Academia.eduAcademia.edu

"PSIKOLOGI SALAT"

2023, Yayasan Cendekia Pendidikan Muslim

Era revolusi industri 4.0 dengan kiprah globalisasi membuat manusia semakin cenderung memperhatikan hal- hal yang jauh dari dirinya. Selain itu, meningkatnya problematika sosial dalam kehidupan secara otomatis memunculkan gerakan sosial yang disebut oleh pakar era revolusi sosial 5.0. Padahal era revolusi industri 4.0 sedang berjalan (running). Dampaknya adalah tingginya tingkat stres dan depresi yang dianggap sebagai penyakit zaman ini. Oleh karena itu, penting bagi manusia modern memiliki kualitas spritual yang tinggi, agar dehumanisasi tidak terjadi seiring melajunya sains dan teknologi. Sains dan teknologi mesti dikendalikan, demikian pula dehumanisasi revolusi sosial 5.0 perlu disikapi dengan serius. Hanya jiwa-jiwa yang telah mencapai tingkat elit spritual lah yang mampu memberi solusi atas masalah ini. Ada orang yang sangat jeli ketika memahami Al Qur'an, sehingga menemukan apa yang disebut dengan salat khusyuk yang sebenarnya. Bagi orang yang dimaksudkan ini, salat tidak hanya ritual verbalis saja seperti yang selama ini dipahami. Tetapi, hatinya hadir kehadapan Tuhannya. Bahkan salat bukan sekedar bahan diskusi yang bersifat fisik, yaitu terkait membaca ushalli di setiap mengawali, membaca doa qunut, cara meletakkan kedua tangan, menggerakkan telunjuk jari ketika membaca tasyahud, dan semacamnya. Diskusi tentang hal ini penting. Akan tetapi, bagi orang yang memahami salat yang sebenarnya salat, ada lagi hal yang teramat fondamental, yaitu terkait hakekat salat itu sendiri, yaitu bagaimana salat bisa mengubah perilaku seseorang. Hal itu sama dengan tujuan ibadah puasa, yaitu untuk meraih derajat taqwa tetapi dinyatakan di dalam hadits. Ada sebagian orang berpuasa tidak memperoleh dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Begitu pun salat, banyak orang melaksanakan salat tetapi tidak memperoleh manfaat dari salatnya kecuali sekedar menggugurkan kewajibannya. Buku berjudul “Psikologi Salat” Mengelola Stres Di Era Pendidikan Abad 21 (Perspektif Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi)” hadir tepat di tengah kegalauan manusia, terutama para akademisi yang sedang bingung mencari solusi atas perilaku manusia modern. Melalui buku ini, penulisnya mengajak pembaca untuk memikirkan hakikat diri sebagai hamba Tuhan yang mempunyai relasi transenden secara spritual. Relasi trasenden tersebut dilakukan melalui ibadah salat yang khusyuk. Hasilnya adalah sebuah kecerdasan ruhani yang berisi nilai-nilai holistik untuk merubah perilaku dan cara pandang kita terhadap diri sendiri. Kecerdasan ruhani tersebut diistilahkan dengan kecerdasan ruhiologi atau Ruhiologi Quotient (RQ).

“PSIKOLOGI SALAT” MENGELOLA STRES PENDIDIKAN ABAD 21 (Perspektif Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). “Psikologi Salat” Mengelola Stres Pendidikan Abad 21 (Perspektif Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi) Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D. Dr. Aletmi, S.IQ., MA. “PSIKOLOGI SALAT” MENGELOLA STRES PENDIDIKAN ABAD 21 (Perspektif Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi) Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D., dan Dr. Aletmi, S.IQ., MA. Editor: Yelmi Permata Sari Desainer Kover: Widiyana Sumber Gambar Kover: www.pngwing.com dan www.freepik.com Penata Letak: Yelmi Permata Sari Proofreader : Tim YPCM Ukuran: x, 141 hlm., 15,5 × 23 cm ISBN: 978-623-8064-61-8 Cetakan Pertama: Januari 2023 Hak Cipta 2023, pada Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D., dan Dr. Aletmi, S.IQ., MA. Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Anggota IKAPI: 027/Aggota Luar Biasa/SBA/21 YAYASAN PENDIDIKAN CENDEKIA MUSLIM Perumahan Gardena Maisa 2, Blok C.12, Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat – Indonesia 27361 HP/WA: 0853-6336-7395 Website: www.cendekiamuslim.com E-mail: [email protected] Marketplace: store.cendekiamuslim.or.id DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ___ vii BAGIAN I PENDAHULUAN ___ 1 A. Kemajuan Abad 21___ 2 B. Stres Penyakit Era Revolusi 4.0 dan Era Society 5.0 ___ 6 C. Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi Solusi Mengeloal Stres___ 11 BAGIAN II PSIKOLOGI SALAT MENGATASI STRES ___ 19 A. Konsep Psikologi ___ 20 B. Relasi antara Psikologi dan Agama ___ 24 C. Dampak Psikologis Ibdah Salat Mengatasi Stres ___ 28 BAGIAN III IBADAH SALAT KAWAH CANDRADIMUKA PENDIDIKAN RUHANI ___ 43 A. Salat dalam Perspektif Fiqih (Syari’at) ___ 44 B. Salat Paradigma Spritualiatas Tasawuf (Hakikat) ___ 55 C. Ibadah Salat Relasi antara Manusia dengan Tuhan ___ 59 D. Ibadah Shalat Dimensi Ruhani yang Transedental ___ 64 E. Salat mengahasilkan Insan Kamil (Manusia pari Purna) ___ 73 BAGIAN IV PSIKOLOGI SALAT PERSPEKTIF KECERDASAN RUHIOLOGI ___ 77 A. Kecerdasan Ruhiologi Berbasis Psikologi Salat ___ 79 v B. Posisi Kecerdasan Ruhiologi diantara Kecerdasan Lainnya ___ 84 C. Kecerdasan Ruhiologi (RQ) di Era Revolusi 4.0 & Era Society 5.0 ___ 92 BAGIAN V PENDIDIKAN RUHANI DALAM PENCAPAIN TUJUAN PENDIDIKAN YANG HAKIKI ___ 97 A. Paradigma Kecerdasan yang Diterapkan dalam Pendidikan ___ 98 B. Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi menuju Pencapaian Tujuan Pendidikan yang Hakiki ___ 108 C. Dimensi Kecerdasan Ruhiologi dalam Penerapan Pendidikan ___ 114 BAB VI PENUTUP ___ 119 A. Kesimpulan ___ 120 B. Saran ___ 123 DAFTAR PUSTAKA ___ 125 PROFIL PENULIS ___ 139 vi | Psikologi Salat Khusyuk .... KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.... Era revolusi industri 4.0 dengan kiprah globalisasi membuat manusia semakin cenderung memperhatikan halhal yang jauh dari dirinya. Selain itu, meningkatnya problematika sosial dalam kehidupan secara otomatis memunculkan gerakan sosial yang disebut oleh pakar era revolusi sosial 5.0. Padahal era revolusi industri 4.0 sedang berjalan (running). Dampaknya adalah tingginya tingkat stres dan depresi yang dianggap sebagai penyakit zaman ini. Oleh karena itu, penting bagi manusia modern memiliki kualitas spritual yang tinggi, agar dehumanisasi tidak terjadi seiring melajunya sains dan teknologi. Sains dan teknologi mesti dikendalikan, demikian pula dehumanisasi revolusi sosial 5.0 perlu disikapi dengan serius. Hanya jiwa-jiwa yang telah mencapai tingkat elit spritual lah yang mampu memberi solusi atas masalah ini. Ada orang yang sangat jeli ketika memahami Al Qur'an, sehingga menemukan apa yang disebut dengan salat khusyuk yang sebenarnya. Bagi orang yang dimaksudkan ini, salat tidak hanya ritual verbalis saja seperti yang selama vii ini dipahami. Tetapi, hatinya hadir kehadapan Tuhannya. Bahkan salat bukan sekedar bahan diskusi yang bersifat fisik, yaitu terkait membaca ushalli di setiap mengawali, membaca doa qunut, cara meletakkan kedua tangan, menggerakkan telunjuk jari ketika membaca tasyahud, dan semacamnya. Diskusi tentang hal ini penting. Akan tetapi, bagi orang yang memahami salat yang sebenarnya salat, ada lagi hal yang teramat fondamental, yaitu terkait hakekat salat itu sendiri, yaitu bagaimana salat bisa mengubah perilaku seseorang. Hal itu sama dengan tujuan ibadah puasa, yaitu untuk meraih derajat taqwa tetapi dinyatakan di dalam hadits. Ada sebagian orang berpuasa tidak memperoleh dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Begitu pun salat, banyak orang melaksanakan salat tetapi tidak memperoleh manfaat dari salatnya kecuali sekedar menggugurkan kewajibannya. Buku berjudul “Psikologi Salat” Mengelola Stres Di Era Pendidikan Abad 21 (Perspektif Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi)” hadir tepat di tengah kegalauan manusia, terutama para akademisi yang sedang bingung mencari solusi atas perilaku manusia modern. Melalui buku ini, penulisnya mengajak pembaca untuk memikirkan hakikat diri sebagai hamba Tuhan yang viii | Psikologi Salat Khusyuk .... mempunyai relasi transenden secara spritual. Relasi trasenden tersebut dilakukan melalui ibadah salat yang khusyuk. Hasilnya adalah sebuah kecerdasan ruhani yang berisi nilai-nilai holistik untuk merubah perilaku dan cara pandang kita terhadap diri sendiri. Kecerdasan ruhani tersebut diistilahkan dengan kecerdasan ruhiologi atau Ruhiologi Quotient (RQ). Malang, Desember 2022 Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Kata Pengantar | ix x | Psikologi Salat Khusyuk .... BAB I PENDAHULUAN A.Kemajuan Abad 21; B. Stres Penyakit Era Revolusi 4.0 dan Era Society 5.0; dan C. Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi Solusi Mengelola Stres. 1 A KEMAJUAN ABAD 21 Kemajuan sains dan teknologi yang luar biasa di abad 21 telah menjanjikan kemudahan bagi orang-orang yang berhasil memenuhi segala tuntutan modernisasi. Di lain pihak, akhir abad 21 ditandai pula dengan berbagai bencana dan kemelut yang meresahkan hampir semua bidang kehidupan sosial dan pribadi.1 Ini menunjukan bahwa tidak semua yang bersifat ilmiah seperti sains dan teknologi itu selalu berhasil menjawab persoalan kehidupan, dan begitu pula sebaliknya tidak semua yang tidak ilmiah selalu gagal. Bahkan terkadang yang tidak ilmiah justru berhasil menjawab persoalan banyak orang, sementara yang ilmiah hanya menjadi bahan diskusi yang tidak ditemukan ujung pangkalnya.2 1 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 1995, hal. 192. 2 Imam Suprayogo dalam laman situs https://uinmalang.ac.id/r/160701/kekuatan-salat-mengubah-perilaku-seseorang Rabu, 20 Juli 2016 2 | Psikologi Salat Khusyuk .... Persoalan sosial misalnya yang selalu dikaitkan dengan teori-teori ilmiah sosiologi untuk zaman sekarang tampaknya menemui jalan buntu dalam menjawab perubahan-perubahan sosial yang bersifat dehumanisasi yaitu menurunnya nilai-nilai kemanusiaan.3 Kenyataan ini dapat dilihat dari terjadinya dehumanisasi dalam berbagai aspek kehidupan seperti bidang pendidikan misalnya tampak pada kasus-kasus peserta didik yang jauh dari nilai-nilai akhlak terpuji. Sebagai contoh di Depok Jawa Barat aksi tawuran antar pelajar membuat resah masyarakat dan dunia pendidikan kota tersebut. Dilansir dari situs online metro.sindonews.com bahwa Polisi berhasil menangkap pelaku perusak sekolah yang juga pelaku penganiayaan yang menyebabkan satu orang meninggal.4 Aksi tawuran juga terjadi di Tanjung Priok Jakarta, dua kelompok remaja terlibat aksi tawuran di kolong tol Jalan Warakas VI, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (18/3). Seorang remaja berinisial MHM (14 tahun) meninggal akibat luka bacok dalam aksi tersebut.5 Selain aksi tawuran, tindakan asusila di kalangan pelajar juga menjadi masalah serius dunia pendidikan dewasa ini. Seperti kasus sodomi di Mojokerto seorang siswa SMP tega menyodomi Dadang Hawari, Al-Qur’an:Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa: 1997,Cet.III, hal.2. 4 Dalam laman situs https://metro.sindonews.com 5 Dalam laman situs https://republika.co.id Bab I. Pendahuluan | 3 3 2 bocah Sekolah Dasar (SD).6 Berita dari Lampung menyebutkan bahwa Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menemukan fenomena penggunaan jasa Pekerja Seks Komersial (PSK) oleh siswa yang duduk di bangku SMA.7 Bidang militer dan politik juga tidak luput dari dehumanisasi akibat pemanfaatan teknologi perang tingkat tinggi. Dilansir dari Kompas.com bahwa jenderal top Iran, Qasem Soleimani terbunuh pada Jumat (3/1/2020) dalam sebuah serangan rudal AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Hal itu menjadi pemicu Iran untuk melakukan aksi balas dendam. Sebagai gantinya, Iran menghujani markas pasukan AS dan sekutunya di Irak dengan puluhan rudal pada Selasa (7/1/2020).8 Pada 21 Juni 2020 koran online CNBC Indonesia juga membuat tajuk berita dengan judul “Korsel Vs Korut Terancam Perang”, disebutkan bahwa secara resmi Korea Utara menyatakan telah memutuskan hubungan dengan Korea Selatan. Putusnya hubungan ini menyangkut militer, termasuk jaringan komunikasi antara pemerintah pusat Korea Utara dengan kantor kepresidenan Korea Selatan.9 Seterusnya pada saat ini dunia saat ini dihadaptkan dengan persoalan pandemik dan pasca pandemi 6 Dalam laman situs https://news.detik.com Dalam laman situs https://medan.tribunnews.com 8 Nur Fitriatus Shalihah, “Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga”, dalam https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/09/060900365/iran-amerikaserikat-dan-potensi-perang-dunia-ketiga?page=all. 9 Dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20200621 4 | Psikologi Salat Khusyuk .... 7 dunia masih belum stabil secara ekonomi, namun terjadi ketegangan perang antara Rusia dengan Ukraina belum menemukan titik temu damai yang menjadi perhatian semua negara dunia, dengan ketengan ini sehingga dapat mempengaruhi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Politik praktis yang sering dimainkan oleh tokoh-tokoh di panggung politik yang tidak jarang menutupi tabiat aslinya. Untuk meraih simpati dan dukungan masyarakat mereka tidak segan-segan membawa nama agama dan menampakkan simpatinya kepada masyarakat kelas bawah seakan-akan ia melebur bersama mereka. Sikap seperti ini sebenarnya akan membawa krisis spritual karena menampilkan hal yang tidak sebenarnya. Selain itu, kebijakan-kebijakan publik yang diputuskan oleh pihak berwenang yang dianggap tidak pro rakyat telah memicu sejumlah aksi massa seperti demonstrasi. Dilansir dari CNBC Indonesia sekitar 5.000 buruh kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi ikut aksi demonstrasi tolak pengesahan rancangan undang-undang Omnibus Law pada 5 Oktober 2020 lalu.10 Aksi unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) merebak hampir di seluruh daerah di Indonesia dan mencapai puncaknya pada Kamis, 8 Oktober 2020.11 10 11 Dalam laman situs https://www.cnbcindonesia.com/news/ Dalam laman situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/ Bab I. Pendahuluan | 5 B STRES PENYAKIT ERA REVOLUSI 4.0 DAN ERA SOCIETY 5.0 Meningkatnya masalah-masalah sosial seperti pada sub bab di atas secara otomatis memunculkan gerakan sosial. Inilah yang dikatakan oleh para pakar bahwa sekarang kita sedang menyongsong era revolusi sosial 5.0 padahal era revolusi industri 4.0 sedang berjalan (running). Dampak dari revolusi sosial yang tiba-tiba adalah tingginya tingkat stres dan depresi, yang dianggap sebagai penyakit zaman sekarang yang berdampak pada pengelolaan pendidikan abad 21. Ini tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tetapi juga mewujud dalam berbagai kerusakan tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada obat terlarang, gangguan tidur, gangguan pada kulit, perut dan tekanan darah, pilek, migrain (sakit kepala berdenyut yang terjadi 6 | Psikologi Salat Khusyuk .... pada salah satu sisi kepala dan umumnya disertai mual dan gangguan penglihatan), sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja stres dan depresi bukanlah satu-satunya penyebab semua ini, namun secara ilmiah telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam itu biasanya bersifat kejiwaan.12 Cabang ilmu yang khusus mempelajari tentang hal ini yaitu psikosomatik, ia adalah cabang ilmu psikologi yang membicarakan bagaimana pengaruh keadaan hidup manusia (life situation) kepada jiwa dan raganya, khususnya pengaruh jiwa (emosi) pada badan.13 Untuk meminimalisir dampak negatif dari hal-hal yang disebutkan itu, manusia secara normatif membutuhkan sandaran hidup dalam rangka menyiapkan diri menghadapi segala bentuk perubahan sosial yang bersifat dehumanisasi. Di sini, peran agama sangat dibutuhkan sebagai panduan untuk menghindari dampak negatif secara psikologis sebagai akibat dari dehumanisasi itu. Faktanya orang-orang yang jauh dari agama menyebabkan mereka terus-menerus menderita perasaan tidak nyaman, khawatir dan stres. Mereka terkena berbagai ragam 12 Harun Yahya , Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama, dalam ebook www.harunyahya.com/indo 13 Faruq Nasution, Thibburruhany Atau Faith-Healing; Psikologi Iman Dalam Kesehatan Jiwa Dan Badan, Eldine ed, Jakarta: 2001, Cet.III, hal.31. Bab I. Pendahuluan | 7 penyakit kejiwaan yang mewujud pada keadaan raga mereka. Tubuh mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan mereka mengalami penuaan yang cepat dan melemah. Sebaliknya, karena orang-orang beriman sehat secara kejiwaan, mereka tidak terkena stres, atau berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa prima dan sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan mereka kepada Allah, tawakal mereka kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka, kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi sembari berharap akan janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an, dan yang benar-benar memahami agama.14 Oleh karena itu, agama sebagai sesuatu yang sakral senantiasa menjadi energi positif bagi pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi aturan-aturannya. Manusia dan perilaku keagamaannya adalah sebuah kajian yang menarik.15 Karenanya, secara substansial buku ini perlu dimunculkan untuk mambahas hubungan manusia dengan agama melalui pendekatan psikologis khususnya upaya memperbaiki perilaku manusia melalui salat khusyu’ dengan tinjauan kajian ruhiologi. 14 Harun Yahya , Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama, dalam ebook www.harunyahya.com/indo 15 Munawir, Relasi Psikologi dan Agama, dalam Jurnal Komunika, Vol. 9, No. 1, Januari - Juni 2015, hal. 155 8 | Psikologi Salat Khusyuk .... Mengkaji agama berdasarkan kebutuhan psikologis tidaklah semudah membalikan telapak tangan, karena kajian ini memerlukan pendekatan khusus. Ia tidak hanya membahas benar dan salahnya suatu ibadah tetapi lebih dari itu. Harus dilihat secara mendalam pengaruhnya terhadap jiwa orang yang beragama itu sendiri. Selama ini banyak orang berdiskusi, berdebat, dan bahkan berbantah tentang pelaksanaan salat. Akan tetapi yang dijadikan bahan perbantahan bukan menyangkut hakekat salat, melainkan baru sebatas teknis pelaksanaan ibadah itu. Misalnya, tentang apakah harus membaca ushalli di setiap mengawali salat atau tidak, membaca doa qunut atau tidak, cara meletakkan kedua tangannya apakah dijatuhkan jurus atau bersedekap, menggerakkan telunjuk jari ketika membaca tasyahud atau tidak, dan semacamnya. Berdiskusi tentang hal tersebut penting, akan tetapi kiranya ada yang lebih penting lagi adalah terkait hakekat salat itu sendiri.16 Dengan demikian, ibadah tidak hanya dipahami menjalankan ritual-verbalis saja sebagaimana yang dipahami selama ini, tetapi sudah harus mengarah pada pemaknaan salat yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan mengetahui konsep ini, agama melalui syariatnya diharapkan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan jiwa manusia modern yang sedang mengalami krisis spritual yang disebut 16 Imam Suprayogo dalam laman situs https://uinmalang.ac.id/r/160701/kekuatan-salat-mengubah-perilaku-seseorang Rabu, 20 Juli 2016 Bab I. Pendahuluan | 9 “dehumanisasi” sebagai akibat dari revolusi industri 4.0 yang tidak terkendali sehingga berdampak pada tingginya tingkat stres dan maraknya perilaku menyimpang di dalam masyarakat. 