Berburu Partikel Subatomik
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Berburu Partikel Subatomik
Mukhlis Akhadi
BERBURU PARTIKEL SUBATOMIK
Mukhlis Akhadi
Desain Cover :
Rulie Gunadi
Sumber :
www.shutterstock.com (Marko Aliaksandr)
Tata Letak :
Ajuk
Proofreader :
Tiara Nabilah Azalia
Ukuran :
xii, 194 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN Elketronis:
978-623-124-154-2 (PDF)
Tahun Terbit Digital :
2023
Hak Cipta 2023, Pada Penulis
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2023 by Deepublish Digital
All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PENERBIT DEEPUBLISH DIGITAL
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail:
[email protected]
PRAKATA
Ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri
manusia untuk memahami realitas kehidupan, fenomena alam
semesta,
menyelesaikan
permasalahan
hidup,
serta
mengembangkan dan melestarikan hasil yang sudah dicapai oleh
manusia sebelumnya. Hasrat ingin tahu ini timbul oleh karena
tuntutan dan kebutuhan dalam kehidupan yang terus berkembang.
Manusia dituntut untuk mengembangkan pengetahuan tentang
alam sekitar agar dapat mempertahankan kehidupannya. Manusia
purba telah menemukan beberapa pengetahuan empiris yang
memungkinkan mereka memahami keadaan dan hidup
berdampingan dengan alam sekitar. Karena itu, perkembangan ilmu
pengetahuan sejatinya sudah berlangsung sejak pertama kali
manusia hadir di muka Bumi.
Struktur bangunan ilmu pengetahuan bukanlah merupakan
barang jadi yang sifatnya permanen, karena struktur tersebut selalu
berubah seiring dengan perubahan pola pikir manusia, baik dalam
memahami alam semesta, maupun dalam cara mereka berpikir.
Selain itu, Ilmu pengetahuan juga bukan merupakan suatu
bangunan abadi, karena dinamika keilmuan itu merupakan sesuatu
yang tidak pernah selesai. Kendati ilmu pengetahuan itu didasarkan
pada kerangka pemikiran yang objektif, rasional, sistematis, logis,
dan empiris, namun dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan
tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan terhadap koreksi.
Dengan kata lain, kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif,
bukan kebenaran yang sifatnya mutlak.
Ilmu pengetahuan dengan kondisi seperti yang kita saksikan
saat ini bukanlah bangunan yang hadir secara mendadak. Ilmu
pengetahuan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu secara
bertahap dan evolutif mengikuti perkembangan budaya manusia.
Perkembangan yang terus berlangsung itu akhirnya menghasilkan
v
cabang-cabang ilmu pengetahuan. Berbagai cabang ilmu
pengetahuan itu ada kalanya berdiri sendiri-sendiri, namun bisa
saja saling berkaitan antara satu cabang ilmu pengetahuan dengan
ilmu pengetahuan lainnya. Dalam kasus tertentu, penggabungan
antara dua cabang ilmu pengetahuan itu melahirkan cabang ilmu
pengetahuan baru yang berbeda dengan ilmu pengetahuan
induknya.
Kemajuan ilmu pengetahuan mengiringi alur waktu
perjalanan peradaban manusia. Ilmu pengetahuan itu selanjutnya
melahirkan teknologi yang dapat memberikan berbagai manfaat
bagi kehidupan. Berbagai kecanggihan produk teknologi lahir
dengan basis fisika. Ambil salah satu contohnya, penemuan sinar-X
melahirkan teknologi untuk pencitraan organ bagian dalam tubuh
manusia. Teknologi pencitraan itu ternyata mampu mengantarkan
ke arah terjadinya perubahan mendasar dalam bidang kedokteran.
Untuk tujuan medik, bagian dalam tubuh manusia yang pada
prinsipnya dapat dibedakan baik secara anatomi maupun fisiologi,
pada mulanya merupakan objek yang tidak dapat dilihat secara
langsung oleh mata. Namun dengan ditemukannya sinar-X, tubuh
manusia ternyata dapat diubah menjadi objek yang transparan.
Melalui pencitraan dengan sinar-X, dokter dapat memutuskan
tindakan yang tepat dalam menangani pasien. Contoh lain adalah
penemuan teori elektromagnetik. Gelombang radio merupakan
salah satu jenis gelombang elektromagnetik yang mampu
merambat dengan kecepatan cahaya, yaitu 300.000 km/detik.
Dengan memanfaatkan gelombang itu, lahirlah teknologi
komunikasi yang memungkinkan masyarakat menjalin hubungan
jarak jauh yang bisa terhubung dalam selang waktu sangat cepat.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan
suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat
manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi tadi
berlangsung karena manusia memerlukan daya dukung lingkungan
dalam bentuk materi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seharihari. Berbagai jenis materi yang dibutuhkan manusia itu meliputi
udara untuk bernafas, air untuk minum, makanan sebagai sumber
vi
energi, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang dimanfaatkan
untuk mendukung aktivitas kehidupannya. Semua kebutuhan materi
itu sudah disediakan oleh alam dan manusia tinggal mengambilnya
dari lingkungan.
