eISSN: 2775-7854
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
Model Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah SMP di Jakarta
*Martinus Rehan1, Rudy Pramono2
1,2Universitas
Pelita Harapan, Jakarta Indonesia
E-mail:
[email protected],
[email protected]
Article History: Submission: 2024-03-14 || Accepted: 2024-04-05 || Published: 2024-04-12
Sejarah Artikel: Penyerahan: 2024-03-14 || Diterima: 2024-04-05 || Dipublikasi: 2024-04-12
Abstract
The aim of this research is to identify the leadership model that is applied, identify the causes of decreased
school performance and the leadership model that has the maximum impact on achieving school performance.
The method used is case study research. The case study type is a multiple case study because it involves
private schools A and B. Data collection techniques are through interviews with two school principals and four
teachers. Observations of the teacher's work environment and documents regarding school performance
results. The research results show that the participative leadership model is very important in creating a
pleasant work community for members and improving individual performance, but has not had a maximum
impact on achieving school performance.
Keywords: Leadership; Participative; Performance; Principal.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi model kepemimpinan yang diterapkan, mengidentifikasi
penyebab penurunan kinerja sekolah dan model kepemimpinan yang memberi dampak secara maksimal
untuk pencapaian kinerja sekolah. Metode yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Tipe studi kasus
adalah studi kasus ganda karena melibatkan sekolah swasta A dan B. Teknik pengumpulan data melalui
wawancara dua orang kepala sekolah dan empat guru. Observasi terhadap lingkungan kerja guru dan
dokumen tentang hasil kinerja sekolah. Hasil penelitian menunjukkan model kepemimpinan partisipatif
sangat penting dalam menciptakan komunitas kerja menyenangkan bagi anggota tetapi tidak berdampak
secara maksimal pada pencapaian kinerja sekolah.
Kata kunci: Kepemimpinan; Partisipatif; Kinerja; Kepala Sekolah.
This is an open access article under the CC BY-SA license.
I. PENDAHULUAN
Model kepemimpinan menjadi hal paling krusial bagi setiap organisasi karena dari model
kepemimpinan yang diterapkan mampu memengaruhi kinerja anggota untuk mencapai tujuan
yang telah dirumusakan bersama. Ada permasalahan pokok sebagai dasar penelitian yakni tren
menurun dalam kinerja sekolah selama tiga tahun ajaran di Sekolah Menengah Pertama Swasta
A dan Swasta B. Data dokumen kinerja sekolah menunjukkan target penerimaan murid baru,
indeks kepuasan pelanggan dan kategori pemasukan uang sekolah baik di sekolah swasta A
maupun swasta B tidak mencapai target, ada tren penurunan dari tahun ajaran 2020/2021
sampai tahun ajaran 2022/2023. Terjadinya penurunan pada tiga kinerja penting ini menjadi
ancaman dalam perkembangan organisasi. Terhadap fenomena ini, maka dalam penelitian ini
peneliti fokus meneliti model kepemimpinan terkait seperti apa model kepemimpinan yang
diterapkan kepala sekolah, apakah ada keterkaitan tren menurun pencapaian kinerja sekolah
dengan model kepemimpinan yang diterapkan, serta bagaimana model kepemimpinan yang
dapat memengaruhi pencapaian kinerja sekolah secara maksimal.
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
81
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
Model kepemimpinan menjadi fokus dalam penelitian ini karena kepemimpinan itu sebagai
sebuah kemampuan menyinergikan organization capacity, kemampuan mengkolaborasi
kemampuan sumber daya, sistem serta budaya kerja. Oleh karena itu, Raffaele, Dougla, dan
Gascon (2017), dalam artikel “Performance Managemen: Why Keeping Score is So Importan, and
So Hard,“ menekankan manajemen kinerja yang efektif berfungsi memberikan peringatan dini
tentang potensi masalah dan memungkinkan melakukan penyesuaian demi kelangsungan
organisasi. Seorang pemimpin juga harus mampu terlibat dalam tindakan sebagaimana
dikatakan Zuber (2011,231) tentang action leadership toward a participatory paradigma,”
sebagai konsep melibatkan tindakan, kepedulian dan tanggung jawab terhadap orang lain
bukan pada kekuasaan dan kontrol atas anggota, serta mampu memberikan arahan terhadap
usaha kolektif sehingga semua terlibat dan bersedia melakukan yang diinginkan untuk
mencapai tujuan. (Jacob dan Jacques dalam Rostikawati 2022,2). Menurut Northouse (2021),
model kepemimpinan sebagai proses memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Karena baik pemimpin maupun pengikut adalah bagian dari proses kepemimpinan, maka penting
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi para pengikut serta isu-isu yang dihadapi para
pemimpin. Pemimpin dan pengikut harusnya begitu dipahami dalam kaitannya satu sama lain. Hal
senada dirumuskan juga oleh Schermerhorn (dalam Kurniawan 2018, 40), mengatakan bahwa
“Leadership is the process of influencing others and process of facilitating individual and collective
effort to accomplish shared objectives”. Berdasarkan definisi model kepemimpinan yang
dirumuskan Northouse (2021) terdapat beberapa komponen kepemimpinan yakni;
a) kepemimpinan adalah sebuah proses yaitu proses transaksional yang terjadi antara pemimpin
dan pengikutnya. Proses menyiratkan bahwa pemimpin memengaruhi dan dipengaruhi oleh
pengikutnya. Proses model kepemimpinan terjadi ketika baik pemimpin maupun anggota
terlibat bersama.
b) Kepemimpinan melibatkan pengaruh. Hal ini berkaitan cara-cara pemimpin memengaruhi
anggota dan ada komunikasi antara pemimpin dan anggota (Ruben & Gigliotti, 2017).