10 | Psikologi Salat Khusyuk .... C PENDIDIKAN RUHANI BERBASIS KECERDASAN RUHIOLOGI SOLUSI MENGELOLA STRES Persoalan penyakit stres merupakan penyakit zaman era disrupsi digital terutama dalam Dunia Pendidikan yang dirasakan oleh peserta didik (siswa-mahasiswa), Pendidik (guru-dosen), orang tua serta stakeholder pendidikan. Tingkat stres yang tinggi menjadi salah satu masalah besar bagi para peserta didik dan pendidik di berbagai lembaga pendidikan di Indonesia mulai dari tingakat PAUD, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK sampai ke perguruan tinggi. Stres muncul karena dipicu oleh persaingan dan tekanan yang tinggi, perilaku hedonisme, derasnya arus globalisasi, peningkatan revolusi industri dan teknologi-informasi di berbagai lini kehidupan. Menghadapi masalah stres, para ilmuwan selama ini mengajukan tiga kecerdasan, Emotional Quotient (EQ), Intelektual Quotient (IQ), dan Spritual Quotient (SQ), tetapi tiga Bab I. Pendahuluan | 11 kecerdasan ini masih belum mampu mengatasi stres dalam pendidikan. Pendidikan ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi (Ruhiology Quotient/RQ) merupakan sebagai pondasi untuk menghadapi stress yang muncul di kalangan peserta didik dan pendidik di dunia pendidikan. Pendidikan ruh dengan berbasis kepada kecerdasan ruh dapat menjadi salah satu solusi bagi para peserta didik, pendidik, orang tua dan stakeholder pendidikan untuk mengurangi dan menghilangkan stres yang mereka hadapi. Pendekan Pendidikan ruhani berbasis Ruhiologi berbeda dengan EQ, SQ, dan IQ yang menitik berat pada kekmapuan kecerasan secara fisik. Namun kecerdasan ruhiologi (RQ) menitikberatkan kepada dimensi ruh, yang menjadi fitrah atau dasar kemanusian. Pembersihan ruh yang ditandai dengan empat sifat Siddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh (SAFT) dapat menjadikan peserata didik dan pendidik serta orang tua dan stakeholder pendidikan mampu mengatasi berbagai problema kehidupan. Data menunjukkan bahwa stress menjadi salah satu masalah besar bagi para mahasiswa, dosen dan civitas akademika di perguruan tinggi di Indonesia. Di tengah derasnya arus globalisasi, revolusi industri yang berjalan cepat, dan teknologiinformasi yang merambah segala bidang membuat tekanan dan tuntutan terhadap para mahasiswa semakin tinggi. Mereka 12 | Psikologi Salat Khusyuk .... dituntut dapat menyesuaikan diri dengan kultur dan tradisi dunia global yang berjalan secara cepat. Untuk menghadapi stres yang muncul, para ilmuwan selama ini mengajukan tiga kecerdasan Emotional Quotient (EQ), Intelektual Quotient (IQ), dan Spritual Quotient (SQ), sebagai solusi menghadapi berbagai masalah yang muncul. Akan tetapi, tiga kecerdasan EQ, IQ, dan SQ dinilai gagal karena dalam sejumlah fenomena, mahasiswa masih dilanda stres, meskipun telah menerapkan kecerdasan EQ, IQ, dan SQ. Berdasarkan fakta dan fenomena tersebut, para sarjana kemudian mengkritik paradigma pendidikan nasional yang hanya berorientasi kepada EQ, SQ, dan IQ. Ketiga kecerdasan ini dinilai belum lengkap dan memenuhi syarat untuk bisa mengatasi dan menghilangkan stres di kalangan mahasiswa. Bagi para peneliti, konsep EQ, SQ, dan IQ dinilai gagal karena mengabaikan dimensi kecerdasan ruh atau disebut Ruhiology Quotient (RQ). Model SQ yang dikemukakan oleh Zohar-Marshall dan model HC yang dikemukakan oleh Pearsall hanya menyentuh alam biologis dan psikologis, yaitu otak material dan hati material. Keduanya belum menyentuh tingkat ketuhanan transendental yaitu otak spiritual dan hati spiritual. Artikel kali ini bermaksud untuk membuktikan bahwa sumber kecerdasan Bab I. Pendahuluan | 13 bukanlah otak melainkan ruh (jiwa), yang menjadi titik sentral dan dapat membawa perubahan pada diri manusia.17 Bagi sejumlah pakar, RQ adalah titik sentral dan mendasar yang dapat menjadi titik balik perubahan dalam diri manusia ke arah kebaikan hakiki. Sedangkan EQ, SQ, dan IQ belum mampu menyentuh dimensi ruh manusia. Berdasarkan penjabaran tersebut tersebut, maka buku ini hendak mengkaji bagaimana pengaruh nilai spritualitas yang menekankan kepada Ruhiology Quotient (RQ) terhadap managemen stres mahasiswa. 1. Kritik Atas Konsep EQ, IQ, dan SQ. Model SQ yang dikemukakan oleh Zohar-Marshall dan model HC yang oleh Pearsall hanya menyentuh alam biologis dan psikologis, yaitu otak material dan hati material. Keduanya belum menyentuh tingkat ketuhanan transendental yaitu otak spiritual dan hati spiritual. Dimensi transedental hanya mampu dicapai dengan penekanan terhadap dimensi ruh. Berdasarkan hal itu, sejumlah peneliti menyebut bahwa sumber kecerdasan bukanlah otak melainkan ruh (jiwa), yang menjadi titik sentral Achmad Ushuluddin, dkk, “Shifting paradigm: from Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives,” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol. 11, No. 1 (2021): 140, doi: 10.18326/ijims.v11i1. 139-162 14 | Psikologi Salat Khusyuk .... 17 dan dapat membawa perubahan pada diri manusia, melainkan adalah ruh (ruhiology quotient/RQ)18 Kritik lain terhadap konsep EQ, SQ, dan IQ dilontarkan oleh Abu Sangkan. Menurutnya, model pelatihan kecerdasan spiritual seperti SQ dan ESQ (termasuk SQ) adalah bersifat artifisial, bukan spiritualitas yang benar atau esensial. Jalan spiritual tidak dicapai dengan cara berpikir, tetapi dengan cara dzikir. Terlibat dalam spiritualitas mengacu pada melakukan jalan ruhani yang harus dilakukan melalui upaya ruhani (spiritual), bukan melalui permainan otak.19 Model kecerdasan ESQ juga dianggap masih menggunakan materi sebagai basisnya. Ia menyatakan, munculnya konsep ESQ sendiri bukan merupakan indikasi munculnya jembatan penghubung antara sains dan agama. ESQ lebih merupakan wacana Barat dalam mengintegrasikan pandangannya tentang manusia dengan apa yang selama ini sering luput dari perhatian sains dengan terus-menerus berusaha menemukan basis materialnya, yaitu otak.20 Achmad Ushuluddin, dkk, “Shifting paradigm: from Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives,” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol. 11, No. 1 (2021): 140, doi: 10.18326/ijims.v11i1. 139-162 19 Abu Sangkan, Spiritual Salah Kaprah: Mengupas Tuntas Kerancuan Spiritual antara God-Spot, G-Spot, Mad-Spot, dan Sufi-Spot (Jakarta: Gybraltar Wahyamaya, 2008), 25-26. 20 Abu Sangkan, Spiritual Salah Kaprah, 26-27. Bab I. Pendahuluan | 15 18 2. Korelasi Ruhiology Quotient (RQ) dengan Managemen Stres Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat spritualitas yang tinggi dapat berpengaruh dengan kemampuan untuk mengatasi dan melakukan manajemen stres. Penelitian Chiesa terhadap individu paruh baya, yang memiliki tingkat spritualitas yang baik terbukti memiliki hubungan positif antara spritualitas dan manajemen stres (r = 0,435 ; p = 0.000 < 0,01) dan spritualitas mempengaruhi manajemen stres sebesar 29,5 % (r2 = 0,295).21 Dalam penelitian lain, tingkat spritualitas juga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Penelitian terhadap penderita hipertensi di poli jantung RSU dr. H. KoesnadiBondowoso dapat disebabkan oleh pola manajemen stres yang buruk oleh penderitanya. Dengan tingkat spritualitas yang baik, maka stres bisa dihindari, sebab secara medis stres, hipertensi terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Sedangkan spritualitas adalah salah satu koping yang dapat digunakan untuk menangani stres.22 Semakin tinggi tingkat kecerdasan 21 Alberto Chiesa dan Alessandro Serretti, “Mindfulness-Based Stress Reduction for Stress Management in Healthy People: A Review and MetaAnalysis,” The Journal of Alternative and Complementary Medicine, Vol. 15, No. 5 (Mei 2009): 593-600. http://doi.org/10.1089/acm.2008.0495 2222 Muhammad Alfian Adyatman, dkk, “The Correlation between Sprituality and Stress in Hypertension Patiens at Cardiology Unit of dr. H. 16 | Psikologi Salat Khusyuk .... ruhiologi (Ruhiologi Quotient/RQ) seorang individu, maka semakin mudah baginya untuk mengatasi masalah-masalah yang dapat memicu stres. Kesimpulan itu dibuktikan dengan individu-individu yang memiliki tingkat kecerdasan ruhiologi (RQ) yang tinggi dan mampu menyelesaikan masalahmasalah, tanpa terjebak dengan perasaan stres. Bukti lain juga menunjukkan bahwa orang yang memiliki tingkat kecerdasan ruhiologi (RQ) yang tinggi akan mudah menghadapi masalah dan dapat terhindar dari perasaan stres. Koesnadi Hospita-Bondowoso,” Pustaka Kesehatan, Vol. 7, No. 2 (Mei 2019): 88-96. Bab I. Pendahuluan | 17 18 | Psikologi Salat Khusyuk .... BAB II PSIKOLOGI SALAT MENGATASI STRES A.Konsep Psikologi; B. Relasi antara Psikologi dan Agama; dan C. Dampak Psikologis Ibadah Salat Mengatasi Stres. 19 A KONSEP PSIKOLOGI Psikologi adalah adalah studi ilmiah tentang pikiran (proses mental) dan perilaku. Kata “psikologi” berasal dari kata Yunani “psyche” yang berarti kehidupan, dan “logo” yang berarti penjelasan.23 Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri mansuia dewasa, normal, dan beradab. Dengan demikian, ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia.24 Dibandingkan dengan disiplin ilmu lain, psikologi termasuk ilmu yang relatif muda. Namun demikian, dalam 23 Martha Lally ,dkk, Introduction to Psychology, French, The College of Lake County Foundation: 2014, hal. 7 24 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2010, Cet. 13, hal.7 20 | Psikologi Salat Khusyuk .... lintasan sejarah psikologi banyak para ahli telah menulis tentang psikologi. Pada zaman yunani kuno, Plato25 (w. 347 SM) dan Aristoteles26 (w. 323 SM) dianggap sebagai pelopor besar dalam psikologi. Plato misalnya, ia berpendapat bahwa jiwa manusia terbagi atas dua bagian yaitu jiwa rohaniah dan jiwa badaniah. Jiwa rohaniah bersifat abadi sedangkan jiwa badaniah tidak. Plato membuat konsepsi trichotomi dalam diri mansuia dengan mengatakan dalam diri manusia terdapat jiwa yang meliputi 25 Filsuf terkemuka Plato (427-347 SM) terkenal dengan teorinya tentang idea. Menurut teori ini setiap penganggapan akal adalah mempunyai hakekat di luar yang merupakan gambaran daripadanya, dan hakekat-hakekat di luar yang tidak tergantung dengan akal inilah yang dinamakan oleh Plato idea-idea (ideas). Idea inilah yang menurut Plato bersifat tetap, yang tidak berubah, dan yang kekal. Dalam pandangan Plato ada dua macam dunia. Pertama, dunia ini yang serba berubah dan serba jamak, dimana tiada hal yang sempurna, dunia yang diamati dengan indra yang bersifat indrawi. Kedua dunia idea, di mana tiada perubahan, tiada kejamakan (dalam arti ini, bahwa yang baik hanya satu, yang adil hanya satu, dan yang indah hanya satu saja), yang bersifat kekal. Dengan kata lain, apa yang dilihat oleh manusia adalah turunan dari alam idea yang mengambil bentuk di dunia empiris/luar. (Aletmi, Pemikiran Tasawuf Ibnu Arabi dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran Sufistik Huruf-Huruf Muqatha’ah Dalam Al-Qur’an, Jakarta, Institut PTIQ Jakarta: 2015, hal. 86) 26 Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia. Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulispenulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles. (Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Jakarta, Dunia Pustaka Jaya: 1978) Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 21 pikiran atau kecerdasan di kepala, kemauan di dada, dan nafsu atau perasaan di perut. Sedangkan dalam pandangan Aristoteles jiwa adalah konsepsi dichotomi yaitu jiwa hanya meliputi kecerdasan dan kemauan.27 Pada abad ke-20 psikologi berkembang secara dramatis dengan munculnya pemikiran yang dikenal sebagai behaviorisme. Behaviorisme adalah perubahan yang sangat besar dari semua perspektif teoritis sebelumnya, dan menolak penekanan pada pikiran sadar serta pikiran bawah sadar. Behaviorisme berusaha untuk membuat disiplin yang lebih ilmiah dengan menekankan pada perilaku yang dapat diamati. Perilaku menekankan pada kenyataan, bahwa materi pelajaran psikologi pada dasarnya adalah perilaku manusia. Dampak dari aliran pemikiran ini sangat besar dan mendominasi selama hampir 50 tahun. Pada pertengahan abad ke20, muncul lagi pemikiran yang dikenal dengan psikologi humanistik, yaitu konsep psikologi teoritis yang meletakkan penekanan pada pengalaman sadar. Selanjutnya psikologi sejak itu terus berubah dan berkembang, membawa perspektif baru yang mengacu pada faktor budaya dan sosial, serta pengaruhnya pada perilaku manusia.28 27 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta, Bumi Aksara: 2009, Cet. II, hal. 446 28 https://www.academia.edu/19653936/Ringkasan_Sejarah_Psikolo gi 22 | Psikologi Salat Khusyuk .... Berdasarkan kenyataan ini maka secara historical-context dapat dikatakan bahwa psikologi telah mengalami perkembangan konsepnya dari masa ke masa, dan sekaligus telah mengalami pergeseran paradigma sejak masa yunani kuno hingga abad modern. Jika pada masa yunani kuno filsuf seperti Plato dan Aristoteles masih berbicara tentang jiwa rohaniah tetapi pada abad modern pembicaraan tentang jiwa rohaniah mulai diabaikan karena kajian psikologi lebih berorientasi pada perilaku yang dapat diamati. Maka tidak mengherankan jika di abad modern masalah spritualitas tidak dibicarakan dalam buku-buku psikologi umum bahkan ada asumsi yang menyatakan bahwa sprtualitas atas nama agama adalah candu dalam masyarakat.29 29 Pernyataan ini berasal dari filsuf Karl Marx (1818-1883). Ia adalah pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah” dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman. Marx mendapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena. (Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Jakarta, Dunia Pustaka Jaya: 1978) Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 23 B RELASI ANTARA PSIKOLOGI DAN AGAMA Studi agama dari persfektif psikologis hampir sama tuanya dengan psikologi itu sendiri. Menurut Peter Connoly, tokoh pertama yang membicarakan psikologi melalui pendekatan keagamaan adalah William James seorang berkebangsaan Amerika.30 Pada tahun 1900-1991 William James menyampaikan kuliahnya di Edinburg University, kuliah-kuliahnya ini kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku monumental yang berjudul “The Varieties of Religious Experiences.”31 Secara konseptual, psikologi dan agama merupakan dua komponen yang berbeda, namun keduanya saling berhubungan dan mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku. 30 Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta, LkiS: 2011, Cet. III, hal.195. 31 Subandi, Psikologi Agama: Sebuah Tinjauan Historis, dalam Buletin Psikologi Tahun. 1994, No. 1 hal.7-9 24 | Psikologi Salat Khusyuk .... Hal ini karena cara bersikap, berpikir dan tingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, dan keyakinan yang dimiliki seseorang termasuk dalam konstruksi kepribadian.32 Dalam konteks ini, Nabi Saw. bersabda: ِ ‫ فَِإ َّن‬،‫ك‬ ‫الص ْد َق طُ َمأْنِينَة‬ ْ ‫َد‬ َ ُ‫ك إِ ََل َما ََل يَ ِريب‬ َ ُ‫ع َما يَ ِريب‬ “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, (lakukan) apa yang tidak meragukanmu (yang kamu yakini). Sesungguhnya kebenaran itu adalah yang memberikan ketenangan”. (HR. Tirmizi) Hadits Nabi Saw. ini menjadi indikator bahwa antara agama dengan keyakinan berperilaku adalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa menafikan antara satu dengan lainnya. Karenanya, dalam psikologi agama kesadaran beragama (religious counsciosness) dan pengalaman beragama (religious experience) sangat penting menjadi objek kajian psikologi agama itu sendiri. Dengan kata lain, psikologi agama mempelajari dan meneliti pengaruh kepercayaan terhadap sikap dan tingkah laku atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang.33 32 Syaiful Hamali, Psikologi Agama :Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia, dalam Jurnal Al-AdYaN/Vol.IX, N0.2/JuliDesember/2014, hal. 1 33 Syaiful Hamali, Eksistensi Psikologi Agamadalam Pengembangan Masyarakat Islam, dalam Jurnal TAPIs Vol.8 No.1 Januari-Juni 2012, hal. 73 Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 25 Psikologi agama mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama seseorang di mana manusia berupaya menyembuhkan gangguan kejiwaannya melalui ajaran-ajaran agama. Agama menawarkan suatu hubungan transendental dengan Tuhan melalui pemujaan dan upacara-upacara keagamaan yang memberikan dasar emosional bagi rasa aman dan identitas yang lebih kuat di tengah ketidakpastian, ketidakmungkinan dan kelangkaan yang dialami manusia dalam kehidupannya.34 Dalam konteks ini, agama Islam menawarkan konsep relasi transendental antara manusia dengan Tuhan melalui pemujaan dan upacara keagamaannya. Islam menjadikan salat sebagai salah satu ritual keagamaan yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhan. Salat menempati posisi khusus karena ibadah ini merupakan relasi langsung antara manusia dengan Tuhan. Sesuai dengan pengertiannya salat adalah doa, dan Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an tentang ini: ِ ِ َ ‫وإِذَا سأَل‬ ِ ‫َّاع إِذَا َد َع‬ ِ ‫ان‬ ِ ‫يب َد ْع َوةَ الد‬ َ َ ُ ‫َك عبَادي َع ِّن فَِإِّن قَ ِريب أُج‬ ‫فَ لْيَ ْستَ ِجيبُوا ِِل َولْيُ ْؤِمنُوا ِِب ل ََعلَّ ُه ْم يَ ْر ُش ُدو َن‬ 34 Syaiful Hamali, Psikologi Agama: Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia, hal.1 26 | Psikologi Salat Khusyuk .... “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. AlBaqarah:186)35 35 Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.) Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: “Dimanakah Tuhan kita?” (Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.) Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman “ud'uni astajib lakum” yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?” Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.) Menurut riwayat lain, setelah turun ayat waqala rabbukum ud'uni astajib lakum” yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.) Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 27 C DAMPAK PSIKOLOGIS IBADAH SALAT MENGATASI STRES Dampak Psikologis Ibadah Salat dapat mengatasi Stres Pendidikan abad 21. Jika Salat dilakukan dengan khusyuk dapat membantu meredakan ketegangan dan kelelahan urat syaraf dalam dinamika pekerjaan era disrupsi digital yang mengaibatkan tingginya tingkat stres yang dirasakan kelangan akdemis saat ini. Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Salat inilah yang membedakan kita dengan umat lainnya. Telah kita ketahui bersama bahwa salat memiliki manfaat yang sangat banyak. Selain menyehatkan, ternyata salat ini pun bermanfaat bagi keadaan jiwa kita. Ada efek psikologis yang besar terdapat dalam ibadah salat yang merupakan pengobatan yang paling efektif dari penyakit marah, terburu-buru dan ceroboh. Salat mengajarkan 28 | Psikologi Salat Khusyuk .... kepada manusia bagaimana menjadi orang tenang dan rendah hati serta selalu tunduk kepada Allah Swt., mengajarkan kepada manusia untuk sabar dan tawadhu’. Ini semua dapat memberikan pengaruh yang baik pada sistem saraf dan kerja jantung, mengatur detaknya dan aliran darah melaluinya. Salat dapat membantu orang beriman menghilangkan semua yang tersimpan dalam perutnya seperti depresi, kegelisahan, ketakutan dan emosi diri, karena semuanya akan hilang dengan banyak berdzikir dihadapan Allah. Allah selalu bersamanya dan tidak akan meninggalkannya selamanya. Selama ia tulus dalam beribadah kepada Allah yang Maha Esa. Allah berfirman.36 36(https://www.islampos.com/salat-dan-pengaruhnya- terhadap-psikologis-54331/) Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 29 30 | Psikologi Salat Khusyuk .... BAB III IBADAH SALAT KAWAH CANDRADIMUKA PENDIDIKAN RUHANI A. Salat dalam Perspektif Fiqih (Syari’at); B. Salat Paradigma Spritualiatas Tasawuf (Hakikat); C. Ibadah Salat Relasi antara Manusia dengan Tuhan; D. Ibadah Salat Dimensi Ruhani yang Transedental; dan E. Salat Menghasilkan Insan Kamil (Manusia Pari Purna). 31 A SALAT DALAM PERSPEKTIF FIQIH (SYARI’AT) 1. Kewajiban Salat Ar-Raghib Al-Ashfahani (w. 502 H) menyatakan bahwa para pakar bahasa mendefinisikan salat secara etimologi dengan arti doa, mensucikan, atau mengagungkan.37 Ibadah syar’i ini dinamakan doa karena di dalam salat terdiri dari berbagai doa.38 Salat adalah rukun Islam yang kedua dari rukun-rukun Islam yang ada.39 Adapun definisi salat menurut istilah para ahli fiqih adalah perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir 37 Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharibi Al-Qur’an, Salah satu doa yang paling sering kita baca dalam salat adalah memohon petunjuk kepada Allah swt. sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Fatihah ayat 6. “ihdinashshirathal mustaqim” artinya “tunjukilah kami ke jalan yang lurus. 39 Abu Malik Kamal, Fiqh Sunnah Lin Nisa’, Depok, Pustaka Khazanah Fawa’id: 2017, Cet. III, hal. 113. 32 | Psikologi Salat Khusyuk .... 38 dan diakhiri dengan salam disertai syarat-syarat khusus.40 Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menyebutkan definisi salat sebagai berikut:41 ‫ مفتتحة‬،‫الصالة عبادة تتضمن أقواَل وأفعاَل خمصوصة‬ ‫ خمتتمة ابلتسليم‬،‫بتكبري هللا تعاَل‬ “Salat merupakan ibadah yang terkandung di dalamnya ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dibuka dengan bertakbir kepada Allah dan ditutup dengan salam” Menurut Philip K. Hitti dalam bukunya “History of The Arabs” kata shalâh ( ‫ ) صالة‬diambil dari bahasa Aramaik seperti yang terlihat dari ortografi bahasa Arabnya dengan huruf “waw” (‫)صلوة‬. Salat telah ada sebelum masa Islam, tetapi bentuknya belum terorganisir dan masih bersifat informal. Pada awalnya salat telah dianjurkan dalam sebuah surat yang turun paling awal (QS. 87:15) dan ketentuan-ketentuannya telah ditetapkan dalam ayat-ayat makiyah (QS. 11:114, 17:7879, 30:17-18) tetapi jumlah rakaatnya, perbedaan waktunya, Abdurrahman Al-Jazari, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahibi Al-Arba’ah, Kairo, Daru Ibnu Al-Jauzi:2014, Cet. I, Jilid. I, hal.148. 41 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,612014. Bab III. Ibadah Salat .... | 33 40 dan syarat kesuciannya (thaharah) baru ditetapkan pada periode Madinah.42 Dalam tinjauan syariat salat adalah rukun Islam selain dari dua kalimat syahadat, puasa pada bulan ramadhan, membayar zakat, dan haji bagi yang mampu. Menurut para sejarahwan salat diwajibkan pada malam terjadinya peristiwa mi’raj tanggal 27 Rajab tahun ke-11 dari kenabian. Dalam AlQur’an banyak sekali disebutkan tentang perintah salat misalnya dalam surat Al-Baqarah ayat 3, 45, 83, 125, 177, 183, 238, dan 277. Surat An-Nisa’ ayat 103, 162. Surat Al-Maidah ayat 12. Surat Al-An’am ayat 72, 92. Surat Al-A’raf ayat 29. Surat Al-Anfal ayat 3. Surat At-Taubah ayat 11, 18, 71. ArRa’du ayat 22. Ibrahim ayat 31, 37, 40. Thaha ayat 132. AlHajj ayat 78. An-Nur ayat 56. Al-Ankabut ayat 45. Ar-rum ayat 31. Al-Ahzab ayat 33. Al-Mujadalah ayat 13. Al-Bayyinah ayat 5.43 Sejarahwan Islam terkenal, Husain Haekal dalam bukunya “Hayatu Muhammad” menulis bahwa perintah salat diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. ketika Muhammad Saw. melakukan perjalan mi’raj. Pada saat itu Tuhan memerintahkan Nabi Muhammad Saw. supaya semua orang muslim setiap hari salat lima puluh kali. Begitu Nabi 42 Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta, Serambi: 2005, Cet. I, hal. 164 43 Syahruddin El Fikri, Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal Usul, Memantapkan Penghambaan, Jakarta, Republika: 2014, Cet. I, hal. 29. 34 | Psikologi Salat Khusyuk .... Muhammad Saw. kembali turun dari langit, ia bertemu dengan Nabi Musa As. Musa berkata kepadanya: “bagaimana engkau mengharapkan pengikut-pengikutmu akan dapat melakukan salat lima puluh kali setiap hari? karena sebelum engkau aku sudah mencobakannya terhadap anak-anak Israil sejauh yang dapat aku lakukan. Percayalah, kembalilah kepada Tuhan dan minta supaya dikurangi jumlah salat itu”. Nabi Muhammad Saw. pun kembali, jumlah salat lalu dikurangi menjadi empat puluh. Tetapi Musa As. masih menganggap itu masih di luar kemampuan manusia. Disuruhnya lagi Nabi Muhammad Saw. kembali kepada Allah Swt, hingga berkali-kali dan berakhir dengan ketentuan yang lima kali sehari semalam.44 Dalam Shahih Bukhari45 disebutkan teks lengkap hadits tersebut dalam uraian perjalanan mi’raj yang artinya sebagai berikut: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yunus 44 Husain Haekal, Hayatu Muhammad, Jakarta, Pustaka Litera AntarNusa: 2003, Cet. XXVIII, hal.154 45 Dari sekian kitab hadist Kutubusittah,Kutubuttis’ah ataupun yang lainnya kitab Kitab Hadits Shahih Bukhari-lah yang paling shahih menurut Jumhur ulama Ahli Hadits. Imam Bukhari nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Ju’fi menghabiskan waktu 16 tahun untuk mengumpulkan hadits sebanyak 2.602 hadist dengan penyeleksian dengan kriteria yang sangat ketat sehingga pantaslah jika kitab Shahih Bukhari dianggap sebagai kitab Hadist paling Shahih. (Diakses melalui laman situs http://pusatbacaanislami.blogspot.com/2017/06/download-terjemah-kitabhadist-sahih.html pada Rabu, 13 November 2019) Bab III. Ibadah Salat .... | 35 dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik berkata, Abu Dzar menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Saat aku di Makkah atap rumahku terbuka, tibatiba datang Malaikat Jibril Alaihis Salam. Lalu dia membelah dadaku kemudian mencucinya dengan menggunakan air zamzam. Dibawanya pula bejana terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia. Tatkala aku sudah sampai di langit dunia, Jibril Alaihis Salam berkata kepada Malaikat penjaga langit, 'Bukalah'. Malaikat penjaga langit berkata, 'Siapa Ini? ' Jibril menjawab, 'Ini Jibril'. Malaikat penjaga langit bertanya lagi, 'Apakah kamu bersama orang lain? ' Jibril menjawab, "Ya, bersamaku Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.' Penjaga itu bertanya lagi, 'Apakah dia diutus sebagai Rasul? ' Jibril menjawab, 'Benar.' Ketika dibuka dan kami sampai di langit dunia, ketika itu ada seseorang yang sedang duduk, di sebelah kanan orang itu ada sekelompok manusia begitu juga di sebelah kirinya. Apabila dia melihat kepada sekelompok orang yang di sebelah kanannya ia tertawa, dan bila melihat ke kirinya ia menangis. Lalu orang itu berkata, 'Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril menjawab, "Dialah Adam Alaihis Salam, dan orangorang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh-ruh anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya 36 | Psikologi Salat Khusyuk .... adalah para ahli surga sedangkan yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Jika dia memandang ke sebelah kanannya dia tertawa dan bila memandang ke sebelah kirinya dia menangis.' Kemudian aku dibawa menuju ke langit kedua, Jibril lalu berkata kepada penjaganya seperti terhadap penjaga langit pertama. Maka langit pun dibuka'." Anas berkata, "Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwa pada tingkatan langit-langit itu beliau bertemu dengan Adam, Idris, Musa, 'Isa dan Ibrahim semoga Allah memberi shalawat-Nya kepada mereka. Beliau tidak menceritakan kepadaku keberadaan mereka di langit tersebut, kecuali bahwa beliau bertemu Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam." Anas melanjutkan, "Ketika Jibril berjalan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia melewati Idris. Maka Idris pun berkata, 'Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril menjawab, 'Dialah Idris.' Lalu aku berjalan melewati Musa, ia pun berkata, 'Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril menjawab, 'Dialah Musa.' Kemudian aku berjalan melewati 'Isa, dan ia pun berkata, 'Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril menjawab, 'Dialah 'Isa.' Kemudian aku melewati Ibrahim dan ia pun berkata, 'Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Bab III. Ibadah Salat .... | 37 Jibril menjawab, 'Dialah Ibrahim shallallahu 'alaihi wasallam.' Ibnu Syihab berkata, Ibnu Hazm mengabarkan kepadaku bahwa Ibnu 'Abbas dan Abu Habbah Al Anshari keduanya berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemudian aku dimi'rajkan hingga sampai ke suatu tempat yang aku dapat mendengar suara pena yang menulis." Ibnu Hazm berkata, "Anas bin Malik menyebutkan, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemudian Allah 'azza wajalla mewajibkan kepada ummatku salat sebanyak lima puluh kali. Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, 'Apa yang Allah perintahkan buat umatmu? ' Aku jawab: 'Salat lima puluh kali.' Lalu dia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tidak akan sanggup! ' Maka aku kembali dan Allah mengurangi setengahnya. Aku kemudian kembali menemui Musa dan aku katakan bahwa Allah telah mengurangi setengahnya. Tapi ia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu karena umatmu tidak akan sanggup.' Aku lalu kembali menemui Allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya lagi.' Kemudian aku kembali menemui Musa, ia lalu berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tetap tidak akan sanggup.' Maka aku kembali menemui Allah Ta'ala, Allah lalu berfirman: 'Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku! ' Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, 'Kembailah kepada Rabb-Mu! ' Aku katakan, 'Aku malu 38 | Psikologi Salat Khusyuk .... kepada Rabbku.' Jibril lantas membawaku hingga sampai di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi.” (H.R. Bukhari)46 2. Syarat-Syarat Salat Syarat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan dengan tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi, segala sesuatu yang perlu atau harus ada, segala sesuatu yang perlu untuk menyampaikan suatu maksud, atau ketentuan baik peraturan maupun petunjuk yang harus diindahkan atau dilakukan.47 Sedangkan dalam terminologi fiqih syarat adalah segala apa yang bersandar kepadanya untuk mencapai atau melakukan sesuatu.48 Dalam konteks ibadah, yang dimaksud dengan syarat salat adalah segala sesuatu yang mesti dilakukan atau dipenuhi sebelum melaksanakan salat. Dalam “Risalah fi Al-Fiqhi Al-Maisir” disebutkan:49 46 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Ju’fi, Shahih Bukhari, Juz. 1, Bab: Bagaimana diwajibkan salat pada saat isra’?, hal. 78, No Hadits. 349 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 47 Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, KBBI, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: 2008, hal. 1402 48 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014. 49 Shalih bin Ghanim AS-Sadlani, Risalah fi Al-Fiqhi Al-Maisir, AlMaktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. Bab III. Ibadah Salat .... | 39 ‫ ودخول‬،‫ والتمييز‬،‫ والعقل‬،‫ واإلسالم‬،‫ النية‬:‫وشروط الصالة‬ ‫ واجتناب‬،‫ وسرت العورة‬،‫ واستقبال القبلة‬،‫ والطهارة‬،‫الوقت‬ ‫النجاسة‬ “Syarat salat: niat, Islam, berakal, tamyiz, masuk waktu, suci, menghadap kiblat, menutup aurat, dan menghindari najis” Kemudian syarat dibagi lagi menjadi dua yaitu syarat wajib salat dan syarat sah salat. Syarat wajib salat di antaranya adalah:50 a. Islam; b. Sudah baligh; dan c. Berakal sehat. Syarat sah salat yaitu:51 a. Suci badan dari dua hadats, yaitu hadats besar dan hadats kecil; b. Bersih badan, pakaian, dan tempatnya dari najis; 50 Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Semarang, Ridha: 1988, hal. 16 51 Moh. Rifa’i, Fiqih Islam, Semarang, Karya Toha Putra:[t.t], hal. 84 40 | Psikologi Salat Khusyuk .... c. Menutup aurat. Bagi laki-laki antara pusat dan lutut, sedangkan bagi perempuan seluruh badannya kecuali muka dan dua telapak tangan; d. Sudah masuk waktu salat; dan e. Menghadap kiblat. 3. Rukun-Rukun Salat Jika kita memperhatikan perintah salat dalam Al-Qur’an kita akan menemukan bahwa perintah itu selalu dimulai dengan kata aqîmu kecuali dua ayat, atau bahkan cuma satu ayat. Kata aqîmu biasa diterjemahkan dengan mendirikan meskipun sebenarnya terjemahan tersebut tidak tepat. Karena seperti kata mufasir Al-Qurthubi dalam tafsirnya kata aqîmu bukan terambil dari kata qâma yang berarti berdiri, tetapi kata itu berarti “bersinambung dan sempurna”. Sehingga perintah tersebut berarti melaksanakannya denan baik, khusyu’, dan bersinambung sesuai dengan syarat, rukun, dan sunnahnya.”52 Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) dalam Tafsir Jalalain ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 3: ِ َّ ‫يمو َن‬ َ‫الصالَة‬ ُ ‫َويُق‬ “Dan mereka mendirikan salat” M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung, Mizan: 2008, Cet. I, hal. 133 Bab III. Ibadah Salat .... | 41 52 As-Suyuthi menulis bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas adalah melaksanakan salat disertai dengan menunaikan hak-hak salat.53 Mendirikan salat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.54 Begitu pula dengan Wahbah Zuhaili, ketika menafsirkan ayat 3 surat Al-Baqarah itu ia menulis:55 ‫يؤدون الصالة على الوجه األكمل بشروطها وأركاهنا وآداهبا‬ ‫وخشوعها‬ “Mereka menunaikan salat dengan cara yang sempurna disertai syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan adab- adabnya.” Begitu pentingnya menunaikan salat disertai rukunrukunya maka Syamsuddin Abu Abdillah mencatat beberapa rukun salat sebagai berikut:56 Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Beirut, Darul Ma’rifah: 2000, hal. 3 54 Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Abdullah Bin Abdul Aziz ali Su’ud, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Makkah Al-Mukarramah: [t.th.], hal. 4 55 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari’ah, dan Manhaj, Beirut, Darul Fikri Mua’ashirah: 2014, Cet. XII, Juz. I, hal.69 56 Syamsuddin Abu Abdillah, Fathul Qarib, Surabaya, Mutiara Ilmu: 1995, Cet. I, hal. 58-62 42 | Psikologi Salat Khusyuk .... 53 a. Niat, Allah Swt. berfirman: ِ ِ ِ ِ ُ‫صْي لَه‬ ‫الديْ َن‬ َْ ِ ‫َوَمآ أُم ُرْوا إَِلَّ ليَ ْعبُ ُد ْواهللاَ ُخمْل‬ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (QS. AlBayyinah: 5) Menurut Al-Mawardi ikhlas dalam ucapan adalah niat. b. Berdiri tegak bagi yang mampu ِ ِ َِّ ‫ َعن َعب ِد‬،‫حدَّثَنَا َعب َدا ُن‬ :‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫يم بْ ِن طَ ْه َما َن‬ ْ ْ ْ َ َ ‫ َع ْن إبْ َراه‬،‫اَّلل‬ ِ ُ ْ ‫ح َّدثَِّن احلس‬ ‫ َع ْن ِع ْم َرا َن بْ ِن‬،َ‫ َع ِن ابْ ِن بُ َريْ َدة‬،‫ب‬ َ ُ ‫ْي املُكْت‬ َُ ِ ِ ‫ْي ر‬ َّ ‫ض َي‬ ‫ْت‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫اَّللُ َع ْنه‬ ْ َ‫ َكان‬:‫ال‬ ُ ‫سأَل‬ َ ‫ُح‬ َ ٍْ‫ص‬ َ َ‫ ف‬،ُ‫ت ِِب بَ َواسري‬ ،‫ص ِل قَائِ ًما‬ َ ‫ فَ َق‬،ِ‫الصالَة‬ َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن‬ َّ ِ‫الن‬ َ :‫ال‬ َ ‫َِّب‬ ِ ‫فَِإ ْن ََل تَست ِطع فَ َق‬ ٍ ‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن‬،‫اع ًدا‬ ‫ب‬ ْ َْ ْ “Dari Imron bin Husain ia berkata: di waktu aku mengalami sakit bawasir maka aku bertanya kepada Nabi Bab III. Ibadah Salat .... | 43 saw. tentang salat. Maka beliau bersabda: “Salatlah dengan berdiri, jika tidak mampu berdiri maka salatlah dengan duduk, jika tidak mampu juga maka salatlah di atas lambung (tidur miring).”57 c. Takbiratul Ihram ِ ‫ َوإِذَا َرَك َع‬،‫ فَِإذَا َكبَّ َر فَ َكِّبُوا‬،‫ام لِيُ ْؤ ََتَّ بِ ِه‬ ُ ‫إِ ََّّنَا ُجع َل ا ِإل َم‬ ،‫اس ُج ُدوا‬ ْ َ‫ َوإِذَا َس َج َد ف‬،‫فَ ْارَكعُوا‬ “Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti, jika imam bertakbir maka bertakbirlah kamu, jika imam ruku’ maka ruku’lah kamu, bila imam sujud maka sujudlah kamu” 58 d. Membaca Al-Fatihah َِّ ‫حدَّثَنَا َعلِ ُّي بن َعب ِد‬ ‫ َحدَّثَنَا‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اَّلل‬ َ َ‫ ق‬،‫ َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن‬:‫ال‬ ْ ُْ َ ِ ‫ َعن ََْمم‬،‫ي‬ ِ ‫الص ِام‬ َّ ‫ أ‬:‫ت‬ ‫َن‬ َّ ‫ادةَ بْ ِن‬ ُّ َّ ‫ود بْ ِن‬ َ َ‫ َع ْن عُب‬،‫الربِي ِع‬ ُ ْ ُّ ‫الزْه ِر‬ 57 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. II, Bab: Apabila Tidak Mampu Berdiri Salatlah Dengan Tidur Miring, hal. 48, No. Hadits. 1117 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 58 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I, hal. 85, No. Hadits. 378 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 44 | Psikologi Salat Khusyuk .... ‫ول َِّ‬ ‫صالَةَ لِ َم ْن ََلْ يَ ْق َرأْ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َر ُس َ‬ ‫ال‪َ :‬لَ َ‬ ‫اَّلل َ‬ ‫بَِف ِاِتَ ِة الكِتَ ِ‬ ‫اب‬ ‫‪Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulallah saw. bersabda:‬‬ ‫‪“Tidak ada salat bagi siapa yang tidak membaca Al‬‬‫‪Fatihah)”59‬‬ ‫’‪e. Ruku‬‬ ‫ول َِّ‬ ‫َع ْن أَِِب ُه َريْ َرةَ‪ :‬أ َّ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل‬ ‫َن َر ُس َ‬ ‫اَّلل َ‬ ‫املَ ْس ِج َد فَ َد َخل َر ُجل‪ ،‬فَ َ َّ‬ ‫سلَّ َم َعلَى النِ ِ‬ ‫َِّب َ‬ ‫صلَّى هللاُ‬ ‫صلى‪ ،‬فَ َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ال‪ِ :‬‬ ‫ص ِل» ‪،‬‬ ‫ص ِل‪ ،‬فَِإنَّ َ‬ ‫ك ََلْ تُ َ‬ ‫«ارج ْع فَ َ‬ ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‪ ،‬فَ َر َّد َوقَ َ ْ‬ ‫صلِي َك َما َ َّ‬ ‫سلَّ َم َعلَى النِ ِ‬ ‫َِّب َ‬ ‫فَ َر َج َع يُ َ‬ ‫صلَّى هللاُ‬ ‫صلى‪ُُ ،‬ثَّ َجاءَ‪ ،‬فَ َ‬ ‫ِ‬ ‫ال‪ِ :‬‬ ‫ص ِل» ثَالَ ًًث‪،‬‬ ‫ص ِل‪ ،‬فَِإنَّ َ‬ ‫ك ََلْ تُ َ‬ ‫«ارج ْع فَ َ‬ ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‪ ،‬فَ َق َ ْ‬ ‫ال‪:‬‬ ‫ُح ِس ُن غَْي َرهُ‪ ،‬فَ َعلِ ْم ِّن‪ ،‬فَ َق َ‬ ‫فَ َق َ‬ ‫ال‪َ :‬والَّ ِذي بَ َعثَ َ‬ ‫ك ِابحلَ ِق َما أ ْ‬ ‫‪59‬‬ ‫‪Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah‬‬ ‫‪Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 151, No. Hadits. 756 ditakhrij dari Al-Maktabah‬‬ ‫‪As-Syamilah versi 3,61-2014.‬‬ ‫‪Bab III. Ibadah Salat .... | 45‬‬ ‫ك ِم َن‬ َّ ‫ت إِ ََل‬ َّ َ‫ ُُثَّ اق َْرأْ َما تَي‬،‫الصالَةِ فَ َكِ ّْب‬ َ ‫س َر َم َع‬ َ ‫«إِذَا قُ ْم‬ ِ ‫ال ُقر‬ ‫ ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَط َْمئِ َّن َراكِ ًعا‬،‫آن‬ ْ Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulallah Saw. masuk ke dalam masjid lalu masuklah seorang laki-laki lalu ia melaksanakan salat. (setelah salat) ia mengucapkan salam kepada Nabi, Nabi pun menjawab salamnya dan berkata “kembalilah ulangi salat sesungguhnya engkau belum salat”. Lalu laki-laki itu kembali mengulangi salatnya sebagimana yang tadi ia lakukan kemudian datang lagi kepada Nabi Saw. ia mengucapkan salam. Nabi berkata kepadanya “kembalilah salat sesungguhnya engkau belum salat (peristiwa serupa terjadi sampai 3x). Lalu laki-laki itu berkata “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan haq, aku tidak bisa melakukan selain ini. Maka Nabi Saw. bersabda: “Apabila kamu hendak salat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an, lalu ruku’lah sampai tenang di dalam ruku” (HR. Bukhari)60 60 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 46 | Psikologi Salat Khusyuk .... f. Thuma’ninah Thuma’ninah adalah diam setelah gerakan, atau diam di antara dua gerakan sehingga memisahkan misalnya antara bangkit dan turun. Menurut pendapat jumhur atau mayoritas ulama thuma’ninah termasuk rukun atau syarat rukun dalam ruku’, I’tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud.61 َّ‫ ُُث‬،‫ ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَ ْع ِد َل قَائِ ًما‬،‫ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَط َْمئِ َّن َراكِ ًعا‬ ِ ِ ِ ِ ،‫سا‬ ْ ً ‫ ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَط َْمئ َّن َجال‬،‫اس ُج ْد َح ََّّت تَط َْمئ َّن َساج ًدا‬ ‫ك ُكلِ َها‬ َ ِ‫صالَت‬ َ ِ‫َوافْ َع ْل ذَل‬ َ ‫ك ِِف‬ “Lalu ruku’lah sampai tenang di dalam ruku, kemudian bangkitlah sampai berdiri tegak, kemudian sujudlah sampai tenang dalam sujud, kemudian bangkitlah sampai tenang dalam duduk, dan lakukanlah demikian dalam semua salatmu”62 61 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014 62 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. Bab III. Ibadah Salat .... | 47 g. I’tidal, dalilnya adalah hadits di atas:63 ‫ ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَ ْع ِد َل قَائِ ًما‬،‫ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَط َْمئِ َّن َراكِ ًعا‬ “Lalu ruku’lah sampai tenang di dalam ruku, kemudian bangkitlah sampai berdiri tegak” h. Thuma’ninah saat i’tidal, dalilnya adalah hadits di atas yang menyebutkan “kemudian bangkitlah sampai berdiri tegak”; i. Sujud dua kali; j. Thuma’ninah saat sujud, dalil rukun ke- 9 dan ke- 10 adalah hadits di atas:64 ِ ‫اسج ْد ح ََّّت تَطْمئِ َّن س‬ ‫اج ًدا‬ َ َ َ ُ ْ َّ‫ُُث‬ “Kemudian sujudlah sampai tenang dalam sujud” k. Duduk di antara dua sujud, dalilnya hadits di atas 63 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 64 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014 48 | Psikologi Salat Khusyuk .... l. Thuma’ninah saat duduk antara dua sujud, dalil rukun ke-11 dan ke-12 adalah hadits di atas.65 ِ ِ ‫سا‬ ً ‫ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَط َْمئ َّن َجال‬ “kemudian bangkitlah sampai tenang dalam duduk” m. Tahiyat awal ِ ‫ْي الت‬ ِ ْ َ‫ول ِِف ُك ِل رْك َعت‬ ُ ‫َوَكا َن يَ ُق‬ َ‫َّحيَّة‬ َ “Nabi Saw. mengucapkan pada tiap dua rakaat tahiyat”66 Bacaan tahiyat sebagai berikut:67 َِِّ ‫ات‬ ِ ‫الت‬ ‫الس َال ُم‬ َّ ،‫ات‬ َّ ،‫َّلل‬ ُ َ‫ات الطَّيِب‬ ُ ‫الصلَ َو‬ ُ ‫ارَك‬ ُ َّ‫َّحي‬ َ َ‫ات ال ُْمب‬ ِ ُ‫َِّب ور ْْحَة‬ ‫الس َال ُم َعلَيْ نَا َو َعلَى‬ َّ ،ُ‫هللا َوبَ َرَكاتُه‬ َ ‫َعلَْي‬ َ َ ُّ ِ‫ك أَيُّ َها الن‬ 65 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014 66 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. I, hal. 357, No. Hadits. 498 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 67 Imam Muslim, Shahih Muslim, Bab: Tasyahud di Dalam Salat, Juz. I, hal. 302, No. Hadits. 403 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. Bab III. Ibadah Salat .... | 49 ِ ‫اد‬ ِ ‫ِعب‬ َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬،ُ‫ْي أَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل هللا‬ ‫َن‬ َّ ‫هللا‬ َ ِِ‫الصاحل‬ َ ِ ‫ول‬ ‫هللا‬ ُ ‫َُمَ َّم ًدا َر ُس‬ n. Bertasyahud, dalilnya adalah sambungan hadits tahiyat di atas pada lafaz tasyahud: ِ ‫ول‬ َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬،ُ‫أَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل هللا‬ ‫هللا‬ ُ ‫َن َُمَ َّم ًدا َر ُس‬ o. Bershalawat kepada Nabi Dalam Ghayah wa Taqrib disebutkan hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari Ibnu Mas’ud ra.: dalam suatu pertanyaan tentang bagaimana membaca shalawat pada Nabi Saw. “Bagaimana kami membaca shalawat kepadamu di dalam salat.” Maka Nabi Saw. bersabda: “katakanlah:” ‫صلى هللا عليك‬ “Semoga Allah memberkahi rahmat kepadamu” Ini menunjukkan bahwa tempat membaca shalawat pada Nabi Saw. adalah di dalam salat. 50 | Psikologi Salat Khusyuk .... p. Salam pertama ‫َّسلِ ِيم‬ َّ ‫َوَكا َن ََيْتِ ُم‬ ْ ‫الص َالةَ ِابلت‬ “Nabi Saw. menutup salat dengan salam”68 q. Niat keluar dari salat. Namun menurut pendapat yang shahih keluar dari salat bukanlah rukun, tetapi merupakan kesunnahan. r. Tertib Tertib ialah melakukan rukun-rukun wudhu’ menurut urutan-urutan yang telah disebutkan. Dalilnya adalah hadits Nabi Saw.: “mulailah dengan apa yang telah dimulai oleh Allah”69 4. Macam-Macam Salat Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazali (w. 505 H) dalam bukunya Al’Ihya’ mengatakan: “Perintah Allah Swt. adalah wajib dan sunnah. Adapun yang wajib adalah modal, yaitu 68 modal perniagaan, dengan itulah dicapainya Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. I, hal. 357, No. Hadits. 498 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 69 M. Ali AS-Sayis, Perbandingan Mazhab Dalam Masalah Fiqih, Jakarta, Bulan Bintang: 1996, Cet. VIII, hal.40-41 Bab III. Ibadah Salat .... | 51 keselamatan. Sedangkan yang sunnah adalah keuntungan, dengan itulah dicapainya derajat.”70 Dalam konteks ibadah salat, ia pun terbagi kepada dua sebagaimana pembagian di atas, yaitu ada salat yang wajib dikerjakan dan ada pula salat yang sunnah dikerjakan. Dalam hadits Nabi Saw. disebutkan: ِ َِّ ‫اعيل بن َعب ِد‬ ‫ َع ْن َع ِم ِه أَِِب‬،‫ َح َّدثَِّن َمالِك‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اَّلل‬ ْ ُ ْ ُ َ‫َحدَّثَنَا إِ ْْس‬ َِّ ‫ أَنَّه َِْسع طَلْحةَ بن ُعب ي ِد‬،‫ َعن أَبِ ِيه‬،‫ك‬ ٍ ِ‫س َه ْي ِل بْ ِن مال‬ :‫ول‬ ُ ‫ يَ ُق‬،‫اَّلل‬ َْ َ ْ َ َ ُ َ ُ ْ َِّ ‫ول‬ ِ ‫َجاء ر ُجل إِ ََل ر ُس‬ ُ‫ فَِإذَا ُه َو يَ ْسأَلُه‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫اَّلل‬ َ ََ َِّ ‫ول‬ َّ ِ َّ َ ‫اَّلل‬ ‫س‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ ‫ فَ َق‬،‫َع ِن ا ِإل ْسالَِم‬ ُ ْ‫ ََخ‬:‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم‬ ٍ ‫صلَو‬ ،َ‫ َل‬:‫ال‬ َ َ‫ َه ْل َعلَ َّي غَْي ُرَها؟ ق‬:‫ال‬ َ ‫ فَ َق‬، ‫ات ِِف اليَ ْوِم َواللَّيْ لَ ِة‬ ََ ‫ع‬ َ ‫إََِّل أَ ْن تَطََّّو‬ “Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulallah Saw. Lalu ia bertanya tentang Islam. Maka Nabi Saw. bersabda: “Lima salat dalam sehari semalam”. Ia bertanya lagi: 70 Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram, Jakarta, Pustaka Azzam: 2006, hal. 379 52 | Psikologi Salat Khusyuk .... “Apakah ada lagi untukku selain itu?”, Nabi Saw. menjawab: “Tidak, kecuali tathawwa’a”. (HR. Bukhari)71 Tathawwu’ secara etimologis berarti melakukan ketaatan. Sedangkan secara terminologi syari’at berarti ketaatan yang tidak wajib. Dalam hadits di atas yang dimaksud dengan tathawwu’ adalah salat-salat yang tidak wajib. Berkata Ahmad Ibnu Taimiyah (w. 728 H)): “Pada hari kiamat, salat tathawwu’ (salat sunnah) akan menyempurnakan yang fardhu (salat wajib) jika si pelaku tidak menyempurnakan salatnya.”72 Berdasarkan hadits itu, maka salat wajib adalah lima kali dalam sehari semalam di antaranya adalah salat magrib, salat isya, salat subuh, salat zuhur, dan salat ashar. Waktuwaktu salat ini disebutkan dalam firman Allah Swt.: ِ ‫الصالَةَ لِ ُدل‬ ِ ِ ‫الش ْم‬ َّ ‫ُوك‬ ‫س ِق الَّْي ِل َوقُ ْرءَا َن الْ َف ْج ِر إِ َّن قُ ْرءَا َن الْ َف ْج ِر َكا َن‬ َّ ‫أقِ ِم‬ َ َ‫س إ ََل غ‬ ‫ودا‬ ً ‫َم ْش ُه‬ “Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. 71 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. III, hal. 179, No. Hadits. 2678 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 72 Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram, hal. 379 Bab III. Ibadah Salat .... | 53 Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra:78) Menurut Al-Qur’an dan Terjemahan Khadim Haramain Syarifain ayat ini menerangkan waktu-waktu salat yang lima. Tergelincir matahari untuk waktu salat zhuhur dan ashar, gelap malam untuk waktu magrib dan isya.73 Sedangkan salat subuh disebut secara tersendiri. Waktu-waktu salat ini merupakan salah satu di antara syarat-syarat sah salat sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk salat sunat selain disebut tathawwu’ juga disebut nafl, yaitu tambahan. Dalam istilah fiqih nafl adalah sesuatu yang mendapat pahala jika dilakukan dan tidak disiksa jika tidak dilakukan. Salat sunat atau nafl ada dua macam:74 a. Salat sunat yang tidak sunat dilakukan dengan berjamaah seperti salat sunat sebelum ashar, sebelum zuhur, sesudah zuhur, sesudah magrib, sebelum isya, sesudah isya, dan sebelum subuh, dan lain-lain. b. Salat sunat yang disunatkan dilakukan dengan berjamaah seperti salat id, salat gerhana, salat istisqo’, salat tarawih, tahajud, dan lain-lain. 73 Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Abdullah Bin Abdul Aziz ali Su’ud, Al-Qur’an Dan Terjemahan, hal. 428 74 Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu’in, Bandung, Husaini: 2003, hal.221-223 54 | Psikologi Salat Khusyuk .... B SALAT PARADIGMA SPRITUALITAS TASAWUF (HAKIKAT) Istilah spritual mengandung beberapa pengertian baik secara kebahasaan maupun secara terminologi. Secara kebahasaan perkataan spritualitas berasal dari perkataan spirit yang berarti roh, jiwa, semangat, atau keagamaan. Jadi, spritualitas secara kebahasaan bisa diartikan sebagai segala aspek yang berkenaan dengan jiwa, semangat, dan keagamaan yang mempengaruhi kualitas hidup dan kehidupan seseorang. Lebih ringkasnya spritualitas adalah dimensi batin (esoteric dimension) atau jiwa agama dalam kehidupan manusia modern di abad global meliputi kualitas iman, kualitas jiwa, kualitas mental, kualitas kecerdasan emosi, dan kualitas kecerdasan spritual yang bersumber dari keyakinan agamanya sebagai seorang muslim.75 75 M. Muhammad Hanafi, dkk, Spritualitas dan Akhlak, Jakarta, LPMA: 2010, Cet. I, hal 471-472 Bab III. Ibadah Salat .... | 55 Ketika kata spritual dihubungkan dengan istilah tasawuf maka yang dimaksud di sini bukanlah spritual dalam pengertian umum sebagaimana di atas. Melainkan suatu mazhab khusus yaitu mazhab sufi yang pernah berkembang pada abad II H sampai dengan sekarang. Dalam sejarahnya istilah tasawuf yang merupakan asal kata “sufi” telah dikenal luas di kawasan Islam sejak penghujung abad ke-2 H sebagai perkembangan lanjut dari kesalehan asketis atau para zahid yang mengelompok di serambi masjid Madinah. Dalam perjalanan hidup kelompok ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup kesalehan yang demikian merupakan awal pertumbuan tasawuf yang kemudian berkembang dengan pesatnya. Fase ini dapat disebut fase asketisme dan merupakan fase pertama perkembangan tasawuf, yang ditandai dengan munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat sehingga perhatiannya terpusat untuk beribadah dan mengabaikan keasikan duniawi. Fase asketisme ini setidaknya sampai pada abad ke-2 H, dan memasuki abad ke-3 H sudah terlihat adanya peralihan konkrit dari asketisme Islam ke sufisme. Fase ini dapat disebut fase ke-2, yang ditandai oleh antara lain peralihan sebutan zahid menjadi sufi. Pada kurun waktu ini percakapan para zahid sudah sampai pada persoalan apa itu jiwa yang bersih, apa itu moral dan metode pembinaannya dan perbincangan masalah teoritis lainnya. 56 | Psikologi Salat Khusyuk .... Tindak lanjut dari perbincangan ini bermunculanlah berbagai teori tentang jenjang-jenjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi (maqam) serta ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang sufi pada tingkat tertentu (ahwal). Demikian juga pada periode ini sudah mulai berkembang pembahasan tentang ma’rifat serta perangkat metodenya sampai pada tingkat fana dan ittihad. Fase ini ditandai dengan muncul dan berkembangnya ilmu baru dalam khazanah budaya Islam, yakni ilmu tasawuf yang tadinya hanya berupa pengetahuan praktis atau semacam langgam keberagamaan. Selama kurun waktu itu tasawuf berkembang terus ke arah yang lebih spesifik, seperti konsep intuisi, kasyf, dan dzauq.76 Orang yang menempuh jalan tasawuf disebut sufi. Abu Hasan An-Nuri mendefinisikan sufi adalah mereka yang ruhruhnya terbebaskan dari pencemaran manusiawi, tersucikan dari noda jasmani, dan terlepas dari hawa nafsu, sehingga mereka menemukan ketenangan bersama Tuhan dalam barisan awal dan derajat yang paling tinggi serta terbebas dari semuanya kecuali Tuhan.77 Bagi kalangan sufi, dimensi esoterik dari suatu ritual ibadah merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Dalam pandangan mereka, sisi batin (hakikat) adalah inti dari pencapaian spritual. Ulama Syiah kenamaan Muhammad Husain Thabathabai 76 Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme, Jakarta, Rajagrafindo Persada:1999, hal.37 77 Ali bin Utsman Al-Hujwiri, Kasyful Mahjub, Bandung, Mizan:1993, hal. 45 Bab III. Ibadah Salat .... | 57 misalnya mengakui aspek batin (esoterik) dari Al-Qur’an. Ia mengatakan bahwa di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an terdapat level-level makna yang lebih dalam dan luas, serta hanya elit spiritual yang memiliki hati-hati suci yang dapat memahami.78 Begitu pula dalam masalah ibadah-ibadah lainnya. Bagi kalangan elit spritual ibadah seperti salat misalnya bukan hanya ritual yang terkandung di dalamnya ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dibuka dengan bertakbir dan ditutup dengan salam, tetapi lebih dari itu salat adalah mi’raj untuk sampai kepada Tuhan dan berkomunikasi dengannya. Muhammad Husain Thabathaba’i, Mazhab Kelima: Sejarah, Ajaran, Dan Perkembangannya, Nur Al-Huda, Jakarta: 2013, hal.127 58 | Psikologi Salat Khusyuk .... 78 C IBADAH SALAT ADALAH RELASI ANTARA MANUSIA DENGAN TUHAN Salat sebagai kebutuhan ruhani secara mutlak adalah sebuah pendakian atau perjalanan spiritual dalam rangka berdialog dengan Allah Swt. Sebuah proses transendensi berpindahnya jiwa menuju Allah Swt. Melalui salat manusia bisa berdialog dan berkomunikasi dengan Allah. Salat dikatakan sebagai mi’raj-nya orang yang beriman yaitu naiknya jiwa (mi’raj) meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah Yang Maha Tinggi. Manusia setelah mengalami proses transendensi berkomunikasi dengan Allah Swt. Melalui salat dituntut untuk aktif di dunia memelihara kedamaian umat manusia, menjaga kaharmonisan alam, menyebarkan berkah dan selalu berpihak pada kebenaran dan keadilan.79 79 Istianah, Salat Sebagai Perjalanan Ruhani Menuju Allah,dalam Jurnal Esoterik, Vol. 1, No. 1, Juni 2015, hal. 63 Bab III. Ibadah Salat .... | 59 Menurut Fakhruddin Ar-Razi, apabila seseorang sedang melaksanakan salat maka terbukalah tabir antara dia dengan Tuhan, tetapi begitu dia menoleh tabir itupun tertutup.80 Pendapat Fakhruddin Ar-Razi ini –menurut hemat penulis- menunjukkan bahwa dari sisi spritual tasawuf aspek syariat dalam salat tetap menjadi perhatian yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sesuai dengan rukun salat yaitu salat diakhiri dengan salam pertama disertai dengan niat untuk keluar dari nya maka saat itulah Tuhan menutup tabir antara Dia dengan hambanya. Sebuah buku yang paling bagus membahas tentang ini adalah karya Mahyuddin Ibnu Arabi yang berjudul “Al-Futuhatu Al-Makiyyah”81 yang berisi penjelasan mengenai revolusi salat dalam pandangan Ibnu Arabi.82 Pada awal mukaddimah buku M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Lentera Hati:2006, Cet. II, hal.34 81 Kitab ini adalah magnum opus-nya mulai ditulis di Mekah tahun 1202 M, versi pertamanya sebanyak dua puluh volume manuskrip selesai pada bulan Desember 1231 M (629 H). Versi kedua sebanyak tiga puluh tujuh volume selesai pada tahun 1238 M (636 H). Karya ini terdiri dari 560 bab dalam enam bagian, mencakup seluruh periode 560 tahun dari awal era Islam sampai kelahirannya. Ada penjelasan rinci tentang setiap segi kehidupan spiritual, termasuk komentar atas setiap surat Al-Qur’an, penjelasan hadits, fiqih, kosmologi, dan metafisika. (Stephen Hirtenstein, dari Keragaman ke Kesatuan Wujud: Ajaran dan Kehidupan Spritual Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi, Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2001,Cet. I, hal. 353) 82 Ibnu Arabi dilahirkan di Murcia, Andalusia, Spanyol pada 17 Ramadhan 560 H bertepatan dengan 28 Juli 1165 M dan wafat pada 28 Rabi’ul Awal 638 atau bertepatan dengan 16 November 1240 M. Nama lengkapnya adalah Muhiddin Abu Abdullah Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Bin Ahmad bin Abdullah Hatimi At-Ta’i. Salah seorang sufi terbesar dalam dunia Islam dan bahkan seorang pemikir mistik besar dalam dunia Islam. Tetapi karena pemikiran-pemikirannya yang kontroversial maka beberapa ulama besar ada yang mengkafirkannya, seperti Ibnu Taimiyah (w. 728 H) dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (w. 751). Dalam dunia Islam, Ibnu Arabi terkenal dengan 60 | Psikologi Salat Khusyuk .... 80 tersebut Ibnu Arabi menggubah syair rahasia salat sebagai berikut: “Batapa banyak pelaku salat tak mendapat apa-apa dari salatnya, Selain menyaksikan mihrab, kelelahan, dan keletihan. Ada pula yang sekadar memperoleh manfaat munajat Meski ia telah melaksanakan salat fardhu, dan berjamaah. Betapa tidak! Sementara rahasia Ilahi menjadi imamnya meski ia sebagai makmum. sebutan gelar Syaikh Al-Akbar (guru besar) dan dilengkapi dengan sebutan Muhy Ad-Din (penghidup agama) seperti wali besar dan ahli hikmah lainnya. Pendidikan Ibnu Arabi di mulai di Sevilla ketika ayahnya menjabat di istana dengan pelajaran yang umum saat itu, yaitu Al-Qur’an, hadits, fiqih, teologi, tasawuf, dan filsafat skolastik. Saat itu, Sevilla merupakan kota ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan sufisme dengan banyak guru sufi terkenal tinggal di sana. Kondisi keluarga dan lingkungan yang kondusif ini mempercepat pembentukan Ibnu Arabi sebagai tokoh sufi yang terpelajar, apalagi ia telah masuk tarekat sejak usia 20 tahun. Setelah dirasakan cukup menuntut ilmu di kota ini, ia pindah ke Cardova melanjutkan pelajarannya yang lebih tinggi dan lebih luas. Ia mempelajari ilmu fiqh, tafsir, dan lain-lain dengan lancar dan berhasil karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki serta dukungan dari orang tuanya yang dapat diandalkan. Pada usia yang relatif muda, ia bertemu dengan dua wanita sufi terkemuka yaitu Yasmin Mursyaiyah dan Fathimah Qurthubiyah. Pertemuannya dengan kedua sufi wanita itu amat berpengaruh dalam dirinya dan secara tidak langsung memberi arah kepada perjalanan hidupnya. Khususnya dengan Fathimah dari Cardova itu, seorang tua dengan ilmu yang luas dalam kerohanian, telah mengajar dan membimbing kerohanian Ibnu Arabi selama tidak kurang dari dua tahun. Ibnu Arabi yang masih muda telah beroleh ilmu dan berkecenderungan ke arah kerohanian. Menurut Carl Brockelmaan sejarawan asal Jerman, karya Ibnu Arabi seluruhnya tidak kurang dari 239 judul. Ada juga yang berpendapat bahwa Ibnu Arabi menulis tidak kurang dari 350 buah buku, mulai dari karya besar Al-Futuhat Al-Makiyyah yang halamannya berjumlah ribuan dalam teks arab, sampai ke risalah-risalah kecil yang banyak sekali. (Aletmi, Pemikiran Tasawuf Ibnu Arabi dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran Sufistik HurufHuruf Muqatha’ah dalam Al-Qur’an, Jakarta, Institut PTIQ Jakarta: 2015, hal. 62-63) Bab III. Ibadah Salat .... | 61 Maka sungguhia telah mencapai puncaknya Ihramnya adalah takbir, jika engkau bertakbir Jika bukan karena takbir, maka apa yang dibolehkan dan dilarang atas seseorang di dalam salat dan di luar salat menjadi sama Tanda keluarnya seseorang dari keadaan salat adalah ketika ia mengucapkan salam, Jika engkau mengikuti kepulangan beliau saw. dari langit pada malam isra’ Di antara dua keadaan ini ada tujuan dan ada rahasia gaib, yang tak terasakan dan tak terlihat.”83 …………. Peraih hadiah Nobel dalam bidang kedokteran, Alexis Carrel dalam bukunya “Man the Unknown” menyatakan ada aktivitas keagamaan yang dapat mengubah fungsi anggota tubuh dan kelenjar-kelenjar yaitu salat. Menurutnya, salat adalah konsentrasi penuh menembus alam ini menuju satu totalitas wujud yang tidak terbatas. Ini bukan bidang nalar. Para filsuf dan ilmuwan pun sukar memahaminya. Hanya orang yang jauh dari rayuan gemerlap dunia yang mudah merasakannya, semudah merasakan kehangatan mentari atau kasih sayang seorang teman. Salat yang demikian akan melahirkan mukjizat. Di semua tempat dan waktu ada yang mengalami, melihat, dan mendengar, adanya orang-orang yang pulih kesehatannya di tempat ibadah atau ketika 83 Ibnu Arabi, Al-Futuhatu Al-Makiyyah: Revolusi Sahalat Ibnu Arabi, Bandung, Pustaka Hidayah: 2010, Cet. II, hal.15 62 | Psikologi Salat Khusyuk .... berkunjung ke tempat suci. Sayang, keperkasaan sains sejak abad ke-19 telah menjadikannya terlupakan.84 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan, hal. 184 Bab III. Ibadah Salat .... | 63 84 D IBADAH SALAT DIMENSI RUHANI YANG TRANSEDENTAL Apa yang anda peroleh jika anda salat? Anda akan memperoleh karunia berupa pancaran nur cahaya Ilahi. Hanya saja untuk mencapai hal itu salat yang anda dirikan harus benar-benar menjiwai hati anda yang disebut dengan salat khusyu’.85 Untuk mencapai salat yang khusyu’ secara syariat pelaku salat harus memenuhi segala syarat dan rukun salat yang telah ditentukan sebagaimana salat dalam tinjauan fiqih. Sedangkan secara spritual Al-Qur’an dan hadits menyebutkan kriteria orang yang khusyu’: 85 Muhammad Suwardi, The Mystery of Human Organ, Jakarta, Ufuk Press: 2010, Cet. I, hal.228. 64 | Psikologi Salat Khusyuk .... ِ ْ ‫الصالَةِ وإِنَّها لَ َكبِرية إَِلَّ َعلَى‬ ‫ْي‬ َّ ‫استَعِينُوا ِاب‬ َ ِ‫اْلَاشع‬ َ َ َّ ‫لص ِّْب َو‬ ْ ‫َو‬ َ ِ ‫} الَّ ِذين يظُنُّو َن أَنَّ ُهم ُّمالَقُوا رهبِِم وأَنَّ ُهم إِل َْي ِه ر‬45{ ‫اجعُو َن‬ َ َ ْ َ ْ َ َ }46{ “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Q.S: Al-Baqarah:45-46) Dalam Hadits Nabi Saw. disebutkan: ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َاب ِرًزا يَ ْوًما‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َع ْن أَِِب ُه َريْ َرة‬ ُّ ِ‫ َكا َن الن‬:‫ال‬ َ ‫َِّب‬ ِ ِ ‫لِلن‬ َّ ‫ أَ ْن تَ ْعبُ َد‬:‫ال‬ َ َ‫سا ُن؟ ق‬ َ ‫يل فَ َق‬ َ‫اَّلل‬ َ ‫ … َما ا ِإل ْح‬:‫ال‬ ُ ‫ فَأ َََتهُ ج ِّْب‬،‫َّاس‬ ‫اك‬ َ ‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َر‬،ُ‫ك تَ َراه‬ َ َّ‫َكأَن‬ Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: …….. “Apakah ihsan itu?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: “Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya Bab III. Ibadah Salat .... | 65 dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu”.86 Ayat dan hadits di atas menjadi indikator yang menunjukkan bahwa selain ritual secara fiqih (syari’at) yang tampak menurut lahiriahnya, dilakukan pula ritual secara spritual (hakikat) dalam bentuk keyakinan yang mantap kepada Tuhan. Artinya, sisi dalam manusia mempunyai peranan penting untuk mencapai salat yang khusyu’ yaitu peran ruh dan eksistensinya. Dalam pandangan Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) ruh adalah unsur yang berdiri sendiri di dalam jasad. Ia menulis dalam tafsirnya ketika menjelaskan surat Al-Qiyamah ayat 28:87 َّ ‫َن ْاْليَةَ َدالَّة َعلَى أ‬ َّ ‫َوظَ َّن أَنَّهُ ال ِْفرا ُق أ‬ ‫وح َج ْو َهر قَائِم بِنَ ْف ِس ِه‬ ُّ ‫َن‬ َ ‫الر‬ ِ ‫اب ٍق ب ْع ِد مو‬ ‫ت البدن‬ َْ َ َ “(saat kematian itulah) ia yakin akan benar-benar berpisah (dengan dunia)” ayat ini menunjukkan bahwa sesungguhnya ruh merupakan unsur yang berdiri dengan dirinya sendiri sesudah kematian badan” 86 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I, hal. 19, No. Hadits. 50 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 87 Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014. 66 | Psikologi Salat Khusyuk .... Menurut Muhammad bin Nashr Al-Marwazi dan Muhammad bin Hazm ruh lebih dahulu diciptakan daripada jasad, sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (w. 751 H) dalam bukunya “Ruh”.88 Eksistensi ruh di dalam tubuh manusia meniscayakan manusia untuk dapat mengerti, memahami, dan memiliki pengetahuan dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya.89 ِ ‫ُُثَّ س َّواه ونَ َف َخ فِ ِيه ِمن ُّر‬ ‫ار‬ َّ ‫وح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم‬ َ ْ‫الس ْم َع َواْألَب‬ َ ُ َ َ‫ص‬ ‫َواْألَفْئِ َدةَ قَلِيالً َّما تَ ْش ُك ُرو َن‬ “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”(QS: As-Sajdah:9) 88 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hakikat Ruh, Jakarta, Qisthi Press: 2015, Cet. I, hal.215 89 Dalam kajian filsafat ilmu ada dua aliran besar yang membahas tentang asal pengetahuan yang dimiliki manusia. Pertama, empirisme yaitu aliran yang berpendapat bahwa empiris yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal bukan jadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman. Filsuf empirisme antara lain adalah John Locke, David Hume, William James. Aliran kedua adalah rasionalisme yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercayai adalah rasio (akal). Akal dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti. Filsufnya antara lain adalah Rene Descartes, B. Spinoza dan Leibniz. Bab III. Ibadah Salat .... | 67 Menurut Imam Suprayogo ruh lah yang berpikir pada diri manusia. Ia memiliki nikmat-zat-rasa yang memancarkan dan mengaktifkan sehingga manusia dapat berpikir melalui otak, membaca melalui matanya, mendengar melalui telinganya sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Ruh ditiupkan setelah jasad tercipta seperti keterangan dalam tafsir Departemen Agama yang berdasarkan surat Al-Insan ayat 1 bahwa manusia berasal dari tanah yang tidak dikenal dan tidak disebut-sebut sebelumnya.90 Apa dan bagaimana jenis tanah itu tidak dikenal sama sekali. Kemudian Allah Swt. meniupkan roh kepadanya, sehingga jadilah dia makhluk yang bernyawa.91 Eksistensi ruh di dalam jasad menjadikan manusia terbeban hukum (taklif). Orang yang terpisah antara ruh dan jasadnya menjadikan ia meninggal dunia (mati) dan ketika itu beban hukum (taklif) hilang dengan sendirinya. Allah Swt. menyebutkan bahwa beribadah kepadanya sampai datang kematian: ِ َ ‫ك ح ََّّت َيْتِي‬ ‫ْي‬ ُ ‫ك الْيَق‬ َ َ َ َ َّ‫َوا ْعبُ ْد َرب‬ “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”. (AlInsan :1) 91 Tim Tafsir Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Departeman Agama RI, Jakarta: 2008, Jilid.10, hal.464 68 | Psikologi Salat Khusyuk .... 90 “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS: Al-Hijr:99) Jika demikian, maka dalam perspektif Al-Qur’an manusia dibentuk oleh Allah Swt. dengan dua unsur dasar: tanah dan ruh. Karena dua unsur pembentuk itu -meminjam istilah Ali Syariatimanusia disebut sebagai manusia bi-dimensional. Makhluk yang memiliki dua unsur: tanah dan ruh. Secara simbolik, tanah berarti sesuatu yang rendah, hina, stagnan, dan pasif. Sedangkan ruh berarti sesuatu yang luhur, mulia, yang melambangkan gerakan tanpa henti menuju kesempurnaan. Dimensi ruhani manusia inilah yang menariknya menuju Tuhan Yang Maha Tinggi, tak tunduk pada unsur tanah dan pemenuhan unsur biologis semata.92 Dimensi ruhani dalam diri manusia adalah inti dari anatomi spritual yang melakukan pendakian atau perjalanan mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah Swt., sebuah proses transendensi berpindahnya jiwa menuju Allah Swt. Melalui salat manusia bisa berdialog dan berkomunikasi dengan Allah swt. dalam hadits qudsi disebutkan adanya dialog antara hamba dengan Allah Swt. dalam salat saat membaca surat Al-Fatihah: Allah berfirman, “Aku membagi salat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa Muhammad Subhi, Wawasan Al-Qur’an Tentang Manusia: Antropologi–Profetik), Jurnal Al-Burhan Institut PTIQ Jakarta:2016,Vol.6, No.2 November, hal.842 Bab III. Ibadah Salat .... | 69 92 yang dia minta. Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.” Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahim.” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.” Apabila hamba-Ku membaca, “Maliki yaumid din.” Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengagungkanKu.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “HambaKu telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.” Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.” Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.” Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqim, Shiratalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa la Adh-Dhallin.” Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”93 Hadits ini menunjukkan salat adalah kontak langsung antara hamba dengan Allah Swt. siapa yang salat dengan khusyu’ maka tiada hijab antara Allah Swt. dengan hambanya. Terutama 93 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. I, hal. 296, No. Hadits. 38 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. 70 | Psikologi Salat Khusyuk .... saat dalam posisi sujud.94 Betul-betul seorang hamba merasa tidak ada apa-apanya dan merasa hina serta kecil di hadapan-Nya. Sehingga, kita tidak akan bersifat sombong, dan sebaliknya bersifat tawadhu’ (rendah hati).95 Akhirnya, hamba yang salat menjadi hamba yang Rahman atau ‘Abdurrahman. Sesuai dengan sifat dan nama Tuhan yang disembahnya yaitu Ar-Rahman.96 “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya 94 Hadits dari Abu Hurairah Menyebutkan: ِ َ ‫َن رس‬ ِ ِ ‫ و ُهو س‬،‫ أَقْرب ما ي ُكو ُن الْع ْب ُد ِمن ربِ ِه‬:‫ال‬ ،‫اجد‬ َ ‫ول هللا‬ َ َ ُ َ َ َ‫صلَّى هللاُ عَل َْيه َو َسلَّ َم ق‬ ُ َ َّ ‫عَ ْن أَِِب ُه َريْ َرةَ أ‬ َ َ َ َ ْ َ َ ‫فَأَ ْكثِ ُروا الد‬ َ‫ُّعاء‬ Dari Abu Hurairah, Rasulallah saw bersabda: “Sedekat-dekat hamba dengan Tuhannya (dalam salat) ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdoa (ketika itu)”(HR. Muslim) 95 Muhammad Suwardi, The Mystery of Human Organ, hal. 236 96 Salah satu nama Allah swt. dan sekaligus menjadi sifatnya adalah Ar-Rahman. Allah swt. berfirman, Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya[870] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu." (QS: Al-Isra:110) Bab III. Ibadah Salat .... | 71 itu adalah kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orangorang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (QS: Al-Furqan:63-68) Jika sifat-sifat hamba yang rahman seperti disebutkan dalam ayat itu telah tampak pada diri orang yang salat maka dapat dikatakan bahwa ia telah mencapai salat yang khusyu’, atau ia telah masuk dalam jajaran Al-Khâsyi’în yaitu orang-orang yang khusyu. Imam Suprayogo mengatakan “salat yang mampu mengubah perilaku seseorang adalah salat yang benar-benar khusyu'. Alasannya adalah sebagaimana tujuan ibadah puasa meraih derajat taqwa tetapi dinyatakan juga di dalam hadits Nabi banyak orang menjalankan puasa tidak memperoleh dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Begitu pun salat, banyak orang menjalankan salat tetapi tidak memperoleh manfaat dari salatnya kecuali sekedar menggugurkan kewajibannya.”97 97 Imam Suprayogo dalam laman situs https://uinmalang.ac.id/r/160701/kekuatan-salat-mengubah-perilaku-seseorang Rabu, 20 Juli 2016 72 | Psikologi Salat Khusyuk .... E SALAT MENGHASILKAN INSAN KAMIL (MANUSIA PARIPURNA) Insan kamil berasal dari bahasa Arab, insan dan kamil. Insan berarti manusia, sedangkan kamil artinya sempurna. Dari segi pemaknaan istilah insan kamil memiliki berbagai definisi beragam yang diantaranya diartikan sebagai manusia yang telah sampai pada tingkat tertinggi. Makna lain insan kamil adalah manusia paripurna sebagai wakil Allah untuk mengaktualisasikan diri, merenungkan dan memikirkan kesempurnaan yang berasal dari nama-Nya sendiri.98 Dalam pandangan Al-Jilli istilah insan kamil dalam konteks kekinian memberikan beberapa pemaknaan yang bisa diaplikasikan pada manusia modern: pertama, konsep insan kamil bisa dimaknai sebagai dasar penguatan konsep personality. 98 Rodiah, Insan Kamil Dalam Pemikiran Muhammad Nafis AlBanjari dan Abdush-Shamad Al-Falimbânî Dalam Kitab Ad-Durr An-Nafis dan Siyar As-Sâlikîn (Sebuah Studi Perbandingan), dalam Jurnal Studia Insania, April 2015 Vol. Vol. 3, No. 2, hal. 98 Bab III. Ibadah Salat .... | 73 Kedua, konsep insan kamil juga bisa dimaknai sebagai upaya pertumbuhan atau pengembangan personality. Ketiga, konsep insan kamil juga dapat dimaknai sebagai pembelajaran bagaimana menyeimbangkan keserasian antara jasmani dan ruhani. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya insan kamil adalah kesempurnaan manusia yang tercermin melalui sebuah proses perwujudan yang terjadi antara keseimbangan dan keselarasan pola hidup manusia dalam mencapai tujuan hidup yang hakiki antara kehidupan manusia dalam konteks kemanusiaan dan konteks ketuhanan.99 Insan kamil jika dilihat dari segi fisik biologisnya tidak berbeda dengan manusia lainnya. Namun dari segi mental spiritual ia memiliki kualitas-kualitas yang jauh lebih tinggi dan sempurna dibanding manusia lain. Karena kualitas dan kesempurnaan itulah Tuhan menjadikan insan kamil sebagai khalifah-Nya. Yang dimaksud dengan khalifah bukan sematamata jabatan pemerintahan lahir dalam suatu wilayah negara (alkhilafah az-zahiriyyah) tetapi lebih dikhususkan pada khalifah sebagai wakil Allah (al-khilafah al-ma’nawiyyah) dengan manifestasi nama-nama dan sifat-Nya sehingga kenyataan adanya Tuhan terlihat padanya.100 99 Kiki Muhamad Hakiki, dkk, Insan Kamil Dalam Perspektif Abd AlKarim Al-Jilli Dan Pemaknaannya Dalam Konteks Kekinian, dalam Jurnal Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Vol. 3, 2 Tahun. 2018, hal. 185 100 Akilah Mahmud, Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi, dalam Jurnal Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014, hal. 40 74 | Psikologi Salat Khusyuk .... Jika demikian, maka sosok insan kamil bukanlah berbentuk fisik atau pun identitas biologis melainkan wujud spritual yang memiliki relasi dengan Allah Swt. dalam hal ini ruh adalah wujud yang dimaksud dengan insan kamil itu. Sebagaimana uraian sebelumnya, ruh merupakan esensi yang melakukan mi’raj melalui ibadah salat kepada Allah Swt. implementasi dari nilai-nilai salatnya tercermin melalui proses terwujudnya keseimbangan dan keselarasan pola hidup manusia dalam konteks kemanusiaan dan dalam konteks ketuhanan. Dalam konteks kemanusiaan ia menjadi khalifah di bumi, selalu menebarkan kebaikan, membawa kemaslahatan serta tidak melakukan kerusakan sebagaimana yang disangsikan oleh para malaikat pada awal penciptaan Adam As. ِ ‫ك لِلْمالَئِ َك ِة إِِّن ج‬ ِ ‫اع ُل ُُ ِِف األ َْر‬ ‫ض َخلِي َفةً قَالُوا‬ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬ َ َ َ ُّ‫ال َرب‬ ِ ُ ‫أ َََتْعل فِيها من ي ْف ِس ُد فِيها ويس ِف‬ ُ َ َ َُ ْ ََ َ َ‫ك الد َمآء‬ “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. (QS: Al-Baqarah: 30) Bab III. Ibadah Salat .... | 75 Sedangkan dalam konteks ketuhanan ia menjadi pribadi yang mendapat gelar hamba Allah Swt. dengan personality yang memiliki spritualitas ketenangan batin. ِ ‫اضيةً مر‬ ِ ِ ِ ِ ِِ ً‫ضيَة‬ ْ َ َ ‫َل َربِك َر‬ َ ‫} ْارجعي إ‬27{ ُ‫س ال ُْمط َْمئنَّة‬ ُ ‫ََيأَيَّتُ َها النَّ ْف‬ ِ ‫} فَا ْد ُخلِي ِِف ِعب‬28{ }30{ ‫} َوا ْد ُخلِي َجن َِِّت‬29{ ‫ادي‬ َ “Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya., Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurgaKu.”(QS: Al-Fajr: 27-30)101 Dalam ayat di atas “nafs” adalah sisi dalam manusia, sedangkan bentuk jamaknya adalah “anfus”. Demikian menurut M. Quraish Shihab.”102 101 Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah S.89:27 turun berkenaan dengan Hamzah (yang gugur sebagai syahid). (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buraidah.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Nabi saw. bersabda: “Siapa yang akan membeli sumur Rahmat untuk melepaskan dahaga. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosanya.” Sumur itu dibeli oleh Utsman. Nabi saw. bersabda: “Apakah engkau rela sumur itu dijadikan sumber air minum bagi semua orang?” Utsman menyetujuinya. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.89:27) berkenaan dengan Utsman. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Juwaibir dari ad-Dlahhak yang bersumber dari Ibnu Abbas.) 102 M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama AlQur’an, Bandung, Mizan: 2007, Cet. II, hal. 481 76 | Psikologi Salat Khusyuk .... BAB IV PSIKOLOGI SALAT PERSPEKTIF KECERDASAN RUHIOLOGI A.Kecerdasan Ruhiologi Berbasis Psikologi Salat; B. Posisi Kecerdasan Ruhiologi di antara Kecerdasan lainnya; dan C. Kecerdasan Ruhiologi (RQ) di Era Revolusi 4.0 & Era Society 5.0 77 Jika yang dimaksud dengan psikologi adalah studi ilmiah tentang pikiran atau proses mental dan perilaku, maka psikologi salat adalah studi ilmiah tentang pikiran atau proses mental dan perilaku yang dihasilkan dari ibadah salat, yaitu ibadah yang terkandung di dalamnya ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dibuka dengan bertakbir kepada Allah dan ditutup dengan salam. Pada uraian sebelumnya dalam buku ini telah dipaparkan adanya sisi dalam manusia yang menjadi poros utama yang menjadikan manusia mengerti, memahami, dan memiliki pengetahuan dari apa yang dilihat dan didengarnya yaitu ruh. Melalui salat, ruh melakukan relasi transenden (mi’raj) kepada Allah Swt. relasi transenden ini nantinya akan menghasilkan kecerdasan ruhiologi. 78 | Psikologi Salat Khusyuk .... A KECERDASAN RUHIOLOGI BERBASIS PSIKOLOGI SALAT Salat adalah media untuk membina akhlak orang mukmin dengan memberikan nutrisi kepada tubuh, akal, dan hati. - Kerja Tubuh ِ ‫ْي‬ َ ِ‫وموا هلل قَانِت‬ ُ ُ‫َوق‬ “Dan berdirilah untuk Allah dengan khusyu” (AlBaqarah:238) ِ َّ ‫اْلَْي َر ل ََعلَّ ُك ْم‬ ْ ‫اس ُج ُدوا َوا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ْم َوافْ َعلُوا‬ ْ ‫ين ءَ َامنُوا ْارَكعُوا َو‬ َ ‫ََيأَيُّ َها الذ‬ ‫تُ ْفلِ ُحو َن‬ “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” (Al-Hajj:77) Bab IV. Psikologi Salat .... | 79 - Kerja Akal ِ َّ ‫ارى َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َماتَ ُقولُو َن‬ َّ ‫ين ءَ َامنُوا َلَتَ ْق َربُوا‬ َ ‫الصالَةَ َوأَنتُ ْم ُس َك‬ َ ‫ََيأَيُّ َها الذ‬ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”(An-Nisa’:43) - Kerja Hati ِ ‫قَ ْد أَفْ لَح الْم ْؤِمنُو َن الَّ ِذين ُهم ِِف صالَِتِِم َخ‬ ‫اشعُو َن‬ ْ َ ْ َ ُ َ “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam salatnya” (AlMu’minun:1-2) Mekanisme kerja ketiga hal itu terjadi secara bersamaan saat orang salat melakukan rukun-rukunnya. Ketika salat, seseorang berdiri dengan khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Swt. penciptanya dan pencipta semesta alam. Seseorang dengan tubuhnya yang kecil lagi lemah, berdiri di hadapan Tuhannya Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menguasai semua atom yang ada, mengatur urusan langit dan bumi, menggenggam kehidupan dan kematian, 80 | Psikologi Salat Khusyuk .... membagi-bagikan rezeki di antara manusia, serta menyempurnakan qadha dan qadar dengan perintah-Nya.103 Ketiga mekanisme kerja itu melibatkan sisi dalam dan sisi luar manusia. Sisi dalam manusia adalah ruh, sedangkan sisi luarnya adalah fisik atau jasmani. Implementasi dari tiga mekanisme kerja tersebut akan melahirkan perubahan pada tingkah laku yang positif terhadap orang yang salat. Sesuai dengan tujuan shalat bahwa ia mencegah dari perbuatan keji dan munkar. ِ‫ش‬ ‫آء َوال ُْمن َك ِر‬ َّ ‫الصالَةَ إِ َّن‬ َّ ‫َوأَقِ ِم‬ َ ‫الصالَةَ تَنْ َهى َع ِن الْ َف ْح‬ “Dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (QS.29:45) Jika salat telah mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar, maka ini menunjukan potensi keingkaran dalam dirinya telah dapat dikendalikan, Al-Qur’an menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat potensi untuk ingkar. ِ ِ ‫سا َن لَِربِ ِه لَ َكنُ ْود‬ َ ْ‫إ َّن اإلُْن‬ Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Al-Qur’an: Terapi Qur’ani Dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Bandung, Pustaka Setia: 2005, Cet. 1, hal. 457 Bab IV. Psikologi Salat .... | 81 103 “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya”. (QS. Al-Adhiyat:6) Untuk merealisasikan tujuan ayat ini sisi dalam manusia yakni ruh menempati posisi sentral untuk mencapai tujuan salat sebagaimana yang dikehendaki ayat. Hal ini karena ruh adalah anatomi spritual yang melakukan proses transendensi pendakian atau perjalanan mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah Swt. ketika salat. Proses transendensi atau relasi vertikal tersebut meniscayakan ruh untuk patuh dan taat dalam menerima perintah yang datang dari wujud yang disembahnya. Di sini, terjadi proses pendidikan holistik yang dilakukan oleh ruh dalam nuansa kerohanian yang menjadi cikal bakal kecerdasan ruh itu sendiri, yaitu kecerdasan ruhiologi (RQ). Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang berasal dari sisi dalam manusia yaitu “ruh”. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan awal yang dimiliki oleh manusia yang merupakan sumber dari ketiga kecerdsan IQ, EQ, dan SQ. Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang berasal dari hubungan vertikal (manusia-ruh-Tuhan) melalui pengetahuan agama yang bersifat nonfisik material. Hal ini tentu berbeda dengan banyak kecerdasan lainnya seperti IQ, EQ, dan SQ yang 82 | Psikologi Salat Khusyuk .... seringkali bebas nilai sehingga membuat manusia kehilangan ketenangan dalam hidupnya.104 Iskandar, dkk, “Pendidikan Holistik Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0,” dalam Jurnal Tarbawi: Jurnal Ilmuilmu Pendidikan Vol 15 No 02 Tahun. 2019 melalui https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/467 Bab IV. Psikologi Salat .... | 83 104 B POSISI KECERDASAN RUHIOLOGI DI ANTARA KECERDASAN LAINNYA Para pemikir menggarisbawahi empat daya pokok manusia yang darinya berkembang daya-daya yang tidak terlukiskan betapa banyak dan besarnya. Keempat daya itu bila diasah dan diasuh dengan baik akan melahirkan kemampuan luar biasa. Daya-daya tersebut adalah:105 1. Daya fisik yang dapat melahirkan keterampilan; 2. Daya pikir yang dapat melahirkan ilmu dan teknologi; 3. Daya kalbu yang melahirkan kepekaan, imajinasi, dan iman; dan 4. Daya hidup yang dengannya manusia dapat menyesuaikan diri dengan aneka tantangan, menghadapi dan mengatasinya. M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Lentera Hati: 2006, Cet. II, hal. 380 84 | Psikologi Salat Khusyuk .... 105 Keempat daya tersebut di era modern diperkenalkan dengan istilah-istilah yang lebih ilmiah dan baru. Misalnya kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif disebut Intelligence Quotient (IQ). Serangkaian kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi, empati, kecakapan sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut Emotional Quotient (EQ). Sedangkan kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain disebut Spiritual Quotient (SQ), ini menurut definisi dari Danah Zohar dan Ian Marshall.106 Selama bertahun-tahun orang beranggapan keberhasilan ditentukan oleh IQ. Para ahli meyakini IQ sebagai ukuran terbaik atas kecerdasan dan potensial seseorang dalam meraih sukses. Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya. Pada pertengahan 1990-an, para ahli menemukan bentuk kecerdasan lain yang menentukan keberhasilan seseorang, yaitu EQ. Menurut para ahli EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara Ifa Hanifah Misbach, “Antara IQ, EQ, dan SQ”, dalam laman situs internet http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI Bab IV. Psikologi Salat .... | 85 106 efektif. Dengan demikian, IQ bukan satu-satunya kecerdasan yang menentukan keberhasilan seseorang, temuan itu tentu saja menghebohkan banyak orang. Pada akhir abad ke-20, para ahli menemukan lagi bentuk kecerdasan yang lain yakni kecerdasan spiritual disingkat SQ. Kecerdasan ini dibangun karena pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, yakni makhluk yang selalu bertanya tentang hal-hal yang mendasar. Misalnya, mengapa manusia dilahirkan, apa makna kehidupan, apakah ada kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini? dan sebagainya. Untuk menjawabnya diperlukan kecerdasan spiritual. Menurut Mudjia Rahardjo, SQ merupakan jenis kecerdasan yang paling penting karena merupakan landasan untuk membangun IQ dan EQ. Dengan demikian, SQ merupakan kecerdasan tertinggi. Sebab, hanya manusia yang memiliki jenis kecerdasan ini.107 Menurut hemat penulis, jika SQ adalah kecerdasan tertinggi maka perhatian terhadap sisi dalam manusia seharusnya menjadi fokus utama dalam kajian-kajian psikologi. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah psikologi mampu mencapai sisi dalam manusia?, karena jika SQ adalah sebuah konsep spritual maka bagaimanakah psikologi mendefinisikan spritual itu sendiri?. Sebagaimana telah dimaklumi bahwa psikologi adalah studi ilmiah tentang pikiran (proses mental) dan perilaku.108 107 Mudjia Rahardjo, dalam laman https://www.uin-malang.ac.id Martha Lally ,dkk, Introduction to Psychology, hal. 7 86 | Psikologi Salat Khusyuk .... 108 Artinya studi psikologi menekankan pada perilaku yang dapat diamati disebabkan oleh gejala-gejala kejiwaan. Selanjutnya adalah jika SQ merupakan sebuah konsep spritual maka bagaimanakah ukuran dan bentuk nilai-nilai yang dianut oleh SQ itu?, atau dari manakah sumber atau asal nilai-nilai yang dianut oleh SQ tersebut?. Jika jawaban dari pertanyaan ini menemui jalan buntu maka dapat dipastikan bahwa SQ adalah sebuah kecerdasan yang bebas nilai. Artinya, ia hanya dianut sebagai kecerdasan spritual yang berasal diri sendiri (personality),109 dan tidak ada hubungannya dengan relasi trasenden yang bernuansa holistik. Di sinilah sisi kekurangan dari Spiritual Quotient (SQ) yang belum mampu dijelaskan oleh para ahli. Adapun banyak para ahli yang berpendapat bahwa Spiritual Quotient (SQ) erat 109 Dewasa ini berkembang cabang filsafat yang membahas tentang manusia yaitu eksistensialisme. Secara umum eksistensialisme berarti manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan - merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pendapat lain, menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Bab IV. Psikologi Salat .... | 87 kaitannya dengan nilai-nilai dari ajaran agama terutama agama Islam maka itu belum mengungkap bagaimana mekanisme proses transfer nilai-nilai tersebut ke dalam diri manusia. Artinya, masih ada satu masalah lagi yang muncul yaitu siapakah yang menerima nilai-nilai tersebut pertama kali?. Untuk menjawab masalah ini maka perlu rasanya kita melihat penjelasan ulama Sunni dan Syi’ah sebagai berikut:110 “Tuhan menciptakan seluruh ruh manusia sejak Nabi Adam as. sampai hari kiamat tanpa ruh itu bergantung pada sesuatu pun. Kemudian ruh itu hidup selama dua ribu tahun sampai Tuhan menciptakan badan-badan yang sangat kecil tetapi cermat, badan-badan itu diciptakan seperti badan-badan kita sekarang, lalu Tuhan memasukkan ruh-ruh itu ke dalam badanbadan itu. Alam yang pertama ketika ruh hidup tanpa bergantung pada yang lain disebut alam arwah dan alam kedua disebut alam dzar atau alam mitsaq. Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) ketika menerangkan surat Al-A’raf 172 menyebutkan beberapa riwayat dan hadits yang bersanad shahih (menurut beliau) dari Rasulallah saw. bersabda ketika Tuhan menciptakan Nabi Adam as. Tuhan mengusap punggung Nabi Adam as. dan dari punggung itu keluar seluruh keturunan Nabi Adam as. sampai hari kiamat berupa butiran-butiran kecil.”111 110 Sayyid Hasan Abthahiy, Alam Arwah, Lentera Basritama, Jakarta: 1996, hal.14. 111 Surat Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut: 88 | Psikologi Salat Khusyuk .... Terlihat dari penjelasan di atas keberadaan ruh sebelum alam ini, dikatakan bahwa alam ruh sebelum alam ini sekitar dua ribu tahun lamanya. Islam juga menyebutkan adanya alam lain yang disebut alam dzar. Diceritakan bahwa di alam dzar Tuhan mengambil ‘ahd dan perjanjian dari makhluk-makhluknya. Kejadian alam itu seperti apa yang dituturkan oleh ulama Sunni dan Syi’ah di atas. Jika demikian, maka pada mulanya manusia telah berada di alam arwah, di mana arwah belum bertemu dengan jasad. Di alam arwah ini ia telah mengakui adanya Allah Swt., dan setelah lahir ke dunia, dilahirkan keadaan bayi yang suci bersih tidak berdosa, kemudian bertambah besar sampai dewasa, pengakuannya terhadap Allah Swt. telah berubah dan berbedabeda, di antaranya ada yang beriman, ada yang kufur, dan ada pula yang tidak mempercayai adanya Allah Swt. (ateis) dan sebagainya.112 ِ ِ َ ‫ك ِمن ب ِّن ء‬ ِ ‫ت بَِربِ ُك ْم قَالُوا بَلَى‬ َ ُّ‫َوإِ ْذ أَ َخ َذ َرب‬ ُ ‫َس‬ ْ ‫اد َم من ظ ُُهوِره ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َوأَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى أَن ُفس ِه ْم أَل‬ َ َ ِِ ِ ِ ‫ْي‬ َ ‫َش ِه ْد ََن أَن تَ ُقولُوا يَ ْو َم الْقيَ َامة إِ ََّّن ُكنَّا َع ْن َه َذا غَافل‬ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” 112 Hadiyah Salim, Proses Kehidupan Manusia Dari Alam Ke Alam, Sinar Baru, Bandung: [t.t], hal.31 Bab IV. Psikologi Salat .... | 89 Ini menunjukkan adanya unsur indevenden yang berada di dalam jasad manusia. Yaitu sisi dalam manusia yang dinamakan ruh. Ruh inilah yang melakukan penerimaan untuk proses transfer nilai-nilai holistik dari Tuhan. Nilai-nilai luhur yang diterima oleh ruh adalah nilai-nilai holistik yang berasal atau bersumber dari dimensi keilahian. Ini sekaligus menunjukkan bahwa kecerdasan yang dibangun melalui ruh adalah kecerdasan yang tidak bebas nilai. Ia adalah kecerdasan yang holistik bersumber dari unsur-unsur ilahi. Melalui kecerdasan holistik yang diterima oleh ruh, maka ruh semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai dimensi spritual yang aktif. Di sini, istilah kecerdasan ruhiologi tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Ia menempati posisi strategis di antara kecerdasan-kecerdasan yang lain. Artinya, tanpa kecerdasana ruhiologi maka kecerdasan-kecerdasan yang lain akan terasa hampa, bahkan bebas nilai yang pada akhirnya menjauhkan manusia dari asal kejadiannya. Padahal dalam Islam manusia perlu mengenal dan memahami hakekat dirinya sendiri agar mampu mewujudkan eksistensi dirinya. Pengenalan dan pemahaman ini akan mengantar manusia kepada kesediaan mencari makna dan arti kehidupan, sehingga hidupnya tidak menjadi sia-sia. Dalam pengertian ini dimaksud makna dan arti sebagai hamba Allah, 90 | Psikologi Salat Khusyuk .... dalam rangka menjalankan hak dan kewajiban mencari ridhaNya.113 113 Muhammad Syamsuddin, Manusia Dalam Pandangan KH.A. Azha Basyir, MA, Titian Ilahi Press, Yogyakarta: 1997, hal. 75 Bab IV. Psikologi Salat .... | 91 C KECERDASAN RUHIOLOGI (RQ) DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 & DI ERA SOCIETY 5.0 Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European Parliamentary Research Service menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. Saat ini, perkembangan pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam 92 | Psikologi Salat Khusyuk .... berbagai bidang industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadi revolusi industri yang berikutnya yaitu industri 4.0.114 Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0 telah dirasakan oleh semua orang di hampir seluruh belahan dunia. Akibatnya dunia terasa semakin kecil, semakin mengglobal, dan perubahan terus terjadi di mana-mana. Kondisi ini sedikit banyak turut memberi pengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat.115 Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat telah mempengaruhi nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya. Perubahan-perubahan sosial tersebut seringkali mengakibatkan dehumanisasi yaitu menurunnya nilai-nilai kemanusiaan.116 Untuk mengantisipasi hal ini, Kominfo RI menghimbau pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan internet seperti ISP dan pemerintah agar meningkatkan keamanan konten atau proteksi, sehingga menjadikan dunia maya sebagai ruang yang aman dan positif bagi anak-anak dan remaja untuk hidup dan 114 Hoedi Prasetyo, dkk, “Industri 4.0: Telaah klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset,” dalam Jurnal J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018, hal. 17-18 115 Nilyati, “Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern, dalam Jurnal Tajdid Vol. XIV, No. 1, Januari-Juni, Tahun. 2015, hal. 133 116 Dadang Hawari, Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Jakarta: 1997, Cet.III, hal. 2 Bab IV. Psikologi Salat .... | 93 tumbuh. Studi menunjukan banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang menyesatkan.117 Menurut hemat penulis, keberadaan teknologi dan kemajuannya di era revolusi industri 4.0 tidak bisa dibendung karena itu adalah anugerah Tuhan kepada makhluk berakal seperti manusia. Dengan akal manusia berpikir dan berkreasi untuk mensejahterakan hidupnya. Hanya saja, keberadaan dan kemajuan teknologi tersebut dapat dikendalikan oleh pihak yang memanfaatkannya. Ia akan berdampak positif maupun negatif tergantung pada pihak yang memakainya. Artinya, peran manusia sebagai pengguna teknologi di era revolusi industri 4.0 tetap sebagai tolak ukur keberhasilan teknologi itu sendiri. Imam Suprayogo menyatakan dalan tulisannya tentang “Agama, Ilmu Pengetahuan, Sains-Teknologi” sebagai berikut: “Sains dan teknologi justru berasal dari manusia yang dipancarkan oleh ruh, manusia dijadikan oleh Allah dan ruh ditiupkan untuk menyempurnakan kejadian manusia. Oleh karena itu, selamanyalah sains dan teknologi tidak akan pernah menjadi manusia. Manusia tidak akan pernah menjadi ruh, dan ruh tidak akan pernah menjadi Tuhan”. Siaran Pers No. 17/PIH/KOMINFO/2/2014, berjudul “Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet,” dalam https://kominfo.go.id 94 | Psikologi Salat Khusyuk .... 117 Untuk menghasilkan manusia-manusia yang membawa kebaikan dan keamanan dalam pemanfaatan teknologi era 4.0 maka dibutuhkan manusia yang memiliki kecerdasan tingkat tinggi yang mampu menghiasi kecerdasan IQ, EQ, SQ dengan nilai-nilai holistik. Maka di sini kerdasan ruhiologi (RQ) menjadi tawaran alternatif untuk masalah ini. Melalui kecerdasan ruhiologi (RQ) diharapkan krisis multidimensional yang melanda manusia modern akibat era teknologi 4.0 dapat teratasi. Sebagaimana pendapat Sayyed Hosein Nasr bahwa salah satu sumber dan akar krisis multidimensional manusia modern adalah krisis spritual. Bahkan lebih jauh Nasr berpendapat krisis multidimensional disebabkan tiga hal, yakni terabaikannya nilai dan ajaran suci dalam tradisi sehingga memunculkan krisis identitas. Berkurangnya, atau bahkan hilangnya, fungsi dan peran agama dalam kehidupan sosial manusia modern sebagai akibat dari begitu kuatnya mereka memanfaatkan fakultas akal dan rasio serta logika yang pada dasanya hanya mampu memahami obyek fisik; sehingga obyek metafisik tidak lagi menjadi bagian penting. Pengabaian manusia modern terhadap agama menjadi sebab munculnya krisis spiritual. Sementara, cetak biru sains modern terputus secara total dari wahyu, serta dari nilai dan ajaran suci yang terkandung dalam tradisi dan agama, merupakan pemicu signifikan lahirnya krisis lingkungan. Nasr menawarkan kepada manusia modern dalam menyelesaikan masalah krisis Bab IV. Psikologi Salat .... | 95 identitas dengan kembali mengevaluasi konsep humanisme modern dan memposisikan fitrah sebagai pusat diri. Jawaban untuk krisis spiritual adalah menumbuhkan kesadaran akan signifikansi peran dan fungsi agama dalam kehidupan baik sebagai individu maupun komunintas. Sementara solusi untuk krisis lingkungan adalah perlu adanya reorientasi peran sains modern serta revitalisasi scientia sacra yang dapat mendorong seseorang memahami bahwa kosmos tidak hanya berdiri secara independen, melainkan memiliki hubungan yang erat dengan dimensi transenden. Dengan begitu, pemanfaatan alam dan lingkungan tidak akan mengabaikan prinsip-prinsip ekologis dari perspektif tradisional, yang berpotensi dapat menghancurkan tatanan ekosistem nature itu sendiri, melainkan tetap pada jalur dan prinsip untuk senantiasa melestarikannya. 96 | Psikologi Salat Khusyuk .... BAB V PENDIDIKAN RUHANI DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKANYANG HAKIKI A. Paradigma Kecerdasan yang Diterapkan dalam Pendidikan; B. Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi Menuju Pencapaian Tujuan Pendidikan yang Hakiki; dan C. Dimensi Kecerdasan Ruhiologi dalam Penerapan Pendidikan. 97 A PARADIGMA KECERDASAN YANG DITERAPKAN DALAM PENDIDIKAN Paradigma kecerdasan Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spritual Quotient yang diterapkan dalam proses Pendidikan di Indonesia masih belum mampu mewujudkan tujuan substansi pendidikan nasional Indonesia dalam meningkatkan derajat keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia menjadi kunci keberhasilan untuk menstimuli dan mendororng proses pendidikan yang mempunyai sense keberadaan agama sebagai berbasis ketuhanan yang kuat supaya input, proses, output dan outcome pendidikan yang selalu dapat merasakan dan menyuarakan kebenaran yang terpancar di dalam hati manusia yang menggerakan otak manusia untuk berpikir yaitu “Ruh” yang merupakan hakekat kecerdasan yang tetinggi yang dimiki oleh masnusia yang disebut kecerdasan ruhiologi (RQ). 98 | Psikologi Salat Khusyuk .... Pendidikan nasional berlandaskan filosofi transedental.118 tertuang secara eksplisit dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dengan mengedepankan dimensi spiritualitas yang kuat dan sangat tegas yaitu mewujudkan peserta didik Indonesia yang memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki akhlak dan etika yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Melihat tujuan pendidikan nasional Indonesia yang begitu sangat mulia, tentunya agak miris jika dihubungkan dengan realita sosial yang terjadi.119 Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, merupakan aspek kebutuhan dasar semua warga negara, sehingga mereka setidaknya mendapat pendidikan nilai-nilai religiusitas yang kuat. Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, Indonesia bukanlah Negara Islam. Namun dalam praktek penyelenggaraan pendidikan muatan kurikulum secara formal masih secara totalitas berfokus nmengembangkan potensi dimensi fisik melalui kecerdasan otak dan emosi serta keterampilan peserta didik. Namun kurang melatih domain kecerdasan ruhani yang berbasis transedental. Masalah inilah 118 119 Dimyati, K., Nashir, H., Elviandri, E., Absori, A., Wardiono, K., & Budiono, A. Indonesia as a legal welfare state: A prophetictranscendental basis. Heliyon, 7(8) 2021, e07865. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07865 Badawi, A. Konsep SQ sebagai arah baru Pengembangan Pendidikan Islam. 53(9), 2008 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 99 yang melatar belakangi penulis untuk merekonstruksi pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berbasis transendental sehingga bangsa menjadi bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan tujuan pendidikan hakiki.120 Menurut Ushuluudin dkk. menyatakan pendidikan ruhani merupakan proses manusia memahami ruh sebagai sumber kecerdasan yang tertinggi. Kecerdasan ini diberikan langsung oleh Allah kepada setiap manusia. Kecerdasan ini dapat mempengaruhi kesadaran melalui nikamat atau rasa yang terpancar dalam suara hati kebenaran, yang merupakan sumber dari kecerdasan hakiki yang menggerakan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang mempengaruhi diri dalam mengambil keputusan atau melakukan penerapan pendidikan pilihan dalam berperilaku.121 Pentingnya ruhani berbasis transedental untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang hakiki yang menjadi kekuatan membimbing paradigma kecerdasan IQ, EQ dan SQ dalam membangun pendidikan 120 Noor, T.. Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 2(1) 2018. 121 Ushuluddin, A., Madjid, A., Masruri, S., & Affan, M. Shifting paradigm: From Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 11(1), 139–162.2001. https://doi.org/10.18326/IJIMS.V11I1.139-162 100 | Psikologi Salat Khusyuk .... holistic untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional.122 Mengacu pada paradigma dualisme tubuh dan pikiran sangat dominan mempengaruhi dalam pengetahuan saat ini.123 Implikasi dari penggunaan paradigma berfikir yang dikotomis selama ini sudah terjebak dalam banyak dimensi dalam kehidupan manusia. Dalam ranah sosial, paradigma dikotomis yang membedakan antara tubuh dan pikiran akan nampak terlihat dalam beberapa praktik sosial sehari-hari. Banyak praktik seharihari yang menunjukkan adanya sesuatu yang paradoks antara simbol dan praktik. Banyak orang yang melakukan aksi kejahatan seperti korupsi namun sebenarnya dia berasal dari perguruan tinggi yang sebenarnya adalah kalangan akademisi yang terdidik. 124 Kehadiran Ruh pada mansuia menghubungkan hubungan antara tubuh dan ruh yang mana tubuh mansuia yang terbuat dari tanah liat dan fisik mungkin rentan terhadap kejahatan (nafs ammarah); tetapi yang mungkin masih mencapai tingkat tertinggi (nafs mutmainnah) karena memiliki Ruh yang dari Allah di 122 Agustian, A. G. ESQ/Emotional Spiritual Quotient: The ESQ Way 165; 1 Ihsan, Rukun Iman, 5 Rukun Islam. 2001. 124 Khamdan, M. Jihad akademik kalangan Perguruan Tinggi islam melawan koruPsi (Pemaknaan akademisi atas kerancuan Fiqih dan Budaya terhadap korupsi). In Jurnal Penelitian. 2014:: (Vol. 8, Issue 2). Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 101 dalamnya. Ini menunjukkan tingkat ruh bergantung pada tindakan tubuh. Jika badan baik, maka jiwa juga baik. Tubuh yang menaati perintah Allah akan membawa kepada rruh yang baik .125 Tujuan utama Pendidikan nasional Indonesia yang secara eksplisit mengutamakan dimensi iman, taqwa, dan ahlak mulia, dalam praktek pendidikan saat ini kurang menampakkan hasil yang singnifikan ditambah lagi dengan persoalan yang dihadapi di era revolusi industri 4.0 ini menunjukkan penyimpangan penggunaan teknologi dapat menghancurkan martabat manusia, oleh itu perlu paradigma pendidikan ruhani yang membimbing kecerdasan manusia secara holistic untuk menjawab persoalan tersebut126 Namun demikian, jika merujuk kepada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, secara eksplisit menemukan adanya tujuan Pendidikan Nasional yang mengutamakan dimensi spiritualitas yang kuat yang tertuang sangat tegas yaitu mewujudkan peserta didik Indonesia yang memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki akhlak dan etika yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam rumusan ini, jelas bahwa aspek Iman dan 125 Noor, T. Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 2015: 2(1), 126 Sri Austi A. Samad. Pendidikan Barat Dan Islam. Fenomena,2015: 7(2), 215–228. 102 | Psikologi Salat Khusyuk .... Takwa serta akhlak memiliki posisi yang sangat penting dalam pendidikan. Pertanyaannya adalah sejauh mana tujuan pendidikan nasional terkait dengan dimensi Iman dan Taqwa serta nilai akhlak sudah diwadahi dalam pendidikan saat ini? Apakah model pendidikan Nasional sudah memiliki metodologi yang memadai untuk merumuskan tujuan pendidikan nasional saat ini. Upaya penemuan model atau pustulat baru untuk menggali formulasi tentang bagaimana pencapaian tujuan pendidikan nasional berbasis transedental (Iman, taqwa, ahlak mulia) dengan pendekatan paradigma kecerdasan ruhiologi yang bersumber dari “Ruh” yang memancarkan kemampuan merasakan yang mampu menggerakkan memancarkan semua indra tubuh manusia, yang mengaktifkan otak untuk berpikir supaya menyuarakan kebenaran atau kejujuran (Shiddiq), dengan menjalankan kepercayaan Allah (Amanah), melalui menyampaikan Hasrat kebenaran kepada Allah (Tabliqh), dengan dilhami kecerdasan dan kebijaksananaan yang ditunjukkan dengan perbuatan jasmani dan ruhani yang berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul.127 127 Ushuluddin, A., Madjid, A., Masruri, S., & Affan, M.. Shifting paradigm: From Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 2021. 11(1), 139–162. https://doi.org/10.18326/IJIMS.V11I1.139-162 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 103 Oleh karena itu, perlu melakukan pengukuran indikator kecerdasan ruhiologi (Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah) untuk membentuk paradigma kecerdasan ruhiologi (RQ) dan menggali serta menemukan model atau postulat baru tentang kecerdasan yang hakiki yang dimiliki manusia yang bersumber dari Tuhan, yaitu RUH sebagai sumber pengerak dan penuntun paradigam kecerdasan yang ada IQ, EQ dan SQ menuju pencapain tujuan pendidikan nasional Indonesia. Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional secara antologi dipengaruhi oleh konsep dikotomis pendidikan umum dan Islam, kebijakan pendidikan umum lebih diperangaruhi oleh konsep Pendidikan Barat yang melihat peserta didik sebagai sosok yang merdeka dengan potensi yang dimilikinya. Sedangkan konsep Pendidikan Islam (Timur) memandang peserta didik adalah Makhluk Allah dan sosial yang memiliki potensi sesuai fitrahnya. 128 Perbedaan utama pandangan Barat memandang manusia dilihat sebagai tubuh, akal, atau otak, sedangkan Islam memandang manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati nurani (qalb), sedangkan pandangan Barat dan Islam secara epistimologi juga menunjukan ketidaksamaan. Epistimologi Barat hanya percaya pada panca indra (empirisme) dan akal (rasionalisme), 128 Mustafa 2007 104 | Psikologi Salat Khusyuk .... sedangkan konsep pendidikan Timur (Islam) selain fisik, akal dan otak juga meyakini intuisi yang berakar pada ruh.129 Konsep dasar dalam model kecerdasan IQ, EQ, dan SQ dan ESQ masih memanfaatkan dasar kecerdasan material (otak), bukannya didasarkan pada kecerdasan immaterial (ruh). Akibatnya, kita tidak dapat mempertimbangkan istilah 'roh' (hasil spiritual) dan ruh (ruhani quotient) sebagai satu dan sama. Tidak seperti 'roh', menurut Islam, ruh tidak pernah dan tidak akan pernah bisa dipisahkan dari aspek keilahian.130 Dengan kata lain, ruh harus melibatkan peran Tuhan.131 Hal ini sangat berbeda dengan istilah 'spiritual' dalam konsep SQ, yang tidak terkait erat dengan agama dan keilahian. Dengan demikian, Ruhani Quotient (RQ) melampaui Spiritual Quotient (SQ). Perbedaannya adalah dalah bahwa SQ menggunakan istilah God Spot sebagai pusat kecerdasan, 129 Sri Austi A. Samad. Pendidikan Barat Dan Islam. Fenomena, 2015. 7(2), 215–228. 130 Al-Jauziyah, I. Q.H akikat Ruh (I). 2015, Qisthi Press. 131 Aminrazavi, M. A discourse on the soul in later Islamic Philosophy. Synthesis Philosophica,2016: 62(2), 371–383. https://doi.org/10.21464/sp31211 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 105 sementara RQ memilih untuk menggunakan istilah God Light sebagai kecerdasan ruh .132 Pemahaman tentang kecerdasan manusia yang berkembang dalam konsep Intellectual Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient masih berakar pada paradigma pengetahuan dan pemikiran yang berbasis ilmiah. Pemahaman seperti itu belum tentu tepat, karena ketiadaan ruh akan mengakibatkan manusia menjadi tidak mampu merasakan atau merasakan apapun termasuk kecerdasan, emosi, dan spiritualitas. Ruh adalah jawaban atas “apa”, “siapa”, atau “diri” yang dimaksud karena ada dan hadir dalam diri setiap manusia yang hidup. Meski sifatnya immaterial, ruh merupakan jawaban atas tempat dan sumber segala potensi kecerdasan yang ada dalam diri manusia.133 Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan adanya unsur indevenden yang berada di dalam jasad manusia, yaitu sisi dalam manusia yang dinamakan ruh. Ruh inilah yang melakukan penerimaan untuk proses transfer nilai-nilai holistik dari Tuhan. Nilai-nilai luhur yang diterima oleh ruh adalah nilai-nilai holistik 132 Ushuluddin, dkk. 2021 133 Ninla Elmawati Falabiba. Harmonisasi AL-Ruh, An-Nafs, dan AL-Hawa dalam psikologi Islam. 2019: 3(1), 170–181. 106 | Psikologi Salat Khusyuk .... yang berasal atau bersumber dari dimensi keilahian.134 Ini sekaligus menunjukkan bahwa kecerdasan yang dibangun melalui ruh adalah kecerdasan yang tidak bebas nilai. Ia adalah kecerdasan yang holistik bersumber dari unsur-unsur ilahi. Melalui kecerdasan holistik yang diterima oleh ruh maka ruh semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai dimensi spritual yang aktif. Di sini, istilah kecerdasan ruhiologi tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Ia menempati posisi strategis di antara kecerdasan-kecerdasan yang lain. Artinya, tanpa kecerdasana ruhiologi maka kecerdasan-kecerdasan yang lain akan terasa hampa, bahkan bebas nilai yang pada akhirnya menjauhkan manusia dari asal kejadiannya.135 134 Tasmara, T. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang bertanggung jawab, Proffesional dan Berakhlak. In . 2001. Gema Insani Press. 135 Sugiarto. pendidikan-holistik-mengombinasikan- kecerdasan-dan-multipleintelligence. 2018Www.Suaramerdeka.Com. Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 107 B PENDIDIKAN RUHANI BERBASIS KECERDASAN RUHIOLOGI MENUJU PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN YANG HAKIKI Dalam perspektif Islam, ruh ditiupkan oleh Allah Swt. untuk menyempurnakan proses penciptaan manusia. Akal atau perasaan adalah potensi dasar ruh sebagai nikmat Ilahi dari Allah Swt. Dengan demikian, hakikat ruh adalah kebenaran karena berasal dari Allah Swt. dan bersemayam di dalam hati (al-qalb) yang memancarkan akal atau perasaan ke seluruh indera termasuk akal manusia. Ruh yang bersemayam di hati (al-qalb) selalu cenderung menyuarakan kejujuran atau kebenaran (shiddiq), bertanggung jawab (amanah), menyampaikan kabar gembira (tabligh), dan memiliki kecerdasan (fathanah).136 Dengan perasaan sebagai nikmat Ilahi yang ada dalam ruh, manusia mampu berpikir menggunakan akal (al-aql) dari 136 Baharuddin, E., & Ismail Abstrak, Z.. Kecerdasan Ruhaniah Membentuk Manusia Unggul Spiritual Intelligence Forming Wholesome Being. Islamiyyat, 2015: 37(2), 97–105. http://dx.doi.org/10.17576/islamiyyat2015-3702-01 108 | Psikologi Salat Khusyuk .... otak. Hal ini selanjutnya mendorong akal untuk berpikir melalui berbagai imajinasi yang pada akhirnya menghasilkan pemahaman. Pikiran dan pikiran yang berkembang melalui imajinasi menghasilkan pemahaman, akibatnya menghasilkan pengetahuan jasmani. Inilah pendidikan ruhani yang berimplikasi pada perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang erat antara ibadah yang telah Allah Swt. tetapkan dengan implikasinya dalam kehidupan sosial. Paradigma kecedasan yang lazim digunakan selama ini, yaitu IQ, EQ, SQ belum mampu menjawab tujuan pendidikan secara komprehensip. Terutama yang terkait dengan membangun dimensi iman, taqwa dan ahlak mulia. Untuk itu perlu penerapan paradigma pendidikan ruhani untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang hakiki yang menjadi kekuatan membimbing paradigma kecerdasan IQ, EQ dan SQ dalam membangun pendidikan holistic untuk pencapaian tujuan Pendidikan.137 Pendidikan ruhani merupakan proses manusia memahami ruh sebagai sumber kecerdasan yang tertinggi yang diberikan langsung oleh Allah kepada setiap manusia yang dapat 137 Iskandar, I., Aletmi, A., & Sastradika, D. Pendidikan Holistik Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0. Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(2), 223–231. https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i02.467 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 109 mempengaruhi kesadaran melalui nikmat atau rasa yang terpancar dalam suara hati kebenaran yang merupakan sumber dari kecerdasan hakiki yang menggerakan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang mempengaruhi diri dalam mengambil keputusan atau melakukan pilihan dalam berperilaku. Merujuk pada pendapat Ushuluddin et al., (2021) , tentang ruh yang ada dalam diri setiap manusia, sebagai sumber kecerdasan yang dijelaskan dalam konsep kecerdasan spiritual Spiritual Quotient (SQ). Sebelum ini, belum menawarkan pengetahuan penting yang mampu menjelaskan asal usul kecerdasan kita. Ruh sebagai sumber kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam, Ruhani Quotient yang mengacu pada nash (kitab suci), yang terutama diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur'an suci atau tafsir ulama mengenai konsep ruh yang ditulis dalam berbagai buku klasik. Informasi yang diperoleh dari berbagai referensi ini kemudian dikategorikan ke dalam konsep yang relevan dan disajikan secara deskriptif-interpretatif . Dimensi ruhani dalam diri manusia adalah inti dari anatomi spritual yang melakukan pendakian atau perjalanan mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah Swt. Sebuah proses transendensi berpindahnya jiwa menuju Allah Swt. Melalui salat manusia bisa berdialog dan berkomunikasi dengan Allah Swt. Salat adalah kontak langsung antara hamba dengan Allah Swt. Siapa yang salat dengan khusyu’, maka tiada hijab antara dia dengan Allah Swt. Salat yang khusyu’ menghadirkan komunikasi 110 | Psikologi Salat Khusyuk .... bathin seperti saat dalam posisi sujud dengan menyadari diri sebagai seorang hamba Allah, yang merasa tidak ada apa-apanya dan merasa hina serta kecil di hadapan-Nya. Sehingga, sifat sombong dan angkuh yang ada pada kita bisa tekan dan sebaliknya bersifat tawadhu’ (rendah hati).138 Proses transendensi atau relasi vertikal tersebut meniscayakan ruh untuk patuh dan taat dalam menerima perintah yang datang dari wujud yang disembahnya. Di sini, terjadi proses pendidikan holistik yang dilakukan oleh ruh dalam nuansa kerohanian yang menjadi cikal bakal kecerdasan ruh itu sendiri, yaitu kecerdasan ruhiologi (RQ). Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang berasal dari sisi dalam manusia yaitu “ruh”. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan awal yang dimiliki oleh manusia yang merupakan sumber dari ketiga kecerdsan IQ, EQ, dan SQ. Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang berasal dari hubungan vertikal (manusia-ruh-Tuhan) melalui pengetahuan agama yang bersifat nonfisik material. Hal ini tentu berbeda dengan banyak kecerdasan lainnya seperti IQ, EQ, dan SQ yang seringkali bebas nilai sehingga membuat manusia 138 Akmansyah, M. Tujuan Pendidikan Rohani Dalam Perspektif Pendidikan Sufistik. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2016: 9(1), 91–108. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/view/851 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 111 kehilangan ketenangan dalam hidupnya (Iskandar et al., 2019; 139 Sebagai hamba Allah manusia dituntut untuk menjalankan hak dan kewajiban untuk mengenal dan memahami asal usul kejadiannya secara hakiki yang dapat meberi dana mengantar kebermakanan diri untuk mencarai keridhaan Allah sehingga hidupnya tidak sia-sia Formulasi kecerdasan ruhiologi sebagai solusi bagi pendidikan nasional di Indonesia. Dimensi kajian ruhiologi140 dari nilai ajaran agama Islam yaitu dimulai dari mengenal diri – ibadah, dan puncaknya adalah perubahan tingkah laku atau watak atau akhlak dengan cara melenyapkan penyakit hati. Akhlak menurut pendapat Al-Jurjani adalah istilah sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung. Berdasarkan pemikiran Absar Ahmad, menyatakan bahwa pemahaman yang keliru tentang esensi jiwa manusia akan membawa petaka bagi manusia itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam pandangan agama manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Sifat fitrah ini pada akhirnya menuntut manusia untuk 139 140 Baharuddin, E., & Ismail Abstrak, Z. Kecerdasan Ruhaniah Membentuk Manusia Unggul Spiritual Intelligence Forming Wholesome Being. Islamiyyat, 2015:37(2), 97–105. http://dx.doi.org/10.17576/islamiyyat2015-3702-01 Iskandar. Pendidikan Ruhani berbasi Kecerdasan Ruhiologi (Perspektif Pencapaian Tujuan Pemndidikan Nasional). Jurnal Studi Keislam: elGhiroh:Sekolah Tinggi Agama Islam Bumi Silampai.2022: Vol 20 No. 21. 112 | Psikologi Salat Khusyuk .... selalu berusaha mencari ketenangan. Tetapi sifat fitrah pada diri manusia sering kali tertutup oleh kabut ide yang membuat spritual manusia menjadi kering, gersang, gelisah, pada akhirnya manusia akan mengalami krisis spritual.141 141 Iskandar, I., Aletmi, A., & Sastradika, D. Pendidikan Holistik Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0. Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2019: 15(2), 223–231. https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i02.467 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 113 C DIMENSI KECERDASAN RUHIOLOGI DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN Tawaran pecapaian tujuan pendidikan nasional Indonesia untuk menjadi manusia yang beriman, betakwa dan berakhlak mulia seseorang harus melalui pendekatan kecerdasan ruhiologi. Secara spesifik, sifat-sifat Nabi Muhammad Saw., yaitu Siddiq (jujur), Amanah (Kepercayaan), Tabligh (menyebarkan iman) dan Fatanah (kebijaksanaan), dapat menjadi landasan untuk memiliki kecerdasan kecerdasan ruhiologi. Siddiq atau kejujuran berarti sesuai dengan kata hati setiap manusia tetap berkata jujur pada diri sendiri, jujur kepada orang lain dan jujur kepada Tuhan. Indikator siddiq antara lain rasa tanggung jawab terhadap Allah serta bekerja dan mencari kebenaran, baik pada tingkat individu maupun tingkat sosial. Jangan berbohong; benar dalam pikiran, perkataan, dan tindakan. Sebagaimana Allah telah sebutkan dalam Al Qur'an "Jadilah bersama orang-orang yang 114 | Psikologi Salat Khusyuk .... benar" (At-Taubah 9:119). Siddiq juga keyakinan bahwa seseorang harus memenuhi kewajiban untuk mencapai tingkat ketaqwaan seseorang disisi Allah dan menunjukkan ahlak mulia. (An Najam : 11). Amanah; Amanah merupakan Ruh itu kercayaan Allah, kenapa kepercayaan Allah karena apapun yang dilakukan oleh manusia tergantung dengan Niat yang ada dalam hati (ruh). rasa tanggung jawab, terhormat, sopan santun, menunjukkan hasil yang optimal dan hormat kepada yang lain. Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an, “Sesungguhnya, Allah memerintahkan Anda untuk memberikan amanat kepada siapa mereka harus dan ketika Anda memutuskan antara manusia untuk menilai dengan adil. Sangat baik adalah apa yang Allah perintahkan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Melihat” (An-Nisa 4:58) Keyakinan bahwa sebagai seorang pemimpin harus adil dan adil. Menjadi Amanah adalah ketika Anda menilai di antara orang-orang, menilai dengan adil. Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A’raaf 68] Tabligh meruapakan Ruh yang menyapaikan Niat, Hasrat perbuatan kepada Allah kemampuan berkomunikasi, akuntabel dan transparan, mampu menghadapi tekanan dan kemampuan bekerjasama dan bekerja secara Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 115 harmonis. Dalam konteks saat ini, Tabligh bukanlah untuk menyampaikan wahyu, tetapi untuk menyampaikan ajaran Islam melalui Al-Qur'an dan Sunnah. Tugas menyampaikan wahyu, diselesaikan dengan Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan terakhir. Sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. adalah tugas kita untuk mengingatkan setiap umat Islam untuk mematuhi ajaran dan praktik Islam. 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'As (ra dengan mereka) melaporkan, Rasulullah Saw. telah berkata, "Sampaikan dari saya bahkan satu ayat dari Quran " (Hadits Al-Bukhari) Fatanah atau kebijaksanaan meliputi perbuatan yang berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul, meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya kecerdasan dalam sikap dan pengetahuan, disiplin, sikap proaktif dan kemampuan untuk membuat keputusan terbaik. Allah berfirman dalam Al-Qur'an, “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mujadalah 58:11) Umat Islam telah diajarkan tata krama atau perilaku sosial tertentu dalam hidup. Allah mengetahui kesulitan dan kesedihan yang harus kita tanggung. Dan, ketika membuat keputusan, sadarilah bahwa 116 | Psikologi Salat Khusyuk .... Allah dan Rasul mengetahui dengan baik tentang seluruh situasi.142 142 Zanariah Abdul Rahman & Ishak Md Shah. Measuring Islamic Spritual Intelligence. Imternational Accounting and Business Cnference 2015, IABC 2012. Procedia Economic and Finance 31 (2015) 134-139 Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 117 118 | Psikologi Salat Khusyuk .... BAB VI PENUTUP A.Kesimpulan; dan B. Rekomendasi. 119 A KESIMPULAN Untuk memperbaiki perilaku manusia modern di era revolusi industri 4.0 dan revolusi sosial 5.0 diperlukan pendekatan khusus secara psikologis melalui shalat khusyu’. Bagi kalangan elite spritual shalat khusyu’ adalah sarana untuk membangun karakter atau akhlak manusia melalui kecerdasan ruhiologi (RQ). Kecerdasan ruhiologi (RQ) merupakan kecerdasan yang berasal dari sisi dalam manusia yaitu “ruh”. Kecerdasan ini adalah kecerdasan awal yang dimiliki oleh manusia yang merupakan sumber dari ketiga kecerdsan IQ, EQ, dan SQ. Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah sebuah kecerdasan yang berasal dari hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu, kecerdasan ini bukanlah kecerdasan yang bebas nilai seperti kecerdasan-kecerdasan lainnya, tetapi kecerdasan yang berisi nilai-nilai spritual-holistik berasal dari unsur-unsur keilahian. Pentingnya penerapan pendidikan ruhani berbasis transedental untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang hakiki. Hal ini yang menjadi kekuatan membimbing paradigma 120 | Psikologi Salat Khusyuk .... kecerdasan IQ, EQ dan SQ dalam membangun pendidikan holistik untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pendidikan ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi (Ruhiology Quotient/RQ) merupakan sebagai pondasi untuk menghadapi stres yang muncul di kalangan peserta didik dan pendidik di dunia Pendidikan. Pendidikan ruh dengan berbasis kepada kecerdasan ruh dapat menjadi salah satu solusi bagi para peserta didik, pendidik, orang tua dan stakeholder pendidikan untuk mengurangi dan menghilangkan stres yang mereka hadapi. Pendekan Pendidikan ruhani berbasis Ruhiologi berbeda dengan EQ, SQ, dan IQ yang menitik berat pada kekmapuan kecerasan secara fisik, namun kecerdasan ruhiologi (RQ) menitikberatkan kepada dimensi ruh, yang menjadi fitrah atau dasar kemanusian. Pembersihan ruh yang ditandai dengan empat sifat Siddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh (SAFT) dapat menjadikan peserata didik dan pendidik serta orang tua dan stakeholder pendidikan mampu mengatasi berbagai problema kehidupan. Bab VI. Penutup | 121 B REKOMENDASI Perlu formulasi upaya penemuan model atau pustulat baru untuk menggali formulasi bagaimana pencapaian tujuan pendidikan nasional berbasis transedental (Iman, taqwa, ahlak mulia). Dengan pendekatan pendidikan ruhani berbasis kecerdasan ruhiologi yang bersumber dari “Ruh” yang memancarkan kemampuan merasakan, yang mampu menggerakkan dan memancarkan semua indra tubuh manusia. Yang mengaktifkan otak untuk berpikir supaya menyuarakan kebenaran atau kejujuran (Shiddiq) dengan menjalankan kepercayaan Allah (Amanah), melalui menyampaikan hasrat kebenaran kepada Allah (Tabliqh), dengan diilhami kecerdasan dan kebijaksananaan yang ditunjukkan dengan perbuatan jasmani dan ruhani yang berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul. Oleh karena itu, perlu menemukan model atau postulat baru tentang kecerdasan yang hakiki yang dimiliki manusia yang bersumber dari Tuhan yaitu RUH sebagai sumber pengerak dan 122 | Psikologi Salat Khusyuk .... penuntun paradigam kecerdasan yang ada IQ, EQ dan SQ menuju pencapain tujuan Pendidikan nasional Indonesia. Barat memandang manusia sebagai tubuh, akal, atau otak. Sedangkan Islam memandang manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati nurani (qalb). Pandangan Barat dan Islam secara epistimologi juga menunjukan ketidaksamaan. Epistimologi Barat hanya percaya pada panca indra (empirisme) dan akal (rasionalisme), sedangkan konsep pendidikan Timur (Islam) selain fisik, akal dan otak juga meyakini intuisi yang berakar pada ruh. Bab VI. Penutup | 123 124 | Psikologi Salat Khusyuk .... DAFTAR PUSTAKA A, I. (2018). The Dimensions of Behavior of Religious Spirituality Study on Genealogy and Kerinci Jam’Iyyatul Islamiyah Dynamics. International Journal of Advanced Research, 6(1), 464–468. https://doi.org/10.21474/ijar01/6243 Abdillah, Syamsuddin Abu, Fathul Qarib, Surabaya, Mutiara Ilmu: 1995. Abthahiy, Sayyid Hasan, Alam Arwah, Lentera Basritama, Jakarta: 1996. Agustian, A. G. (2001). ESQ/Emotional Spiritual Quotient: The ESQ Way 165; 1 Ihsan, Rukun Iman, 5 Rukun Islam. Akmansyah, M. (2016). Tujuan Pendidikan Rohani dalam Perspektif Pendidikan Sufistik. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 9(1), 91–108. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/artic le/view/851 Al-Ashfahani, Ar-Raghib, Al-Mufradat fi Gharibi Al-Qur’an, AlMaktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. Al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Syarah Bulughul Maram, Jakarta, Pustaka Azzam: 2006. Aletmi, Pemikiran Tasawuf Ibnu Arabi dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran Sufistik Huruf-Huruf Muqatha’ah dalam Al-Qur’an, Jakarta, Institut PTIQ Jakarta: 2015. 125 Al-Hujwiri, Ali bin Utsman, Kasyful Mahjub, Bandung, Mizan:1993. Al-Husaini, Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatul Akhyar, Semarang, Ridha: 1988. Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Hakikat Ruh, Jakarta, Qisthi Press: 2015. Al-Jazari, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahibi AlArba’ah, Kairo, Daru Ibnu Al-Jauzi: 2014. Al-Ju’fi, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah, Shahih Bukhari, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014. Al-Malibari, Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu’in, Bandung, Husaini: 2003. Alyona, B., Tursun, G., Akmaral, M., & Saira, S. (2016). Spiritual Understanding of Human Rights in Muslim Culture (The Problem of “Ruh” – “Spirit”). Procedia - Social and Behavioral Sciences, 217, 712–718. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.02.131 Aminrazavi, M. (2016). A discourse on the soul in later Islamic Philosophy. Synthesis Philosophica, 62(2), 371–383. https://doi.org/10.21464/sp31211 Arabi, Ibnu, Al-Futuhatu Al-Makiyyah: Revolusi Sahalat Ibnu Arabi, Bandung, Pustaka Hidayah: 2010. Ar-Razi, Fakhruddin, Tafsir Mafatihul Ghaib, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014. 126 | Psikologi Salat Khusyuk .... As-Sadlani, Shalih bin Ghanim, Risalah fi Al-Fiqhi Al-Maisir, Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. As-Sayis, M. Ali, Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqih, Jakarta, Bulan Bintang: 1996. As-Suyuthi, Jalaluddin, Tafsir Jalalain, Beirut, Darul Ma’rifah: 2000. Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. ____________, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari’ah, dan Manhaj, Beirut, Darul Fikri Mua’ashirah: 2014. Badawi, A. (2008). Konsep SQ sebagai arah baru Pengembangan Pendidikan Islam. 53(9). Baharuddin, E. Bin, & Ismail, Z. B. (2015). 7 Domains of Spiritual Intelligence from Islamic Perspective. Procedia Social and Behavioral Sciences, 211(December), 568– 577. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.075 Baharuddin, E., & Ismail Abstrak, Z. (2015). Kecerdasan Ruhaniah Membentuk Manusia Unggul Spiritual Intelligence Forming Wholesome Being. Islamiyyat, 37(2), 97–105. http://dx.doi.org/10.17576/islamiyyat2015-3702-01 Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 1995. Connolly, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta, LkiS: 2011. Daftar Pustaka | 127 Creswell, J. W., & Clark, V. L. P. (2018). Praise for the Third Edition. Dalkiliç, M. (2005). Is Ruh (Spirit) A Problem of the Invisible World? Viewpoints of the Islamic Sects on Ruh (Spirit). EKEV AKADEMİ DERCİSİ, 24, 1–8. Dimyati, K., Nashir, H., Elviandri, E., Absori, A., Wardiono, K., & Budiono, A. (2021). Indonesia as a legal welfare state: A prophetic-transcendental basis. Heliyon, 7(8), e07865. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07865 Effendi, N. (2016). Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat: Realitas dan Pandangan Antropologi. Tingkap, 11(2), 175–185. http://nasional.sindonews.com/ El Fikri, Syahruddin, Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal Usul, Memantapkan Penghambaan, Jakarta, Republika: 2014. Gebre, E., Saroyan, A., & Aulls, M. W. (2015). Conceptions of Effective Teaching and Perceived Use of Computer Technologies in Active Learning Classrooms. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 27(2), 204–220. George, D., & Mallery, P. (2003). SPSS for Windows step by step: A simple guide and reference. 11.0 update. Goleman, D. (2004). Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. PT. Gramedia Pustaka Utama. Haekal, Husain, Hayatu Muhammad, Jakarta, Pustaka Litera AntarNusa: 2003. 128 | Psikologi Salat Khusyuk .... Hakamah, Z. (2015). Ruh dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains Moderen. Universum, 9(2), 243–253. https://doi.org/10.30762/universum.v9i2.90 Hakiki, Kiki Muhamad, dkk, Insan Kamil dalam Perspektif Abd Al-Karim Al-Jilli dan Pemaknaannya dalam Konteks Kekinian, dalam Jurnal Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Vol. 3, 2 Tahun. 2018. Hamali, Syaiful, Eksistensi Psikologi Agama dalam Pengembangan Masyarakat Islam, dalam Jurnal TAPIs Vol.8 No.1 Januari-Juni 2012. ___________, Psikologi Agama :Terapi Agama Terhadap Problematika Psikis Manusia, dalam Jurnal AlAdYaN/Vol.IX, N0.2/Juli-Desember/2014. Hanafi, M. Muhammad, dkk, Spritualitas dan Akhlak, Jakarta, LPMA: 2010. Hawari, Dadang, Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Jakarta: 1997. Hernawan, W. (2017). Posisi Ruh dalam Realitas Menurut Ibnu Qayim Aljauziyah. Syifa Al-Qulub, 1(2), 74–87. https://doi.org/10.15575/saq.v1i2.1433 Hitti, Philip K. , History of The Arabs, Jakarta, Serambi: 2005. http://kerincigoogle.blogspot.com/2016/08/mengenal-substansidiri-shalat-nabi_17.html (accessed on 24 Desember 2020) https://media.neliti.com/media/publications https://www.academia.edu/19653936/Ringkasan_Sejarah_Psikol ogi Daftar Pustaka | 129 Iskandar, Aletmi, M. T. (2022). Ruhiology Quotient ( RQ ) a Bid Concept of National Education Faces the Industrial Revolution Era 4 . 0. https://doi.org/10.4108/eai.20-102021.2316359 Iskandar, Askar Jaya, Rini Warti, & Z. (2022). Statistik Pendidikan (Issue 1). PT. Nasya Expanding Management, pp. 268-274. Iskandar, I., Aletmi, A., & Sastradika, D. (2019). Pendidikan Holistik Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0. Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(2), 223–231. https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i02.467 Iskandar, Nehru, & Cicyn Riantoni. (2021). Metode Penelitian Campuran. PT. Nasya Expanding Management. https://books.google.co.id/books?id=nkQjEAAAQBAJ& lpg=PA37&ots=ScSzCEuTsc&dq=metode penelitian campuran dengan model triangulasi bersamaan .PDF&lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false Iskandar, Rohaty Mohd. Majzub, & Zuria Mahmud. (2009). Kecerdasan Emosi dan Komitmen Pekerjaan dalam Kalangan Pensyarah Universiti di Indonesia. Jurnal Pendidikan Malaysia, 34(1), 173–186. Iskandar. (2021). Kecerdasan Ruhiologi dalam Dimensi Perilaku Spritual Keberagamaan (Studi terhadap Geneologi dan Kontinuitas Eksistensi Jami’yyatul Islamiah Kerinci), pp. 22-56. Iskandar. 2022. Pendidikan Ruhani berbasi Kecerdasan Ruhiologi (Perspektif Pencapaian Tujuan Pemndidikan Nasional). Jurnal Studi Keislam: el-Ghiroh:Sekolah Tinggi Agama Islam Bumi Silampai. Vol 20 No. 21. 130 | Psikologi Salat Khusyuk .... Istianah, Shalat Sebagai Perjalanan Ruhani Menuju Allah, dalam Jurnal Esoterik, Vol. 1, No. 1, Juni 2015. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2010. JI, S. (1979). The understanding of Nafs dan Ruh in contemporary Muslim consideration of the nature of sleep and death. Muslim Wor 49 (3): 151-162. 9(3), 151–162. Kamal, Abu Malik, Fiqh Sunnah Lin Nisa’, Depok, Pustaka Khazanah Fawa’id: 2017. Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Abdullah Bin Abdul Aziz ali Su’ud, Al-Qur’an dan Terjemahan, Makkah AlMukarramah: [t.th.]. Khamdan, M. (2014). Jihad akademik kalangan Perguruan Tinggi islam melawan korupsi (Pemaknaan akademisi atas kerancuan Fiqih dan Budaya terhadap korupsi). In Jurnal Penelitian (Vol. 8, Issue 2). Köylü, M. (2004). Peace education: an Islamic approach. Journal of Peace Education, 1(1), 59–76. https://doi.org/10.1080/1740020032000178302 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Bandung, Mizan: 1999. Lally, Martha, dkk, Introduction to Psychology, French, The College of Lake County Foundation: 2014. Lubis, Junaidi, Islam Dinamis:Model Ijtihad Al-Khulafa’ AlRasyidun dalam Konteks Perubahan Masyarakat, Jakarta, Dian Rakyat: 2010. Daftar Pustaka | 131 Mahmud, Akilah, Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi, dalam Jurnal Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014. Maxwell, N. (2000). The Body-Body Problem and Explanatory Dualism (pp. 49–71). Philoshopy. https://www.mendeley.com/catalogue/5e3b342e-ac633238-803f9fe4fd5c51b6/?utm_source=desktop&utm_medium=1.1 9.8&utm_campaign=open_catalog&userDocumentId=% 7B1ec74fec-0deb-45e6-9645-b7505d94ee40%7D Misbach, Ifa Hanifah, “Antara IQ, EQ, dan SQ”, dalam laman situs internet http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI Munawir, Relasi Psikologi dan Agama, dalam Jurnal Komunika, Vol. 9, No. 1, Januari - Juni 2015. Muslim, Imam, Shahih Muslim, Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. Najati, Muhammad Utsman, Psikologi dalam Al-Qur’an: Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Bandung, Pustaka Setia: 2005. Nasution, Faruq, Thibburruhany atau Faith-Healing; Psikologi Iman dalam Kesehatan Jiwa dan Badan, Eldine ed, Jakarta: 2001. Nilyati, “Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern, dalam Jurnal Tajdid Vol. XIV, No. 1, Januari-Juni, Tahun. 2015. Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Harmonisasi AL-Ruh, AnNafs, dan AL-Hawa dalam psikologi Islam. 3(1), 170– 181. 132 | Psikologi Salat Khusyuk .... Noor, T. (2018). Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 2(1), 123–144. Prasetyo, Hoedi, dkk, “Industri 4.0: Telaah klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset,” dalam Jurnal J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018. Rahardjo, Mudjia , dalam laman https://www.uin-malang.ac.id Rahman, Z. A., & Shah, I. M. (2015). Measuring Islamic Spiritual Intelligence. Procedia Economics and Finance, 31(15), 134–139. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)011405 Rifa’i, Moh. , Fiqih Islam, Semarang, Karya Toha Putra:[t.t]. Rodiah, Insan Kamil dalam Pemikiran Muhammad Nafis AlBanjari dan Abdush-Shamad Al-Falimbânî dalam Kitab Ad-Durr An-Nafis dan Siyar As-Sâlikîn (Sebuah Studi Perbandingan), dalam Jurnal Studia Insania, April 2015 Vol. Vol. 3, No. 2. Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014. Sagala, R., Rismayani, Azis, T. N., Nugroho, A. A., Putra, R. W. Y., Putra, F. G., Syazali, M., Puspita, A. E. F. P., Supardi, U., & Pd, D. M. (2019). Pendidikan Spiritual Keagamaan (dalam Teori dan Praktik). Annual Conference on Islamic Education and Social Sains (ACIEDSS 2019), 1(2), 91. explainer video, efektif, hasil belajar IPS, media pembelajaran Daftar Pustaka | 133 Sakir, M. (2016). Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 12(1), 103. https://doi.org/10.21154/cendekia.v12i1.370 Salim, Hadiyah, Proses Kehidupan Manusia dari Alam Ke Alam, Sinar Baru, Bandung: [t.t]. Setiawan, W., Tajab, M., & Chaer, M. (2019). Ruh, Soul, Heart, Mind, and Body in the Perspective of Islamic Educational Psychology. January. https://doi.org/10.4108/eai.8-122018.2283959 Shaari, S., & Matore, M. E. E. M. (2019). Emphasizing the Concept of Spiritual Intelligence from Islamic and Western Perspectives on Multiple Intelligence. Creative Education, 10(12), 2815–2830. https://doi.org/10.4236/ce.2019.1012208 Shahrokhi, A., Elikaei, N., Yekefallah, L., & Barikani, A. (2018). Relationship between spritual intellegence and perceived stress among critical care nurse. 22(3), 40–49. Shihab, M. Quraish, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung, Mizan: 2008. ___________, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Lentera Hati: 2006. ___________, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama AlQur’an, Bandung, Mizan: 2007. Shihadeh, A. (2016). The Canundrum of His Body-Soul Dualism. In Al Ghazali and Kalm. https://doi.org/10.1163/9789004307490 134 | Psikologi Salat Khusyuk .... Siaran Pers No. 17/PIH/KOMINFO/2/2014, berjudul “Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja dalam Menggunakan Internet,” dalam https://kominfo.go.id Siregar, Rivay, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, Jakarta, Rajagrafindo Persada:1999. Skinner, R. (2019). Traditions, Paradigms and Basic Concepts in Islamic Psychology. Journal of Religion and Health, 58(4), 1087–1094. https://doi.org/10.1007/s10943-0180595-1 Sri Austi A. Samad. (2015). Pendidikan Barat dan Islam. Fenomena, 7(2), 215–228. Subandi, Psikologi Agama: Sebuah Tinjauan Historis, dalam Buletin Psikologi Tahun. 1994, No. 1. Subhi, Muhammad, Wawasan Al-Qur’an Tentang Manusia: Antropologi–Profetik), Jurnal Al-Burhan Institut PTIQ Jakarta: 2016,Vol.6, No.2 November Sugiarto. (2019). pendidikan-holistik-mengombinasikankecerdasan-dan-multiple-intelligence. Www.Suaramerdeka.Com. Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta, Bumi Aksara: 2009. Suprayogo, I. (2018). Pentingnya membangun Kecerdasan Ruhiologi dalam Pendidikan. Konsep Sutarman, S., Tjahjono, H. K., & Hamami, T. (2017). The Implementation of Holistic Education in Daftar Pustaka | 135 Muhammadiyah’s Madrasah Indonesia. Dinamika Ilmu, 17(2), 191–203. https://doi.org/10.21093/di.v17i2.856 Suwardi, Muhammad, The Mystery of Human Organ, Jakarta, Ufuk Press: 2010. Syamsuddin, Muhammad, Manusia dalam Pandangan KH.A. Azha Basyir, MA, Titian Ilahi Press, Yogyakarta: 1997. Tasmara, T. (2001). Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang bertanggung jawab, Proffesional dan Berakhlak. In Gema Insani Press. Gema Insani Press. Thabathaba’i, Muhammad Husain, Mazhab Kelima: Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Nur Al-Huda, Jakarta: 2013. Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, KBBI, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: 2008. Tim Tafsir Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Departeman Agama RI, Jakarta: 2008. Ushuluddin, A., Madjid, A., Masruri, S., & Affan, M. (2021). Shifting paradigm: From Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 11(1), 139–162. https://doi.org/10.18326/IJIMS.V11I1.139-162 Ushuluddin, Achmad; Majid, Abd; Masruri, Siswanto; Syahputra, Iswadi. (2021). Understanding Ruh as Source of Human Intelligence in Islam. The Internasional Journal of Religion and Spr\ituality in Society, 11(2). 136 | Psikologi Salat Khusyuk .... Ushuluddin, Achmad; Majid, Abd; Masruri, Siswanto; Syahputra, Iswadi. (2021). Understanding Ruh as Source of Human Intelligence in Islam. The Internasional Journal of Religion and Spr\ituality in Society, 11(2). Wahab, M. A., & Karia, N. (2020). Spiritual Intelligence In Islam – A Framework For Total Excellence. 958–967. https://doi.org/10.15405/epsbs.2020.10.88 Yahya, Harun, Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan Agama, dalam ebook www.harunyahya.com/indo Yusuf, A. (2016). Mengenal Substansi Diri, Shalat, Nabi Muhammad dan Tuhan. Available online: Zohar, Danah, and I. M. (2001). SQ: Connecting with Our Spritual Intelligence. Bloomsbury. Daftar Pustaka | 137 138 | Psikologi Salat Khusyuk .... PROFIL PENULIS Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D., Lahir di Ujung Pasir pada tanggal 24 Desember 1975. Saat ini penulis tinggal di Mendalo Darat Jambi. Bidang Keahlian yang digeluti oleh penulis adalah Psikologi Pendidikan. Jabatan penulis saat ini adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN STS Jambi. Adapun riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut: SDN Ujung Pasir Kerinci pada tahun 1980 s/d 1987; SMPN Tanjung Tanah Kerinci pada tahun 1987 s/d 1990; MAN Sebukar Kerinci Program Studi Agama pada tahun 1990 s/d 1993; S1 di IAIN STS Jambi pada tahun 1994 s/d 1998 (Program Studi Pendidikan Bahasa Arab); S2 di UN Padang pada tahun 2003 s/d 2005 (Program Studi Administrasi Pendidikan); S3 UK Malaysia pada tahun 2005 s/d 2009 (Program Studi Psikologi Pendidikan); S2 STIKOM-DB Jambi pada tahun 2015 s/d 2017 (Program Studi Manajemen Sistem Informasi); S2 UNBARI Jambi pada tahun 2018 s/d sekarang (Program Studi Ilmu Hukum); dan S3 UK Malaysia pada tahun 2005 s/d 2009 (Program Studi Psikologi Pendidikan). 139 Pengalaman pekerjaan penulis adalah sebagai berikut: Dosen Yayasan FKIP UNBARI tahun 2008 s/d 2010; Dosen Yayasan STKIP & STIT AD Jambi tahun 2008 s/d 2010; Dosen IAIN/UIN STS Jambi tahun 2009 s/d sekarang; Staf Ahli Komisi IV DPRD Provinsi Jambi tahun 2009 s/d 2010; Staf Ahli Rektor IAIN STS Jambi tahun 2009 s/d 2011; Sekretaris Lembaga Pengembangan IAIN STS Jambi tahun 2011 s/d 2012; Ketua Lembaga Penjaminan Mutu IAIN/UIN STS Jambi tahun 2012 s/d 2018; Kepala Satuan Pengawasan Internal UIN STS Jambi tahun 2018 s/d 2019; dan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN STS Jambi tahun 2020 s/d 2023. Karya Ilmiah (buku referensi) penulis antara lain sebagai berikut: Statistik Pendidikan Manual & Rprogram; Statitstik Pendidikan Manual & SPSS; Psikologi Sholat; Psikologi Pendidikan Menghadapi Pembelajaran Abad 21; Mixed Method Research; Metodologi Penelitian Kualitatif; Desain Pembelajaran berbasis TIK; Orientasi Baru Supervisi Pendidikan; Penelitian Tindakan Kelas; Psikologi Pendidikan; dan Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Selain karya ilmiah (buku referensi) penulis juga memiliki beberapa Karya Penelitian, Pemakalah Seminar Nasional atau Internasional; dan Publikasi Artikel atau Jurnal. 140 | Psikologi Salat Khusyuk .... Dr. Aletmi, MA., kelahiran Kerinci yang telah menyelesaikan Program Doktor Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir pada Program Pascasarjana PTIQ Jakarta tahun 2019. Adapaun beberapa tulisan ilmiah yang sudah beliau terbitkan, sebagai berikut: Seksualitas Kaum Sodom dalam Perspektif AlQur’an (Analisis Kisah Kaum Luth As. Berbasis Tafsir Ilmi) (Diserasi Ilmu Qur’an dan Tafsir, 2019; Pendidikan Holistik Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0, Jurnal IAIN Kerinci, 2019; dan Seksualitas Kaum Sodom dalam Perspektif Al-Qur an (Revitalisasi Homoseksual dalam Kisah Kaum Luth As. Berbasis Tafsir Ilmi); Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu KeIslaman, 2019. Profil Penulis | 141