Academia.eduAcademia.edu

Makalah Metode Riset Akuntansi Keperilakuan

METODE RISET DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN DOSEN PENGAMPU: WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M.Si OLEH: HASHIINAH NAZIIHAH C1C022024 PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2024 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat meyelesaikan makalah Akuntansi Keperilakuan mengenai “Metode Riset dalam Akuntansi Keperilakuan” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini didasarkan pada hasil literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber terpercaya lainnya. Dengan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual, juga kepada dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi Keperilakuan Bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil yang telah dicari. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan makalah ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu penulisan makalah di masa mendatang. Akhir kata semoga tugas makalah ini bermanfaat untuk kalangan umum maupun pendidikan. Jambi, September 2024 Hashiinah Naziihah DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2 DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4 1.1.Latar Belakang .............................................................................................................. 4 1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5 1.3.Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6 2.1.Tujuan RISET ............................................................................................................... 6 2.2.Pengembangan Desain .................................................................................................. 6 2.3.Validitas dan Keandalan ............................................................................................... 8 2.4.Metode Pengumpulan Data ........................................................................................... 10 2.5.Memilih Responden ...................................................................................................... 11 2.6.Intrumen Riset ............................................................................................................... 13 2.7.Analisi Data dan Persiapan Laporan ............................................................................. 15 BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16 3.1.Kesimpulan ................................................................................................................... 16 3.2.Saran ............................................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Setiap orang yang mencurahkan perhatiannya terhadap sesuatu dan mengamati faktafakta yang terdapat padanya, sudah tentu didorong oleh suatu keinginan untuk mengetahui dan memahami fakta-fakta yang diamati secara lebih mendalam. Sebagai konsekuensinya, kegiatan tersebut pada hakikatnya akan memunculkan berbagai pertanyaan. Pengamatan terhadap fakta, identifikasi atas masalah, dan usaha untuk menjawab masalah dengan menggunakan pengetahuan merupakan esensi dari kegiatan riset. Oleh karena itu, riset dapat disebut sebagai suatu usaha yang sistematis untuk mengatur dan menyelidiki masalah-masalah, serta menjawab pertanyaan yang muncul, yang terkait dengan fakta, fenomena, atau gejala dari masalah tersebut. Riset dimulai dengan suatu pertanyaan karena menghendaki suatu deskripsi yang jelas terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Hal ini sering disebut sebagai suatu rencana untuk menjawab pertanyaan. Riset aplikasi berkaitan dengan penyelesaian masalah-masalah yang spesifik. Riset yang murni ataupun mendasar adalah riset yang berkenaan dengan perbaikan terhadap pemahaman mengenai hal-hal yang khusus atau istimewa. Riset menggunakan metode khusus sehingga tidak bias dan mempunyai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Riset yang dilakukan dapat juga berbeda dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan untuk suatu fenomena yang sama di lingkungan dan waktu yang berbeda, terutama pada riset-riset sosial. 4 1.2.RUMUSAN MASALAH 1. Apa tujuan dari Riset? 2. Bagaimana Pengembangan Desain? 3. Apa yang dimaksud dengan Validitas dan Keandalan? 