LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIQUID
“SUSPENSI PARACETAMOL”
Laporan disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Teknologi Formulasi Sediaan Liquid yang dibina Bapak Yuli Ainun Najih, M.Farm., Apt.
Oleh:
Mutholiatul Masyrifah (13670037)
Muhammad Alfen Hidayat (13670047)
Nur Imamah Utaminingtyas (13670052)
Faiqotul Choiroh (13670057)
Abdul Syakur Mustofa (13670060)
Man Kovy (13670057)
Ilham Kadeng (13670057)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Teknologi Formulasi Sediaan Liquid yang berjudul ”Suspensi Paracetamol” ini dengan lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dan penilaian mata kuliah Praktikum Teknologi Formulasi Sediaan Liquid.
Kami mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Yuli Ainun Najih, M.Farm dan Hajar Sugihantoro, S.Farm.,Apt.,M.P.H selaku dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Formulasi Sediaan Liquid
Semua pihak yang membantu hingga makalah ini selesai
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari sistematika, isi , penulisan dan lain-lain. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa S1-Farmasi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Malang, 15 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori................................................................ 3
2.2 Tinjauan Bahan..................................................................... 11
BAB III RANCANGAN PREFORMULASI DAN FORMULASI
3.1 Pre Formulasi………………………………………………………15
3.2 Formulasi ………………………………………………………….18
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………..20
BAB V PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………………. 24
3.2 Saran ...24
DAFTAR PUSTAKA …25
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent. Syarat & syarat suspensi yang terdapat dalam Farmakope indonesia edisi IV adalah Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan dan lahan endapan harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Paracetamol digunakan sebagai analgetik antipiretik . (British Farmakope 2009 hal 454) hakekatnya obat ini mampu meringankan atau menghilangkanrasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan, kebanyakan Zat ini berdaya antipiretis dan atau antiradang, oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai antinyeri, melainkan Juga pada demam (infeksi virus / kuman, selesma, pilek ) dan peradangan seperti rema dan encok, obat ini banyak diberikan dari nyeri ringan sampai sedang yangmenyebabkan beraneka ragam seperti nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (remaatau encok), perut, nyeri haid (dysmenorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma), Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak pada nyeri yang lebih berat seperti pendarahan atau fraktur kerjanya kurang ampuh..
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini difokuskan pada poin berikut :
Bagaimana rancangan formulasi suspensi siprofloksasin?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
Mengetahui rancangan formulasi uspense paracetamol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Siatem terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
2.1.1 Macam – macam sediaan suspensi :
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yangterdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkanuntuk penggunaan oral.
Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yangterdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel- partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikelhalus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam mediumcair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratanuntuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
Ukuran partikel
Ukuran pertikel erat hubungannya dengan luas penampang dan daya tekan ke atas cairan suspensi tersebut. Hubungan antara ukuran partikel berbanding terbalik dengan luas penampang. Sedangkan luas penampang dan daya tekan ke atas merupakan hubungan yang linear. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya, sedangkan semakin besar luas penampang maka daya tekan keatas cairan akan semakin menghambat gerakan partikel untuk mengendap.
Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan maka kecepatan alirannya makin turun. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan menambah viskositas cairan gerakan turun yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
Keterangan : v = kecepatan aliran
d = diameter dari partikel
Δ = berat jenis dari partikel
Δ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan
Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam ruangan berisi partikel dengan jumlah besar, maka partikel akan susah melakukan gerakan bebas karena terjadi benturan antara partikel tersebut.
Sifat/muatan
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Dilihat dari faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill, dan mortier. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental (suspending agent) yang dapat larut dalam cairan tersebut, umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid)
2.1.3 Suspending agent
Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.
Suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Bahan pensuspensi dari alam
Biasanya menggunakan jenis gom/ hidrokoloid. Gom dapat larut/mengembang/mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago/lendir. Dengan terbentuk mucilago maka viskositas bertambah dan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fementasi bakteri.
Termasuk golongan gom :
Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5-9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan Ph tersebut menjadi diluar 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak bakteri sehingga harus ditambahkan zat pengawet (preservattive).
Chondrus
Diperoleh dari tanaman Choundrus crispus atau Gigartina mamilosa , dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, mudah dirusak bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet.
Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan. Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin adalah senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi ini memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2%.
Dari alam bukan gom
Adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite, dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air, mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan, peristiwa ini disebut tiksotrofi.
