Academia.eduAcademia.edu

Edukasi Pemanfaatan Obat Tradisional Sebagai Asi Booster

J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

Various types of plants in the surrounding environment that have medicinal properties are many that can be obtained and utilized, and can even be planted themselves, which are known as family medicinal plants. This medicinal plant has begun to be widely studied, especially Indonesian Native Medicinal Plants, because it has relatively small side effects when compared to modern medical drugs. Communities in Pattallassang District generally have various types of medicinal plants that are planted in their yards and are often used as alternative treatments for certain types of diseases or as supplements, one example being breastfeeding boosters, which are very much needed by mothers in carrying out their activities. exclusive breastfeeding program. To support the exclusive breastfeeding program, various efforts must be made, one of which is the use of breastfeeding boosters, which is expected to help increase the production of breast milk. The purpose of the community service activity is...

5371 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7 Desember 2022 EDUKASI PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ASI BOOSTER Oleh Andi Ulfah Magefirah Rasyid1, Sri Widyastuti2, Fityatun Usman3, Zulkifli4, Syafruddin5, Muhammad Taufiq Duppa6, Muhammad Guntur7, Nurfadilah8, Rahmadani9, Sulaiman10, Anshari Masri11, Ainun Jariah12, Andri Anugrah Pratama13, Haryanto14 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Makassar 1,4Program Studi D-III Analis Kesehatan, Fakultas Sains, Teknologi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Bina Mandiri Gorontalo E-mail: [email protected] Article History: Received: 02-10-2022 Revised: 19-11-2022 Accepted: 23-11-2022 Keywords: Breastfeeding Boosters, Traditional Medicine, Pattallassang, Takalar Abstract: Various types of plants in the surrounding environment that have medicinal properties are many that can be obtained and utilized, and can even be planted themselves, which are known as family medicinal plants. This medicinal plant has begun to be widely studied, especially Indonesian Native Medicinal Plants, because it has relatively small side effects when compared to modern medical drugs. Communities in Pattallassang District generally have various types of medicinal plants that are planted in their yards and are often used as alternative treatments for certain types of diseases or as supplements, one example being breastfeeding boosters, which are very much needed by mothers in carrying out their activities. exclusive breastfeeding program. To support the exclusive breastfeeding program, various efforts must be made, one of which is the use of breastfeeding boosters, which is expected to help increase the production of breast milk. The purpose of the community service activity is to increase understanding of the importance of exclusive breastfeeding and to provide education about the use of several plants that have the potential as breastfeeding boosters in terms of processing techniques and more rational ways of using them. This service is carried out at Merpati Posyandu, Pattallassang Village, Pattallassang District, Takalar Regency. The method of providing community service activities is by providing counseling and demonstrations on how to process and manufacture good traditional medicines. The results of the activity assessment showed that participants gained knowledge about the types of traditional medicines, especially breastfeeding boosters, along with good processing and manufacturing methods of traditional medicines. http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) 5372 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7, Desember 2022 PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negeri dengan potensi kekayaan terbesar yang berasal dari sumber daya alamnya. Tanah Indonesia yang subur mampu menumbuhkan berbagai jenis tanaman yang dapat dibudidayakan. Sumber daya alam Indonesia tentunya masih membutuhkan eksplorasi untuk mengungkap segala potensi salah satunya dalam pemanfaatan sebagai obat tradisional. Dewasa ini penggunaan obat tradisional mengalami peningkatan dan perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam (back to nature) karena obat tradisional telah terbukti lebih aman dan memiliki efek samping yang relative kecil dibandingkan obat-obat kimia. Namun dalam pengunaan obat tradisional perlu adanya data ilmiah terkait khasiat baik secara tunggal maupun kombinasi. Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional yang digunakan turun-temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan tradisional (WHO, 2015; Suli, 2012; Acharya, et. al. 2008; Salan, 2009). Bahan obat tradisional berupa tumbuhan, material tumbuhan, simplisia dan produk akhir herbal yang terdiri dari bagian aktif tumbuhan, material tumbuhan yang lain atau kombinasinya. Penggunaan obat tradisional berdasarkan pada pengalaman empiris yang sering digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk beberapa jenis penyakit tertentu maupun sebagai suplemen yang salah satu contohnya sebagai ASI Booster (pelancar Air Susu Ibu) yang sangat dibutuhkan oleh para Ibu dalam menjalankan program ASI ekslusif. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap proses tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberikan ASI eksklusif sejak dini akan tumbuh berkembang secara optimal dan tidak mudah terkena penyakit. Kajian global “the lancet Breastfeeding series” tahun 2016 telah membuktikan bahwa dengan menyusui eksklusif menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, sedangkan sebanyak 31,36% dari 37,94% anak sakit akibat tidak mendapatkan ASI eksklusif (Lancet, 2016). Indonesia telah mendukung program ASI eksklusif dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam PP tersebut diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI. Adanya program tersebut telah dapat meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif dari 29,5% pada tahun 2016 menjadi 35,7 persen pada 2017, namun belum mampu memenuhi target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 50% pada tahun 2017 (Kementerian Kesehatan, 2018). Program ASI eksklusif merupakan pemberian Air Susu Ibu tanpa cairan atau makanan lain, kecuali suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk keperluan medis sampai bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupan. Produksi air susu ibu (ASI) bergantung pada ketersediaan hormon prolaktin. Salah satu kendala program tersebut yaitu kurangnya produksi Air Susu Ibu sehingga susu formula menjadi alternatif pilihan. Demi mendukung program ASI eksklusif, berbagai upaya harus dilakukan, salah satunya adalah dengan menciptakan inovasi fitofarmaka yang aman, namun memiliki efikasi yang tinggi dalam meningkatkan produksi Air Susu Ibu. Beberapa jenis tanaman yang berpotensi untuk dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai ASI booster yaitu tanaman kelor (Moringa oleifera L.), katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr), bayam (Amaranthus spp) dan sukun (Artocarpus altilis), Bayam mengandung ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI 5373 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7 Desember 2022 berbagai macam zat gizi yang bermanfaat untuk kesehatan. Setiap 100 gram bayam mengandung 25 Kal, 5 gram karbohidrat dan 1 gram protein. Selain itu bayam kaya akan asam folat yang sangat bermanfaat untuk ibu menyusui (Kementerian Kesehatan, 2014). Tanaman bayam dapat dibudidayakan dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Data Kementerian Pertanian Dirjen Holtikultura tahun 2015 menyebutkan bahwa produksi Bayam pada tahun 2014 mencapai angka 134.159 ton pertahun. Angka yang cukup besar ini dapat dimaksimalkan dengan pemanfaatan bayam menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat, salah satunya adalah produk fitofarmaka. Disamping bayam, buah sukun (Artocarpus altilis) juga merupakan hasil perkebunan yang serbaguna, u digunakan sebagai sumber gizi/nutrisi, kaya akan karbohidrat, kalsium, fosfor dan zat besi (Fe) yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan menyusui.(Kementerian Pertanian, 2014). Produksi air susu ibu (ASI) bergantung pada ketersediaan hormon prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior yang distimuli oleh PRH (Prolactine Releasing Hormone). Produksi hormon prolaktin juga dipengaruhi oleh kondisi gizi ibu menyusui. Pemanfaatan daun bayam dan buah sukun akan membantu peningkatan gizi dan produksi hormone prolaktin sehingga diharapkan produksi ASI pada ibu menyusui dapat meningkat (Kementerian Kesehatan RI 2011). Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Permenkes 75 tahun 2014). Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes 75 tahun 2014). Puskesmas Pattallassang terletak di Kelurahan Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah kerja 25,31 km 2 dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Polongbangkeng Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Polongbangkeng Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mappakasunggu dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Upaya kesehatan wajib Puskesmas Pattallassang yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta KB, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Adapun upaya kesehatan pengembangannya yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya perawatan kesehatan mayarakat, upaya kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan kerja dan upaya kesehatan olahraga. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa yang merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Konsep Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan meliputi keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) 5374 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7, Desember 2022 sebagainya. Posyandu merupakan wadah yang tepat untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam hal memberikan edukasi dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Posyandu Merpati adalah salah satu wilayah kerja dari Puskesmas Pattallassang. Sebagian masyarakat Kelurahan Pattallassang khususnya di wilayah sekitar Posyandu Merpati memiliki berbagai jenis tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah dan sering digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk beberapa jenis penyakit tertentu. Potensi tanaman obat di daerah Kelurahan Pattallassang belum di manfaatkan secara optimal, hal ini dikarenakan belum adanya pengetahuan yang mendalam terkait dengan pemanfaatan tanaman obat tersebut, terkait dengan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat, cara penggunaan, bagian tanaman yang digunakan, potensi obat jika digunakan lebih dari satu tanaman dan dosis dari bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat. Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk penjabaran dari tri darma perguruan tinggi dalam menyebar luaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sehingga memberikan informasi yang ilmiah kepada masyarakat luas terkhusus kepada masyarakat Kelurahan Pattallassang terkait dengan pemanfaatan tanaman sebagai obat alternatif. Penggunaan obat tradisional yang tidak sesuai aturan akan mempengaruhi khasiat obat itu sendiri, penggunaan secara berlebihan ditakutkan justru akan memberikan efek merugikan bagi tubuh manusia. Cara pengolahan yang baik dan benar akan mengoptimalkan efek dari obat tradisional tersebut. Dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat tentang pemanfaatan potensi beberapa tanaman yang dapat dibudidayakan dan digunakan sebagai ASI Booster di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pattallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. METODE Metode pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu penyuluhan (ceramah) dan praktik (demonstrasi) : (1) Penyuluhan secara langsung yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif; (2) Pemaparan jenis obat tradisional yang bisa dimanfaatkan sebagai pelancar ASI (ASI Booster); dan (3) Demonstrasi tentang cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang baik kepada peserta khususnya kepada kader posyandu. Tahapan Kegiatan : 1. Tahap Persiapan Melakukan persiapan dengan melengkapi persuratan perizinan dari kelurahan, serta melakukan persiapan melengkapi materi penyuluhan yang akan diberikan kepada mitra kelompok kader Posyandu Merpati. Mitra pada tahap ini juga melakukan persiapan yang berhubungan dengan pelaksanaan program. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan program sesuai dengan kesepakatan bersama antara tim PKM dengan kelompok kader Posyandu Merpati yaitu : a. Penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif dan memberikan edukasi tentang potensi beberapa tanaman yang terbukti secara ilmiah sebagai pelancar ASI (ASI Booster) b. Memberikan materi tentang jenis-jenis obat tradisional khususnya tanaman yang bisa digunakan sebagai pelancar ASI (ASI Booster) dan penjelasan tentang Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi cara ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI 5375 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7 Desember 2022 pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang bertujuan memberikan keterampilan kepada peserta tentang pengolahan tanaman obat menjadi sediaan praktis yang siap digunakan. Program ini dilakukan dari mulai penyiapan bahan, pengolahan produk, pengamasan dan cara penggunaan. 3. Tahap Monitoring dan Evaluasi Tahap ini merupakan pendampingan dan penilaian atas capaian program yang telah dilaksanakan terhadap mitra kelompok kader Posyandu. Pendekatan partisipatif lebih ditujukan agar seluruh anggota kelompok mitra dapat berpartisipasi secara aktif pada semua kegiatan posyandu, selain itu pendekatan dengan jalur diskusi lebih diutamakan sehingga kader posyandu benar-benar memahami dan mampu menerapkan pengetahuan tentang pemanfaatan dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) khususnya beberapa jenis obat tradisional yang terbukti secara ilmiah sebagai pelancar ASI (ASI Booster) yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi sumber informan bagi Ibu menyusui yang memiliki masalah terkait pelaksanaan program ASI Ekslusif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan PKM dimulai dengan memberikan materi tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif, materi tentang jenis-jenis obat tradisional yang berpotensi digunakan oleh masyarakat khususnya tanaman yang terbukti secara ilmiah sebagai pelancar ASI (ASI Booster) beserta penjelasan tentang teknik pengolahan dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang bertujuan memberikan keterampilan kepada peserta tentang pengolahan tanaman obat menjadi sediaan praktis yang siap digunakan. Program ini dilakukan dari mulai penyiapan bahan, pengolahan produk, pengamasan dan cara penggunaan obat tradisional. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang pemanfaatan beberapa tanaman yang berpotensi sebagai ASI Booster dalam hal teknik pengolahan dan cara penggunaan yang lebih rasional. Pengabdian ini dilakukan di Posyandu Merpati, Kelurahan Pattallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar. Dalam kegiatan ini dihadiri oleh para kader Posyandu Merpati selaku Mitra PKM, Tim Penggerak-PKK Kelurahan Pattallassang, Bidan Puskesmas pembantu (Pustu) Pattallassang, para peserta yang terdiri dari ibu hamil dan ibu menyusui di Lingkungan Panaikang, Kelurahan Pattallassang. Gambar 1. Dokumentasi bersama fasilitator kegiatan PKM http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) 5376 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7, Desember 2022 Pada materi edukasi tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif dijelaskan mulai dari pengertian sampai kiat untuk menyukseskan program ASI Ekslusif. Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu ibu yang merupakan sumber makanan alamiah bagi atau susu yang mudah dicerna dengan nilai gizi tertinggi dan nilai gizi tinggi yang mengandung komponen gizi seimbang dan lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang siap untuk diberikan dan dikonsumsi pada suhu kamar dan tidak terkontaminasi. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang disiapkan untuk calon bayi pada saat ibu hamil dan dalam tahap menyusui (Wiji, 2013). Menyusui memiliki banyak manfaat bagi ibu dan anak. Manfaat ASI bagi bayi antara lain melindungi dari infeksi saluran cerna, mengurangi risiko kematian bayi akibat diare dan infeksi, serta menyediakan sumber energi dan nutrisi bagi anak usia 6-23 bulan. Selain manfaat ASI bagi bayi, ASI juga bermanfaat bagi ibu. Karena menyusui mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, membantu aliran ASI, bertindak sebagai cara alami untuk mencegah kehamilan dalam enam bulan pertama serta dapat membantu mempercepat penurunan berat badan setelah hamil (Kartika, 2016). Rendahnya pemberian ASI secara eksklusif oleh ibu menyusui dapat disebabkan oleh faktor karakteristik, internal, dan eksternal. Faktor karakteristik, yaitu usia, pekerjaan dan pendidikan, faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya, serta kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan ibu dan anak (Hanifah, 2017). Rendahnya tingkat pemberian ASI pada ibu menyusui dapat disebabkan oleh karakteristik faktor internal dan eksternal. Faktor karakteristik yaitu umur, pekerjaan, dan pendidikan meliputi faktor internal seperti rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi keluarga, masyarakat, petugas kesehatan, aparat pemerintah, dan kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak (Hanifah, 2017). Selain itu ada faktor lain yang bisa mempengaruhi seperti faktor sosial budaya, adanya budaya masyarakat tentang menyusui dan mitos palsu tentang menyusui yang membuat ibu enggan menyusui sehingga dapat merangsang otot polos sistem saraf disekitarnya dan juga mempengaruhi transmisi rangsangan ke otak untuk memproduksi ASI. Kegelisahan yang dialami seorang ibu dapat menghambat produksi ASI (Hanifah, 2017). Gambar 2. Demonstrasi pembuatan obat tradisional ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI 5377 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7 Desember 2022 Hasil penelitian Paryono (2014) menjelaskan bahwa kebiasaan minum jamu banyak dijumpai pada wanita Jawa baik saat hamil maupun setelah melahirkan. Meminum jamu diyakini lebih aman daripada obat modern karena minum jamu relatif tidak memiliki efek samping dan juga lebih murah. Jamu merupakan tanaman obat tradisional sebagai salah satu metode pengobatan yang banyak dikenal dan digunakan di masyarakat, yang bertujuan untuk mengobati penyakit ringan, mencegah penyakit, menjaga daya tahan dan kesehatan tubuh Masyarakat Indonesia sudah sejak dulu memiliki tradisi memanfaatkan tanaman dari lingkungan sekitarnya. Manfaat tanaman bagi kesehatan telah digunakan secara empiris didukung dengan data ilmiah melalui hasil penelitian sebagai alternatif penanganan suatu penyakit maupun sebagai suplemen untuk terapi preventif. Prastiwi (2018) menjelaskan mengapa ibu menyusui menggunakan obat-obatan herbal untuk mencegah gangguan kesehatan, salah satunya adalah produksi ASI yang kurang. Beberapa tradisi masyarakat yang sampai dengan saat ini masih dilakukan diantaranya mengkonsumsi tanaman yang dipercaya mampuuntuk meningkatkan produksi ASI, diantaranya daun katuk dan daun kelor. Menurut beberapa informasi yang diterima, ibu menyusui kebanyakan menggunakan jamu dengan membuat sop dari bahan herbal sendiri, kondisinya masih sehat. Selain membuat sendiri, ibu-ibu juga membeli jamu pembawa seperti sambiloto, beras kencuri, kunyit, temulawak dan lain-lain yang dicampur dengan bahan-bahan herbal yang diolah oleh para herbalis, salah satunya adalah formula herbal untuk memperlancar ASI. Daun katuk dan daun kelor kini mudah dikonsumsi karena sudah dikemas modern dalam sediaan kapsul siap minum yang mengandung ekstrak daun kelor yang telah diproses secara higienis tanpa bahan tambahan untuk menjaga khasiat daun katuk dan daun kelor. Selain memilih jamu dan membawa jamu, para ibu lebih memilih mengkonsumsi obat herbal dalam bentuk kemasan seperti tablet, kapsul, serbuk dan sediaan lainnya karena lebih mudah dan praktis. Hasil penelitian yang dikutip oleh Warta Puslitbang Perkebunan (2014) dalam jurnal Setiawandari (2017) menunjukkan bahwa daun katuki dikenal sebagai tanaman perangsang ASI karena mengandung sterol (dan turunannya pitosterol) dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin. Untuk menghasilkan ASI, merangsang hormon desitosin untuk merangsang produksi dan aliran ASI, dan memiliki efek laktogogik, yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI. Sama halnya dengan daun katuk, daun kelor mengandung senyawa fitosterol yang meningkatkan dan mempercepat produksi ASI (efek laktogogum). Kandungan senyawa dari daun kelor dimanfaatkan tidak hanya untuk ibu hamil dan menyusui, tetapi juga untuk mengatasi masalah gizi buruk pada balita. Temulawak dikenal sebagai tanaman dengan berbagai khasiat dan manfaat. Menurut Anggraeni (2016), temulawak telah lama digunakan untuk mengobati berbagai masalah kesehatan seperti nafsu makan meningkat, mulas, batuk, asma, maag, demam dan diare. Selain itu, juga dapat meningkatkan ASI, mengobati persalinan dan gangguan haid. Jahe sering digunakan sebagai bahan dalam pengobatan baik secara tunggal maupun kombinasi. Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, peserta dijelaskan cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional secara demonstrasi yang bertujuan memberikan keterampilan kepada peserta tentang pengolahan tanaman obat menjadi sediaan praktis yang siap digunakan mulai dari penyiapan bahan, pengolahan produk, pengamasan dan cara penggunaan. http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) 5378 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7, Desember 2022 Gambar 3. Tim PKM Prodi Farmasi, FKIK, Unismuh Makassar Kegiatan penyuluhan dan pendampingan dilakukan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan melalui penilaian atas capaian program yang telah dilaksanakan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh peserta terutama kelompok mitra kader Posyandu Merpati. Seluruh anggota kelompok mitra berpartisipasi secara aktif pada semua rangkaian kegiatan yang telah diberikan. Dari hasil diskusi aktif, peserta dipastikan telah memahami materi yang telah diberikan terkait pentingnya menyukseskan program ASI Ekslusif dan mengetahui jenis-jenis obat tradisional khususnya sebagai ASI Booster. Hasil praktik secara demontrasi juga menunjukkan keberhasilan dengan melihat antusias peserta dalam mengikuti setiap tahapan cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang baik. Kegiatan PKM dengan tema Training of Trainers Kader Posyandu “Edukasi Pemanfaatan Obat Tradisional sebagai Asi Booster” lebih difokuskan kepada para kader posyandu agar benar-benar memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan sehingga dapat menjadi sumber informan bagi Ibu menyusui yang memiliki masalah terkait pelaksanaan program ASI Ekslusif. PENUTUP Kesimpulan Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya menerima ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. ASI melindungi bayi lewat sel-sel hidup dan zat-zat aktif yang membuat bayi kuat dari paparan kuman. Selain penyakit infeksi, ASI juga menurunkan risiko alergi di masa kecil. Penggunaan ASI Booster bisa menjadi salah satu alternatif ketika mengalami masalah terkait produksi ASI yang sedikit. Beberapa tanaman obat yang penggunaannya secara empiris didukung dengan data ilmiah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pelancar ASI. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta mendapatkan pengetahuan tentang jenis-jenis obat tradisional khususnya tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai ASI Booster beserta cara pengolahan dan pembuatan obat tradisional yang baik dengan harapan dapat diterapkan untuk menyukseskan program pemberian ASI Ekslusif. ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI 5379 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7 Desember 2022 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mendanai, Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memfasilitasi dan Mitra Posyandu Merpati Lingkungan Panaikang, Kelurahan Pattallassang, Kecataman Pattallassang, Kabupaten Takalar yang telah banyak membantu atas terselenggaranya kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi mulai dari pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat, penyusunan laporan, sampai ke tahap publikasi artikel hasil kegiatan ini. DAFTAR REFERENSI [1] Acharya, Deepak & Shrivastava A.2008. Indigenous Herbal Medicines: Tribal Formulations and Traditional Herbal Practices. Aaviskhas Publisher Distributor, JaipurIndia. [2] Anggraeni, N. (2016). Pengaruh konsumsi temulawak oleh ibu nifas terhadap kelancaran produksi ASI. Jurnal Nursing, 7(1), 1-6. [3] Hanifah, S. A. (2017). Karakteristik ibu menyusui tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran JSK, 3(1),38-43. [4] Kartika, V.M. (2016). Hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Semarang, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo. [5] Kementerian Kesehatan. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. [6] Kementerian Pertanian. (2014). Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014, 286. [7] Paryono, A. K. (2014). Kebiasaan konsumsi jamu untuk menjaga kesehatan tubuh pada saat hamil dan setelah melahirkan di Desa Kajoran Klaten Selatan. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3(1), 64-72. [8] Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. [9] Prastiwi, R. S (2018). Pengobatan tradisional (jamu) dalam perawatan kesehatan ibu nifas dan menyusui di Kabupaten Tegal. Jurnal Siklus, 7(1), 263-267. [10] Salan, R. 2009. Penelitian faktor-faktor Psiko Sosio Kultural dalam pengobatan tradisional tiga daerah, Palembang, Semarang, Bali. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Kanker dan Pengembangan Radiologi, Departemen Kesehatan RI. [11] Setiawandari. (2017). Efektifitas ekstrak sauropus androgynus (daun katuk) dan ekstrak moringa oleifera lamk (daun kelor) terhadap proses persalinan, produksi kolostrumdan proses involusi uteri ibu postpartum embrio. Jurnal Kebidanan, 9(1), 1623. [12] Suli A. 2012. Eksistensi Pemanfaatan Obat Tradisional di Era Medikalisasi Kehidupan. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 1(3): 225-234. [13] WHO, Essential Medicines and Health Products, diakses tahun 2018 [14] Wiji, R. N. (2013). ASI dan panduan ibu menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) 5380 J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.2, No.7, Desember 2022 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN ISSN: 2797-9210 (Print) | 2798-2912(Online) http://bajangjournal.com/index.php/J-ABDI