MAKALAH
ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL
Dosen Pengampu:
Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
Dr. Wiralestari, S.E., M.Si.
Disusun Oleh:
Irenne Manurung (C1C022157)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aspek
Keprilakuan Pada Auditor Internal” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR., CSRS. pada mata kuliah
Akuntansi Keperilakuan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca serta bagi penulis mengenai Aspek Keprilakuan Pada
Auditor Internal.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku Bapak Dr. Wirmie Eka Putra,
S.E., M.Si., CIQnR., CSRS. Selaku dosen pengampun mata kuliah Akuntansi
Keperilakuan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuaidengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.
Jambi, 13 Novenber 2024
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................. 5
BAB II ..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................... 6
A.
Audit Internal............................................................................................................................... 6
B.
Memotivasi Pihak yang Diaudit .................................................................................................. 6
C.
Hubungan dengan Gaya Manajemen ........................................................................................... 7
D.
Pengelolaan Konflik .................................................................................................................... 9
E.
Masalah-masalah Hubungan...................................................................................................... 11
F.
Karakteristik Umum Individu .................................................................................................... 11
F. Kesadaran pada Diri Sendiri.......................................................................................................... 12
G. Komunikasi Secara Efektif ........................................................................................................... 13
H. Menghadapi Banyaknya Oposisi .................................................................................................. 14
I. Artikel .............................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III .................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi Selain
pemahaman umum atas pentingnya fungsi audit, peningkatan atas keberadaan auditor dan
lembaganya juga menambah pemahaman umum terhadap audit. Lebih lanjut lagi, tuntutantuntutan hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor dan kerugian-kerugian keuangan yang
terkait dengan tuntutan tersebut memunculkan berbagai dimensi keperilakuan pada diri
auditor, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan.
Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan
keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan
suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi
Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang
yang menjalankan operasi organisasi. Selain itu, auditor internal juga berkaitan dengan
standar- standar yang biasanya dikembangkan oleh bagian lain dengan memastikan kepatuhan
terhadap prosedur, undang-undang, serta praktik-praktik bisnis yang bersih. Praktik-praktik
ini meliputi pelaksanaan praktik-praktik yang ekonomis dan operasi yang efisien serta
penetapan standar-standar operasional untuk pencapaian efektivitas
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas
yang dilakukan oleh orang-orang dan dengan demikian, terdapat hubungan pribadi antara
orang yang melakukan evaluasi dengan orang yang dievaluasi dan dengan para auditor.
Hubungan antara kedua kelompok yang menjadi subjek konflik atau subjek sinergi adalah
saling berkaitan. Audit internal seharusnya menguasai hubungan interpersonal dalam
menawarkan penilaian terhadap keduanya dalam usaha audit. Oleh karena itu, dalam bab ini
akan ditelaah sejumlah aktivitas interpersonal yang dapat menilai hubungan positif dan dapat
4
diharapkan untuk berhasil dalam praktik audit internal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud audit Internal?
2. Apa yang menjadi kebutuhan bagian dari Organisasi?
3. Jelaskan yang dimaksud hubungan dengan Gaya Manajemen?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan karakteristik umum individu?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan Komunikasi secara efektif?
C. Tujuan
1. untuk menjelaskan audit internal
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kebutuhan Bagian dari Organisasi
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hubungan Gaya Manajemen
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Karakteristik Umum Individu
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Komunikasi secara efektif
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Audit Internal
Audit internal adalah suatu aktivitas independent, yang memberikan jaminan keyakinan
serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan
kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi dalam mencapai tujuannya
dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan
pengelolaan organisasi.
Menurut IIA (Instute of Internal Auditor) yang dikutip oleh Boynton ddk. (2001)
menjelaskan bahwa audit internal adalah aktivitas indevenden, keyakinan objektif dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit
internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis
dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian, dan proses tata Kelola.
B. Memotivasi Pihak yang Diaudit
Banyak penulis yang menulis tentang motivasi. Sebagaimana diketahui, motivasi
merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori motivasi, dikenali
apa yang disebut dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut
adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan
dikenal sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.
Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi
Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk
memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat
mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan
keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi. Para auditor diminta
untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini dan
potensi penyelesaian serta dengan memercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau
mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai
melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara
6
langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit..
Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain
Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit
untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasikan
bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja, serta
mengembangkan tindakan-tindakan korektif. Aspek terpenting di sini adalah bahwa auditor
mengidentifikasikan tindakan-tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian
dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons
manajemen melalui penerapan audit, yang merupakan bagian dari manajemen, yang
berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen
.
