5371
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7 Desember 2022
EDUKASI PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ASI BOOSTER
Oleh
Andi Ulfah Magefirah Rasyid1, Sri Widyastuti2, Fityatun Usman3, Zulkifli4,
Syafruddin5, Muhammad Taufiq Duppa6, Muhammad Guntur7, Nurfadilah8,
Rahmadani9, Sulaiman10, Anshari Masri11, Ainun Jariah12, Andri Anugrah Pratama13,
Haryanto14
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Makassar
1,4Program Studi D-III Analis Kesehatan, Fakultas Sains, Teknologi dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Bina Mandiri Gorontalo
E-mail:
[email protected]
Article History:
Received: 02-10-2022
Revised: 19-11-2022
Accepted: 23-11-2022
Keywords:
Breastfeeding Boosters,
Traditional Medicine,
Pattallassang, Takalar
Abstract: Various types of plants in the surrounding
environment that have medicinal properties are many
that can be obtained and utilized, and can even be planted
themselves, which are known as family medicinal plants.
This medicinal plant has begun to be widely studied,
especially Indonesian Native Medicinal Plants, because it
has relatively small side effects when compared to modern
medical drugs. Communities in Pattallassang District
generally have various types of medicinal plants that are
planted in their yards and are often used as alternative
treatments for certain types of diseases or as supplements,
one example being breastfeeding boosters, which are very
much needed by mothers in carrying out their activities.
exclusive breastfeeding program. To support the exclusive
breastfeeding program, various efforts must be made, one
of which is the use of breastfeeding boosters, which is
expected to help increase the production of breast milk.
The purpose of the community service activity is to
increase understanding of the importance of exclusive
breastfeeding and to provide education about the use of
several plants that have the potential as breastfeeding
boosters in terms of processing techniques and more
rational ways of using them. This service is carried out at
Merpati Posyandu, Pattallassang Village, Pattallassang
District, Takalar Regency. The method of providing
community service activities is by providing counseling
and demonstrations on how to process and manufacture
good traditional medicines. The results of the activity
assessment showed that participants gained knowledge
about the types of traditional medicines, especially
breastfeeding boosters, along with good processing and
manufacturing methods of traditional medicines.
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
5372
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7, Desember 2022
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negeri dengan potensi kekayaan terbesar yang berasal dari
sumber daya alamnya. Tanah Indonesia yang subur mampu menumbuhkan berbagai jenis
tanaman yang dapat dibudidayakan. Sumber daya alam Indonesia tentunya masih
membutuhkan eksplorasi untuk mengungkap segala potensi salah satunya dalam
pemanfaatan sebagai obat tradisional. Dewasa ini penggunaan obat tradisional mengalami
peningkatan dan perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam (back to
nature) karena obat tradisional telah terbukti lebih aman dan memiliki efek samping yang
relative kecil dibandingkan obat-obat kimia. Namun dalam pengunaan obat tradisional perlu
adanya data ilmiah terkait khasiat baik secara tunggal maupun kombinasi.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional yang digunakan
turun-temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional (WHO, 2015; Suli, 2012;
Acharya, et. al. 2008; Salan, 2009). Bahan obat tradisional berupa tumbuhan, material
tumbuhan, simplisia dan produk akhir herbal yang terdiri dari bagian aktif tumbuhan,
material tumbuhan yang lain atau kombinasinya. Penggunaan obat tradisional berdasarkan
pada pengalaman empiris yang sering digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk
beberapa jenis penyakit tertentu maupun sebagai suplemen yang salah satu contohnya
sebagai ASI Booster (pelancar Air Susu Ibu) yang sangat dibutuhkan oleh para Ibu dalam
menjalankan program ASI ekslusif.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap proses
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberikan ASI eksklusif sejak dini
akan tumbuh berkembang secara optimal dan tidak mudah terkena penyakit. Kajian global
“the lancet Breastfeeding series” tahun 2016 telah membuktikan bahwa dengan menyusui
eksklusif menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia
kurang dari 3 bulan, sedangkan sebanyak 31,36% dari 37,94% anak sakit akibat tidak
mendapatkan ASI eksklusif (Lancet, 2016).