Bahan pensuspensi sintesis
Derivat selulosa
Golongan ini meliputi metil selulosa (methosol, tylose), karboksimetil selulosa (CMC), hidroksil metil selulosa. Dibelakang nama tersebut biasanya terdapat angka/ nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang digunakan untuk melarutannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun. Dalam farmasi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan pengahncur dalam tablet.
Golongan polimer organik
Yang paling terkenal adalah carbophol 934, merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit. Sehingga banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik, diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut mengakibatkan penurunan viskositas larutan.
2.1.4 Cara mengerjakan obat dalam suspensi
Metode pembuatan suspensi
Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudak kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
Metode praecipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Contoh cairan orgnanik : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol.
Sistem pembentukan suspensi
Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi pertikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi :
Flokulasi
Partikel merupakan agregat yang bebas
Sedimentasi terjadi cepat
Sedimentasi terbentuk cepat
Sedimentasi tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah terdispersi kembali seperti semula
Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi tejadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata
Deflokulasi
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
Sedimentasi terbentuk lambat
Akhirnya sedimentasi akan membentuk cake yang keras dan sukar terdipersi lagi
Ujud suspesi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
2.1.5 Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisik ada 2 kategori :
Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi stuctured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, dan bentonite.
Penggunaan prinsip- prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi :
Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer
Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir
Apabila dikendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah stuctured vehicle
Produk akhir yang diperoleh adalah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
2.1.6 Bahan pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri. Seperti : butil p. Benzoate (1 : 1250), etil p. Benzoate (1 : 500), propil. Benzoate (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
2.1.7 Penilaian stabilitas suspensi
Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Vo).
Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sediementasi dan redidpersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze- thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
2.2 Tinjauan Bahan
1. Paracetamol
Rumus molekul: C8H9NO2
BM : 151,16
Pemerian : Serbuk hablur atau kristal, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih, mudah larut dalametanol. ( 1: 70 dalam air, 1 : 20 dalam air panas, 1 : 7-10 dalam alkohol )
Khasiat : Analgetika dan antipiretika ( DI 88 hal 1087)
Dosis : Dewasa 0,5 – 1 gram tiap 4 jam. Maksimal 4 g / hari
pH : 3,8 – 6,1
Bj Paracetamol: 1,21 – 1,23
Inkompatibitas : Penggunaan bersama dengan antikoagulan akan meningkatkan potensi antikoagulan.
Stabilitas : Paracetamol stabil dalam larutan. Degradasi paracetamol di katalisis oleh asam dan basa, terdegradasi menjadi asam asetat dan p-aminofenol.
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan : Simpan pada temperatur kurang dari 40° C , antara 15-30° C. Hindari pembekuan untuk larutan oral, suspensi, dan eliksir.
2. Propilen Glikol
Rumus Molekul: CH3CH(OH)CH2OH
Berat molekul : 76, 09
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Fungsi : Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer, pelarut, stabilitas untuk vitamin
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat dan asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.
Inkompatibilitas :Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat
3. Asam Sitrat
Rumus Molekul: C6H8O7.H2O
Berat molekul : 210,14
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau rasa sangat asam, agak gidroskopik, merapung dalam udara kering ataau panas.
Kelarutan : Larut dalam kurang satu bagian air dalaam 1,5 etanol (95%) p dan sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
Fungsi : .......
Incompatibilitas: Asamsitrat income dengan potassium tatrat, alkali dan alkali tanah karbonat dan bikarbonat, asetatdan sulfide income terhadap pengoksida basis, pereduksi dan nitrat berpotensi meledak atau terurai jika dikombinasikan dengan logam nitrat.
4. Orange Flavour
a. Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara mekanik.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.
c. Fungsi : Flavouring agent.
d. Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
e. Penyimpanan : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari cahaya matahari
5. Sirup Simpleks
a. Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna
b. Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup.
c. Fungsi : Pemanis, zat tambahan
d. Konsentrasi : 20-60%
e. Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.
