bahwa pertumbuhan dan laju regenerasi menurun pada areal yang terkena kerusakan yang diantaranya disebabkan oleh rusaknya hutan danmenurunnya produktivitas lahan yang terjadi setelah penebangan. Penebangan hutan baik Selective maupun clear cutting, dan kebakaran hutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rusaknya ekosistem Dampak Degrdasi Lahan/ Tanah.
Kerusakan lahan atau tanah dapat menyebabkan berbagai dampak antara lain terjadinyaerosi dan sedimentasi serta masih banyak hal yang ditimbulkan. Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua menurunnya produksi sehingga akan mengurangi pendapatan petani. Erosi tanah dapat terjadi akibatadanya curah hujan yang tinggi, vegetasi penutup lahan yang kurang. Kemiringan lereng dan tata guna lahan yang kurang tepat.pedankalan sungai untuk mengalirkan juga berkurang dan menyebabkan bahaya banjir. Padangkalan saluran pengairan mengakibatkan naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat aliran irigasi.
Kerusakan sumber daya air selain banjir dan erosi adalah kekeringan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan sumber daya tanah dan air merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena sebagai sumber dayaalam,tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Sebagai sumber unsur bagi tumbuhandan sebagai media akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tanah tersimpan. Erosi yangterjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi adalahterbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh Air, angin atau gletser kesuatu wilayah yang kemudian diendapkan.
2.9. Peranan Penting Rehabilitasi Pada Degradasi Sifat Fisik, Biologi Dan Kimia Tanah
Degradasi sifat fisik tanah pada umumnya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah berkaintan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah tersebut, selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah juga menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut.
Untuk pengelolaan tanah, tiga strategi dasar yang perlu untuk disarankan adalah (1) eliminasi pengkerakan tanah atas melalui ”pengolahan dalam ” secara berkala, (2) meningkatan kandungan bahan organik tanah melalui peningkatan jumlah masukan seresah yang bervariasi kualitasnya, dengan cara menanam tanaman penutup tanah atau menanam berbagai jenis pohon, dan (3) peningkatan diversitasi tanaman pohon dalam rangka meningkatkan jumlah dan penyebaran sistem perakaran.
Upaya perbaikan terhadap sifat tanah adalah dalam pemantapan agregat tanah yang memiliki tekstur lepas dengan menggunakan polimer organik. Polyacrilamide (PAM) berberat molekul tinggi dan bermuatan negatif sedang mampu memantapkan permukaan tanah, menurunkan run-of dan erosi. Rehabilitasi tanah terdegradasi dapat ditinjau dari sifat tanah yang mengalami penurunan dan diupayakan dilakukan perbaikan dengan menggunakan amelioran. Bentuk degradasi tanah yang terpenting di kawasan Asia antara lain adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan bahan organik tanah dan pencucian unsur hara.
Sedangkan untuk rehabilitas terhadap degradasi sifat kimia dan biologi tanah adalah Perbaikan terhadap lahan yang terdegradasi meliputi penanaman dengan vegetasi asal, penanaman tanaman penutup tanah yang cepat tumbuh, serta dengan penggunaan pupuk organik dan anorganik. Rehabilitasi pada tanah terdegradasi yang dicirikan dengan penurunan sifat kimia dan biologi tanah umumnya tidak terlepas dari penurunan kandungan bahan organik tanah, sehingga amelioran yang umum digunakan berupa bahan organik sebagai agen resiliensi. Pemberian bahan organik jerami atau mucuna sebanyak 10 Mg/ha dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, yaitu meningkatkan aktivitas mikroba, meningkatkan pH H20, meningkatkan selisih pH, meningkatkan pH NaF (mendorong pembentukan bahan anoganik tanah yang bersifat amorf), meningkatkan pH 8,2 atau KTK variabel yang tergantung pH, menurunkan Aldd dan meningkatkan C-organik tanah. Penurunan Aldd selain disebabkan oleh kenaikan pH dan pengikatan oleh bahan-bahan tanah bermuatan negatif, juga disebabkan karena pengkhelatan senyawa humit. Peranan asam fulvik dalam mengkhelat Al jauh lebih tinggi dibandingkan asam humik sekitar tiga kalinya.
