Academia.eduAcademia.edu

Potensi Tepung Bungkil Kelapa Sawit untuk Bahan Baku Pakan Udang

2024, InfoAkuakultur

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh industri udang nasional saat ini adalah meningkatnya biaya produksi yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya harga pakan sebagai komponen terbesar biaya produksi. Kondisi ini berdampak pada rendahnya daya saing produk udang nasional di pasar global. Bahkan untuk ukuran tertentu, udang nasional memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan udang yang diproduksi di India dan Vietnam. Untuk meningkatkan efisiensi produksi, tentu ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan dengan penekanan penuh pada pakan, diantaranya adalah dengan (1) melakukan perbaikan formulasi pakan melalui subtitusi bahan baku premium, seperti tepung ikan dan tepung bungkil kedelai, dengan bahan baku alternatif; (2) memperhatikan tingkat daya cerna pakan sehingga udang dapat secara optimal memanfaatkan seluruh nutrisi yang tersedia; (3) serta melakukan produksi pakan yang difokuskan kepada kebutuhan nutrisi spesifik serta ketersediaan rasio energi dan protein yang dapat dicerna secara tepat dalam pakan. Tindakan subtitusi bahan baku premium tentu tidak terlepas dari terus meningkatnya harga bahan baku penyusun pakan. Terkait tepung ikan, permintaan komoditas ini yang cenderung mengalami peningkatan, sementara stock bahan baku yang cenderung menurun sebagai dampak keberadaan El niño di Pasifik tentu secara hukum ekonomi mendorong kenaikan harga dari bahan baku ini. Untuk bahan baku lainnya, seperti tepung terigu yang umum digunakan sebagai filler dalam formulasi pakan serta berbagai komponen penyusun suplemen dan additive, juga mengalami kenaikan akibat memanasnya suhu politik di Ukraina dan Rusia sehingga menjadikan harga pakan tidak dapat dikendalikan. Melihat kondisi ini, diperlukan inovasi yang bisa menjawab ketiga tantangan diatas dimana perbaikan formulasi pakan dilakukan dengan menggunakan bahan baku alternatif yang kemudian di suplementasi dengan additive yang dapat meningkatkan daya cerna pakan dan ketersediaan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan udang di setiap fase produksi.

Pakan Potensi Tepung Bungkil Kelapa Sawit untuk Bahan Baku Pakan Udang Udang vaname hasil riset Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh industri udang nasional saat ini adalah meningkatnya biaya produksi yang utamanya disebabkan oleh meningkatnya harga pakan sebagai komponen terbesar biaya produksi. Kondisi ini berdampak pada rendahnya daya saing produk udang nasional di pasar global. Bahkan untuk ukuran tertentu, udang nasional memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan udang yang diproduksi di India dan Vietnam. U Oleh: Dr. Romi Novriadi Dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Jakarta 44 ntuk meningkatkan efisiensi produksi, tentu ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan dengan penekanan penuh pada pakan, diantaranya adalah dengan (1) melakukan perbaikan formulasi pakan melalui subtitusi bahan baku premium, seperti tepung ikan dan tepung bungkil kedelai, dengan bahan baku alternatif; (2) memperhatikan tingkat daya cerna pakan sehingga udang dapat secara optimal memanfaatkan seluruh nutrisi yang tersedia; (3) serta melakukan produksi pakan yang difokuskan kepada kebutuhan nutrisi spesifik serta ketersediaan rasio energi dan protein yang dapat dicerna secara tepat dalam pakan. Tindakan subtitusi bahan baku premium tentu tidak terlepas dari terus meningkatnya harga bahan baku penyusun pakan. Terkait tepung ikan, permintaan komoditas ini yang cenderung mengalami peningkatan, sementara stock bahan baku yang cenderung menurun sebagai dampak keberadaan El niño di Pasifik tentu secara hukum ekonomi mendorong kenaikan harga dari bahan baku ini. Untuk bahan baku lainnya, seperti tepung terigu yang umum digunakan sebagai filler dalam formulasi pakan serta berbagai komponen penyusun suplemen dan additive, juga mengalami kenaikan akibat memanasnya suhu politik di Ukraina dan Rusia sehingga Info Akuakultur Edisi No. 117/Tahun X/Oktober 2024 Pakan Tepung Bungkil Kelapa Sawit (Foto Gerbang Cahaya Utama) menjadikan harga pakan tidak dapat dikendalikan. Melihat kondisi ini, diperlukan inovasi yang bisa menjawab ketiga tantangan diatas dimana perbaikan formulasi pakan dilakukan dengan menggunakan bahan baku alternatif yang kemudian di suplementasi dengan additive yang dapat meningkatkan daya cerna pakan dan ketersediaan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan udang di setiap fase produksi. Salah satu bahan baku alternatif yang dapat digunakan dalam formulasi pakan udang adalah tepung bungkil kelapa sawit (BKS). Selain memiliki nilai strategis bagi Indonesia sebagai negara penghasil bungkil sawit terbesar, konversi bungkil menjadi tepung BKS dapat mewujudkan ekonomi sirkular dan keberlanjutan industri sawit melalui pengolahan by-product dari produksi minyak sawit. Dari sudut pandang nutrisi, tepung BKS memiliki karakteristik nilai protein yang tergolong moderat (16 – 18%), level lemak di kisaran 7 – 8.5%, dan leve lmethionine dan lysine sebagai limiting amino acid di kisaran 0.3% dan 0.48%. Namun kekhawatiran terhadap rendahnya tingkat daya cerna tepung BKS akibat kandungan serat yang cukup tinggi serta keberadaan faktor anti-nutrisi yang dapat menghambat optimalisasi pemanfaatan nutrisi. Menjadi faktor penghambat untuk penggunaan tepung BKS secara optimal dalam formulasi pakan. 46 Untuk itu, sesuai strategi peningkatan efisiensi diatas, maka perbaikan performa pakan yang diformulasikan dengan tepung BKS dapat ditingkatkan dengan suplementasi enzim protease yang dapat memecah komponen makro protein menjadi peptide dan asam amino bebas sehingga dapat meningkatkan daya cerna pakan, atau dengan penambahan digestibility enhancer yang merupakan campuran ekstrak tanaman dan asam amino (lysine dan methionine) sehingga dapat memperkuat daya cerna pakan dan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk optimalisasi pertumbuhan organisme akuatik. Pada tulisan ini, disampaikan hasil riset pertumbuhan udang yang diberi pakan dengan tepung BKS dan disuplementasikan dengan protease dan DE. Dari hasil ujicoba yang dilakukan untuk penggunaan protease, penambahan enzim ini sebanyak 0.175% dalam formulasi pakan yang diformulasikan dengan tepung BKS memberikan pertumbuhan yang relatif sama dengan udang yang diberi pakan control (tanpa BKS dan biaya formulasi lebih mahal) (Tabel. 3). Bahkan penggunaan 5% BKS + protease memberikan performa pertumbuhan yang tidak memiliki perbedaan secara signifikan dengan udang yang diberi pakan control. Sangat menarik kalau melihat perbandingan pertumbuhan udang yang diberi pakan BKS tanpa protease, seluruh parameter pertumbuhan di grup ini jauh lebih rendah dibandingkan performa udang yang diberi pakan BKS + protease. Terkait efisiensi pakan, penggunaan 5% BKS + protease juga tidak memiliki perbedaan signifikan dengan control, bahkan penggunaan BKS sebanyak 10 dan 15% + protease memberikan efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan grup udang yang diberi pakan BKS tetapi tanpa protease. Untuk penggunaan digestibility enhancer (DE) atau penguat daya cerna, dari table 4 dapat terlihat bahwa performa udang tidak terganggu dengan penggunaan tepung BKS untuk mensubtitusi secara sebahagian penggunaan tepung ikan dan tepung bungkil kedelai. Bahkan penggunaan 2.5 - 9% BKS+DE secara numerik lebih baik dibandingkan udang yang diberi pakan control. Secara umum, penambahan DE dalam pakan yang diformulasikan dengan tepung BKS memiliki performa udang yang lebih baik dibandingkan udang yang diberi pakan BKS tanpa imbuhan DE. Untuk FCR (Gambar 1), terlihat bahwa efisiensi penggunaan pakan BKS+DE lebih baik dibandingkan tanpa DE. Bahkan kalau dilihat di gambar 2, keberadaan thymol dan carvacrol sebagai anti-bakteri pada DE memberikan aktivitas lisozim yang lebih baik dibandingkan dengan aktivitas lisozim pada udang yang diberi pakan tanpa DE. Info Akuakultur Edisi No. 117/Tahun X/Oktober 2024 Pakan Tabel 1. Komposisi pakan (% as is) dengan penambahan protease 0.18% (Jefo Protease, Jefo Nutrition Inc., Canada) pada formulasi pakan udang yang menggunakan bungkil kelapa sawit (BKS). Catatan PBKS = Protease + Bungkil kelapa sawit dan BKS (Bungkil kelapa sawit tanpa protease) Diet name 0PBKS Table 3. Grafik pertumbuhan udang Penaeus vannamei selama 90 hari masa pemeliharaan di kolam out-door dengan berat awal udang 0.97 ± 0.01 g. Final Biomass (g) Diet code Berat akhir (g) Survival (%) PWG (%) FCR TGC ADG 5PBKS 10PBKS 15PBKS 0BKS 5BKS 10BKS 15BKS 0 JPKM 2872.00 13.86a 74.06 1493.36a 1.40d 0.0568a 0.1540a Tepung ikan 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 5 JPKM 2866.00 13.71a 73.90 1476.14a 1.41de 0.0565ab 0.1524a Poultry meal 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 10 JPKM 2848.00 13.48b 73.44 1448.97b 1.44cd 0.0559bc 0.1497a Tepung bungkil kedelai 40.00 35.00 30.00 25.00 40.00 35.00 30.00 25.00 15 JPKM 2834.00 13.39b 73.08 1439.31b 1.45bc 0.0558c 0.1488a 0 PKM 2774.00 13.44b 71.53 1445.06b 1.44c 0.0559c 0.1494a Bungkil kelapa sawit (BKS) 0.00 5.00 10.00 15.00 0.00 5.00 10.00 15.00 5 PKM 2724.00 13.14c 70.24 1410.34c 1.48ab 0.0552d 0.1460a 10 PKM 2726.00 12.96c 70.29 1389.43c 1.50a 0.0547d 0.1440b Minyak ikan 3.30 3.30 3.30 3.30 3.30 3.30 3.30 3.30 15 PKM 2720.00 12.94c 70.14 1387.33c 1.50a 0.0547d 0.1438b Lecithin (soy) 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 P-value 0.8450 <0.0001 0.8950 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 Cholesterol 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 PSE 95.9961 0.0435 2.2986 4.9984 0.0053 0.0001 0.0011 Corn Starch 14.21 13.96 13.66 13.31 14.39 14.14 13.84 13.49 Whole wheat 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 Mineral premix (shrimp) 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 Vitamin premix (shrimp) 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 Choline chloride (0.2% all diets) 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 Rovimix Stay-C 35% 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 CaP-dibasic 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 Lysine (78.8%) 0.10 0.20 0.30 0.50 0.10 0.20 0.30 Methionine 0.10 0.25 0.45 0.60 0.10 0.25 Protease (JEFO) 0.18 0.18 0.18 0.18 0.00 0.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Total Berat akhir (g) FCR TGC PWG (%) Survival (%) Control 19.30 1.65ab 0.7161 2656.74 82.20b 0.50 2.5% PKM+DE 19.52 1.55ab 0.7202 2688.46 92.17ab 0.45 0.60 0.00 0.00 6% PKM+DE 20.57 1.38b 0.7389 2839.00 87.96a 100.00 100.00 9% PKM+DE 19.40 1.57ab 0.7178 2670.92 91.40ab 2.5% PKM 18.78 1.74a 0.7063 2582.34 87.20ab 6% PKM 18.69 1.69a 0.7036 2569.69 89.73ab 9% PKM 18.66 1.60ab 0.7041 2566.43 88.20ab 15 PKM 2720.00 12.94c 70.14 1387.33c 1.50a P-value 0.1285 0.0051 0.1314 0.1285 0.2445 RSE6 1.0374 0.1229 0.0193 148.1955 6.1849 Tabel 2. Komposisi pakan (% as is) dengan penambahan digestibility enhancer (DE) atau penguat daya cerna pakan pada formulasi pakan udang yang menggunakan bungkil kelapa sawit Composition 2.5% BKS 6% Control 2.5% BKS+DE 6% BKS+DE 9% BKS+DE 9% BKS 10.00 10.00 9.00 8.00 10.00 BKS 9.00 39.94 38.71 38.38 38.33 38.71 38.38 38.33 0.00 2.50 6.00 9.00 2.50 6.00 9.00 Tepung ikan Tepung bungkil kedelai Tepung bungkil kelapa sawit (BKS) Tepung terigu 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 17.00 Corn Starch 14.05 12.84 11.25 9.84 13.04 11.45 10.04 Poultry meal Digestibility enhancer Fish oil 12.00 12.00 11.50 11.00 12.00 11.50 11.00 0.00 0.20 0.20 0.20 0.00 0.00 0.00 3.61 3.41 3.24 3.11 3.41 3.24 3.11 8.00 MCP 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 Lecithin 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 Choline chloride 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 Cholesterol 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 Mineral Premix 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 Vitamin premix 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 Methionine 0.36 0.34 0.36 0.38 0.34 0.36 0.38 Lysine 0.33 0.29 0.36 0.43 0.29 0.36 0.43 Vit C (Aner C) TOTAL Biaya formulasi (IDR) / Kg Perbedaan harga (%) 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 13204 13042 - 1.23 12840 -2.76 12693 -3.87 12907 -2.25 Table 4. Grafik pertumbuhan udang Penaeus vannamei selama 90 hari masa pemeliharaan dengan berat awal rata-rata 0.70 ± 0.01 g 12705 -3.78 Treatment Catatan: FCR = Feed conversion ratio (konversi rasio pakan); TGC = Thermal growth coefficient; PWG + Percentage weight gain (%); dan ADG = Average Daily Growth Gambar 1. Grafik rasio konversi pakan untuk udang yang diberi pakan menggunakan BKS + DE dan BKS tanpa DE 12558 -4.89 DE = Digestibility Enhancer 48 Info Akuakultur Edisi No. 117/Tahun X/Oktober 2024 Tambak udang (foto: Dany Yukasano) Gambar 2. Grafik level aktivitas lisozim sebagai anti-bakteri pada udang yang diberi pakan BKS + DE dan BKS tanpa DE Dari kedua hasil riset diatas menunjukkan bahwa tepung bungkil kelapa sawit (BKS) memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk menjadikan produksi udang nasional menjadi lebih efisien. Rendahnya tingkat daya cerna atau keberadaan protein yang moderat dapat ditingkatkan melalui penambahan additive yang tepat seperti enzim protease dan digestibility enhancer (DE). Penggunaan tepung BKS dalam formulasi pakan udang, selain dapat mengurangi biaya formulasi pakan hingga 3.87% (Table 2), juga dapat menjadi strategi lanjutan untuk mengurangi keternatungan terhadap bahan baku import untuk produksi pakan udang di Indonesia. WWW.AQUATEC.CO.ID Kunci Keberhasilan Pembudidaya Ikan aquatec_ gad Aquatec Indonesia Selamat Atas Pelantikan Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden & Wakil Presiden Republik Indonesia 2024 - 2029 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA Info Akuakultur Edisi No. 117/Tahun X/Oktober 2024 Pelan�kan Menteri & Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2024-2029 Ir. Sakti Wahyu Trenggono, 49 M.M. Dr. Didit Herdiawan Ashaf M.P.A., M.B.A.