KEDUDUKAN UMAT ISRAEL DAN GRANG PERCAYA
1. PENDAHULUAN
Hubungan antara bangsa lsrael dengan orang percaya atau umat Perjanjian Baru dan kedudukan mereka di hadapan Tuhan sena perbedaaannya, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dlpahami. Pemahaman mengenai hal ini mempengaruhi cara berpikir kita secara global dalam memandang hidup kekrlstenan.Tentu hal lnl juga sangat mempengaruhi cara hidup kita. Selama lnl banyak orang salah memahami hal tersebut. Sebagai aklbatnya terjadi hal-hal ini:
Pertama, mencampur adukkan ayat-ayat Firman Tuhan yang sebenamya khusus ditujukan untuk umat Perjanjian Lama dengan ayat-ayat yang khusus ditujukan bagl umat Perjanjian Baru. Memang semua ayat dalam Alkltab memuat kebenaran yang harus dlpahaml dan dikenakan dalam kehidupan orang percaya.Tetapi kita tidak boleh secara harallah mengambil suatu ayat untuk dikenakan dalam kehidupan kita hari ini tanpa melihat konteks ayat tersebut. Maksud konteks ayat adalah dalam rangka apa ayat tersebut dltulis, dltujukan kepada slapa, apa latar belakangnya dan lain sebagainya.
Misalnya teks Yesaya 60:5 mengenai kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepada umat pilihan, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepada umat pilihan. Ayat ini bukan ditujukan kepada orang Kristen pada umumnya. Ayat ini berbicara mengenal bangsa lsrael yang akan dikembalikan ke tanah leluhur dan membuat kekayaan bangsa-bangsa diberikan kepada bangsa lsrael. Jadi kalau tldak bisa membedakan alamat tujuan ayat tersebut, maka akan terjadi kesalahan tafslr yang sangat parah.
Kedua, mengaburkan standar norma yang seharusnya dikenakan bagi orang percaya. Norma hidup orang percaya adalah pribadi dan kehidupan Tuhan Yesus Kristus sendlri. Kehidupan orang Kristen bukan dikendalikan dan dikontrol oleh hokum atau torat, tetapi seharusnya dikuasai oleh Roh Kudus yang menuntunnya kepada kebenaran (Yoh 8:31-32). Proses inllah yang. membawa orang percaya kepadakesempurnaan, yaitu sempuma seperti Bapa di Sorga (Mat 5:48).
Ketiga, merusak pola berpikir umat Perjanjian Baru sehingga mengacaukan tujuan hidup Umat Perjanjian Baru. Tujuan hidup orang percaya adalah KerajaanTuhan Yesus yang akan datang dl Iangit dan bumi yang baru. Orang percaya hamsmemiliki logika rohanl yaitu pola berpikir yang berbasis pada dunia yang akan datang,sedangkan orang Israel berpola berpola pikir yang berbasis pada dunla hari ini,dimana susu dan madu, tanah Kanaan dan kemakmuran bumi ini sebagai tujuannya.Untuk memahami relasi, kedudukan dan perbedaan bangsa Israel dan umat Perjanjian Baru, dibutuhkan kejujuran dan kecerdasan dalam menganalisa isi Alkitab.Alkitab bukanlah kitab yang berisi ayat-ayat yang dipandang sebagai ayat suci seperti umat agama lain memandang. Yang suci bukanlah kalimat-kalimat ayat tersebut tetapi kebenaran yang diekstrak atau disuling dari ayat-ayattersebut.
2. RELASI ANTARA UMAT PERJANJIAN LAMA DAN UMAT PERJANJIAN BARU
Gereja Tuhan adalah kelanjutan dari sejarah umat pilihan secara daging yaitu bangsa Israel, peljalanan sejarah kedua umat pilihan ini disatukan menjadi sejarah Kerajaan Allah. ltulah sebabnya klta harus memahami isi Alkitab Perjanjian Lama.Sejarah Kerajaan Allah ini dimulai darl Abraham (Kejadian 12), sebab sejak pemillhan1 Abraham sebagai umat pilihan-Nya, Tuhan memfokuskan perhatian kepada suatu bangsa yang akan menggenapi rencanan-Nya, yaitu keselamatan atas semua manuisa di muka bumi ini. ltulah sebabnya ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari Urkasdim, la menyatakan bahwa dari Abraham semua penduduk bumi ini akan mendapat berkat (Kei. 12:3).
Berkat yang dimaksud dalam Kejadian 12:3 tentu bukan berkat jasmani semata-mata, sebab kenyataannya tidak semua orang lsrael secara materi berlimpah. Sebagai buktinya, bangsa lsrael selama 430 menjadi budak yang sangat tertindas di Mesir. Ketika mereka sudah dibawa Tuhan di tanah Kanaan, mereka mendiami tanah itu hanya berkisar 600-700 tahun, itupun dalam kondisi jatuh bangun, kadang-kadang dikuasai atau dijajah bangsa lain. lsrael Utara runtuh oleh tentara Asyur tahun 722 sebelum masehi, sedangkan Yehuda jatuh ke tangan Babel tahun 586 sebelum Masehi. Banyak bangsa-bangsa dl dunia ini yang dapat mendiami tanah leluhur mereka selama ribuan tahun tanpa gangguan sama sekali. lronisnya justru bangsapilihan Allah ini hanya beberapa ratus tahun saja, itupun selalu mendapat gangguandari bangsa Iain. Pada hal Tuhan sudah menetapkan tanah Kanaan akan didiami kemana Abraham. Dari tahun 700 SM sampai tahun Masehi bangsa Israel selalu dikuasai olehbangsa lain, antara lain bangsa Asyur, Babel, Mesir, Syria, Yunani dan di akhir abad1 SM dikuasai oleh kekaisaran Roma yang sangat kuat. Mereka selalu menjadibangsa terjajah yang harkatnya diinjak-injak oleh bangsa kafir. -Keadaan yang paling tragis adalah sejak tahun 70, yaitu ketika jendral Titusdari Roma menghancurkan Yerusalem, sampai 1948 orang Israel tidak memiliki tanahair, mereka tercerai berai (diaspora) ke seluruh dunia.
Mereka menjadi “bangsa gelandangan”. Puncaknya tahun 1939 sampai tahun 1945 yaitu pada waktu perang dunia kedua, bangsa lsrael dibantai oleh Hitler sehingga 6juta orang Yahudi di Eropa mati secara keji yang dikenal sebagai “holocaust". Kata holocaust ini dari bahasaYunani “holokauston”,dalam bahasa lbrani “olaf’, yang berarti “korban yang dibakar seluruhnya untuk Tuhan". Hal ini menunjuk ketika orang-orang Yahudi pria dan wanita dewasa serta anak dimasukkan ke dalam “the extermination camps” (kamp pembasmian) dimana orang-orang Yahudi tdibakar dalam ruangan krematorium.
Sungguh sangat tragis.Berkat dalam Kejadian 12:3 tidak boleh diartikan materi semata-mata sebabternyata tidak semua orang Kristen juga berlimpah secara materi. Berkat yang dimaksudkan Tuhan adalah keselamatan dalam Yesus Kiistus. Kalau semua kaum di muka bumi mendapat berkat, tentu ini adalah berkat yang sifatnya sama dan merata, berkat tersebut adalah keselamatan dalam Yesus Kristus, supaya manusia memperoleh pengharapan tinggal di kerajaan Tuhan. Hal ini senada dengan jiwa musahr Abraham yang merindukan untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan (lbr. 11:8~16). Negeri itu adalah Kerajaan Surga bukan di bumi ini. Sebelum Kejadian 12, Alkitab berisi sejarah kehidupan manusia secara umum, tetapi sejak Kejadian 12 Tuhan mengkhususkan perhatiannya kepada umat pilihan ini. Umat pilihan ini terdiri dari keturunan Abraham secara darah daging dan orang percaya nantinya juga dihisabkan sebagai anak cucu Abraham karena memiliki iman seperti Abraham. Keturunan Abraham secara darah daging disebut dengan beberapa sebutan, pertama lbrani. Kata ini lbrani sangat besar kemungkinan diambil dari kata ha ibriy Kata ini pertama muncul sebagai sebutan temadap nama suku Abraham dan keturunannya (Kej. 14:13). Alkltab mencalat bahwa orang-orang Kanaan pada waktu itu menyebut Abraham dan keturunannya sebagai orang ibriy.
Temyata Kejadlan 14:13 hendak membuktikan bahwa Abraham adalah keturunan Sem yaltu anak-anak Eber yang disebut lbrani (Kejadian 10:21)_ Sebutan lbriy hendak menunjukkan adanya persekutuan antara Yahweh dengan keturunan Sem (Kel. 9126). Terpujilah Allah Sem, bukan Allah Yafet bahkan bukan Allah Yafet. Dalam Kejadian 9:27 tetulls: God shall enlarge Japhelh, and he shall dwell in the tents of Shem; and Canaan shall be his sen/ant. Masalahnya he dalam kata ini menunjuk Tuhan atau Yafet. lni merupakan pertanyaan yang belum Terpecahkan.