Indonesia telah mendukung program ASI eksklusif dengan menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam PP
tersebut diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam
pengembangan program ASI. Adanya program tersebut telah dapat meningkatkan angka
pemberian ASI eksklusif dari 29,5% pada tahun 2016 menjadi 35,7 persen pada 2017, namun
belum mampu memenuhi target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 50% pada
tahun 2017 (Kementerian Kesehatan, 2018).
Program ASI eksklusif merupakan pemberian Air Susu Ibu tanpa cairan atau makanan
lain, kecuali suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk keperluan medis sampai
bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupan.
Produksi air susu ibu (ASI) bergantung pada ketersediaan hormon prolaktin. Salah satu
kendala program tersebut yaitu kurangnya produksi Air Susu Ibu sehingga susu formula
menjadi alternatif pilihan. Demi mendukung program ASI eksklusif, berbagai upaya harus
dilakukan, salah satunya adalah dengan menciptakan inovasi fitofarmaka yang aman, namun
memiliki efikasi yang tinggi dalam meningkatkan produksi Air Susu Ibu.
Beberapa jenis tanaman yang berpotensi untuk dibudidayakan dan dimanfaatkan
sebagai ASI booster yaitu tanaman kelor (Moringa oleifera L.), katuk (Sauropus androgynus
(L.) Merr), bayam (Amaranthus spp) dan sukun (Artocarpus altilis), Bayam mengandung
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
5373
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7 Desember 2022
berbagai macam zat gizi yang bermanfaat untuk kesehatan. Setiap 100 gram bayam
mengandung 25 Kal, 5 gram karbohidrat dan 1 gram protein. Selain itu bayam kaya akan
asam folat yang sangat bermanfaat untuk ibu menyusui (Kementerian Kesehatan, 2014).
Tanaman bayam dapat dibudidayakan dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Data
Kementerian Pertanian Dirjen Holtikultura tahun 2015 menyebutkan bahwa produksi
Bayam pada tahun 2014 mencapai angka 134.159 ton pertahun. Angka yang cukup besar ini
dapat dimaksimalkan dengan pemanfaatan bayam menjadi berbagai macam produk yang
bermanfaat, salah satunya adalah produk fitofarmaka. Disamping bayam, buah sukun
(Artocarpus altilis) juga merupakan hasil perkebunan yang serbaguna, u digunakan sebagai
sumber gizi/nutrisi, kaya akan karbohidrat, kalsium, fosfor dan zat besi (Fe) yang dibutuhkan
oleh ibu hamil dan menyusui.(Kementerian Pertanian, 2014).
Produksi air susu ibu (ASI) bergantung pada ketersediaan hormon prolaktin yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior yang distimuli oleh PRH (Prolactine Releasing
Hormone). Produksi hormon prolaktin juga dipengaruhi oleh kondisi gizi ibu menyusui.
Pemanfaatan daun bayam dan buah sukun akan membantu peningkatan gizi dan produksi
hormone prolaktin sehingga diharapkan produksi ASI pada ibu menyusui dapat meningkat
(Kementerian Kesehatan RI 2011).
Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Permenkes 75 tahun
2014). Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat,
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat,
memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Permenkes 75 tahun 2014).
Puskesmas Pattallassang terletak di Kelurahan Pattallassang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah kerja 25,31 km 2 dengan
batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Polongbangkeng Utara,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Polongbangkeng Selatan, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Mappakasunggu dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Upaya kesehatan wajib Puskesmas
Pattallassang yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta
KB, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta
pengobatan. Adapun upaya kesehatan pengembangannya yaitu upaya kesehatan sekolah,
upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya perawatan kesehatan mayarakat, upaya kesehatan
usia lanjut, upaya kesehatan kerja dan upaya kesehatan olahraga.
Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di
bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa yang merupakan suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas.
Konsep Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan meliputi keterpaduan dalam aspek
sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
5374
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7, Desember 2022
sebagainya. Posyandu merupakan wadah yang tepat untuk melakukan pendekatan kepada
masyarakat dalam hal memberikan edukasi dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Posyandu Merpati adalah salah satu wilayah kerja dari Puskesmas Pattallassang.
