Academia.eduAcademia.edu

Teori Perkembangan Anak Usia Dini

TUGAS INDIVIDU Teori Perkembangan Anak Usia Dini Azzahra Neha Nur Fatimah 24022006 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang ([email protected]) A. Basis Pendidikan Anak Usia Dini komponen terpenting dalam teori perkembangan intelektual Piaget adalah melibatkan partisipasi anak. Artinya bagaimana anak mempelajari sesuatu sekaligus mengalami sesuatu yang dipelajari tersebut melalui lingkungan. Piaget menyatakan bahwa anak-anak yang ingin mengetahui dan mengkonstruksi pengetahuan tentang objek di dunia, mereka mengalami dan melakukan tindakan tentang objek yang diketahuinya dan mengkonstruksi objek itu berdasarkan pemahaman mereka. Karena pengertian anak terhadap objek itu dapat mengatur realitas dan tindakan mereka. Anak harus aktif, dalam pengertian bahwa anak bukanlah suatu bejana yang harus diisi penuh dengan fakta. Basis Pendidikan Anak Usia Dini Terdapat 3 basis pendidikan anak usia dini, yaitu : 1. Berbasis pada keholistikan dan keterpaduan Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. 2. Berbasis pada multi disiplin ilmu dan budaya Prinsip ini mengandung arti bahwa praktik pendidikan anak usia dini yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan mutakhir dalam bidang keilmuwan yang relevan. 3. Berbasis pada taraf perkembangan anak Pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak sehingga proses pendidikan bersifattidak terstruktur, informal, dan responsive terhadap perbedaan individual anak serta melalui aktivitas belajar sambil bermain. B. Pendekatan Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Pendekatan pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu rangkaian dalam bentuk tindakan dalam pembelajaran yang berdasar pada suatu prinsip tertantu (Filosofis, didaktis, psikologis, dan ekologis) yang dapat mendorong, menguatkan, serta mewadahi metode pembelajaran tertentu.Peserta didik diajarkan untuk memecahkan suatu masalah dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber. Roy Killen membagi dua macam pendekatan dalam pembelajaran, yaitu Teacher Centered approaches atau pendekatan yang berpusat pada guru, dan Student Centered Approaches atau pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru berarti pembelajaran menggunakann Direct Instruction atau strategi pembelajaran langsung, dan pembelajaran deduktif atau ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menggunakan strategi discovery dan inkuiri serta induktif. 1). Pendekatan Discovery dan Inquiry. Discovery adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana akan ada proses pengamatan, pengukuran, penggolongan, pendugaan, penjelasan, serta pengambilan kesimpulan didalamnya. Dalam pendekatan Discovery, peserta didik akan diberi sebuah permasalahan untuk dipecahkan yaitu dengan melalui percobaan. Sedangkan, pada pendekatan Inquiry peserta didik diminta untuk mencari permasalahan sendiri sesua dengan bimbingan dari guru. Namun, pendekatan Inquiry membutuhkan keterampilan yang sedikit lebih tinggi dari pendekatan Discovery, dimana peserta didik diminta untuk merancang sekaligus melakukan percobaan, mengumpulkan data serta menganalisisnya, dan mengambil kesimpulan. 2). Pendekatan Kontekstual. Pendekatan kontekstual memiliki tujuan agar peserta didik tidak hanya sedekar mengetahui dan mengingat , melainkan juga merasakan dan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah. Pada pendekatan kontekstual, proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada pennguasaan materi, melainkan juga proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik agar peserta didik terbiasa memcahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Pada pendekatan ini, fokus utamanya bukanlah hasil pembelajaran, melainkan proses pembelajarannya. Pembalajaran dilakukan dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata serta hal-hal yang ada di lingkungan peserta didik. 