Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2024, InfoAkuakultur
…
4 pages
1 file
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh industri udang nasional saat ini adalah meningkatnya biaya produksi yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya harga pakan sebagai komponen terbesar biaya produksi. Kondisi ini berdampak pada rendahnya daya saing produk udang nasional di pasar global. Bahkan untuk ukuran tertentu, udang nasional memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan udang yang diproduksi di India dan Vietnam. Untuk meningkatkan efisiensi produksi, tentu ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan dengan penekanan penuh pada pakan, diantaranya adalah dengan (1) melakukan perbaikan formulasi pakan melalui subtitusi bahan baku premium, seperti tepung ikan dan tepung bungkil kedelai, dengan bahan baku alternatif; (2) memperhatikan tingkat daya cerna pakan sehingga udang dapat secara optimal memanfaatkan seluruh nutrisi yang tersedia; (3) serta melakukan produksi pakan yang difokuskan kepada kebutuhan nutrisi spesifik serta ketersediaan rasio energi dan protein yang dapat dicerna secara tepat dalam pakan. Tindakan subtitusi bahan baku premium tentu tidak terlepas dari terus meningkatnya harga bahan baku penyusun pakan. Terkait tepung ikan, permintaan komoditas ini yang cenderung mengalami peningkatan, sementara stock bahan baku yang cenderung menurun sebagai dampak keberadaan El niño di Pasifik tentu secara hukum ekonomi mendorong kenaikan harga dari bahan baku ini. Untuk bahan baku lainnya, seperti tepung terigu yang umum digunakan sebagai filler dalam formulasi pakan serta berbagai komponen penyusun suplemen dan additive, juga mengalami kenaikan akibat memanasnya suhu politik di Ukraina dan Rusia sehingga menjadikan harga pakan tidak dapat dikendalikan. Melihat kondisi ini, diperlukan inovasi yang bisa menjawab ketiga tantangan diatas dimana perbaikan formulasi pakan dilakukan dengan menggunakan bahan baku alternatif yang kemudian di suplementasi dengan additive yang dapat meningkatkan daya cerna pakan dan ketersediaan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan udang di setiap fase produksi.
2019
Sebagian besar bahan baku untuk pembuatan pakan ikan masih tergantung pada impor. Upaya untuk mengurangi ketergantungan tersebut adalah dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Rumput laut jenis Ulva potensial dikembangkan sebagai alternatif bahan baku pakan ikan karena memiliki kandungan nutrien dengan komposisi asam amino, asam lemak, vitamin dan mineral yang cukup lengkap; adaptif terhadap kondisi lingkungan, mampu tumbuh dengan cepat dan tidak mengandung sianida serta asam fitat yang merupakan zat anti nutrisi. Tepung Ulva tanpa perlakuan bisa dimanfaatkan hingga 20% dalam pakan dan mampu memperbaiki kecernaan dan pemanfaatan pakan, meningkatkan pertumbuhan serta tidak memberikan dampak buruk terhadap efisiensi pakan maupun tingkat kelangsungan hidup ikan. Tepung Ulva yang diberi perlakuan fermentasi menggunakan Lactobacillus spp. dan Saccharomyces cerevisiae, bisa dimanfaatkan hingga 30% dalam pakan dan mampu meningkatkan kecernaan, pemanfaatan pakan dan pertumbuhan, tanpa mengura...
Agro Bali: Agricultural Journal
Biji durian merupakan limbah selain kulit dari buah durian. Pemanfaatan biji durian sudah mulai banyak dilakukan baik berupa tepung ataupun hingga olahan makanan namun penelitian terhadap daya simpan dan kandungan dari tepung biji tersebut belum dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penepungan, penyimpanan, dan kemudian pegujian terhadap tepung biji durian tersebut. Dari hasil pengujian diketahui bahwa kandungan tepung biji durian setelah dilakukan penyimpanan selama delapan bulan yaitu alkaloid yang tinggi, rendah kandungan terpenoid, kadar serat yang lebih tinggi dari tepung gandum, kadar air dan karbohidrat yang tinggi.
Politeknik Sultan Haji Ahmad Shah, 2023
Kenaikan kos makanan ikan merupakan isu yang sering dihadapi oleh penternak-penternak akuakultur. Ini berikutan peningkatan harga bahan asas iaitu tepung ikan yang merupakan sumber protein utama bagi penghasilan pelet ikan. Justeru itu, bagi mengurangkan kos pengoperasian ternakan, penggunaan tepung ikan boleh digantikan dengan bahan alternatif yang mudah diperolehi, kos efektif, serta tidak menjejaskan pertumbahan ternakan seperti kangkung. Kangkung air, Ipomoea aquatica Forssk dan kangkung darat, Ipomoea reptans melalui proses analisa proksimat bagi mendapatkan data nilai nutrisi. Sampel kangkung air dan kangkung darat diproses melalui kaedah pengeringan pada suhu 60℃ selama 24 jam. Setelah kering, sampel dikisar dengan menggunakan mesin pengisar serbuk bagi mendapatkan tekstur yang halus dan disimpan pada suhu 4 ℃ sehingga analisis proksimat dijalankan. Analisa proksimat menunjukkan tepung kangkung air (TKA) mempunyai kadar protein kasar yang lebih tinggi iaitu 22.77% berbanding tepung kangkung darat (TKD) iaitu 19.63%. Kajian pemakanan menggunakan pelet yang diformulasi terhadap ikan tilapia, Oreochromis sp. mendapati ikan yang diberi makan pelet TKA menunjukkan kadar tumbesaran tertinggi iaitu 67.8 g berbanding pelet TKD. Secara keseluruhannya, melalui kajian yang dijalankan ini menunjukkan TKA berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan asas tambahan dalam formulasi pelet ikan sekaligus dapat membantu mengurangkan kos operasi ternakan dalam industri akuakultur. Kata kunci: Tepung Ikan; Pelet Ikan; Kangkung
Rona Teknik Pertanian, 2016
Abstrak. Limbah padat pada perkebunan kelapa sawit telah diketahui potensial sebagai bahan baku pupuk organik padat melalui proses pengomposan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan teknik dan mengkarakterisasi proses pengomposan limbah daun kelapa sawit sebagai bahan dasar pupuk organik potensial. Proses pengomposan dilakukan dengan dua faktor perlakuan, meliputi komposisi bahan katalisator kompos (Bokashi, Vermikompos dan Natural) dan ukuran cacahan daun sawit (2 cm, 4 cm 6 cm). Parameter yang diamati meliputi persentase penyusutan massa dan fluktuasi perubahan suhu selama proses pengomposan, serta pengukuran zat hara Nitrogen, Phospor, Kalium (NPK) dan rasio C/N yang terkandung pada hasil pengomposan yang diukur setelah 10 dan 14 minggu proses pengomposan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengomposan dengan bokashi memberikan penyusutan massa terbesar jika dibandingkan dua metode lainnya pada semua ukuran cacahan yaitu sebesar 32%. Cacahan daun sawit yang berukuran keci...
2020
Tanaman kelapa sawit memiliki limbah seperti pelepah kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman dalam bentuk kompos. Untuk mempercepat proses pengomposan pelepah kelapa sawit dapat diberikan penambahan tepung jagung sebagai nutrisi mikroorganisme yang berperan dalam mendegradasi daun kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kompos C/N, kompos C-Organik, kandungan nitrogen kompos, dan lama pengomposan daun kelapa sawit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan 5 perlakuan: kontrol P0 (pelepah 2kg), P1 (pelepah 2 kg dan tepung jagung 0,2 kg), P3 (pelepah 2 kg dan tepung jagung 0,4 kg), P4 (pelepah 2 kg dan 0, 6 kg tepung jagung), P5 (2 kg pelepah dan 0,8 kg makanan inti). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan pH kompos dari daun kelapa sawit sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Hasil peengomposan kadar C-Organik tertinggi terdapat pada komposisi 0,6 kg tepung jagung dengan 2 kg pelepah daun sawit dengan nilai 40,11% d...
2022
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel arang tempurung kelapa dengan asam teraktivasi terhadap reduksi peroksida minyak goreng bekas. dalam hal meningkatkan tingkat penyerapan, digunakan arang aktif asam. Parameter penelitian adalah pengaruh ukuran serbuk arang dan konsentrasi HCl terhadap absorbansi untuk mereduksi peroksida minyak goreng bekas. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran serbuk arang berpengaruh terhadap daya serap untuk mereduksi peroksida, arang penyerap dengan ukuran 80 mesh lebih baik dalam mereduksi peroksida menggunakan coocing oil. Konsentrasi larutan bahan juga mempengaruhi penyerapan karbon, semakin besar konsentrasi maka penyerapan arang aktivator semakin baik. Pada konsentrasi 1,5 M arang dapat mereduksi hingga 60,11%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivasi serbuk arang tempurung kelapa yang telah divariasikan ukuran dan konsentrasi larutan yang digunakan sebagai aktivator peroksida dapat mereduksi minyak goreng bekas.
Konversi
Abstrak: Dengan semakin terbatasnya ketersediaan kayu sebagai bahan baku kertas maka penggunaan bahan baku non kayu sebagai alternatif semakin menarik perhatian. Salah satu bahan baku non kayu yang cukup potensial adalah tandan kosong kelapas awit (TKKS) yang merupakan limbah biomasa dari proses produksi CPO (Crude Palm Oil). Penelitian pembutan pulp TKKS untuk kertas telah banyak dilakukan, baik dengan proses kimia maupun proses mekanis semi-kimia. Proses pulping kimia untuk TKKS umumnya menggunakan proses basa dengan penambahan NaOH 10-20% dari berat kering serat TKKS dengan rendeman berkisar 45-50%. Kualitas pulp yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan proses mekanis semi-kimia. Kelemahan lembaran kertas tulis-cetak yang dibuat dari pulp kimia TKKS adalah masih mengandung ekstraktif yang berpotensi menimbulkan masalah pada proses pembuatan kertas di mesin kertas serta menyebabkan cacat hole (lubang halus) pada lembaran kertas yang dihasilkan. Penggunaan proses pulping meka...
Jurnal Sagu, 2018
The purpose of this research was to obtain the best formulation between the breadfruit flour and flour coconut pulp for making flakes. The research used a completely Randomized Design (CRD) with five treatments and three replications. The treatments of this research were ratio between breadfruit flour and flour coconut
Jurnal Tadris IPA Indonesia
Gadung merupakan jenis umbi yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia termasuk wilayah Kabupaten Wonogiri. Namun potensi alam yang begitu besar belum dapat digunakan secara maksimal. Umbi gadung memiliki kandungan racun berupa dioscorin dan sianida (HCN) yang dapat memberi efek negatif bagi yang mengonsumsinya. Namun dengan pengolahan yang tepat racun tersebut dapat diatasi sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan sumber daya lokal yaitu umbi gadung yang kemudian diolah menjadi bakso yang dapat digemari masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panelis menerima dan menyukai rasa, tekstur, aroma, dan warna bakso gadung. Kandungan yang terdapat pada bakso gadung yaitu air, abu, lemak, protein, karbohidrat, dan serat kasar. Kadar air, abu, dan lemak pada bakso gadung telah memenuhi standar SNI sehingga aman untuk dikonsumsi. Namun, kadar protein pada bakso gadung sebesar 9,75 % masih belum memenuhi standar SNI yaitu mini...