Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 01 (Mar 2018): 20-25
PROTOTIF ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI
DILENGKAPI PRE-HEATER
PROTOTYPE OF ROASTER COFFE ROTARY TYPE WITH PRE-HEATER
Irawan Rusnadi 1,a), Arizal Aswan1, Ahmad Zikri1, Sutini Pujiastuti Lestari1, Agrivina Abel Novira1,b)
1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139, (0711)353414/ (0711)355918
e-mail : b)
[email protected], b)
[email protected]
ABSTRACT
Coffee is one of the most popular and the most consumed because the taste it has. Roasting is an
important step in the flavor development and aroma of coffee beans. Roasting is a way of drying using
high temperature. High temperatures are able to change the chemical components and physical structure
of a material. The materials used in this research are robusta coffee beans. The roasted coffee beans used
a rotary roaster drum. Heating system using direct heating. The parameters of roasting results include
moisture content, energy requirements during the process roasting, fuel consumption and roasting
efficiency . The roasting machine is equipped with a cooling bin of the post-roasting coffee bean with a
blower system with the working principle of blowing hot air into the environment resulting in cooling
process. The results of the study revealed that the lowest moisture content and highest energy
requirements were obtained at a temperature of 200oC which was 0.60% with an energy requirement of
605.09 kJ and the highest efficiency was obtained at a temperature of 180oC at 8 minutes which is
33.43%.
Key words: robusta coffee, roasting, energy need, efficiency
1. PENDAHULUAN
Tahapan pengolahan kopi dapat digolongkan
menjadi dua yaitu pengolahan kopi primer dan
sekunder. Proses pengolahan sekunder bubuk kopi
adalah proses penyangraian, pendinginan, dan
penggilingan. Dalam usaha pengolahan produk
sekunder biji kopi pada usaha industri skala kecil dan
menengah masih ada kendala yang dihadapi diantaranya
faktor produksi yaitu terbatasnya fasilitas berupa mesin
penyangrai dan peralatan penunjang. Berdasarkan
survei berupa observasi langsung dan pengumpulan
informasi diketahui bahwa beberapa industri skala kecil
dan menengah di Kabupaten Lahat masih menggunakan
cara manual/tradisional dalam proses penyangraian kopi
dan salah satu industri kopi di Kota Palembang
menggunakan mesin dalam proses penyangraian.
Namun ada beberapa kekurangan pada mesin tersebut
yaitu tidak ada kontrol temperatur dan putaran sehingga
mesin hanya bisa beroperasi pada satu kondisi yang
telah ditentukan. Suhu dan putaran penyangraian yang
berbeda-beda
setiap
kali
proses
produksi
mengakibatkan kualitas kopi yang berbeda-beda pula.
(Ayu, 2017).
Berdasarkan pertimbangan diatas, perlu pengkajian
untuk memperoleh suhu dan putaran penyangraian yang
tepat maka pada tugas akhir ini dirancang prototipe
penyangrai kopi tipe rotary yang dilengkapi dengan
sistem kontrol temperatur dan kecepatan putaran drum
yang secara tidak langsung dapat menghemat konsumsi
LPG dan meningkatkan efisiensi penyangraian.
Selain itu, karena banyaknya udara panas yang
terbuang selama proses penyangraian maka prototipe
penyangrai kopi tipe rotary dilengkapi dengan pemanas
awal biji kopi dengan memanfaatkan udara panas
radiasi disekitar sumber api. Dalam perencanaan suatu
alat, perlu sebuah tahapan awal untuk menganalisa
energi pindah massa dan pindah panas selama
penyangraian biji kopi sebagai dasar perancangan alat
penyangrai biji kopi sehingga nantinya dapat
memecahkan masalah dalam suatu produksi kopi di
Sumatera Selatan khususnya dan dapat meningkatkan
kualitas hasil produksi . Sehingga dalam hal ini perlu
adanya suatu percobaan untuk mencari atau
menganalisis kebutuhan panas dan karakteristik termal
pada proses penyangraian biji kopi sebagai dasar dalam
perancangan mesin dan peralatan penyangraian biji
kopi.