3). Pendekatan Konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme adalah salah satu pendekatanpembelajaranyang dilakukan dengan cara mengaitkan pengetahuan yang baru didapat dengan pengetahuan terdahulu. Selaras dengan teori konstruktivisme, konsep kognitif yang ada pada diri seseorang akan berubah dengan adanya pengetahuan dan pengalaman baru yang didapat. Dalam pendekatan konstruktivisme, peserta didik didorong untuk membangun konsep berpikir sendiri, dengan cara menghubungkan pengetahuan yang pengetahuan yang sudah dimiliki. 4). Pendekatan Imposisi atau Ekspositoris. sedang dipelajari dengan Pendekatan ini memiliki ciri yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran dengan cara menuturkan kepada peserta didik. Pada pendekatan ini, guru masih mendominasi jalannya proses pembelajaran, yaitu dengan menyampaikan segala sesuatu dari satu arah saja. Pendekatan ini berdasar pada teori tabularasa milik John Locke. Meurut teori ini, pada awalnya individu tida memiliki pengetahuan sama sekali, manusia memperoleh pengetahui melalui lingkungan sekitarnya. Hal tersebut kemudian diadaptasi kedalam pembelajaran di sekolah, yaitu dengan guru yang akan menyampaikan pengetahuan baru untuk peserta didik, sekaligus mengatur dan melakukan inovasi terhadap pembelajaran. 5). Pendekatan Deduktif- Induktif 1. Pendekatan Deduktif Salah satu ciri dari pendekatan deduktif adalah pada awal pembelajaran peserta didik akan diberi paparan mengenai konsep, definisi, dan istilah. Tujuan dari hal tersebut adalah agar peserta didik mampu menjalankan proses pembelajaran dengan baik jika telah memahami konsep dasar di awal. 2. Pendekatan Induktif Ciri dari pendekatan induktif adalah dengan memaparkan data untuk membentuk konsep agar memperoleh suatu definisi. Informasi yang digunakan dapat berupa data primer atau fenomena di lingkungan sekitar.Selain pendekatan deduktif, pendidik dapat memilih alternatif lain yaitu dengan pendekatan Induktif. Pada pendekatan Induktif, di awal pembelajaran peserta didik akan diberi sebuah contoh dan kasus yang dapat mengarahkannnya kepada konsep tertentu. Kemudian, peserta didik akan melakukann pengamatan untuk memperoleh konsep lalu menganalisis apa yang telah diamati. 6). Pendekatan Konsep dan Proses Pada pendekatan konsep, peserta didik akan diarahkan untuk memahami suatu konsep beserta sub-subnya untuk menguasai bahasan dalam proses pembelajaran, dan pada pendekatan proses peserta didik akan dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran, proses tersebut diantaranya yaitu mengamati, melakukan hipotesis, melakukan perencanaan, menginterpretasikan, dan mengkomunikasikan. 7). Pendekatan Pengolahan Informasi Pendekatan ini berasal dari teori pemrosesan informasi yang termuat dalam teori kognitif. Pada teori ini, belajar dianggap sebagai suatu proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan baru Peserta didik secara aktif akan memproses, menyimpan, serta mendapatkan informasi dan pembelajaran, untuk membantu peserta didik agar terampil untuk melakukan pengolahan informasi serta menggunakannya dengan terstruktur agar dapat mencapai suatu kemampuan tertentu. Pada dasarnya, dalam pembelajaran peserta didik memulainya dari konsep yang masih mendasar atau sederhana menuju suatu hal yang lebih kompleks. C. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini 1. Bermain sebagai Pendekatan Utama Bermain merupakan cara alami bagi anak untuk belajar. Melalui bermain, anak dapat menjelajahi dunia di sekitarnya sekaligus mengembangkan keterampilan motorik, sosial, dan kognitif. Melalui bermain, anak dapat mengekspresikan kreativitasnya sekaligus mengembangkan imajinasi, ketangkasan, serta kekuatan fisik, kognitif, dan emosional. Bermain dapat meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak. Melalui permainan bebas, anak dapat mengeksplorasi, mengkonsolidasikan apa yang telah mereka ketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui bermain, anak juga dapat mengembangkan seluruh potensi dirinya secara fisik, mental, intelektual, dan spiritual.Oleh karena itu, bermain pada anak usia dini merupakan jembatan yang menghubungkan seluruh aspek perkembangan. Melalui bermain, anak dapat mengembangkan seluruh potensi dirinya secara holistik, mencakup aspek fisik, mental, intelektual, dan spiritual. Bermain bukan hanya kegiatan yang menyenangkan, tetapi juga merupakan fondasi penting bagi perkembangan dan pembelajaran anak di masa depan. 2. Pembelajaran Holistik dan Terintegrasi Hakikat pembelajaran dan perkembangan integratif dan holistik mencakup aspek perkembangan fisik dan non fisik yang membantu anak berkembang secara sehat, cerdas, gembira, dan berbudi luhur meliputi kesehatan, gizi, kesejahteraan psikososial dan spiritual. Mengingat pentingnya penyelenggaraan pembelajaran terpadu yang komprehensif pada anak usia dini dan kekhususan anak usia dini, maka diperlukan pendekatan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan minat khusus dalam bidang tertentu, seperti sains atau seni, akan lebih termotivasi dan berprestasi lebih baik ketika materi yang diajarkan terhubung dengan minat tersebut. 3. Prinsip pembelajaran yang berpusat pada anak Pendekatan ini juga mendorong anak-anak untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan percaya diri, karena mereka merasa dihargai dan diakui sebagai individu yang unik. Mereka diberi ruang untuk mengeksplorasi dan mengembangkan bakat mereka sendiri, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan cinta belajar yang alami. Dengan demikian, pembelajaran yang berpusat pada anak bukan hanya sekedar pendekatan pedagogis, tetapi juga sebuah filosofi yang menghargai dan mempromosikan perkembangan holistik setiap anak. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensinya dan meraih kesuksesan dalam cara yang paling sesuai bagi mereka. 4. Lingkungan Belajar yang Mendukung Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur dengan cermat untuk mendorong interaksi yang positif antara anak, pendidik, pengasuh, dan teman sebaya mereka. Ruang kelas yang dirancang dengan baik tidak hanya menekankan estetika, tetapi juga fungsionalitas. Warna-warna cerah, bahan- bahan yang ramah anak, dan dekorasi yang inspiratif dapat membuat lingkungan lebih menarik dan mengundang anak-anak untuk belajar. Kenyamanan fisik dan emosional juga merupakan aspek penting dari lingkungan pembelajaran yang baik. Ruang yang nyaman membantu anak merasa diterima dan dihargai. Penataan yang memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan mudah dengan pendidik dan teman-temannya menciptakan suasana yang mendukung kolaborasi dan komunikasi. Ini membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial yang penting dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Dengan menciptakan lingkungan yang menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman, pendidik tidak hanya menyediakan tempat untuk belajar, tetapi juga membangun fondasi bagi perkembangan holistik anak. Ruang yang dirancang dengan baik mendorong eksplorasi, kreativitas, dan interaksi sosial, yang semuanya berkontribusi pada pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 5. Berorientasi Pada Perkembangan Anak Prinsip "berorientasi pada perkembangan anak usia dini" berarti bahwa semua aspek pendidikan dan pengasuhan anak harus disesuaikan dengan tahap perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial anak. Prinsip ini menekankan pentingnya memahami dan menghargai karakteristik perkembangan yang unik pada setiap tahap usia dini, serta merancang kegiatan dan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada tahap tersebut. Prinsip ini mengakui bahwa anak-anak melalui berbagai tahap perkembangan yang memiliki karakteristik tertentu. Sebagai contoh, bayi fokus pada perkembangan sensorimotorik seperti meraih dan menggenggam, sementara anak prasekolah mulai mengembangkan keterampilan bahasa dan sosial. Pengajaran yang berorientasi pada perkembangan memastikan bahwa kegiatan dan materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pada tahap perkembangan tertentu. Ini membantu anak untuk belajar dengan cara yang alami dan menyenangkan bagi mereka. 