Paling tidak sudah sejak 2500 tahun silam manusia mulai
mempertanyakan tentang hakikat materi. Perintisnya adalah para
filsuf Yunani Kuno yang hidup pada saat itu. Masalah pokok yang
menjadi perhatian mereka pada saat itu adalah bagaimana
memahami keberadaan alam serta perubahan yang terjadi di
dalamnya. Kini, pemahaman manusia terhadap materi telah
mencapai suatu tingkatan jauh di atas pemahaman masyarakat
Yunani Kuno. Dari sejarah Yunani kuno kita mengenal konsep dasar
tentang atom dari Demokritos (460-370 SM). Ia menggambarkan
atom sebagai materi terkecil yang sedemikian kecilnya sehingga
tidak dapat dibagi-bagi lagi. Inilah konsep tentang atom pertama
yang tercatat oleh sejarah.
Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa atom
bukanlah materi terkecil penyusun alam semesta. Sejarah panjang
pergumulan para ilmuwan menghasilkan pemahaman baru
mengenai materi penyusun alam semesta yang lebih detail. Kajian
fisika akhirnya berhasil menghadirkan bukti-bukti baru bahwa
sebuah atom masih dapat diuraikan lebih lanjut menjadi komponenkomponen dengan ukuran lebih kecil. Dari penguraian atom itu
dapat diperoleh bagian-bagian lebih kecil yang dikenal sebagai
materi subatomik.
Buku ini menguraikan tentang kisah perjalanan para
fisikawan beserta hasil karya mereka dalam upaya mengungkap
lebih lanjut hakikat materi penyusun alam semesta. Perjalanan
sejarah itu menempuh waktu yang cukup panjang dan melibatkan
banyak fisikawan dengan hasil karya masing-masing yang saling
melengkapi. Kajian maupun penelitian yang berkaitan dengan
partikel subatomik akhirnya membidani kelahiran kajian baru dalam
fisika nuklir, yaitu fisika partikel. Kajian ini mengkhususkan diri
dalam mempelajari partikel-partikel subatomik, baik sebagai partikel
penyusun atom maupun partikel bebas yang dapat ditemukan di luar
vii
atom. Proses-proses nuklir yang berlangsung di ruang angkasa
maupun laboratorium fisika energi tinggi dapat menghadirkan
berbagai jenis partikel subatomik yang kini menjadi objek kajian
mutakhir para fisikawan. Hasil karya mereka akhirnya memperkuat
fondasi dasar yang mengantarkan fisika memasuki gerbang revolusi
keempat dengan partikel nuklir sebagai objek utama penelitiannya.
Sebagian dari temuan-temuan hasil pemburuan partikel
subatomik saat ini memang belum melahirkan teknologi aplikatif
yang bisa dinikmati dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dari
temuan-temuan itu, paling tidak kita memperoleh informasi
mengenai betapa kayanya alam semesta ini. Begitu banyak rahasia
alam semesta yang masih tersimpan rapat dan belum berhasil
diungkap oleh manusia. Ketika rahasia tersebut berhasil diungkap
dan dipelajari lebih detail, tidak tertutup kemungkinan jika temuantemuan besar itu bisa melahirkan teknologi baru yang dapat
mengubah dan mewarnai kehidupan masyarakat modern di masa
yang akan datang.
Penulis menyadari sepenuhnya jika pembahasan dalam
buku ini tidak terlepas dari adanya kekurangan karena terbatasnya
pengetahuan dan kemampuan dalam diri penulis. Oleh sebab itu,
kritik dan saran dari pembaca dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan isi buku ini sangatlah terbuka dan tetap dinantikan.
Semoga kehadiran buku ini dapat memberi pencerahan dan
memperkaya khazanah pengetahuan tentang hakikat materi bagi
masyarakat luas. Dengan memahami hakikat materi hingga ke level
partikel subatomik, kita bisa memahami alam semesta dengan
sudut pandang yang lebih luas.