Sebagian masyarakat Kelurahan Pattallassang khususnya di wilayah sekitar Posyandu
Merpati memiliki berbagai jenis tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah dan sering
digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk beberapa jenis penyakit tertentu. Potensi
tanaman obat di daerah Kelurahan Pattallassang belum di manfaatkan secara optimal, hal ini
dikarenakan belum adanya pengetahuan yang mendalam terkait dengan pemanfaatan
tanaman obat tersebut, terkait dengan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat,
cara penggunaan, bagian tanaman yang digunakan, potensi obat jika digunakan lebih dari
satu tanaman dan dosis dari bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk penjabaran dari tri
darma perguruan tinggi dalam menyebar luaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
sehingga memberikan informasi yang ilmiah kepada masyarakat luas terkhusus kepada
masyarakat Kelurahan Pattallassang terkait dengan pemanfaatan tanaman sebagai obat
alternatif. Penggunaan obat tradisional yang tidak sesuai aturan akan mempengaruhi khasiat
obat itu sendiri, penggunaan secara berlebihan ditakutkan justru akan memberikan efek
merugikan bagi tubuh manusia. Cara pengolahan yang baik dan benar akan mengoptimalkan
efek dari obat tradisional tersebut. Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
diharapkan dapat memberikan manfaat tentang pemanfaatan potensi beberapa tanaman
yang dapat dibudidayakan dan digunakan sebagai ASI Booster di Posyandu wilayah kerja
Puskesmas Pattallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan.
METODE
Metode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu penyuluhan
(ceramah) dan praktik (demonstrasi) : (1) Penyuluhan secara langsung yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif; (2) Pemaparan jenis
obat tradisional yang bisa dimanfaatkan sebagai pelancar ASI (ASI Booster); dan (3)
Demonstrasi tentang cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang baik kepada
peserta khususnya kepada kader posyandu.
Tahapan Kegiatan :
1. Tahap Persiapan
Melakukan persiapan dengan melengkapi persuratan perizinan dari kelurahan, serta
melakukan persiapan melengkapi materi penyuluhan yang akan diberikan kepada mitra
kelompok kader Posyandu Merpati. Mitra pada tahap ini juga melakukan persiapan yang
berhubungan dengan pelaksanaan program.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan program sesuai dengan kesepakatan bersama antara tim PKM dengan
kelompok kader Posyandu Merpati yaitu :
a. Penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif dan memberikan edukasi tentang
potensi beberapa tanaman yang terbukti secara ilmiah sebagai pelancar ASI (ASI Booster)
b. Memberikan materi tentang jenis-jenis obat tradisional khususnya tanaman yang bisa
digunakan sebagai pelancar ASI (ASI Booster) dan penjelasan tentang Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi cara
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
5375
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7 Desember 2022
pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang bertujuan memberikan keterampilan
kepada peserta tentang pengolahan tanaman obat menjadi sediaan praktis yang siap
digunakan. Program ini dilakukan dari mulai penyiapan bahan, pengolahan produk,
pengamasan dan cara penggunaan.
3. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap ini merupakan pendampingan dan penilaian atas capaian program yang telah
dilaksanakan terhadap mitra kelompok kader Posyandu. Pendekatan partisipatif lebih
ditujukan agar seluruh anggota kelompok mitra dapat berpartisipasi secara aktif pada semua
kegiatan posyandu, selain itu pendekatan dengan jalur diskusi lebih diutamakan sehingga
kader posyandu benar-benar memahami dan mampu menerapkan pengetahuan tentang
pemanfaatan dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) khususnya beberapa
jenis obat tradisional yang terbukti secara ilmiah sebagai pelancar ASI (ASI Booster) yang
selanjutnya diharapkan dapat menjadi sumber informan bagi Ibu menyusui yang memiliki
masalah terkait pelaksanaan program ASI Ekslusif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan PKM dimulai dengan memberikan materi tentang pentingnya
pemberian ASI Ekslusif, materi tentang jenis-jenis obat tradisional yang berpotensi
digunakan oleh masyarakat khususnya tanaman yang terbukti secara ilmiah sebagai
pelancar ASI (ASI Booster) beserta penjelasan tentang teknik pengolahan dan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi
cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang bertujuan memberikan keterampilan
kepada peserta tentang pengolahan tanaman obat menjadi sediaan praktis yang siap
digunakan. Program ini dilakukan dari mulai penyiapan bahan, pengolahan produk,
pengamasan dan cara penggunaan obat tradisional.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memberikan
edukasi tentang pemanfaatan beberapa tanaman yang berpotensi sebagai ASI Booster dalam
hal teknik pengolahan dan cara penggunaan yang lebih rasional. Pengabdian ini dilakukan di
Posyandu Merpati, Kelurahan Pattallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar.