C. Hubungan dengan Gaya Manajemen
Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya
manajemen tersebut meliputi:
1. Gaya mengarahkan.
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan instruksi spesifik dan mengawasi
penyelesaian pekerjaan (tugas) dari dekat.
2 Gaya melatih.
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi
penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran, dan
mendukung kemajuan bawahannya.
3. Gaya mendukung.
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan
untuk penyelesiaan tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dengan
bawahan.
4. Gaya mendelegasikan.
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pem- buatan
keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relatif utuh.
Masing-masing gaya manajemen tersebut mempunyai perbedaan yang luas dan semuanya
mencerminkan filosofi serta pendekatan manajemen terhadap da para manajer. Menggunakan
suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari manajemen pihak yang
diaudit akan menyebabkan audit menjadi tidak populer dan menimbulkan kesulitan-kesulitan
7
dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela.
Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan yang terpenting untuk
didiskusikan. Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Di
sini auditor seharusnya tidak membuat ikatan-ikatan dengan staf tanpa persetujuan
manajemen. Tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun
akses terhadap informasi, sehingga harus diambil langkah lain. Auditor seharusnya mencoba
untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan
berulang dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak mereka. Oleh
karena Tell itu, kejujuran dalam berdiskusi dapat meyakinkan manajemen bahwa tujuan audit
adalah untuk mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Selain itu,
dibutuhkan suatu pola perilaku audit yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen
karyawan yang bergaya pelatih.
5. Perubahan Manajemen
Salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh auditor adalah "menjual" perubahanperubahan yang akan dijalankan melalui implementasi dan temuan audit. Ilmu sosial telah
mengidentifikasikan sejumlah alasan mengapa orang tidak menginginkan perubahan metode
operasi mereka. Namun, terdapat tiga hal yang mungkin merupakan faktor terpenting yang
menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan:
1. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa oleh perubahan
tersebut.
2. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun vertikal.
3. Aspek ego, bahwa dengan adanya perubahan maka metode sekarang dianggap tidak efisien
atau tidak layak.
Oleh sebab itu, auditor seharusnya mengambil tindakan pasti untuk menghilangkan ketakutan
atau pertentangan dari pihak yang diaudit. Dalam kasus ketakutan dari ketidaktahuan, auditor
seharusnya berhati-hati dalam menelaah kemungkinan dari pihak yang diaudit untuk
menghasilkan perubahan, baik berdampak bagus maupun yang tidak begitu bagus. Pihak yang
diaudit seharusnya diberitahu mengenal metodologi atau penyelesaian yang dapat digunakan
dan secara aktif menasihati mencari tahu mengenai metode-metode yang direkomendasikan.
Terkait dengan masalah, beberapa pendekatan yang dapat diambil antara lain meliputi:
1 Auditor internal seharusnya melihat perubahan audit dengan cara pandang manajer.
8
2. Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin menyerupai konsepkonsep manajemen.
3. Auditor seharusnya mengutamakan suatu pendekatan partisipatif.
4. Audit seharusnya menjadi suatu audit yang seimbang, tidak sebagai suatu yang
menghakimi
5. Auditor seharusnya melengkapi kegagalan dari suatu pendekatan manajemen.
Auditor internal seharusnya mencoba untuk bertindak sebagai seorang pe nasihat dan bukan
sebagai seorang pengambil kebijakan.
Guna mengurangi konfrontasi dan sifat statis, auditor internal seharusnya meyakinkan bahwa
perubahan adalah evolusi dan bukan revolusi Perubahan seharusnya dipandang sebagai
perbaikan suatu operasi yang sebenarnya tidak salah Audit hanya membantu membuat operasi
tersebut menjadi lebih efisien dan efektid Walaupun pada saat sekarang operasi tersebut tidak
rusak atau cacat, tetapi operasi tersebut akan dapat diperbaiki lebih jauh lagi dengan bantuan
pihak yang diaudit Pandangan-pandangan yang demikian, menjadi penting untuk diperhatikan
sebab cara pandang tersebut akan mampu menjadi motivator untuk melakukan kegiatankegiatan perbaikan secara berlanjut di lingkungan organisasi yang berubah secara simultan
D. Pengelolaan Konflik
Dalam hal perubahan, konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada
proses audit (Chambers et al, 1987) Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit,
tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas.
