Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
37
3.1
Discrete and Analog System
Di dalam dunia instrument penggunaan sistem analog dan digital memilki kelemahan dan
kelebihannya sendiri – sendiri. Seorang teknisi instrument harus bisa mengetahui fungsi dan
kapan digunakan kedua sistem ini. Discrete / diskrit berarti individu atau distinct. Di dalam dunia
engineering : variable discrete atau pengukuran berarti kondisi benar atau salah (true or false).
Sensor diskrit hanya bisa mengindikasi suatu proses di bawah atau di atas set point yang telah
digunakan. Kebanyakan sensor diskrit berbentuk switch atau tombol, yang akan trip apabila
kondisi yang ditentukan melebihi atau kurang set point. Instrumen jenis ini tidak secanggih
sensor analog (continuous sensor : sensor yang mampu mengeluarkan data analog) , akan tetapi
instrument ini juga penting untuk membangun sistem instrumentasi.
Jika sinyal digital / discrete berupa on dan off atau true and false , maka sinyal analog berupa
tegangan atau arus atau bentuk yang lain ( pneumatic ) yang memiliki besar yang
mempresentasikan hasil pengukuran fisik (physical measurement) atau kuantitas control (control
quantity) .
3.2
Pengukuran sistem diskrit
Kondisi normal dari tombol
Kondisi normal dari suatu tombol adalah ditentukan oleh pembuat pada kondisi stimulus
minimum. Contoh tombol dinamakan NO (Normally open) maka sebelum diberi stimulus ( dalam
hal ini adalah ditekan ) maka tombol tersebut dalam posisi open atau tidak tersambung. Beda
dengan tombol NC (Normally Close) , maka sebelum diberi stimulus (ditekan) maka kontak pada
tombol itu pada posisi close atau tertutup. Ketika tombol diberi stimulus maka tombol itu akan
open atau terbuka. Contoh kondisi “normal” pada beberapa jenis prosess switch :
Limit switch : ketika sebuah objek atau target tidak menyentuk tombol
Proximity switch : ketika sebuah objek atau target jauh
Pressure switch : ketika dalam kondisi minim tekanan ( vacuum )
Level switch : ketika kondisi kosong
Temperature switch : ketika kondisi temperature rendah ( dingin )
Flow switch : ketika aliran fluida minim ( aliran berhenti )
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
38
Open ketika zero pressure (minim stimulus)
Close ketika tekanan bertambah melebihi
setingan
Close ketika zero pressure (minim stimulus)
Open ketika tekanan melebihi setingan
Open ketika zero level (minim stimulus)
Close ketika tekanan bertambah melebihi
setingan
Close ketika zero pressure (minim stimulus)
Open ketika bertambah tekanan melebihi
setingan
Open ketika suhu dingin (minim stimulus)
Close ketika suhu bertambah melebihi
setingan
Close ketika suhu dingin (minim stimulus)
Open ketika suhu bertambah melebihi
setingan
Open ketika zero flow (minim stimulus)
Close ketika flow bertambah melebihi
setingan
Close ketika zero flow (minim stimulus)
Open ketika flow bertambah melebihi setingan
Tabel 3.1 kondisi normal pada Proses Switch
Contoh penggunaan dari kondisi “normal” proses switch
Gb. Aplikasi pemakaian “proses switch”
Pada gambar di atas maka diketahui led akan hidup bila kondisi – kondisi ini terpenuhi :
Level lebih dari 14 inch
Flow kurang dari 3 GPM
Suhu lebih dari 125F
Tekanan kurang dari 22 PSI
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
39
Contoh penggunaan proses switch pada PLC
Pada aplikasi di PLC maka ketika suatu inputan atau output bernilai HIGH maka indicator lampu
pada PLC akan menyala. Contoh pada bagian ini dipasang empat jenis prosess switch yaitu
pressure switch (NC) dengan trip value 12PSI, temperature (NO) dengan trip value 235F, level
(NC) dengan trip value 4inch, Limit (NO). Dapat juga kita menentukan stimulant dari switch’s
degree dengan membandingkan status saat ini dan kondisi “normal”. JIka sebuah switch memilki
kondisi normal (normal state) yang sama dengan kondisi sekarang (present status) maka kita
dapat menyimpulkan bahwa stimulusnya pasti kurang dari kondisi trip (threshold value). JIka
berkebalikan maka dapat disimpulkan stimulus pasti lebih dari (trip value).