Dalam kegiatan ini dihadiri oleh para kader Posyandu Merpati selaku Mitra PKM, Tim
Penggerak-PKK Kelurahan Pattallassang, Bidan Puskesmas pembantu (Pustu) Pattallassang,
para peserta yang terdiri dari ibu hamil dan ibu menyusui di Lingkungan Panaikang,
Kelurahan Pattallassang.
Gambar 1. Dokumentasi bersama fasilitator kegiatan PKM
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
5376
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7, Desember 2022
Pada materi edukasi tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif dijelaskan mulai dari
pengertian sampai kiat untuk menyukseskan program ASI Ekslusif. Air Susu Ibu (ASI) adalah
susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu ibu yang merupakan sumber makanan alamiah bagi
atau susu yang mudah dicerna dengan nilai gizi tertinggi dan nilai gizi tinggi yang
mengandung komponen gizi seimbang dan lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang siap untuk diberikan dan dikonsumsi pada suhu kamar dan tidak terkontaminasi.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang disiapkan untuk calon bayi pada saat ibu hamil dan
dalam tahap menyusui (Wiji, 2013).
Menyusui memiliki banyak manfaat bagi ibu dan anak. Manfaat ASI bagi bayi antara lain
melindungi dari infeksi saluran cerna, mengurangi risiko kematian bayi akibat diare dan
infeksi, serta menyediakan sumber energi dan nutrisi bagi anak usia 6-23 bulan. Selain
manfaat ASI bagi bayi, ASI juga bermanfaat bagi ibu. Karena menyusui mengurangi risiko
kanker ovarium dan payudara, membantu aliran ASI, bertindak sebagai cara alami untuk
mencegah kehamilan dalam enam bulan pertama serta dapat membantu mempercepat
penurunan berat badan setelah hamil (Kartika, 2016).
Rendahnya pemberian ASI secara eksklusif oleh ibu menyusui dapat disebabkan oleh
faktor karakteristik, internal, dan eksternal. Faktor karakteristik, yaitu usia, pekerjaan dan
pendidikan, faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan faktor
eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun
pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya, serta kurangnya
ketersediaan fasilitas kesehatan ibu dan anak (Hanifah, 2017).
Rendahnya tingkat pemberian ASI pada ibu menyusui dapat disebabkan oleh
karakteristik faktor internal dan eksternal. Faktor karakteristik yaitu umur, pekerjaan, dan
pendidikan meliputi faktor internal seperti rendahnya pengetahuan dan sikap ibu,
sedangkan faktor ekstrinsik meliputi keluarga, masyarakat, petugas kesehatan, aparat
pemerintah, dan kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak
(Hanifah, 2017). Selain itu ada faktor lain yang bisa mempengaruhi seperti faktor sosial
budaya, adanya budaya masyarakat tentang menyusui dan mitos palsu tentang menyusui
yang membuat ibu enggan menyusui sehingga dapat merangsang otot polos sistem saraf
disekitarnya dan juga mempengaruhi transmisi rangsangan ke otak untuk memproduksi ASI.
Kegelisahan yang dialami seorang ibu dapat menghambat produksi ASI (Hanifah, 2017).
Gambar 2. Demonstrasi pembuatan obat tradisional
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
5377
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7 Desember 2022
Hasil penelitian Paryono (2014) menjelaskan bahwa kebiasaan minum jamu banyak
dijumpai pada wanita Jawa baik saat hamil maupun setelah melahirkan. Meminum jamu
diyakini lebih aman daripada obat modern karena minum jamu relatif tidak memiliki efek
samping dan juga lebih murah. Jamu merupakan tanaman obat tradisional sebagai salah satu
metode pengobatan yang banyak dikenal dan digunakan di masyarakat, yang bertujuan
untuk mengobati penyakit ringan, mencegah penyakit, menjaga daya tahan dan kesehatan
tubuh
Masyarakat Indonesia sudah sejak dulu memiliki tradisi memanfaatkan tanaman dari
lingkungan sekitarnya. Manfaat tanaman bagi kesehatan telah digunakan secara empiris
didukung dengan data ilmiah melalui hasil penelitian sebagai alternatif penanganan suatu
penyakit maupun sebagai suplemen untuk terapi preventif. Prastiwi (2018) menjelaskan
mengapa ibu menyusui menggunakan obat-obatan herbal untuk mencegah gangguan
kesehatan, salah satunya adalah produksi ASI yang kurang. Beberapa tradisi masyarakat
yang sampai dengan saat ini masih dilakukan diantaranya mengkonsumsi tanaman yang
dipercaya mampuuntuk meningkatkan produksi ASI, diantaranya daun katuk dan daun kelor.
