METODE RISET DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN
MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN
DOSEN PENGAMPU:
WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M.Si
OLEH:
HASHIINAH NAZIIHAH C1C022024
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat meyelesaikan makalah Akuntansi Keperilakuan mengenai “Metode
Riset dalam Akuntansi Keperilakuan” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini didasarkan pada hasil literatur-literatur yang ada baik dari buku
maupun sumber terpercaya lainnya.
Dengan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Orang tua yang telah
memberikan dukungan baik materil maupun spiritual, juga kepada dosen yang mengajar
mata kuliah Akuntansi Keperilakuan Bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil yang telah dicari.
Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan makalah ini.
Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk
peningkatan mutu penulisan makalah di masa mendatang. Akhir kata semoga tugas
makalah ini bermanfaat untuk kalangan umum maupun pendidikan.
Jambi, September 2024
Hashiinah Naziihah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1.Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
1.3.Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1.Tujuan RISET ............................................................................................................... 6
2.2.Pengembangan Desain .................................................................................................. 6
2.3.Validitas dan Keandalan ............................................................................................... 8
2.4.Metode Pengumpulan Data ........................................................................................... 10
2.5.Memilih Responden ...................................................................................................... 11
2.6.Intrumen Riset ............................................................................................................... 13
2.7.Analisi Data dan Persiapan Laporan ............................................................................. 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16
3.1.Kesimpulan ................................................................................................................... 16
3.2.Saran ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Setiap orang yang mencurahkan perhatiannya terhadap sesuatu dan mengamati faktafakta yang terdapat padanya, sudah tentu didorong oleh suatu keinginan untuk mengetahui
dan memahami fakta-fakta yang diamati secara lebih mendalam. Sebagai konsekuensinya,
kegiatan tersebut pada hakikatnya akan memunculkan berbagai pertanyaan.
Pengamatan terhadap fakta, identifikasi atas masalah, dan usaha untuk menjawab
masalah dengan menggunakan pengetahuan merupakan esensi dari kegiatan riset. Oleh
karena itu, riset dapat disebut sebagai suatu usaha yang sistematis untuk mengatur dan
menyelidiki masalah-masalah, serta menjawab pertanyaan yang muncul, yang terkait dengan
fakta, fenomena, atau gejala dari masalah tersebut.
Riset dimulai dengan suatu pertanyaan karena menghendaki suatu deskripsi yang jelas
terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Hal ini sering disebut sebagai suatu rencana
untuk menjawab pertanyaan. Riset aplikasi berkaitan dengan penyelesaian masalah-masalah
yang spesifik. Riset yang murni ataupun mendasar adalah riset yang berkenaan dengan
perbaikan terhadap pemahaman mengenai hal-hal yang khusus atau istimewa. Riset
menggunakan metode khusus sehingga tidak bias dan mempunyai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Riset yang dilakukan dapat juga berbeda dengan kenyataan yang
ditemukan di lapangan untuk suatu fenomena yang sama di lingkungan dan waktu yang
berbeda, terutama pada riset-riset sosial.
4
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan dari Riset?
2. Bagaimana Pengembangan Desain?
3. Apa yang dimaksud dengan Validitas dan Keandalan?
4. Bagaimana Metode Pengumpulan Data?
5. Bagaimana cara Memilih Responden?
6. Bagaimana Instrumen Riset?
7. Bagaimana Analisis Data dan Persiapan Laporan?
1.3.TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Tujuan dari Riset.
2. Untuk mengetahui Pengembangan Desain.
3. Untuk mengetahui Validitas dan Keandalan.
4. Untuk mengetahui Metode Pengumpulan Data.
5. Untuk mengetahui cara Memilih Responden.
6. Untuk mengetahui Intrumen Riset.
7. Untuk mengetahui Analisis Data dan Persiapan Laporan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TUJUAN RISET
Terdapat banyak penulis buku metodologi riset yang mengemukakan bahwa riset didasarkan
pada sudut pandang yang berbeda-beda. Akan tetapi, terdapat lima tujuan spesifik dari suatu
riset, yaitu:
1) Menggambarkan fenomena.
2) Menemukan hubungan.
3) Menjelaskan fenomena.
4) Memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang, dan
5) Melihat pengaruh satu atau lebih faktor terhadap satu atau lebih kejadian.