6. Menggunakan Pendekatan Tematik Pendekatan tematik adalah pembelajaran yang memadukan berbagai bahasan dari kompetensi dasar ke dalam satu tema yang memungkinkan anak untuk memiliki berbagai pengalaman belajar yang bermanfaat. Pendekatan ini berpusat pada kebutuhan dan minat anak, sehingga mereka dapat belajar dengan cara yang lebih alami dan kontekstual Selain itu, pembelajaran tematik atau terpadu juga merupakan metode untuk meningkatkan pengetahuan anak melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman hidup mereka dalam upaya untuk menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan apa yang mereka ketahui saat mengintegrasikan ini.pembelajaran tematik pengetahuan, keterampilan, adalah upaya dan nilai atau untuk sikap pembelajaran, serta pemikiran kreatif, yang dituangkan dalam tema pembelajaran. Tema kegiatan pada pendekatan tematik adalah topik yang akan dibahas dalam kegiatan bermain dan bereksplorasi bersama anak. Oleh karena itu tema yang dipilih harus menarik dan cocok dengan emosi maupun dunia terdekat anak. 7. Pembelajaran Aktif, Inovatif, dan Menyenangkan (PAIKEM) Kreatif, Efektif. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong partisipasi aktif, kreativitas, dan inovasi siswa, serta memberikan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. 8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Penggunaan berbagai jenis media, seperti buku cerita, gambar, video, audio, dan permainan edukatif, membantu anak-anak memahami konsep dengan cara yang lebih menarik dan mendalam. Media dan sumber belajar harus sesuai dengan usia, minat, dantingkat perkembangan anak untuk memastikan proses belajar yang aman dan efektif. Media yang digunakan juga harus mendorong interaksi dan partisipasi aktif dari anak-anak, seperti permainan edukatif yang melibatkan gerakan fisik atau teknologi yang mengajak anak berinteraksi langsung. Selain itu, pengaturan ruang kelas yang memfasilitasi penggunaan berbagai media, seperti pojok baca, area seni, dan sudut sains, dapat meningkatkan pengalaman belajar anak. Media dan sumber belajar harus terintegrasi dengan kurikulum dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Guru harus memastikan bahwa media yang digunakan relevan dengan materi yang diajarkan. Mengajak orang tua untuk berpartisipasi dalam menyediakan dan menggunakan media pembelajaran di rumah juga dapat memperkaya pengalaman belajar anak, termasuk penggunaan buku cerita, aplikasi edukasi, dan kegiatan bersama di rumah. D. Asas Pembelajaran Anak Usia Dini 1, Asas Apersepsi Pembelajaran dengan memperhatikan pengetahuan dan pengalaman awal /sebelumnya yang dimiliki anak agar hasil belajar optimal. 2. Asas Kekongritan Pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar nyata agar pembelajaran menjadi bermakna. 3. Asas Motivasi Pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemauan anak agar anak memiliki dorongan untuk belajar. 4. Asas Kemandirian Pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemauan anal agar anak memiliki dorongan untuk belajar. 5. Asas Kerjasama Pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan sosial anak melalui bekerja sama. 6. Asas Individualisasi Pembelajaran yang dirancang sesuai dengan memperhatikan perbedaan individu. 7. Asas Korelasi Pembelajaran yang dirancang sesuai dan dilaksanakan antara aspek pengembangan satu dengan lainnya saling berkaitan/terpadu. 8. Asas belajar sepanjang hayat. DAFTAR PUSTAKA Budiyanti, A.( 2015). Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau Berdasarkan Pengembangan Kognitif. Kuliah Paud Ub. Mijuna. (2014). Asas-Asas Pembelajaran Paud. Maulani, G., Novianti, W., Marliah, S., dll. 2024. Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini. Banten : Sada Kurnia Pustaka dan Penulis.