4. Bagaimana Metode Pengumpulan Data? 5. Bagaimana cara Memilih Responden? 6. Bagaimana Instrumen Riset? 7. Bagaimana Analisis Data dan Persiapan Laporan? 1.3.TUJUAN PENULISAN Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Tujuan dari Riset. 2. Untuk mengetahui Pengembangan Desain. 3. Untuk mengetahui Validitas dan Keandalan. 4. Untuk mengetahui Metode Pengumpulan Data. 5. Untuk mengetahui cara Memilih Responden. 6. Untuk mengetahui Intrumen Riset. 7. Untuk mengetahui Analisis Data dan Persiapan Laporan. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. TUJUAN RISET Terdapat banyak penulis buku metodologi riset yang mengemukakan bahwa riset didasarkan pada sudut pandang yang berbeda-beda. Akan tetapi, terdapat lima tujuan spesifik dari suatu riset, yaitu: 1) Menggambarkan fenomena. 2) Menemukan hubungan. 3) Menjelaskan fenomena. 4) Memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang, dan 5) Melihat pengaruh satu atau lebih faktor terhadap satu atau lebih kejadian. Kejadian-kejadian dapat dijelaskan dengan mengumpulkan dan mengklasifikasikan informasi Hal ini biasanya merupakan langkah pertama dalam suatu penyelidikan khusus. Kadang kala, suatu perencana terhadap riset akan dilihat hanya berdasarkan pada penjelasan informasi. 2.2. PENGEMBANGAN DESAIN A. MENENTUKAN LINGKUP PENGEMBANGAN Lingkup pengembangan biasanya terbatas terhadap satu atau dua pertanyaan. Hal ini dilakukan karena berbagai alasan. Alasan biasanya adalah karena untuk menyelidiki setiap aspek dari suatu masalah bukanlah apa yang diinginkan, tidak praktis, atau tidak mungkin. Keterbatasan utama dari lingkup perencanaan adalah pada aspek dana yang tersedia. Riset perilaku bisa lebih mahal sementara anggaran yang tersedia sering kali terbatas dalam lingkup pembelajaran terhadap kebanyakan masalah-masalah penting. 6 Merujuk pada pengalaman dan hasil dari riset terhadap latar belakang riset dan informasi lingkungan, arah riset sering kali mampu untuk menentukan tingkat kepentingan relatif dari masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Jika terdapat beberapa masalah yang telah diidentifikasi, maka lingkup dari studi biasanya dibatasi sampai di sini. Pada banyak kasus, ada banyak masalah-masalah yang berhubungan dengan suatu permasalahan yang tidak dapat secara tepat ditunjukkan dalam suatu studi tunggal yang sederhana, karena ada batasan terhadap jumlah pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada responden yang potensial. Apalagi terdapat suatu hubungan negatif antara panjangnya perangkat riset dan tingkat kemungkinan responden berpartisipasi. Faktor-faktor ini juga akan menyebabkan arus riset yang terbatas pada lingkup studi terhadap masalah-masalah penting. Waktu juga merupakan faktor lain yang memengaruhi keterbatasan lingkup studi. Studi terhadap kepastian proses mengharuskan suatu kerangka waktu yang lebih lama sehingga beralasan untuk menunggu hasil. Desain pengembangan lain juga harus sejalan dengan penentuan lingkungan Fiset. Aspek lain dari suatu desain adalah menemukan populasi, menspesifikasikan informasi yang dibutuhkan, memilih dan mengumpulkan data serta metode, serta anggaran. Langkah selanjutnya dalam proses riset adalah mengidentifikasikan jenis informasi yang harus dikumpulkan. Arah riset seharusnya mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari sumber data primer maupun sekunder. B. DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data riset terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk 7 menjawab pertanyaan riset Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran yang dilihat Bagaimana pun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lebih lama. Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan permasalahan- permasalahan, menciptakan tolok ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memeriuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu memperoleh informasi lain selain informasi utama. 2.3. VALIDITAS DAN KEANDALAN Tinggi fisik seseorang dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit keraguan mengenai apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita mengacu pada tinggi dan berat seseorang Namun, ketika kita tertarik untuk mengukur sifat atau perilaku seseorang, alat ukur apa yang dapat kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap kerja atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau keberhasilan secara tepat. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen risetnya untuk mengukur fenomena-fenomena perilaku tersebut. 8 Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku, yang pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang salah (validitas) dan yang kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal tidak representatif (keandalan). Dua hal tersebut dinilai dengan menggunakan validitas dan keandalan. Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Penelit ingin melakukan pengukuran dan yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus jika digunakan di lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu pada konsistensi dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak tergantung pada aiat ukur yang tidak andal. A. VALIDITAS Ada beberapa jenis validitas. Validitas isi (content validity) mengacu pada bagaimana sebaiknya peneliti menggambarkan dimensi-dimensi dan konsep atau masalah. Masalah yang ingin diukur, khususnya yang berkaitan dengan tingkat ukuran yane diberikan untuk menutupi rentang terhadap arti maupun terhadap suatu konsen Validitas isi merupakan pokok pertimbangan untuk setiap pertanyaan yang diajukan dan diukur dalam istilah-istilah yang berhubungan dengan relevansi terhadap konsen yang diukur. Kriteria yang berkaitan dengan validitas ditentukan dengan membandingkan antara konsep yang diukur dan suatu kriteria eksternal atau asumsi yang diketahui untuk mengukur konsep yang akan diteliti. Ada dua jenis kriteria yang berhubungan dengan validitas, yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity). Validitas prediktif adalah validitas yang berkaitan dengan apakah suatu pengukuran atau pengukuran dapat akurat memprediksi perilaku. Validitas prediktif mengharuskan adanya suatu kriteria atau indikator eksternal terhadap apa yang harus diprediksi. 9 Validitas konkuren adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan antara alat ukur dan kriteria sekarang atau masa lalu. Oleh karena itu, berbeda dengan validitas prediktif yang merupakan ukuran untuk memprediksi perilaku yang dihasilkan pada waktu yang sama sebagai ukuran eksternal terhadap perilaku, validitas pengujian konkuren membantu seorang peneliti untuk membedakan individu-individu berdasarkan beberapa kriteria. Validitas konstruksi adalah validitas yang berdasarkan pada suatu pertimbangan apakah hasil pengukuran tersebut sesuai dengan teori. Validitas konstruksi sangat bermanfaat untuk mengukur fenomena yang tidak memiliki kriteria eksternal. B. RELIABILITAS Suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran. 2.4. METODE PENGUMPULAN DATA • SURVEI Dalam survei tidak ada interaksi langsung antara seorang peneliti dengan responden. Data dikumpulkan dengan cara mengirimkan surat elektronik (e-mail), menelepon, atau memberikan serangkaian pertanyaan. Ada manfaat dan kerugian yang berhubungan dengan setiap teknik ini. Survei melalui surat setidaknya lebih mahal. Ada kalanya pengumpulan data riset pada kondisi tertentu mungkin tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui kuesioner. Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, antara lain: disampaikan langsung oleh peneliti, dikirim bersama-sama dengan pengiriman paket atau majalah, diletakkan di tempat yang ramai dikunjungi orang, dikirim melalui pos, faks, atau menggunakan teknologi komputer. 10 Wawancara melalui telepon juga dapat mengumpulkan data dalam periode waktu yang singkat tetapi memakan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan teknik lain. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek riset. Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif, atau kontroversial, sehingga jika dilakukan dengan teknik kuesioner kemungkinan akan kurang memperoleh tanggapan responden. • OBSERVASI Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku manusia, sesuatu hal, kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan maupun komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode observasi dibandingkan dengan metode survei adalah bahwa data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi lebih akurat, dan lebih bebas dari bias pihak responden. Metode observasi dapat menghasilkan data yang lebih rinci mengenai fenomena yang diteliti (perilaku, subjek atau kejadian) dibandingkan dengan metode survei. Metode observasi, meskipun demikian, tidaklah bebas dari kesalahan. Pengamat kemungkinan memberikan tambahan yang bersifat subjektif (observer bias), seperti halnya bias yang terjadi karena peran pewawancara dalam metode survei. 