Tugas Forum :
Sebutkan definisi materialitas menurut FASB?
Jawaban :
Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu.FASB 2 (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan materialitassebagai berikut :
“Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan penyajian informasi keuangan yang dalam hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal itu memiliki kemungkinan besar bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau kesalahan penyajian tersebut.”
Bila definisi FASB dibaca secara seksama akan menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh para auditor dalam menerapkan prinsip materialitaas ini dalam prakteknya. Definisi tersebut menekankan kepada para pengguna laporan yang menyandarkan diri mereka kepada laporan keuangan dalam membuat berbagai keputusan. Oleh sebab itu, para auditor harus memiliki pengetahuan tentang pihak-pihak yang akan memanfaatkan laporan keuangan klien mereka serta keputusan-keputusan apakah yang akan dibuat.
Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Jika auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang material, maka ia akan menunjukannya pada sang klien sehingga kesalahan tersebut dapat dikoreksi. Jika sang klien menolak untuk mengoreksi kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar harus diterbitkan, tergantung pada tingkat materialitas dari kesalahan penyajian tersebut.
Terdapat lima tahap berurutan yang saling terkait erat satu sama lainnya dalam penerapan materialitas. Yaitu sebagai berikut:
Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas.
Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam segmen-segmen.
Mengestimasi totoal kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen.
Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan.
Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas.
Tahap 1 dan 2 dilaksanakan sebagai bagian dari proses perencanaan serta merupakan topik-topik utama dalam pembhasana materialitas (perencanaan tentang rentang uji audit). Tahap 3,4 dan 5 dilaksanakan sebagai bagian dari proses evaluasi hasil-hasil yang diperoleh dari uji-uji audit yang telah dilakukan.
Sebutkan 4 risiko audit?
Jawaban :
1. Risiko Audit
Risiko audit diartikan sebagai tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat diterima auditor dalam pelaksanaan auditnya, seperti ketidakpastian validitas dan reliabilitas bukti audit dan ketidakpastian mengenai efektivitas pengendalian internal.In this context, audit risk (also referred to as residual risk) refers to acceptable audit risk, ie it indicates the auditor’s willingness to accept that the financial statements may be materially misstated after the audit is completed and an unqualified (clean) opinion was issued. Dalam konteks ini, risiko audit (juga disebut risiko residual) mengacu pada risiko audit dapat diterima, yakni menunjukkan kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin salah saji secara material setelah audit selesai dan pendapat (bersih) wajar tanpa pengecualian diterbitkan . If the auditor decides to lower audit risk, it means that he wants to be more certain that the financial statements are not materially misstated. Jika auditor memutuskan untuk risiko audit yang lebih rendah, itu berarti bahwa ia ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak salah saji material.
AR = CR*IR*DR AR = CR * IR * DR
Keterangan:
IR is inherent risk (IR adalah risiko yang melekat)
CR is control risk (CR adalah pengendalian risiko)
DR is detection risk, the conditional probability that the auditor does not detect a material misstatement in the F/S,given that one exists (DR adalah risiko deteksi, probabilitas bersyarat bahwa auditor tidak mendeteksi salah saji material F/S, mengingat bahwa satu ada.
Pada umumnya resiko audit sulit diukur, sehingga perlu ketelitian dan kehati-hatian. Resiko audit terdiri atas resiko inheren/ bawaan, resiko pengendalian, dan pendeteksian.
2. Risiko Inheren
Resiko inheren berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi sebelum memper-hitungkan faktor efektivitas pengendalian internal. Resiko inheren adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal. Oleh karena itu bila risiko inheren tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko inheren adalah sifat bidang usaha organisasi, integritas manajemen, motivasi manajemen, hasil audit sebelumnya, hubungan istimewa, transaksi non rutin, dan kerentanan terhadap fraud.
