Sum ber daya Pul au Sebesi
Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
48
Tim E ditor:
Budy Wiryawan
Dietriech G. Bengen
Irfan Yulianto
Handoko Adi Susanto
Ali Kabul Mahi
Marizal Ahmad
Dana untuk persiapan dan pencetakan dokumen ini disediakan oleh USAID sebagai bagian dari USAID/BAPPENAS
Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan USAID/CRC-URI Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (CRMP)
Dicetak di : Jakarta
Kutipan
: Wiryawan, B., D.G. Bengen, I. Yulianto, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad. 2002. Profil Sumberdaya Pulau Sebesi, Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Penerbitan Khusus Proyek Pesisir, Coastal Resources Center - University of Rhode Island.
Narraganset, Rhode Island. 49 halaman.
Kredit:
Foto-foto dan peta : Handoko A.S., Irfan Yulianto
Lay out
: Pasus Legowo
ISBN
:
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
46
Pr o fil
Sum b e r daya Pulau Se b e si
Ke c a m a ta n R a j a b a s a , Ka b upa te n La m pun g Se la ta n
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
45
DAF T AR IS I
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN .....................................
i
3.
KE PE NDUDUKAN DAN SOSIAL E KONOMI ...............
3.1 K ependudukan ..............................................................
3.2 Peranan K aum Wanita ...................................................
3.3 Organisasi Masyarakat ...................................................
3.4 Perekonomian Desa .......................................................
3.4.1 Pertanian dan Perkebunan ...................................
3.4.2 Peternakan ...........................................................
3.4.3 Perikanan .............................................................
3.4.4 Perdagangan .........................................................
KATA PE NGANTAR ..........................................................................
ii
UCAPAN TE RIMA KASIH ................................................................
iii
SAMBUTAN KE PALA DE SA ............................................................
iv
SAMBUTAN BUPATI LAMPUNG SELATAN ..............................
v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
1.
vi
4.
ISU-ISU UTAMA .................................................................. 18
PE NDAHULUAN .......................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................
1.2 Tujuan ....................................................................................
1
1
2
5.
USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN OLE H
MASYARAKAT DALAM PE NANGANAN ISU ................
KONDISI BIOFISIK .................................................................
2.1 Geografi dan Administrasi .................................................
2.2 Kondisi Geologi, Oseanografi dan Meteorologi .............
2.3 Sarana dan Prasarana ...........................................................
2.4 Pemanfaatan Lahan .............................................................
2.5 E kosistem Pesisir .................................................................
2.5.1 E kosistem Mangrove ................................................
2.5.2 E kosistem Lamun .....................................................
2.5.3 E kosistem Terumbu Karang ...............................
4
4
4
5
6
8
8
8
8
6.
2.
12
12
14
14
15
15
16
16
17
23
PROSPE K PE NGE MBANGAN DAE RAH
PE RLINDUNGAN LAUT PULAU SE BE SI ........................ 25
DAFTAR PUSTAK A ..................................................................... 27
LAMPIRAN ...................................................................................
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
44
vi
28
S AMB U T AN B U P AT I L AMP U N G S E L AT AN
K
ami menyambut baik terbitnya buku Profil Sumberdaya Pulau Sebesi, yang telah disusun bersama oleh masyarakat
Pulau Sebesi dengan Proyek Pesisir PKSPL-IPB dan ini merupakan contoh yang baik tentang peran serta
masyarakat dalam pembangunan desa. Buku ini diharapkan akan menjadi penunjang dalam proses pembangunan
desa karena buku ini menggambarkan potensi, masalah, dan kegiatan utama masyarakat.
Dengan keluarnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang pembagian
wewenang pusat dan daerah, maka peranan desa dalam pembangunan akan semakin menentukan keberhasilan
pembangunan secara keseluruhan. Demikian halnya dalam pembangunan wilayah pesisir. Oleh karena itu, buku profil ini
akan sangat berguna bagi perencanaan pembangunan Desa Tejang Pulau Sebesi di masa yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan buku ini melalui semua saran, masukan, dan
kerjasama yang telah terjalin baik selama ini, terutama perwakilan USAID Indonesia di Jakarta melalui Proyek Pesisir
Lampung PKSPL-IPB yang telah mendanai dan memfasilitasi proses penyusunan sampai terbitnya buku ini, saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Saya sampaikan pula penghargaan ini kepada masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi dengan harapan semoga publikasi
ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta memacu pembangunan dan pengelolaan sumberdaya
pulau kecil yang lestari.
Akhir kata, semoga harapan masyarakat seperti yang tertuang dalam buku ini dapat terwujud dengan upaya-upaya
yang dilakukan bersama oleh seluruh pihak terkait.
Terima kasih.
Kalianda, April 2002
Bupati Lampung Selatan
Zulkifli Anwar
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
43
v
S AMB U T AN K E P AL A D E S A
Bismillahirrohmanirrohiim
D
engan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunianya, Profil Sumberdaya Pulau
Sebesi dapat diselesaikan. Kami atas nama desa beserta masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi mengucapkan
terima kasih kepada Proyek Pesisir PKSPL IPB yang telah memfasilitasi pembuatan Profil Sumberdaya Pulau
Sebesi dan pengembangan Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi. Profil ini menggambarkan sumberdaya pulau yang
ada dan kegiatan utama yang saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat. Selain itu dalam profil ini juga terdapat
inventarisasi masalah (isu-isu) yang berkembang di desa. Dalam proses pembuatan profil ini yang pertama dilakukan
adalah penggalian isu-isu yang ada di masyarakat serta pengambilan data sumberdaya yang ada di Pulau Sebesi. Hasil
tersebut kemudian dianalisis bersama dan kemudian dikonfirmasikan kembali pada masyarakat sehingga seluruh informasi
yang ada dalam profil benar-benar dari masyarakat.
Selain itu kami atas nama pemerintahan Desa Tejang Pulau Sebesi mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat
desa yang telah membantu secara aktif sehingga terwujudnya Profil Sumberdaya Pulau Sebesi dan Daerah Perlindungan
Laut Pulau Sebesi.
Semoga profil ini dapat menjadi acuan bagi kesinambungan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam yang
ada di desa kita. Semoga Allah SWT memberkati program yang kita rencanakan dan usaha yang kita laksanakan demi
kesejahteraan masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi.
Pulau Sebesi, April 2002
Kepala Desa
Pangeran Noor Alam
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
42
iv
U CAP AN T E R IMAK AS IH
P
uji syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan taufik
dan rahmat-Nya sehingga akhirnya profil ini dapat diselesaikan
dengan baik. Profil Sumberdaya Pulau Sebesi ini berisi tentang
informasi yang ada di Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa,
Lampung Selatan mulai dari sumberdaya biofisik, sosial ekonomi dan
kependudukan, isu-isu utama, usaha-usaha yang dilakukan masyarakat
dalam menanggulangi isu serta pengembangan model D aerah
Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat. Profil ini dapat disusun atas
dukungan dan masukan dari berbagai pihak baik secara individu maupun
lembaga. Dengan partisipasi aktif masyarakat Pulau Sebesi dan sejumlah
tenaga ahli, kami berusaha memperoleh data baru yang obyektif dan
akurat.
Untuk itu kami mengucapakan terima kasih kepada Bupati Lampung
Selatan Bapak Zulkifli Anwar selaku kepala Pemerintah K abupaten
Lampung Selatan, Tim Pengarah Provinsi (PST - Provincial Steering Team),
Pokja Pesisir Kabupaten Lampung Selatan (Kabupaten Task Force), serta
Camat Rajabasa Bapak Dahnial Azniel dan staf atas segala dukungan
dan masukan dalam mendorong masyarakat desa dan Proyek Pesisir dalam
mengembangkan program pengelolaan wilayah pesisir di Pulau Sebesi.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Tridoyo Kusumastanto
(Kepala PKSPL - IPB), Bapak Priyanto Santoso (USAID Jakarta), Bapak
Sugeng H.W., Bapak Eko Sriwiyono, Bapak Fis Purwangka, Bapak Wan
Abbas Zakaria, Tim Pemetaan Terumbu Karang dari FDC-IPB, mahasiswa
peserta PKL di Pulau Sebesi dari Unila , Ibu Ari Darmastuti, Lina, Agustian,
Ms. Lisa Owen, Prof. Kenji Hotta, Ms. Heidi Z. Scuttenberg, Mr. Mark
Black, Nugi, Tasrif, Darma Panca Putra, Izaryadi yang telah membantu
mengadakan studi-studi di Pulau Sebesi dalam mendukung penyusunan
profil ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Johnnes
Tulungen, Chris Rotinsulu, Maxi, Meidi, Tries, Noni yang telah menemani
masyarakat Pulau Sebesi dalam studi banding pengelolaan terumbu karang
berbasis masyarakat. Juga kepada Yayasan Mitra Bentala, Learning Team
(Fedi Sondita, Amiruddin, Burhan, Ibu Nevi, Bambang Haryanto, dan
A. Rizal), Bapak E diyanto, Bapak A.M. Ronny, Asep Sukmara atas
dukungannya dalam meningkatkan kapasitas masyarakat Pulau Sebesi
melalui pelatihan-pelatihan dan penyuluhan.
Kepada seluruh masyarakat Pulau Sebesi terutama Bapak Santana,
Ibu Jumilah, Bapak Badaruddin, Bapak Kadus Regahan Lada, Bapak Kadus
Tejang, Bapak Kadus Segenom, Bapak Halimi, Bapak Rusuh, Bapak Aang,
Bapak Noor Alam, Ibu May, Bapak Mad Noor, Ibu E tty, Bapak Taufik,
Bapak Syaifullah, Bapak Sahlani, Bapak Giyanto, Bapak Harris, Bapak
Sayuti, Bapak Hasanudin, Bapak Hayun, Bapak Jaya, Bapak Rohman,
Bapak Rozack dan seluruh masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, kami mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya atas partisipasi aktif dalam proses
penyusunan profil ini. Juga kepada Ahmad Yani, Syaifullah Didi, Emal
Kurnia dan Juliandi yang telah sangat membantu sebagai asisten lapangan.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Tim Production House
yang telah bekerja keras menyelesaikan profil ini tepat pada waktunya.
Juga kepada semua staf Proyek Pesisir PKSPL - IPB di Lampung dan di
Bogor dan Proyek Pesisir Jakarta atas segala bantuannya dan kepada USAID
atas dukungan dana yang telah diberikan.
Bandar Lampung, April 2002
E ditor
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
41
iii
K AT A P E N GAN T AR
P
usat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) - IPB telah
memfasilitasi Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (Proyek Pesisir)
di Provinsi Lampung sejak 1998, yang dilaksanakan melalui kerjasama
dengan Coastal Resources Center, University of Rhode Island. Adapun payung
kerjasama dari program ini adalah Program Pengelolaan Sumberdaya Alam
USAID-BAPPE NAS. Misi dari program ini adalah untuk mencapai hasil yang
nyata ke arah desentralisasi dan penguatan kelembagaan dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir. Misi ini sangat relevan dengan adanya peningkatan kewenangan
pemerintah daerah sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999. Proyek Pesisir
Lampung mengembangkan strategi dan metode terbaik dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir yang disusun melalui kerjasama dengan masyarakat lokal
dan institusi terkait dengan pengelolaan sumberdaya, baik di kabupaten/kota
maupun di provinsi.
Setelah menyelesaikan pembuatan profil sumberdaya pesisir Lampung, yang
dikemas dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir yang pertama di Indonesia, maka
kegiatan tahun kedua, Proyek Pesisir telah memfasilitasi Pemerintah Propinsi Lampung
dalam pembuatan Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir (Renstra Pesisir).
Sebagai suatu contoh implementasi Renstra Pesisir, maka Pemerintah Kabupaten
Lampung Selatan dan PKSPL-IPB mengembangkan program pengelolaan
sumberdaya pesisir di tingkat desa, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan memperbaiki serta mempertahankan kualitas sumberdaya pesisir,
melalui pengelolaan sumberdaya pulau kecil di Desa Tejang, Pulau Sebesi.