2.5. MEMILIH RESPONDEN Langkah pertama dalam memilih responden adalah dengan cara menentukan populasi. Setelah populasi ditentukan, peneliti menentukan suatu sensus atau sampel. Sensus adalah kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang dikumpulkan dari setiap elemen dalam populasi. Sampel merupakan kumpulan informasi dan merupakan bagian dari populasi. Suatu sensus akan tepat ketika: 1. Populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya pengambilan sampel secara signifikan. 11 2. Penting untuk mengetahui setiap unsur dalam populasi, dan 3. Riset dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar. Dalam banyak kasus, adalah tidak terlalu perlu untuk melakukan suatu sensus. Pada kenyataannya, proses pengambilan sampel adalah lebih bermanfaat bagi para peneliti. Sementara itu, sampel hanya membutuhkan sedikit waktu dan untuk mengumpulkan data dan sampel tersebut memperkecil risiko terhadap hal- hal yang tidak bermanfaat dengan cara meminimalkan jumlah orang. Pada kondisi lain, kesalahan pengambilan sampel (sampling error) dapat diakibatkan oleh ukuran sampel yang terlalu kecil atau desain sampel, yang karena beberapa argumen terhadap suatu populasi, mempunyai perbedaan probabilitas terhadap pilihan dari segmen- segmen lain, Sedang kesalahan nonsampel (nonsampling error) merupakan masalah dalam desain perencanaan dan pengumpulan data, termasuk pertanyaan yang menyesatkan, kalimat pertanyaan yang buruk, pertanyaan yang membingungkan, bias wawancara, kesalahan pencatatan, penyimpanan, dan manipulasi data. Dalam sensus tidak terdapat sampling error, tetapi terdapat kemungkinan adanya suatu penjumlahan yang signifikan terhadap sampling error pada masalah-masalah seperti pengendalian wawancara, bias wawancara, penanganan data, nonresponses bias, dan pertanyaan yang membingungkan. Desain sampel yang baik akan meminimalkan sampling dan nonsampling error, sehingga keseluruhan kesalahan tidak melebihi nonsampling error dalam suatu sensus. • SAMPLING PROBABILITAS DAN NONPROBABILITAS. Ada dua jenis desain sampling, yaitu sampling probabilitas (probability sampling) dan sampling nonprobabilitas (nonprobability sampling). Sampling probabilitas menggunakan beberapa bentuk dari sampling acak; sementara sampling nonprobabilitas tidak menggunakan sampling acak. Dalam sampling probabilitas, setiap elemen dalam populasi probabilitasnya yang dipilih telah diketahui. Ada beberapa jenis sampling probabilitas: acak, 12 sistematis, terstratifikasi, kelompok, dan sebagainya. Sampling nonprobabilitas adalah ketika probabilitas yang dipilih tidak diketahui. Dengan sampling probabilitas, sampling error dapat ditaksir secara matematis karena probabilitas yang dipilih diketahui. Hal ini memberikan kepada para peneliti suatu pengukuran yang objektif terhadap sampel yang representatif. Mengetahui probabilitas yang dipilih juga membuat para peneliti mampu menghitung ukuran sampel yang tepat Sampling probabilitas digunakan ketika sampel yang representatif adalah penting. 2.6. INTRUMEN RISET Pengembangan kuesioner atau pencarian instrumen merupakan langkah lain yang penting dalam proses riset. Kuesioner harus sesuai dengan responden dan didesain secara menarik sehingga responden merasa tertarik untuk menjawab kuesioner tersebut, yang pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan tingkat respons, validitas, dan keandalan data. A. Menjamin Kerja Sama Responden Desain kuesioner yang baik sangat bermanfaat jika responden tidak bersikap kooperatif terhadap para peneliti yang menghendaki informasi. Rendahnya tingkat kerja sama atau tingkat respons menciptakan kesulitan bagi para peneliti untuk melakukan generalisasi sampel terhadap populasi. Jika hal ini terjadi, maka pertanyaan selanjutnya mengacu pada apakah responden mempunyai sikap yang berbeda jika desain kuesionernya berbeda. Ada beberapa teknik yang dapat menghasilkan tingkat respons yang tinggi. Pertama, sebelum wawancara dengan seorang responden, peneliti seharusnya mengirimkan surat yang menjelaskan tujuan umum dari wawancara tersebut dan responden dapat menghubungi mereka melalui telepon untuk membuat suatu janji wawancara. Pada hari wawancara, para peneliti seharusnya datang tepat pada waktunya dan mengucapkan terima kasih atas kerja sama responden. 13 Pada saat yang sama, sebelum melakukan wawancara melalui telepon, adalah sangat bermanfaat untuk mengirimkan kepada responden sebuah surat yang memperkenalkan tim riset, menjelaskan dasar dari riset tersebut, dan meminta kerja sama saat menelepon. Akan lebih membantu jika peneliti menawarkan insentif dalam bentuk uang tunai atau bentuk-bentuk lainnya. Untuk seluruh metode di atas yang melibatkan kuesioner, surat, telepon, atau wawancara pribadi, adalah penting untuk melakukan pengujian sebelumnya (pilot test). Tujuannya adalah agar peneliti dapat memperbaiki kalimat pertanyaan yang disusun dengan buruk atau pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan. Seharusnya, kuesioner bersifat jelas, tidak panjang lebar, dan menggunakan kata- kata yang tidak membingungkan. Kuesioner seharusnya mudah dipahami dan menghendaki suatu jawaban tendensius. Kategori-kategori tanggapan seharusnya jelas dengan memasukkan keseluruhan pilihan. Berdasarkan kuesioner lewat surat, pertanyaan seharusnya mudah untuk dibaca dan kualitas kertas juga harus baik. B. Menjamin Validitas dan Keandalan Jawaban Hanya informasi-informasi yang esensial yang seharusnya diharapkan dan responden. Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifa terbuka (open-ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (closed-ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan kepada responden bermacam-macam pilihan jawaban. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti. 14 2.7. ANALISIS DATA DAN PERSIAPAN LAPORAN Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam riset. Peneliti biasanya melakukan beberapa tahap persiapan data untuk memudahkan proses analisis data. Pemanfaatan berbagai alat analisis sangat bergantung pada jenis riset dan jenis data yang diperoleh. Ketersediaan alat-alat analisis memberikan gambaran bahwa satu alat analisis dengan alat analisis lainnya dapat dengan saling bergantian dimanfaatkan dan kadang kala hanya ada satu alat analisis yang dapat digunakan. Di samping itu, ketersediaan alat-alat analisis tersebut mencerminkan kompleksnya permasalahan atau fenomena yang dihadapi di setiap riset. Sebagai tahap akhir dari suatu riset adalah penyusunan laporan riset. Laporan riset secara umum berisi tentang hal-hal yang terkait dengan apa saja yang dilakukan oleh peneliti, sejak tahap persiapan riset hingga interpretasi dan penyimpulan hasil analisis. Belum ada bentuk baku dari suatu laporan riset. Bentuk atau format laporan riset sangatlah dipengaruhi oleh keinginan si penulis, hal-hal yang perlu dilaporkan. Serta permintaan dari para sponsor riset. 15 BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Pada bab ini telah dibahas mengenai elemen-elemen dasar dari riset dan proses riset pertama peneliti menentukan definisi riset, kemudian mendiskusikan deskripsi riset erta penjelasan riset, dan mempreidiksi tujuan-tujuan riset. Berikutnya, didiskusikan perbedaan antara hubungan dan penyebab, Kemudian dijelaskan mengenai proses riset desain riset, pengumpulan data, analisis data, dan penyajian laporan. Sepanjang diskusi ini, disajikan beberapa istilah-istilah penting, termasuk data primer dan data sekunder, serta validitas dan keandalan. Selain itu, juga ditentukan terhadap metode pengumpulan data, sampling, dan instrumen riset Bab ini merupakan diskusi singkat atas penyediaan analisis data dan isi dari laporan akhir. 3.2. SARAN Saya membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama dan saya juga membuat makalah ini dari berbagai sumber dan referensi. Jadi , apabila pembaca menemukan kesalahan terhadap makalah ini, maka saya sarankan untuk mencari referensi masalah yang lebih baik dan meninggakan saran untuk saya agar untuk kedepan nya saya bisa membuat makalah lebih baik lagi. 16 DAFTAR PUSTAKA Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:Salemba Empat 17