Konflik dapat terjadi dalam hal:
1. Lingkup-seperti terhadap manajemen.
2. Tujuan-sebagaimana terhadap auditor eksternal.
3 Tanggung jawab-seperti layanan manajemen.
4. Nilai-dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit
Dalam
bidang
mempertahankan
akuntansi,
konflik
profesionalismenya
dapat
terjadi
antara
dan
pihak
yang
auditor
diaudit
yang
cenderung
yang
cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang
auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis profesional; yang dikelilingi oleh suatu birokrasi,
Konflik, dan hilangnya nilai-nilai serta norma-norma profesionalisme akan muncul. Di pihak
lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali
9
dibentuk oleh kondisi-kondisi birokrasi. Oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh satu
atau beberapa orang profesional yang mempertahankan nilai-nilai profesionalismenya akan
cenderung menjadi pemicu konflik
Menanggapi hal-hal di atas, Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survei terhadap 800
orang auditor dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibanding- kan dengan
konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja di lingkungan organisasi bisnis bukan profesi
2 Dalam organisasi profesional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan
posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negatif dengan kepuasan kerja dan berhubungan
secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik akan muncul ketika di
dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang memegang teguh nilai-nilai
profesionalismenya sementara sebagian lainnya tidak dan bahkan cenderung untuk
menghilangkan nilai-nilai tersebut. Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan
untuk menyelesaikan konflik:
1. Arbitrasi.
2. Mediasi.
3. Kompromi
4. Langsung.
Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap adalah yang
terbaik bagi organisasi. Metode tersebut tidak selalu mencoba untuk meredakan perasaan dari
masing-masing kelompok yang mengalami konflik. Metode yang terbaik dan paling sering
digunakan dalam pendekatan
keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat dikompromikan. Metode
terbaik berikutnya adalah mediasi. Mediasi merupakan jenis metode kompromi dengan
pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan seorang juri cenderung memegang teguh
kepentingan-kepentingan organisasi. Pada metode arbitrasi, ketika terjadi suatu konflik
muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam
organisasi tersebut.
10
E. Masalah-masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut merupakan perilaku
langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat perusahaan.
Konsep-konsep tersebut meliputi:
1. Ingat bahwa terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu. Oleh
karena itu, auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan mempertimbangkannya
dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
2. Pengaruh terbesar terhadap perasaan-perasaan dan emosi seharusnya juga dipertimbangkan.
Auditor seharusnya mengidentifikasikan keberagaman peranan dan mencoba menangani hal
tersebut secara efektif,
3. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang diaudit tidak
memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh staf audit. Beragam
pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua kelompok menghasilkan dikotomi
terhadap sikap dan interpretasinya. Perbedaan ini dapat berdampak serius pada komunikasi
dan dapat menjadi sumber yang konstan dari sikap-sikap yang kurang menyenangkan jika
tidak dipertimbangkan secara hati-hati.
4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Variasi dari apa
yang disebut sebagai kelompok dinamis mengharuskan auditor untuk memodifikasi
pendekatan secara teknis ketika melakukan- nya dengan kelompok yang lebih luas. Hal ini
disebabkan karena banyak pendekatan teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi
perilaku.
5. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir. Setiap perubahan
situasi memengaruhi perasaan dan tindakan seseorang. Auditor seharusnya memasukkan
variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubung- an interpersonal
F. Karakteristik Umum Individu
Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatu daftar mengenai karakteristik
kelompok individu dari orang-orang yang berada dalam berbagai tingkatan. Auditor
seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal itu berpengaruh terhadap kepribadian,
sikap, dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan ini dapat membantu untuk
memastikan hubungan yang lebih harmonis. Pada umumnya, sifat yang muncul pada berbagai
11
tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang diaudit meliputi:
1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain.
4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.
5. Memiliki sifat yang. adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan
dengan dikritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri dan
8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik..
10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12 Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.
F. Kesadaran pada Diri Sendiri
Dalam suatu situasi di mana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana
yang terdapat di dalam audit internal, adalah hal penting untuk menyadari dan memegang
teguh keseimbangan serta untuk memandang diri sendiri sebagaimana orang lain
memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemen-elemen utama dari aspek terpenting kondisi ini
adalah:
1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam berhubungan
secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki seseorang, di
mana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas.
4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.
5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.
6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi
dalam suatu lingkungan secara etis.
12
G. Komunikasi Secara Efektif
Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan tertulis.
Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang
positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit.
Bahasa yang menggunakan aksioma seharusnya jelas, ringkas, bebas akronim, dalam struktur
gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam aturan sederhana yang logis. Hal-hal ini
merupakan aspek pokok mekanis komunikasi. Tetapi, terdapat unsur-unsur yang
dipresentasikan, baik secara lisan maupun tulisan, yang dipertimbangkan untuk memiliki
hubungan perilaku yang baik. Beberapa dari hal ini adalah:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari
manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan- kesalahan kerja dari
pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau
tertulis.