Program pengelolaan pesisir di tingkat desa telah dimulai Maret 2001, setelah
melalui serangkaian seleksi desa di beberapa pulau kecil di Teluk Lampung. Dari
empat pulau yang dinominasikan, maka dipilih Pulau Sebesi, setelah direkomendasikan oleh Tim Pengarah Propinsi dan didukung oleh Pemerintah Kabupaten
Lampung Selatan. Desa ini sarat dengan isu-isu pengelolaan pesisir seperti
kerusakan terumbu karang, abrasi, ketidakjelasan status lahan, dan rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Adapun penekanan kegiatan aksi di
lapangan adalah pengelolaan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat.
Profil sumberdaya pulau ini dibuat melalui suatu proses yang cukup panjang
yang melalui melibatkan banyak pihak (instansi dan penduduk setempat) untuk
menggali kondisi biofisik, sosial ekonomi masyarakat, dan kelembagaan yang
ada. Beberapa kegiatan utama yang sinergi dengan pembuatan profil desa ini:
1. Sosialisasi terhadap misi dan visi
2. Identifikasi isu-isu pengelolaan bersama masyarakat
3. Survei pemetaan terumbu karang
4. Survei data kependudukan dan sosial ekonomi
5. Pelatihan dan fasilitasi rukun nelayan dan organisasi masyarakat lainnya
6. Konsultasi dan verifikasi draft dokumen profil sumberdaya
7. Pengembangan Daerah Perlindungan Laut
8. Memfasilitasi pembuatan Keputusan Desa tentang DPL
Profil ini merupakan salah satu bagian dari suatu proses pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu berbasis masyarakat. Proses ini sangat
penting sebagai bahan acuan dalam membuat perencanaan kegiatan di desa.
Terlebih lagi bila kegiatan yang akan dilaksanakan diharapkan ditentukan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Semoga
profil ini bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak terkait dalam
mengelola wilayah pesisir yang lebih baik demi kesejahteraan masyarakat pesisir.
Bandar Lampung, April 2002
Dr. Budy Wiryawan
Program Manager, Proyek Pesisir Lampung
Dr. Dietriech G. Bengen
Program Coordinator, Proyek Pesisir PKSPL - IPB, Bogor
Maurice Knight
Team Leader, Proyek Pesisir Indonesia
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
40
ii
D AF T AR IS T IL AH D AN S INGK AT AN
BAPPEDA
BAPPE NAS
BPN
BT
CRMP
:
:
:
:
:
DPL
:
DPRD
Ekosistem
:
:
Geologi
KK
Kopra
KOPTANALA
Kotif
Lamun
LKMD
LS
LSM
Mangrove
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Meteorologi
:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Badan Pertanahan Nasional
Bujur Timur
Coastal Resources Management Project (Program
Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir)
Daerah Perlindungan Laut, merupakan daerah
preservasi atau larang ambil yang
disepakati oleh masyarakat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Suatu tempat yang terdiri dari mahluk hidup
dan tak hidup yang saling berhubungan
dimana penamaanya mengikuti mahluk
hidup yang dominan pada lokasi tersebut
Ilmu yang mempelajari tentang bumi
Kepala Keluarga
Daging buah kelapa yang dikeringkan
Koprasi Tani dan Nelayan
Kota Administratif
Sejenis rumput yang tumbuh di laut
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
Lintang Selatan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Komunitas vegetasi pantai tropis yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon yang
dapat tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang surut pantai bersubstrat
lunak
Ilmu yang mengkaji tentang iklim dan cuaca
MCK
MTs
Oseanografi
Pasang surut
Pemda
PKSPL-IPB
Mandi, Cuci, Kakus
Madrasah Tsanawiyah (setingkat SLTP)
Ilmu yang mempelajari tentang lautan
Gerakan naik turun muka air laut
Pemerintah Daerah
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor
PLN
: Perusahaan Listrik Negara
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
POSYANDU
: Pos Pelayanan Terpadu
Profil
: Gambaran nyata tentang suatu obyek
Profil sumberdaya pesisir: Suatu deskripsi tentang kondisi sumberdaya
pesisir dan isu-isu yang berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya tersebut
Risma
: Remaja Islam Masjid
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat
RT
: Rukun Tetangga
Rukun Nelayan
: Organisasi Nelayan di tingkat desa yang menginduk
pada Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
(HNSI)
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SMU
: Sekolah Menengah Umum
Terumbu Karang : Kumpulan hewan karang (koral), biota lainnya, dan
batu kapur yang dihasilkan hewan karang (koral)
beserta biota lainnya tersebut.
USAID
: United States A gency for International Development
(Lembaga bantuan Amerika Serikat untuk
Pembangunan Dunia)
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
39
i
:
:
:
:
:
:
1. P E N D AH U L U AN
1.1 Latar Belakang
Pulau Sebesi terletak di Teluk Lampung dan secara administratif
merupakan wilayah Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Raja Basa,
Kabupaten Lampung Selatan. Desa Tejang Pulau Sebesi terdiri atas empat
dusun yaitu dusun Bangunan, Inpres, Regahan Lada, dan Segenom.
Sebagian besar penduduknya hidup dari berkebun dan sebagai nelayan.
Pulau Sebesi merupakan daerah terpilih sebagai lokasi pengembangan
model Daerah Perlindungan Laut berbasis masyarakat. Pulau Sebesi dipilih
setelah melalui dua tahap seleksi di tingkat Propinsi Lampung. Ketertarikan
masyarakat untuk melindungi sumberdaya pesisir merupakan salah satu
alasan dipilihnya Pulau Sebesi dalam penentuan lokasi yang diputuskan
oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dan Pemerintah Provinsi
Lampung melalui PST (Tim Pengarah Provinsi) dan KTF (Kabupaten
Task Force)/Pokja Pesisir Lampung Selatan tahun 2000. Pengembangan
model Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat dilaksanakan melalui
kerjasama Proyek Pesisir PK SPL-IPB dan Pemerintah K abupaten
Lampung Selatan.
Pengembangan model Daerah Perlindungan Laut merupakan salah
satu pelaksanaan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Lampung
seperti yang ditunjukkan dalam dokumen Rencana Strategis Pengelolaan
Wilayah Pesisir Lampung (Pemda Lampung, 2000). Pengembangan
model Daerah Perlindungan Laut ini dilakukan untuk memberikan
contoh tentang penanganan kerusakan habitat wilayah pesisir, terutama
terumbu karang. D alam Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah
Pesisir Lampung disebutkan bahwa penanganan isu kerusakan
terumbu karang ditujukan untuk:
1. Melindungi terumbu karang
2. Peningkatan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
terumbu karang
3. Pengelolaan terumbu karang sesuai dengan manfaat ekologi dan ekonomi
4. Pemaduserasian antara program pengelolaan terumbu karang daerah
dengan nasional
Paralel dengan program Daerah Perlindungan Laut tersebut, dilakukan
juga penyusunan profil sumberdaya pulau kecil yang akan digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan rencana pengelolaan pulau kecil. Profil ini
merupakan hasil identifikasi isu pengelolaan sumberdaya pulau kecil dan
diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui potensi sumber
daya alam desanya dan permasalahan yang ada, sehingga masyarakat dapat
mengembangkan desanya sesuai potensi dan permasalahan yang ada.
Informasi yang ada dalam profil ini merupakan data primer (data diambil
langsung dari masyarakat) dan data sekunder dari hasil-hasil penelitian,
laporan-laporan teknis, dan Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung.
Isu yang ada dalam profil ini disusun oleh masyarakat Pulau Sebesi
berdasarkan aspirasi masyarakat melalui beberapa konsultasi publik
sehingga isu-isu yang disusun benar-benar isu yang berkembang di
masyarakat Pulau Sebesi.
Siklus pengelolaan wilayah pesisir terpadu.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
1
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan profil desa adalah:
1. Mengetahui kondisi, potensi, dan permasalahan desa sebagai
lokasi pengembangan model.
2. Tersedianya informasi yang senyatanya, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk menyusun kegiatan
bersama dalam usaha membangun Desa
Tejang, Pulau Sebesi.
Penyusunan Profil Sumberdaya Pulau Sebesi merupakan salah satu
proses dalam kegiatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu berbasis
masyarakat. Proses ini meliputi kegiatan analisis informasi mengenai situasi
dan kondisi yang ada dan berkembang di desa.
Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu yang
dilaksanakan oleh beberapa negara mengikuti suatu siklus pembangunan
atau kebijakan. Siklus tersebut terdiri dari lima langkah berikut :
1. Identifikasi isu-isu pengelolaan sumber daya wilayah pesisir.
2. Persiapan atau perencanaan program.
3. Adopsi program dan pendanaan.
4. Pelaksanaan program.
5. Monitoring dan evaluasi.
Salah satu dermaga di Pulau Sebesi yang merupakan akses dengan daerah di luar Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
2
Sumatera
Jawa
Krakatau
Lokasi Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
3
2 . K ON D IS I B IOF IS IK
2.1 Geografi dan administrasi
Pulau Sebesi terletak di Teluk Lampung dan dekat Gunung Krakatau
(Pulau Rakata) tepatnya pada posisi 05055’37.43"-05058’44.48" LS dan
105027’30.50" - 105030’47.54" BT. Pulau Sebesi termasuk dalam wilayah
administrasi Desa Tejang Pulau Sebesi Kecamatan Raja Basa Kabupaten
Lampung Selatan. Desa Tejang Pulau Sebesi terdiri dari empat dusun
yaitu; Dusun I Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada, dan
Dusun IV Segenom. Luas wilayah Pulau Sebesi adalah 2620 ha dengan
panjang pantai 19,55 km. Sebagian besar daratan Pulau Sebesi tersusun
dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan perbukitan. Bukit
tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari permukaan laut dengan
bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak.
Akses menuju Pulau Sebesi adalah dari pelabuhan Canti yang
ada di Kalianda Lampung Selatan. Transportasi dari Canti ke Pulau Sebesi
menggunakan perahu motor (ojek) yang berangkat satu kali dalam sehari.
Selain dari Canti, ke Pulau Sebesi juga dapat ditempuh dari Cilegon, Provinsi
Banten dengan menggunakan perahu motor yang biasanya mengangkut
kelapa dan kopra.
Kondisi meteorologi dan oseanografi di Pulau Sebesi tidak begitu
berbeda dengan kondisi meteorologi dan oseanografi Teluk Lampung.
Angin yang bertiup di sekitar Pulau Sebesi merupakan angin musim yang
berubah arah dua kali dalam setahun dengan rata-rata kecepatan 3 - 7
knot. Rata-rata curah hujan di sekitar Pulau Sebesi adalah 230 mm dengan
jumlah hari hujan 11 kali. Rata-rata suhu bulanan sebesar 28,50C dengan
perbedaan suhu maksimum dan minimum sebesar 11,80C.
Pasang surut di Pulau Sebesi merupakan pasang surut dengan tipe
campuran dengan tipe ganda yang lebih menonjol. Arus laut yang terjadi
di sekitar Pulau Sebesi merupakan arus musim yang berubah arah dua kali
dalam setahun, arus pasang surut dan arus yang ditimbulkan oleh tiupan
angin. Arus total rata-rata bulanan yang terukur di mulut Teluk Lampung
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kecepatan Rerata Bulanan Arus di Perairan Mulut Teluk Lampung.
Bulan
V (cm/s)
Arah (°)
45
45
1
1
5
5
18
23
9
5
9
5
180
225
45
180
180
225
270
90
180
90
180
180
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
2.2 Kondisi Geologi, Oseanografi dan Meteorologi
Sebagian daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda
yang terdiri dari lava (andesit-basal), breksi, dan tuf. Pantai Timur Pulau
Sebesi tersusun dari formasi alluvium yang terdiri dari : kerakal, kerikil,
lempung, dan gambut. Pulau Sebesi memiliki lokasi bahan galian jenis
besi di kaki Gunung Sebesi di wilayah Segenom dan memiliki batu-batuan
(dalam ukuran besar) yang tersusun rapi dan diduga berasal dari letusan
gunung berapi (Bappeda Lampung dan PKSPL-IPB, 2000).