Risiko inheren juga dapat dianggap sebagai risiko yang signifikan. Inherent risk represents the auditor’s assessment that there may be a material misstatement relating to an assertion in the financial statements under audit, without taking the effectiveness of the related internal controls into account. Risiko inheren merupakan penilaian auditor yang mungkin ada salah saji material yang berkaitan dengan suatu pernyataan dalam laporan keuangan yang diaudit, tanpa mengambil efektivitas pengendalian internal terkait ke rekening. If the auditor concludes that there is a high likelihood of such a misstatement, ignoring internal controls, he would assess the inherent risk as being high. Jika auditor menyimpulkan bahwa ada kemungkinan salah saji yang tinggi seperti sebuah, mengabaikan kontrol internal, ia akan menilai risiko yang melekat sebagai tinggi. An example of inherent risk: the valuation of inventory is inherently more risky when the type of inventory is difficult to value due to its nature, so the valuation of diamonds are inherently much more risky than, say, tennis balls. Salah satu contoh risiko yang melekat: penilaian persediaan secara inheren lebih berisiko ketika jenis persediaan sulit untuk nilai karena sifatnya, sehingga penilaian berlian secara inheren jauh lebih berisiko daripada, katakanlah, bola tenis. Internal controls are ignored during the assessment of inherent risk because they are considered when assessing another component of audit risk, namely control risk. kontrol internal diabaikan selama penilaian risiko yang melekat karena mereka dianggap saat menilai lain komponen risiko audit, yaitu pengendalian risiko. The assessment of inherent risk (and also control risk) is an exercise that requires professional judgement on the part of the auditor. Penilaian risiko yang melekat (dan juga risiko kontrol) adalah latihan yang memerlukan pertimbangan profesional di pihak auditor. Hence, two auditors assessing the same company may assess the inherent and control risks differently, but it is to be expected that their assessments should be in the same vicinity. Oleh karena itu, dua auditor menilai perusahaan yang sama dapat menilai risiko yang melekat dan kontrol berbeda, namun diharapkan bahwa penilaian mereka harus di sekitar sama. Auditors express their risk assessment in one of two ways (and this goes for all the components of the risk formula): as a percentage, or described as low, medium or high. Auditor mengungkapkan penilaian risiko mereka dalam salah satu dari dua cara (dan ini berlaku untuk semua komponen rumus resiko): sebagai persentase, atau digambarkan sebagai rendah, sedang atau tinggi. Unlevered beta requires the ratio between the equity value and the value of the firm measured in market value terms. Beta leverage membutuhkan rasio antara nilai ekuitas dan nilai perusahaan diukur dari segi nilai pasar. When a company has no debt, ie is unlevered, its asset beta is obviously equal to its equity beta. Ketika sebuah perusahaan memiliki utang tidak, yaitu adalah leverage, beta aset adalah jelas sama dengan beta ekuitas.
3. Risiko Kontrol (Pengendalian)
Kontrol risiko adalah risiko bahwa kebijakan pengendalian internal klien dan prosedur gagal untuk mendeteksi atau mencegah salah saji material dari terjadi. Risiko kontrol berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tidak dapat dicegah oleh pengendalian internal. Resiko pengendalian dipengaruhi oleh faktor efektivitas pengendalian internal, dan keandalan penetapan risiko yang direncanakan (penetapan di bawah 100%), oleh karena itu bila resiko pengendalian ditetapkan tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Like inherent risk, control risk is out of the hands of the auditor; however, its magnitude can be assessed. Seperti risiko bawaan, risiko pengendalian yang keluar dari tangan auditor, namun besarnya bisa dinilai. For example, the control risk associated with manual reviews of computer logs can be high because activities requiring investigation are often easily missed, owing to the volume of logged information. Sebagai contoh, risiko pengendalian yang berhubungan denganreview manual log komputer bisa tinggi karena kegiatan memerlukan penyelidikan yang sering mudah terlewatkan, karena volume informasi login. The control risk associated with computerized data validation procedures is ordinarily low if the processes are consistently applied. Pengendalian risiko yang berkaitan dengan prosedur validasi data komputerisasi ini biasanya rendah bila proses ini diterapkan secara konsisten.
4. Risiko Deteksi
Resiko pendeteksian berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi karena pengujian menggunakan uji petik, prosedur audit yang tidak tepat/ salah aplikasi, kekeliruan interpretasi atas hasil implementasi prosedur audit. Guna meminimalkan risiko pendeteksian, auditor harus mengembangkan perencanaan audit secara tepat, dan melakukan supervisi atas pelaksanaan audit.
Resiko deteksi didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa salah saji material berkaitan dengan pernyataan yang tidak akan terdeteksi oleh substantif pengujian auditor. Risiko deteksi juga diartikan sebagai risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada tahap auditor mendesain pengujian substantif.
It is important to note that the detection risk indicates that the auditor is willing to “live with”, given the acceptable audit risk and his assessment of inherent and control risk. Penting untuk dicatat bahwa risiko deteksi menunjukkan bahwa auditor bersedia untuk “hidup dengan”, mengingat risiko audit yang dapat diterima dan penilaiannya risiko bawaan dan risiko pengendalian. This means that if the detection risk is high, the auditor is willing to accept a high detection risk, and will do less substantive testing as compared to a situation where the detection risk is lower. Ini berarti bahwa jika deteksi risiko tinggi, auditor bersedia menerima risiko deteksi yang tinggi, dan akan melakukan pengujian kurang substantif dibandingkan dengan situasi dimana risiko deteksi yang lebih rendah. It is important to note that while detection risk can be modified at the auditor’s discretion, inherent risk and control risk exist independently of the audit. Penting untuk dicatat bahwa sementara risiko deteksi dapat dimodifikasi dengan kebijaksanaan auditor, risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ada secara independen dari audit.
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima akhir (setelah direvisi) ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti rencana risiko deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko pengendalian sesungguhnya atau akhir bukan pada rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bawaan?
Jawaban :
Faktor-faktor utama di bawah ini harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan:(Arens dan Loebbecke, 1997;229)
1. Sifat Bidang Usaha Klien
Risiko bawaan dalam beberapa hal dipengaruhi oleh sifat bidang usaha dari perusahaan klien sendiri. Risiko bawaan tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun seperti persediaan, piutang usaha, piutang pinjaman, tanah dan bangunan. Sifat usaha ini akan kurang pengaruhnya untuk akun kas, wesel tagih dan utang hipotek.
2. Integritas Manajemen
Jika manajemen didominasi satu atau beberapa orang yang integritasnya kurang, maka kemungkinan bahwa laporan keuangan disalah sajikan akan lebih besar. Auditor mengambil risiko profesional dan hukum yang besar jika mereka menerima penugasan dari klien yang integritasnya kurang, dan banyak kantor akuntan publik tidak akan menerima penugasan demikian.
3. Motivasi Klien
Dalam situasi tertentu, manajemen dapat merasa bahwa akan lebih menguntungkan mensalah sajikan laporan keuangan. Misalkan jika manajemen akan menerima presentase dari laba sebagai bonus, maka mungkin terjadi kecenderungan untuk melebih sajikan laba bersih. Demikian pula kalau suatu utang obligasi mensyaratkan rasio likuiditas tertentu, klien mungkin berkeinginan untuk melebih sajikan aktiva lancar dan mengkurang sajikan utang lancar untuk memenuhi hal tersebut. Juga, perlu dipertimbangkan motivasi untuk mengurang sajikan laba sebelum pajak untuk mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi kalau manajemen tidak memiliki integritas yang tinggi, motivasi tertentu bisa membuat mereka mensalah sajikan laporan keuangan.
4. Hasil Audit Sebelumnya
Salah saji yang terjadi pada audit sebelumnya memiliki kemungkinan untuk terjadi lagi dalam audit tahun berjalan. Ini disebabkan beberapa salah saji mempunyai sifat yang sistemis dan organisasi cenderung lambat untuk melakukan pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program tahun berjalan.
5. Penugasan Pertama Atau Penugasan Ulang
Auditor akan memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai kemungkinan terjadinya salah saji setelah audit sebuah klien untuk beberapa tahun. Tidak adanya pengalaman sebelumnya biasanya membuat auditor menetapkan tingkat risiko bawaan yang lebih tinggi daripada penugasan ulang tanpa salah saji yang material. Kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang tinggi pada penugasan pertama, dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya setelah memperoleh pengalaman.
6. Hubungan Istimewa
Transaksi antara induk perusahaan dengan anak perusahaan satu antara perusahaan dengan pribadi manajemennya adalah contoh hubungan istimewa seperti yang didefinisikan PSAK 7. Transaksi yang dilakukan dua pihak yang independen dan dilaksanakan secara normal tidak termasuk dalam definisi ini. Dalam hal transaksi semacam ini terjadi, auditor harus meningkatkan risiko bawaan klien yang bersangkutan.
7. Transaksi Tidak Rutin
Transaksi yang tidak biasa akan lebih besar kemungkinannya untuk tidak dicatat dengan benar karena kurangnya pengalaman klien dalam penanganannya. Contohnya, adalah kerugian karena kebakaran, pembelian tanah dan bangunan yang besar atau persetujuan sewa guna usaha.
8. Pertimbangan yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi Secara Benar.
Banyaknya akun yang melibatkan unsur estimasi dan pertimbangan manajemen. Contohnya, adalah pengisian piutang tak tertagih, usangnya persediaan, kewajiban pembayaran garansi, dan cadangan kredit tak tertagih. Demikian pula transaksi perbaikan besaran-besaran atau penggantian aktiva merupakan contoh diperlukannya perkembangan untuk mencatat transaksi dengan benar.
9. Kerentanan Terhadap Kecurangan
Auditor perlu mempertimbangkan risiko akan adanya kecurangan dalam situasi dimana relatif mudah untuk memindahkan aktiva perusahaan menjadi milik pribadi. Contohnya, kalau uang tunai, efek-efek, atau persediaan yang mudah dijual tidak diawasi dengan baik. Kalau ini terjadi, risiko bawaan harus ditingkatkan.
10. Unsur-Unsur Populasi
Unsur-unsur individual yang membentuk populasi seringkali mempengaruhi ekspektasi salah saji yang material. Misalkan, kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang usaha yang kebanyakan telah jatuh tempo daripada yang unsur-unsurnya piutang yang masih baru. Transaksi dengan peruahaan afiliasi, piutang karyawan, pembayaran utang lewat kas dan piutang usaha yang belum tertagih beberapa bulan adalah situasi yang membutuhkan risiko bawaan yang tunggi dan karenanya membutuhkan penelaahan lebih seksama karena lebih tingginya kemungkian terjadi salah saji dari transaksi biasa.
Jelaskan hubungan antara materilitas, risiko audit dan bukti audit?
Jawaban :
Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama