LAPORAN PSIKOLOGI ORANG DEWASA (PELATIHAN)
Dosen Pengampu:
Seta Ariawuri Wicaksana, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Kelompok 2:
1. Bertha Shalsyabilla Zulmi
(6022210098)
2. Talitha Salsabila Siswanto
(6022210066)
3. Farah Diba Nafiisah
(6022210057)
4. Haura Salma Ibrahim
(6022210060)
5. Sri Rosselina Dewi
(6022210062)
6. Nirina Rizqya Putri
(6022210065)
7. M. Fasha F. Febrizah
(6022210076)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan pelatihan ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Psikologi Pelatihan Orang Dewasa. Selain itu, laporan ini juga bertujuan sebagai
dokumentasi dan evaluasi atas kegiatan pelatihan yang dilaksanakan. Melalui pelatihan yang
kami lakukan sebagai mahasiswa kami berusaha untuk memberikan kontribusi positif melalui
pelatihan dengan mengimplementasikan ilmu yang sudah kami dapatkan dari perkuliahan.
Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Seta Ariawuri
Wicaksana, S.Psi., M.Psi., Psikolog. selaku Dosen Psikologi Pelatihan Orang Dewasa yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini. Kemudian, kami menyadari bahwa pelatihan yang kami
lakukan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Sabtu, 4 Januari 2025
Penyusun
MEMBANDINGKAN PERENCANAAN PELATIHAN DENGAN PRAKTEK
Pelatihan berpikir kritis merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan orang
dewasa. Kemampuan berpikir kritis dianggap esensial dalam mendukung individu untuk
menghadapi tantangan kehidupan modern yang kompleks, termasuk dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan adaptasi terhadap perubahan. Pelatihan ini dirancang
untuk membantu peserta mengembangkan keterampilan analisis, evaluasi, dan interpretasi
informasi secara lebih mendalam dan reflektif. Namun, dalam pelaksanaannya, sering kali
ditemukan adanya kesenjangan antara perencanaan pelatihan dan implementasinya di
lapangan. Kesenjangan ini dapat berdampak pada efektivitas pelatihan, sehingga tujuan awal
yang ingin dicapai mungkin tidak sepenuhnya terpenuhi. Penyebab kesenjangan ini beragam,
mulai dari perbedaan kebutuhan peserta, kendala teknis, hingga keterbatasan waktu yang
tersedia. Berikut adalah analisis perbandingan antara perencanaan pelatihan dan
pelaksanaannya dalam seminar pelatihan berpikir kritis.
1. Perencanaan Pelatihan
● Tujuan dan Sasaran: Dalam perencanaan, tujuan pelatihan dirumuskan secara
spesifik dan terukur. Contohnya, meningkatkan kemampuan peserta dalam
menganalisis argumen, mengevaluasi informasi, dan mengembangkan solusi
berbasis logika. Sasaran pelatihan mencakup kelompok usia dewasa dengan
latar belakang pendidikan sebagai mahasiswa.
● Materi Pelatihan: Materi dirancang untuk mencakup beberapa aspek penting
yang relevan dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis. Teori dasar
menjadi landasan utama, memberikan penjelasan mengenai definisi, manfaat,
dan prinsip berpikir kritis secara rinci. Selain itu, pelatihan juga mencakup
teknik analisis logis, yaitu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi
asumsi, bias, dan kesalahan logika dalam berbagai konteks. Studi kasus
digunakan sebagai media pembelajaran interaktif, memungkinkan peserta
untuk menerapkan teori dalam situasi nyata.
● Metode Pelatihan:
1. Ceramah interaktif yang memberikan informasi dasar.
2. Diskusi kelompok kecil untuk meningkatkan keterlibatan.
3. Simulasi untuk mengaplikasikan teori ke situasi nyata.
4. Praktik kelompok berupa analisis kasus yang relevan dengan materi
yang dibawakan.
● Instruktur: Instruktur dipilih berdasarkan pengalaman dalam bidang
keterampilan komunikasi yang baik. Briefing dilakukan untuk menyelaraskan
visi instruktur dengan tujuan pelatihan.
● Evaluasi:
1. Pre-Test: Digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta dan
memastikan materi yang disiapkan sesuai dengan tingkat pemahaman
mereka. (menggunakan kahoot sebagai alat tes)
2. Post-Test: Digunakan untuk mengukur kemampuan akhir peserta dan
memastikan materi yang disiapkan dapat meningkatkan pemahaman
peserta. (menggunakan kahoot sebagai alat tes)
3. Kuesioner Feedback Awal: Memberikan kesempatan bagi peserta uji coba
untuk memberikan masukan tentang struktur dan isi pelatihan. Data dari
evaluasi ini membantu memastikan bahwa materi pelatihan relevan dan
metode yang digunakan mampu mendukung pencapaian tujuan.
2. Praktek Pelatihan
● Tujuan dan Sasaran: Dalam praktiknya, tujuan pelatihan tetap berfokus pada
meningkatkan kemampuan peserta dalam menganalisis argumen, mengevaluasi
informasi, dan mengembangkan solusi berbasis logika. Namun, karena keterbatasan
waktu dan dinamika peserta, fokus utama lebih pada pengenalan dasar berpikir kritis
tanpa mendalami seluruh aspek.
● Materi Pelatihan: Materi yang disampaikan hanya mencakup elemen-elemen
esensial, seperti definisi berpikir kritis, manfaatnya, dan prinsip-prinsip utama.
Pendekatan pada teknik analisis logis dan studi kasus terbatas, dengan hanya satu atau
dua contoh yang berhasil didiskusikan secara mendalam.
● Metode Pelatihan:
1. Ceramah yang diberikan di awal sesi sangat informatif tetapi memakan waktu
lebih banyak dari yang direncanakan.
2. Diskusi kelompok kecil berjalan dengan baik, tetapi beberapa kelompok
memerlukan lebih banyak panduan untuk tetap fokus pada topik.
3. Simulasi dilakukan, namun durasinya lebih singkat dari yang diharapkan
sehingga peserta tidak sepenuhnya memahami penerapan teori dalam konteks
nyata.
4. Analisis kasus pun memakan waktu yang banyak karena peserta lebih aktif
dalam mengikuti sesi ini.
● Instruktur: Fasilitator memiliki keahlian komunikasi yang memadai dan mampu
menjaga perhatian peserta. Namun, beberapa fasilitator mengalami kesulitan untuk
menjaga waktu dan memastikan semua peserta terlibat secara merata.
● Evaluasi:
1. Pre-Test: Dilakukan dengan baik sebagai pengukuran awal.
2. Post-Test: Dilakukan dengan baik sebagai pengukuran awal.
3. Kuesioner Feedback: Memberikan wawasan penting, termasuk kebutuhan
untuk menambah interaktivitas dan memperbaiki pengelolaan waktu selama
sesi pelatihan.
ANALISIS TERKAIT HAL-HAL YANG DAPAT MENJADI GAP
Pelatihan berpikir kritis merupakan salah satu metode pengembangan yang penting
bagi orang dewasa untuk menghadapi kesulitan di kehidupan modern. Pelaksanaan pelatihan
berpikir kritis dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam hal
analisis, evaluasi, dan pengambilan keptususan secara logis. Namun, terdapat beberapa
kesenjangan atau gap antara perencanaan awal dengan implementasi di lapangan. Gap ini
diakibatkan oleh beberapa hal, termasuk kesulitan dalam mengelola peserta, pemberian
materi, dan keterbatasan waktu. Oleh karena itu, analisis berikut akan membahas mengenai
gap yang ditemukan, dampaknya, serta pengembangan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan efektivitas pelatihan di masa depan.
1. Manajemen Waktu
Waktu pelaksanaan melebihi waktu yang diberikan pada setiap sesinya. Pada
sesi utama yaitu penyampaian materi, waktu yang digunakan cukup banyak sehingga
beberapa sesi berikutnya pun terlambat. Beberapa sesi seperti sesi debat dan sesi tanya
jawab juga menjadi faktor kurangnya manajemen waktu pada kegiatan tersebut.
Penggunaan waktu yang kurang efisien ini berdampak terhadap beberapa sesi yang
dipersingkat durasinya dari waktu yang direncanakan sebelumnya.
Solusi yang bisa lakukan adalah diperlukannya time keeper yang bertanggung
jawab dalam menjaga manajemen waktu selama kegiatan berlangsung agar sesuai
dengan rincian waktu di dalam rundown yang sudah dibuat. Bisa juga dengan
menyisipkan waktu buffer time untuk mengantisipasi keterlambatan kegiatan.
2. Kedalaman Materi Pelatihan
Keterbatasan materi pelatihan pada elemen dasar saja menghambat pemahaman
tentang berpikir kritis bagi peserta. Kurangnya paparan pada permasalahan yang
kompleks dan beragam membuat kesulitan mengaplikasikan prinsip-prinsip berpikir
kritis secara optimal dalam situasi nyata. Materi yang lebih menantang dan beragam
akan mendorong peserta untuk berpikir secara kritis, kreatif, dan analitis. Pemateri
juga perlu menguasai secara baik materi yang akan disampaikan kepada peserta agar
isi materi dapat mudah diterima. Selain itu, konten PowerPoint perlu dirombak dengan
menggunakan tampilan yang lebih kreatif dan well-prepared.
Solusi yang dapat diberikan adalah dengan mendalami materi yang ingin
disampaikan dan pemateri perlu menguasai secara betul materi yang ingin
disampaikan. Selain itu, perlu diperhatikan apakah konten dari PowerPoint sudah
cukup bagus untuk ditampilkan ke peserta seminar.
3. Partisipasi Peserta
Hal yang dapat menjadi gap dalam pelaksanaan pelatihan ini adalah partisipasi
peserta. Dalam pelatihan ini metode debat diterapkan dengan tujuan peserta dapat lebih
kolaboratif dan interaktif selama pelatihan. Namun, tidak semua peserta aktif dan
nyaman dengan metode ini sehingga potensi pembelajaran tidak sepenuhnya optimal.
Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan metode small group mentoring untuk
menciptakan suasana yang lebih personal dan mendukung peserta yang kurang percaya
diri.
4. Monitoring Evaluasi Berkelanjutan
Evaluasi dalam pelatihan ini masih terbatas pada post-test dan kuisioner tanpa
tindak lanjut jangka panjang. Hal ini membuat keterbatasan untuk mengetahui dampak
nyata pelatihan yang dilakukan terhadap pengembangan peserta. Solusi yang dapat
diterapkan dengan melakukan evaluasi secara berkala, seperti satu bulan pasca
pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta menerapkan
materi. Membentuk forum diskusi online dapat menjadi ruang bagi peserta berbagi
pengalaman dan tantangan mereka.
ANALISIS SWOT
Berdasarkan pelatihan yang telah dilakukan, program pelatihan ini memiliki banyak
kelebihan yang menjadi kekuatan utama. Salah satunya adalah persiapan yang dilakukan
dengan sangat matang. Kelompok kami sudah mempersiapkan rundown, tema, pre-test dan
post-test, banner, sertifikat, hadiah, serta materi yang lengkap dalam Google Docs dan
presentasi PowerPoint. Selain itu, materi pelatihan disusun secara terstruktur, mulai dari
pengertian umum, tahapan-tahapan, hingga contoh berpikir kritis yang relevan. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok kami benar-benar memperhatikan kebutuhan peserta agar
tujuan pelatihan tercapai, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan public
speaking. Metode yang digunakan juga cukup interaktif, seperti presentasi menggunakan
PowerPoint dan games debat "Conflict Crusher" yang berhasil meningkatkan keterlibatan
peserta. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan sebanyak lebih dari lima yang
diajukan saat sesi tanya jawab. Selain itu, pemateri juga memberikan feedback yang jelas dan
membantu,
sehingga
peserta
bisa
memahami
materi
dengan
lebih
baik
dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pelatihan ini juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Salah
satu kelemahan utamanya adalah manajemen waktu yang kurang optimal. Sesi tanya jawab
dan debat berlangsung lebih lama dari yang ditentukan, sehingga kegiatan menjadi terlambat.
Selain itu, metode yang digunakan cenderung kurang bervariasi karena hanya fokus pada
PowerPoint dan debat. Hal ini mungkin kurang cocok untuk peserta dengan gaya belajar yang
berbeda.
Meskipun begitu, pelatihan ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih
lanjut. Kegiatan ini dapat menjadi program rutin yang bertujuan untuk terus meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan public speaking peserta dengan menggunakan studi kasus yang
beragam. Kelompok kami juga dapat mengembangkan metode baru, seperti role-playing, studi
kasus, atau media interaktif lainnya agar pelatihan menjadi lebih menarik dan efektif.
Namun, terdapat beberapa ancaman yang perlu kami perhatikan, seperti keterbatasan
waktu yang bisa mengganggu efektivitas kegiatan jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu,
tidak semua peserta mungkin merasa nyaman dengan metode debat, sehingga ada risiko
beberapa peserta kurang aktif berpartisipasi. Jika program pelatihan terlalu bergantung pada
penggunaan alat teknis, seperti PowerPoint dan games, hal ini bisa menjadi masalah jika ada
gangguan teknis (misalnya, PowerPoint tidak berfungsi) atau jika ada perubahan mendadak
dalam rencana (misalnya, waktu yang berubah atau materi yang harus disesuaikan). Oleh
karena itu, untuk keberlanjutan program, kelompok kami perlu memperbaiki manajemen
waktu, menambahkan variasi metode pelatihan, dan mempersiapkan beberapa alternatif agar
kegiatan berjalan dengan lebih fleksibel dan efektif.
PROGRAM PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN LATIHAN
Program
peningkatan
dan
pengembangan
pelatihan
ini
difokuskan
untuk
mengoptimalkan manajemen waktu, mendiversifikasi metode pelatihan, memperdalam konten
materi, dan meningkatkan partisipasi peserta. Langkah pertama, manajemen waktu harus
diperbaiki dengan menerapkan sistem time keeper dan buffer time yang terencana. Setiap sesi
pelatihan akan memiliki pengawas waktu khusus yang bertanggung jawab memastikan setiap
aktivitas berjalan sesuai durasi yang dialokasikan. Selain itu, penambahan waktu buffer
sebesar 15-20% dari total durasi akan membantu mengakomodasi diskusi yang lebih
mendalam atau kendala teknis yang mungkin muncul. Dari segi materi, pengembangan konten
pelatihan akan diperdalam dengan memperbaiki konten PowerPoint dengan menggunakan
tampilan yang lebih kreatif dan well-prepared. Materi tidak hanya akan mencakup konsep
dasar, tetapi juga aplikasi praktis dalam berbagai konteks kehidupan nyata. Para instruktur
akan melalui sesi persiapan yang lebih intensif untuk memastikan penguasaan materi yang
mendalam, termasuk kemampuan untuk menghubungkan teori dengan contoh-contoh konkret
yang relevan dengan peserta.
Untuk meningkatkan partisipasi peserta, program akan menerapkan pendekatan
blended learning yang mengkombinasikan metode synchronous dan asynchronous. Metode
pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak hanya mengandalkan presentasi PowerPoint dan
debat, tetapi juga mencakup role-playing, simulasi digital, dan project-based learning. Small
group mentoring akan diimplementasikan untuk memberikan pendampingan yang lebih
personal,
terutama
bagi
peserta
yang
memerlukan
dukungan
tambahan
dalam
mengembangkan kepercayaan diri mereka. Sistem monitoring dan evaluasi akan ditingkatkan
melalui penerapan evaluasi multi-tahap yang berkelanjutan. Selain pre-test dan post-test, akan
diadakan follow-up evaluation setelah satu bulan pasca pelatihan untuk mengukur dampak
jangka panjang. Forum diskusi online akan dibentuk sebagai platform untuk berbagi
pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan. Para peserta dapat mengakses materi tambahan,
berinteraksi dengan instruktur, dan mendiskusikan penerapan keterampilan berpikir kritis
dalam kehidupan sehari-hari.
Pelatihan berikutnya juga perlu untuk menambahkan sesi latihan public speaking
singkat untuk membantu peserta meningkatkan kepercayaan diri dalam berbicara di depan
umum, dilengkapi dengan feedback langsung terkait intonasi, gestur, dan penyampaian. Untuk
memastikan semua peserta terlibat aktif, akan digunakan metode ice-breaking, rotasi peran,
dan opsi partisipasi non-verbal bagi peserta yang kurang percaya diri. Dokumentasi dan
sharing best practices akan dilakukan secara sistematis untuk terus meningkatkan kualitas
program. Umpan balik dari peserta akan dianalisis secara berkala untuk melakukan
penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan dalam pengembangan program selanjutnya.
Evaluasi berkelanjutan melalui google form yang akan dilakukan untuk mendapatkan masukan
yang berguna dalam menyempurnakan kegiatan berikutnya. Dengan langkah-langkah ini,
diharapkan pelatihan dapat berjalan lebih efektif, menarik, dan relevan, sekaligus memberikan
manfaat jangka panjang bagi peserta dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis dan
public speaking mereka.
KESIMPULAN
Pelatihan berpikir kritis yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami dapat
disimpulkan sebagai kegiatan yang berhasil memberikan dampak positif bagi peserta.
Meskipun terdapat beberapa tantangan seperti pengelolaan waktu dan pendalaman materi
yang terbatas, pelatihan ini secara keseluruhan mampu mencapai tujuan utamanya, yaitu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta. Antusiasme peserta selama pelatihan,
terutama dalam sesi interaktif seperti games Conflict Crusher, menunjukkan bahwa metode
yang kami gunakan cukup efektif dalam mendorong peserta untuk berpikir logis, kreatif, dan
analitis.
Evaluasi yang dilakukan, baik melalui pre-test, post-test, maupun kuesioner feedback,
memberikan gambaran bahwa pelatihan ini telah memberikan pemahaman baru bagi peserta
tentang pentingnya berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini juga menjadi
pengalaman berharga bagi tim pelaksana dalam mengembangkan kemampuan kerja sama,
kreativitas, dan profesionalisme. Untuk pengembangan di masa mendatang, kami
menyarankan beberapa perbaikan, seperti manajemen waktu yang lebih terstruktur, variasi
metode pelatihan yang lebih kreatif, dan evaluasi berkelanjutan untuk mengukur dampak
pelatihan dalam jangka panjang. Dengan demikian, diharapkan pelatihan berikutnya dapat
berjalan lebih efektif dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang
terlibat.
KESAN
Bertha Shalsyabilla Zulmi (6022210098) : Sebagai MC kesan positif dari pelatihan ini sangat
terasa. terutama melalui antusiasme dan partisipasi aktif peserta sepanjang acara. Peserta
merasa pelatihan ini seru, bermanfaat, dan memberikan tantangan yang mendorong mereka
untuk berpikir kritis. Sesi games "Conflict Crusher" menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, tetapi juga memberikan pengalaman kolaborasi dan diskusi yang mendalam.
Pada games tersebut peserta merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk menggali pemahaman
lebih jauh. Pelatihan ini juga memberikan ruang bagi peserta untuk mengeksplorasi ide,
berbagi pandangan, serta meningkatkan kemampuan komunikasi dan kerja sama tim. Secara
keseluruhan, pelatihan ini memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan berdampak
positif bagi peserta.
Sri Rosselina Dewi (6022210062) : Sebagai ketua pelaksana, saya merasakan kebanggaan dan
kepuasan yang mendalam melihat bagaimana acara ini telah terlaksana dengan sangat baik.
Persiapan yang matang dari tim kami, mulai dari penyusunan materi, pembuatan rundown,
hingga perancangan aktivitas interaktif, terbukti menghasilkan dampak positif yang signifikan
bagi para peserta. Saya sangat terkesan dengan tingkat partisipasi dan antusiasme peserta
selama pelatihan berlangsung. Melihat bagaimana mereka terlibat aktif dalam setiap sesi,
terutama saat sesi tanya jawab yang menghasilkan lebih dari lima pertanyaan berkualitas,
menunjukkan bahwa materi yang kami sampaikan berhasil memicu keingintahuan mereka.
Meskipun kami menghadapi beberapa tantangan dalam manajemen waktu, khususnya pada
sesi debat dan tanya jawab yang melebihi alokasi waktu yang ditentukan, hal ini justru
menunjukkan betapa tingginya tingkat keterlibatan dan minat peserta terhadap materi yang
disampaikan. Sebagai ketua pelaksana, saya melihat ini sebagai pembelajaran berharga untuk
perbaikan di masa mendatang. Yang paling membanggakan bagi saya adalah melihat
bagaimana tim kami berhasil menciptakan lingkungan pembelajaran yang tidak hanya edukatif
tetapi juga menyenangkan. Feedback positif yang kami terima, baik secara langsung maupun
melalui evaluasi, menegaskan bahwa pendekatan yang kami pilih tepat sasaran.
Farah Diba Nafiisah (6022210057) : Kesan saya dalam pelatihan ini sangat seru dan puas
karena dimulai dari semua anggota memikirkan rundown acara agar acara dapat berlangsung
dengan baik dan sesuai tujuan yang kita harapkan, pastinya sangat detail dari membuat tema
dan dilanjutkan dengan isi acara kegiatan seperti apa. Hal yang membuat pelatihan ini terasa
interaktif yaitu, kelompok kami membuat sebuah games “Conflict Crusher” yang dimana
menerlibatkan seluruh peserta untuk turut aktif, berpikir kritis dan mampu kerja sama tim.
Selama games berlangsung melebihi batas alokasi waktu yang ditentukan, saya merasa bahwa
keterlibatan peserta pada materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh seluruh
peserta dan juga pentingnya kerja sama tim. Saya suka dengan suasana ruangan yang sangat
interaktif dan bersemangat, dan dukungan peserta untuk memeriahkan acara ini dengan
menggunakan dresscode “Navy” selain itu peserta juga turut mengikuti materi yang
dibawakan dari awal hingga akhir sehingga acara pelatihan dapat berjalan lancar.
Haura Salma Ibrahim (6022210060) : Dalam pelatihan, terdapat beberapa hal yang berkesan
bagi saya, mulai dari waktu perencanaan hingga di hari eksekusi pelatihannya. Dalam
perencanaannya, kami sebagai anggota kelompok dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif
agar pelatihannya dapat dilakukan dengan baik dan memiliki feedback yang memuaskan.
Penyusunan materi, rundown, dan kegiatan yang akan menjadi highlight dalam pelatihannya
dibentuk sebaik mungkin dengan kerja sama yang baik dalam kelompok. Saya sebagai
dokumentator merasa puas dengan hasil pelatihan dan merasa beruntung bisa mengabadikan
momen antusiasme dari peserta saat pelatihan berlangsung. Momen yang paling berkesan bagi
saya adalah ketika agenda “Conflict Crusher”. Agenda tersebut menuntut semua peserta untuk
aktif berpartisipasi untuk memecahkan masalah yang diberikan. Dalam agenda “Conflict
Crusher” banyak dari peserta yang sangat antusias dengan sesinya hingga pelatihan menjadi
overtime. Saya merasa senang bisa mengabadikan setiap momen dalam pelatihan ini.
M. Fasha F. Febrizah (6022210076) : Kegiatan pelatihan ini sangat berkesan bagi saya
bertanggung jawab sebagai pemateri selama kegiatan. Dimulai dari dengan pendalaman materi
yang akan dibawa dan apa saja yang perlu saya sampaikan dalam seminar pelatihan tersebut.
Tentu ini menjadi hal yang pertama kali saya lakukan karena menyampaikan materi sekaligus
mencoba untuk menyederhanakan materi yang akan saya bawa. Saya mencoba untuk
menampilan materi saya dengan menarik dan mudah dipahami. Tak lupa, saya pun mencoba
berlatih menyampaikan materi dengan baik layaknya seorang pemateri di kegiatan seminar
tersebut. Momen yang paling berkesan bagi saya adalah pada saat sesi tanya jawab dan
“Conflict Crusher” karena disitu saya melihat bahwa apa yang saya bawakan ternyata
tersampaikan dengan baik walaupun masih ada yang perlu ditingkatkan. Lalu, disaat
penyerahan sertifikat saya sangat merasa tersanjung dapat berjabat tangan dengan Pembina di
depan peserta layaknya seorang pemateri. Harapan saya, hal ini semoga bisa menjadi batu
loncatan saya sebagai pengisi suatu acara di kemudian hari.
Nirina Rizqya Putri (6022210065): Sebagai MC dalam pelatihan ini, saya merasa sangat
terkesan dengan keseluruhan acara, terutama karena antusiasme peserta yang luar biasa.