Pengaruh adalah sine qua non dari keseluruhan proses kepemimpinan. Tanpa pengaruh, model
kepemimpinan tidak akan ada.
c) Kepemimpinan terjadi dalam kelompok yang memengaruhi sekelompok individu yang
mempunyai tujuan sama.
d) Kepemimpinan melibatkan tujuan bersama yaitu kepemimpinnan memengaruhi sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan pengertian di atas, maka penulis dapat mendefinisikan kepemimpinan merupakan
proses interaksi dalam kelompok antara pemimpin dengan yang dipimpin agar tercipta kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Northouse (2021) ada beberapa bentuk kepemimpinan
yakni: kepemimpinan yang ditugaskan dan kepemimpinan muncul. Kepemimpinan yang
ditugaskan karena dipercayakan oleh organisasi untuk menempati suatu posisi dalam organisasi
seperti diangkat menjadi manajer atau supervisor dalam struktur organisasi. Sedangkan
kepemimpinan muncul adalah kehadiran seseorang secara alamiah dalam kelompok yang mampu
memengaruhi anggota. Kepemimpinan sebagai kekuasaan. Ada dua jenis utama kekuasaan yakni
kekuasaan posisi dan pribadi. Kekuasaan posisi mirip dengan kepemimpinan yang ditugaskan.
Kekuasaan pribadi berasal dari pengikut. Pengikut memberikan kekuasaan kepada pemimpin
karena pengikut percaya bahwa pemimpin mempunyai sesuatu yang berharga. Menurut
Northouse (2021) ada beberapa model kepemimpinan yakni
a) Model Trait Approach
Model sifat menyatakan bahwa orang-orang tertentu dilahirkan dengan sifat khusus yang
menjadikan mereka pemimpin. Model model kepemimpinan ini menekankan perilaku yang
dapat diamati dari seorang pemimpin seperti kecerdasan, keberanian, keterampilan komunikasi,
keberanian mengambil risiko, empati, integritas, ketegasan, dan lain-lain. Kekuatan dari trait
approach adalah simpel dan mudah dipahami, fokus pada sifat-sifat model kepemimpinan yang
penting, mendukung pengembangan pemimpin, seleksi pemimpin lebih baik. Sedangkan
Kelemahan trait approach adalah hanya berfokus pada karakteristik individu dan
mengabaikan konteks dan situasi di mana model kepemimpinan terjadi, sulit mengukur sifatsifat model kepemimpinan dengan tepat. Ignores Interaksi atau cendrung mengabaikan interaksi
antara pemimpin dan pengikutnya, tidak mempertimbangkan perubahan konteks.
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
82
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
b) Model Behavior Approach
Model
kepemimpinan menekankan perilaku yang dapat dilihat anggota. Model
kepemimpinan sebagai kumpulan perilaku yang dapat dipelajari dan diajarkan. Fokus dari
model perilaku pada apa yang dilakukan pemimpin. Model kepemimpinan ini menekankan dua
dimensi penting yakni struktur tugas dan inisiatif hubungan. Dari kedua dimensi ini, Northouse
mengidentifikasi empat model kepemimpinan utama yang berorientasi pada tugas, hubungan,
partisipatif dan delegasi. Orientasi tugas (task-oriented) yaitu pemimpinan yang menekankan
pencapaian tujuan dari tugas-tugas yang diberikan. Orientasi hubungan (relationship-oriented)
yakni pemimpin yang menekankan membangun hubungan secara interpersonal yang kuat
dengan anggota. Orientasi partisipatif (participative) yakni pemimpin yang melibatkan anggota
dalam proses mengambil keputusan. Orientasi delegatif (delegative) yakni pemimpin yang
memberikan kepercayaan kepada anggota untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan
tugas yang dipercayakan.
c) Model Skill Approach
Model keterampilan merupakan perspektif yang berpusat pada pemimpin yang
menekankan pada kompetensi pemimpin. (Northouse 2021, 119-120). Menurut Katz (dalam
Northouse 2021, 120), ada tiga keterampilan dasar yakni teknis, manusia, dan konseptual.
Keterampilan teknis yaitu keterampilan mencakup pemahaman tentang prosedur, teknik, dan
metode dalam bidang tertentu. Ini melibatkan kemampuan untuk menggunakan alat, teknologi,
dan proses yang sesuai dalam melakukan pekerjaan administratif. Keterampilan Manusia
(Interpersonal skills), yaitu kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dengan orang lain.