Sumber: JODC(1986).
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
4
Arah
Selatan
Barat Laut
Timur Laut
Selatan
Selatan
Barat Laut
Barat
Timur
Selatan
Timur
Selatan
Selatan
K onsentrasi Chlorofil sebagai representasi dari konsentrasi
fitoplankton mencapai maksimum pada bulan Juli, yaitu pada musim
timur. Diperkirakan konsentrasi plankton maksimum dipengaruhi
gerakan masa air dari pantai timur Sumatra dan Laut Jawa, yaitu gerakan
arus permukaan ke arah barat. Namun demikian secara rata-rata, kondisi
perairan sekitar Pulau Sebesi adalah oligotrofik .
Tiap dusun dihubungkan oleh jalan kecil dengan lebar kurang dari 1
meter, berbelok-belok, dan becek kalau hujan. K ondisi jalan yang
menghubungkan antar dusun adalah jalan tanah yang sangat buruk.
Fasilitas transportasi utama antar dusun adalah ojek sepeda motor dengan
biaya dua ribu rupiah sekali jalan. Ojek hanya memberi pelayanan di
siang hari, sebab jalan sangat gelap di malam hari dan beresiko karena
mudah terjadi kecelakaan karena berkelok-kelok dan sempitnya jalan.
Fasilitas penerangan yang ada di Pulau Sebesi adalah listrik yang
dikelola oleh PLN dengan generator diesel. Listrik menyala dari jam 18.00
sampai dengan jam 24.00. Namun listrik ini hanya dapat dinikmati oleh
penduduk di Dusun Inpres dan Bangunan, walaupun pembangkit tenaga
listrik tersebut kelebihan daya. Jaringan listrik terbatas hanya di dusun
Inpres dan Bangunan.
Sumber: Survei IPB/Jimstek, 2001-2002.
2.3 Sarana dan Prasarana
Di Pulau Sebesi terdapat tiga fasilitas dermaga yang menghubungkan
dusun-dusun desa dengan daerah luar. Ketiga dermaga terletak di Dusun
Inpres, Segenom, dan Regahan Lada. Di Dusun Inpres terdapat kantor
Syahbandar, namun saat ini kantor tersebut belum aktif sehingga digunakan
sebagai Pusat Informasi Pesisir oleh masyarakat.
Pembangkit listrik di Desa Tejang (PLN).
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
5
Di Pulau Sebesi terdapat fasilitas wisata yang berupa penginapan
Fasilitas sosial keagamaan yang ada adalah masjid yang terletak di
(cottage) yang dikelola perorangan (Bapak Hasanudin). Penginapan ini
tiga lokasi yaitu Tejang, Regahan Lada, dan Segenom. Masjid ini menjadi
dalam kondisi cukup baik dan terlihat sedang mengalami renovasi. Siaran
pusat kegiatan keagamaan penduduk desa.
televisi juga dapat ditangkap dengan baik di Pulau Sebesi.
Fasilitas perdagangan di Pulau Sebesi berupa toko dan warung yang
Sebuah balai desa menjadi pusat kegiatan administrasi dan kegiatan
melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat.
umum untuk penduduk Pulau Sebesi. Pertemuan-pertemuan untuk
membahas urusan pemerintahan, kegiatan pelatihan, kegiatan organisasi
2.4 Pemanfaatan Lahan
desa, PKK, dan kepemudaan pada umumnya dilakukan di balai desa.
Seluas 61,47 % (sekitar 1600 Ha) dari luas lahan di Pulau Sebesi di
Fasilitas pendidikan terdiri dari sebuah Sekolah Dasar Negeri yang
manfatkan untuk perkebunan/pertanian. Lahan pertanian dan perkebunan
terletak di Dusun Inpres. Sekolah ini berjalan baik dengan fasilitas
terbentang dari mulai pantai sampai ke dataran tinggi Pulau Sebesi. Lahan
bangunan yang sangat sederhana dan guru yang cukup memadai. Di sekitar
sawah di Pulau Sebesi masih relatif tidak luas yaitu sekitar 10 Ha (0,38 %),
sekolah dibangun fasilitas tempat tinggal guru dengan kondisi yang sangat
yang merupakan sawah tadah hujan.
sederhana. Bangunan SDN ini di sore hari dipergunakan sebagai madrasah
Selain perkebunan dan pertanian, hutan yang berada di Pulau Sebesi
yang dikelola oleh masyarakat secara swadaya. Di Dusun Segenom juga
juga cukup luas dengan luas areal sekitar 922 Ha (35,42 %). Hutan ini
terdapat fasilitas sebuah Madrasah Ibtidaiyah. Di Dusun Tejang Inpres
berada di lereng Gunung Sebesi mulai dari ketinggian 535 sampai dengan
juga terdapat Program K ejar Paket B
845 meter di atas permukaan laut.
(setingkat SMP) namun program
Permukiman penduduk menempati
pendidikannya kurang aktif.
lahan dengan luas 70 Ha (2,69 %) yang
Fasilitas kesehatan yang tersedia di
tersebar disepanjang pantai. Daerah
D esa T ejang Pulau Sebesi adalah
permukiman ini tersebar di 4 dusun.
Puskesmas Pembantu (PUST U).
Pemanfaatan lahan lainnya adalah
Seorang mantri kesehatan dan seorang
untuk fasilitas umum dengan luas total
bidan setiap hari bertugas di puskesmas
7 Ha (0,27 %). Fasilitas umum tersebut
dan tinggal di perumahan puskesmas
berupa MCK, fasilitas jalan, dermaga,
yang berada di sebelahnya. Di Dusun
kuburan, masjid, Sekolah, PLN,
Regahan Lada dan Segenom terdapat
penginapan, kantor kepala desa, balai
fasilitas MCK dan sumur umum yang
musyawarah, kantor koperasi nelayan,
dipergunakan oleh masyarakat yang ada
kantor Syahbandar (Pusat Informasi
Fasilitas sekolah di Desa Tejang, Pulau Sebesi.
di dusun tersebut.
Pesisir) dan lain sebagainya.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
6
P E T A P E N GGU N AAN L AH AN
P U L AU S E B E S I K E C AMAT AN R AJA B AS A
L AMP U N G S E L AT AN
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
7
2.5 E kosistem Pesisir
2.5.2 E kosistem Lamun
Ekosistem Lamun dapat ditemui di sekitar pantai yang berpasir putih
di daerah Tejang dan Regahan Lada. Padang Lamun yang ada di Pulau
Sebesi berfungsi untuk mencegah pelumpuran atau sebagai filter alami
perairan sehingga tetap bersih. Padang Lamun umumnya tumbuh di depan
ekosistem Mangrove. Jenis padang Lamun yang ditemukan di Pulau Sebesi
adalah E nhalus sp., Thalasia sp., Halophilia sp.
2.5.1 E kosistem Mangrove
Saat ini habitat Mangrove di Pulau Sebesi hanya ada di satu lokasi
yaitu antara Dusun Tejang dan Regahan Lada dengan luas sekitar 1 Ha.
Jenis tumbuhan yang ada di hutan mangrove adalah A vicenia marina (Apiapi), Rizhophora sp. (Bakau), Sonneratia sp. (Gogem), Bruguiera sp. (Tanjang)
dan Xylocarpus sp. dengan jenis yang dominan tumbuh adalah Bakau dan
Api-api. Kondisi hutan Mangrove saat ini cukup memprihatinkan akibat
dari penebangan kayu dan pengambilan biota di lokasi hutan Mangrove.
2.5.3 E kosistem Terumbu Karang
Secara umum hampir seluruh Pulau Sebesi dikelilingi oleh terumbu
karang. Terumbu karang dapat ditemukan sampai kedalaman 10 meter
dari permukaan air laut. Luas daerah terumbu karang di Pulau Sebesi dan
Pulau Umang adalah 58,98 Ha. Tutupan karang hidup seluas 31,64 Ha,
sedang sisanya 27,34 Ha berupa karang mati (seperti pecahan karang/
rubbles). Tutupan karang hidup di Pulau Sebesi dapat ditemukan sampai
90 %.
Bentuk hidup (life form)terumbu karang yang ditemukan di Pulau Sebesi
adalah branching, digitata, massive, submassive, mushrom, encrusting, foliouse, tubulate
dan soft coral. Jenis yang ditemukan adalah A cropora sp., Porites, Seriatopora,
Fungia, Montipora, E uphyllia, Favia, Pachyseris, Catalaphyllia, Millepora, Pocillopora,
Favites, dan H eliopora dan jenis soft coral adalah Sarcophyton, Sinularia,
Dendronephthya, L obophyton, dan Nepthea. Penyusun terumbu karang lainnya
yang dapat ditemukan adalah Lili laut, Bulu babi, Kima, Bintang Laut,
Kepiting, zoantid, gorgonian, hydrozoan, Timun laut, sponge, algae, Anemon,
ascidian, dan gastropoda.
Ikan karang yang ditemukan di daerah terumbu karang sebanyak 168
spesies dalam 28 famili. Ikan yang ditemukan adalah ikan utama yang
berasal dari famili Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae, Caesionidae, dan
Lethridae ikan indikator dari famili Chaetodontidae dan ikan yang berfungsi
Hutan Mangrove di Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
8
GAMBAR ME LINTANG TE RUMBU KARANG
Tipe terumbu karang sebelah Timur Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
9
Tipe terumbu karang sebelah Barat Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
10
dalam rantai makanan dari famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae,
Labridae, Siganidae, Muliidae, dan Apogonidae. Ikan yang sering
ditemukan hampir di setiap perairan adalah ikan dari famili Pomacentridae,
Labridae, Acanthuridae, Muliidae, dan Chaetodontidae.
Terumbu karang di sebelah timur dan barat pulau terdapat
perbedaan jenis. Di sebelah timur pulau dengan kontur kedalaman perairan
cukup landai, terumbu karang dapat ditemukan hanya sampai kedalaman
8 meter. Bentuk hidup karang yang ditemukan di sebelah timur pulau
adalah sub massif dan massif (massive), sub massive, karang lunak, bercabang
(branching), menjari (digitata), dan karang jamur dan famili ikan yang
ditemukan adalah Labridae, Pomacentridae, Muliidae, Nemipteridae,
Terumbu karang dan ikan karang di Pulau Sebesi.
Dasyatidae, Scorpaenidae, Chaetodontidae, Acanthuridae, Scaridae,
Siganidae, Caesionidae, Labridae, Pomacanthidae, Tetraodontidae (14
famili).
Pantai barat Pulau Sebesi mempunyai kontur kedalaman yang terjal.
Terumbu karang dapat ditemukan sampai kedalaman 10 meter. Bentuk
hidup terumbu karang yang ditemukan sebelah barat pulau adalah karang
meja (tubulate), sub massif dan massif (massive), sub massive, bercabang (branching), karang lunak, menjari (digitata), dan mengerak (encrusting). Famili ikan
yang dapat ditemukan di sebelah barat pulau adalah famili Siganidae,
Chaetodontidae, Scaridae, Labridae, Nemipteridae, Pomacentridae,
Charcaridae, Lutjanidae, Achanturidae, Haemulidae, Pomacanthidae,
Muliidae, Apogonidae, dan Balistidae (14 famili).
Hamparan karang lunak di Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
11
3 . K E P E N D U D U K AN DAN S OS IAL E K ON OMI
3.1 Kependudukan
Penduduk Pulau Sebesi berjumlah 471 kepala keluarga atau 2015
jiwa. Jumlah ini belum termasuk satu RT yaitu RT 12 (Dano) yang
terletak di lereng Gunung Sebesi pada ketinggian sekitar 525 meter di
atas permukaan laut. Penduduk D ano sebagian besar merupakan
penduduk tidak tetap, mereka kebanyakan buruh kelapa dan mempunyai
tempat tinggal di luar Pulau Sebesi. Perbandingan jumlah penduduk lakilaki dan perempuan seimbang, yaitu 1011 (laki-laki) dan 1004
(perempuan) dengan sex ratio 99% . Persentase terbanyak penduduk
merupakan penduduk yang berumur 19 sampai 59 tahun yaitu mencapai
52,6 % (1059 jiwa). Gambaran penduduk secara keseluruhan untuk setiap
dusun dapat dilihat pada grafik.