Pelatihan ini terasa sangat seru dan bermanfaat, terutama pada saat sesi games debat Conflict
Crusher berlangsung. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk berpikir kritis dan bekerja sama
memecahkan masalah. Mereka terlihat sangat antusias dan bersemangat, hal ini terlihat dari
cara mereka yang aktif berpartisipasi hingga melampaui batas waktu yang sudah kelompok
kami tentukan. Saya juga merasa bahwa persiapan kelompok kami dalam merancang pelatihan
ini sudah cukup matang, mulai dari penyusunan materi hingga pembuatan rundown acara telah
memberikan hasil yang memuaskan. Meskipun kami mengalami beberapa tantangan dalam
manajemen waktu, hal itu justru menunjukkan tingginya minat dan keterlibatan peserta
terhadap pelatihan ini. Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari kelompok yang berhasil
menciptakan suasana belajar yang interaktif, menyenangkan, namun tetap edukatif. Saya
bangga karena tujuan kami untuk mendorong kemampuan berpikir kritis peserta berhasil
tercapai.
Talitha Salsabila Siswanto (6022210066): Sebagai pembicara dalam seminar berpikir kritis
ini, saya merasa sangat bersyukur dan bangga atas kesempatan untuk berbagi ilmu dengan
para peserta. Pengalaman ini benar-benar luar biasa karena antusiasme dan keaktifan peserta
yang memberikan inspirasi tersendiri bagi saya. Melihat peserta begitu terlibat dalam diskusi,
memberikan tanggapan, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam, saya
merasa bahwa materi yang saya sampaikan mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan
semangat belajar mereka. Salah satu momen yang paling berkesan bagi saya adalah sesi tanya
jawab, di mana lebih dari lima pertanyaan yang sangat berbobot diajukan oleh peserta. Hal ini
membuktikan bahwa topik yang dibahas sangat relevan dan berhasil menarik perhatian
mereka. Saya juga sangat mengapresiasi penyelenggaraan acara yang berjalan dengan baik.
Mulai dari alur acara yang tersusun rapi hingga suasana seminar yang hangat dan penuh
interaksi, semuanya mendukung keberhasilan proses penyampaian materi. Meskipun ada
sedikit kendala pada pengelolaan waktu, terutama pada sesi debat yang melebihi durasi yang
direncanakan, hal ini justru menjadi indikator tingginya minat peserta terhadap materi yang
disampaikan. Secara keseluruhan, saya merasa bangga dan bersyukur dapat berkontribusi
dalam seminar ini. Saya berharap, ilmu yang telah saya sampaikan dapat menjadi bekal yang
bermanfaat bagi peserta dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis di berbagai aspek
kehidupan mereka.
DOKUMENTASI KEGIATAN
LAMPIRAN
1. Rundown Acara
No.
Waktu
Durasi
Kegiatan
Keterangan
1.
11.00 – 11.05
WIB
5
Menit
Interaksi MC
Dalam kegiatan ini, MC mulai membuka
acara dan menyambut peserta seminar.
2.
11.05 – 11.15
WIB
10
Menit
Pelaksanaan Pre-test
MC akan menginstruksikan peserta seminar
untuk melaksanakan sesi pre-test terlebih
dahulu.
Materi:
3.
11.15 – 11.40
WIB
25
Menit
“How to Strengthen
My Analytical
Thinking?”
Dalam kegiatan ini, MC akan
mempersilakan pembicara untuk
membawakan materi yaitu “How to
Strengthen My Analytical Thinking?”
yang akan memberikan penjelasan
mendalam mengenai langkah-langkah
yang efektif dalam melatih pola pikir
kritis, mengenali pola, dan membuat
keputusan yang lebih cerdas melalui
pendekatan analitis.
Pembicara :
Muhammad Fasha dan Talitha Salsabila
4.
11.40 – 12.00
WIB
20
Menit
5.
12.00 – 12.10
WIB
10
Menit
Games:
“Conflict Crusher”
Pelaksanaan Post-test
“Conflict Crusher” termasuk dalam
debate session yang dimana peserta
akan diberikan topik tertentu untuk
didiskusikan bersama kelompoknya
masing-masing dan kemudian setiap
kelompok akan mempresentasikan hasil
diskusi mereka dan saling berdebat
dengan kelompok lain.
MC akan menginstruksikan peserta seminar
untuk melaksanakan sesi post-test terlebih
dahulu.
6.
12.10 – 12.15
WIB
5
Menit
Penutupan dan Sesi
Dokumentasi
MC menutup acara seminar dan
melaksanakan sesi foto bersama oleh
Pubdekdok.