Bahan organik sebagai bahan rehabilitasi juga didapat dari limbah, terutama limbah industri kelapa sawit yang banyak diluar pulau Jawa. menyatakan bahwa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 95 Mg/ha mampu meningkatkan pH tanah, kandungan P, K, Mg, dan KTK tanah, serta meningkatkan produksi tandan buah segar 16,3%. pemanfaatan limbah cair kelapa swit atau POME (Palm Oil Mill Efflunt) meningkatkan karbon mikroorganisme C-mic, dengan kecenderungan makin lama limbah diaplikasikan kandungan C-mic makin meningkat.
Amelioran lain yang umum digunakan pada tanah-tanah tropika adalah kapur. Pengapuran umumnya ditujukan untuk menetralkan Aldd terutama pada tanaman yang peka terhadap keracunan Al. Biasanya meningkatkan pH tanah hingga 5,5 sedangkan bila karena keracunan Mn, maka pH perlu dinaikkan hingga 6,0.
2.10. Upaya Apa Yang Di Lakukan Untuk Mencegah Atau Mengurangi Dampak Erosi Tanah
Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi antara lain:
Pengolahan Tanah
Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi.
Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat mengurangi erosi air sungai.
Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang sudah rusak di beberapa tempat.
Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai
Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang
Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin.
Pembuatan Teras Tanah Lereng
Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai degradasi sumber daya tanah dan air, maka dapat di ambil kesimpulan sbb:
Degradasi adalah penurunan kualitas maupun kerusakan hutan.
Tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi seperti polusi,erosi, penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik, salinisasi/alkalinisasi, dalamnya permukaan air, kecilnya debit air sungai, pencemaran air sungai.
Degradasi tanah pada umumnya disebabkan karena 2 hal yaitu faktor alami dan akibat faktor campur tangan manusia.
Karakteristik tanah terdegradasi umumnya diukur dengan membandingkan dengan tanah non terdegradasi yaitu tanah hutan.
Lima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang terdegradasi, yaitu: menurunnya kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat, memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur hara.
Tipe degradasi tanah 2 macam yaitu : 1) berhubungan dengan displasemen bahan tanah , 2) berdasarkan deterosiasi in situ.
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan untuk itu kami sangat mengharapkan kritik maupun saran untuk dapat menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
FAO. 1977. FAO soil bulletin: assesing soil degradation. UN. Rome. 83p.
Hadisty N.A, Omo R, Sry M, “identifikasi tingkat kerawanan degradasi sekitar hutan mangrove, jurnal pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, Vol.5 No. 1 (2015) 79-8.
Firmasyah, M.A.2003. Resiliensi tanah terdegradasi. Makalah pengantarfalsapah sain.IPB
Jaka .S, “Kajian Degradasi Tanah Pada Usaha Tani Lahan Kering Berbasis Tembakau Di Sub-Das Progo Hulu ,” Jurnal ilmiah ilmu tanah dan agroklimatologi, Vol. 6, No. 2 (2009) 69-80.
Kusumahadi, K. S., 2008. Watak dan sifat tanah areal reha- bilitasi Mangrove Tanjung Pasir, Tangerang. Jurnal Vis Vi- talis 1 (1), pp. 15-19.
Kharis Tryono, “Pengaruh System Pengolahan Tanah Terhadap Konservasi Sumber Daya Tanah,” jurnal inovasi pertanian, Vol.6, No. 1 (2007) 11-21.
Lal, R. 1986. Soil surface management in the tropics for intensive land use and high and sustained production. Stewart, B.A.(editor). Advances in soil science volume 5. Springer-Verlag New York Inc. p:1-110.
Subiksa, I. 2003. Pemanfaatan mikoryza untuk penanggulangan lahan kritis. http://rudyet.triped.com/sem2-012/igm-subiksa.html.
Sutopo P. N, “Minimalisasi Lahan Kritis Melalui Pengelolaan Sumber Daya Lahan Dan Konservasi Tanah Dan Air Secara Terpadu,” jurnal teknologi lingkungan, Vol. 1, No. 1 (2000) 73-82.
P. H. Doraja, M S, dan N.D. Kuswytasari “Biodegradasi Limbah Domestic Dengan Menggunakan Alami” jurnal sains dan seni UTS, Vol. 1 No. 1 (2012) ISSN: 2301-928X.
Zinal F, Bambang Y, Veriana R. S, “Degradasi Tanah Lahan Suboptimal Oleh Bacillus Mycoides Indigenous Dan Kinetika Reaksinya ,” Jurnal lahan suboptimal Vol. 3, No. 1 (2014) 90-96.
12