Sebanyak 1659 dari penduduk usia sekolah sampai lanjut usia telah
berpendidikan minimal sekolah dasar. Persentase warga yang
berpendidikan SD sebesar 78,7 % (1.305 jiwa), Sekolah Menengah
Pertama sebesar 15,8 % (262 jiwa), Sekolah Menengah Atas sebesar 5 %
(83 jiwa), dan perguruan tinggi sebesar 0,5 % (9 jiwa) (Lampiran 2).
Penduduk Pulau Sebesi pada awalnya merupakan pendatang yang
bekerja sebagai buruh di kebun kelapa yang dimiliki oleh tuan tanah. Para
buruh tersebut berdatangan ke Pulau Sebesi sejak
1913. Lama kelamaan para buruh tersebut
mendapat bagian untuk menanami tanah kosong
dengan pohon kelapa untuk dijadikan kebun dan
membentuk beberapa keluarga yang kemudian
berkumpul membentuk kelompok. Kelompokkelompok yang ada tersebut kemudian berkumpul
dan membentuk desa yang kemudian dipusatkan
di Dusun Inpres Desa Tejang Pulau Sebesi .
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
12
Pekerjaan terbanyak dari penduduk Pulau Sebesi adalah sebagai
buruh yaitu mencapai 57 % (365 jiwa). Sedangkan penduduk yang
mempunyai pekerjaan selain buruh yaitu petani sebesar 17,2 % (110
jiwa), nelayan 16,7 % (107 jiwa), pedagang sebesar 1,4 % (9 jiwa),
wiraswasta 6,6 % (42 jiwa), dan Pegawai negeri 1,1 % (7 jiwa).
sering menderita demam yang menurut anggapan penduduk desa
merupakan gejala penyakit malaria.
Peserta Keluarga Berencana yang terdaftar di PUSTU sebanyak 255
keluarga atau 54 % dari total keluarga yang ada di Pulau Sebesi. Alat
kontrasepsi yang dipakai adalah suntik (67 %), pil (16,5 %), dan susuk
(16,5 %).
Penduduk Pulau Sebesi 58,2 % berasal dari Jawa (Jawa Tengah dan
Banten), 32,2 % berasal dari Lampung, 8 % berasal dari Sunda, dan 1,6 %
berasal dari Batak, Betawi, Padang, Palembang, dan Bima. Budaya yang
dipakai di Pulau Sebesi adalah budaya Jawa Serang (Banten) dan
Lampung. Dominasi budaya antara Lampung dan Banten tergantung
asal penduduk yang lebih banyak menempati pada sebuah dusun atau
RT, seperti dusun Segenom yang didominasi budaya Lampung.
Grafik Komposisi Pekerjaan Masyarakat
Desa Tejang Pulau Sebesi
Grafik Komposisi Suku Masyarakat
Desa Tejang Pulau Sebesi
Tingkat kesadaran masyarakat akan sanitasi masih relatif rendah,
hal ini ditunjukkan dengan masih sedikitnya keluarga yang memiliki
sarana MCK (7 %). Keluarga yang memiliki MCK sebanyak 59 keluarga
dan keluarga yang tidak memiliki MCK sebanyak 412 keluarga. Meskipun
di dusun Regahan Lada dan Segenom sudah dibangun MCK dan sumur
umum namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Jenis penyakit yang diderita masyarakat adalah malaria, flu, maag,
rematik, dan asma. Sebagian besar keluarga yang ada di Pulau Sebesi
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
13
3.2 Peranan Kaum Wanita
Di Pulau Sebesi, perubahan-perubahan paradigma pemberdayaan
bagi perempuan masih sangat jauh dari jangkauan pikiran mereka. Bagi
mereka, yang penting adalah memiliki kegiatan untuk mendapatkan
tambahan penghasilan. Mereka tidak begitu peduli dengan status mereka
dalam masyarakat. Mereka sendiri bahkan tidak menyadari bahwa mereka
tidak memiliki akses, kontrol, dan manfaat yang sama dengan laki-laki
dalam dan terhadap berbagai hal dan sumberdaya (pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial, kelembagaan).
Pola partisipasi pendidikan dan kesehatan bagi perempuan di Pulau
Sebesi tidak begitu berbeda dengan laki-laki, begitu juga dengan akses dan
kontrol dalam menentukan atau membuat berbagai keputusan berkenaan
dengan bidang pendidikan dan kesehatan. Perempuan bahkan memiliki
sedikit keuntungan dalam memperoleh manfaat pendidikan dan kesehatan.
Pola partisipasi perempuan di bidang ekonomi berbeda signifikan
dengan laki-laki. Perempuan bekerja di bidang-bidang yang bukan
merupakan lapangan kerja utama. Lapangan kerja utama di Pulau Sebesi
terkait dengan laut dan kebun kelapa. Namun dalam hal memperoleh
manfaat dari berbagai sumberdaya ekonomi, memperoleh manfaat dari
usaha-usaha yang dilakukan, tidak terdapat perbedaan signifikan antara
laki-laki dan perempuan. Mereka menikmati secara bersama dalam tingkat
keluarga. Pola laki-laki didahulukan dalam menikmati hasil kerja tidak lagi
terlalu dominan.
Pola partisipasi perempuan dalam pembuatan keputusan dalam
masyarakat sangat berbeda dengan pola partisipasi laki-laki. Dapat dikatakan
bahwa perempuan absen dari berbagai proses tersebut. Absennya perempuan
dari proses pembuatan keputusan dalam masyarakat disebabkan oleh tidak
adanya akses untuk mereka guna berpartisipasi dalam pembuatan keputusan.
Perempuan dan kelompok perempuan jarang sekali diundang dalam berbagai
forum pembuatan keputusan atau kebijakan-kebijakan desa lainnya. Karena
akses tertutup, partisipasi mereka menjadi rendah, begitu juga kemungkinan
bagi mereka untuk mengontrol agar keputusan tersebut sesuai dengan
kepentingan dan prioritas-prioritas perempuan. Oleh karena itu, perempuan
tidak memperoleh manfaat dari proses pembuatan keputusan yang tidak
melibatkan mereka (Darmastuti, et al., 2001)
3.3 Organisasi Masyarakat
Organisasi masyarakat yang ada di Pulau Sebesi relatif cukup banyak
baik organisasi formal atau pun organisasi non formal. Organisasi formal
yang ada di Pulau Sebesi adalah Rukun Nelayan, Karang Taruna, Koperasi
Tani dan Nelayan, dan Seksi Keamanan Laut sedangkan organisasi non
formal yang ada di Pulau Sebesi adalah Sikam Salamban, Sikam Muahi,
dan Risma.
Rukun Nelayan Mina Bahari Pulau Sebesi merupakan organisasi
nelayan yang ada di Pulau Sebesi yang beranggotakan sekitar 100 orang
Kegiatan Risma di Desa Tejang Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
14
3.4 Perekonomian Desa
nelayan. Organisasi ini merupakan organisasi yang melakukan pembinaan
akan arti penting lingkungan dan wadah aspirasi bagi anggotanya.
Karang Taruna merupakan organisasi pemuda yang ada di Desa Tejang
Pulau Sebesi namun saat ini belum begitu aktif hanya lebih banyak bergerak
di bidang olah raga.
KOPTANALA merupakan koperasi yang ada di Desa Tejang Pulau
Sebesi yang saat ini belum aktif dan hanya mengelola hasil Nilam dengan
modal dari investor yang berasal dari Jakarta.
Seksi Keamanan Laut merupakan organisasi yang dibentuk oleh desa
di tiap-tiap dusun pada tahun 1999 atas dasar kesadaran masyarakat akan
arti pentingnya penjagaan lingkungan dari pengrusakan. Organisasi ini
bertugas untuk menjaga laut dari pengrusakan lingkungan yang dilakukan
oleh nelayan luar atau pun nelayan Pulau Sebesi itu sendiri.
Sikam Salamban dan Sikam
Muahi merupakan organisasi sosial yang
beranggotakan beberapa keluarga guna
menghimpun dana untuk digunakan
oleh anggota yang tertimpa musibah
seperti sakit, meninggal dunia dan
keperluan hajatan.
Risma merupakan perkumpulan
pemuda yang berbasis masjid, organisasi
ini berada di tiap-tiap masjid tiap dusun.
Risma melakukan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan hari-hari besar umat
Islam, seperti peringatan Isra’ Mi’raj,
Maulud Nabi, kegiatan Bulan Ramadhan
dan beberapa kegiatan lainnya.
3.4.1 Pertanian dan Perkebunan
Dari seluruh luas daratan Pulau Sebesi, hampir 65 % digunakan
untuk pertanian dan perkebunan. T anaman yang mendominasi
perkebunan dan pertanian di Pulau Sebesi adalah kelapa (Cocos nucifera),
cengkeh (E ugenia aromatica), pisang (Musa paradisiaca), dan padi (Oryza
sativa). Sebenarnya masih banyak tanaman lain seperti terung, kacang
hijau, cabai merah, bayam, melinjo, kakao, jagung, timun, dan nilam.
Namun tanaman ini belum dikelola secara intensif dan bukan hasil utama
pertanian.
Lahan yang dipakai untuk menanam padi merupakan sawah tadah
hujan sedangkan untuk menanam pisang dan sebagian cengkeh merupakan
tumpang sari dengan tanaman kelapa.
Sawah yang tidak ditanami padi akan
ditanami tanaman pertanian lainnya atau
sayuran.
T eknologi yang dipakai dalam
pengolahan lahan dan hasil pertanian
dan perkebunan masih sangat sederhana.
Alat yang dipakai merupakan alat
tradisional. Hasil perkebunan selain
kelapa, cengkeh, kakao, dan pisang tidak
sepenuhnya ditanam untuk dijual, tapi
sebagian dipakai untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Hasil pertanian dan perkebunan
yang berupa kelapa, pisang, melinjo,
padi, jagung, dan timun dijual pada
Proses pengeringan hasil pertanian.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
15
Tabel 3. Jumlah Ternak di Pulau Sebesi
3.4.3 Perikanan
Usaha perikanan yang
Jumlah KK
Jumlah Ternak
No Jenis Ternak
Pemilik
ada di Pulau Sebesi adalah
perikanan tangkap. Jenis
1 Kerbau
4
13
2 Sapi
tangkapan utama adalah
38
88
3 Kambing
99
374
ikan Tenggiri (Scombero-morus
4 Ayam
322
1510
sp.) , Selar (C aranx sp.),
5 Itik
27
107
Tengkurungan(Clupea sp.),
K urisi ( H olocentrum sp.),
Simba (Caranx sp.), Tanjan (Clupea sp.), Tambak (L utjanus sp.), Kakap Merah
(L utjanus sp.), Banyar (Rastrelliger sp.), Cumi-cumi, dan ikan-ikan karang.
Jumlah nelayan yang ada di Pulau Sebesi sebanyak 100 orang yang tersebar
di seluruh dusun yang ada di Pulau Sebesi dan membentuk Rukun Nelayan
Mina Bahari. Alat tangkap yang dipakai nelayan Pulau Sebesi adalah pancing
kotrek, pancing rawe, dan bubu. Nelayan yang menggunakan alat pancing
pengumpul yang ada di Pulau Sebesi. Hasil cengkeh, kopi dan coklat
dijual langsung kepada pembeli yang ada di luar Pulau Sebesi, sedangkan
untuk hasil pertanian dan perkebunan yang berupa nilam dijual pada
pemberi modal melalui koperasi.
Hasil perkebunan yang berupa kelapa mempunyai produktifitas 0,8
ton kelapa basah per hektar. Hasil Survei pada tahun 1998 produksi
kelapa mencapai 1.302 ton atau 977 ton kopra dan produksi cengkeh
mencapai 732,8 ton (Bappeda Lampung dan PKSPL-IPB, 2000).