Kejadian-kejadian dapat dijelaskan dengan mengumpulkan dan mengklasifikasikan
informasi Hal ini biasanya merupakan langkah pertama dalam suatu penyelidikan khusus.
Kadang kala, suatu perencana terhadap riset akan dilihat hanya berdasarkan pada penjelasan
informasi.
2.2. PENGEMBANGAN DESAIN
A. MENENTUKAN LINGKUP PENGEMBANGAN
Lingkup pengembangan biasanya terbatas terhadap satu atau dua pertanyaan. Hal ini
dilakukan karena berbagai alasan. Alasan biasanya adalah karena untuk menyelidiki setiap
aspek dari suatu masalah bukanlah apa yang diinginkan, tidak praktis, atau tidak mungkin.
Keterbatasan utama dari lingkup perencanaan adalah pada aspek dana yang tersedia. Riset
perilaku bisa lebih mahal sementara anggaran yang tersedia sering kali terbatas dalam
lingkup pembelajaran terhadap kebanyakan masalah-masalah penting.
6
Merujuk pada pengalaman dan hasil dari riset terhadap latar belakang riset dan
informasi lingkungan, arah riset sering kali mampu untuk menentukan tingkat kepentingan
relatif dari masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Jika
terdapat beberapa masalah yang telah diidentifikasi, maka lingkup dari studi biasanya dibatasi
sampai di sini. Pada banyak kasus, ada banyak masalah-masalah yang berhubungan dengan
suatu permasalahan yang tidak dapat secara tepat ditunjukkan dalam suatu studi tunggal yang
sederhana, karena ada batasan terhadap jumlah pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada
responden yang potensial. Apalagi terdapat suatu hubungan negatif antara panjangnya
perangkat riset dan tingkat kemungkinan responden berpartisipasi. Faktor-faktor ini juga akan
menyebabkan arus riset yang terbatas pada lingkup studi terhadap masalah-masalah penting.
Waktu juga merupakan faktor lain yang memengaruhi keterbatasan lingkup studi. Studi
terhadap kepastian proses mengharuskan suatu kerangka waktu yang lebih lama sehingga
beralasan untuk menunggu hasil.
Desain pengembangan lain juga harus sejalan dengan penentuan lingkungan Fiset.
Aspek lain dari suatu desain adalah menemukan populasi, menspesifikasikan informasi yang
dibutuhkan, memilih dan mengumpulkan data serta metode, serta anggaran. Langkah
selanjutnya dalam proses riset adalah mengidentifikasikan jenis informasi yang harus
dikumpulkan. Arah riset seharusnya mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari sumber
data primer maupun sekunder.
B. DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data. Sumber data riset terdiri atas sumber data primer dan
sumber data sekunder.
Data primer merupakan sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
7
menjawab pertanyaan riset Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik
secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian,
atau kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur
kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih
mencerminkan kebenaran yang dilihat Bagaimana pun, untuk memperoleh data primer akan
menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lebih lama.
Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan
permasalahan-
permasalahan,
menciptakan
tolok
ukur
untuk
mengevaluasi data primer, dan memeriuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi
telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan
data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu
memperoleh informasi lain selain informasi utama.
2.3. VALIDITAS DAN KEANDALAN
Tinggi fisik seseorang dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit
keraguan mengenai apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita mengacu
pada tinggi dan berat seseorang Namun, ketika kita tertarik untuk mengukur sifat atau
perilaku seseorang, alat ukur apa yang dapat kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala
untuk mengukur sikap kerja atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau
keberhasilan secara tepat. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen
risetnya untuk mengukur fenomena-fenomena perilaku tersebut.
8
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku, yang
pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang salah (validitas) dan yang kedua
adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal tidak representatif (keandalan). Dua hal tersebut
dinilai dengan menggunakan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Penelit ingin
melakukan pengukuran dan yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah risetnya.
Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus jika digunakan di lapangan dan
waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu
pada konsistensi dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak
tergantung pada aiat ukur yang tidak andal.
A. VALIDITAS
Ada beberapa jenis validitas. Validitas isi (content validity) mengacu pada bagaimana
sebaiknya peneliti menggambarkan dimensi-dimensi dan konsep atau masalah. Masalah yang
ingin diukur, khususnya yang berkaitan dengan tingkat ukuran yane diberikan untuk
menutupi rentang terhadap arti maupun terhadap suatu konsen Validitas isi merupakan pokok
pertimbangan untuk setiap pertanyaan yang diajukan dan diukur dalam istilah-istilah yang
berhubungan dengan relevansi terhadap konsen yang diukur.
Kriteria yang berkaitan dengan validitas ditentukan dengan membandingkan antara
konsep yang diukur dan suatu kriteria eksternal atau asumsi yang diketahui untuk mengukur
konsep yang akan diteliti. Ada dua jenis kriteria yang berhubungan dengan validitas, yaitu
validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).
Validitas prediktif adalah validitas yang berkaitan dengan apakah suatu pengukuran
atau pengukuran dapat akurat memprediksi perilaku. Validitas prediktif mengharuskan
adanya suatu kriteria atau indikator eksternal terhadap apa yang harus diprediksi.
9
Validitas konkuren adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan antara alat ukur
dan kriteria sekarang atau masa lalu. Oleh karena itu, berbeda dengan validitas prediktif yang
merupakan ukuran untuk memprediksi perilaku yang dihasilkan pada waktu yang sama
sebagai ukuran eksternal terhadap perilaku, validitas pengujian konkuren membantu seorang
peneliti untuk membedakan individu-individu berdasarkan beberapa kriteria.
Validitas konstruksi adalah validitas yang berdasarkan pada suatu pertimbangan
apakah hasil pengukuran tersebut sesuai dengan teori. Validitas konstruksi sangat bermanfaat
untuk mengukur fenomena yang tidak memiliki kriteria eksternal.
B. RELIABILITAS
Suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang stabil di
setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran.
2.4. METODE PENGUMPULAN DATA
•
SURVEI
Dalam survei tidak ada interaksi langsung antara seorang peneliti dengan responden.
Data dikumpulkan dengan cara mengirimkan surat elektronik (e-mail), menelepon, atau
memberikan serangkaian pertanyaan. Ada manfaat dan kerugian yang berhubungan dengan
setiap teknik ini. Survei melalui surat setidaknya lebih mahal. Ada kalanya pengumpulan data
riset pada kondisi tertentu mungkin tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti
dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui kuesioner. Teknik ini
memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan.
Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, antara lain: disampaikan langsung oleh
peneliti, dikirim bersama-sama dengan pengiriman paket atau majalah, diletakkan di tempat
yang ramai dikunjungi orang, dikirim melalui pos, faks, atau menggunakan teknologi
komputer.
10
Wawancara melalui telepon juga dapat mengumpulkan data dalam periode waktu
yang singkat tetapi memakan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan teknik lain.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan
kepada subjek riset. Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat
kompleks, sensitif, atau kontroversial, sehingga jika dilakukan dengan teknik kuesioner
kemungkinan akan kurang memperoleh tanggapan responden.
•
OBSERVASI
Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku manusia, sesuatu hal, kejadian
yang sistematis tanpa adanya pertanyaan maupun komunikasi dengan individu-individu yang
diteliti. Kelebihan metode observasi dibandingkan dengan metode survei adalah bahwa data
yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi lebih akurat, dan lebih bebas dari bias pihak
responden. Metode observasi dapat menghasilkan data yang lebih rinci mengenai fenomena
yang diteliti (perilaku, subjek atau kejadian) dibandingkan dengan metode survei. Metode
observasi, meskipun demikian, tidaklah bebas dari kesalahan. Pengamat kemungkinan
memberikan tambahan yang bersifat subjektif (observer bias), seperti halnya bias yang terjadi
karena peran pewawancara dalam metode survei.
2.5. MEMILIH RESPONDEN
Langkah pertama dalam memilih responden adalah dengan cara menentukan populasi.
Setelah populasi ditentukan, peneliti menentukan suatu sensus atau sampel. Sensus adalah
kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang dikumpulkan dari setiap elemen dalam
populasi. Sampel merupakan kumpulan informasi dan merupakan bagian dari populasi. Suatu
sensus akan tepat ketika:
1. Populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya pengambilan
sampel secara signifikan.
11
2. Penting untuk mengetahui setiap unsur dalam populasi, dan
3. Riset dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar.
Dalam banyak kasus, adalah tidak terlalu perlu untuk melakukan suatu sensus. Pada
kenyataannya, proses pengambilan sampel adalah lebih bermanfaat bagi para peneliti.
Sementara itu, sampel hanya membutuhkan sedikit waktu dan untuk mengumpulkan data dan
sampel tersebut memperkecil risiko terhadap hal- hal yang tidak bermanfaat dengan cara
meminimalkan jumlah orang. Pada kondisi lain, kesalahan pengambilan sampel (sampling
error) dapat diakibatkan oleh ukuran sampel yang terlalu kecil atau desain sampel, yang
karena beberapa argumen terhadap suatu populasi, mempunyai perbedaan probabilitas
terhadap pilihan dari segmen- segmen lain, Sedang kesalahan nonsampel (nonsampling
error) merupakan masalah dalam desain perencanaan dan pengumpulan data, termasuk
pertanyaan yang menyesatkan, kalimat pertanyaan yang buruk, pertanyaan yang
membingungkan, bias wawancara, kesalahan pencatatan, penyimpanan, dan manipulasi data.
Dalam sensus tidak terdapat sampling error, tetapi terdapat kemungkinan adanya
suatu penjumlahan yang signifikan terhadap sampling error pada masalah-masalah seperti
pengendalian wawancara, bias wawancara, penanganan data, nonresponses bias, dan
pertanyaan yang membingungkan. Desain sampel yang baik akan meminimalkan sampling
dan nonsampling error, sehingga keseluruhan kesalahan tidak melebihi nonsampling error
dalam suatu sensus.
•
SAMPLING PROBABILITAS DAN NONPROBABILITAS.
Ada dua jenis desain sampling, yaitu sampling probabilitas (probability sampling)
dan
sampling
nonprobabilitas
(nonprobability
sampling).
Sampling
probabilitas
menggunakan beberapa bentuk dari sampling acak; sementara sampling nonprobabilitas tidak
menggunakan sampling acak. Dalam sampling probabilitas, setiap elemen dalam populasi
probabilitasnya yang dipilih telah diketahui. Ada beberapa jenis sampling probabilitas: acak,
12
sistematis, terstratifikasi, kelompok, dan sebagainya. Sampling nonprobabilitas adalah ketika
probabilitas yang dipilih tidak diketahui. Dengan sampling probabilitas, sampling error dapat
ditaksir secara matematis karena probabilitas yang dipilih diketahui. Hal ini memberikan
kepada para peneliti suatu pengukuran yang objektif terhadap sampel yang representatif.
Mengetahui probabilitas yang dipilih juga membuat para peneliti mampu menghitung ukuran
sampel yang tepat Sampling probabilitas digunakan ketika sampel yang representatif adalah
penting.
2.6. INTRUMEN RISET
Pengembangan kuesioner atau pencarian instrumen merupakan langkah lain yang
penting dalam proses riset. Kuesioner harus sesuai dengan responden dan didesain secara
menarik sehingga responden merasa tertarik untuk menjawab kuesioner tersebut, yang pada
hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan tingkat respons, validitas, dan keandalan data.
A. Menjamin Kerja Sama Responden
Desain kuesioner yang baik sangat bermanfaat jika responden tidak bersikap
kooperatif terhadap para peneliti yang menghendaki informasi. Rendahnya tingkat kerja sama
atau tingkat respons menciptakan kesulitan bagi para peneliti untuk melakukan generalisasi
sampel terhadap populasi. Jika hal ini terjadi, maka pertanyaan selanjutnya mengacu pada
apakah responden mempunyai sikap yang berbeda jika desain kuesionernya berbeda.
Ada beberapa teknik yang dapat menghasilkan tingkat respons yang tinggi. Pertama,
sebelum wawancara dengan seorang responden, peneliti seharusnya mengirimkan surat yang
menjelaskan tujuan umum dari wawancara tersebut dan responden dapat menghubungi
mereka melalui telepon untuk membuat suatu janji wawancara. Pada hari wawancara, para
peneliti seharusnya datang tepat pada waktunya dan mengucapkan terima kasih atas kerja
sama responden.
13
Pada saat yang sama, sebelum melakukan wawancara melalui telepon, adalah sangat
bermanfaat untuk mengirimkan kepada responden sebuah surat yang memperkenalkan tim
riset, menjelaskan dasar dari riset tersebut, dan meminta kerja sama saat menelepon.
Akan lebih membantu jika peneliti menawarkan insentif dalam bentuk uang tunai atau
bentuk-bentuk lainnya.
Untuk seluruh metode di atas yang melibatkan kuesioner, surat, telepon, atau
wawancara pribadi, adalah penting untuk melakukan pengujian sebelumnya (pilot test).
Tujuannya adalah agar peneliti dapat memperbaiki kalimat pertanyaan yang disusun dengan
buruk atau pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan. Seharusnya, kuesioner bersifat
jelas, tidak panjang lebar, dan menggunakan kata- kata yang tidak membingungkan.
Kuesioner seharusnya mudah dipahami dan menghendaki suatu jawaban tendensius.
Kategori-kategori tanggapan seharusnya jelas dengan memasukkan keseluruhan pilihan.
Berdasarkan kuesioner lewat surat, pertanyaan seharusnya mudah untuk dibaca dan kualitas
kertas juga harus baik.
B. Menjamin Validitas dan Keandalan Jawaban
Hanya informasi-informasi yang esensial yang seharusnya diharapkan dan responden.
Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu
format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap
responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifa terbuka (open-ended) atau sudah ditentukan
kemungkinan-kemungkinan jawabannya (closed-ended). Suatu pertanyaan open-ended
diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan kepada
responden bermacam-macam pilihan jawaban. Responden diminta untuk memilih satu atau
lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban
dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
14
2.7. ANALISIS DATA DAN PERSIAPAN LAPORAN
Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan semua data yang diperlukan
dalam riset. Peneliti biasanya melakukan beberapa tahap persiapan data untuk memudahkan
proses analisis data. Pemanfaatan berbagai alat analisis sangat bergantung pada jenis riset dan
jenis data yang diperoleh. Ketersediaan alat-alat analisis memberikan gambaran bahwa satu
alat analisis dengan alat analisis lainnya dapat dengan saling bergantian dimanfaatkan dan
kadang kala hanya ada satu alat analisis yang dapat digunakan. Di samping itu, ketersediaan
alat-alat analisis tersebut mencerminkan kompleksnya permasalahan atau fenomena yang
dihadapi di setiap riset. Sebagai tahap akhir dari suatu riset adalah penyusunan laporan riset.
Laporan riset secara umum berisi tentang hal-hal yang terkait dengan apa saja yang dilakukan
oleh peneliti, sejak tahap persiapan riset hingga interpretasi dan penyimpulan hasil analisis.
Belum ada bentuk baku dari suatu laporan riset. Bentuk atau format laporan riset sangatlah
dipengaruhi oleh keinginan si penulis, hal-hal yang perlu dilaporkan. Serta permintaan dari
para sponsor riset.
15
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Pada bab ini telah dibahas mengenai elemen-elemen dasar dari riset dan proses riset
pertama peneliti menentukan definisi riset, kemudian mendiskusikan deskripsi riset erta
penjelasan riset, dan mempreidiksi tujuan-tujuan riset. Berikutnya, didiskusikan perbedaan
antara hubungan dan penyebab, Kemudian dijelaskan mengenai proses riset desain riset,
pengumpulan data, analisis data, dan penyajian laporan. Sepanjang diskusi ini, disajikan
beberapa istilah-istilah penting, termasuk data primer dan data sekunder, serta validitas dan
keandalan. Selain itu, juga ditentukan terhadap metode pengumpulan data, sampling, dan
instrumen riset Bab ini merupakan diskusi singkat atas penyediaan analisis data dan isi dari
laporan akhir.
3.2.
SARAN
Saya membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama dan saya juga membuat
makalah ini dari berbagai sumber dan referensi. Jadi , apabila pembaca menemukan
kesalahan terhadap makalah ini, maka saya sarankan untuk mencari referensi masalah yang
lebih baik dan meninggakan saran untuk saya agar untuk kedepan nya saya bisa membuat
makalah lebih baik lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:Salemba
Empat
17