Keterampilan konseptual yaitu kemampuan untuk bekerja dengan ide dan konsep. Dengan
konsep dan ide yang dimiliki seorang pemimpin mampu mengarahkan anggota untuk tujuan
organisasi, menciptakan visi, serta membuat rencana strategis bagi organisasi. Keterampilan
konseptual memampukan pemimpin memahami dan menganalisis situasi secara komprehensif.
d) Model Situational Approach
Model ini menyatakan bahwa tidak ada satu model kepemimpinan yang cocok untuk
semua situasi, dan pemimpin yang efektif harus dapat menyesuaikan model kepemimpinannya
dengan kebutuhan dan dinamika situasi yang berbeda. Menurut Northouse terdapat empat
model kepemimpinan dari model situasi yakni pemberi arahan, pelatih, pemberi dukungan dan
pemberi wewenang. Dalam Behavior Approach Leadership (Northouse,2021) mengidentifikasi
model kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, hubungan, partisipatif dan delegasi.
Orientasi tugas (task-oriented) yaitu pemimpinan yang menekankan pencapaian tujuan dari
tugas-tugas yang diberikan. Orientasi hubungan (relationship-oriented) yakni pemimpin yang
menekankan membangun hubungan secara interpersonal yang kuat dengan anggota. Orientasi
partisipatif (participative) yakni pemimpin yang melibatkan anggota dalam proses mengambil
keputusan. Orientasi delegatif (delegative) yakni pemimpin yang memberikan kepercayaan
kepada anggota untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan tugas yang dipercayakan.
Apa yang dikatakan Northouse di atas senada dengan Zuber (2016,23), yang
menegaskan “Action leadership” adalah konsep baru model kepemimpinan melibatkan
tindakan, kepedulian, dan tanggung jawab terhadap orang lain, bukan posisi menguasai
anggota. Model kepemimpinan tindakan dikembangkan melalui pembelajaran tindakan
partisipatif dalam kemitraan dengan orang lain melalui dialog, berpikir kritis, merefleksikan
praktik sendiri dan mengkonseptualisasikan kemungkinan yang akan terjadi. Zuber
menekankan pemimpin sebagai sosok kolaboratif membangun bentuk primus antar pares,
yang mementingkan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam diri pemimpin partisipatif melekat
profesionalisme, seni menjaga keseimbangan dalam mengambil keputusan, bersikap bijak,
menggunakan intelek, emosional dan kedewasaan rohani yang baik. Menurut Sari
(2022,112), Sodang (dalam Rostikawati 2022,3) dan Lawarni (2019,30) mengatakan bahwa
model kepemimpinan partisipatif itu melibatkan seluruh komponen dalam pengambilan
keputusan serta terlibat atau hadir secara langsung dalam kegiatan bersama anggota.
Model kepemimpinan partisipatif melahirkan paradigma baru akan sosok pemimpin
bersikap terbuka, menghargai perbedaan, mendukung potensi anggota, peduli pada
kehidupan anggota, baik fisik maupun mental (Zuber 2016, 23) serta memiliki semangat dan
visi untuk mencapai tujuan yang signifikan untuk kebaikan bersama. Lebih lanjut Zuber
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
83
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
(2016,23) menegaskan bahwa seorang pemimpin yang partisipatif harus melakukan
beberapa hal untuk kemajuan organisasi yakni :membangun relasi; membangun visi untuk
motivasi dan inspirasi yang berkelanjutan; menganalisis konteks sebelum merancang;
merencanakan aksi; implementasi rencana aksi dan evaluasi berkelanjutan; memberikan
bukti bagi klaim pengetahuan yang akan dibuat; dan merayakan kesuksesan sebagai wujud
mengakui atau menghargai kerja keras anggota.
Menurut Belyh (2020), model kepemimpinan partisipatif memiliki beberapa karakter
yakni: Approachable sebagai model menghargai setiap anggota sebagai pribadi yang
berpotensi. Communicative sebagai model penyampaian pesan yang baik, jelas tanpa
menimbulkan kebingungan. Wisdom, sebagai sebuah karakter berempati dengan semua
anggotanya. Open-minded sebagai sebuah karakter membuka diri terhadap setiap pemikiran
dari anggota. Competent sebagai kemampuan pemimpin dalam mengelola dan mengontrol
anggotanya, mampu mengatur anggota dalam proses merancang, memutuskan dan
melaksanakan keputusan. Menurut Mulyadi (dalam Firmansa 2016), model kepemimpinan
partisipatif barkarakter berpikiran terbuka, berani memperbaiki posisi yang sudah ada,
menerima masukan, terlibat akitf dalam kegiatan perorangan maupun kelompok dan
melibatkan orang lain dalam sebuah keputusan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti lebih tertarik dengan apa yang
dikatakan Zuber bahwa dalam memengaruhi orang lain seorang pemimpin dalam proses
kolaborasi membentuk primus antar pares, membuat semua yang terlibat di dalamnya
berkembang. Peneliti juga tertarik dengan hal yang dikatakan Northouse (2021), yang
menekan model kepemimpinan partisipatif yang melibatkan anggota dalam proses
pengambilan keputusan bersama. Dari kedua pendapat ini peneliti menyimpulkan bahwa
model kepemimpinan partisipatif sebagai proses tindakan dari seorang pemimpin untuk
melibatkan anggota dalam segala keputusan dan berusaha memengaruhi anggota dalam
kelompok secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Northouse (2021), proses memengaruhi orang lain, sebagai peristiwa
transaksional yang terjadi antara pemimpin dan pengikutnya. Transaksi terjadi antara
pemimpin yang memengaruhi dan anggota yang dipengaruhi. Para anggota termotivasi
bekerja karena ada rangsangan yang diberikan pemimpin. Berdasarkan riset yang dilakukan
Wijaya (2021), model kepemimpinan transaksional menekankan bahwa orang yang memiliki
motivasi kerja baik dan produktif akan mendapat hadiah dan jika melakukan kesalahan akan
mendapat hukuman. Menurut Howell dan Avolio (dalam Mahdi, Ayu, Darmawati 2020,28),
mendefinisikan model kepemimpinan transaksional adalah suatu model kepemimpinan yang
menekankan hubungan atasan dan bawahan berdasarkan imbalan atau sistem pertukaran
yang disepakati antara pemimpin dan anggotanya. Menurut Frangieh dan Rusu (2021,243 244), dalam sebuah artikel berjudul The Effect of the Carrot and Stick Transactional
Leadership style in Motivating Employees in SMEs, mengutip beberapa pandangan yang
mengatakan model kkepemimpinan transaksional sebagai model memengaruhi anggota
untuk mewujudkan tujuan perusahaan melalui kinerja yang baik (Bass, 1990; Goleman,
2000; Hersey et al., 2008; Armstrong, 2009; Kim, 20 2; Daft, 2014).
Penerapan model kepemimpinan transaksional sangat berpengaruh pada pencapaian
kinerja, (Zunandar 2022), berpengaruh pada motivasi orang bekerja (Wijaya 2021) karena
ada imbalan yang akan diperoleh jika berhasil. Jadi faktor terpenting dalam keberhasilan
menjalankan model kepemimpinan transaksional adalah seorang pemimpin memiliki
kemampuan memotivasi dan meyakinkan anggota agar lebih produktif karena dibalik
produktifitas bagi organisasi ada imbalan yang akan diterima. Model kepemimpinan
transaksional memiliki beberapa karakter. Menurut Antonakis (dalam Frangieh dan Daniel
2021,243-244), model kepemimpinan transaksionalis berkarakter manajer aktif yang
mengendali anggota, mengantisipasi penyimpangan, dan memperbaikinya. Bersumber dari
beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa model kepemimpinan transaksional
adalah model pertukaran atau imbalan bagi anggota yang produktif dan hukuman bagi yang
tidak berhasil.
Organisasi pendidikan sebagai lembaga penyelenggara layanan pendidikan harus
kompeten sehingga berdampak pada kualitas penyelenggara pendidikan itu sendiri. Oleh
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
84
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
karena itu, organisasi pendidikan harus efektif dan dinamis dalam pelayanan demi
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan. Organisasi harus memiliki Sumber daya
yang bekerja dalam satu arah atau visi bersama. Untuk bekerja pada satu arah atau visi maka
organisasi menetapkan target kinerja bagi semua anggota untuk membangun koordinasi dan
kerjasama yang baik (Sagala 2009,13). Menurut Sondang (2020), organisasi adalah suatu
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dan dalam ikatan itu terdapat
seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Organisasi terus maju jikalau memiliki pemimpin yang kompeten dan profesional
dalam mengelola sumber daya dalam organisasi. Hal yang sama ini dibutuhkan dalam
organisasi pendidikan di mana model kepemimpinan kepala sekolah sebagai penyelenggara
pendidikan itu harus menjiwai visi dan misi organisasi. Kepala sekolah berpikir, bertindak,
mengarahkan, menggerakkan dan memengaruhi anggota didasarkan pada visi, misi
organisasi. Kinerja menurut Supardi dalam Suwigno (2020,42), yaitu melaksanakan suatu
tugas secara tanggung jawab sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mulyasa
dalam Suwigno (2020,42), kinerja diartikan suatu unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan
dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari kompetensi
yang dimilikinya. Menurut Rifai (dalam Farida dan Fauzi 2020,67), kinerja adalah hasil atau
tingkat keberhasilan selama proses melaksanakan tugas berdasarkan pada standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati. menuju pencapaian suatu tugas perlu adanya indikator yang jelas. menurut
Hasibuan (dalam Farida dan Fauzi 2020,67), indikator yang penting dalam kinerja berlaku
bagi pemimpin, anggota dalam organisasi yakni: tanggung jawab melaksanakan tugas;
tenggang rasa anggota melalui tingkah laku dan tindakan; kerjasama sebagai kolaborasi
pemimpin dan anggota; disiplin sebagai kepatuhan pada ketentuan ditetapkan; kejujuran
untuk bekerja baik dan benar; loyalitas sebagai kesetiaan dan pengabdian dalam organisasi.
Manajemen kinerja adalah proses komunikasi berkelanjutan antara supervisor dan
karyawan yang terjadi sepanjang tahun, untuk mendukung pencapaian tujuan strategis
organisasi. Proses komunikasi meliputi mengklarifikasi harapan, menentapkan tujuan,
mengidentifikasi tujuan, memberikan umpan balik, dan meninjau hasil. Manajemen kinerja
efektif sangat penting untuk suatu usaha karena membantu menyelaraskan karyawan,
sumber daya, dan sistem untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Douglas, dan Gascon
2017). Menurut Kleynhans (2007,43), manajemen kinerja mengacu pada semua proses di
mana organisasi mengontrol semua anggota dengan segala kompetensi yang dimiliki untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi dapat dikatakan bahwa kinerja sekolah adalah
suatu target kerja yang harus dicapai oleh seluruh anggota organisasi. Mencapai tujuan
tersebut model kepemimpinan kepala sekolah harus membuat semua anggota mengerti,
memahami dan bersedia melakukan dengan rasa tangung jawab melaksanakan.
Berdasarkan latar belakang serta beberapa sumber penelitian terdahulu, peneliti
melakukan penelitian tentang model kepemimpinan yang berdampak pada kinerja sekolah.
Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru di sekolah swasta A dan sekolah
swasta B di Jakarta. Kinerja sekolah berdasarkan dokumen kinerja sekolah. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi model kepemimpinan, mengidentifikasi kinerja sekolah dan
mengindetifikasi pengaruh model kepemimpinan terhadadap kinerja sekolah.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan model kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Tipe studi
kasus adalah studi kasus ganda karena melibatkan sekolah swasta A dan B. Metode studi kasus
karena meneliti sesuatu yang empiris dalam konteks nyata kehidupan manusia yang dapat
dimanfaatkan (Yin 2015,18) untuk meningkatkan kinerja sekolah. Teknik pengumpulan data
primer melalui wawancara terhadap satu kepala sekolah dan dua guru dari sekolah A dan sekolah
B. Sedangkan sumber data sekunder dari diperoleh dari hasil oberservasi kegiatan kepala sekolah
bersama tim guru dan data dokumen diperoleh dari data kinerja sekolah selama tahun ajaran
2020/2021 sampai tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi
berbeda. Sekolah A terletak Pasar Minggu Jakarta Selatan dan sekolah B terletak di Petamburan
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
85
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan pada tahap awal bulan Maret- April 2022. Tahap kedua MeiOktober 2022. Prosedur yang dilakukan dalam wawancara adalah menyiapkan pertanyaan
yang hendak ditanyakan pada kepala sekolah dan guru, menemui informan yang ingin
diwawancara, melaksanakan wawancara secara daring, mengumpulkan hasil wawancara untuk
di analisa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan proses analisis data Miles dan
Huberman (dalam Rijali 2018,83) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
menarik kesimpulan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakter Kepemimpinan Kepala Sekolah
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kepala Sekolah Menengah Pertama Swasta
A dan Swasta B dalam proses memengaruhi para guru menerapkan beberapa cara yakni
dengan melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan bersama. Segala keputusan
penting untuk sekolah, semua guru dilibatkan melalui diskusi untuk mencapai
kesepakatan bersama. Semua pendapat anggota dihargai tanpa ada sikap diskriminatif .
Kepala sekolah tidak memosisikan diri sebagai yang berkuasa untuk memerintah tetapi
hadir dan terlibat langsung dalam kegaitan bersama anggota. Kepala sekolah mampu
mendorong para guru agar belajar menggunakan teknologi dalam pembelajaran,
memercayakan tugas kepanitian, dan mengutus para guru mengikuti pelatihan-pelatihan
pembelajaran berbasis teknologi Salah satu hal menjadi perhatian kepala sekolah swasta
A mapun B agar para guru mengembangkan diri yakni inovatif dan kreatif mengelola
kelas pembelajaran yang menyenangkan yakni pembelajaran harus berbasis teknologi.
Para guru wajib menyiapkan PPT, video pengajaran. Segala keputusan berkaitan dengan
murid baru, peningkatan indeks kepuasan pelanggan dan penagihan keuangan dilakukan
dalam komunikasi baik. Ada dialog personal bagi guru yang bermasalah, dialog personal
dengan orangtua yang banyak tunggakan
Adapun karakter yang dimiliki kepala sekolah swasta A maupun swasta B yakni
menghargai martabat guru, percaya kemampuan guru, menjaga perasaan guru, pribadi
yang menyenangkan, mengerti dan memahami keadaan guru, dan rela berkorban.
Bersumber dari kepemimpinan yang dijalankan dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
dalam proses memengaruhi anggotanya menerapkan model kepemimpinan partisipatif
yaitu melibatkan anggota dan terlibat dalam tindakan bersama anggota, sehingga
menciptakan kimunitas kerja menyenangkan bagi anggota.
2. Kinerja Sekolah
Kepala Sekolah Menengah Pertama Swasta A maupun Swasta B telah melibatkan
para guru, terlibat secara langsung, mengembangakan sumber daya guru, motivasi para
guru agar kreatif dan inovatif untuk pencapaian target kinerja sekolah, namun
berdasarkan hasil analisis dokumen, selama tahun ajaran 2020/2021 sampai tahun
ajaran 2022/2023, kinerja sekolah mengalami tren menurun. Kinerja jumlah murid di
sekolah A tahun ajaran 2020/2021 jumlah murid kelas VII yang ditargetkan 140 siswa
pencapaian hanya 123. Tahun ajaran 2021/2022 melampaui dari target 144 siswa
menjadi 158 siswa tetapi pada tahun ajaran 2022/2023 target seharusnya 160 siswa
hanya mencapai 149 siswa.
Tren menurun terjadi juga pada indeks kepuasan pelanggan. Tahun ajaran
2021/2022, kepuasan siswa terhadap pembelajaran mencapai kategori baik (85,73),
bahkan menurun pada angka 82,39 pada tahun ajaran 2022/2023. Penurunan juga
terjadi pada kepuasan siswa terhadap pemanfaatan sarana prasarana. Pada tahun
2021/2022 pencapaian kategori baik (83,07), lalu turun di angka 76,58 pada tahun ajaran
2022/2023. Selain itu pencapaian keuangan mengalami penurun dan menjadi beban
tunggakan semakin besar. Hasil analisis data menunjukkan pada tahun ajaran 2020/2021
penerimaan tahunan untuk SPP tahun pelajaran berjalan hanya 86,7% dan penerimaan
tahunan untuk USP tahun berjalan 63%. Pada tahun ajaran 2021/2022 penerimaan SPP
tahun pelajaran berjalan 85% sedangkan USP tahun pelajaran berjalan 60%. Pada tahun
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
86
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
ajaran 2022/2023 penerimaan SPP tahun pelajaran 89%, sedangkan penerimaan USP
tahun pelajaran berjalan 77%.
Tren menurun dalam kinerja sekolah A dialami juga di sekolah B. Tahun ajaran
2020/2021 jumlah murid baru 26 siswa dari target 30. Tahun ajaran melampui target
yaitu 40 dari target 36. Namun pada tahun ajaran 2022/2023 hanya mencapai 36 siswa
dari target 40. Tren menurun juga terjadi pada pencapaian indeks kepuasan pelanggan.
Tahun ajaran 2021/2022 indeks kepuasan terhadap pembelajaran dengan kategori baik
(88,27), pemanfaatan sarana prasarana dengan kategori baik (86,34), dan kepuasan
terhadap pelayana pendidikan mencapai kategori baik (86,34). Penurun juga terjadi pada
tahun ajaran 2022/2023. Kepuasan pembelajran mencapai kategori baik (88,06),
penggunaan sarana prasarana mencapai kategori baik (83,66) dan kepuasan layanan
pendidikan mencapai kategori baik (87,30). Hasil analisis data terhadap tren penurunan
pada pencapaian kinerja sekolah menunjukkan beberapa hal sebagai penyebab yakni;
a) Pengelolaan murid sekolah dasar feeder masih dalam batas informasi belum sampai
pada membuat orangtua dan murid yakin atas keputusan memilih sekolah A atau B.
b) Kurang efektifitas dalam promosi, lemah dalam pengelolaan perspektif orangtua murid
dan murid terhadap sekolah
c) Sumber daya guru kurang memiliki keterampilan, kreatifitas dan inovatif dalam
pengelolaan kelas pembelajaran. Masih dalam mentalitas menggunakan yang sudah
ada tanpa membuata yang sudah ada menjadi lebih efektif.
d) Guru belum efektif dan inovatif menggunakan sarana pembelajaran. Banyak media
pembelajaran tidak difungsikan secara baik sehingga terkesan pengajaran dalam
standar biasa-biasa saja.
e) Kepala sekolah belum memiliki program yang baik terhadap pengembangan
kompetensi dan keterampilan guru. Kepala sekolah belum memperhatikan secara
cermat kebutuhan pelanggan.
f) Lemahnya analisis dan kercermatan secara teliti pengeluaran dan pemasukan.
Komunikasi yang dibangun guru masih sebatas informasi tunggakan yang harus
dibayar, belum menyentuh kesadaran orangtua. Para guru kurang dipahamkan tentang
keuangan sekolah.
g) Kepala sekolah kurang cermat dan teliti akan laporan keuangan dari tata usaha,
membiarkan tata usaha bekerja tanpa monitoring kinerja keuangan sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan partisipatif yang dijalankan kepala
sekolah A dan sekolah B dengan melibatkan anggota dalam segala proses dan terlibat
dalam tindakan bersama anggota belum berdampak maksimal dalam mencapai target
kinerja sekolah yang telah ditetapkan organisasi.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, Kepala Sekolah Menengah Pertama Swasta A dan
Swasta B, menerapkan model kepemimpinan yang melibatkan anggota, terlibat dalam
tindakan bersama anggota, membangun komunikasi yang efektif serta memperhatikan
pengembangan sumber daya guru yang lebih kreatif dan inovatif. Kepala sekolah swasta A
maupun swasta B melibatkan para guru dalam keputusan-keputusan menunjukkan
komitmennya bahwa keberhasilan dapat tercapai apabila semua anggota dilibatkan.
Melibatkan anggota menegaskan beberapa hal yakni adanya komunikasi keterbukaan
terjadi antara pemimpin dan anggota, adanya pengakuan kepala sekolah atas segala potensi
yang dimiliki guru untuk dikembangkan, terciptanya komunitas kerja menyenangkan karena
esensi keberadaannya, kompetensinya diakui, dihargai, dan diberdayakan. Kepala sekolah
baik di sekolah swasta A maupun swasta B tidak hanya melibatkan para guru, tetapi terlibat
langsung dalam tindakan. Keterlibatan dalam tindakan secara langsung menegaskan
beberapa hal yakni terciptanya proses saling memengaruhi dan bukannya bukan posisi
menguasai anggota, konsisten dan tanggungjawab atas keputusan bersama, menjadi contoh
dan teladan yang menginspirasi, mengenal anggota secara lebih dekat dan mengetahui
persoalan di lapangan sehingga menjadi bahan evaluasi menentukan strategi-strategi yang
lebih baik serta tercipta ikatan emosi yang semakin baik antar pemimpin dan anggota.
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
87
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
Kepala sekolah yang melibatkan anggota dan terlibat secara langsung memberikan
dampak yang begitu besar secara khusus komunitas kerja dan kinerja individu. Komunitas
kerja terbentuk dalam semangat kekeluargaan, saling menghormati dalam keragaman.
Tercipta situasi kerja demikian membuat para guru merasa sekolah sebagai tempat paling
menyenangkan untuk bekerja. Pada tempat yang menyenangkan, para guru lebih
bersemangat bekerja. Pada situasi komunitas kerja yang nyaman para guru semakin antusias
bekerja dan semakin berani mengeluarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
sehingga dapat berkontribusi lebih untuk pencapaian kinerja organisasi.
Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa model kepemimpinan yang diterapkan di Sekolah Menegah Pertama Swasta A dan
Swasta B adalah model kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan yang berdampak
dalam terciptanya budaya komunitas kerja yang menyenangkan dan berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja setiap guru. Kesimpulan ini dipertegas dalam beberapa penelitian
sebelumnya. Menurut Agus dan Made (2015), menyimpulkan bahwa model kepemimpinan
partisipatif dan budaya kerja berpengaruh pada disiplin kerja dan produktifitas kerja
karyawan. Anwar, Asrin, dan Setiadi (2022) menyimpulkan bahwa model kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah berpengaruh pada meningkatnya kualitas kerja pendidik dan
tenaga kependidikan jika ditinjau dari aspek tugas dan hubungan kepala sekolah dengan
anggota.
Farida dan Fausi (2020) menyimpulkan bahwa model kepemimpinan partisipatif
kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja karyawan jika terjadi kombinasi model
kepemimpinan direktif dan model kepemimpinan suportif. Model kepemimpinan partisipatif
tidak memberikan dampak maksimal pada pencapaian kinerja sekolah. Hal ini dipertegas
dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Artria, Irwan, Agung (2015,27), bahwa model
kepemimpinan partisipatif tidak memberi pengaruh terhadap kinerja apabila model
kepemimpinan partisipatif dijalankan secara mandiri. Perlu adanya kombinasi model
kepemimpinan misalnya model trait approach, behavior approac, skill approach, atau model
situational approach .
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Model kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Sekolah Menengah Pertama Swasta
A dan B adalah model Kepemimpinan partisipatif. Sebuah model kepemimpinan berdampak
positip terhadap terciptanya komunitas kerja yang menyenangkan. Komunitas kerja yang
menyenangkan karena dalam proses kepemimpinan itu kepala sekolah melibatkan semua
anggota pengambilan keputusan bersama, kepala sekolah terlibat langsung dalam tindakan
bersama anggota sebagai contoh, teladan yang menginspirasi, dan terciptanya komunikasi
keterbukaan serta adanya pengakuan esensi dan potensi anggota untuk berkembang.
Meskipun model kepemimpinan partisipatif berpengaruh sangat baik terhadap komunitas
kerja dan kinerja individu, tetapi model kepemimpinan partisipatif belum berdampak secara
maksimal dalam meningkatkan kinerja sekolah.
B. Saran
Secara praktis kepada kepala sekolah dapat menerapkan kombinasi model
kepemimpinan dalam upaya pencapaian kinerja sekolah secara lebih maksimal. Kepada
organisasi agar perlu menyiapkan wadah pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
yang sudah menjadi kepala sekolah. Secara teoretis, untuk penelitian selanjutnya dapat
melakukan penelitian tentang kombinasi model kepemimpinan untuk mempertajam hasil
penelitian maka penelitian selanjutnya dapat melibatkan latar belakang sekolah lain baik
dari sekolah negeri, atau sekolah katolik lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Agus, I Putu Eka Cahyantara, Made Subidi. Pengaruh Model Kepemimpinan Partisipatif dan Budaya
Kerja Terhadap Disiplin Kerja karyawan dan produktivitas Kerja karyawan Pada PT PLN (Persero)
Distribusi Bali, Area Bali Selatan. E-Journal, 2015. tersedia dari https://repositori.unud.ac.id/
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
88
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
protected/storage/upload/repositori/ 898fa 75 caea480584 fd8 d05c8ea.PDF. Diunduh:20
Januari 2022
Anwar, Faizal, Asrin, Dadi Setiadi. Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kualitas Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMP Negeri Sakra. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan. Volume 7, Nomor 3, September (2022) Teresdia dari https:// doi.org/
0.29303/jipp.v7i3.750. Diunduh: 28 November 2023
Belyh, A. Participative Leadership Guide: Definition, qualities, pros & cons, examples. Jurnal,
2020.Tersedia dari https://www.leverism.com participative- leadership-guide/. Diunduh:2
Februari 2022.
Carpi, Raffaele, John Douglas, and Fredericd dan Gascon. Performance Management: Why Keeping Score Is
So
Importan.
MCKinsey
(2017).
Tersedia
dari
https://www.mckinsey.com/capabilities/operations/our-insights/performance-managementwhy-keeping-score-is-so-important-and-so-hard.Diunduh:5Agusrtus 2023
Farida, Syarifah Ida dan Muhammad Makna Fauzi (2020) Pengaruh Model Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT Sari Melati Kencana Pizza Hut Delivery Cabang Ciputat. Jurnal
Sosial.
(2020).
Tersedia
dari
https://sajiem.iainponorogo.ac.id/sajiem/article/view/2.Diunduh:2 Desember 2023
Firmansyah, Dedi. (2016). Model Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Dalam Pengembangan
Mutu Lembaga Pendidikan (Studi kasus di SMA Negeri Kota Malang) Tersedia dari
http://etheses.uin-malang.ac.id/ 029 /. Diunduh: 27 Oktober 2022
Frangieh, Maria dan Daniel Rusu. The Effect of the Carrot and Stick Transactional Leadership style in
Motivating Employees in SMEs. (Review of International Comparative Management Volume 22,
Issue
2,
May
(2021).
Tersedia
dari:
https://search.proquest.com/openview/0cdd9f855f36dd2cbf093400704c2cd/.pdf?pqorigsite=gscholar&cbl=2028792. Diunduh: 29 Oktober 2022.
Khairizah, Astria, Irwan Noor, Agung Suprapto. Pengaruh Model Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan. (Studi pada Karyawan di Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang). Jurnal
Administrasi Publik.(2015).
Tersedia
dari:
https://www.neliti.com/publications/82330/pengaruhpendekatankepemimpinan-terhadapkinerja-karyawan-studi-pada- karyawan-di-perp. Diunduh: 4 November 2023
Kurniawan,
Yohanes
Andhi,
2018.
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah.Tersedia
http://journal2.um.ac.id/index.php/jmsp/article/view/945/0. Diunduh 7 Nov. 2023
dari
Lawarni Tanjung, Desi. Model Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja
Guru
Di
Man
Binjai.
Jurnal
Manajemen
Pendidikan
(2019).
dari
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JMP-DMT/article/view/392. Diunduh: pada 23 Desember
2022
Mahdi, Aiyub, Darmawati. Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Terhadap
Kinerja Guru denfan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening pada SMK Negeri di Aceh
Utama. Journal Manajemen Indonesia (2020). Tersedia dari https://www.academia.edu/
02230053 https://sttikat.ac.id/e-journal/index.php/magnumopus/article/view/47. Diunduh:
20 Januari 2022.
Northouse, Peter G. Leadership: Theory and Practice. Amerika Serikat: Sage Publication, 2021
Purwanto, Agus, Masduki Asbari, dkk. Pengaruh Model Kepemimpinan Partisipatif dan Otokratis
Terhadap Kinerja sistem Jaminan Halal HAS 23000 Pada IndustriMakananKemasan. Journal,
(2020). Tersediadari https://ummaspul.ejournal.id/ma spuljr/article/view/345. Diakses pada 2
Januari 2022
Rijali, Ahmad. Analisis Data Kualitatif. Jurnal Ilmu. (20 9) Tersedia dari. https:// research. amanote.
com/publication/fqfLAXQBKQvf0BhitcNh/analisis-datakualitatif.
Diunduh:
3
Mei
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
89
Jurnal Inovasi, Evaluasi, dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP)
Volume 4, Nomor 1, April 2024, (Hal. 81-90)
2023Rostikawati, Dian. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Surabaya: Cipta Media
Nusantara, 2022
Sari, Herlina Permata. Kepemimpinan Partisipatif dan Demokratis Kepala
Sekolah dalam Upaya
Menerapkan Manajemen Modern di Sekolah. Jurnal Akuntabilitas (2022). Tersedia dari
https://journal.uny.ac.id/index. php/ jampn/article/view/64838/0. Diakses 5 November 2023
Skerritt Ortun Zuber . Action Leadership Toward A Participatory Paradigm. New York: Spiriger, 2016.
Tersedia dari https://link.springer.com/book/0.007/978-90-48-3935-4. Diunduh: 5 September
2023
UC Berkeley. Performance Manajmen-Definition. Tersedia dari https://hr. Berkeley .edu/hr-network/):
Diundur: 5 Agustus 2023 central-guide-managing-hr /managing-hr/managing successfully
/performance-mmanagement / concepts
Widagdo, Suwignyo, Muhammad Archi, Emy Kholifah R. Penilaian Kinerja, Budaya Kerja dan
Kepemimpinan: Optimalisasi Peningkatan Kinerja Guru. Jember- Jatim: Mandala Press,
2015.Tersedia dari http://repository.unmuhjember.ac.id/id/eprint/9258. Diunduh: 30
November 2023
Yin, Robert K. Studi Kasus. Desain dan Metode.(Terj.)Jakarta:PT. Raja Grafindo,2015
Zunidar. Kepemimpinan Transaksional: Model Kontemporer Dalam Memimpin Lembaga Pendidikan
Islam Jurnal
Pendidikan.(2021). Tersedia dari https : // www.jurnal. arraniry.ac.id/index.
php/icis/article/view/ 2669. Diakses: Diunduh:20 November 2023.
http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp
90