Tabel 2. Kalender musiman: perkebunan dan pertanian (2001)
3.4.2 Peternakan
Kegiatan peternakan di Pulau Sebesi masih sangat sederhana. Dalam
sehari-harinya, pada pagi hari hewan ternak seperti sapi, kambing dan
kerbau hanya dilepaskan di alam guna mencari makan, selanjutnya di
sore hari dimasukkan ke dalam kandang yang biasanya tidak jauh dari
pemukiman penduduk.
Jenis hewan yang diternak di Pulau Sebesi adalah kerbau, sapi,
kambing, ayam, dan itik. Jumlah total ternak yang ada di Pulau Sebesi di
tampilkan dalam Tabel 3.
Sumber: Monintja, 2000
Alat tangkap yang digunakan nelayan Pulau Sebesi.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
16
memakai perahu jukung dengan motor tempel (gantar) 5,5 PK dengan operasi
penangkapan mulai dari pagi sampai siang. Daerah penangkapan ikan berada
di sekitar tendak (rumpon) yang di pasang di sekitar Pulau Sebesi, nelayan
pancing membuat tendak yang terbuat dari daun kelapa dengan pemberat
pasir dan pelampung yang kemudian ditempatkan pada lokasi yang mereka
inginkan untuk jadi tempat pemancingan. Nelayan yang menggunakan bubu
biasanya memasang bubu pada sore hari atau malam hari kemudian diangkat
pada pagi hari untuk diambil ikannya. Hasil ikan yang ditangkap oleh nelayan
umumnya dijual kepada penampung yang kemudian dijual kepada masyarakat
Pulau Sebesi dan Kalianda dan sebagian kecil dijual langsung ke penduduk.
Tabel 4. Kalender musiman: perikanan (2001)
Kegiatan pengolahan kelapa (Kopra)
Tataniaga hasil tangkapan ikan nelayan sangat sederhana. Ikan
biasanya langsung dijual kepada pengumpul atau dikonsumsi oleh
keluarga nelayan. Nelayan yang diberi modal oleh pengumpul biasanya
menjual hasil tangkapan kepada pengumpul dengan harga yang ditetapkan
oleh pengumpul. Hasil pembelian ikan oleh pengumpul biasanya dijual
kepada penduduk di Desa Tejang Pulau Sebesi dan sebagian dijual di
Kota Kalianda.
Perdagangan hasil pertanian kelapa oleh penduduk biasanya dijual
kepada pengumpul kemudian dijual langsung ke penampung di Cilegon
untuk kemudian dipasarkan di beberapa pasar tradisional di Pulau Jawa
dan sebagian lagi diolah menjadi kopra yang kemudian hasilnya dijual
kepada perusahaan pembuat minyak kelapa di Lampung atau di Pulau
Jawa. Hasil pertanian pisang biasanya dijual langsung oleh petani ke
penampung di Cilegon untuk dijual di pasar tradisional di Pulau Jawa.
3.4.4 Perdagangan
Di Pulau Sebesi belum terdapat pasar sehingga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari diperoleh dengan membeli dari toko atau warung yang
ada di tiap dusun. Jika ingin membeli kebutuhan dalam jumlah banyak atau
kebutuhan yang tidak tersedia di warung atau toko maka penduduk dapat
membelinya di pasar Kota Kalianda atau di Cilegon, Jawa. Di Pulau Sebesi
terdapat Koperasi Tani dan Nelayan (KOPTANALA) yang saat ini belum
aktif dan hanya mengelola hasil Nilam dengan modal dari investor yang
berasal dari Jakarta.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
17
4 . IS U -IS U U T AMA
Isu-isu utama yang dipaparkan merupakan permasalahan yang terjadi di Desa Tejang Pulau Sebesi. Isu-isu utama ini merupakan permasalahan
pokok (utama) yang terjadi di masyarakat yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Isu-isu utama digali dari masyarakat kemudian dikonfirmasi berulangulang sehingga didapat isu yang benar-benar merupakan permasalahan masyarakat. Dari hasil pertemuan berkali-kali dengan masyarakat didapat 7 isu-isu
utama yang terjadi di Desa Tejang Pulau Sebesi yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Lingkungan
s Rusaknya lingkungan pulau kecil
2. Status Kepemilikan Tanah
s Status tanah belum jelas
3. Perekonomian Desa
s Penanganan obyek wisata yang belum optimal
ISU
s Pendapatan masyarakat dari hasil pertanian, perkebunan,
peternakan, dan perikanan kurang memadai
4. Sosial Masyarakat dan Pembangunan Desa
s Rendahnya kualitas sumber daya manusia
s Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat
s Kebijakan pemerintah desa kurang transparan
PENYEBAB
DAMPAK
ALTERNATIF PENANGANAN
1. Lingkungan
Rusaknya lingkungan pulau kecil
a. Aktivitas tidak ramah lingkungan
v Pengeboman dan pembiusan oleh
nelayan luar
v Penebangan kayu di pantai dan puncak
gunung
v Pembuangan sampah sembarangan
v Tumpahan minyak
v Banyaknya alat tangkap yang merusak
lingkungan
v Banyaknya penduduk yang mendirikan
bangunan di garis sempadan pantai
v
v
v
v
v
v
v
Menurunnya hasil tangkapan
Musnahnya biota laut dan terumbu
karang
Konflik antara nelayan pulau dan luar
pulau
Banjir diwaktu musim hujan
Tanah kurang subur
Kekeringan air bersih pada musim
kemarau
Erosi pantai
v
v
v
v
v
v
v
v
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
18
Penyuluhan tentang pentingnya
pelestarian lingkungan
Perlu ada penataan desa (tata ruang)
Dibentuk kelompok pengamanan pantai
dan hutan
Peraturan tentang aktivitas di sekitar
lingkungan pesisir
Koordinasi dengan pihak-pihak terkait
Perlu ada kegiatan penyisiran bahan
peledak dan bius oleh pihak yang
berwenang di daerah Teluk Lampung
Perlu pengkajian ulang tentang
peraturan alat tangkap
Perlu adanya penegakan hukum
ISU
PENYEBAB
DAMPAK
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kelestarian lingkungan
v Belum adanya penyuluhan terhadap
masyarakat
v Rendahnya tingkat pendidikan
v Kurangnya partisipasi masyarakat
v
v
v
v
v
v
Pembuangan limbah sembarang
Penebangan kayu secara liar
Pencemaran dan abrasi laut
Kesejahteraan menurun
Kurangnya kunjungan wisata
Hutan yang sudah rusak menjadi tidak
berfungsi
v
Hal ini berdampak terhadap segala
aktivitas kegiatan masyarakat dan
pemerintah desa seperti kurangnya
ketentraman masyarakat
Setiap kegiatan dan aktivitas masyarakat
yang menyangkut masalah tanah selalu
menimbulkan kontradiksi sesama warga,
sehingga membingungkan pemerintahan
desa dalam mengambil kebijakan
Masyarakat kurang perduli terhadap
pembangunan di wilayahnya
ALTERNATIF PENANGANAN
v
v
v
v
Gotong royong/kerja bakti
Pembuatan tempat sampah
Penegakan aturan/kesepakatan
Masyarakat yang ada dan berladang
di puncak gunung di sarankan untuk
pindah ke pemukiman yang ada di
sekitar desa
v
Dilakukan musyawarah antara
masyarakat desa dengan pemilik
tanah beserta instansi terkait
sebagai mediator yang diharapkan
menghasilkan kesepakatan yang
saling menguntungkan
2. Status Kepemilikan Tanah
Status tanah belum jelas
v
v
v
v
v
Tidak dilaksanakannya keputusan
Mahkamah Agung No. Register 1757
K/SIP/1978 oleh pemerintah, baik
pusat ataupun daerah.
Sebagian masyarakat tidak bisa/tidak
mampu menunaikan kewajibannya
untuk membayar ganti rugi kepada
pemerintah.
Kurangnya perhatian yang serius dari
pemerintah dalam menyelesaikan
permasalahan kepemilikan
v
v
Alokasi dana dari pemerintah
kabupaten untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut masih minim
Status tanah yang belum jelas
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
19
ISU
3.
PENYEBAB
DAMPAK
ALTERNATIF PENANGANAN
Perekonomian Desa
Penanganan obyek wisata yang
belum optimal
v
v
v
v
v
Pendapatan masyarakat dari hasil
pertanian, perkebunan, peternakan,
dan perikanan kurang memadai.
a.
v
v
v
v
v
v
v
Lingkungan (sanitasi) yang kurang
mendukung
Kurangnya dukungan dari Pemerintah
di bidang sarana/prasarana dan
promosi di Pulau Sebesi dalam rangka
menunjang wisata bahari
Kurangnya sarana transportasi yang
cukup memadai dalam rangka
menunjang kegiatan wisata
Kurangnya pendidikan dan partisipasi
masyarakat di bidang kepariwisataan
Rusaknya Potensi Pesisir
Pertanian
Murahnya hasil pertanian
Mahalnya harga pupuk dan pestisida
Kurang pandainya memilih jenis
komoditas tanaman yang cocok
dengan kondisi tanah dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi
Adanya gangguan hama terhadap
daerah pertanian (babi hutan dan
hewan ternak yang diliarkan)
Terbatasnya lahan pertanian
Kurangnya pembinaan dari instansi
terkait tentang teknik pertanian
Adanya hama penyakit tanaman
khususnya tanaman pisang
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Investor dan perbankan enggan
menanamkan modal karena dianggap
kurang potensial
Tidak adanya jaminan/agunan
potensi yang ada sulit dikembangkan
kurang mendapat minat dari wisatawan
Banyak anak putus sekolah setingkat
SMP dan SMU
Kualitas SDM relatif cukup rendah
Sulitnya mendapat lapangan pekerjaan
Pola pikir masyarakat sangat terbatas
sehingga berpengaruh terhadap
pembangunan desa
v
Menurunnya hasil pertanian dan
pendapatan petani
Bertambahnya angka pengangguran
Putusnya pendidikan anak sekolah
Meningkatnya jumlah penduduk miskin
v
v
v
v
v
v
v
v
v
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
20
Melakukan penyuluhan terhadap
masyarakat tentang daerah wisata
dan sanitasi
Meminta dukungan dari investor
dan pemerintah
Pembangunan infrastruktur
Mengembangkan atraksi yang ada
di Pulau Sebesi seperti wisata buru,
memancing, menyelam, panjat
gunung, dan sebagainya
Penyuluhan cara bertani yang benar
Mendatangkan wisata buru secara
teratur dalam rangka
pemberantasan hama babi
Penertiban cara beternak agar tidak
mengganggu tanaman petani dalam
bentuk keputusan desa
Perlu adanya intensifikasi
Memberdayakan koperasi tani yang
ada dan membentuk kelompok tani
Adanya pemberantasan dan
pencegahan hama
ISU
PENYEBAB
b.
v
v
v
v
c.
v
v
d.