Tabel 3.2 Present status dan trip value
Maka untuk PLC nya dapat diwiring sbb:
Gb.wiring PLC dengan prosess switch
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
40
3.3
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
Hubungan 4 – 20mA signal dengan variable instrument
Kebanyakan di dalam dunia instrumentasi industry digunakan minimal dua sinyal arus 4 – 20
Ma: yang satu mempresentasikan variable proses (PV) dan sinyal yang lain mempresentasikan
keluaran sinyal dari kontroler atau biasa disebut manipulated variable (MV). Beberapa
digunakan sinyal yang berupa tegangan. Kelemahan yang kelihatan dari penggunaan sinyal
tegangan yaitu ketika transfer dari instrument satu ke instrument yang lain, maka terjadi
pelemahan sinyal atau drop tegangan yang akan mempengaruhi bekerjanya sistem.
Gb. Hubungan PV dan MV dalam satu proses
Untuk instrument – instrument yang linear dan berbanding lurus, maka dapat dinyatakan suatu
persamaan seperti berikut :
Dimana,
y = keluaran dari instrument
x = inputan dari instrument
m = gradient / kemiringan
b = nilai bias ( zero nya dari instrument )
Contoh kita ingin mengkonversi 34,7% ke sinyal arus 4-20mA, maka kita akan mendapatkan :
(
)
Maka diketahui nilai 34,7% sebanding dengan arus 9,552 mA dari range 4-20 mA.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
41
Contoh perhitungan :
PERTANYAAN 3.1 : KELUARAN OUTPUT KE VALVE
Sebuah kontroler loop elektronik memilki keluaran sinyal 8.55Ma yang secara langsung (direct)
mengendalikan control valve (dimana 4Ma adalah tertutup dan 20Ma adalah terbuka).
Seberapa jauh katub dari control valve terbuka pada kondisi MV tersebut?
JAWABAN 3.1
(
(
)
)
Maka dari persamaan diatas maka katub akan terbuka 28,4% ketika signal MV : 8,55mA.
PERTANYAAN 3.2
Sebuah pressure transmitter memilki range pengukuran 150 sampai 400 PSI dan mempunyai
keluaran sinyal range 4 – 20mA, hitung tekanan yang masuk ke transmitter bila sinyal keluaran
10,6 mA.
JAWABAN 3.2
Ambilah 10,6 Ma dan dikurangi LRV (4mA), dan dibagi span (16ma) maka akan didapatkan
41,25% (0,4125 per unit). Ambil nilai ini dan kalikan dengan dengan span dari tekanan
(400PSI – 150PSI, atau 250PSI) dan yang terahkir tambahkan dengan LRV dari range tekanan
(150PSI) maka didapatkan nilai sebesar 253,125 PSI.
PERTANYAAN 3.3
Diberikan sebuah pressure transmitter dengan jarak pengukuran (measurement range) -88 deg
sampai +145 dan keluaran sinyal 4 sampai 20mA, hitung sinyal yang keluar bila temperature
yang terdeteksi adalah +41 degree.
JAWABAN 3.3
Ambil 41deg dan dikurangi LRV (-88), yang sama dengan 41+88, kemudian dibagi dengan
span (145deg - -88deg atau 233deg). Maka didapat 55,36% (0,5536 per unit). Maka dari
nilai ini dan kalikan dengan span arus (16ma) dan kemudian tambahkan dengan LRV (4mA)
maka akan keluar jawaban akhir adalah 12,86 mA.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
42
3.4
Keluaran Arus sebuah controller Loop
Gb. Konroler – transducer – Control Valve
Bentuk yang paling sederhana untuk sebuah sinyal arus loop 4 – 20ma adalah tipe yang sering
digunakan untuk menampilkan keluaran kontroler suatu proses, kontroler mengirim sinyal kepada
final control element yang dalam hal ini adalah control valve. Dalam kontroler ini terdapat
dependent current source yaitu sumber arus yang menyediakan keluaran arus 4-20ma DC.