6. Kollidon 25
a. Nama kimia : 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer
b. PH :3,0-7,0 ( 5 % b / v larutan berair )
c. Titik lebur : 150o C
d. Distribusi ukuran partikel(Kollidon 25/30) :90 % > 50mm , 50 % > 100mm , 5 % >200mm
e. Kelarutan : Bebas larut dalam asam , kloroform , etanol ( 95 % ) , keton , metanol , dan air ; praktis tidak larut dalam eter ,hidrokarbon , dan minyak mineral
f. Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, bubuk higroskopis
g.Fungsi : Suspending agent
h. Inkompatibilias : Povidone kompatibel dalam larutan dengan berbagai anorganik garam, resin alami dan sintetis, serta bahan kimia lainnya. Membentuk adducts molekul dalam larutan dengan sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin dan senyawa lain
7. Air
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18,0158 g/mol
Nama kimia : aquades
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Fungsi : sebagai pelarut universal
BAB III
RANCANGAN PREFORMULASI DAN FORMULASI
Pre Formulasi
3.1.1 Zat Aktif
Acetaminophenum (Paracetamol) (FI III 37)
Struktur kimia :
C8H9NO2
BM 151,16
Pemerian : hablur atau serbuka hablur putih: tidak berbau: rasa pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlendung dari cahaya
Suhu lebur : 169 sampai 172
Khasiat dan penggunaan : analgetik, antipiretik
Dosis paracetamol ( OOP,318) : 2-3 x sehari (0,5-1 g)
Permasalahan farmasetik
Parasetamol memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan mudah terhidrolisis dalam air
Parasetamol memiliki rasa yang sedikit pahit sehingga memberikan ketidaknyamanan ketika harus dikonsumsi secara oral
Sediaan yang multiple dose rentan terhadap kontaminasi mikroba saat pemakaian
Larutan parasetamol bersifat sangat cair/encer sehingga mudah tumpah
Penyelesaian masalah
Parasetamol dibuat dalam bentuk suspensi karena mudah terhidrolisis dalam air. Bentuk sediaan suspensi memerlukan eksipien berupa suspending agent sehingga digunakan Kollidon 25 sebagai suspending agent
Untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan, ditambahkan asam sitrat dan orange flavor
Untuk menghindari aktivitas mikroba, digunakan pengawet propilen glikol
Untuk meningkatkan viskositas sediaan, digunakan sirupus simpleks
Zat tambahan
Polivinilpirolidon
Nama dagang : Kollidon atau Plasdon
Pemerian : Inert, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet kunyah).
Kelarutan : Larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan menggunakan isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau pada granul.
Kegunaan : Sebagai suspending angent
2. Asam Sitrat (FI III, 1979)
Nama Resmi : Acidum Citricum
Nama Lain : Asam Sitrat
Rumus Molekul : C6H8O. 7H2O
Berat Molekul : 210,14
Pemerian : Hablur tak berwarna atau serbuk putih, rasa asam kuat, agak higroskopis merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Essence Orange
Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar diproses secara mekanik.
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.
Kegunaan : Flavouring agent.
Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
Penyimpanan : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari cahaya matahari
4. Propilen Glikol (FI IV hal. 712, Handbook of Pharmaceutical Excipient ed VI hal 407)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Konsentrasi : 15 %
Kegunaan : humektan.
OTT : Inkompatibel dengan pengoksidasi seperti potassium permanganat.
Stabilitas : Dalam suhu yang sejuk, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup Propilen glikol stabil secara kimia ketika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Sirupus simplex (Farmakope Indonesia III hal 567)
Warna : tidak berwarna
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam eter
Titik lebur : 1800
Bobot jenis : 1,587 gram/mol
Stabilitas : ditempat sejuk
Aquadestilata (FI IV hal. 23)
Pemerian : cairan tidak berwarna/jernih, tidak berasa, tidak berbau, bentuk cairan
Bobot Jenis :1gr/cm3 atau 1 gr/ml
Titik didih : 100oC
pH larutan : 7
Stabilitas : Stabil di udara
Formulasi
No
Komposisi
Jumlah
%
1
Paracetamol
1.44 g
2
Propilen glikol
6 g
10 %
3
Asam sitrat
1.2 g
2 %
4
Orange Flavor
1 g
1 %
5
Kollidon 25
3 g
5 %
6
Sirup simplex
42 ml
70 %
7
Aquadest
ad 60
Perhitungan
a. Paracetamol
Dalam 5 ml = 120 mg
Jika sediaan 60 ml, maka = (60 : 5) x 120 mg = 1440 mg = 1.44 g
b. Propilen glikol
10/100 x 60 = 6 g
Asam sitrat
2/100 x 60 = 1.2 g
Kollidon 25
5/100 x 60 = 3 g
Sirup simplex
70/100 x 60 = 42 ml
Cara Kerja
Air
Asam sitrat + Orange flavour + Sirup simplex
Air
Kollidon 25 3 g
Paracetamol 1. 44 g
Muchilago
+ propilen glikol 6 g
Campuran PCT
Dihomogenkan ad 60 ml
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Gb 1. Sediaan suspensi paracetamol
Praktikum teknologi dan formulasi sediaan liquid ini, kami membuat sediaan suspensi paracetamol 60 ml. Sediaan tersebut mempunyai rasa yang pas, yaitu manis agak keasaman dan tidak pahit. Namun masih terdapat bahan yang mengapung diatas suspensi, yang diindikasikan orange flavour. Bau dari sediaan suspensi ini menyengat dan mengurangi selera untuk meminum obat.. Setelah seminggu didiamkan bau yang awalnya menyengat menjadi agak berkurang.