Bisa kemungkinan He disini adalah Tuhan. Hal lni bisa menunjukkan kehadiran Tuhan pada keturunan Sem khususnya anak-anak Abraham. Hal ini menunjukkan bahwa kelurunan Sem sangat special bagi Tuhan .Kalau kedua untuk keturunan Abraham adalah Yahudi. Kata ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan Jew. Pada mulanya sebutan lni menunjukkan penduduk Yehuda (2 Raja 16:6). Kata “Yehuda” dalam Teks 2 Raja-raja 16:6 adalah Yehuwdiym. Penggunaan kata ini sudah ada sejak abad 8 SM, yaitu ketika Asyur menaklukkan Israel Utara. Pada waktu itu Israel raya yang diperintah Daud dan Salomo telah terpecah menjadi dua yaitu bagian selatan diperintah oleh anak-anak keturunan Daud berkedudukan dl Yerusalem, yang sering disebut Yehuda dan Israel Utara diperintah oleh dinasti yang berganti-ganti. Asyur menghancurkan Israel Selatan yang berkedudukan di Samaria pada tahun 722 SM dan menempalkan orangarang asing di Samaria, sehingga terjadi kawin campur antara orang Yahudi dan bangsa asing. Anak-anak yang Iahir dari kawin campur disebut sebagai orang Samaria.
Biasanya orang Yahudi tidak mau mengakui mereka sebagai umat pilihan. Kata Yahudi digunakan untuk membedakan antara orang non Yahudi dan keturunan Abraham pada umumnya yaitu keturunan Abraham yang tidak tercampur dengan darah bangsa asing. Memasuki zaman Perjanjian Baru, kata Yahudi sudah biasa dipakai untuk menunjukkan keturunan Abraham. Kata ketiga untuk menunjukkan keturunan Abraham adalah Israel. Kata ini berasal dari kata yisra dan el. EI aninya Tuhan dan yisra berarti bergumul. Jadi Israel berarti Allah bergumul. lni adalah nama baru yang diberikan Tuhan kepada Yakub yang bergumul dengan Tuhan di Pniel (Kej. 32:28). Nama ini sekarang menjadi lebih popular dari nama-nama lain sebab nama ini menjadl nama negara orang-orang Yahudi yang merdeka atau berhasil mendirikan negaranya pada tanggal 14 mei 1948.
Umat Perjanjian Baru atau orang percaya juga disebut sebagai Israel,biasanya ditambah dengan kata rohani untuk membedakan dengan Israel dari keturunan Abraham secara darah dan daging. Ayat-ayat yang memverlikasikan hal ini antara lain : Galatia 6:15-16 dan Efesus 2:11~14. Orang percaya dihisapkan sebagai orang Israel (rohani) dan diakui sebagai keturunan Abraham dalam iman, artinya karena memiliki tindakan iman seperti Abraham (Gal. 3:6-9; Roma 4:11~12).
Jadi sebenarnya orang percaya adalah perpanjangan atau dari bangsa israel secara jasmani. Dalam hal ini harus diingat bahwa orang-orang percaya pertama yang menjadi fondasi kekristenan di dunia adalah orang-orang Yahudi. Ibarat keluarga, orang Yahudi adalah kakak Tua (abang) orang percaya. Sayang sekali kakak yang tua tidak bertobat tetapi adiknya malah yang bertobat (Luk. 15:11-32). Akhimya yang bungsu yang masuk rumah sedangkan kakaknya tetap tinggal di luar.
3. KEDUDUKAN UMAT PERJANJIAN LAMA DAN UMAT PERJANJIAN BARU
Baik orang Yahudi maupun orang Kristen adalah sama sama sebagai kekasih Tuhan, yaitu umat pilihan. Kedua-duanya dipanggil untuk menggenapi rencana Allah. Kalau bangsa Israel menggenapi rencana Tuhan dalam masa sebelum Mesias datang, tetapi umat Perjanjian Baru bertugas untuk menjadi bejana yang menyimpan warisan pengenalan akan Tuhan dan menjadi sarana Mesias datang ke dunia. Umat Perjanjian Baru bertugas untuk meneruskan karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus sampai ke ujung bumi (Mat. 28:19~20, Kis. 228). Umat Yahudi pada umunmya dipersiapkan untuk mewarisi Surga yaitu langit baru dan bumi baru tetapi orang percaya di persiapkan untuk memerintah di langit baru dan bumi baru tersebut.
Umat Perjanjian Lama menjadi umat lTuhan yang tinggal di dalam pemerintahan Tuhan, tetapi umat Perjanjian Bam menjadi kekasih Tuhan, dimana Tuhan tinggal didalam diri orang percaya ( Mat. 1121; Yoh. 17120-21).Dalam hal ini pengertian datang kepada Bapa (Yoh. 14:6), tidak boleh diartikan secara dangkal. Kata ‘datang kepada Bapa' berarti dalam persekutuan yang mendalam dengan Bapa.
Lebih ekstrim lagi, dikatakan dalam Alkitab bahwa umat Perjanjian Baru atau orang percaya menjadi sahabat Tuhan (Yoh. 15:15) dan kekasih Tuhan atau mempelai-Nya (2Kor, 11:2-3; Ef. 5:31-32). Kita sama-sama umat pilihan Allah, orang Kristen juga disebut sebagai israel
rohani, tetapi apa bedanya kita dengan bangsa israel secara jasmani yang disebut sebagai orang Yahudi. Kita harus memandang Alkltab sebagai urut - urutan sejarah Kerajaan Allah yang harus dikenali secara sistimatis dan runtut Kalau cara kita memandang Alkitab salah maka kita juga gagal memandang dengan benar perbedaan antara umat Perjanjian Lama dan umat Perjanjian Baru. Kenyataan yang ada banyak orang Kristen yang menyamakan antar umat Perjanjian Lama dan umat Perjanjian Baru . Mereka tidak mengerti perbedaan yang sangat prinsip. Pertama, perhatian umat Perjanjian Lama ke makan dan minum (susu danmadu, bangsa budak) tetapi umat PB kepada perkara-perkara yang di atas (Kol. 3:1- 3).
Doa Yabes dan Doa Bapa kami. Doa Yabes seluas-Iuasnya memiliki tanah dan sebanyak-banyaknya berkat jasmani tetapi umat Perjanjian Baru secukupnya. Kelimpahan dalam Kristen adalah kelimpahan dalam kualitas. Perhatikan bagaimana bangsa itu mengagumi buah-buahan yang ada di Kanaan. Kalau kita tidak perlu kagum lagi akan hal tersebut. Kita tidak lagi kagum terhadap berkat-berkat jasmani. Mereka bangsa budak yang primitif, keras kepala dan harus dididik dalam kurun waktu panjang baru dapat menjadi bangsa yang beradab. Dalam hal ini kita mengagumi kehebatan Musa (Alkitab mencatat ia paling lemah lembut). Lemah Iembut artinya menerima keheradaan orang Iain. Pikiran orang percaya tidak boleh kepada perkara- perkara duniawi (Flp. 3:17-20).
Kedua, umat Perjanjian Lama keberagamaan tetapi umat Perjanjian Baru kebenaran (menyembah Allah dalam roh kebenaran). Orang-orang Yahudi memiliki jam-jam khusus sembahyang dengan menghadap ke Yerusalem. Orang Kristen tidaklah demikian (Yoh. 4124). Kekristenan sangat menekankan segi batiniah. Justru liturgi bisa membutakan pengertian terhadap kebenaran atau menyesatkan. Tuhan mengajarkan kebenaran dengan merusak sistim keberagamaannya. Orang percaya diajar mengenal isi hati Tuhan. Kepada bangsa lsrael ia memperkenalkan diri dengan kuasa, tetapi orang percaya harus dengan hikmat kecerdasan dalam pimpinan Roh mengenal AllahNya. Kita tidak perlu heran dengan Laut Kolzom yang terbelah, itu baru setitik kedigdayaan Tuhan. Profesor ngitung 3 tambah 3 sangat mudah. Tidak usah dipuji. Memujinya berarti melecehkan.
Ketiga, umat Perjanjian Lama di setting menjadi umat dalam kerajaan Bapa - tetapi umat Perjanjian Baru sebagai pejabat Kerajaan Surga. Perhatian umat Perjanjian Lama ke kanaan duniawi, tetapi umat Penanjian Baru kepada Kanaan surgawi (Fip. 3220). Perhatikan: Jangan kumpuikan harta di bumi. investasi. Umat Perjanjian lama mencari Kanaan untuk pelabuhan atau perhentian di dunia ini, tetapi orang percaya adalah musafir yang menjadikan dunia tempat pengembaraan.
Keempat, umat Perjanjian Lama memiliki standar kesucian Dekalog, tetapi umat Perjanjian Baru sempurna seperti Yesus. Kesaksian umat Perjanjian Lama ada kesaksian dari keperkasaan Tuhan, tetapi kesaksian umat Perjanjian Baru adalah kesaksian perbuatan (Mat, 5:14-16).
Kelima, umat Perjanjian Lama umat yang ada yang belum dalam persekutuan yang intim dengan Bapa (di luar ruang suci, tetapi umat Perjanjian Baru ada dalam persekutuan dengan Bapa. Dan untuk menjadi kekasih Tuhan harus melewati tahap-tahap sulit dan berat dalam kehidupan ini _ Bagaimana kita bisa membutuhkan Tuhan bukan karena suatu kebutuhan tertentu tetapi justru ketika kita tidak merasa membutuhkan apapun.