Contoh ketika mode dalam kontroler diubah menjadi manual dan menyeting keluaran menjadi
50%, maka arus DC yang keluar dari kontroler adalah 12ma. Jika semuanya berjalan dengan
baik maka arus di dalam “loop” maka akan tetap 12 ma, walaupun ada sedikit perubahan
pada dalam resistansi kabel, resistansi dari I/P transducer : sumber arus akan berjuang sekeras
mungkin untuk menjaga arus 12 ma tersebut. Kemudian dari arus ini akan mengalir ke koil
transducer , dan menciptakan medan magnet ke dalam transducer dan menggerakan mekanisme
pneumatic dan menimbulkan tekanan keluaran 9 PSI. Oleh karena itu maka control valve akan
bergerak terbuka sebagian.
4-wire (“self-powered”) transmitter current loop
Memilki ciri – ciri sebagai berikut :
Terdiri dari dua buah sinyal keluaran (4-20ma) dan dua buah sinyal arus
Kelemahan dari sistem ini adalah lebih banyak kabel yang diperlukan, lebih banyak
conduit, lebih banyak terminal blok, lebih perlu ruang ketika wiring di panel.
Biasanya transmitter berperan sebagai sumber dan kontroler sebagai beban.
Kelebihan tidak rumit, dengan fungsi yang masing – masing independent.
Gb.4 wire transmitter current loop
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
43
2-wire (“loop powered”) transmitter current loop
Memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
Transmitter dan control berperan sebagai beban
Transmitter sebagai current regulator
Memilki sumber yang biasanya 24 VDC dan cenderung memilkik resiko drop tegangan :
19 VDC ketika arus yang perlu dialirkan 20mA.
Memilki keuntungan lebih ringkas daripada 2 wire.
Kerugian hanya tersedia daya yang kecil yang tersedia. ( untuk menyuplai instrument –
instrument yang lain )
Ketika suatu controller hanya memilki adc yang bisa mengindra sebuah tegangan, maka ada
alternative cara untuk mengubah sinyal arus 4 – 20ma menjadi tegangan yaitu menambahkan
resistor 250 Ω pada analog input controller. Maka didapat :
Span
Arus
Voltage (IR), R=250Ω
0%
4 mA
1 VDC
25%
8 mA
2 VDC
50%
12mA
3 VDC
75%
16 mA
4 VDC
100%
20 mA
5 VDC
Tabel 3.3 Konversi arus – tegangan dengan resistor 250Ω
3.5
Troubleshooting current loop
Untuk mentroubleshoot suatu current loop atau arus yang mengalir dari instrument satu ke
instrument yang lain diperlukan suatu alat atau metode khusus. Untuk sinyal berupa tegangan
kita dapat dengan mudah dengan menggunakan DMM ( digital multimeter ) dengan
menghubungkan probenya secara pararel terhadap 2 titik terminal yang ingin kita ukur. Karena
pengukuran secara pararel maka kita tidak perlu untuk melepas kabel – kabel yang terpasang
pada instrument. Untuk mengukur arus yang mengalir pada suatu kabel maka secara sederhana
kita perlu mengukurnya secara seri dengan ampere meter. Akan tetapi akan menjadi hal yang
berbahaya jika kita melepas dan menyambungkan kabel yang akan kita ukur secara gegabah,
apalagi kalau proses sedang berjalan. Ada sebuah kemungkinan apabila kita melepas dengan
cerobah tanpa prosedur yang sesual maka aka nada alarm dan error pada bagian instrument
yang lain.
Penggunaan DMM
Rangkaian harus dilepas terlebih dahulu, yang dengan kata lain menginterupsi aliran
informasi ke bagian instrument yang lain.
Kontroler harus di dalam mode manual
Proses alarm untuk sementara waktu harus di non aktifkan
Memperingatkan para personel untuk tidak panic ketika ada alarm / error minimal dua
kali ( ketika pelepasan dan pemasangan kembali arus )
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
44
Penggunaan Tang Ampere
Bekerja dengan prinsip kemagnetan
Menggunakan sensor hall effect
Akan ada kemungkinan error karena gangguan kabel yang mengandung medan magnet
yang kuat
Harus dilakukan zero adjustment.
Penggunaan test – diode
Gb.Penggunaan tank ampere
Pemasangan diode dilakukan sebelum sistem running, dan dipasang di antara masukan
transmitter dan power supply. Akan tetapi dengan pemasangan seperti itu aka nada
tegangan drop sebesar 0.7 VDC.
Ketika kita mengukur menggunakan ampere meter , maka yang sebelumnya arus melalui
diode maka arus akan melalui sekaligus terukur pada ampere meter.
Gb.pemasangan diode pada transmitter
Gb. Pengukuran arus dengan diode yang sudah terpasang sebelumnya.
Gb. Contoh Penggunaan diode
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
45
Pengunaan shunt resistor
Menggunakan hokum ohm untuk mengukur tegangan untuk mendapatkan arus pada
yang mengalir pada rangkaian.
Tidak menggunakan 250Ω karena akan banyak tegangan yang drop.
Penggunaan shunt resistor biasanya 1Ω
Gb. Pengukuran arus dengan menggunakan shunt resistor
Dengan metode pengukuran tegangan
Tidak ada ukuran resistansi yang standar untuk coil sebuah transducer. Sebelum
dipasang maka jika metode ini dipakai maka harus ada catatan resistansi coil.
Yang dihitung dari metode ini adalah besar tegangan drop.
Contoh sebuah I/P transducer dengan coil resistance : Fisher model 567 I/P = 176ohm,
so 0,7 Volt pada 4 mA, dan3,5 volt pada 20 mA
Gb. Pengukuran current loop dengan metode pengukuran tegangan
Dengan penggunaan Loop Calibrator
Ada sebuah alat pengetes yang khusus digunakan pada instrument yang disebut loop calibrator
yang hanya digunakan untuk men-troubleshoot suatu current loop 4-20ma pada rangkaian. Alat
ini tidak hanya sebagai pengukur arus (measuring) akan tetapi juga memberikan sumber arus
(sourcing) kepada instrument yang tidak bertenaga (unpowered) di dalam loop, juga
mensimulasi (simulating) operasi transmitter berdaya 4-20mA.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
46
Gb. Penggunaan loop calibrator sebagai alat ukur (measuring)
Tujuan dari measuring adalah untuk mengukur arus yang keluar dari kontroler dan yang telah
dibebani oleh transmitter. Parameternya adalah apakah nilai MV sama dengan yang terukur
pada kabel. Selain metode ini ( pengukuran secara seri untuk mendapatkan nilai arus ), bisa
juga dilakukan dengan penggunaan metode test diode yang ada pada transmitter.
Gb. Penggunaan loop calibrator sebagai sumber arus (sourcing)
Tujuan dari sourcing ini adalah untuk untuk menggantikan transmitter yang masuk ke SP dari
sebuah kontroler yaitu bukan hanya untuk mengatur arus , akan tetapi menyediakan tenaga ke
dalam rangkaian. Tidak perlu untuk menyambungkan power yang tersedia pada kontroler
tetapi cukup memasukan konektornya ke sensing terminalnya (analog pin). Parameternya adalah
apakah arus yang telah disetting pada loop calibrator ( yang saat itu berfungsi sebagai source
), sama dengan PV yang ditunjukan kontroler. Selain pada controller alat ini dapat juga
sebagai sourcing pada transducer yang telah dihubungkan ke control valve. Sehingga dapat
juga dilihat apakah nilai yang diseting pada loop calibrator sama dengan %buka dan %tutup
pada control valve.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
47
Gb. Penggunaan loop calibrator sebagai simulator transmitter (simulating)
Tujuan dari simulating ini adalah untuk mensimulasikan kerja transmitter/transducer yang berada
pada jarak yang jauh. Hal ini hampir sama dengan sourcing akan tetapi disimulasikan jika
diletakan pada ujung kabel dimana transmitter secara fisik akan diletakan. Parameternya
adalah apakah nilai yang telah disetting pada loop calibrator yang berpura – pura sebagai
transmitter ( pada kondisi realnya : lokasi dan sumber tegangan ) sama dengan nilai PV yang
tertera pada kontrolernya.
3.6
Kalibrasi Instrumen
Setiap instrument pasti memilki minimal sebuah masukan dan sebuah keluaran. Semisal sensor
tekanan, masukannya pasti adalah tekanan fluida dan keluarannya biasanya sinyal elektrik.
Untuk sebuah loop indicator masukan pasti berupa arus 4-20ma dan keluarannya adalah
tampilan yang bisa terbaca oleh manusia. Untuk VSD masukan pasti berupa sinyal elektrik dan
keluarnnya berupa daya listrik yang menjadi masukan ke motor.
Sebuah calibration dan ranging adalah suatu metode yang digunakan untuk melihat dan
menyetarakan diantara masukan dan keluaran dari sebuah instrument. Secara sederhana
calibration berarti mecocokan hasil yang didapat dari keluaran suatu instrument dengan nilai
yang sebenarnya. Ranging berarti menstabilkan relasi hubungan antara masukan dan keluaran.
Mengkalibrasi suatu instrument berarti mengecek dan dan mencocokan (to adjust) dari respon
sehingga keluaran dari instrument tepat merespon dengan masukannya. Untuk melakukan hal ini,
maka yang pasti adalah masukan stimulus yang sudah pasti tepat untuk besarannya.
Untuk me-range dari suatu instrument berarti menset titik tertinggi dan terendah dari range
sehingga dapat merespon sensitifitas tepat dengan perubahan input. Contoh sebuah pressure
transmitter dengan range 0 sampai 200 PSI (0 PSI = 4ma output; 200 PSI = 20ma output)
dapat di-range ulang dengan skala 0 sampai 150 PSI (0 PSI = 4ma output; 150 PSI = 20ma
output).
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
48
Gb. Grafik ideal input dan output suatu instrument yang linear
Zero and Span adjustment
Ada penyesuaian untuk zero dikarenakan nol (0%) dari sebuah instrument bukan berarti nol
sinyal / tidak ada sinyal, melainkan bisa berarti 4ma. Biasanya dalam sebuah persamaan
dapat dikatakan sebagai offset / bias. Suatu masukan dan keluaran instrument yang bersifat
linear dapat dijadikan sebuah persamaan :
Ada sebuah instrument dengan range masukan tekanan 0PSI sampai 100PSI, sedangkan
keluaran dari 4 mA sampai 20 mA . Maka kita dapat gambarkan terlebih dahulu sbb:
Gb. Hubungan input pressure dengan current output
Dengan gambar tersebut dapat diperoleh :
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
49
Saat diubah / to adjust zero point maka yang dirubah adalah nilai b dari persamaan linearnya.
Ketika mengubah span berarti mengubah nilai dari gradiennya.
Zero adjustment biasanya mengambil salah satu atau lebih bentuk di dalam instrument sbb:
Bias Force (per atau gaya suatu massa dari suatu mekanisme)
Mechanichal offset (menambah atau mengurang sejumlah tertentu gerakan)
Bias voltage ( menambah atau mengurang sejumlah tertentu potensial listrik)
Span adjustment biasanya mengambil salah satu dari bentuk ini :
Fulcrum position untuk sebuah tuas ( mengubah gaya atau gerakan multiplikasi )
Amplifier gain ( mengali atau membagi sejumlah sinyal tegangan )
Spring rate ( mengubah gaya per jarak dari regangan )
Jenis kalibrasi error : Zero shift
Kalibrasi error dari zero shift akan menggeser fungsi persamaan secara vertikal di grafik,
setara dengan nilai perubahan b di persamaan linear. Pergeseran ini akan mempengaruhi
semua titik secara seimbang / sama menciptakan presentase yang sama dari range error dan
diperbaiki secara hati – hati dengan zero adjustment sampai responnya ideal.
Gb. Effect dari zero shift
Jenis kalibrasi error : Span shift
Kalibrasi error dari span shift akan menggeser gradient dan fungsi grafik yang setara dengan
perubahan nilai m di persamaan linear.Efek error ini akan mempengaruhi nilai secara tidak
sama di titik sepanjang rangenya. Jika sebuah transmitter memerlukan perbaikan span shift
maka harus diperbaiki secara hati – hati dengan memindah span adjustment sampai responnya
ideal.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
50
Gb. Efek dari span shift
Jenis kalibrasi error: linearity calibration
Kalibrasi berupa linearitas error ini menyebabkan persamaan fungsi dari respon alat instrument
menjadi tidak lagi berupa garis lurus. Error jenis ini menyebabkan zero error dan span error
karena kedua error berhubungan dengan linearitas. Ada beberapa alat yang menyediakan
linear adjust ke responnya, dan proses perubahan harus dilakukan secara hati – hati.
Pengaturan linearitas pada setiap model alat instrument memilki perbedaan, jadi harus
langsung melihat kepada datasheet / manual alat dari pembuat tersebut, bagaimana untuk
melihat error dan cara pengkalibrasiannya. Jika instrument tidak memilki linearity adjuster maka
yang dapat dilakukan adalah memisahkan error antara titik tertinggi dan titik terendah,
sehingga error maksimal dapat diketahui dan diminimalisir.
Gb. Efek dari linearity error
Jenis kalibrasi error : Hysteresis Error
Kalibrasi error histerisis muncul ketika respon dari alat instrument berbeda ketika terjadi
kenaikan input dan penurunan input. Cara untuk mendeteksi error ini adalah dengan cara test
kalibrasi up – down, mengecek respon alat instrument di titik kalibrasi yang sama saat menuju
ke atas dan ke bawah. Histerisis error bisa muncul karena beda gesekan mekanik antara elemen
yang bergeser dan kekocakan suatu elemen dari sebuah instrumen. Contoh : diafragma, lever,
pivot, gear. Semisal oleh karena kekocakan, ketika bergerak maju dan mundur atau atas dan
bawah besar nilai pergerakannya menjadi berbeda atau gaya yang diperlukan suatu
diafragma untuk mengembang atau mengempis berbeda.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
51
Oleh karena histerisis error ini maka ketika stimulus dari masukan naik (rising stimulus) maka nilai
keluaran akan turun dari normal, sedangkan ketika stimulus turun (falling stimulus) maka nilai
keluaran akan naik dari normal. Oleh karena histerisis error tidak dapat dibenarkan dengan
semudah melakukan adjust calibration pada instrument, melainkan salah satu dari sebuah
komponen yang aus harus diganti atau membetulkan masalah kopling pada sisi mekanik.
Gb. Efek dari hysteresis error
Dalam prakteknya, kebanyakan dari kalibrasi error adalah kombinasi dari zero, span, linearity,
dan hysteresis error. Adalah hal yang penting untuk diingat, sangat jarang ketika sebuah
instrument hanya mengalami sebuah zero error. Dalam kata lain sangat jarang menemukan
sebuah instrument yang mengalami span,linearity, atau histerisis error tetapi tidak disertai zero
error. Oleh karena hal ini maka, seorang teknisi biasanya melakukan single point calibration test
dari sebuah instrument sebagai indikasi kualitatif dari sehat / tidaknya suatu pengkalibrasian.
Jika suatu instrument ketika dilakukan kalibrasi pada satu poin menghasilkan hasil yang sesuai,
maka kemungkinan besar ketika dilakukan dalam range yang lain maka kemungkinan sesuai
nya sangat besar. Berkebalikan bila instrument tidak menunjukan kesesuaian ketika dilakukan
kalibrasi pada satu poin pengukuran, maka alat ini perlu dikalibrasi.
Dokumentasi kalibrasi instrument: As Found and as-left documentation
Salah satu prinsip dari kalibrasi adalah bagaimana untuk mendokumentasikan hasil dari
pengkalibrasian suatu instrument sebagaimana ditemukan (found) dan apa yang terjadi (left)
ketika dilakukan adjustment. Tujuan dari pendokumentasian ini adalah membuat sebuah data
yang nanti akan diketahui seberapa jauh nilai yang dihasilkan (as found) dengan nilai yang
seharusnya muncul yang kemudian dilakukan tindakan koreksi. Selisih dari error yang ditemukan
ini sangat penting untuk program predictive maintenance ataupun untuk quality control.
Contohnya:
Tabel 3.3 as found as left calibration document
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
52
Dokumentasi kalibrasi instrument: Up test and Down Test
Tabel 3.4 Up test and down Test calibration document
Dari table di atas maka terlihat besar nilai histerisis maksimal adalah 0,313%
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
53
3.7
Pertanyaan Review
PERTANYAAN 3.4 (INST240_SEC1.PDF , QUESTION 83)
Tentukan besar tekanan pada masing – masing pressure switch jika ingin menghidupkan PL
tersebut, jika masing – masing setingan triping point :
PS1 = 50 PSI
PS2 = 31 PSI
PS3 = 77 PSI
PS4 = 8 PSI
Gb. Proses switch
PERTANYAAN 3.5 (INST240 SEC2.PDF, QUESTION 28)
Sebuah pressure transmitter memilki sebuah range input antara 0 sampai 100 PSI dan sebuah
output dengan range 4 sampai 20 mA. Ketika dilakukan kalibrasi as found calibration
didapatkan hasil sbb:
Tabel 3.5 as found test calibration result
Sketsa persamaan ideal dan grafik fungsi dari hasil kalibrasi tersebut. Kemudian tentukan dari
hasil kalibrasi tersebut , jenis error apa yang terdapat pada instrument tersebut? Apakah zero
error, span error, linearity error, atau hysteresis error.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
54
PERTANYAAN 3.6 (INST240 SEC2.PDF, QUESTION 29)
Sebuah DP transmitter memiliki masukan 0 sampai 100 inch W.C. dan sebuah keluaran dengan
range 4 – 20ma. Ketika dilakukan sebuah kalibrasi dengan metode as found calibration
didapatkan hasil sbb:
Tabel 3.6 as found test calibration result
Sketsa persamaan ideal dan grafik fungsi dari hasil kalibrasi tersebut. Kemudian tentukan dari
hasil kalibrasi tersebut , jenis error apa yang terdapat pada instrument tersebut? Apakah zero
error, span error, linearity error, atau hysteresis error.
PERTANYAAN 3.7 (INST240 SEC2.PDF / QUESTION 76)
Tentukan fungsi dari sensor tekan dan relay dari rangkaian monitoring steam boiler dan
dimaksudkan untuk apa saja peletakan sensor tekan berikut?
Gb. Wiring : monitoring steam boiler
Jelaskan efek yang terjadi pada sistem apabila kontak dari timer delaynya digantikan oleh
NC.
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
55
PERTANYAAN 3.8
Sebuah kontroler mengeluarkan arus sebesar 8,55 mA terhadap control valve secara langsung
(direct) ( dimana 4 mA adalah tertutup penuh sedangkan 20 mA adalah terbuka penuh). Berapa
control valve dapat membuka pada posisi MV seperti itu?
Gb. Hubungan Current signal dengan Valve position
PERTANYAAN 3.9
Sebuah flow transmitter memilki jangkauan (range) 0 sampai 350 Gallon per minute, 4 – 20 mA
, memilki relasi langsung (direct responding). Hitung sinyal arus ketika pada flowmeter terdeteksi
204 GPM.
Gb. Hubungan Current Signal dengan Flow
PERTANYAAN 3.10
Sebuah Temperature transmitter memilki jangkauan 50 sampai 140 derajat Fahrenheit dan
memilki 4 – 20 mA sinyal keluaran. Hitung besar sinyal keluaran oleh transmitter jika
temperature yang terukur adalah 79 derajat Fahrenheit.
Gb. Hubungan Current signal dengan Temperature
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
56
PERTANYAAN 3.11
Sebuah pH transmitter dikalibrasi dengan jangkauan 4 pH sampai 10 pH dengan 4 – 20 mA.
Hitung pH yang terukur pada transmitter bila sinyal keluaran adalah 11,3 mA.
Gb. Hubungan Current signal dengan pH
PERTANYAAN 3.12
Sebuah transducer arus – tekanan digunakan untuk mengkonversi sinyal arus 4-20 mA ke 3 – 15
PSI sinyal pneumatic. Transducer ini dikonfigurasi sebagai reverse action. ( tekanan menjadi 15
PSI jika sinyal masukan 4 mA dan tekanan menjadi 3 PSI jika sinyal masukan 20 mA . Hitung
sinyal arus yang dibutuhkan bila diperlukan tekanan 12,7 PSI.
Gb. Hubungan Current Signal dengan Tekanan
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI
Chapter 3
Instrumentasi Elektronik Analog dan Digital
57
PERTANYAAN 3.13
Apakah beda pengukuran current loop dengan metode pengukuran tegangan seperti gambar
berikut inii :
Gb. Current loop troubleshoot with voltage measurement (2)
Gb. Current loop troubleshoot with voltage measurement (3)
PSGC Mechatronic Department | INSTRUMENTASI INDUSTRI