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi sediaan liquid, kami membuat sediaan suspensi paracetamol. Paracetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang umum digunakan oleh masyarakat. Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung, sehingga obat ini tergolong aman untuk dikonsumsi. Dalam praktikum ini, paracetamol diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi. Alasan kami membuat sediaan suspensi paracetamol adalah bahan obat ini mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat ini.
Langkah pembuatan suspensi paracetamol yaitu semua alat dan bahan dipersiapkan. Botol dikalibrasi dengan mengisinya menggunakan aquades sebanyak volume suspensi yang akan dibuat, lalu diberi tanda. Kemudian bahan-bahan yang berupa zat aktif dan eksipien ditimbang. Pembuatan suspensi dimulai dengan pembuatan mucilago, yaitu dengan mencampur kollidon 25 dengan air. Perbandingan kollidon 25 dengan air yaitu 1:7 sehingga untuk membuat mucilago dari kollidon 25 sebanyak 3 gram dibutuhkan 21 ml air. Kemudian diaduk sampai membentuk mucilago. Mucilago ini digunakan sebagai suspending agent, karena fungsi dari eksipien kollidon 25 adalah sebagai suspending agent.
Gb 2. Mucilago dari kollidon dan air
Setelah terbentuk mucilago, ditambahkan dengan paracetamol sebanyak 1,44 gram. Untuk menambah kelarutan paracetamol atau tercampurnya paracetamol pada mucilago, ditambahkan propilen glikol sebanyak 6 ml. Propilen glikol berfungsi sebagai kosolven atau menambah kelarutan paracetamol pada mucilago.
Gb. 3 campuran mucilago dan paracetamol
Setelah dibuat campuran mucilago dan paracetamol, dibuat campuran asam sitrat, orange flavour dan air. Asam sitrat berfungsi sebagai antioksidan, buffering agent, pengawet dan penambah rasa, karena asam sitrat mempunyai rasa asam dan pas untuk ditambahkan pada suspensi rasa jeruk. Sedangkan orange flavour digunakan untuk menambah rasa jeruk pada suspensi. Setelah tercampur merata, maka campuran mucilago paracetamol dicampur dengan campuran asam sitrat dan orange flavour. Setelah tercampur merata, kemudian ditambahkan dengan sirup simpleks sebanyak 4 ml. Sirup simpleks ditambahkan sebagai pengisi pada suspensi dan memberikan rasa manis pada suspensi. Kemudian suspensi dimasukkan ke dalam botol. Setelah itu baru ditambah air sampai tanda batas.
Gb. 4 suspensi dimasukkan dalam botol
Hasil yang diperoleh yaitu suspensi paracetamol dengan rasa yang manis dan agak asam, sesuai dengan rasa jeruk. Namun bau dari suspensi itu sangat menyengat dan terdapat bahan-bahan yang mengapung diatas permukaan suspensi, hal tersebut dikarenakan kurangnya stabilizer pada formulasi suspense paracetamol. Bahan-bahan yang mengapung diatas permukaan suspensi itu diindikasikan orange flavour, karena seharusnya orange flavour tersebut harus dilarutkan sendiri sampai benar-benar larut kemudian baru diteteskan secukupnya pada sediaan.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Paracetamol dibuat suspense karena paracetamol susah larut dalam air sehingga agar lebih mudah dikonsumsi maka dibuat sediaan suspense.
Saran
Rancangan formulasi suspensi paracetamol ini agar lebih diperbaiki dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: UGM Press
Farmakope Indonesia edisi 3 tahun 1979/Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Farmakope Indonesia edisi 4 tahun 1995/Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Katzung, Bertram G. 2009. Basic & Clinical Pharmacology, 11th ED. Mc Graw Hill: New York
Martindale. 2009. The Complete Drug Reference, 36th Ed. Pharmaceutical Press.
London
MIMS edisi 14 tahun 2015/Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Raymond et all. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. RPS Publishing:
London
Remington. 2005. The Science and Practice of Pharmacy. A Wolters Kluwer
Company. Philadelphia
The United States Pharmacopeial Convention
29
3