Tangerang Selatan,
Agustus 2023
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................ i
01 INTRODUKSI ............................................................................. 1
1.1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan .................................... 2
1.2. Ilmu Pengetahuan Alam .................................................... 6
1.3. Kajian Sains Fisika .......................................................... 11
1.4. Partikel Subatomik .......................................................... 13
1.5. Lingkup Bahasan ............................................................ 16
02 SINAR BETA ........................................................................... 23
2.1. Kisah Penemuan Bahan Radioaktif ................................. 25
2.2. Penelitian Selanjutnya ..................................................... 30
2.3. Komposisi Sinar Radioaktif .............................................. 37
03 PENEMUAN ELEKTRON........................................................ 45
3.1. Penelitian Sinar Katode ................................................... 46
3.2. Penelitian Joseph J. Thomson ........................................ 51
3.3. Biografi Kepakaran Thomson .......................................... 56
3.4. Percobaan Tetes Minyak ................................................. 59
3.5. Muatan Elementer ........................................................... 62
3.6. Karakteristik Elektron ...................................................... 64
04 KEBERADAAN PROTON ........................................................ 67
4.1. Perkembangan Model Atom ............................................ 68
4.2. Inti Atom Hidrogen........................................................... 81
4.3. Karakteristik Unsur .......................................................... 84
05 BERBURU NEUTRON ............................................................. 89
5.1. Dugaan Keberadaan Neutron.......................................... 90
5.2. Analisis Chadwick ........................................................... 93
5.3. Neutron Bebas ................................................................ 96
5.4. Energi Kinetik Neutron .................................................. 101
5.5. Neutron Kosmis............................................................. 106
06 PENGAMATAN POSITRON .................................................. 112
6.1. Penelitian Sinar Kosmis ................................................ 113
ix
6.2. Pengamatan Sinar Aneh ............................................... 120
6.3. Sumber Positron ........................................................... 123
07 KETERKAITAN ANTARPARTIKEL SUBATOMIK .................. 129
7.1. Peluruhan Atom Radioaktif ............................................ 130
7.2. Ikatan Antara Proton dan Neutron ................................. 138
7.3. Nuklida dan Isotop......................................................... 140
08 DETEKSI NEUTRINO ............................................................ 148
8.1. Ramalan Wolfgang Pauli ............................................... 149
8.2. Berburu Neutrino ........................................................... 151
8.3. Neutrino Kosmis ............................................................ 154
8.4. Proyek Super-K ............................................................. 158
8.5. Sumber Neutrino Kosmis............................................... 160
09 PENUTUP.............................................................................. 167
DAFTAR REFERENSI ................................................................ 176
INDEKS ...................................................................................... 185
BIODATA PENULIS .................................................................... 193
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Sejenis Batuan Uraninite yang Mengandung Unsur
Radioaktif Alamiah Uranium ......................................30
Mineral Pitchblende yang Mengandung Bahan
Radioaktif Polonium dan Radium [30] ........................35
Pancaran Sinar-Sinar Radioaktif dalam Ruangan
Bermedan Magnet [36] ..............................................39
Perangkat Rancangan Michael Faraday untuk
Penelitian Lucutan Gas [26].......................................46
Diagram Percobaan untuk Mengidentifikasi
Muatan Listrik Sinar Katode [26] ................................50
Bagan Percobaan Joseph J. Thomson untuk
Mengukur Nilai e/m Partikel Sinar Katode [15]...........52
Lintasan Gerak Partikel Bermuatan di dalam
Medan Magnet Homogen ..........................................54
Bagan Peralatan Percobaan Tetes Minyak
Rancangan Robert A. Millikan untuk Mengukur
Muatan Elementer ]15] ..............................................61
Model Atom yang Diusulkan oleh Joseph J.
Thomson [52] ............................................................71
Skema Percobaan Hamburan sinar Alfa untuk
Menguji Model Atom Thomson [53] ...........................72
Transisi Elektron dan Spektrum Warna yang
Dihasilkan Atom Hidrogen [55] ..................................77
Model Atom yang Diusulkan oleh Ernest
Rutherford dan Disempurnakan oleh Niels Bohr
[57] ............................................................................80
Bagan Percobaan untuk Mendeteksi Neutron [15] .....92
Model yang Paling Sering Digunakan Saat Ini
untuk Menggambarkan Bangunan Sebuah Atom
[19] ............................................................................96
xi
Gambar 15. Proses Produksi Neutron dengan Mesin
Akselerator [19] .......................................................101
Gambar 16. Proses Moderasi Neutron Cepat Menjadi Neutron
Termik [15] ..............................................................102
Gambar 17. Proses Spalasi Inti Atom O-16 oleh Neutron
Berenergi Tinggi [75] ...............................................109
Gambar 18. Proses Anihilasi yang Mengubah Elektron dan
Positron Menjadi Sinar Gamma [76] ........................127
Gambar 19. Proses Penciptaan yang Mengubah Sinar Gamma
Menjadi Pasangan Elektron dan Positron [76] .........128
Gambar 20. Proses Terjadinya Pancaran Sinar-X Karakteristik
karena Peristiwa Penangkapan Elektron oleh Inti
Atom [25] .................................................................138
Gambar 21. Struktur Atom Isotop-Isotop 5Li, 6Li, dan 7Li [16] ......144
Gambar 22. Struktur Atom Isotop-Isotop 12C, 13C, dan 14C [29] ...144
Gambar 23. Bagan Percobaan Reines dan Cowan untuk
Mendeteksi Neutrino [79] .........................................152
Gambar 24. Dokumen Pengamatan Neutrino yang Pertama
dalam Kamar Buih Hidrogen....................................154
Gambar 25. Teknik Deteksi Neutrino Melalui Pengamatan
Radiasi Cherencov [76] ...........................................159
Gambar 26. Komponen Utama Penyusun Sinar Kosmis
Sekunder [76] ..........................................................163
xii
01
INTRODUKSI
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia dapat
berperan sebagai makhluk biologis dan makhluk budaya [1].