v
v
v
v
v
v
v
DAMPAK
Perkebunan
Harga yang selalu tertekan dan tidak
bisa menentukan harga sendiri
Biaya transportasi yang cukup tinggi
Petani tidak bisa, mengolah hasil
produksinya menjadi komoditas yang
siap dikonsumsi dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi
daerah pemasaran yang jauh dari
desa
Peternakan
Para peternak kurang mengerti
terhadap cara beternak yang baik
Ternaknya selalu dilepas sehingga
banyak yang dicederai oleh petani
karena mengganggu serta banyak
yang hilang dan kurang sehat
Perikanan
Alat tangkap nelayan masih sangat
sederhana
Sangat tergantung dengan alam
Hasil tangkapan sangat berkurang
karena lautnya sering dibom, dibius
dan menggunakan jaring trawl/kursin
(purse seine)/gardan yang dilakukan
oleh nelayan luar
Kurangnya dana
Harga jual selalu tertekan
Belum adanya Tempat Pelelangan
Ikan (TPI)
Kurang perhatian dari instansi terkait
v
v
v
v
v
v
ALTERNATIF PENANGANAN
Kurang optimalnya pendapatan petani
kelapa
Semangat buruh pemetik kelapa menjadi
menurun
Sangat sulit mempertahankan
peningkatan taraf hidup secara normal/
wajar
Kesulitan membiayai pendidikan anak
v
v
Hasil peternakan tidak bisa menunjang
kebutuhan hidup sehari-hari
Hewan yang dilepas sangat mengganggu
kenyamanan penduduk dan wisatawan
yang datang
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Penghasilan nelayan sangat kecil
Tidak bisa melaut karena alam
Semangat nelayan menjadi menurun
Rendahnya tingkat sosial ekonomi
nelayan
v
v
v
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
21
Memberdayakan koperasi yang ada
pembentukan asosiasi dan
kemitraan antara petani kelapa,
koperasi dan pengusaha kelapa
Mengembangkan industri rumah
tangga minyak kelapa
Mengembangkan limbah-limbah
kelapa yang terbuang menjadi
komoditas yang mempunyai nilai
jual yang tinggi (Agrobisnis)
Penyuluhan tentang beternak
Penyelesaian yang baik secara
musyawarah
Adanya peraturan desa tentang
beternak
Keamanan harus ditingkatkan
Diberdayakan koperasi nelayan
yang ada terutama koperasi simpan
pinjam
Mengupayakan perbaikan alat
tangkap menjadi lebih baik
Mengupayakan budidaya ikan laut
diolah oleh koperasi yang ada
ISU
PENYEBAB
DAMPAK
ALTERNATIF PENANGANAN
3. Sosial Masyarakat dan Pembangunan Desa
Rendahnya pendidikan dan rendahnya
kualitas Sumberdaya Manusia
v
v
v
Rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat
v
v
v
Kurangnya transparansi kebijakan
pemerintah desa
v
v
Kurangnya sarana dan prasarana
pendidikan setingkat SMP dan SMU
Kurangnya kesadaran masyarakat akan
arti pentingnya pendidikan
Kurang tanggapnya pemerintahan desa
akan sarana dan prasarana pendidikan
setingkat SMP dan SMU
v
Sarana dan prasarana kesehatan
(Puskemas Pembantu) yang terbatas
Minimnya sarana komunikasi antar
penduduk (jarak yang cukup jauh)
Kurangnya kesadaran masyarakat akan
arti penting kesehatan
v
Kurangnya koordinasi antara pejabat
pemerintah desa
Kurang tanggapnya pejabat pemerintah
desa akan aspirasi yang berkembang di
masyarakat
v
v
v
v
v
Banyak anak putus sekolah setingkat
SMP dan SMU
Kualitas sumberdaya manusia relatif
cukup rendah
Sulitnya mendapat lapangan pekerjaan
Pola pikir masyarakat sangat terbatas
sehingga berpengaruh terhadap
pembangunan desa
v
Terlambatnya pertolongan pertama
terhadap pasien karena lokasi berjauhan
Lambatnya penanggulangan penyakit
menular
v
Perlu adanya koordinasi lintas
sektoral tentang penanganan bidang
kesehatan
Munculnya gejolak sosial dan
ketidakpercayaan terhadap aparat desa
v
Perlu adanya keterbukaan/
transparansi dari pemerintah desa
Perlu adanya koordinasi antar aparat
v
v
v
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
22
Perlu adanya pengusulan
penambahan sarana dan prasarana
pendidikan setingkat SMP dan
SMU baik formal maupun informal
Perlu adanya perhatian serius
dinas pendidikan kabupaten
Perlu adanya penyuluhan tentang
arti pentingnya pendidikan
5 . U S AH A-U S AH A YAN G D IL AK U K AN OL E H MAS YAR AK AT
DAL AM P E N AN GAN AN IS U
Berdasarkan isu-isu yang berkaitan dengan pengelolaan pulau kecil,
masyarakat Pulau Sebesi telah mencoba menangani isu-isu yang ada di
Pulau Sebesi dan sebagian penanganan difasilitasi oleh Proyek Pesisir
PKSPL-IPB.
1. Sosial dan E konomi Masyarakat
Banyaknya masalah sosial masyarakat dan pembangunan desa yang
timbul di masyarakat mengakibatkan resahnya masyarakat dan terhambatnya pembangunan desa. Beberapa kegiatan telah dilakukan oleh masyarakat
guna menanggulangi permasalahan sosial masyarakat dan pembangunan desa.
Pembuatanrumpon bersama oleh nelayan.
D alam menanggulangi masalah pendidikan telah dilakukan
pendataan anak usia sekolah yang ada di Desa Tejang Pulau Sebesi guna
mengetahui berapa anak usia sekolah yang membutuhkan bantuan
pendidikan, musyawarah untuk biaya pendidikan sehingga biaya tersebut
dapat terjangkau, dan upaya agar ada tambahan guru untuk jadi pengajar
di Desa Tejang Pulau Sebesi.
Dalam menanggulangi masalah pertanian, perkebunan, dan perikanan
dilakukan pembasmian hama dan pembuatan rumpon oleh organisasi
nelayan.
Dalam menanggulangi masalah kesehatan dilakukan pembuatan MCK
sebagai sarana sanitasi umum, pembuatan POSYANDU, imunisasi, dan
penyuluhan Keluarga Berencana.
Kegiatan POSYANDU.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
23
2. Lingkungan
Permasalahan lingkungan di Pulau Sebesi merupakan masalah yang
kurang diperhatikan karena dampaknya tidak langsung, maka Proyek
Pesisir PKSPL IPB berusaha memfasilitasi untuk penanganan masalah
lingkungan.
Dalam usaha mengembalikan kondisi terumbu karang yang telah rusak
maka masyarakat difasilitasi untuk membuat Daerah Perlindungan Laut
berbasis masyarakat. Daerah perlindungan laut tersebut dikelola dan
diawasi oleh masyarakat. Dalam Daerah Perlindungan Laut juga berlaku
peraturan yang mengikat masyarakat desa dan luar desa. Selain itu juga
diadakan penyuluhan di masyarakat tentang lingkungan dan manfaatnya
Penyuluhan tentang terumbu karang.
bagi seluruh masyarakat. Penyuluhan dilakukan dalam bentuk formal
dan informal. Penyuluhan formal dilakukan melalui pertemuanpertemuan di tingkat desa ataupun tingkat dusun.
D alam rangka mengamankan daerah mereka masyarakat juga
berusaha melakukan penangkapan terhadap nelayan pengrusak seperti
bom, bius, trawl dan lain-lain. Usaha penangkapan tersebut dilakukan
dengan cara operasi pengamanan laut selama satu hari mengelilingi Pulau
Sebesi.
Musyawarah dalam rangka menyelesaikan konflik jalur penangkapan.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
24
6 . P R OS P E K P E N GE MB AN GAN D AE R AH P E R L IN D U N GAN L AU T P U L AU S E B E S I
Daerah Perlindungan Laut (DPL) merupakan kawasan laut yang
ditetapkan dan diatur sebagai daerah “larang ambil”, secara permanen
tertutup bagi berbagai aktivitas pemanfaatan yang bersifat ekstraktif/
pengambilan. DPL yang berbasis masyarakat adalah DPL yang dikelola
oleh masyarakat setempat dengan dukungan pemerintah daerah selama
proses perencanaan dan pelaksanaan operasional pengelolaan. Pengembangan model DPL di Pulau Sebesi merupakan salah satu implementasi
pengelolaan pesisir secara terpadu yang merupakan program percontohan
yang dilaksanakan di Teluk Lampung.
Proyek Pesisir PKSPL IPB memfasilitasi pengembangan model
tersebut di tingkat desa dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
Masyarakat sebagai pengelola DPL memiliki peran serta yang sangat
penting dalam pengembangan model, karena keberhasilan pengembangan
model terletak di tangan masyarakat. Pihak-pihak terkait lainnya
merupakan unsur pendukung yang tak kalah pentingnya dalam
pengembangan model DPL seperti; pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten, kecamatan, pemerintah desa dan organisasi non formal yang
ada dimasyarakat. Program fasilitasi dari Proyek Pesisir PKSPL IPB
untuk pengembangan model DPL Pulau Sebesi dimulai sejak Maret 2001.
Dalam tahap selanjutnya, diharapkan masyarakat Pulau Sebesi sudah
mampu melakukan pengelolaan secara mandiri terhadap sumber daya
alam pesisir yang ada di Pulau Sebesi khususnya dalam DPL serta
memperoleh manfaat hasil pengelolaan secara lestari tersebut.
Kegiatan yang telah dilaksanakan di Pulau Sebesi dalam rangka
mendukung pengembangan model D PL antara lain penelitian
tentang kondisi sumberdaya baik sumberdaya fisik ataupun
sumberdaya manusia yang meliputi; pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, lingkungan, masyarakat, aktivitas
perempuan, kesehatan, wisata,dan beberpa penelitian lainnya.
Selain itu juga dilakukan penguatan kelembagaan non
formal di Pulau Sebesi, penyuluhan masyarakat tentang
lingkungan, dan beberapa aktivitas awal yang
disesuaikan kebutuhan di tingkat masyarakat
serta beberapa penelitian guna mendukung
kebijakan yang akan dipakai dalam
pengembangan model DPL.
Respon masyarakat Pulau Sebesi
dalam pengembangan model DPL Pulau
Sebesi cukup baik, hal ini ditunjukkan
dengan antusiasnya masyarakat dalam
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
25
mengikuti pelatihan, pertemuan, penyuluhan dan gotong royong yang
difasilitasi oleh Proyek Pesisir PKSPL IPB.
Permasalahan yang timbul dalam pengembangan model DPL adalah
tentang kurangnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan, sanitasi dan
kesadaran masyarakat tentang pengembangan DPL yang manfaatnya
ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ada di Pulau Sebesi
Sampai saat ini masyarakat Pulau Sebesi telah menyepakati adanya
DPL yang terletak pada empat lokasi dan dikelola oleh Badan Pengelola
DPL yang dibentuk oleh masyarakat. Selain Pengembangan DPL Proyek
Pesisir juga memfasilitasi pemetaan isu yang berkembang di masyarakat
Pulau Sebesi.
Tahap setelah pemetaan isu adalah pembuatan
perencanaan pembangunan desa (management
plan) yang bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan
yang ada di Desa Tejang Pulau Sebesi. Kemudian setelah pembuatan
rancangan pembangunan desa yang perlu dilakukan adalah monitoring
dan evaluasi pelaksanaan rancangan pembangunan desa. Seiring dengan
akan berakhirnya program Proyek Pesisir PKSPL IPB maka program
dampingan Desa Tejang Pulau Sebesi secara bertahap akan dilakukan
lembaga swadaya masyarakat ataupun lembaga pemerintah yang akan
secara kontinyu mendampingi masyarakat dalam pengelolaan wilayah
pesisir yang ada di Pulau Sebesi sampai cita-cita masyarakat Pulau Sebesi
dapat tercapai dalam mengelola wilayah pesisir.
Sampai saat ini program pengembangan model Daerah Perlindungan
Laut sesuai yang diharapkan hal ini terutama karena didukung penuh
oleh masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi yang ditunjukkan dengan
adanya keaktifan masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan
yang difasilitasi oleh Proyek Pesisir PKSPL - IPB dan
mempunyai inisiatif dalam mengembangkan
program yang direncanakan.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
26
D AF T AR P U S T AK A
B appeda Lampung dan PK SPL IPB . 2000. Penyusunan Rencana
Pengembangan kawasan Pulau-Pulau (P. Tabuan, P. Legundi dan P.
Sebesi). Propinsi Lampung. Laporan Akhir. PKSPL-IPB. Bogor.
Wahyu, D. 2001 Inventarisasi Tumbuhan Penyusun Vegetasi Pantai di
Pulau Sebesi Kecamatan Kalianda. FMIPA-Unila (Laporan kerja
praktik). Bandar Lampung. 24 halaman.
Black, M., B. Wiryawan, H.A. Susanto. 2000. Coral Reef and Coastal Survey
at Potential Marine Sanctuary Sites in Lampung Bay. Proyek Pesisir Publication, Technical Report TE - 01/13 - EI. Coastal Resources Center,
University of Rhode Island. Jakarta. Indonesia. 26 pages.
Wibowo, A. D. 2001. Pola Pertanian dan Pemanfaatan Lahan di Dusun
III Segenom Desa Pulau Sebesi. FMIPA-Unila (Laporan kerja praktik).
Bandar Lampung. 24 halaman.
Wiryawan, B., B. Marsden, H. A. Susanto, A. K. Mahi, M. Ahmad, H.
Puspitasari. 1999. Atlas Sumber daya Wilayah Pesisir Lampung.
Kerjasama PEMDA Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir (Coastal
Resources Center, University of Rhode Island dan Pusat kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor). Bandar
Lampung. Indonesia. 109 halaman.
CRMP 1998 (i). Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung. Proyek
Pesisir Publication, Technical Report (TE - 99/12/I) Coastal Resources
Center, University of Rhode Island. Jakarta, Indonesia. 28 halaman.
Monintja, D.R. 2000. Pemanfatan Pesisir dan Laut untuk Kegiatan
Perikanan Tangkap dalam Prosiding Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan
Wilayah Pesisir Terpadu. PKSPL-IPB. Bogor. 156 halaman.
Wiryawan, B., H. Puspitasari, A.K. Mahi, M. Ahmad, H. A. Susanto. 2001.
Profil Sumberdaya Wilayah Pesisir Desa Desa Pematang Pasir,
Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan. Penerbitan Khusus Proyek
Pesisir, Coastal Resources Center, University of Rhode Island,
Narraganset, Rhode Island, USA. 28 halaman.
Darmastuti, A., B. Wiryawan, H.A. Susanto. 2001. Profil Sumberdaya
Perempuan Desa Tejang Pulau Sebesi Kecamatan Rajabasa, Lampung
Selatan. Proyek Pesisir Publication, Technical Report TE - 01/14 - I.
Coastal Resources Center, University of Rhode Island. Jakarta. Indonesia. 79 halaman.
Wisudo, S.H, E.S. Wiyono, F. Purwangka, B. Wiryawan, H.A. Susanto.
2001. Baseline Study Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan di Pulau-pulau
Kecil Teluk Lampung. Proyek Pesisir Publication, Technical Report
TE - 01/11 - I. Coastal Resources Center, University of Rhode Island. Jakarta. Indonesia. 41 halaman.
Hadiyanto, S. 2001. Inventarisasi Jenis-Jenis Ganggang Laut dan Lamun
Laut di Perairan Pantai Sebesi, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan.
FMIPA-Unila (Laporan kerja praktik). Bandar Lampung. 27 halaman.
Pemda Propinsi Lampung. 2000. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah
Pesisir Lampung. Kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung
dengan Proyek Pesisir Lampung dan PKSPL-IPB. Bandar Lampung.
Indonesia. 96 halaman.
Yulianto, I., E. Kuslati, B. Wiryawan, H.A. Susanto. 2001. Pemetaan
Kondisi Terumbu Karang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa Lampung
Selatan. Proyek Pesisir Publication, Technical Report TE - 01/15 - I.
Coastal Resources Center, University of Rhode Island. Jakarta. Indonesia. 60 halaman.
Tangkilisan, N., V. Samuel, F. Masambe, E. Mungga, I. Makaminang, M.
Tahumil, S. Tompoh. 1999. Profil Sumberdaya Wilayah Pesisir Desa
Talise, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Penerbitan Khusus Proyek Pesisir, Coastal Resource Center, University of Rhode Island, Narraganset, Rhode Island, USA. 28 halaman.
Zakaria, W. A., B. Wiryawan. 2001. Studi Sosial, Ekonomi, dan Teknologi
Pertanian pada Beberapa Pulau di Teluk Lampung. Proyek Pesisir
Publication, Technical Report TE - 01/12 - I. Coastal Resources Center, University of Rhode Island. Jakarta. Indonesia. 44 halaman.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
27
L AMP IR AN
LAMPIRAN 1
Daftar Pertemuan dan Kegiatan Utama
Bulan
Tahun
Minggu
Agustus
2000
IV
Diskusi hasil survei penentuan lokasi Daerah Perlindungan Laut
Bappeda
September
2000
Oktober
November
2000
2000
I
I
II
III
Sosialisasi
Sosialisasi
Sosialisasi
Sosialisasi
Rumah Kepala Desa
Balai Desa
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Februari
Maret
2001
2001
I-IV
II
III
Sosialisasi Proyek Pesisir dan Program Daerah Perlindungan Laut
Pemetaan terumbu karang Pulau Sebesi
Kunjungan dari mahasiswa Program Pasca Sarjana IPB
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
April
2001
Mei
2001
IV
III-IV
III
Peresmian pusat informasi pesisir masyarakat Pulau Sebesi
Pertemuan masyarakat: pengembangan program Daerah Perlindungan Laut
Pertemuan masyarakat: pengembangan program Daerah Perlindungan Laut
Dusun Tejang
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
2001
III
IV
I
Pelatihan monitoring terumbu karang
Studi peranan wanita Desa Tejang Pulau Sebesi
Pertemuan Rukun Nelayan Mina Bahari Desa Tejang
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Dusun Tejang
Juli
2001
II
III-IV
II-III
Pertemuan masyarakat: pengembangan program Daerah Perlindungan Laut
Pelatihan kader pengelolaan pesisir terpadu
Survei kependudukan Desa Tejang Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Bandar Lampung
Pulau Sebesi
Agustus
2001
IV
I
II
Pelatihan monitoring terumbu karang
Survei kependudukan Desa Tejang Pulau Sebesi
Studi banding pengelolaan Daerah Perlindungan Laut ke Sulawesi Utara
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Manado
September
2001
II-III
I-IV
II-III
IV
Partisipasi peringatan hari kemerdekaan RI
Survei terumbu karang dan penggunaan lahan pulau (Intern Program)
Pertemuan Rukun Nelayan Mina Bahari dan sosialisasi hasil studi banding Daerah Perlindungan Laut
Gotong Royong membuat tanda Daerah Perlindungan Laut
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Dusun Regahan Lada
Dusun Regahan Lada
Oktober
2001
I-IV
IV
Survei terumbu karang dan penggunaan lahan pulau (Intern Program)
Pertemuan pengembangan peraturan desa tentang Daerah Perlindungan Laut
Pulau Sebesi
Dusun Tejang
Juni
Kegiatan
Proyek
Proyek
Proyek
Proyek
Pesisir
Pesisir
Pesisir
Pesisir
dan
dan
dan
dan
Program
Program
Program
Program
Daerah
Daerah
Daerah
Daerah
Perlindungan
Perlindungan
Perlindungan
Perlindungan
Tempat
Laut
Laut
Laut
Laut
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
28
Bulan
Tahun
Minggu
November
2001
I-IV
Survei terumbu karang dan penggunaan lahan pulau (Intern Program)
Pulau Sebesi
I
I
I
I
Pertemuan pengembangan peraturan desa tentang Daerah Perlindungan Laut
Pelatihan monitoring terumbu karang
Pertemuan penentuan lokasi Daerah Perlindungan Laut di Dusun Regahan Lada
Pertemuan Rukun Nelayan Mina Bahari dengan Dinas Kelautan Lampung Selatan
Dusun Tejang
Pulau Sebesi
Dusun Regahan Lada
Dusun Tejang
I
II
II
Pertemuan masyarakat: pengembangan program Daerah Perlindungan Laut, aturan dan Badan Pengelola
Pembentukan Badan Pengelola Daerah Perlindungan Laut
Sosialisasi Daerah Perlindungan Laut dengan masyarakat Sianas
Dusun Tejang
Dusun Tejang
Sianas
II
II
IV
Penurunan pemberat dan pelampung tanda Daerah Perlindungan Laut
Pertemuan penentuan lokasi Daerah Perlindungan Laut di Dusun Tejang
Gotong royong membuat tanda Daerah Perlindungan Laut
Dusun Regahan Lada
Dusun Tejang
Dusun Tejang
IV
I
II
Pertemuan pemuda: sosialisasi program Daerah Perlindungan Laut
Pembuatan papan informasi Daerah Perlindungan Laut
Pertemuan pengembangan peraturan desa tentang Daerah Perlindungan Laut
Dusun Regahan Lada
Dusun Regahan Lada
Dusun Tejang
II
III-IV
IV
Pengesahan Badan Pengelola
Gotong Royong membuat tanda Daerah Perlindungan Laut
Pertemuan penentuan lokasi Daerah Perlindungan Laut di Dusun Segenom
Dusun Tejang
Pulau Sebesi
Dusun Segenom
IV
IV
IV
IV
Kunjungan dari mahasiswa Program MSP - FPIK - IPB
Kunjungan dari Australian-Indonesian Youth Exchange Program
Pengesahan Keputusan Desa tentang aturan Daerah Perlindungan Laut
Pertemuan nelayan
Pulau Sebesi
Pulau Sebesi
Dusun Tejang
Dusun Tejang
I-IV
I
I
Survei awal Daerah Perlindungan Laut
Pembahasan isu-isu desa di tingkat dusun (Tejang)
Pembahasan isu-isu desa di tingkat dusun (Regahan Lada)
Pulau Sebesi
Dusun Tejang
Dusun Regahan Lada
II
III
III
Pembahasan isu-isu desa di tingkat dusun (Segenom)
Pembahasan isu-isu desa di tingkat desa
Pelatihan manta tow
Dusun Segenom
Balai Desa Tejang
Pulau Sebesi
IV
Pelatihan organisasi non formal
Balai Desa Tejang
Desember
Januari
Februari
2001
2002
2002
Kegiatan
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
29
Tempat
LAMPIRAN 2
Data Kependudukan Pulau Sebesi.
Tabel Komposisi Penduduk
Dusun
0-5
6-12
13-15
16-18
19-59
>59
Total
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
Bangunan
27
27
31
32
14
12
21
19
119
109
5
11
427
Inpres
36
30
45
49
14
23
13
19
119
117
9
9
483
R.Lada
49
39
47
40
17
19
22
23
174
164
9
8
611
Segenom
18
35
38
46
25
21
22
22
132
125
5
5
494
Total
130
131
161
167
70
75
78
83
544
515
28
33
2015
%
6.45
6.5
7.99
8.28
3.47
3.72
3.87
4.11
27
25.5
1.39
1.63
100
Total
261
328
145
161
1059
61
2015
%
13.0
16.3
7.2
8.0
52.6
3.0
100
Tabel Komposisi Pekerjaan
Tabel Kondisi Pendidikan
Dusun
SD
SMP
SMA
PT
Total
Bangunan
250
72
11
7
340
Tejang
R. Lada
Segenom
303
376
376
88
56
46
22
37
13
0
1
1
413
470
436
Total
1305
262
83
9
1659
%
78.6618
15.8
5
0.5
100
Dusun
Petani
Pekerjaan
Buruh Nelayan Pedagang Wiraswasta
PNS
Tejang*
31
169
41
7
14
7
269
R. Lada
25
128
38
0
21
0
212
Segenom
54
68
28
2
7
0
159
Total
110.0
365.0
46.0
9.0
42.0
7.0
640.0
%
8.69
28.83
3.63
0.71
3.32
0.55
100
*Gabungan dari dua dusun (dusun Inpres dan Bangunan).