Menurut beberapa informasi yang diterima, ibu menyusui kebanyakan menggunakan
jamu dengan membuat sop dari bahan herbal sendiri, kondisinya masih sehat. Selain
membuat sendiri, ibu-ibu juga membeli jamu pembawa seperti sambiloto, beras kencuri,
kunyit, temulawak dan lain-lain yang dicampur dengan bahan-bahan herbal yang diolah oleh
para herbalis, salah satunya adalah formula herbal untuk memperlancar ASI. Daun katuk dan
daun kelor kini mudah dikonsumsi karena sudah dikemas modern dalam sediaan kapsul siap
minum yang mengandung ekstrak daun kelor yang telah diproses secara higienis tanpa
bahan tambahan untuk menjaga khasiat daun katuk dan daun kelor. Selain memilih jamu dan
membawa jamu, para ibu lebih memilih mengkonsumsi obat herbal dalam bentuk kemasan
seperti tablet, kapsul, serbuk dan sediaan lainnya karena lebih mudah dan praktis.
Hasil penelitian yang dikutip oleh Warta Puslitbang Perkebunan (2014) dalam jurnal
Setiawandari (2017) menunjukkan bahwa daun katuki dikenal sebagai tanaman perangsang
ASI karena mengandung sterol (dan turunannya pitosterol) dan polifenol yang dapat
meningkatkan kadar hormon prolaktin. Untuk menghasilkan ASI, merangsang hormon
desitosin untuk merangsang produksi dan aliran ASI, dan memiliki efek laktogogik, yang
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI. Sama halnya dengan daun katuk, daun kelor
mengandung senyawa fitosterol yang meningkatkan dan mempercepat produksi ASI (efek
laktogogum). Kandungan senyawa dari daun kelor dimanfaatkan tidak hanya untuk ibu hamil
dan menyusui, tetapi juga untuk mengatasi masalah gizi buruk pada balita.
Temulawak dikenal sebagai tanaman dengan berbagai khasiat dan manfaat. Menurut
Anggraeni (2016), temulawak telah lama digunakan untuk mengobati berbagai masalah
kesehatan seperti nafsu makan meningkat, mulas, batuk, asma, maag, demam dan diare.
Selain itu, juga dapat meningkatkan ASI, mengobati persalinan dan gangguan haid. Jahe
sering digunakan sebagai bahan dalam pengobatan baik secara tunggal maupun kombinasi.
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, peserta dijelaskan cara pengolahan dan
pembuatan obat tradisional secara demonstrasi yang bertujuan memberikan keterampilan
kepada peserta tentang pengolahan tanaman obat menjadi sediaan praktis yang siap
digunakan mulai dari penyiapan bahan, pengolahan produk, pengamasan dan cara
penggunaan.
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
5378
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7, Desember 2022
Gambar 3. Tim PKM Prodi Farmasi, FKIK, Unismuh Makassar
Kegiatan penyuluhan dan pendampingan dilakukan evaluasi hasil pelaksanaan
kegiatan melalui penilaian atas capaian program yang telah dilaksanakan dengan
membagikan kuesioner kepada seluruh peserta terutama kelompok mitra kader Posyandu
Merpati. Seluruh anggota kelompok mitra berpartisipasi secara aktif pada semua rangkaian
kegiatan yang telah diberikan. Dari hasil diskusi aktif, peserta dipastikan telah memahami
materi yang telah diberikan terkait pentingnya menyukseskan program ASI Ekslusif dan
mengetahui jenis-jenis obat tradisional khususnya sebagai ASI Booster. Hasil praktik secara
demontrasi juga menunjukkan keberhasilan dengan melihat antusias peserta dalam
mengikuti setiap tahapan cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang baik.