Sebagai makhluk biologis, perasaan lapar atau dahaga dapat
dipenuhi dengan makan atau minum. Namun sebagai makhluk
budaya, manusia memiliki kebutuhan yang begitu kompleks. Dalam
kondisi tertentu, kebutuhan itu seringkali tidak mudah untuk
dipenuhi oleh lingkungan hidupnya. Kebutuhan sebagai makhluk
budaya itu sangat bervariasi mulai dari keinginan untuk berkuasa,
memiliki kekayaan, perasaan puas, menghasilkan keturunan, dan
sebagainya. Masuk dalam kebutuhan makhluk budaya adalah
pemenuhan terhadap ilmu pengetahuan. Kebutuhan itu muncul
karena manusia memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap
sesuatu yang belum diketahuinya.
Ilmu adalah usaha manusia untuk memahami dunia beserta
isinya yang mewarnai lingkungan hidupnya. Pengetahuan adalah
sebuah proses untuk menemukan penjelasan terhadap fenomena
yang muncul dari isi dunia, atau apapun fenomena alam yang
ditemui dan dipertanyakan oleh manusia. Pengetahuan lahir ketika
seseorang memiliki rasa penasaran terhadap suatu objek sehingga
ia mempelajarinya. Selama proses mempelajari, manusia
melakukan pengamatan, memperoleh pengalaman indrawi, dan
melakukan analisis untuk mengolah informasi dari suatu objek.
Akumulasi dari berbagai informasi tersebut akhirnya menghasilkan
ilmu pengetahuan yang mampu memberi gambaran komprehensif
dari objek yang dipelajari oleh seseorang [2].
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
1
02
SINAR BETA
Pada mulanya, istilah “radioaktivitas” adalah sebutan untuk
fenomena fisika berupa pancaran sinar misterius yang berlangsung
secara spontan dari suatu bahan. Dikatakan sinar misterius karena
sinar itu belum pernah dikenal sama sekali oleh para ilmuwan pada
saat sinar tersebut pertama kali diamati [22]. Dalam perkembangan
berikutnya, sinar misterius itu disebut juga sebagai sinar Becquerel,
untuk memberi penghormatan kepada orang yang pertama kali
mengamatinya, yaitu fisikawan Prancis, Antoine Henri Becquerel.
Dikaitkan dengan kemampuannya dalam memancarkan
sinar Becquerel, bahan-bahan yang kita temukan di alam ini dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu bahan dengan atom yang
sifatnya stabil dan bahan yang sifat atomnya tidak stabil. Bahan
dengan kondisi stabil (atom stabil) tidak dapat memancarkan sinar
Becquerel, sedang bahan dengan kondisi atom tidak stabil dapat
memancarkan sinar Becquerel. Dalam perkembangan berikutnya,
bahan yang mampu memancarkan sinar Becquerel dikenal sebagai
“bahan radioaktif”.
Awal perkenalan manusia dengan fenomena radioaktivitas
dimulai ketika Becquerel mengamati unsur uranium (U) yang dapat
memancarkan sinar aneh dan belum pernah diketahui sebelumnya
[23]. Sebagai salah satu bahan yang ditemukan di alam sekitar,
keberadaan U sebenarnya sudah dikenali manusia sejak tahun 79.
Bahan berupa U-oksida sudah digunakan sebagai zat pewarna
pada kegiatan glasir kaca dan keramik. Namun, baru setelah sekitar
17 abad kemudian, tepatnya pada tahun 1789, seorang ahli kimia
asal Jerman, Martin H. Klaproth (1743-1817), mempelajari U untuk
pertama kalinya. Ahli kimia Prancis, Eugène-Melchior Péligot (1743-
23
03
PENEMUAN ELEKTRON
Faraday merupakan ilmuwan yang begitu banyak
memberikan kontribusinya terhadap pengembangan teori
kelistrikan. Berkat teori yang disusunnya, listrik menjelma menjadi
teknologi yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Karyakaryanya di bidang kelistrikan telah membuat Faraday dikenal dan
dikenang oleh masyarakat dunia hingga saat ini. Karena jasajasanya dalam membuka banyak rahasia alam di bidang kelistrikan
itulah, ia dinobatkan sebagai salah satu ilmuwan eksperimental
besar sepanjang masa [10]. Bahkan Einstein menganggapnya
sebagai salah satu dari beberapa ilmuwan yang memiliki pengaruh
penting dalam sejarah perkembangan ilmu fisika.
Masih terkait dengan kepakaran di bidang kelistrikan dan
elektrokimia, Faraday merupakan ilmuwan perintis dalam
mempelajari sinar katode [26], yaitu sinar bermuatan listrik negatif
yang keluar dari katode. Penelitian ini didorong oleh keingintahuan
Faraday mengenai pengaruh kelistrikan terhadap materi berbentuk
gas. Untuk mewujudkan keingintahuannya, ia merancang sebuah
penelitian dengan cara mengisolasi gas (udara) menggunakan
tabung gelas yang ditutup rapat dan di dalamnya dipasang dua
elektrode kawat logam dengan jarak pisah relatif jauh. Prinsip
percobaan ini tak ubahnya adalah meniru percobaan elektrolisis
pada larutan kimia. Sinar katode merupakan topik penelitian yang
sangat menarik perhatian para fisikawan pada akhir abad ke-19.
Dalam kurun waktu pasca-Faraday, penelitian sinar katode tersebut
tetap berlanjut dengan melibatkan banyak ilmuwan.
45
04
KEBERADAAN PROTON
Pemikiran tentang hakikat materi telah menjadi bagian
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sepanjang
sejarah perjalanan umat manusia, selalu muncul ilmuwan-ilmuwan
yang berusaha untuk menyingkap rahasia yang tersimpan di balik
materi penyusun alam semesta ini. Kini, pemahaman manusia
terhadap materi telah mencapai suatu tingkatan jauh di atas
pemahaman masyarakat Yunani purba. Ilmu pengetahuan modern
menyatakan bahwa berbagai unsur yang menyusun materi tersebar
di seluruh jagat raya dengan kelimpahan yang berbeda-beda. Di
bagian kerak bumi, para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi
delapan jenis unsur yang membentuk hampir 99% bagian kerak
bumi, yaitu aluminium (8,1%), besi (5,0%), kalium (12,6%), kalsium
(3,6%), magnesium (2,1%), natrium (2,9%), oksigen (46,6%), silikon
(27,7%) dan unsur kelumit lainnya (1,4%) [48].
Pemburuan unsur-unsur juga dilakukan di ruang angkasa.
Para astronom telah berhasil mengenali sejumlah besar unsur yang
ada di matahari dan bintang-bintang lainnya. Unsur-unsur yang
ditemukan di ruang angkasa itu ternyata diketahui juga ada di Bumi.
Sejauh ini belum pernah dijumpai adanya unsur di ruang angkasa
yang tidak ditemukan di Bumi. Analisis terhadap sejumlah meteor
yang jatuh di Bumi menunjukkan bahwa lebih dari 50 jenis unsur
yang dikenal di Bumi diketahui terkandung di dalam meteor dari
ruang angkasa tersebut [49].
Suatu benda yang kita temukan di lingkungan bisa jadi
tersusun atas banyak jenis unsur. Berbagai disiplin ilmu
mengkhususkan diri menelaah unsur-unsur yang ditemukan dalam
berbagai jenis benda yang berbeda-beda. Dalam astronomi dikaji
67
05
BERBURU NEUTRON
Dalam bab 4 sudah diuraikan mengenai bangunan sebuah
atom yang digambarkan sebagai bola dengan kulit dan inti
atomnya. Dalam perkembangan berikutnya, para ilmuwan berhasil
mengungkap struktur inti atom yang tersusun atas proton.
Selanjutnya para ilmuwan berhasil mengungkap bahwa inti atom
sebenarnya hanyalah bagian yang sangat kecil dari sebuah atom,
sedang atom itu sendiri merupakan bagian yang terkecil dari
sebuah materi.
Keingintahuan tentang struktur inti dari suatu atom telah
menyita perhatian ratusan ilmuwan dalam kurun waktu cukup lama.
Belum adanya instrumen yang memadai dan teknik pengamatan
yang dapat diandalkan menjadi penghalang utama para ilmuwan
dalam menemukan jawaban yang memuaskan mengenai inti atom.
Kesulitan itu dapat dipahami apabila kita memperhatikan reniknya
ukuran sebuah atom. Jika kita menganggap inti atom itu bulat,
maka kita dapat menyatakan ukuran inti itu dengan jari-jari inti. Jika
dalam pembahasan mengenai ukuran atom seringkali digunakan
satuan dalam orde Angstrom (Å), maka dalam pembahasan
mengenai ukuran inti atom, orde satuan yang sering digunakan
adalah femto (fm), di mana
. Jika diameter atom
berorde 10-8 cm, maka diameter sebuah inti kira-kira 10.000 hingga
100.000 kali lebih kecil dibandingkan diameter atom.
Sebelum memahami lebih dalam tentang struktur inti atom,
para ilmuwan sudah mampu memperkirakan ukuran inti atom
tersebut. Pada bagian 4.1.3 dikemukakan hasil penelitian hamburan
sinar alfa oleh lempeng emas yang dilakukan oleh Rutherford dan
kedua asistennya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
89
06
PENGAMATAN POSITRON
Seperti dibahas pada bab 2, semula para ilmuwan hanya
mengenali adanya tiga jenis sinar yang dipancarkan oleh zat
radioaktif alamiah, yaitu sinar alfa, sinar beta, dan sinar gamma.