Inilah mempelai-mempelai sejati Kalau umat Perjanjian Lama membutuhkan Tuhan sebab mereka membutuhkan perlindungan dan segala berkat jasmani untuk kehidupan mereka, tetapi tidak demikian dengan umat Perjanjian Baru. Umat PB adalah umat yang dikhususkan seperti suku Lewi yang tidak mendapat bagian apa-apa. Mereka dikhususkan bagi Tuhan.
Alkitab mencatat bahwa bagian bagi umat Lewi adalah Tuhan. Mereka menjadi imam-imam bagi Tuhan (Yoh. 18:7). Hal ini sejajar dengan kehidupan orang percaya sebagai imam-imam Tuhan (1Ptr. 2:9). imam adalah mereka yang tidak merasa memiliki hak milik tetapi hidup sepenuh bagi Tuhan. Kita menjadi imam bukan berdasarkan keturunan tetapi pemilihan. Kalau membuat padanan bisa berarti begini: Semua orang yang boleh masuk dunia yang akan datang adalah umat Tuhan atau calon umat Tuhan mereka seperti 11 suku israel, tetapi orang percaya adalah suku Lewi yang dikhususkan buat Tuhan,Kalau di Surga ada pesta perjamuan anak domba, siapa yang akan menjadi mempelainya? Kita orang percaya yang tidak bercacat dan tidak bercela. Semua orang yang boleh masuk dunia yang akan datang yang akan merayakannya. Kitalah orang-orang yang duduk semeja dengan Tuhan. Kalau dalam suatu pesta Kerajaan. yang makan di meja Sang Raja adalah mereka yang berkedudukan Tinggi di sekitar Sang Raja dan mereka yang yang menjadi kerabat dekat (Luk. 22:25-30).
4. POSISI DUA UMAT ALLAH
Orang tidak dapat mengerti PB tanpa membaca PL, tetapi kita tidak boleh berhenti di PL. PL adalah penjelasan untuk menuju rencana inti Kerajaan Allah. Sebenamya yang dikatakan Alkitablah adalah pengajaran yang berlolak pada inti rencana keselamatan Allah dalam Yesus Kristus. ini berarti tidak bertentangan dengan inti keselamatan dalam Yesus Knstus atau mengurangi nilai kebenaran lnjil yang diajarkan Tuhan Yesus dan rasul-rasulnya.
Harus diingat bahwa ajaran~ajaran sesat dari berbagai bidat atau sekte mengaku atau mengklaim bahwa pengajarannya berdasarkan Alkilab (Alkitab bisa atau membuka peluang multi tafsir. Alkitab bisa digunakan untuk menyalahkan suatu persoalan atau membenarkannya). Banyak pengajaran yang diambil dari Perjanjian Lama tanpa memverifikasi dengan ajaran lnjll Tuhan Yesus Kristus.
Orang-orang Yahudi tidak dapat menerima lnjil sebab terlalu kaku dan ketat dengan keberagamaan Yahudinya (Mat. 11:25, orang kecil adalah neplos: baby-lPtr. 2:2), Mereka tidak mengerti bahasa Tuhan (Yoh. 8 :14). Sebenamya bila seseorang mempelajari dan menggali Perjanjian Baru maka tidaklah habis-habisnya (Yoh. 21:25). Bukan berarti Perjanjian Lama tidak penting tetapi bukan sebagai pelabuhan. Pandangan mereka memang dialaskan Alkitab, telapi tidak sampai kepada inti keselamatan dalam Yesus Kristus. Perjanjian Lama sebagai penjelasan back ground yang sangat penting untuk dimengerti. Ketika berhenti di Perjanjian Lama maka ia jatuh pada dua hal:
Pertama, keberagamaan dengan sistimnya walau dalam volume kecil, tetapi tetap bisa merusak nilai -nilai batiniah yang murni. Pertobatan yang dimaksud Tuhan adalah pembaharuan pikiran sehingga mereka mengerti kehendak Tuhan yang sempuma, bukan sekedar perubahan moral (Mal 11:20). Mengertikah saudara dengan ‘mempersiapkan Jalan bagi Tuhan'. Yohanes anak imam zakaria tetapi tidak menggunakan pola imam atau agama Yahudi. la memiliki jenis pelayanan yang nyentrik. lni merupakan usaha unluk merombak pola keberagamaan yang salah. ia mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus mengajarkan injilNya (Mat. 3:5-11). Yohanes mulai merombak dan Tuhan Yesus menyempurnakan. Banyak orang Kristen membangunnya kembali.
Kedua, penekanan kepada berkat jasmani. Bila demikian maka ada toleransi terhadap sikap duniawi. Pada hal yang diteladankan Tuhan adalah: Serigala mempunyai Ilang dan burung mempunyai sarang (Luk. 9:57-5B;Luk. 12:32).
Ketiga, tidak ada pembelaan kepada Tuhan secara penuh. Bangsa lsrael tidak pernah membela Tuhan tetapi membela diri sendlri. Semua yang mereka lakukan hanya demi kebanggaan hidup mereka sendiri. Mereka berurusan dengan Tuhan untuk kepentingan mereka sendiri (Luk. 9:5&60). Mereka hanya menikmati kegirangan sebagai umat pilihan yang memiliki herbagai hak istimewa. Sedangkan orang percaya adalah anak-anak Allah yang diajak sepenanggungan dengan Tuhan dengan konsentrasi penuh bagi Tuhan (Luk. 9:61-82). Jadi jangan heran kalau orang percaya adalah kepala-kepala pemerintahan bukan masyarakat biasa. Banyak orang tidak mau menerima paket ini.
5. KEKRISTENAN BUKAN AGAMA
Kalau kita konsekuen mengakui bahwa Kekeristenan bukanlah agama, maka kita harus menghilangkan unsur-unsur agamani yang merusak kemurnian iman Kristen. Hal ini bukan sesuatu yang mudah, karena pola keberagamaan Kristen yang telah benahun-tahun mengakar dalam kehidupan orang Kristen dan peta pikiran mengenai keimanan sudah terbentuk begitu kokoh. Fakta-fakta dalam kekristenan yang menjadi kausalitas tetap kokohnya konsep kekristenan sama dengan keberagamaan. Kenyataan doktrin-doktrin gereja dan pola pikir rohaniwan yang disejajarkan dengan Alkitab, Kewibawaan Alkitab sebenarnya telah dirongrong oleh pola piker yang salah tersebut, khususnya oleh tokoh-tokoh Kristen yang mengaku telah menerima pengajaran Iangsung dari Tuhan, Tanpa mereka sadari mereka telah mengobrak- abrik pengajaran mumi yang seharusnya dipahami jemaat. Pada umumnya mereka memiliki peta berpikir keimanan yang tidak Alkitabiah. Ciri kehidupan hamba-hamba Tuhan seperti ini selain tidak melakukan penggalian yang benar terhadap Alkitab, juga ketidak sanggupannya hidup dalam kesederhanaan seperti Yesus.
Bagaimanapun pengajaran yang benar akan memindahkan hati ke kerajaan Surga. Fokusnya adalah kekekalan. Pikiran sudah tertaruh dalam kerajaan Bapa di Surga (Mat. 6:19-22). Bila fokusnya kepada kekekalan maka ia tidak akan berbangga dengan perkara-perkara lahiriah, Sementara itu banyak orang yang dianggap sebagai pengajar yang baik karena melewati jenjang pendidikan theologia, ternyata hanya mengolah Firman Tuhan sebagai salah satu bidang disiplin ilmu pengetahuan semata-mata.
Diantara mereka dengan arogansinya bersikap seolah-olah Tuhan dapat diformulasikan. Diantara mereka nampak keenggananya meninggalkan pola berpikir akademisi yang mereka peroleh bertahun-tahun di bangku sekolah tinggi theologia, sehingga mereka terkungkung di sana. Padahal kebenaran Firman Tuhan harus progresif dipahami dan terus bergerak untuk mencapai pemahaman terhadap apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Dalam hal ini bukan berarti tidak mungkin meninggalkan pola berpikir agamani, kita tetap bisa melakukannya kalau kita mengérti prinsip-prinsip inti Injil.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk kembali kepada kemurnian Injil atau kekristenan adalah tidak memandang kehidupan bangsa lsrael sebagai standar hidup orang percaya. Untuk itu kita harus memandang Perjanjian Lama dengan benar. Kita harus memperlakukan kitab Psrjanjian Lama sepantasnya atau pada proporsinya. Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama harus dipahami sesuai dengan konteksnya dan tidak menjadikannya sebagai kalimat sakti, seperti agama-agama tertentu di dunia ini memandang ayat-ayat kitab sucinya. Kegagalan seseorang tidak mengerti hal ini, maka ia akan terjerumus kepada pemahaman atau konsep-konsep theologia yang tidak Alkitabiah.Selama ini semua ide, pandangan atau theologia yang didasarkan pada satu atau dua ayat dalam Alkitab sudah diangap benar. Masalahnya bukan pada deret - deretan ayat yang disusun untuk menjadi landasan pandangan tetapi apakah pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut sudah benar. Apakah kita mempelajari konteks ayat tersebut Untuk menemukan pandangan theoiogia yang sesuai dengan injii yang murni, kita harus mendasarkan theologia kita pada karya keselamatan dalam Yesus Kristus.
Tuhan Yesus Kristus-lah landasan atau dasar dari semua pandangan kita. Setiap pandangan theologia haruss diverifikasi oleh karya keselamatan dalam Yesus Kristus atau pengajaran Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru. itulah sebabnya penginjilan tidak dimulai dari mempelajari Perjanjian Lama, tetapi berita keselamatan dalam Yesus Kristus dan prinsip - prinsip pengajaran-Nya. Selanjutnya untuk memperdalam kebenaran Tuhan, harus melihat Perjanjian Lama. Ketika seseorang mendalami Alkitab dari Penanjian Lama, maka imannya makin diteguhkan dan pengertiannya makin mendalam dan dewasa.
Masalah yang tejadi sekarang ini adalah ketika seseorang belum memahami prinsip-prinsip utama dalam Injii (apa yang diajarkan Tuhan Yesus) sudah mencoba melihat Perjanjian Lama dan memahaminya secara keliru. Sehingga mereka menjadikan kehidupan umat Perjanjian Lama sebagai standar. Akibatnya banyak orang Kristen terjebak dengan pola berpikir keberagamaan Yahudi. Banyak orang Kristen yang mengimitasi bangsa Yahudi atas dirinya. Mereka berpikir bahwa Tuhan akan memperlakukan mereka sama seperti memperlakukan umat Perjanjian Lama.
Kesalahan memahami Alkitab ini akan menjerumuskan seseorang kepada kehidupan Kristiani yang palsu. Karena mengalaskan cara berpikir mereka kepada Perjanjian Lama secara harafiah, maka mereka tidak menyadari hal itu. Mereka merasa tidak sesat, merasa sebagai umat pilihan yang disayang Tuhan, padahal mereka telah membuat standar hidup kekristenannya merosot. Pada akhirnya mereka tidak akan dapat menerima injil sepenuh. Seperti bangsa Israel karena pola pikimya yang salah maka mereka juga akan menolak prinsip-prinsip kebenaran Injii. Pada waktunya dari kelompok tergenapi nubuatan dimana mereka merasa tidak menoiak Yesus tetapi menoiak ajaran-Nya. Merekalah orang-orang yang mengumpulkan guru yang menyenangkan telinga mereka (2 Tim. 423). Untuk masuk kedalam kebenaran Injil yang murni seseorang harus berani keluar dari tradisi yang selama ini dianggap sejajar dengan kewibawaan Alkitab.
Mari kita seolah-olah duduk disekitar Tuhan Yesus dua ribu tahun yang lalu memperhatikan aiarannya, dimana pada waktu itu orang percaya atau pengikut Tuhan Yesus menerima ajaran Tuhan Yesus tapa liturgi, tanpa organisasi, tanpa jenjang strata dalam gereja dan tidak ada sinode. ingatTuhan Yesus tidak membuat strata. Semua adalah umat pilihan, imamat yang rajani (1 Ptr. 2:9). Barang kali ada orang berkata:'Sekarang kita membutuhkan semua itu. Benar, saya iuga setuju. Tetapi apakah hal-hal itu tersebut telah menggantikan tempat kebenaran injil. Kita tidak bermaksud membuang, tetapi kita perlu mengoreksi, apakah intervensi hal – hal itu sampai tingkat membahayakan iman Kristen dan kemurnian injil
Untuk masuk kedaiam kebenaran Injii yang murni seseorang harus berani keluar dari segala tradisi yang selama dianggap sejajar dengan kewibawaan Aikitab. Mari kita berpikir seolah olah kita ada pada masa gereja mula-mula. Mereka teraniaya hebat. Kekristenan tanpa gedung gereja, tanpa organisasi, tanpa kekayaan bahkan tanpa pimpinanny (karena para pemimpin gereja dibunuh). Mereka hidup tidak temormat seperti penjahat dimata para penguasa. Ternyata mereka justru lebih konsekuen mengenakan kebenaran yang diajarkan Tuhan Yesus.
Sekarang kita telah teralu jauh masuk dalam kehidupan wajar anak dunia sampai kita kehilangan arah dan kita tidak sanggup mengenakan kebenaran lnjil yang mumi yang diajarkan Tuhan Yesus.
Kebenaran lnjil yang mumi seperti barang museum yang indah untuk dilihat tetapi tidak “up to date' dikenakan bagi manusia modem. Banyak orang berpikir tidak mungkin mengenakan kebenaran Injil di zaman modem sekarang ini. Pengajaran Tuhan Yesus harus diterjemahkan lain, tidak seperti gereja mula-mula menterjemahkannya dalam kehidupan. Akhirnya kita tidak memiliki integritas anak-anak Tuhan yang benar. lni namanya kompromi dan konformisme.
Dalam Lukas 5: 39 Tuhan Yesus berkata “ Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata Anggur yang tua itu baik". Pemyataan ini sebenarnya suatu peringatan yang harus ditanggapi benar-benar serius. Anggur lama berbicara mengenai cara keberagamaan yang enak, nyaman dan tidak menyakitkan.
Ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai anggur dan kantong kulit tempat menyimpan anggur konteksnya mengenai cara beribadah dan syariat agama Yahudi. Cara keberagamaan seperti bangsa Yahudi adalah cara keberagamaan manusia pada umumnya. Mereka telah menikmati keberagamaan mereka seperti candu yang telah mengikat dengan kuatnya. itulah anggur lama yang enak. Dari pernyataan Tuhan Yesus tersebut, la hendak mengingatkan kepada kita betapa sulitnya mengubah gaya hidup keberagamaan dengan kebenaran lnjil Tuhan Yesus Kristus, Bagi kita ayat menganjurkan agar kita tidak menggantikan kekristenan dengan pola hidup keberagamaan. Mengapa? Tanpa disadari banyak orang yang telah menggantikan kekristenan dengan keberagamaan.
Oleh Karena tidak mengenal kebenaran lnjil, maka banyak orang mengenakan kekristenannya sebagai agama seperti orang-orang disekitanya beragama, Keberagamaan dari akar kata agama. Agama artinya kepercayaan kepada Tuhan, sifat-sifat serta kekuasaan-Nya dengan ajaran dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan. Apakah Kekristenan bukan agama? Tentu secara sosiologis masyarakat kekristenan adalah agama, tetapi kekristenan temyata memiliki sifat-sifat yang tidak sama dengan agama pada umumnya. Sifat-sifat agama pada umumnya adalah memiliki ritual atau tata cara ibadah yang baku, memiliki hukum-hukum yang legalistik dan sangat formal, peran tokoh agama sangat menentukan kualitas umat sebab tokoh-tokoh mereka dianggap sebagai wakil Tuhan satu-satunya.
Tanpa wakil tersebut umat tidak bisa berurusan secara normal dengan Allahnya. Tidaklah demikian dengan kekristenan, dalam kekristenan tidak ada ritual atau tata cara ibadah yang baku. Liturgi itu adalah sesuatu yang sangat relatif. Relatif artinya liturgi haruslah pengakuan atau kredo yang mewakili kehidupan umat setiap harinya. Jadi bagaimana kehidupan umat setiap hari, itulah Iiturginya Tuhan tidak menghendaki liturgi yang dikemas untuk menipu Tuhan, seperti upacara protokuler menyambut seorang pejabat.
Kalau bangsa israel memang masih kelas demikia, tetapi orang Kristen sudah tidak kelas itu. Didalarn kekristenan tidak ada rumusan hukum-hukum syariat yang rumit mengatur setiap langkah kehidupan umat, tetapi yang ada adalah hukum kasih. Hukum tidak dijabarkan secara detail dalam peraturan-peraturan tetapi kasih harus dlkenakan atau diterapkan dalam kehidupan secara konkrit. Dalam hal ini dibutuhkan Roh Kudus yang akan mengaktualkan hukum kasih dalam kehidupan setiap anak- anak Tuhan
Dalam hal ini yang dipelajari bukan hanya jangan begini, jangan begitu, tetapi mengapa begini dan mengapa begitu. Dalam kekristenan peran tokoh agama tidak boleh terlalu dominan, tokoh agama atau hamba Tuhan hanyalah alat untuk mengantar umat mengenal Tuhan. Selanjutnya setiap anak Tuhan harus belajar berkomunikasi dengan Tuhan tanpa perantara siapapun. Pada akhirnya setiap individu dapat mengenal dan dikenal oleh Tuhan dalam persekutuan yang harmonis.
Tuhan harus menjadi Tuhan pribadi bagi setiap insan, itu sama dengan setiap orang harus menjadi milik Tuhan secara pribadi. Keberagamaan tidak ada unsur kuat adanya proses pemuridan. Dalam agama tidak terdapat penekanan kepada hal-hal batinlah sebab proses pemuridan untuk membentuk sikap batin telah digantikan dengan llturgi dan syariat-syariat yang lebih menekankan kepada peraturan moral yang kurang menyentuh sikap batin.
Kenyataan hari ini, banyak orang Kristen merasa sebagai orang Kristen karena telah ke gereja dan memiliki kehidupan yang baik. Kebaikan yang dimiliki sebenarnya kebaikan moral umum yang dimata Tuhan nilainya rendah. Mereka belum. Mengenal hukum kasih yang Tuhan ajarkan. lnilah kehidupan seperti bangsa Yahudi yang sombong pada waktu Tuhan Yesus datang dengan tubuh fisik. Tuhan datang memperkenalkan kebenaran, tetapi mereka menolaknya. Mereka merasa sudah benar, sudah tahu, sudah rohani dan sudah memiliki agama yang baik. Dengan demikian maka tidak ada proses pertumbuhan kedewasaan rohani yang berani, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus. Bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, artinya kedewasaan nenuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Krlstus (Ef. 4113).
Tujuan hidup kekristenan pada akhirnya adalah mengenakan kehidupan Kristus. lni suatu penalaran yang sukar sekali, maka harus didahulukan (Mat 6233). Keberagamaan tidak akan mampu mengangkat atau menarik orang kepada kehidupan seperti yang diajarkan Tuhan Yesus, sebab tidak ada pertumbuhan yang normal. lni berarti keberagamaan tidak akan membuat seseorang meninggalkan dunia dan mengikut Yesus dengan benar. Bukti yang dapat dilihat, banyak orang Kristen yang merasa telah mejadi Kristen yang baik, padahal masih berkubang dalam dunia. Mereka belum termasuk orang yang telah dipanggil ke luar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib (l Ptr. 2:9).
Kalau keberagamaan justru meneghambat pertumbuhan, maka kita harus meneliti kembali hidup kekristenan kita.
6. MASIHKAH PERLU PERATURAN? Hukum-hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa lsrael adalah usaha untuk “menjinakkan" atau membuat bangsa itu beradab. Hanya orang yang belum beradab yang harus dibuat beradab oleh hukum. Di beberapa Negara Barat,banyak tempat tidak memuat tulisan ‘dilarang membuang sampah sembarangan”, karena masyarakatnya sudah mengerti bagaimana seharusnya membuang sampah. Di toilet-toilet juga tidak ada tulisan ‘dilarang berdiri dialas klosef’ atau ‘harap disiram”, karena mereka sudah tahu bagaimana menggunakan kloset secara benar. Masyarakat yang etika kehidupannya sudah baik mengerti bagaimana masuk ke rest room secara santun. Berbeda dengan masyarakat yang kesantunanya rendah mereka masih membutuhkan hukum atau peraturan yang lertulis. Hal ini bukan berani kita tidak membutuhkan hukum. Hukum harus diberikan selama seseorang belum akil balik atau belum dewasa. Hukum diadakan supaya mendidik mereka menjadi hidup sesuai dengan peraturan. Tetapi hukum bukanlah tujuan, hukum adalah sarana manusia agar menjadi tertib. Manusia bisa bersembunyi dibalik hukum dan peraturan yang tertulis untuk menghindari pemilikan Tuhan atas hidupnya. Hal ini mengakibatkan seseorang tidak bisa all out bagi Tuhan. Hukum bisa dimanipulasi, peraturan bisa direlatifkan, tetapi kehendak Tuhan adalah sesuatu yang mutlak.
Dalam lingkungan umat Israel pada waktu itu, hormati hari Sabat maksudnya supaya agar hari itu umat berbakti kepada Tuhan membangun hubungan yang intim, tetapi diolah sedemikian rupa dalam berbagai bentuk peraturan sampai menghilangkan essensinya. Misalnya hari sabat tidak boleh memetik bulir gandum, tidak boleh jalan lebih dari sekian kilometer dan Iain sebagainya. Peraturan ini tidaklah essensial, malah merusak maksud hukum sabat diberikan. Kehendak Tuhan itu mutlak dan batiniah sifatnya, tidak dapat dan tidak boleh digantl dengan berbagai peraturan dan ajaran yang akhirnya mengaburkan apa yang seharusnya dilakukan. Misalnya, Tuhan menghendaki segenap hidup,digantikan dengan persepuluhan, Tuhan menghendaki pelayanan segenap hidup digantikan dengan pelayanan di lingkungan gereja.
Tuhan menghendaki memberi nilai tinggi Tuhan, digantikan praise and worship dalam bentuk nyanyian dan pujian semata-mata. Tuhan menghendaki semua anak Tuhan jadi hamba Tuhan, tetapi digantikan oleh jabatan dalam gereja sehingga ada orang-orang yang menjadi hamba Tuhan dan yang tidak dikategorikan sebagai hamba Tuhan. Dalam hal ini orang percaya diajar untuk hidup dalam kebenaran secara batinlah bukan lahiriah.
7. PETA BERPIKIR orang memiliki peta berpikir. lni sama dengan paradigma atau pola berpikir atau sistim berpikir dari syaraf~syarafnya. Peta ini terbangun dari paling tidak tiga hal, pertama pengalaman hidup yaitu reaksi inderanya terhadap peristiwa- peristiwa kehidupan. Kedua, berbagai filosofi hidup yang diserapnya. Ketiga, gen yang dimiliki masing-masing individu dengan karakteristiknya yang khusus dan khas.
Siapa anda hari ini adalah akumulasi dari pengalaman masa lalu anda dengan Melihat hidup seseorang maka dapat melihat masa lalu atau perjlanan hidupnya dan gen yang diwariskan dari nenek moyang.
Kedatangan Tuhan Yesus hendak memperbaharui peta berpikir ini. Iniliah yang dimaksud dengan menebus kita dari cara hidup yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang (1Ptr. 1:18-19). Tentu untuk proses penebusan ini dibutuhkan keaktifan ke dua belah pihak. Tuhan melalui Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran dan kita memberi diri untuk diperbaharui dari hari kehari. inilah yang menjadi isi mandate Tuhan Yesus dalam (Matius 28:18-20). Dalam teks bahasa Yunani dalam ayat ini terdapat kata ‘iereo” yang bisa berarti to obsen/e (mempelajari; mengamati selain juga berani berpegang teguh), itulah sebabnya dalam versi King james Version teks ini diterjemahkan: ‘Teaching them to all things what so ever l have commanded you” (Ajariah mereka untuk mempeiajari, mengamah segala sesuatu yang aku perintahkan kepadamu). Kata “perintah’ dalam teks aslinya dari kata eniellomai yang juga bisa diartikan tuntutan atau inshuksi.
Dengan demikian, orang percaya harus mempeiajari atau mengamati dengan seksama semua yang diperintahkan, diinstruksikan atau dituntut oleh Tuhan. Jadi orang percaya bukan hanya melakukan perintah tanpa pengertian apa yang diperintahkan, diinstruksikan dan dituntut oleh Tuhan tetapi juga mengeni makna atau essensi dari perintah, instruksi atau tuntutan-Nya tersebut. Dengan kalimat lain, diajar berpikir cerdas untuk mengerti kehendak Tuhan. Di sini yang hendak diajarkan adalah
cara berpikir atau sistim berpikir. keinginan Tuhan Yesus memberi gen baru dalam kehidupan orang percaya, inilah 'kuasa' supaya dapat menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1;12-13). Roh Kudus yang dimeteraikan dalam diri orang percaya adalah gen baru (Ef. 1:13). Kalau orang percaya tidak aktif berjalan dalam pimpinan Roh melaui pembaharuan Firman setiap hari, semua ini menjadi sia-sia. Talenta yang diberikan sia-sia (Mat. 25:1¢30). Anugerah yang besar ini hendaknya tidak disia-siakan. Oleh sebab itu kalau seorang Kristen mengerti anugerah yang besar ini, tidak akan memfokuskan diri kepada perkara-perkara duniawi.
Perlu dipahami bahwa sistem itu merusak kebenaran. Tuhan Yesus berkata bahwa saatnya orang tidak menyembah Allah di Yerusalem atau di atas gunung gerizim, tetapi dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4124). Ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu dan sistem. Seumpama peta itu belum diubah, walaupun kegereja bertahun-tahun bahkan sekolah Alkitab menjadi pendeta, ia tidak mengerti kebenaran. inilah misteri dari kehidupan Kristen juga misteri iman dan kelahiran baru.
Bagaimana kita bisa mengatakan seseorang memiliki iman yang benaifl Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa seseorang sudah lahir baru (2 Kor. 1315). Di alam pikiran hamper semua orang beragama, termasuk orang-orang Kristen telah terpeta sebuah sistem, peta orang beragama. Peta yang dimiliki tersebut justru Iebih banyak pengaruh dari agama~agama sekitar, Kalau di Barat kekristenan berhadapan dengan filsafat, tetapi di Timur kekristenan berhadapan dengan agama- agama dan berbagai aliran kepercayaan yang mistis. Filsafat dunia dan berbagai agama tersebut membangun peta berpikir yang bertentangan dengan Alkitab.
Kemerdekaan bisa terjadi kalau seseorang tetap dalam Firman, menjadi murid dan mengerti kebenaran (Yoh, 8:31-32). Sistem agama yang terpeta dalam pikiran banyak orang Kristen menjadi halangan kebenaran diajarkan. Untuk ini kita harus memiliki peta baru yang dikehendaki oleh Tuhan. Untuk memiliki peta baru tersebut seseorang harus mengalami kelahiran baru dari pertobatan terus menerus Pertohatan dari salah konsep berpikir, oleh karenannya setiap orang percaya harus mengalami pembaharuan pikiran. Dengan peta baru tersebut seseorang akan dapat menyerap apa yang Tuhan Yesus ajarkan, tetapi kalau belum diubah petanya maka tidak akan mengerti bahasa Tuhan (Yoh. 8 : 32). Seperti contohnya Nikodemus tidak bisa mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus sebab ia telah memiliki sistem dalam pola berpikir beragamanya (Yoh 3). Hari ini pada umumnya orang masih memisahkan antara ibadah kepada Tuhan dan kehidupan setiap hari. Mereka beranggapan bahwa ibadah kepada Tuhan adalah bagian dan hidup ini. Itulah sebabnya mereka membedakan antara kegiatan yang bersangkut paut dengan Tuhan sepeni berdoa, menyanyi lagu rohani, ke gereja dengan kegiatan yang tidak bersangkut paut dengan Tuhan seperti bekerja di kantor, rekreasi dengan keluarga, olah raga, makan, minum dll. Pemisahaa atau pembedaan ini biasa disebut juga antara yang rohani dan duniawi, Bila kita masih memiliki anggapan atau sikap bemikir seperti ini, berarti kita belum mengerti kebenaran.
Kita tidak boleh lupa bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan. Bukan oleh iblis. Dunia ini tidak najis atau berdosa. Sebab yang berdosa adalah manusia dan yang disebut najis adalah segala perbuata dan produknya yang bertentangan dengan prinsip kebenaran Tuhan. Hendaknya kita tidak sesat seperti aliran agama-agama tertentu yang memandang dunia ini jahat, harus dijauhi. Karenanya orang yang mau hidup suci menjauhi dunia dengan segala kegiatannya. Termasuk tidak menikah (Catatan: menikah itu kudus sebab Tuhan yang menciptakan seks. Bila ada orang/hamba Tuhan yang tidak menikah, itu bukan karena menikah itu najis lalu kita menganggap mereka Iebih suci tetapi karena demi kepentingan kerajaan sorga ia tidak menikah).
Dalam Kejadian 1:28~29, Tuhan berfirman agar kita mengelola dunia ini. Perintah untuk mengelola dunia ini sebagai penyelenggaraan kehidupan di bumi ini merupakan perintah kudus yang rohani yang tidak boleh kita identinkasi sebagai duniawi. ltulah sebabnya kita tidak boleh membedakan profesi duniawi dan rohani diukur dan jenis perkerjaannya semata-mata. Karenanya pula kita tidak boleh merasa kurang kudus hanya karena kita memiliki profesi bukan pendeta atau tidak memiliki
kegiatan di gereja. Dalam Roma 12:1-2 Paulus menjelaskan arti ibadah yaitu mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus dan yang berkenan. ini artinya membudidayakan tubuh untuk kepentingan kehidupan sesuai dengan maksud Tuhan dan tidak menggunakan tubuh dalam bentuk perbuatan yang melanggar Firman Tuhan. Untuk itu inilah merupakan kewajiban agar anak-anak Tuhan meningkatkan kwalitas kemampuan kerja dalam membudidayakan semua potensi yang ada di dalam dirinya dan belajar kebenaran Alkitab untuk mengeni bagaimana menggunakan tubuh sesuai dengan Finnan Tuhan. Seorang aktivis gereja jangan merasa lebih kudus hanya karena memiliki tugas dalam gereja sebagai penerima tamu, mengedarkan kantong persembahan, sebagai majelis dll. Hidup seseorang rohani atau tidak, bukan ditentukan oleh aktivitiasnya didalam gereja. Tetapi motivasi kehidupan orang itu. Yang penting disini adalah bahwa seseorang harus mengerti kebenaran Firman Tuhan sehingga sampai kepada motivasi hidup yang benar yaitu hidup bagi Tuhan (Filipi 1:21). Orang tidak akan memiliki motivasi hidup bagi Tuhan ini kalau ia tidak bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dari kebenaran FirmanNya yang ditulis dalam Alkitab.
Sekailipun ia seorang pejabat gereja kalau tidak bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan ia belum mampu hidup bagi Tuhan. Pelayanannya adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ambisinya. Jadi disini seorang dikatagorikan rohani atau tidak sangat ditentukan oleh moitivasi kehidupan. Dalam hal ini jemaat harus peka terhadap Tuhan. Agar jemaat hidup untuk Tuhan bukan untuk kehidupan pendeta dengan segala ambisinya yang bertendensi untuk kepentingan diri sendiri. Jadi memberi uang untuk pendeta atau gereja belum tentu efektif bagi Tuhan, sebab tergantung gereja atau pendeta tersebut Dalam hal ini yang penting manusia disekitar kita dirubah Tuhan melalui hidup kita.
Ibadah yangbenar adalah meiawai yarim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. (Yak 1227). Ingat anda tidak efektif merawat mereka kalau saudara tidak memiliki fasilitas.Menjadi kesalahan fatal yang harus diluruskan yaitu konsep berbakti yang selama ini dimengerti oleh orang Kristen pada umumnya. Pada umunya yang namanya berbakti kepada Tuhan selalu dikaitkan dengan kegiatan agama didalam lingkungan gereja, seperti pertemuan bersama seperti saat ini. Kata berbakti dliam Alkiiab bahasa indoneisa dapat ditemukan dalam : Ul 13:4; Yes 22:5; Mat 4:10; Luk 428. Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan kata : Abad yang diterjemahkan “to work; serve; labor'): bekerja, melayani. Kata ini memiliki padanan dengan kata: latreuo 1 minister, to serve.
Kata ini juga dapat kita temukan dalam Roma 12 : 11. Dalam hal ini harus dimengerti bahwa yang dimaksud berbakti bukan hanya menyangkut kegiatan lingkungan gereja. Tetapi meilputi seluruh gerak hidup kita. Perintah pertama Allah agar manuia berbakti kepada Tuhan dapat ditemukan dalam Kejadian 1: 28; 2:15. Pengelola bumi atau menyelenggarakan kehidupan untuk manusia itu sendiri dan lingkungannya adalah sebuah kebaktian. Selanjutnya perintah Tuhan kepada Nuh untuk membuat bahtera juga mempakan perintah untuk berbakti (Kej 6114). Dan hai ini kita dapat menemukan kebenaran bahwa melakukan kehendak Tuhan dalam melaksanakan maksud Tuhan menciptakan manusia yaitu untu k bakerja bagi maksud Tuhan adalah ibadah. Maksud Tuhan ialah agar manusia dapat mengelola bumi ini bagi kehidupannya dan lingkungannya. Jadi bekerja adalah sebuah kebaktian atau ibadah.
Kata ini dapat ditemukan dalam perjanjian Baru dalam Matius 4:10 dan Lukas 4:8 berkaitan dengan pencobaan yang dialamiTuhan Yesus untuk menyembah iblis. PenolakanNya Tuhan Yesus menggunakan kalimat ini sebagai landasannya. Dari peristiwa ini kita dapat menemukan kebenaran: Bahwa berbakti kepada Tuhan adalah sikap yang tidak menghamba kepada dunia. Segala sesuatu yang kita kerjakan dalam hidup ini sebagai pedagang, pengusaha, karyawan, ibu rumah tangga dll bukan sikap penyembahan kepada dunia tetapi sebagai bakti kita kepada Tuhan. Oleh sebab itu yang harus kita pahami bahwa Rumah ibadah kita bukan hanya gereja tetapi, rumah kita, toko, kantor, warung dll dimana kita mencari nafkah dan bekerja adalah rumah ibadah kita.
Oleh sebab itu kita tidak berhenti berbakti walau kita keluar dari ruangan gereja kita. Jam berbakti kita bukan hanya 2 jam dalam gereja tetapi 24 jam waktu kita adalah jam kebaktian kita yang terus menerus berlangsung tiada henti. Disini kita dapat menikmati hidup kepada Tuhan sepanjang waktu kita. Orang yang berbakti kepada Tuhan selama hidup dalam dunia lni orang yang akan diperkenan berbakti kepada Tuhan selama-lamanya. Sangatlah indah kalau dalam hidup ini kita memfokuskan perhatian kita kepada Tuhan yang menjadi tujuan hidup kita. Tujuan ibadah dan kebaktian kita.
Yang menjadi masalah terbesar dalam hidup kita sekarang ini adalah adalah menterjemahkan iman dalam kehidupan. Bukan dalam pengakuan atau ritual. Itulah yang dilakukan dalam agama-agama pada umumnya. Seluruh gerak hidup kita adalah kebaktian dan penyembahan kepada Tuhan. Didalam hidup kita ada irama memuji dan menyambah Tuhan. Dalam Roma 12:1-2 sebenamya sudah jelas bagaimana seharusnya kita menterjemahkan iman kita. Banyak orang ibadahnya masih dalam wujud ritual atau upacara. Upacara kita adalah seluruh hidup ini. Lni berarti seluruh hidup kita telah dimiliki Tuhan, Pengakuan inl ditandai dengan kesediaannya tidak mencari penghormatan apapun dari dunia ini. Segala sesuatu dari Dia oleh Dia dan bagi Dia (Roma 11:36). Kalau hidup kita dimiliki Tuhan maka tidak ada pujian dan sanjungan yang kita layak terima.
Semuanya harus dikembalikan kepada Tuhan. Hal ini adalah sikap hati. Yang penting bagaimana hati kita memberi penghormatan kepada Tuhan. Selanjutnya, seluruh gerak kita adalah pengabdian kepada Tuhan. Terdapat kesediaan menggunakan hidup ini untuk melayani Tuhan. Untuk kesenangan hatiNya. inilah yang dikatakan Paulus bahwa apapun yang kita lakukan kita memulikaanTuhan. (1Kor 10:31). lnilah sebenarnya irama yang benar, seluruh hidup kita adalah irama menyemhah Tuhan. (Luk 418) Tuhan mengecam adanya kesalehan yang palsu dalam kehidupan umat Tuhan (Yes 58:1-12) Kebenaran Firman ini merupakan tamparan keras bagi banyak orang beragama yang nampak saleh beragama baik, temyata kesalehannya palsu Segala yang palsu tidak akan diterima Allah. Segala sesuatu yang palsu bukan berasal dari
Allah tatapi dari iblis (Yoh 8:44). Kiranya kita beroleh hati nurani yang bersih dan kejujuran untuk melihat keadaan diri kita dengan benar. Apakah kesalehan yang kita miliki kesalehan yang sejati atau kesalehan yang palsu. Dari Yes 52:1-12 dikemukakan bahwa yang pentlng dalam pengiring kepada Allah sebagai umatNya adalah mengaplikasikan atau menerapkan Kehendak Tuhan dalam kehidupan setiap hari secara kongkrit Penerapan kebenaran Allah itu berdampak bagi manusia disekitar kita. iman adalah sesuatu yang riil dan kongkrit.
Bukan abstrak. Seorang yang beriman adalah seorang yang secara kongkrit mendemonstrasikan iman itu secara nyata. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Yakubus berkata: percuma kamu mengaku beriman tetapi temyata imanmu tidak dinyatakan secara kongkrit dalam kehidupan (Yakub 2:14-26). Seperti tubuh tanpa roh. Demikianlah iman tanpa perbuatan. inilah bahaya kehidupan orang beragama dewasa ini termasuk orang-orang Kristen. Rajin kegereja, melakukan ibadah-ibadah agamawi (kebaktian, puasa. Berdoa dan lain sebagainya ), tetapi ternyata dalam hidup setiap hari tidak memanifestasikan imannya. iman harus didemonstrasikan. Bangsa israel memiliki kesalehan yang palsu pada jaman Yesaya ini. ibadah kepada Tuhan adalah sikap hati artinya seorang yang beribadah kepada Tuhan tidaklah diukur dari ritual atau tatacara upacara agamanya tetapi seluruh tidakan dan perbuatan dalam hidupnya. Tuhan Yesus sama sekali tidak mengajarkan kalau beribadah kepada Tuhan haruss melipat tangan, atau mengangkat tangan, harus menghadap kearah Timur atau Barat Menyanyi dengan lagu irama cepat atau lambat, bahasa indonesia atau bahasa lbrani. Dalam seluruh pengajaran yang Tuhan ajarkan selama 3,5 tahun, ia menekankan sikap hati yang tentu terekspresi dalam tindakan yang mulia dan agung seperti diriNya.
8. TlDAK PERLU PERANTARA
Keraguan terhadap kasih Tuhan sering diakibatkan dan ditunjukkan oleh
kebutuhan perantara manusia untuk menjangkau Tuhan. Budaya ini merupakan budaya agama-agama pada umumnya (juga agama Yahudi) dan praklek perdukunan. Hal ini tidak boleh dikembangkan dalam kehidupan orang percaya, Pelayanan gereja harus menghindarkan dan membasmi sama sekali budaya seperti ini dalam kehidupan jemaat yang dilayaninya. Bukan melestarikannya dan memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadi atau lembaga organisasi. Memang ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi membutuhkan perjuangan kerja keras yang tidak pernah berhenti. Kalau usaha ini telah dilakukan maka akan pasti nampak hasilnya, yaitu dilahirkannya orang-orang Kristen yang bisa berjalan dengan Tuhan, mandiri tanpa membutuhkan manusia lain sebagai perantaranya. .
Di indonesia praktek seperti ini sangat subur, dan banyak orang Kristen di Indonesia sudah terbiasa dengan pola berpikir yang salah ini, terutama mereka yang dahulu berasal dari agama non Kristen. Pola berpikir yang salah ini sudah mengakar begitu kuatnya sehingga tidak mudah dilepaskan atau dihilangkan. Gejala gejala dari pola berpikir yang salah ini nampak dalam sikap berlebihan jemaat atau orang awam menghargai seorang hamba Tuhan. Kadang-kadang seorang hamba Tuhan atau pendeta dianggap ‘setengah dewa atau malaikat. Penghargaan yang berlebihan dapat membangun ‘kultus individu'. Pengkultusan terhadap seorang hamba Tuhan atau seorang pendeta akan melukai Tuhan. Hal pengkultusan terhadap seorang tokoh yang dapat menjadi pengantara antara umat dan Allah yang diyakini atau dewa yang disembah merupakan hal yang biasa terdapat dalam agama-agama dan praktek perdukunan.
Seharusnya penghargaan kepada hamba-hamba Tuhan secara proporsional saja. Yang harus dikembangkan adalah kebiasaan menjangkau Tuhan tanpa perantara manusia, setiap individu harus belajar menemukan Tuhan. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa satu-satunya yang diutus untuk menjangkau manusia sehingga manusia bisa mengenal Bapa dan bersekutu dengan Bapa adalah Tuhan Yesus kristus sendiri (Yoh 1713). Perantara satu-satunya antara Allah dan manusia adalah Tuhan Yesus sendiri (lbr 7125; 8:6; 9115; 12:24). Memang, untuk orang-orang Kristen baru, perlu mentor atau pembimbing
yang menuntun mereka kepada Tuhan guna mengenal dan dapat bersekutu dengan Tuhan, tetapi selanjutnya setiap individu harus mampu bergaul dengan Tuhan tanpa mentor dan pembinanya lagi. Walau tentu pembinaan itu harus berlangsung terus sampai kepada kedewasaan, tetapi seseorang tidak bergantung mutlak terus menerus kepada mentor atau pembinanya tersebut.
Orang Israel memiliki kitab yang menjadi panduan hidup mereka. Kitab itu adalah Alkitab Perjanjian Lama. Mereka mempunyai standar hidup, pola pikir dan pola tindak yang dipandu oleh kitab suci itu. .jika mereka sungguh-sungguh menuruti Kitab
Perjanjian Lama tersebut, mereka akan memiliki hidup yang berkualitas (Mark 10:17- 19). Peljanjian Lama itu memang berkualitas, tetapi kita sebagai orang percaya jangan berhenti di Perjanjian Lama, sebab ada yang disempurnakan, yaitu hukum kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kita harus masuk ke dalam kehidupan umat Perjanjian Baru dengan pola pikir, pola tindak dan kontrol umat Perjanjian Baru yang kebenarannya ditulis dalam Perjanjlan Baru. lni bukan berarti kita tidak lagi membutuhkan Perjanjian Lama. Tanpa terlebih dahulu memahami Perjanjian Lama, tidak mungkin kita dapat memahami Perjanjian Baru secara lengkap. Perjanjian Lama adalah penjelasan untuk menuju inti rencana keselamatan Allah.
Jika demikian apa yang dimaksud dengan Alkitabiah? Alkitabiah adalahpengajaran yang tidak bertentangan dengan inti rencana keselamatan dalam Yesus Kristus_ Sejumlah pengajaran gereja harus bertolak pada inti rencana keselamatan dalam Yesus Kristus. Dalam hal lni seseorang harus memahami inti pengajaran lnjil, bukan inti pengajaran Perjanjian lama. Oleh sebab itu penginjilan berangkat dari berita Yesus Kristus sebagai Juru Selamat Bila sudah percaya Yesus maka orang tersebut dibimbing untuk mendalami rahasia Allah, untuk itu Perjanjian Lama harus dibedah dan digali kebenarannya demi menemukan rahasia Allah yang benar. Hendaknya kita tidak menjadikan ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai sentral dari kehidupan 'kita sebagai umat Perjanjian Baru. Akhir-akhir lni banyak pengajaran gereja yang diambil atau didasarkan pada Perjanjlan Lama tanpa melandaskan pada ajaran injil Tuhan Yesus. Mereka mengutip ayat-ayat Perjanjian lama tanpa memahami konteksnya. Tanpa disadari mereka menggunakan standard hidup umatPerjanjian lama dalam kehidupan umat Perjanjian baru. Penyesatan lni paling banyak dalam gereja Tuhan hari-han ini.Harus diingat bahwa banyak ajaran~ajaran sesat yang mengklaim bahwa ajarannya berdasarkan dari Alkitab. Mengapa demikian? Karena Alkitab dapat menjadi kitab multi tafsir.
Dengan Alkitab kita dapat menyalahkan sesualu perbuatan dan bisa juga membenarkan suatu perbuatan. Hal itu tergantung dari kecakapan seseorang,kecerdasan, dan kejujuran dalam memandang dan menafsirkan Alkitab. Harus ditekankan bahwa bukan berarti Perjanjian Lama menjadi tidak penting, hanya saja jangan sampai menggunakan ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai pelabuhan hidup. Banyak orang yang berkhotbah berdasarkan ayat-ayat di Alkitab,namun temyata tidak Alkitabiah. Berhati-hatilah Selama ini tidak hampir tidak pernah dipersoalkan mengenai Firman Tuhan menurut atau bagi orang Israel dan Firman Tuhan menurut atau bagi orang percaya Perjanjian Baru. Selama ini banyak orang berpikir Firman Tuhan menurut dan bagi orang Israel dan orang percaya itu sama. Sama-sama Firman dari Tuhan semesta alam yang menciptakan langit dan bumi dan ditujukan kepada umat pilihan Allah.
Memang sumbernya sama, tetapi isinya berbeda. Bagi bangsa Israel yang dipahami sebagai Firman Tuhan adalah peraturan-praturan (torat) yang mengatur kehidupan sipil mereka, undang-undang ibadah yang mengatur cara mereka beribadah dan Dekalog (sepuluh perintah Tuhan) dan kehendak Allah yang dinyatakan melalui para nabi-nahi-Nya. Bagi percaya Firman Tuhan seluruh ajaran Tuhan Yesus, kehidupan Tuhan Yesus sendiri, tulisan rasul-rasul yang berpusat pada ajaran Tuhan Yesus, ekstraksi dan abstraksi dari kitab Perjanjian Lama dan pimpinan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya
Ekstraksi artinya mengambil intisarinya. Abstraksi artinya membuat ringkasan atau ikhtisamya. Ekstraksi dan abstraksi dari kitab Peranjian Lama artinya hikmah yang diperoleh dan berbagai peristiwa yang tejadi dalam Perjanjian Lama. Ekstraksi dan abstraksi ini adalah sebagai usaha untuk menghindarkan praktek memungut ayat Alkitab secara harafiah dalam Perjanjian Lama kemudian dikenakan dalam kehidupan orang percaya atau umat Perjanjian Baru. Praktek ini sedang merebak dalam kehidupan gereja Tuhan di Indonesia. Praktek ini dianggap sah dan halal, padahal merupakan penyimpangan terhadap kebenaran yang harus berpusat pada Injil
Tuhan Yesus Kristus, Harus diingat bahwa iman dari pendengaran, pendengaran oleh Firman Kritus (Ro 10:17). Kesalahan yang bisa dikategorikan fatal adalah theologia umat Perjanjian Lama dipaksakan untuk dikenakan bagi umat Perianjian Baru. Dengan demikian theologia yang salah tersebut menjadi menyesatkan orang percaya. Dari kotbah dan tulisan beberapa orang di lingkungan Kristen, terdapat kesan yang sangat kuat dimana orang-orang Kristen bisa memposisikan diri sebagai bangsa Israel, umat perjanjian Lama, Pemahaman mengenai Tuhan bagi umat Perjanjian Lama mestinya tidak seluruhnya bisa dikenakan bagi umat Perianjian baru. Pemahaman mengenai orang tua bagi anak-anak umur tiga tahun tidak bisa dikenakan seluruhnya bagi anak umur tiga puluh tahun. Kalau orang percaya, khususnya pengajar Firman Tuhan tidak memahami hal ini, maka akan terjadi atheologi dalam kehidupan umat Perjanjian baru. Atheologia dalam umat Perjianjian Baru artinya theologia benar yang seharusnya dikenakan bagi umat Perjaniian Baru
tidak dikenal dan tidak diajarkan. Perbedaan antara umat Perjaniian Lama dan umat Penjanjian baru juga didasarkan pada tuntutan yang dikenakan kepada dua kelompok tersebut berbeda. Lagi pula kapasitas yang dimiliki kedua umat tersebut berbeda. Umat Perjanjian Baru menerima Roh Kudus sebagai pendamping (parakletos), sedangkan umat Perjanjian Lama tidak. Umat Perjanjian Lama dituntut untuk mentaati torat dan hidup dalam ibadah kepada Yahwe dengan setia berdasarkan ajaran Musa. Tetapi umat Perjanjian Baru dituntut untuk sempurna, mengenakan pikiran dan perasaan Kristus.
Dalam Perjanjian Lama kita dapati tokoh iman yang dianggap luar biasa dan memiliki keunggulan-keunggukan temyata memiliki gaya hidup yang tidak sesuai dengan stadar umat Perjanjian Baru. Kalau Daud hidup pada jaman sekarang apakah bisa diterima dengan lima istri yang dimilikinya, Abraham dengan gundik-gundiknya dan banyak lagi ketidaksempurnaan yang dimiliiki tokoh-tokoh hebat Perjanjian Lama. Memang mereka tidak dituntut untuk sempuma. Jadi kita bisa memahami kalau mereka memiliki standar moral yang berbeda. Apakah berani mereka tidak bisa menjadi panutan kita? Tentu tetap bisa. Dari setiap tokoh-tokoh iman ini kita
menemukan keistimewaan yang harus diteladani. Daud dengan hatinya yang mengasihi Tuhan, Abraham dengan imannya dan banyak keteladanan lain dari tokoh~ tokoh Penanjian Lama yang mengaggumkan. Berbeda dengan umat Perjanjian Baru, mereka di rancang untuk sempuma, maka tuntuntunan mereka pun juga sangat tinggi. Tuhan Yesus bernataz” Kamu harus sempurna.. (Mat 5248). Kata 'harus’ disini jelas menunjukkan kewajiban mutlak yang harus dipenuhi. Hal ini tidak ditemukan dalam kehidupan umat Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama kita temukan tindakan-tindakan atau perbuatan baik yang cukup luar biasa yang dilakukan tokoh-lokohnya, tetapi kualitas tindakan itu sebenarnya juga dapat dilakukan oleh orang-orang di luar bangsa Israel atau oleh orang-orang non Kristen hari ini.
Dalam hal ini hendaknya kita tidak berpikir picik, seakan-akan hanya umat pilihan yang bisa berbuat baik. Harus diingat bahwa Tuhan juga menulis torat-Nya dalam hati semua orang (Ro 2:12-15). Bagi orang percaya, mereka dituntut untuk menjadi seperti Allah sendiri, Disini rancangan segambar dengan Allah dan terus bertumbuh dalam keserupaan seperti Bapa diselenggarakan lagi. Orang percaya adalah manusia yang memiliki hak istimewa untuk meniadi anak- anak Allah (Yoh 1:12-13). Hal istimewa tersebut dikenal dengan tanggung jawab yang sangat besar. ltulah sebabnya orang percaya yang sungguh-sungguh tidak boleh menjadikan kekristenannya sekedar bagian dari hidupnya, tetapi seluruh kehidupan-Nya.
Fokus umat Perlanjian Lama adalah kehidupan di bumi ini, khususnya di tanah Kanaan, tetapi umat Perjanjian baru adalah langit baru dan bumi yang baru. Disini platform bagi umat perjanjian Lama dan umat Perjanjian Baru sangat berbeda. Dengan demikian mau tidak mau theologia umat Perjanjian Lama tidak sama persis dengan theologia umat Perjanjian Baru. Bila diilustrasikan, pemahaman mengenai orang tua dari anak umur lima tahun berbeda sekali dengan pemahaman anak umur tiga puluh tahun, walaupun orang tuanya sama. Bangsa Israel tidak bisa
mendengar Firman Tuhan yang mengatakan : Kumpulkan harta di Sorga, sebab menurut merek ayang namanya harta adalah tanah kenaan dan semua kelengkapan pemenuhan kebutuhan jasmani. Yang mereka pahami adalah bagaimana menduduki tanah Kanaan dan mengalami kemakmuran sejcara jasmani.
Mereka tidak pemah tahu ada langit baru bumi baru sebagai tujuan hidup mereka. Pola hidup seperti ini tidak bisa dikenakan dalam kehidupan orange percaya. Ada salahsatu kelemahan yang sering tidak kita sadari. Kelemahan yang bisa dianggap sebagai kesalahan yang sangat membahayakan bagi hidup kita. Akibat dari kesalahan ini besar sekali arti negatifnya bagi hidup kita. Kesalahan ini berjangkit atas banyak manusia di dunia ini bahkan sebagian besar orang Kristen. Malangnya banyak orang Kristen tidak manyadari kesalahan yang bisa berakibat sangat fatal ini. Kesalahan itu dapat dikalimatkan sebagai: Tidak memiliki fokus hidup yang benar, Kala lain yang searti dengan itu adalah “disorientasi' (disoriented). Tidak focus hidup ini dapat membuat hidup seseorang sesat, sebab ia kehilangan arah atau tidak memiliki tujuan perjalanan kehidupan ini. Semua ini disebabkan salah pengertian terhadap focus hidup yang seharusnya dimiliki umat Perjanjian baru. Rasul Paulus dalam suratnya berktaa:' Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul (1Kor 9126).
Bagai seorang atlit yang sedang turun di medan pertandingan ia tahu persis dimana garis finishnya, ia tahu kemana seharusnya ia melangkah. ia harus berlari, perhatikan harus berlari, bukan berjalan. Banyak orang Kristen merasa sedang Berjalan di jalan yang benar, karena mereka mengutip ayat-ayat Alkitab perjanjian Lama dan memposisikan diri seperti bangsa Israel. Mereka berpikir bahwa mereka sedang berdiri diatas kebenaran firman Tuhan, tetapi itu kebenaran Firman Tuhan untuk bangsa Israel, bukan untuk orang percaya. Mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah umat pilihan Perjanjian baru yang memiliki kapasitas yang berfaedah dengan umat Perjanjian Lama.