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
30
Total
Tabel Komposisi Suku
Dusun
Lampung
Jawa
Sunda
Suku
Batak Betawi
Padang
Palembang
Bima
Total
Bangunan
36
323
46
0
2
7
1
0
415
Tejang
16
421
19
6
0
0
1
8
471
R. Lada
226
237
91
5
0
0
0
0
559
Segenom
349
151
0
1
0
0
0
0
501
Total
627
1132
156
12
2
7
2
8
1946
%
32.2
58.2
8.0
0.6
0.1
0.4
0.1
0.4
100.0
Tabel Data Penyakit Pada Puskesmas Pembantu Desa Tejang Pulau Sebesi (1999-2000)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Penyakit
Jumlah
Peyakit lain pada saluran pernafasan atas
Infeksi Penyakit kulit
Malaria klinis
Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
Bronchitis
Penyakit akut lain pada sistem pernafasan bagian atas
Infeksi penyakit usus lain
Diare
Penyakit kulit alergi
Disentri
Total
361
292
260
226
200
182
186
104
83
37
1931
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
31
Persentase
18.6
15.1
13.5
11.7
10.3
9.4
9.6
5.4
4.3
2.1
100
LAMPIRAN 3
Keputusan Kepala Desa Tejang Pulau Sebesi Tentang Daerah Perlindungan Laut
SURAT KE PUTUSAN KE PALA DE SA TE JANG PULAU SE BE SI
NOMOR : 140/ 02/ KD-TPS/ 16.01/ I/ 2002
TE NTANG
ATURAN DAE RAH PE RLINDUNGAN LAUT
Menimbang:
a. Adanya Daerah Perlindungan Laut di Desa Tejang Pulau Sebesi yang bertujuan untuk melindungi kawasan terumbu karang.
b. Hasil musyawarah pada hari Jumat, 25 Januari 2002 di Balai Desa Tejang yang dihadiri oleh aparat Desa Tejang, Badan Perwakilan Desa, dan beberapa
tokoh masyarakat untuk menentukan aturan Daerah Perlindungan Laut.
Mengingat:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya.
2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia.
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian dan/atau Perusakan Laut.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
9) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 32 tahun 2000 Tentang Peraturan Desa.
Dengan Persetujuan Badan Perwakilan Desa
Memutuskan
Menetapkan: Aturan Daerah Perlindungan Laut
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
32
BAB I
KE TE NTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Masyarakat Desa adalah seluruh penduduk Desa Tejang Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku.
2. Nelayan adalah penduduk yang pekerjaannya sebagai pencari ikan di laut yang berasal dari desa dan atau luar Desa Tejang.
3. Badan Pengelola Daerah Perlindungan Laut adalah organisasi masyarakat yang dibentuk melalui keputusan bersama masyarakat, dengan surat keputusan
Kepala Desa
4. Daerah Perlindungan Laut adalah bagian pesisir dan laut tertentu yang termasuk dalam daerah administratif Pemerintahan Desa Tejang.
BAB II
CAKUPAN DAE RAH PE RLINDUNGAN LAUT
Pasal 2
1. Daerah Perlindungan Laut terdiri dari 4 lokasi yang ada di pesisir Pulau Sebesi yang bernama Kebon Lebar dan Sianas, Pulau Sawo, Pulau Umang, dan
Kayu Duri.
2. Batas lokasi Daerah Perlindungan Laut Kebon Lebar dan Sianas adalah:
a. Titik batas I merupakan titik batas antara Regahan Lada dan Kebon Lebar.
b. Titik batas II merupakan titik yang berjarak 200 meter ke arah laut dari titik batas I.
c. Titik batas III merupakan daerah Sianas yang bernama Sianas.
d. Titik batas IV merupakan titik yang berjarak 200 meter ke arah laut dari titik batas III.
e. Garis yang menghubungkan titik batas II dan IV merupakan garis lengkung yang mengikuti garis pantai.
3. Batas lokasi Daerah Perlindungan Laut Pulau Sawo adalah seluruh kawasan terumbu karang yang ada di Pulau Sawo.
4. Batas lokasi Daerah Perlindungan Laut Pulau Umang adalah seluruh kawasan terumbu karang di sekitar Pulau Umang.
5. Batas lokasi Daerah Perlindungan Laut Kayu Duri adalah:
a. Titik batas I merupakan titik yang bernama Pekonampai.
b. Titik batas II merupakan titik yang berjarak 100 meter ke arah laut dari titik batas I.
c. Titik batas III merupakan daerah yang bernama Kayu Duri.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
33
d. Titik batas IV merupakan titik yang berjarak 100 meter ke arah laut dari titik batas III.
e. Garis yang menghubungkan titik batas II dan IV merupakan garis lengkung yang mengikuti garis pantai.
Pasal 3
Zona penyangga merupakan daerah di sekitar Daerah Perlindungan Laut dengan radius sejauh 50 meter.
BAB III
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BADAN PE NGE LOLA
Pasal 4
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Badan Pengelola yang dibentuk bertugas membuat perencanaan pengelolaan Daerah Perlindungan Laut yang disetujui oleh masyarakat.
Badan Pengelola bertanggung jawab dalam perencanaan lingkungan hidup untuk pengelolaan Daerah Perlindungan Laut yang berkelanjutan.
Badan Pengelola yang dibentuk bertugas untuk mengatur, menjaga pelestarian dan pemanfaatan daerah yang dilindungi untuk kepentingan masyarakat.
Badan Pengelola berhak melakukan penangkapan terhadap pelaku yang terbukti melanggar ketentuan dalam keputusan ini.
Badan Pengelola berhak melaksanakan pengamanan atas barang dan atau alat-alat yang dipergunakan sesuai ketentuan yang berlaku dalam
keputusan ini.
BAB IV
KE WAJIBAN DAN HAL-HAL YANG DIPE RBOLE HKAN
Pasal 5
Setiap penduduk desa wajib menjaga, mengawasi, dan memelihara kelestarian daerah pesisir dan laut yang dilindungi.
Setiap penduduk desa dan atau kelompok mempunyai hak dan bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam perencanaan pengelolaan lingkungan
hidup di daerah yang dilindungi.
Setiap orang atau kelompok yang akan melakukan kegiatan dan atau aktivitas dalam Daerah Perlindungan (Zona Inti), harus terlebih dahulu melapor
dan memperoleh ijin dari Badan pengelola.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam daerah yang dilindungi (Zona Inti), adalah kegiatan orang-perorang dan atau kelompok, yaitu penelitian dan
wisata, terlebih dahulu melapor dan memperoleh ijin dari Badan Pengelola, dengan membayar biaya pengawasan dan perawatan, yang akan ditentukan
kemudian oleh Badan pengelola.
Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam Zona Penyangga, adalah pemanfaatan terbatas oleh nelayan.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
34
BAB V
TATA CARA PE MUNGUTAN DAN PE NE RIMAAN DANA
Pasal 6
1. Dana yang diperoleh dari kegiatan dalam daerah perlindungan, diperuntukkan sebagai dana pendapatan untuk pembiayaan petugas atau kelompok
pengawasan/patroli laut, pemeliharaan rumah/menara pengawas, pembelian peralatan penunjang seperti pelampung, bendera laut dan biaya lain-lain
yang diperlukan dalam upaya perlindungan daerah pesisir dan laut, dan tata cara pemungutannya oleh petugas yang ditunjuk melalui keputusan
bersama Badan Pengelola Daerah Perlindungan Laut.
2. Dana-dana lain yang diperoleh melalui bantuan dan partisipasi pemerintah dan atau organisasi lain yang tidak mengikat yang dipergunakan sebesarbesarnya untuk kepentingan pengelolaan Daerah Perlindungan Laut.
BAB VI
HAL-HAL YANG TIDAK DAPAT DILAKUKAN ATAU DILARANG
Pasal 7
Semua bentuk kegiatan yang dapat mengakibatkan perusakan lingkungan dilarang dilakukan di daerah pesisir dan laut yang sudah disepakati dan
ditetapkan bersama untuk dilindungi (Zona Inti dan Zona Penyangga).
Pasal 8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hal-hal yang tidak dapat dilakukan/dilarang dalam zona inti sebagai berikut :
Melintasi/melewati/menyebrangi Daerah Perlindungan Laut kecuali darurat.
Memancing/menangkap ikan dengan segala jenis alat tangkap.
Mengambil biota hewan dan tumbuhan yang hidup ataupun mati.
Menarik ikan dengan sengaja menggunakan lampu di sekitar Daerah Perlindungan Laut pada malam hari.
Membuang jangkar di sekitar Daerah Perlindungan Laut.
Memelihara rumput laut dan ikan karang di sekitar Daerah Perlindungan Laut.
Menempatkan bagan di sekitar Daerah Perlindungan Laut.
Membuang sampah di sekitar Daerah Perlindungan Laut.
Melakukan penambangan di Daerah Perlindungan Laut.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
35
Pasal 9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hal-hal yang tidak dapat dilakukan/dilarang dalam zona penyangga sebagai berikut :
Menangkap ikan dengan segala jenis alat tangkap kecuali pancing dan panah.
Mengambil biota hewan dan tumbuhan yang hidup ataupun mati kecuali ikan.
Menarik ikan dengan sengaja menggunakan lampu pada malam hari.
Memelihara rumput laut dan ikan karang.
Membuang sampah.
Melakukan penambangan.
BAB VII
SANKSI
Pasal 10
1. Barang siapa melakukan perbuatan melanggar ketentuan pasal 7, 8 dan 9 dikenakan sanksi tingkat pertama berupa permintaan maaf oleh pelanggar,
mengembalikan semua hasil yang diperoleh dari Daerah Perlindungan Laut dan atau diamankan, dan menandatangani surat pernyataan tidak akan
mengulangi lagi pelanggaran yang dilakukan di hadapan aparat desa, Badan Pengelola dan masyarakat.
2. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan kedua kalinya seperti yang ditentukan dalam pasal 7, 8 dan 9 dikenakan sanksi tingkat kedua yaitu
sanksi berupa denda berupa sejumlah uang yang akan ditentukan kemudian dalam aturan badan pengelola dan mengamankan semua peralatan yang
dipakai dalam pelanggaran aturan Daerah Perlindungan Laut.
3. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan ketiga kalinya seperti yang ditentukan dalam pasal 7, 8 dan 9 dikenakan sanksi tingkat ketiga yaitu
sanksi berupa denda berupa sejumlah uang yang akan ditentukan kemudian dalam aturan badan pengelola, mengamankan semua peralatan yang
dipakai dalam pelanggaran aturan Daerah Perlindungan Laut dan diwajibkan melakukan pekerjaan sosial untuk kepentingan masyarakat (kerja bakti,
membetulkan MCK, dll.) atau sanksi lain yang ditentukan kemudian oleh aparat dan masyarakat desa.
4. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan seperti yang ditentukan dalam pasal 7, 8 dan 9 lebih dari tiga kali dikenakan sanksi-sanksi berupa
sanksi seperti pasal 10 ayat (3) di atas, dan kemudian diserahkan kepada pihak kepolisian sebagai penyidik, untuk diproses sesuai dengan ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
36
BAB VIII
PE NGAWASAN
Pasal 11
1. Daerah yang dilindungi adalah merupakan daerah pesisir dan laut yang telah dipilih dan disetujui bersama oleh seluruh masyarakat Desa Tejang.
2. Daerah yang dilindungi dijaga kelestariannya untuk kepentingan masyarakat Desa Tejang.
3. Setiap anggota masyarakat berkewajiban melaporkan kepada Badan Pengelola atau Pemerintah Desa, apabila mengetahui tindakan-tindakan perusakan
lingkungan dan lain-lain yang dilakukan oleh orang-perorang dan atau kelompok, sehubungan dengan pelestarian Daerah Perlindungan.
BAB IX
PE NUTUP
Pasal 12
1. Hal hal yang belum diatur dalam keputusan Desa ini sepanjang mengenai pelaksanaan Perlindungan Daerah Pesisir dan Laut, akan diatur lebih lanjut
dengan keputusan Musyawarah Desa.
2. Keputusan Masyarakat Desa ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Demikian keputusan Masyarakat Desa Tejang, tentang Perlindungan Daerah Pesisir dan Laut sudah dibuat dengan benar dan apabila dipandang perlu
dapat disempurnakan kembali sesuai musyawarah dengan suatu keputusan bersama masyarakat dan Pemerintah Desa Tejang, dalam jangka waktu yang
tidak ditentukan.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan segala sesuatunya akan diperbaiki
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Menyetujui,
Ketua BPD Tejang Pulau Sebesi
ttd
(Syaifullah HFF.)
: Pulau Sebesi
: 28 Januari 2002
Kepala Desa Tejang Pulau Sebesi
ttd
(P. Noor Alam)
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
37
LAMPIRAN 4
Peta Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi
PR OF I L S UMBE R DAYA PULAU S E BE S I
38