Sinar beta berhasil diidentifikasi sebagai partikel subatomik
bermuatan listrik negatif. Namun, dalam kurun waktu berikutnya,
para ilmuwan juga berhasil mengamati adanya pancaran sejenis
sinar beta bermuatan listrik positif, terutama dari unsur-unsur
radioaktif buatan. Sinar jenis ini akhirnya diberi nama positron atau
elektron yang bermuatan positif dengan muatannya +1e dan diberi
notasi
atau
.
Beberapa tahun sebelum positron berhasil diamati oleh para
ilmuwan, keberadaan positron memang sudah diramalkan oleh Paul
A.M. Dirac melalui kajian teoretisnya [79]. Ia meramalkan tentang
adanya partikel menyerupai elektron tetapi bermuatan listrik positif.
Ramalan itu dikemukakannya pada tahun 1928. Kala itu Dirac
mempublikasikan makalah persamaan gelombang Dirac (Dirac
wave equation) yang merupakan perpaduan antara mekanika
kuantum, relativitas khusus, dan konsep spin elektron untuk
menjelaskan efek Zeeman.
Rumusan persamaan gelombang elektron baru ini
merupakan perluasan persamaan Schrodinger dalam mekanika
kuantum, yang taat asas terhadap Teori Kerelatifan Khusus
Einstein. Makalah Dirac tidak memprediksi kehadiran partikel baru,
tetapi memungkinkan elektron untuk memiliki muatan listrik positif
atau negatif sebagai solusinya. Secara umum teori Dirac memberi
dasar bagi para fisikawan untuk meyakini bahwa setiap partikel
memiliki kembaran lawannya yang disebut anti-partikel.
112
07
KETERKAITAN
ANTARPARTIKEL
SUBATOMIK
Dari pembahasan bab 2, bab 3, bab 4, bab 5, dan bab 6,
kita telah berkenalan dengan empat jenis partikel subatomik, yaitu
sinar beta atau elektron, proton, neutron, dan positron. Selain
menyandang predikat sebagai partikel subatomik, elektron dan
positron juga menyandang predikat sebagai partikel elementer,
yaitu partikel dasar penyusun alam semesta. Kedua partikel
tersebut tidak dapat diuraikan lebih lanjut menjadi komponen
penyusun yang ukurannya lebih kecil. Sedangkan proton dan
neutron hanya menyandang predikat sebagai partikel subatomik
tetapi tidak menyandang predikat sebagai partikel elementer. Saat
ini diketahui bahwa keduanya dapat diurai lebih lanjut karena
terbentuk dari komponen paling dasar yang dikenal sebagai quark.
Partikel elementer juga sering disebut sebagai partikel
fundamental. Partikel tersebut dapat saling berinteraksi membentuk
partikel subatomik seperti proton dan neutron. Partikel-partikel
subatomik seperti elektron, proton dan neutron dapat saling
berinteraksi sehingga membentuk bangunan sebuah atom.
Berbagai jenis atom juga bisa saling berinteraksi sehingga
membentuk atau menghasilkan molekul. Dalam hal ini atom
merupakan komponen terkecil dari sebuah molekul. Sedang
molekul merupakan komponen terkecil dari suatu materi. Berbagai
jenis materi pengisi alam semesta ini terbangun atas gabungan dari
berbagai jenis molekul.
129
08
DETEKSI NEUTRINO
Hingga pertengahan tahun 1930, para fisikawan hanya
mengenal adanya tiga partikel subatomik paling sederhana.
Ketiganya merupakan partikel penyusun atom, yaitu elektron,
proton, dan neutron [28]. Kala itu, para fisikawan percaya bahwa
ketiganya merupakan partikel tak-terbelahkan. Ketiganya tidak
dapat diuraikan lebih lanjut menjadi komponen-komponen
penyusun yang lebih kecil. Namun, pengetahuan mengenai ketiga
partikel subatomik ternyata bukan akhir dari upaya para fisikawan
untuk mengungkap hakikat materi.
Pasca-Perang Dunia II, kerja para fisikawan, khususnya
yang mendalami kajian fisika energi tinggi, lebih mengarah kepada
upaya memburu partikel subatomik lain selain elektron, proton dan
neutron. Kerja sama antara fisikawan teoretis dan eksperimental
ternyata berhasil menyingkap rahasia alam tentang adanya
sejumlah partikel elementer. Jumlah yang berhasil diidentifikasi
terus bertambah sejalan dengan intensifnya penelitian di bidang itu.
Salah satu partikel yang berhasil diidentifikasi adalah neutrino [93].
Dari kegiatan kajian dan penelitian yang telah dilakukan,
para ilmuwan akhirnya berhasil mengungkap rahasia partikel
elementer selain partikel subatomik penyusun atom. Penemuan
partikel itu bermula ketika pada tahun 1930, fisikawan teoretis
Amerika-Austria-Swiss, Wolfgang Pauli (1900-1958), meramalkan
adanya partikel yang menyertai proses peluruhan bahan radioaktif
pemancar sinar beta. Sinar beta tak ubahnya adalah sebuah
elektron yang tidak memiliki massa dan bermuatan listrik negatif.
Seperti dibahas pada bagian 7.1, subbagian 7.1.1, peluruhan beta
148
09
PENUTUP
Apa sejatinya isi dari alam semesta? Sebelum menjawab
pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita perlu berkenalan dengan
disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan kajian alam semesta, yaitu
kosmologi. Kosmologi merupakan studi tentang alam semesta dan
manusia yang hidup di dalamnya. Sejak beberapa ratus tahun
terakhir, studi kosmologi didominasi oleh pendekatan fisika dan
astrofisika [87]. Meskipun demikian, konsepsi ilmiah tentang
kosmologi yang disepakati oleh mayoritas ilmuwan saat ini
bukanlah sesuatu yang absolut benar. Salah satu pertanyaan paling
mendasar dalam studi kosmologi adalah mengenai kelahiran alam
semesta.
Teori ilmiah yang menggambarkan proses kelahiran alam
semesta dikenal sebagai Teori Dentuman Besar (Big Bang Theory).
Teori ini menyatakan bahwa proses terbentuknya alam semesta
berawal dari suatu peristiwa dentuman besar yang terjadi miliaran
tahun silam [104]. Teori tersebut kini banyak dianut oleh kalangan
ilmuwan. Bukti penting yang mendukung teori tersebut ialah
keberadaan hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam
berbagai penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan
perhitungan teoretis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Dentuman Besar. Bukti ilmiah inilah yang menyebabkan
teori tersebut diterima secara luas oleh masyarakat ilmiah.
Bukti radiasi sisa peristiwa Dentuman Besar akhirnya
berhasil ditemukan. Kosmologi modern berhasil memperoleh bukti
kuat berupa penemuan radiasi latar dalam bentuk gelombang mikro
kosmis bersuhu 3 kelvin yang diduga kuat berasal dari peristiwa
167
DAFTAR REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Akhadi M. Ekologi energi, mengenali dampak lingkungan
dalam pemanfaatan sumber-sumber energi. Yogyakarta
55511: Graha Ilmu; 2009.
Santoso RSI. Kapita selecta sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan. Jakarta: Sinar Hudaya;1977.
Karim A. Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Fikrah:
Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. 2014; Vol 2(2):
273-289.
Surajiyo. Sejarah, klasifikasi dan strategi perkembangan
ilmu pengetahuan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Sains (SNPS) 2019. Solo: Universitas Sebelas Maret; 2
November 2019; 1-8.
Haramundanis K. Penelaahan tentang jagad raya. Dalam:
Bernard SC, Lynn GB, Joseph JJ, editor. Ilmu Pengetahuan
Populer Vol. 1. Jakarta: Grolier International Inc./P.T.
Widyadara, 1997; hal. 1-12.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1988.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Myers R. The basic of chemistry. London: Greenwood
Press; 2003.
Branley FM. Bumi. Dalam: Bernard SC, Lynn GB, Joseph
JJ, editor. Ilmu Pengetahuan Populer Vol. 1. Jakarta: Grolier
International Inc./P.T. Widyadara; 1997; hal. 97-105.
Parkinson CL, Ward A, King MD, editors. Earth science
reference handbook: A guide to NASA’s earth science
program and earth observing satellite missions. Washington
DC: National Aeronautics and Space Administration; 2006.
Young HD, Freedman RA. University physics. 9th edition.
New York: Addison-Wesley Publishing Company; 1998.
Wilopo AC, editor. Seabad pemenang hadiah nobel fisika.
Jakarta: Abdi Tandur; 2002.
176
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Balchin J. Quantum leaps, 100 ilmuwan besar paling
berpengaruh di dunia. Jakarta Selatan 12520: Ufuk Press;
Maret 2012.
Singh RB. Introduction to modern physics. New Delhi: New
Age International (P) Limited Publishers; 2002.
Raymond AS, Clement JM, Moyer CA. Modern Physics. 3rd
edition. Victoria 3006: Thomson Learning Inc.; 2005.
Akhadi M. Membaca peta nuklida. e-Publishing Penerbit
BRIN.
Tersedia
di
https://penerbit.brin.go.id/press/
catalog/book/549; diakses pada 11 Januari 2023, DOI:
https://doi.org/10.55981/brin.549
Erlangga AM. Sejarah & kebudayaan dunia. Yogyakarta:
Familia; 2013.
Keenan CW, Kleinfelter DC, Wood JH. Kimia untuk
universitas (Alih Bahasa Handyana Pudjaatmaka). Edisi
keenam, jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga; 1989.
Akhadi M. Jejak perjalanan teknologi nuklir, dari konsep
atomos hingga traktat non-proliferasi. e-Publishing Penerbit
BRIN. Tersedia di https://penerbit.brin.go.id/press/catalog/
book/559; diakses pada 15 Januari 2023. DOI:
https://doi.org/10.55981/brin.559
Akhadi M. Mengungkap hakekat energi nuklir. Jakarta:
BATAN Press; 2020.
George J. Structure of atom: the space inside of an atom is
not empty. Createspace Independent Pub; 2010.
Williams WSC. Nuclear and particle physics. New York:
Oxford University Press; 1991.
L’Annunziata M. Radioactivity: introduction and history. 1st
edition. New York: Elsevier; July 2007.
Friedlander G, Kennedy JW, Macias ES. Nuclear and
radiochemistry. 3rd ed. New York: John Wiley & Sons; 1989.
Akhadi M. Radioekologi radionuklida primordial. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish; 2023.
Akhadi M. Mengungkap hakekat sinar-X. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish; 2021.
177
BIODATA PENULIS
Mukhlis
Akhadi
lahir
di
Yogyakarta,
17
September
1961.
Menempuh pendidikan tinggi di Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu P
engetahuan Alam–Universitas Indonesia
(FMIPA-UI) di Jakarta pada 1980 dan
memperoleh gelar sarjana fisika pada
1985. Sejak awal 1986 sampai sekarang,
penulis bekerja sebagai peneliti pada
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi–Badan
Tenaga Nuklir Nasional (PTKMR–BATAN) di Jakarta. Sekarang
menjadi Pusat Riset Teknologi Keselamatan Metrologi dan Mutu
Nuklir, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi
Nasional (PRTKMMN–ORTN BRIN). Meraih jabatan fungsional
tertinggi sebagai Ahli Peneliti Utama bidang Fisika Nuklir sejak
bulan Desember 2002.
Beberapa pendidikan tambahan dan spesialisasi yang
pernah diperolehnya adalah: Radiation Protection Course di
ANSTO (NSW, Australia 1989), Personal Dosimetry di JAERI
(Jepang 1991), Working Area Monitoring di JAERI (Jepang 1992),
Workshop on the Application of the ICRP`s 1990 Recommendations
di Kuala Lumpur (Malaysia 1993), Regional School of Radiation
Emergency Management di Fukushima (Jepang, 2017).
Mewakili BATAN untuk mengikuti pembahasan buku Basic
Safety Standars (BSS) di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)
di Vienna (Austria 1994). Ditunjuk BATAN menjadi anggota
Radiation Safety Standards Committee (RASSC) di bawah
koordinasi IAEA periode 2005-2007. Mengikuti kegiatan Forum for
Nuclear Cooperation in Asia (FNCA) on QA/QC radiation dosimetry
for radiotherapeutic of cancer di Cina tahun 2006. Sebagai
193
partisipan dalam Technical Meeting to Develop a Draft Text for the
Revision of the BSS di IAEA (Austria 2007).
Selain sebagai peneliti, penulis juga sering diminta sebagai
pengajar pada berbagai jenis diklat yang diselenggarakan oleh
BATAN. Pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada Jurusan Teknik
Mesin, Teknik Elektro dan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik
(STT)-PLN di Jakarta. Menulis enam belas buku masing-masing
dengan judul: (1). Pengantar Teknologi Nuklir (1997), (2). Dasardasar Proteksi Radiasi (2000), (3). Ekologi Energi: Mengenali
Dampak Lingkungan dari Penggunaan Sumber-Sumber Energi
(2009), (4). Isu Lingkungan Hidup: Mewaspadai Dampak Kemajuan
Teknologi dan Polusi Lingkungan Global yang Mengancam
Kehidupan (2014), (5). Penanggalan Radioaktif: Mengungkap
Sejarah dan Peradaban Bumi dengan Teknik Nuklir (2017), (6).
Jejak Perjalanan Teknologi Nuklir: dari Konsep Atomos hingga
Traktat non-Proliferasi (2018), (7). Sentuhan Teknik Nuklir dalam
Aktivitas Industri (2019), (8). Sinar-X Menjawab Masalah Kesehatan
(2020), (9). Membaca Peta Nuklida (2020), (10). Mengungkap
Hakikat Energi Nuklir (2020), (11). Mengungkap Hakikat Sinar-X
(2021), (12). Sinar-X: dari Sejarah penemuan Hingga
Pemanfaatannya (2021), (13). Radioekologi Radionuklida
Kosmogenik (2021), (14). Nuklir untuk Ketahanan Pangan Dunia
(2022), (15). Mengungkap Hakikat Sinar Kosmis (2022), dan (16).
Radioekologi Radionuklida Primordial (2023).
194