4. Ketika memberikan saran, pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit, sebab hal ini
berimplikasi pada anggapan mereka.
5. Mengizinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan-perubahan dalam bahasa
laporan sepanjang tidak mengubah substansinya.
6. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan
tidak bertindak sebagai seorang penasihat yang berhubungan dengan moral,
7. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
8. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuannya.
9. Mengizinkan pihak yang diaudit, sepanjang proses penyusunan laporan untuk
mengungkapkan pendapat. Namun, harus dipahami bahwa perbedaan pendapat seperti saran
untuk pengukuran-pengukuran korektif merupakan hak prerogatif dari auditor.
10. Sopan dengan seluruh tingkatan staf pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak
yang diaudit dengan rasa hormat.
11. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit. Pihak yang diaudit
akan merasa lebih senang dan lebih dapat menerima sehingga muncul kerja sama.
12. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
13
H. Menghadapi Banyaknya Oposisi
Berbeda dengan penjelasan di atas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu
hubungan yang harmonis dengan pihak yang diaudit, terdapat kemungkinan bahwa auditor
harus menghadapi banyaknya oposisi Terdapat tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi:
1. Suatu indikasi yang menunjukkan kurang pentingnya audit. Manajemen pun- cak dari pihak
yang diaudit menolak untuk berpartisipasi dalam pertemuan untuk mempertimbangkan isi
laporan.
2. Pihakyang diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional, misalnya saja catatancatatan tidak tersedia.
3. Pihak yang diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau setelah audit,
dan operasi terus dijalankan seperti sebelumnya.
Auditor dihadapkan pada suatu masalah seperti pembatasan atas berbagai tindakan.
Pernyataan hanya akan meningkat pada tingkat perlawanan. Bujukan dan seruan kepada halhal yang menarik pihak yang diaudit cenderung akan melemahkan mereka. Selain itu,
percobaan untuk mencapai beberapa hal yang terpisah, seperti perbaikan status pihak yang
diaudit akan dapat membantu.
Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya
organisasi. Porter et al. (1985) dikatakan bahwa budaya organisasi memengaruhi sikap dan
perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsur-unsurnya tercermin antara lain dalam:
1. Komitmen karyawan.
2. Kualitas pelatihan dan pengembangan staf.
3. Identitas perusahaan seperti kebijakan.
4. Pembuatan keputusan.
5. Fokus manajemen.
Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan-laporan audit dapat
diterima dan diimplementasikan. Posisi budaya mencerminkan keyakinan dan kondisi dari
para karyawan organisasi. Budaya selalu dipertimbangkan dalam pembahasan mengenai
organisasi. Pratt (1986) melakukan suatu studi yang membandingkan bagian dari sikap pihak
yang diaudit yang dipengaruhi oleh budaya negaranya masing-masing (Amerika dan Jepang).
Pratt menemukan bahwa perbedaan struktur nilai, tingkat motivasi, dan persepsi antara
auditor Amerika dan Jepang menyebabkan perbedaan sikap yang signifikan antara keduanya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit internal adalah suatu aktivitas independent, yang memberikan jaminan
keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses
pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Dalam teori motivasi, dikenali apa yang disebut dengan lima kebutuhan pokok
Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari
organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal sehingga dapat melayani auditor internal
secara baik. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan
dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna
memperbaiki kondisi operasi organisasi.
Hubungan
dengan
Gaya
Manajemen
Terdapat
empat
gaya
manajemen
(kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya manajemen tersebut meliputi: 1. Gaya
mengarahkan. 2 Gaya melatih. 3. Gaya mendukung. 4. Gaya mendelegasikan.
Karakteristik Umum Individu. Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatu daftar
mengenai karakteristik kelompok individu dari orang-orang yang berada dalam berbagai
tingkatan. Auditor seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal itu berpengaruh
terhadap kepribadian, sikap, dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan ini
dapat membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis.
Komunikasi Secara Efektif, Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan
lisan, dan laporan tertulis. Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang
efektif merupakan cara yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam
menjalankan audit.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi para pembacanya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N. dan Kell Walter G. 2001 Modern Audiitng. 7 th
Edition. New York : John Willey & Sons Inc.
Hanny L, Herry Laksito. 2013. ANALISIS VARIABEL ANTESEDEN PERILAKU
AUDITOR INTERNAL DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP KINERJA (Studi
pada di BUMN Kota Semarang). DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING.
ISSN (Online): 2337-3806. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 1-14
16