Untuk menghitung kebutuhan energi selama proses
penyangraian dapat diperoleh melalui metode neraca
kesetimbangan energi. Kebutuhan energi untuk
penyangraian kopi (QR) dapat didapat dari
mengkalkulasi energi untuk pemanasan bahan (QS),
20
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Irawan Rusnadi, dkk
pemanasan kandungan air (QW), energi untuk
menguapkan air dalam bahan (QL) (Efendi, 2017)
(1)
a. Energi pemanasan biji kopi (QS) (Efendi, 2017)
(2)
Untuk menentukan panas jenis kopi, dapat
menggunakan persamaan berikut (Nyanyu,2015)
Cpb = 0,837 + 3,349.Xw
(3)
b. Energi pemanasan air biji kopi (QW) (Efendi, 2017)
(4)
c. Energi penguapan air biji kopi (QL) (Efendi, 2017)
(5)
Effisiensi Penyangraian
Effisiensi penyangraian dapat ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut (Gunawan, 2015) :
umpan (inlet) diposisikan pada bagian atas tabung
dengan ukuran 20 x 20 cm dan proses penyangraian
berlangsung. Dalam waktu bersamaan dilakukan
pemanasan pada preheater yang berukuran 38 x 20 x 8
cm.
Kemudian setelah kopi matang, biji kopi
dikeluarkan dari tabung penyangrai dengan cara
membuka pintu pengeluaran sisi kiri tabung.. Biji kopi
akan jatuh ke dalam pendingin (coolin bin) yang
berukuran 40 x 40cm. Pada alat pendingin ini terdapat
blower 2 inchi dengan prinsip kerja menghembuskan
udara panas ke lingkungan sehingga terjadi proses
pendinginan. Alat penyangrai ini bersifat mobile atau
mudah dipindahkan karena menggunakan 4 buah roda
pada bagian bawah. Desain prototif penyangrai kopi
tipe rotari dilengkapi pre-heater dapat dilihat pada
Gambar 1.
(6)
Keterangan:
Xw = Kadar air awal (%)
mk = massa kopi (kg)
ma = massa air pada biji kopi (kg)
mw = massa air teruapkan (kg)
Cpb = panas jenis kopi (Kj/kg.K)
Cpa = panas jenis air (Kj/kg.K)
Ti = suhu pada waktu t (K)
Tk = suhu kopi (K)
hfg = panas laten penguapan air (kJ/kg)
Qs = kalor total sistem penyangraian (kJ)
= effisiensi penyangraian (%)
2. METODE
Secara umum rancangan ini dibagi atas 5 komponen
utama yaitu silinder penyangrai, laci pengering
awal(preheater) sistem pemanas, tenaga penggerak dan
Coolin bin. Silinder penyangrai dengan ukuran
diameter 30 cm, panjang 37,5 cm dilapisi silinder jaket
dengan ukuran diameter 40 cm, panjang 45 cm
berposisi horizontal datar. Silinder penyangrai terbuat
dari bahan stailess steel tipe 304 (Food Grade). Tempat
masuk umpan (inlet) diposisikan pada bagian atas
tabung dengan ukuran 7x7 cm dan kopi hasil sangrai
dikeluarkan melalui sisi kiri tabung. Pemanasan tabung
penyangrai terjadi akibat pemanasan oleh sumber
pemanas yang berada tepat di bawah tabung tersebut
Jarak antara kompor LPG dengan tabung penyangrai
dalam yaitu.5 cm. Tabung penyangrai dipanaskan
dengan sumber panas dari LPG dan sistem pemanasnya
menggunakan pemanas langsung (direct heating).
Tabung penyangrai diputar dengan motor listrik 1 phase
dengan putaran 1400 rpm yang kemudian akan
diturunkan kecepatan putar menjadi 70 rpm oleh speed
reducer. Setelah temperatur tabung penyangrai siap
untuk proses penyangraian, biji kopi hijau dimasukkan
ke dalam tabung penyangrai melalui tempat masuk
21
Gambar 1. Desain Prototif Penyangrai Kopi Tipe
Rotari Dilengkapi Pre-Heater
Keterangan Gambar :
1. Silinder Jaket
2. Saluran Input Bahan
3. Termokopel
4. Kompor Gas
5. Pendingin
6. Motor Listrik
7. Speed Reducer
8. Blower
9. Kontrol Panel
10. Preheater
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dibuat prototipe
penyangrai jenis rotari yang dielngkapi dengan
preheater umpan. Penyangrai ini beroperasi secara
batch (tidak kontinyu) dan terdiri atas silinder
horizontal berputar yang dilengkapi sirip pengaduk
(flight) untuk membantu pemindahan umpan yang
masuk pada bagian suction dan kopi hasil sangrai
(roast coffee) dikeluarkan pada bagian dischaerge.
Sistem Pemanasan pada penyangrai ini dilakukan
dengan proses konduksi yaitu mengkontakan langsung
sumber api yang berasal dari LPG ke silinder putar
sehingga silinder putar mengalami peningkatan
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 01 (Mar 2018): 20-25
temperatur dan kemudian akan mentransfer panas dari
silinder putar ke kopi.
Pengaruh Temperatur terhadap Kadar Air Kopi
Sangrai
Pada penelitian ini variabel tetap yang digunakan
yaitu waktu dan massa kopi dimana waktu yang
digunkaan yaitu 14 menit dan massanya 1 kg.
Berdasarkan data penelitian yang telah didapat,
pengaruh temperatur terhadap penurunan kadar air pada
proses penyangraian dapat dilihat pada Gambar 2.
penyangraian adalah 14,45 %. Peneitian dilakukan
dengan variasi waktu penyangraian yaitu 6 , 8, 10, 12,
14 menit dengan variasi putaran 45, 55, dan 65 rpm.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada variasi
putaran 65 terjadi penurunan paling besar pada menit 6
yaitu sebesar 4,67 % kadar air akhirnya, sedangkan
penurunan paling kecil pada menit 6 yaitu sebesar 4,97
%. Hal ini berarti terdapat pengaruh putaran pada
penurunan kadar air akhir biji kopi sangrai, terlihat pada
setiap kenaikan putaran akan terjadi penurunan kadar
air akhir biji kopi sangrai. Hal ini dikarenakan pada
putaran 65 rpm, proses penyangraian kopi lebih merata
sehingga membuat suhu pada kopi cepat merata juga.
Pengurangan kadar air kopi ini menjadi lebih cepat
karena dipengaruhi juga oleh panas yang diberikan oleh
kompor gas pada saat proses penyangraian.
Gambar 2. Grafik Pengaruh Temperatur terhadap
Penurunan Kadar Air
Pada Gambar 2 diketahui bahwa semakin tinggi
temperatur penyangraian maka kadar air semakin
rendah. Kadar air tertinggi diperoleh pada temperatur
170oC yaitu 3,32 % dan terendah pada temperatur
200oC yaitu 0,60 %. Rendahnya kadar air pada
temperatur yang lebih tinggi dikarenakan semakin tingi
temperatur maka energi yang berpindah ke bahan
semakin besar sehingga kenaikan temperatur bahan juga
semakin cepat sehingga penguapan air di dalam bahan
juga menjadi semakin cepat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Estiasih dan Ahmadi (2009), bahwa
semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas
dengan bahan pangan semakin cepat pindah panas ke
bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air
dari bahan pangan.
Berdasarkan SNI 2983-2014, standar kadar air kopi
sangrai adalah maksimal 4%. Hal ini menunjukkan
bahwa kadar air kopi pada temperatur 170oC sudah
memenuhi standar SNI.
Pengaruh Putaran Silinder Sangrai Terhadap
Kadar Air Kopi Sangrai
Hasil analisa kadar air menunjukan bahwa ada
pengaruh putaran dan waktu penyangraian terhadap
Kadar air akhir kopi yang telah dilakukan penyangraian.
Pada kadar air biji kopi rata-rata sebelum dilakukan
Gambar 3. Grafik Pengaruh Waktu Penyangraian dan
Putaran terhadap Kadar Air Biji Kopi
Perubahan waktu juga akan mempengaruhi
penurunan kadar air. Semakin lama waktu penyangraian
biji kopi maka semakin berkurang kadar air biji kopi.
Kadar air biji kopi turun cepat pada awal penyangraian
dan kemudian akan berlangsung relatif lambat pada
akhir penyangraian.
Kadar air yang diharapkan dari produk yang akan
dihasilkan dari perlakuan adalah kadar air yang rendah
sesuai standar SNI yaitu maksimal 4 %. Semakin
rendah kadar air maka penyerapan uap air dari udara
akan semakin lama. Hal ini akan menjaga ketahanan
bahan dari kerusakan oleh mikroorganisme selama
penyimpanan, akan tetapi Kadar air yang terlalu sedikit
akan membuat cita rasa kopi yang terlalu pahit.
Pada penyangraian dengan waktu pemanasan awal
10 menit pada putaran 65 merupakan faktor perlakuan
terbaik dalam proses penyangraian. Hal ini disebabkan
22
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Irawan Rusnadi, dkk
kadar air pada perlakuan tersebut tidak tinggi dan tidak
terlalu rendah sehingga cita rasa (flavour) pada kopi
lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Thomas,
dkk (2016) yang menyatakan jika kadar air rendah,
besar dugaan bahwa cita rasa (flavour) pada kopi
banyak terangkut dalam proses oksidasi selama
penyangraian dan jika kadar air tinggi, besar dugaan
bahwa cita rasa (flavour) dan aroma pada kopi belum
tercapai.
Pada waktu penyangraian 14 menit dan pada putaran
65 merupakan perlakuan dengan massa air yang hilang
paling besar yaitu sebesar 138,82 gr dengan kadar air
biji kopi akhir 0,66 %. Jadi terdapat pengaruh putaran
pada pengurangan kadar air pada biji kopi sangrai,
yaitu semakin cepat putaran maka semakin besar
penurunan kadar air.
Pengaruh Temperatur terhadap Energi Penguapan
Air Biji Kopi
Untuk menurunkan kadar air bahan dengan proses
penguapan air bahan dibutuhkannya energi panas.
Panas yang mengakibatkan terjadinya perubahan massa
air dari bahan dikarenakan adanya panas laten
penguapan. Perubahan massa air ini terjadi ketika
kandungan air pada bahan telah sampai pada kondisi
jenuh, sehingga menyebabkan air yang terkandung di
dalam bahan berubah dari fase cair menjadi uap.
Berdasarkan data penelitian yang telah didapat,
pengaruh temperature terhadap energi penguapan dapat
dilihat pada Gambar 4
penguapan air biji kopi pada temperature 170C,
180C, 190C dan 200C berturut-turut yaitu 238,27
kJ, 264,32 kJ, 271,21 kJ dan 272,56 kJ. Meningkatnya
energi yang digunakan untuk menguapkan air
disebabkan karena jumlah air yang menguap semakin
banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukrisno
(2016), yang menyatakan bahwa kebutuhan energi
(panas) yang diperlukan pada proses penguapan
tergantung dari banyaknya massa zat yang akan
diuapkan. Penyebab tingginya energi penguapan air biji
kopi disebabkan karena massa air yang teruapkan lebih
tinggi. Argo (2015) juga menyatakan bahwa semakin
besar air yang diuapkan dalam bahan selama proses
penyangraian maka energi penguapan yang dibutuhkan
akan semakin besar juga.
Pengaruh Temperatur terhadap Kebutuhan Energi
Penyangraian
Berdasarkan data penelitian yang telah didapat,
pengaruh temperature terhadap kebutuhan energi dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Kebutuhan Energi
Penyangraian Terhadap Temperatur Penyangraian
Gambar 4. Grafik hubungan antara energi penguapan
air biji kopi ( panas laten air biji kopi ) terhadap
temperatur penyangraian
Pada Gambar 4 penyangraian dengan menggunakan
preheater
Adanya peningkatan jumlah panas
penguapan air seiring dengan kenaikan temperature.
Terlihat
bahwa
semakin
tinggi
temperature
penyangraian maka semakin tinggi pula energi
penguapan air biji kopi dengan waktu penyangraian
selama 14 menit. Dari hasil peritungan, energi
23
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa ada peningkatan
jumlah panas seiring tingginya suhu penyangraian biji
kopi. Dari hasil peritungan, energi yang dibutuhkan
selama proses penyangraian pada temperature 170C,
180C, 190C dan 200C selama 14 menit berturutturut yaitu 514,75 kJ, 558,19 kJ, 590,21 kJ dan 605,09
kJ. Semakin tinggi suhu yang digunakan, maka energi
yang dibutuhkan juga akan semakin besar. Suhu yang
tinggi akan menghasilkan energi yang besar sehingga
suhu ruang penyangraian akan mempengaruhi
kebutuhan energi untuk proses pengeringan bahan
(Argo,2015). Pada awal proses pemanasan suhu ruang
sangrai meningkat cepat. Kenaikan suhu ruang sangrai
yang cepat disebabkan karena pada awal pemanasan
terdapat perbedaan suhu yang besar antara sumber
panas dengan dinding silinder sangrai. Biji kopi yang
telah dilakukan pemanasan awal pada unit preheater
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jurnal Kinetika
Vol. 9, No. 01 (Mar 2018): 20-25
mengalami kenaikan temperatur sehingga saat biji kopi
masuk kedalam silinder penyangraian, temperaturnya
sudah tinggi dengan rentang 38-51 °C dibandingkan
dengan temperatur biji kopi tanpa menggunakan
preheater yang hanya 30°C.
Pengaruh Temperatur Penyangraian terhadap
Efisiensi Penyangraian
Efisiensi penyangraian merupakan besarnya energi
yang digunakan untuk penyangraian dengan total energi
yang tersedia. Efisiensi dapat digunakan sebagai tolak
ukur untuk mengetahui kinerja dari prototif penyangrai
kopi tipe rotari karena menyangkut konsumsi bahan
bakar. Pengaruh Temperatur terhadap efisiensi dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Pengaruh Temperatur Penyangraian
terhadap Efisiensi Penyangraian
Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa pengaruh
temperatur penyangraian terhadap efisiensi yaitu
semakin tinggi temperatur penyangraian maka
efsiensinya semakin rendah contohnya saat waktu 14
menit yaitu efisiensi penyangraian pada temperatur
190oC lebih tinggi dari efisiensi pada temperatur 200
o
C. Rendahnya efisiensi pada temperatur 200 oC
disebabkan banyaknya energi yang dihasilkan
sedangkan energi yang dimanfaatkan cenderung sama.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Argo (2015) yaitu
suhu yang tinggi akan menghasilkan energi yang besar.
Efisiensi penyangraian tertinggi yaitu 33,43%
pada kondisi temperatur 180oC waktu 8 menit dan
terendah yaitu 13,13% pada kondisi temperatur 200oC
waktu 14 menit Tingginya efisiensi pada 180oC waktu
8 menit disebabkan energi yang dibutuhkan untuk
proses penyangraian relatif besar sedangkan energi
yang di suplai untuk penyangraian paling sedikit begitu
juga sebaliknya untuk efisiensi terendah.
Banyaknya panas yang hilang menyebabkan
efisiensi penyangraian tertinggi hanya mencapai
33,43%. Panas hilang tersebut dapat disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar LPG terjadi diruang terbuka
(tidak ada furnace untuk pembakaran) sehingga panas
yang disuplai oleh pembakaran bahan bakar LPG
banyak yang terbuang ke lingkungan. Selain itu
banyaknya panas yang keluar melalui dinding silinder
luar dan kurang rapatnya alat sehingga banyak pula
panas yang keluar melalui sela-sela pada bagian
pemasukan maupun pengeluaran bahan. Kemudian
banyaknya panas yang hilang juga disebabkan karena
adanya panas yang digunakan untuk memanaskan
bagian dari penyangrai yaitu silinder bagian dalam.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
pada Prototif Penyangrai Tipe Rotari yang Dilengkapi
Preheater Umpan dapat disimpulkan bahwa:
- Kenaikan temperatur penyangraian menyebabkan
penurunan kadar air dimana kadar tertinggi pada
temperatur 170oC yaitu 3,32 % dan terendah pada
temperatur 200oC yaitu 0,60 %.
- Putaran 65 rpm merupakan kondisi optimum untuk
penyangraian biji kopi pada temperatur 190C,
dengan waktu optimum penyangraian 10 menit.
- Kebutuhan energi tertinggi yaitu pada kondisi
temperatur 200C sebesar 605,09 kJ. Semakin
tinggi suhu yang digunakan, maka energi yang
dibutuhkan juga akan semakin besar.
- Temperatur penyangraian yang tinggi menyebabkan
rendahnya efisiensi kecuali pada temperatur 180oC.
Efisiesi tertinggi dicapai pada kondisi temperatur
180oC pada waktu 8 menit yaitu 33,43 % dan
efisiensi terendah pada kondisi temperatur 200oC
pada menit 14 yaitu 13,13 %.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyanyu. 2015. Rancang Bangun Alat
Pengering Surya Teknologi Dual. Politeknik Negeri
Sriwijaya: Palembang
Argo, Endo Kuncoro.2015. Desain Sistem Pengering
Kerupuk Kemplang dengan Uap Super Panas
Berbahan Bakar Biomasa. Universitas Sriwijaya:
Palembang
Ayu, Ni Putu.2017. Pengaruh Suhu Dan Lama
Penyangraian Terhadap Karakteristik Fisik Dan
Mutu Sensori Kopi Arabika. Universitas Udayana:
Bukit Jimbaran
24
ISSN: 1693-9050
E-ISSN: 2623-1417
https://jurnal.polsri.ac.id/index.php/kimia/index
Irawan Rusnadi, dkk
Azizah, Siti. 2005. Uji Kinerja Mesin Sangrai Tipe
Silinder Harisontal Berputar Untuk Penyangraian
Biji Kakao “Under Grade”. Universitas Jember:
Jember
Badan Standarisasi Nasioanal. SNI 2907-2008. Biji
Kopi. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta
Badan Standarisasi Nasioanal. SNI 2983-2014 Kopi
Instan. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta
Efendi, Maulana. 2017. Perancangan Alat Pengering
Biji Kakao Dengan Sistem Rotari Sederhana Pada
Usaha Mandiri Di Desa Wiyono, Kabupaten
Pesawaran.
Universitas
Lampung:
Bandar
Lampung.
Effendi, Muta’al. 2008. Analisis Energi Panas Dan
Massa Saturasi Selama Penggorengan Kacang
Atom Berdasarkan Waktu Proses. Universitas
Mataram: Mataram
Estiasih, Teti dan Kgs Ahmadi, 2009. Teknologi
Pengolahan Pangan. Bumi Aksara. Malang.
Gunawan, Edi. 2015. Uji Perfomansi Mesin Sangrai
Kopi Tipe Silinder Dilengkapi Sirip Pengaduk.
Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh
Saiful.,Sinarep, dan Nasmi. 2013. Pengarruh Preheat
dan Tempering terhadap Kekerasan dan Struktur
Mikro Hasil Pengelasan Baja Jis SS 400.
Universitas Mataram: Nusa Tenggara Barat
Sofi’I, Imam. 2014.
Rancang Bangun Mesin
Penyangrai Kopi dengan Pengaduk Berputar.
Politeknik Negeri Lampung: Bandar Lampung.
Sukrisno, Widyotomo. 2016. Optimasi Mesin Sangrai
Tipe Silinder Horizontal Penyangraian Biji Kakao.
Universitas Jember: Jember.
Sutarsi, dan Iwan. 2015. Rancang Bangun Mesin
Penyangrai Kopi Tipe Rotari. Universitas Jember:
Jember
Thomas, B. Edvan., Edison, R., dan Same, M. 2016.
Pengaruh Jenis dan Lama Penyangraian pada
Mutu Kopi Robusta (Coffea robusta). Politeknik
Negeri Lampung; Bandar Lampung.
Wahyuni, S., Rejo, A., dan Hasbi. 2008. Lama
Penyangraian Terhadap Perubahan Karakteristik
Biji Kopi dari Berbagai Daerah di Sumatera
Selatan. Program Studi Teknik Pertanian UNSRI.
Indralaya.
25