Academia.eduAcademia.edu

Literatur klimat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Radiasi adalah suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan pindahan tenaga oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor dalam dua pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau keempat dari temperatur menyangkut badan melibatkan(Pitts and Sissom, 2001). Pada waktu radiasi surya memasuki sistem atmosfer menuju permukaan bumi (darat dan laut), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas aerosol, serta awan yang ada diatmosfer. Sebagian radiasi akan dipantulkan kembali keangkasa luar, sebagian akan diserap dan sisanya diteruskan kepermukaan bumi berupa radiasi langsung (dircet) maupun radiasi baur (diffuse). Jumlah kedua bentuk radiasi ini dikenal dengan “Radiasi Global”. Alat pengukur radiasi surya yang terpasang pada station. Station klimatologi (Solarimeter atau Radiometer) untuk mengukur radiasi global. (Monteith, j. L. 1975) Penerimaan radiasi surya dipermukaan Bumi sangat berfariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfir terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima. Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari), karena sebaran energi radiasi menurut panjang gelombang sekitar λm, maka secara umum dapat dikatakan bahwa panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan yang memancarkan radiasi tersebut lebih tinggi. (Handoko, 1993) Radiasi matahari merupakan proses penyinaran matahari sampai kepermukaan bumi dengan intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan sekitarnya. Radiasi matahari yang diterima dipermukaan bumi lebih rendah dari konstanta mataharinya. Radiasi matahari yang terjadi diatmosfer mengalami berbagai penyimpangan, sehingga kekuatannya menuju bumi lebih kecil. Bagian dari radiasi matahari yang dihisap (absorbsi) akan berubah sama sekali sifatnya. Perubahan dari sudut jatuhnya sinar dapat menyebabkan perubahan dari panjangnya jalan yang dilalui oleh sinar tersebut (Nasir, A, 1990). Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan ( Handoko, 1994 ). Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh pada metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, misalnya pada tumbuhan. Penyinaran yang lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar bagi tumbuha tersebut untuk memanfaatkanya melalui proses fotosintesis ( Benyamin Lakitan, 1994 ) . Pergeseran garis edar matahari menyebabkan perubahan panjang hari ( lama penyinaran ) yang diterima pada lokasi-lokasi di permukaan bumi. Perubahan panjang hari tidak begitu besar pada daerah tropis yang dekat dengan garis ekuator. Semakin jauh letak tempat dari garis ekuator maka fluktuasi lama penyinaran akan semakin besar ( Benyamin Lakitan, 1994). Radiasi matahari yang diterima permukaan bumi persatun luas dan satuan waktu disebut isolasi atau kadang-kadang disebut radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang tidak langsung ( dari langit ) yang disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer. ( Bayong Tjasyono, 2004 ). Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup, misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh terhadap metabolisme yang berlangsung didalam tubuh makhluk hidup, misalnya pada tumbuhan. Penyinaran yang lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar pada tumbuhan tersebut untuk memanfaatkannya proses fotosintesis (Horn, 1999). Radiasi matahari yang diterima oleh bumi akan diterima dengan cara diserap dan tidak tertangkis oleh atmosfer sampai ke permukaan bumi, karena bumi sangat padat, maka radiasi ini bukan ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke atmosfer (proses ini biasanya disebut refleksi). Es dan salju merefleksi hamper kebanyakan dari radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, sedangkan laut merefleksi sangat sedikit.(Wahyuningsih,2001) Pada waktu radiasi surya memasuki system atmosfer menuju permukaan bumi (daratan dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas, aerosol, serta awan yang ada di atmosfer. Sebagian akan diserap dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi berupa radiasi langsung (direct) maupun radiasi baur (diffuse). Radiasi langsung adalah radiasi yang tidak mengalami proses pembauran oleh molekul-molekul udara, uap dan butir-butir air serta debu di atmosfer seperti yang terjadi pada radiasi baur. Jumlah kedua bentuk radiasi ini dikenal dengan “radiasi global”. Alat pengukur radiasi surya yang terpasang pada stasiun-stasiun klimatologi (Handoko, 2003). Radiasi cahaya dari permukaan benda tersebut akan dipancarkan ke segala arah. Jika radiasi yang dipancarkan oleh benda ini menerpa suatu permukaan lain, maka energi cahaya tersebut dapat diserap, dipantulkan, atau diteruskan oleh permukaan penerima tersebut. Cahaya dapat bergerak melintasi benda padat (misalnya kaca, plastic), cair (misalnya air, minyak), gas (misalnya udara), dan ruang hampa udara atau vakum (misalnya pada ruang angkasa luar). Salah satu ciri cahaya adalah panjang gelombang. Panjang gelombang adalah jarak per siklus gelombang cahaya, biasanya diberi symbol λ (Benyamin Lakitan, 1994). Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari adalah persen. Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus. Kartu ini adalah kartu yang berperan sebagai pencatat data. Kartu Campbell Stokes ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan (Anonim, 2008). Secara khusus Campbell Stokes dipergunakan untuk mengukur waktu dan lama matahari bersinar dalam satu hari dimana alat tersebut dipasang. Campbell Stokes terdiri dari beberapa bagian yaitu Bola kaca pejal (umumnya berdiameter 96 mm). Plat logam berbentuk mangkuk, sisi bagian dalamnya bercelah-celah sebagai tempat kartupencatat dan penyanggah tempat bola kaca pejal dilengkapi skala dalam derajat yang sesuai dengan derajat lintang bumi. Bagian Pendiri (stand), Bagian dasar terbuat dari logam yang dapat di-leveling. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga) jenis menurut letak matahari. Prinsip kerja Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit) (Hariyanti, 2009). Sinar-sinar dengan gelombang lebih panjang dari sinar yang lebih tampak disebut sinar-sinar infra merah dan sinar-sinar ini sebagian besar mengalami penyerapan diatmosfer. Sinar-sinar dengan panjang gelombang lebih pendek dalam spectrum matahari adalah sinar-sinar ultraviolet yang mampu menghasilkan suatu efek fotokimia tertentu. Diantara dua macam berkas radiasi yang tidak kelihatan ini merupakan bagian ynag kelihatan dari spektrum yang diketahui sebagai cahaya matahari dan paling efektif memanasi bumi. Jika sinar-sinar spektrum matahari mencapai bumi sebagian diserap dan dirubah dari gelombang pendek menjadi gelombang panjang yang dikenal sebgai panas. Tenaga yang diperoleh dari cara ini merupakan bahan bakar untuk prose-proses cuaca dan iklim, dan di-transfer baik vertikal maupuan horizontal menimbulkan variasi keadaan temperatur. Akhirnya ini, hilang dengan cara radiasi dari atmosfer keruang angkasa (Wisnubroto, dkk : 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suhu tanah mengalami perubahan dari pengembunan secara terus menerus pada kedalaman yang dangkal di banyak tanah di daerah Alaska yang beku sampai ke Hawai yang tropis, dimanapun jarang ditemukan suhu tanah dapat mencapai 100o F (37,8o C) pada hari yang panas sekalipun. Pada kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah harian jarang mengalami perubahan pada kedalaman 20 inchi (51 cm). tapi dibawah kedalaman tersebut suhu tanah akan mengalami perubahan yang secara lambat menunjukkan pertambahan derajat suhu sekitar 2o F (Donahue dkk, 1977). Kebanyakan tanah memiliki albedo 0,10 sampai 0,15, dan semakin besar tingkatannya maka akan semakin kering tanah tersebut, dan warna tanah cerah yang dimiliki oleh albedo yang lebih tinggi dari pada yang rendah akan lebih gelap. Hebatnya lagi, semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya fluktuasi suhu tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah dengan bubuk putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi suhu tanah ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild, 1973). Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966). Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan cara yaitu dengan menutupi mulsa organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah (Brady and Weil, 2000). Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan tanah (Hausenbuiller, 1982). Suhu tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikrobakteri. Jangkauan suhu yang dicapai ketika nitrat dibentuk secara umum berkisar antara 1o-40o C (34o-104o F). suhu tanah yang optimum pada 30o C (86o F). walaubagaimanapun juga, nitrat berhubungan dengan faktor optimum, kadar nitrat rendah diperkirakan suhu tanah sekitar 34o F (Tisdale and Nelson, 1960). Di bawah pembekuan tidak ada aktivitas hayati, air tidak bergerak melalui tanah sebagai cairan dan kecuali bila ada embun beku memecah, waktu berhenti bagi tanah. Perkecambahan biji dan pertumbuhan akar hampir tak terjadi pada kisaran 0 sampai 5o C. horison sedingin 5o C bertindak sebagai panci panas bagi kebanyakan akar tanaman. Masing-masing jenis tanaman mempunyai persyaratan suhunya sendiri. Proses kimia dan kegiatan jasad renik yang mengubah hara tanaman menjadi bentuk yang dapat digunakan secara materi juga dipengaruhi oleh suhu. Pembekuan dan pencairan berperan dalam pelapukan batuan, pembentukan struktur dan pemanjangan akar tanaman. Jadi suhu tampaknya merupakan sifat tanah yang penting (Foth, 1994). Suhu tanah juga akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini juga disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada permukaan tanah akan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan (Lakitan, 1992). Definisi dan sifat-sifat rejim suhu tanah yaitu : No. Rejim suhu Suhu tahunan rata-rata pada Mintakat akar Ciri dan beberapa lokasi oC oF 1 Fergelik 0 32 Permafros dan biji es umum. Tundra Alaska dan Kanada Utaradan elevansi yang tinggi pada Rocky mountains tengah dan utara 2 Fitriik 0-8 32-47 Tanah sejuk sampai dingin di great plains utara Amerika (srikat dan kanada selatan yang gandum musim seminya merupakan tanaman pertanian yang dominan. Derah berhutan kanada timur dan new england. 3 Mesik 8-15 47-59 Daerah midwest dan great plains di tempat yang jagung dan gandum musim dinginnya merupakan tanaman pertanian yang umum. 4 Termik 15-22 >72 Daerah jeruk di semenanjung Florida, lembah Rio granda di Texas dan California selatan, dan pada elevasi yang rendah di puerto rico dan Hawaii. Iklim dan tanaman tropika. (Foth, 1994). Suhu dinyatakan sebagai derajat panas ataau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan lahan, pangan, sandang, tambang dan tempat melaksanakan berbagai aktivitas. Batas suhu yang layak bagi kehidupan makhluk hidup berkisar antara -350 s.d 750 [derajat Celcius], akan tetapi kisaran suhu yang dikehendaki tanaman antara 26 s.d 400 [derajat Celcius]. Pada suhu dibawah atau diatas kisaran tersebut, pertumbuhan sangan lambat. Secara langsung suhu mempengaruhi fotosintesis, respirasi, permeabilitas dinding sel, kegiatan enzim penyerapan air dan unsur hara. Semua pengaruh ini tersimpul dalam pertumbuhan tanaman [Hassan, 1970]. Mengingat pentingnya faktor suhu terhadap kehidupan dan aktivitas manusia, menyebabkan pengamatan suhu yang dilakukan oleh BMKG memiliki kriteria, diantaranya: [a] Suhu udara permukaan [suhu udara aktual, rata-rata, maksimum dan minimum], [b] Suhu udara dibebrapa ketinggian atau lapisan atmosfer, [c] Suhu tanah dibeberapa kedalaman tanah dan [d] Suhu permukaan air dan suhu permukaan laut [Kristanto, 2002] Suhu tanah dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan termometer tanah selubung logam. Suhu tanah ditentukan oleh panas matahari yang menyinari bumi. Intensitas panas dipengaruhi oleh kedudukan permukaan yang menentukan besar sudut datang, letak garis lintang utara dan selatan serta tinggi dari permukaan laut. Sejumlah sifat tanah juga menentukan suhu tanah antara lain intensitas warna tanah, komposisi, panasienin tanah, kemampuan dan kadar legas tanah [Benyamin, 1997]. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan thermometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat Celcius (oC), sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (oF). oC = 5/9 (oF-32o) dan oF = 9/5(oC) + 320. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi antara lain: 1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim. 2. pengaruh daratan atau lautan. 3. pengaruh ketinggian tempat 4. pengaruh angin secara tidak langsung 5. pengaruh panas laten 6. penutup tanah 7. tipe tanah 8. pengaruh sudut datang sinar matahari. Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat bergantung padanya, terutama dalam kegiataanya. Contoh, tanaman memerlukan suhu tertentu, artinya tanaman itu tidak akan tumbuh dengan baik bila syarat-syaratnya tidak dipenuhi. Pengaruhnya pada proses pematangan buah adalah makin tinggi suhu makin cepat matang. Dengan suhu yang tinggi, benih akan melakukan metabolisme lebih cepat. Benih yang dibiarkan atau ditanam pada dataran atau tanah tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi, pada tanaman juga ada suhu maksimum dan suhu optimum yang diperlukannya. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana tanaman masih dapat hidup, sedangkan suhu optimum adalah suhu yang terbaik yang dibutuhkan tanaman dimana proses pertumbuhannya dapat berjalan lancar (Kartasapoetra, 2004). Suhu mempunyai arti yang vital, karena suhu menentukan kecepatan reaksi- reaksi dan kegiatan-kegiatan kimiawi yang mencakup kehidupan. Mintakat besar vegetasi dunia, seperti mintakat-mintakat menurut ketinggian, terutama bergantung pada suhu dan untuk mudahnya kita membedakan tumbuhan yang megaterm (tumbuhan yang menyukai habitat yang panas), mikroterm (tumbuhan yang menyukai habitat yang dingin), dan mesoterm (tumbuhan yang menyukai habitat diantara kedua habitat tersebut). Tumbuhan yang berbeda teradaptasi secara berbeda-beda terhadap keadaan suhu yang menyangkut minimum, optimum, dan maksimum untuk hidupnya secara keseluruhan demikian pula untuk komponen-komponen fungsi fisiologinya, kendati suhu sebenarnya dapat berubah dengan variasi pada kondisi yang berbeda dan menurut keadaan tumbuhan(dan tentu saja juga berbeda-beda pada tumbuhan yang berlainan) ( Daldjoeni, 1986). Suhu udara di daerah tropic terutama dikendalikan oleh penyinaran. Perbedaan-perbedaan suhu antara massa udara biasanya kurang penting. Ini mempunyai dua akibat. Pertama, perubahan-perubahan suhu harian lebih besar daripada perubahan-perubahan suhu tahunan. Memang, daerah tropic didefenisikan secara klimatologi sebagai suatu daerah dimana variasi suhu hariannya melebihi variasi suhu tahunan. Kedua, suhu seperti penyinaran matahari, cenderung relative seragam untuk daerah-daerah luas. Tinggi tempat merupakan factor utama yang mengubah keseragaman panas ini. Suhu rata-rata berkurang dengan pertambahan tinggi dengan laju rata-rata kira-kira 0,6oC/ 100 meter. Suhu yang dibicarakan sampai saat ini adalah yang diukur dengan kasa meteorology baku, biasanya pada ketinggian 1,22 meter. Walaupun demikian, suhu berubah secara cepat dibawah ketinggian ini karena pertukaran energi yang besar yang terjadi pada permukaan tanaman atau tanah. Oleh karena itu, untuk mendapatkan uraian lingkungan yang memadai, kita harus memperhatikan suhu udara (Tohari, 1999). Fungsi tanaman yang normal tergantung dari pengendali reaksi biokimia yang baik, dan salah satu pengendali yang penting ialah suhu. Tiap jenis tanaman maupun populasinya harus menyesuaikan diri dengan suhu di lingkungannya. Dalam suatu luasan geografis akan terdapat tahun-tahun, yang mempunyai kenaikan atau penurunan suhu di luar batas normal yang mempengaruhi pertumbuhan dan menimbulkan fungsi-fungsi tanaman yang jelek (Guslim, 2007). Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam kelembaban dikenal beberapa istilah, seperti: 1. Kelembaban mutlak, yaitu massa uap air yang berada dalam satu satuan udara, yang dinyatakan dalam gram/m3. 2. Kelembaban spesifik, yaitu perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara, yang dinyatakan dalam gram/kilogram. 3. Kelembaban relative, yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperature tertentu, yang dinyatakan dalam %. Angka kelembaban relative dari nol sampai dengan 100%, dimana 0 % artinya udara kering, sedangkan 100% artinya udara jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik-titik air. Keadaan kelembaban diatas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya, kelembaban yang tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan yang terendah pada lintang 40o. Daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujannya kecil. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu musim, erat hubungannya dengan perkembangan organisme (Marsono, 1995). Kelembaban atmosfer dapat dinyatakan dalam kuantitas-kuantitas mutlak atau relative untuk maksud-maksud tertentu, atau dengan menggunakan sifat-sifat atmosfer yang berkaitan yang diperoleh oleh penutupan hutan. Neraca kelembaban atmosfer merupakan suatu bagian integral dari prosedur peneracaan komprehensif yang berskala besar, neraca tersebut menekankan pada pentingnya daya angkat massa udara (advection) dalam menentukan ketersediaan kawasan kelembaban bagi presipitasi dan aliran sungai. Kondensasi uap menjadi bentuk-bentuk cair dan padat merupakan suatu fenomena fisis yang berlangsung di biosfer, namun sebagian yang lebih besar terjadi pada massa udara atmosfer bagian atas dimana sebagian besar proses presipitasi dimulai (Subagyo, 1990). Kelembapan udara (humidity gauge) adalah jumlah uap air diudara (atmosfer). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan disebut dengan Higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawal lembap (dehumidifier). Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). Ada dua istilah kelembapan udara yaitu kelembapan tinggi dan kelembapan rendah. Kelembapan tinggi adalah jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan kelembapan rendah adalah jumlah uap air yang sedikit diudara. Kelembapan udara dapat dinyatakan sebagai kelembapan udara absolut, kelembapan nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air.Kelembapan absolut adalah kandungan uap air yang dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya per satuan volume (kg/m3). Kelembapan nisbi (relatif) adalah perbandingan kandungan (tekanan) uap air actual dengan keadaan jenuhnya (g/kg). Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual.(Lakitan,2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udara adalah komponen terpenting bagi semua makhluk hidup. Udara juga merupakan salah satu yang berhubungan dengan suhu. Suhu dapat diukur dengan alat pengukur suhu. Dalam pengukuran suhu, pengambilan data suhu yang benar sangatlah penting. Suhu yang sering dipergunakan adalah suhu udara atau suhu tanah, sedangkan suhu yang merupakan benar-benar mempengaruhi pertumbuhan tanaman itu sendiri (Lakitan, 2002). Secara meteorolgi suhu udara biasanya diukur dalam sangkar cuaca. Dalam situasi ini, yang diukur adalah suhu massa udara setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah. Suhu tanaman juga dapat berubah. Disamping terjadinya perubahan suhu tanaman, suhu permukaan tanah juga berubah. Perubahan suhu udara juga ditentukan oleh sudut letak daun terhadap radiasi surya yang akan menentukan energi yang diserap oleh daun tersebut. Disamping itu, pengukuran suhu daun dapat dilakukan dengan radiasi meter infra merah atau penyusup antara termokopel ke dalam daun (Guslim, 2007). Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangatlah besar, terutama dalam kegiatannya. itu artinya tumbuhan tidak akan tumbuh dengan baik bila syarat-syaratnya tidak dipenuhi. Dengan suhu tinggi, benih akan melakukan metabolisme lebih cepat. Benih yang ditanam pada dataran tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi, pada tanaman juga ada suhu maksimun dan optimum yang diperlukan (Kartasapoetra, 2003). Berarti suhu dan udara merupakan hal yang sangat penting bagi makhluk hidup dan juga suhu itu merupakan karakteristik inherent dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi, sehingga panas suatu benda akan dialirkan, maka suhu benda tersebut akan mengikat (Lakitan, 2002). Formasi suhu udara dan suhu tanah merupakan jumlah energi yang dipancarkan dari matahari. Sebagian besar mencapai permukaan tanah dipantulkan ke udara yang meningkatkan suhu udara dan sisanya diabsorbsi kedalaman tanah untuk meningkatkan suhu tanah. Jumlah panas yang mengakibatkan kenaikan suhu udara atau dinyatakan sebagai neraca jumlah panas dalam proses-proses sebagai berikut yaitu : a. Jumlah panas yang bertambah atau hilang akibat perbedaan suhu antara permukaan tanah dan lapisan udara dipermukaan tanah. b. Jumlah panas dan hilang akibat penguapan dan presipitasi dipermukaan tanah. c. Jumlah panas yang disalurkan didalam tanah melalui permukaan tanah. Naik turunnya suhu udara dipermukaan tanah atau naiknya turunnya suhu tanah, ditentukan oleh peningkatan dan pengurangan komponen-komponen tersebut. Distribusi dan variasi suhu udara adalah suhu yang diukur dengan termometer dalam sangkar meteorologi (1.20 – 1.50 m diatas permukaan tanah). Makin tinggi elevasi pengamatan diatas permukaan laut, maka udara makin rendah. Selisih antara suhu antara suhu maksimun dan minimum. Pada variasi suhu udara harian disebut selisih harian dan selisih antara suhu maksimum dan minimum pada variasi tahunan disebut selisih tahunan (Sosrodarsono, 2006). Suatu benda terasa panas jika dalam proses sentuhan tersebut energi atau panas akan mengalir dari benda tersebut kebagian tubuh yang berkontak langsung dengan benda tersebut. Sebaliknya jika panas atau energi mengalir dari tubuh manusia kesuatu benda yang disentuh, maka benda tersebut akan tersebut akan terasa dingin. Dengan demikian, panas atau dinginnya suatu benda dalam kasus ini sama ditentukan oleh kondisi termal dari permukaan tubuh manusia tersebut (Lakitan, 2002). Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat tergantung pada keadaan suhu, terutama dalam kegiatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dipermukaan bumi antara lain: 1) Jumlah radiasi yang diterima pertahun, perbulan, perhari, dan permusim. 2) Pengaruh daratan atau lautan. 3) Pengaruh ketinggian tempat. 4) Pengaruh angin secara tidak langsung misalnya, angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal. 5) Pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer. 6) Penutup tanah, yaitu tanah yang ditutupi vegetasi yang mempunyai temperatur yang lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi. 7) Tipe tanah, tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi. 8) Pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring Seluruh makhluk hidup dikelilingi oleh suhu dan udara. Bahkan organisme seperti yang terdapat dalam tanah yang kelihatannya terdapat pada medan lain. Sebenarnya terdapat dalam air dan udara. Organisme didalam tanah yang terdapat dalam ruangan antar partikel-partikel tanah. Dari antara kedua hal ini yakni air dan udara, masing-masing sel individu dari organisme diudara hanya bisa aktif bila dalam keadaan lembab (Kartasapoetra, 2002). Uap air terdapat diatmosfer dalam jumlah yang selalu berubah-ubah, tergantung pada perubahan-perubahan pemanasan dipermukaan bumi. Selain itu, uap air mempunyai sifat terjadinya partisipasi menyerap radiasi sinar sehingga akan menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi dan seandainya juga akan mengatur temperatur. Semakin besar jumlah uap air dalam satuan energi potensial yang lahir dan tersedia dalam atmosfer yang merupakan sumber asal terjadinya hujan angin. Jadi, dapat menentukan apakah udara itu kekal atau tidak (Guslim, 2007). Pengukuran suhu suatu benda dan pengukuran diberbagai tempat pada dasarnya merupakan pengukuran yang tidak langsung. Pada proses pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat yang akan diukur suhunya kea lat pengukur suhu. suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi kesetaraan, suhu antara benda yang diukur tersebut dengan alat pengukur suhu. Jadi, bukan suhu benda pada saat sebelum terjadi kontak antara benda yang akan diukur tersebut dengan alat pengukur. Alat pengukur suhu disebut thermometer. Termometer pada dasarnya merupakan instrumen yang terdiri dari bahan yang perubahan sifat fisiknya, karena perubahan suhu dapat mudah diukur. Sifat fisik yang berubah tersebut dapat berupa perubahan volume gas, pemuaian logam, perubahan daya hantar listrik atau sifat-sifat fisik lainnya. Masing-masing jenis termometer akan mempunyai skala yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu dikalibrasi dengan termometer yang dijadikan patokan (standar). Termometer yang dijadikan patokan adalah termometer tahanan platina (Platinum Resistance Thermometer) atau IPTS-68 (Lakitan, 2002). Secara meteorologi suhu udara biasanya diukur dalam sangkar cuaca. Dalam situasi ini, yang diukur adalah suhu massa udara setinggi 1.5 meter. Tetapi tanaman menerima radiasi langsung dari cahaya matahari sehingga berbeda dari suhu sangkar cuaca. Suhu tanaman mungkin lebih tinggi dari suhu sangkar cuaca. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari penguapan sejumlah air, dari pemindahan panas secara konveksi, angin dan pantulan. Disamping terjadinya perubahan suhu tanaman, suhu permukaan tanah juga berubah. Apabila transpirasi berlangsung terus-menerus, suhu permukaan daun tidak akan berubah. Perubahan suhu udara juga ditentukan oleh sudut letak daun terhadap radiasi surya yang akan menentukan jumlah energi yang diserap oleh daun tersebut. Pengukuran suhu daun dapat dilakukan dengan radiometer inframerah atau penyisipan termokopel kedalam daun (Guslim, 2007).