Kegiatan PKM dengan tema Training of Trainers Kader Posyandu “Edukasi Pemanfaatan
Obat Tradisional sebagai Asi Booster” lebih difokuskan kepada para kader posyandu agar
benar-benar memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan
sehingga dapat menjadi sumber informan bagi Ibu menyusui yang memiliki masalah terkait
pelaksanaan program ASI Ekslusif.
PENUTUP
Kesimpulan
Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya menerima ASI dari ibu, tanpa penambahan
cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau
obat. ASI melindungi bayi lewat sel-sel hidup dan zat-zat aktif yang membuat bayi kuat dari
paparan kuman. Selain penyakit infeksi, ASI juga menurunkan risiko alergi di masa kecil.
Penggunaan ASI Booster bisa menjadi salah satu alternatif ketika mengalami masalah terkait
produksi ASI yang sedikit. Beberapa tanaman obat yang penggunaannya secara empiris
didukung dengan data ilmiah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pelancar ASI. Hasil
kegiatan menunjukkan bahwa peserta mendapatkan pengetahuan tentang jenis-jenis obat
tradisional khususnya tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai ASI Booster beserta cara
pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang baik dengan harapan dapat diterapkan
untuk menyukseskan program pemberian ASI Ekslusif.
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
5379
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7 Desember 2022
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah mendanai, Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian
Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memfasilitasi dan
Mitra Posyandu Merpati Lingkungan Panaikang, Kelurahan Pattallassang, Kecataman
Pattallassang, Kabupaten Takalar yang telah banyak membantu atas terselenggaranya
kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada
berbagai pihak yang telah berkontribusi mulai dari pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat, penyusunan laporan, sampai ke tahap publikasi artikel hasil kegiatan ini.
DAFTAR REFERENSI
[1] Acharya, Deepak & Shrivastava A.2008. Indigenous Herbal Medicines: Tribal
Formulations and Traditional Herbal Practices. Aaviskhas Publisher Distributor, JaipurIndia.
[2] Anggraeni, N. (2016). Pengaruh konsumsi temulawak oleh ibu nifas terhadap
kelancaran produksi ASI. Jurnal Nursing, 7(1), 1-6.
[3] Hanifah, S. A. (2017). Karakteristik ibu menyusui tidak memberikan ASI eksklusif di
Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran JSK, 3(1),38-43.
[4] Kartika, V.M. (2016). Hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan pemberian
ASI eksklusif pada ibu bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Bringin Kabupaten
Semarang, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo.
[5] Kementerian Kesehatan. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.
[6] Kementerian Pertanian. (2014). Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014. Statistik
Produksi Hortikultura Tahun 2014, 286.
[7] Paryono, A. K. (2014). Kebiasaan konsumsi jamu untuk menjaga kesehatan tubuh pada
saat hamil dan setelah melahirkan di Desa Kajoran Klaten Selatan. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, 3(1), 64-72.
[8] Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.
[9] Prastiwi, R. S (2018). Pengobatan tradisional (jamu) dalam perawatan kesehatan ibu
nifas dan menyusui di Kabupaten Tegal. Jurnal Siklus, 7(1), 263-267.
[10] Salan, R. 2009. Penelitian faktor-faktor Psiko Sosio Kultural dalam pengobatan
tradisional tiga daerah, Palembang, Semarang, Bali. Jakarta. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi,
Departemen Kesehatan RI.
[11] Setiawandari. (2017). Efektifitas ekstrak sauropus androgynus (daun katuk) dan
ekstrak moringa oleifera lamk (daun kelor) terhadap proses persalinan, produksi
kolostrumdan proses involusi uteri ibu postpartum embrio. Jurnal Kebidanan, 9(1), 1623.
[12] Suli A. 2012. Eksistensi Pemanfaatan Obat Tradisional di Era Medikalisasi Kehidupan.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 1(3): 225-234.
[13] WHO, Essential Medicines and Health Products, diakses tahun 2018
[14] Wiji, R. N. (2013). ASI dan panduan ibu menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
5380
J-Abdi
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol.2, No.7, Desember 2022
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online)
http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI