“PSIKOLOGI SALAT”
MENGELOLA STRES PENDIDIKAN ABAD 21
(Perspektif Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan
Ruhiologi)
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman
sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan
tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
“Psikologi Salat”
Mengelola Stres Pendidikan Abad 21
(Perspektif Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi)
Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D.
Dr. Aletmi, S.IQ., MA.
“PSIKOLOGI SALAT” MENGELOLA STRES PENDIDIKAN ABAD 21
(Perspektif Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi)
Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D., dan Dr. Aletmi, S.IQ., MA.
Editor:
Yelmi Permata Sari
Desainer Kover:
Widiyana
Sumber Gambar Kover:
www.pngwing.com dan www.freepik.com
Penata Letak:
Yelmi Permata Sari
Proofreader :
Tim YPCM
Ukuran:
x, 141 hlm., 15,5 × 23 cm
ISBN:
978-623-8064-61-8
Cetakan Pertama:
Januari 2023
Hak Cipta 2023, pada Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D., dan Dr. Aletmi, S.IQ., MA.
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Anggota IKAPI: 027/Aggota Luar Biasa/SBA/21
YAYASAN PENDIDIKAN CENDEKIA MUSLIM
Perumahan Gardena Maisa 2, Blok C.12, Koto Baru, Kecamatan Kubung,
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat – Indonesia 27361
HP/WA: 0853-6336-7395
Website: www.cendekiamuslim.com
E-mail:
[email protected]
Marketplace: store.cendekiamuslim.or.id
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ___ vii
BAGIAN I PENDAHULUAN ___ 1
A. Kemajuan Abad 21___ 2
B. Stres Penyakit Era Revolusi 4.0 dan Era Society 5.0 ___ 6
C. Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi Solusi Mengeloal
Stres___ 11
BAGIAN II PSIKOLOGI SALAT MENGATASI STRES ___ 19
A. Konsep Psikologi ___ 20
B. Relasi antara Psikologi dan Agama ___ 24
C. Dampak Psikologis Ibdah Salat Mengatasi Stres ___ 28
BAGIAN III IBADAH SALAT KAWAH CANDRADIMUKA PENDIDIKAN RUHANI
___ 43
A. Salat dalam Perspektif Fiqih (Syari’at) ___ 44
B. Salat Paradigma Spritualiatas Tasawuf (Hakikat) ___ 55
C. Ibadah Salat Relasi antara Manusia dengan Tuhan ___ 59
D. Ibadah Shalat Dimensi Ruhani yang Transedental ___ 64
E. Salat mengahasilkan Insan Kamil (Manusia pari Purna) ___ 73
BAGIAN IV PSIKOLOGI SALAT PERSPEKTIF KECERDASAN RUHIOLOGI ___ 77
A. Kecerdasan Ruhiologi Berbasis Psikologi Salat ___ 79
v
B. Posisi Kecerdasan Ruhiologi diantara Kecerdasan Lainnya ___ 84
C. Kecerdasan Ruhiologi (RQ) di Era Revolusi 4.0 & Era Society 5.0 ___ 92
BAGIAN V PENDIDIKAN RUHANI DALAM PENCAPAIN TUJUAN PENDIDIKAN
YANG HAKIKI ___ 97
A. Paradigma Kecerdasan yang Diterapkan dalam Pendidikan ___ 98
B. Pendidikan Ruhani berbasis Kecerdasan Ruhiologi menuju Pencapaian
Tujuan Pendidikan yang Hakiki ___ 108
C. Dimensi Kecerdasan Ruhiologi dalam Penerapan Pendidikan ___ 114
BAB VI PENUTUP ___ 119
A. Kesimpulan ___ 120
B. Saran ___ 123
DAFTAR PUSTAKA ___ 125
PROFIL PENULIS ___ 139
vi | Psikologi Salat Khusyuk ....
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim....
Era revolusi industri 4.0 dengan kiprah globalisasi
membuat manusia semakin cenderung memperhatikan halhal yang jauh dari dirinya. Selain itu, meningkatnya
problematika sosial dalam kehidupan secara otomatis
memunculkan gerakan sosial yang disebut oleh pakar era
revolusi sosial 5.0. Padahal era revolusi industri 4.0 sedang
berjalan (running). Dampaknya adalah tingginya tingkat
stres dan depresi yang dianggap sebagai penyakit zaman ini.
Oleh karena itu, penting bagi manusia modern memiliki
kualitas spritual yang tinggi, agar dehumanisasi tidak terjadi
seiring melajunya sains dan teknologi. Sains dan teknologi
mesti dikendalikan, demikian pula dehumanisasi revolusi
sosial 5.0 perlu disikapi dengan serius. Hanya jiwa-jiwa
yang telah mencapai tingkat elit spritual lah yang mampu
memberi solusi atas masalah ini.
Ada orang yang sangat jeli ketika memahami Al
Qur'an, sehingga menemukan apa yang disebut dengan salat
khusyuk yang sebenarnya. Bagi orang yang dimaksudkan
ini, salat tidak hanya ritual verbalis saja seperti yang selama
vii
ini dipahami. Tetapi, hatinya hadir kehadapan Tuhannya.
Bahkan salat bukan sekedar bahan diskusi yang bersifat
fisik, yaitu terkait membaca ushalli di setiap mengawali,
membaca doa qunut, cara meletakkan kedua tangan,
menggerakkan telunjuk jari ketika membaca tasyahud, dan
semacamnya.
Diskusi tentang hal ini penting. Akan tetapi, bagi
orang yang memahami salat yang sebenarnya salat, ada lagi
hal yang teramat fondamental, yaitu terkait hakekat salat itu
sendiri, yaitu bagaimana salat bisa mengubah perilaku
seseorang. Hal itu sama dengan tujuan ibadah puasa, yaitu
untuk meraih derajat taqwa tetapi dinyatakan di dalam
hadits. Ada sebagian orang berpuasa tidak memperoleh dari
puasanya kecuali lapar dan dahaga. Begitu pun salat, banyak
orang melaksanakan salat tetapi tidak memperoleh manfaat
dari salatnya kecuali sekedar menggugurkan kewajibannya.
Buku berjudul “Psikologi Salat” Mengelola Stres Di
Era Pendidikan Abad 21 (Perspektif Pendidikan Ruhani
berbasis Kecerdasan Ruhiologi)” hadir tepat di tengah
kegalauan manusia, terutama para akademisi yang sedang
bingung mencari solusi atas perilaku manusia modern.
Melalui buku ini, penulisnya mengajak pembaca untuk
memikirkan hakikat diri sebagai hamba Tuhan yang
viii | Psikologi Salat Khusyuk ....
mempunyai relasi transenden secara spritual. Relasi
trasenden tersebut dilakukan melalui ibadah salat yang
khusyuk. Hasilnya adalah sebuah kecerdasan ruhani yang
berisi nilai-nilai holistik untuk merubah perilaku dan cara
pandang kita terhadap diri sendiri. Kecerdasan ruhani
tersebut diistilahkan dengan kecerdasan ruhiologi atau
Ruhiologi Quotient (RQ).
Malang, Desember 2022
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
Kata Pengantar | ix
x | Psikologi Salat Khusyuk ....
BAB I
PENDAHULUAN
A.Kemajuan Abad 21;
B. Stres Penyakit Era Revolusi 4.0 dan Era
Society 5.0; dan
C.
Pendidikan Ruhani Berbasis
Kecerdasan Ruhiologi Solusi Mengelola
Stres.
1
A
KEMAJUAN ABAD 21
Kemajuan sains dan teknologi yang luar biasa di abad 21 telah
menjanjikan kemudahan bagi orang-orang yang berhasil
memenuhi segala tuntutan modernisasi. Di lain pihak, akhir abad
21 ditandai pula dengan berbagai bencana dan kemelut yang
meresahkan hampir semua bidang kehidupan sosial dan pribadi.1
Ini menunjukan bahwa tidak semua yang bersifat ilmiah seperti
sains dan teknologi itu selalu berhasil menjawab persoalan
kehidupan, dan begitu pula sebaliknya tidak semua yang tidak
ilmiah selalu gagal. Bahkan terkadang yang tidak ilmiah justru
berhasil menjawab persoalan banyak orang, sementara yang
ilmiah hanya menjadi bahan diskusi yang tidak ditemukan ujung
pangkalnya.2
1
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam;
Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 1995, hal. 192.
2
Imam
Suprayogo
dalam
laman
situs
https://uinmalang.ac.id/r/160701/kekuatan-salat-mengubah-perilaku-seseorang Rabu,
20 Juli 2016
2 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Persoalan sosial misalnya yang selalu dikaitkan dengan
teori-teori ilmiah sosiologi untuk zaman sekarang tampaknya
menemui jalan buntu dalam menjawab perubahan-perubahan
sosial yang bersifat dehumanisasi yaitu menurunnya nilai-nilai
kemanusiaan.3 Kenyataan ini dapat dilihat dari terjadinya
dehumanisasi dalam berbagai aspek kehidupan seperti bidang
pendidikan misalnya tampak pada kasus-kasus peserta didik yang
jauh dari nilai-nilai akhlak terpuji. Sebagai contoh di Depok Jawa
Barat aksi tawuran antar pelajar membuat resah masyarakat dan
dunia pendidikan kota tersebut.
Dilansir dari situs online metro.sindonews.com bahwa
Polisi berhasil menangkap pelaku perusak sekolah yang juga
pelaku penganiayaan yang menyebabkan satu orang meninggal.4
Aksi tawuran juga terjadi di Tanjung Priok Jakarta, dua kelompok
remaja terlibat aksi tawuran di kolong tol Jalan Warakas VI,
Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (18/3). Seorang remaja
berinisial MHM (14 tahun) meninggal akibat luka bacok dalam
aksi tersebut.5
Selain aksi tawuran, tindakan asusila di kalangan pelajar
juga menjadi masalah serius dunia pendidikan dewasa ini. Seperti
kasus sodomi di Mojokerto seorang siswa SMP tega menyodomi
Dadang Hawari, Al-Qur’an:Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan
Jiwa, Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa: 1997,Cet.III, hal.2.
4
Dalam laman situs https://metro.sindonews.com
5
Dalam laman situs https://republika.co.id
Bab I. Pendahuluan | 3
3
2 bocah Sekolah Dasar (SD).6 Berita dari Lampung menyebutkan
bahwa Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
menemukan fenomena penggunaan jasa Pekerja Seks Komersial
(PSK) oleh siswa yang duduk di bangku SMA.7
Bidang militer dan politik juga tidak luput dari
dehumanisasi akibat pemanfaatan teknologi perang tingkat
tinggi. Dilansir dari Kompas.com bahwa jenderal top Iran, Qasem
Soleimani terbunuh pada Jumat (3/1/2020) dalam sebuah
serangan rudal AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Hal
itu menjadi pemicu Iran untuk melakukan aksi balas dendam.
Sebagai gantinya, Iran menghujani markas pasukan AS dan
sekutunya di Irak dengan puluhan rudal pada Selasa (7/1/2020).8
Pada 21 Juni 2020 koran online CNBC Indonesia juga
membuat tajuk berita dengan judul “Korsel Vs Korut Terancam
Perang”, disebutkan bahwa secara resmi Korea Utara
menyatakan telah memutuskan hubungan dengan Korea Selatan.
Putusnya hubungan ini menyangkut militer, termasuk jaringan
komunikasi antara pemerintah pusat Korea Utara dengan kantor
kepresidenan Korea Selatan.9 Seterusnya pada saat ini dunia saat
ini dihadaptkan dengan persoalan pandemik dan pasca pandemi
6
Dalam laman situs https://news.detik.com
Dalam laman situs https://medan.tribunnews.com
8
Nur Fitriatus Shalihah, “Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang
Dunia
Ketiga”,
dalam
https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/09/060900365/iran-amerikaserikat-dan-potensi-perang-dunia-ketiga?page=all.
9
Dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20200621
4 | Psikologi Salat Khusyuk ....
7
dunia masih belum stabil secara ekonomi, namun terjadi
ketegangan perang antara Rusia dengan Ukraina belum
menemukan titik temu damai yang menjadi perhatian semua
negara dunia, dengan ketengan ini sehingga dapat mempengaruhi
ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Politik praktis yang sering dimainkan oleh tokoh-tokoh di
panggung politik yang tidak jarang menutupi tabiat aslinya.
Untuk meraih simpati dan dukungan masyarakat mereka tidak
segan-segan membawa nama agama dan menampakkan
simpatinya kepada masyarakat kelas bawah seakan-akan ia
melebur bersama mereka. Sikap seperti ini sebenarnya akan
membawa krisis spritual karena menampilkan hal yang tidak
sebenarnya. Selain itu, kebijakan-kebijakan publik yang
diputuskan oleh pihak berwenang yang dianggap tidak pro rakyat
telah memicu sejumlah aksi massa seperti demonstrasi. Dilansir
dari CNBC Indonesia sekitar 5.000 buruh kota Bekasi dan
Kabupaten Bekasi ikut aksi demonstrasi tolak pengesahan
rancangan undang-undang Omnibus Law pada 5 Oktober 2020
lalu.10 Aksi unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) merebak
hampir di seluruh daerah di Indonesia dan mencapai puncaknya
pada Kamis, 8 Oktober 2020.11
10
11
Dalam laman situs https://www.cnbcindonesia.com/news/
Dalam laman situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/
Bab I. Pendahuluan | 5
B
STRES PENYAKIT ERA REVOLUSI
4.0 DAN ERA SOCIETY 5.0
Meningkatnya masalah-masalah sosial seperti pada sub bab di
atas secara otomatis memunculkan gerakan sosial. Inilah yang
dikatakan oleh para pakar bahwa sekarang kita sedang
menyongsong era revolusi sosial 5.0 padahal era revolusi industri
4.0 sedang berjalan (running). Dampak dari revolusi sosial yang
tiba-tiba adalah tingginya tingkat stres dan depresi, yang
dianggap sebagai penyakit zaman sekarang yang berdampak pada
pengelolaan pendidikan abad 21. Ini tidak hanya berbahaya
secara kejiwaan, tetapi juga mewujud dalam berbagai kerusakan
tubuh.
Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi
adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada
obat terlarang, gangguan tidur, gangguan pada kulit, perut dan
tekanan darah, pilek, migrain (sakit kepala berdenyut yang terjadi
6 | Psikologi Salat Khusyuk ....
pada salah satu sisi kepala dan umumnya disertai mual dan
gangguan penglihatan), sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung,
dan pembengkakan otak. Tentu saja stres dan depresi bukanlah
satu-satunya penyebab semua ini, namun secara ilmiah telah
dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan
semacam itu biasanya bersifat kejiwaan.12 Cabang ilmu yang
khusus mempelajari tentang hal ini yaitu psikosomatik, ia adalah
cabang ilmu psikologi yang membicarakan bagaimana pengaruh
keadaan hidup manusia (life situation) kepada jiwa dan raganya,
khususnya pengaruh jiwa (emosi) pada badan.13
Untuk meminimalisir dampak negatif dari hal-hal yang
disebutkan itu, manusia secara normatif membutuhkan sandaran
hidup dalam rangka menyiapkan diri menghadapi segala bentuk
perubahan sosial yang bersifat dehumanisasi. Di sini, peran
agama sangat dibutuhkan sebagai panduan untuk menghindari
dampak
negatif
secara
psikologis
sebagai
akibat
dari
dehumanisasi itu.
Faktanya
orang-orang
yang
jauh
dari
agama
menyebabkan mereka terus-menerus menderita perasaan tidak
nyaman, khawatir dan stres. Mereka terkena berbagai ragam
12
Harun Yahya , Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan
Agama, dalam ebook www.harunyahya.com/indo
13
Faruq Nasution, Thibburruhany Atau Faith-Healing; Psikologi
Iman Dalam Kesehatan Jiwa Dan Badan, Eldine ed, Jakarta: 2001, Cet.III,
hal.31.
Bab I. Pendahuluan | 7
penyakit kejiwaan yang mewujud pada keadaan raga mereka.
Tubuh mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan mereka
mengalami penuaan yang cepat dan melemah. Sebaliknya, karena
orang-orang beriman sehat secara kejiwaan, mereka tidak terkena
stres, atau berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa prima dan
sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan mereka kepada Allah,
tawakal mereka kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka,
kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan
apa yang terjadi sembari berharap akan janji-Nya, tercermin
dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh
mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an, dan
yang benar-benar memahami agama.14
Oleh karena itu, agama sebagai sesuatu yang sakral
senantiasa menjadi energi positif bagi pemeluknya untuk
melakukan segala sesuatu yang menjadi aturan-aturannya.
Manusia dan perilaku keagamaannya adalah sebuah kajian yang
menarik.15 Karenanya, secara substansial buku ini perlu
dimunculkan untuk mambahas hubungan manusia dengan agama
melalui pendekatan psikologis khususnya upaya memperbaiki
perilaku manusia melalui salat khusyu’ dengan tinjauan kajian
ruhiologi.
14
Harun Yahya , Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan
Agama, dalam ebook www.harunyahya.com/indo
15
Munawir, Relasi Psikologi dan Agama, dalam Jurnal Komunika,
Vol. 9, No. 1, Januari - Juni 2015, hal. 155
8 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Mengkaji agama berdasarkan kebutuhan psikologis
tidaklah semudah membalikan telapak tangan, karena kajian ini
memerlukan pendekatan khusus. Ia tidak hanya membahas benar
dan salahnya suatu ibadah tetapi lebih dari itu. Harus dilihat
secara mendalam pengaruhnya terhadap jiwa orang yang
beragama itu sendiri. Selama ini banyak orang berdiskusi,
berdebat, dan bahkan berbantah tentang pelaksanaan salat. Akan
tetapi yang dijadikan bahan perbantahan bukan menyangkut
hakekat salat, melainkan baru sebatas teknis pelaksanaan ibadah
itu. Misalnya, tentang apakah harus membaca ushalli di setiap
mengawali salat atau tidak, membaca doa qunut atau tidak, cara
meletakkan kedua tangannya apakah dijatuhkan jurus atau
bersedekap, menggerakkan telunjuk jari ketika membaca
tasyahud atau tidak, dan semacamnya. Berdiskusi tentang hal
tersebut penting, akan tetapi kiranya ada yang lebih penting lagi
adalah terkait hakekat salat itu sendiri.16
Dengan
demikian,
ibadah
tidak
hanya
dipahami
menjalankan ritual-verbalis saja sebagaimana yang dipahami
selama ini, tetapi sudah harus mengarah pada pemaknaan salat
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan
mengetahui konsep ini, agama melalui syariatnya diharapkan
mampu memberikan solusi terhadap permasalahan jiwa manusia
modern yang sedang mengalami krisis spritual yang disebut
16
Imam
Suprayogo
dalam
laman
situs
https://uinmalang.ac.id/r/160701/kekuatan-salat-mengubah-perilaku-seseorang Rabu, 20
Juli 2016
Bab I. Pendahuluan | 9
“dehumanisasi” sebagai akibat dari revolusi industri 4.0 yang
tidak terkendali sehingga berdampak pada tingginya tingkat stres
dan maraknya perilaku menyimpang di dalam masyarakat.
10 | Psikologi Salat Khusyuk ....
C
PENDIDIKAN RUHANI BERBASIS KECERDASAN
RUHIOLOGI SOLUSI MENGELOLA STRES
Persoalan penyakit stres merupakan penyakit zaman era disrupsi
digital terutama dalam Dunia Pendidikan yang dirasakan oleh
peserta didik (siswa-mahasiswa), Pendidik (guru-dosen), orang
tua serta stakeholder pendidikan. Tingkat stres yang tinggi
menjadi salah satu masalah besar bagi para peserta didik dan
pendidik di berbagai lembaga pendidikan di Indonesia mulai dari
tingakat PAUD, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK sampai ke
perguruan tinggi.
Stres muncul karena dipicu oleh persaingan dan tekanan
yang tinggi, perilaku hedonisme, derasnya arus globalisasi,
peningkatan revolusi industri dan teknologi-informasi di berbagai
lini kehidupan. Menghadapi masalah stres, para ilmuwan selama
ini mengajukan tiga kecerdasan, Emotional Quotient (EQ),
Intelektual Quotient (IQ), dan Spritual Quotient (SQ), tetapi tiga
Bab I. Pendahuluan | 11
kecerdasan ini masih belum mampu mengatasi stres dalam
pendidikan.
Pendidikan
ruhani
berbasis
Kecerdasan
Ruhiologi
(Ruhiology Quotient/RQ) merupakan sebagai pondasi untuk
menghadapi stress yang muncul di kalangan peserta didik dan
pendidik di dunia pendidikan. Pendidikan ruh dengan berbasis
kepada kecerdasan ruh dapat menjadi salah satu solusi bagi para
peserta didik, pendidik, orang tua dan stakeholder pendidikan
untuk mengurangi dan menghilangkan stres yang mereka hadapi.
Pendekan Pendidikan ruhani berbasis Ruhiologi berbeda
dengan EQ, SQ, dan IQ yang menitik berat pada kekmapuan
kecerasan secara fisik. Namun kecerdasan ruhiologi (RQ)
menitikberatkan kepada dimensi ruh, yang menjadi fitrah atau
dasar kemanusian. Pembersihan ruh yang ditandai dengan empat
sifat Siddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh (SAFT) dapat
menjadikan peserata didik dan pendidik serta orang tua dan
stakeholder pendidikan mampu mengatasi berbagai problema
kehidupan.
Data menunjukkan bahwa stress menjadi salah satu
masalah besar bagi para mahasiswa, dosen dan civitas akademika
di perguruan tinggi di Indonesia. Di tengah derasnya arus
globalisasi, revolusi industri yang berjalan cepat, dan teknologiinformasi yang merambah segala bidang membuat tekanan dan
tuntutan terhadap para mahasiswa semakin tinggi. Mereka
12 | Psikologi Salat Khusyuk ....
dituntut dapat menyesuaikan diri dengan kultur dan tradisi dunia
global yang berjalan secara cepat.
Untuk menghadapi stres yang muncul, para ilmuwan
selama ini mengajukan tiga kecerdasan Emotional Quotient (EQ),
Intelektual Quotient (IQ), dan Spritual Quotient (SQ), sebagai
solusi menghadapi berbagai masalah yang muncul. Akan tetapi,
tiga kecerdasan EQ, IQ, dan SQ dinilai gagal karena dalam
sejumlah fenomena, mahasiswa masih dilanda stres, meskipun
telah menerapkan kecerdasan EQ, IQ, dan SQ.
Berdasarkan fakta dan fenomena tersebut, para sarjana
kemudian mengkritik paradigma pendidikan nasional yang hanya
berorientasi kepada EQ, SQ, dan IQ. Ketiga kecerdasan ini dinilai
belum lengkap dan memenuhi syarat untuk bisa mengatasi dan
menghilangkan stres di kalangan mahasiswa. Bagi para peneliti,
konsep EQ, SQ, dan IQ dinilai gagal karena mengabaikan
dimensi kecerdasan ruh atau disebut Ruhiology Quotient (RQ).
Model SQ yang dikemukakan oleh Zohar-Marshall dan
model HC yang dikemukakan oleh Pearsall hanya menyentuh
alam biologis dan psikologis, yaitu otak material dan hati
material. Keduanya belum menyentuh tingkat ketuhanan
transendental yaitu otak spiritual dan hati spiritual. Artikel kali ini
bermaksud untuk membuktikan bahwa sumber kecerdasan
Bab I. Pendahuluan | 13
bukanlah otak melainkan ruh (jiwa), yang menjadi titik sentral
dan dapat membawa perubahan pada diri manusia.17
Bagi sejumlah pakar, RQ adalah titik sentral dan mendasar
yang dapat menjadi titik balik perubahan dalam diri manusia ke
arah kebaikan hakiki. Sedangkan EQ, SQ, dan IQ belum mampu
menyentuh dimensi ruh manusia. Berdasarkan penjabaran
tersebut tersebut, maka buku ini hendak mengkaji bagaimana
pengaruh nilai spritualitas yang menekankan kepada Ruhiology
Quotient (RQ) terhadap managemen stres mahasiswa.
1. Kritik Atas Konsep EQ, IQ, dan SQ.
Model SQ yang dikemukakan oleh Zohar-Marshall dan model
HC yang oleh Pearsall hanya menyentuh alam biologis dan
psikologis, yaitu otak material dan hati material. Keduanya
belum menyentuh tingkat ketuhanan transendental yaitu otak
spiritual dan hati spiritual. Dimensi transedental hanya mampu
dicapai dengan penekanan terhadap dimensi ruh. Berdasarkan
hal itu, sejumlah peneliti menyebut bahwa sumber kecerdasan
bukanlah otak melainkan ruh (jiwa), yang menjadi titik sentral
Achmad Ushuluddin, dkk, “Shifting paradigm: from Intellectual
Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient
in ruhiology perspectives,” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies
Vol. 11, No. 1 (2021): 140, doi: 10.18326/ijims.v11i1. 139-162
14 | Psikologi Salat Khusyuk ....
17
dan dapat membawa perubahan pada diri manusia, melainkan
adalah ruh (ruhiology quotient/RQ)18
Kritik lain terhadap konsep EQ, SQ, dan IQ
dilontarkan oleh Abu Sangkan. Menurutnya, model pelatihan
kecerdasan spiritual seperti SQ dan ESQ (termasuk SQ) adalah
bersifat artifisial, bukan spiritualitas yang benar atau esensial.
Jalan spiritual tidak dicapai dengan cara berpikir, tetapi dengan
cara dzikir. Terlibat dalam spiritualitas mengacu pada
melakukan jalan ruhani yang harus dilakukan melalui upaya
ruhani (spiritual), bukan melalui permainan otak.19
Model kecerdasan ESQ juga dianggap masih
menggunakan materi sebagai basisnya. Ia menyatakan,
munculnya konsep ESQ sendiri bukan merupakan indikasi
munculnya jembatan penghubung antara sains dan agama.
ESQ lebih merupakan wacana Barat dalam mengintegrasikan
pandangannya tentang manusia dengan apa yang selama ini
sering luput dari perhatian sains dengan terus-menerus
berusaha menemukan basis materialnya, yaitu otak.20
Achmad Ushuluddin, dkk, “Shifting paradigm: from Intellectual
Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient
in ruhiology perspectives,” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies
Vol. 11, No. 1 (2021): 140, doi: 10.18326/ijims.v11i1. 139-162
19
Abu Sangkan, Spiritual Salah Kaprah: Mengupas Tuntas
Kerancuan Spiritual antara God-Spot, G-Spot, Mad-Spot, dan Sufi-Spot
(Jakarta: Gybraltar Wahyamaya, 2008), 25-26.
20
Abu Sangkan, Spiritual Salah Kaprah, 26-27.
Bab I. Pendahuluan | 15
18
2. Korelasi Ruhiology Quotient (RQ) dengan Managemen
Stres
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat spritualitas
yang tinggi dapat berpengaruh dengan kemampuan untuk
mengatasi dan melakukan manajemen stres. Penelitian Chiesa
terhadap individu paruh baya, yang memiliki tingkat
spritualitas yang baik terbukti memiliki hubungan positif
antara spritualitas dan manajemen stres (r = 0,435 ; p = 0.000
< 0,01) dan spritualitas mempengaruhi manajemen stres
sebesar 29,5 % (r2 = 0,295).21
Dalam penelitian lain, tingkat spritualitas juga dapat
mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Penelitian terhadap
penderita hipertensi di poli jantung RSU dr. H. KoesnadiBondowoso dapat disebabkan oleh pola manajemen stres yang
buruk oleh penderitanya. Dengan tingkat spritualitas yang
baik, maka stres bisa dihindari, sebab secara medis stres,
hipertensi terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Sedangkan
spritualitas adalah salah satu koping yang dapat digunakan
untuk menangani stres.22 Semakin tinggi tingkat kecerdasan
21
Alberto Chiesa dan Alessandro Serretti, “Mindfulness-Based Stress
Reduction for Stress Management in Healthy People: A Review and MetaAnalysis,” The Journal of Alternative and Complementary Medicine, Vol. 15,
No. 5 (Mei 2009): 593-600. http://doi.org/10.1089/acm.2008.0495
2222
Muhammad Alfian Adyatman, dkk, “The Correlation between
Sprituality and Stress in Hypertension Patiens at Cardiology Unit of dr. H.
16 | Psikologi Salat Khusyuk ....
ruhiologi (Ruhiologi Quotient/RQ) seorang individu, maka
semakin mudah baginya untuk mengatasi masalah-masalah
yang dapat memicu stres. Kesimpulan itu dibuktikan dengan
individu-individu yang memiliki tingkat kecerdasan ruhiologi
(RQ) yang tinggi dan mampu menyelesaikan masalahmasalah, tanpa terjebak dengan perasaan stres. Bukti lain juga
menunjukkan bahwa orang yang memiliki tingkat kecerdasan
ruhiologi (RQ) yang tinggi akan mudah menghadapi masalah
dan dapat terhindar dari perasaan stres.
Koesnadi Hospita-Bondowoso,” Pustaka Kesehatan, Vol. 7, No. 2 (Mei
2019): 88-96.
Bab I. Pendahuluan | 17
18 | Psikologi Salat Khusyuk ....
BAB II
PSIKOLOGI SALAT
MENGATASI STRES
A.Konsep Psikologi;
B. Relasi antara Psikologi dan
Agama; dan
C. Dampak Psikologis Ibadah Salat
Mengatasi Stres.
19
A
KONSEP PSIKOLOGI
Psikologi adalah adalah studi ilmiah tentang pikiran (proses
mental) dan perilaku. Kata “psikologi” berasal dari kata Yunani
“psyche” yang berarti kehidupan, dan “logo” yang berarti
penjelasan.23 Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala
kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi),
perasaan (emotion), dan kehendak (conasi). Gejala tersebut
secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri
mansuia dewasa, normal, dan beradab. Dengan demikian, ketiga
gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku
manusia.24
Dibandingkan dengan disiplin ilmu lain, psikologi
termasuk ilmu yang relatif muda. Namun demikian, dalam
23
Martha Lally ,dkk, Introduction to Psychology, French, The College
of Lake County Foundation: 2014, hal. 7
24
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2010,
Cet. 13, hal.7
20 | Psikologi Salat Khusyuk ....
lintasan sejarah psikologi banyak para ahli telah menulis tentang
psikologi. Pada zaman yunani kuno, Plato25 (w. 347 SM) dan
Aristoteles26 (w. 323 SM) dianggap sebagai pelopor besar dalam
psikologi. Plato misalnya, ia berpendapat bahwa jiwa manusia
terbagi atas dua bagian yaitu jiwa rohaniah dan jiwa badaniah.
Jiwa rohaniah bersifat abadi sedangkan jiwa badaniah tidak. Plato
membuat konsepsi trichotomi dalam diri mansuia dengan
mengatakan dalam diri manusia terdapat jiwa yang meliputi
25
Filsuf terkemuka Plato (427-347 SM) terkenal dengan teorinya
tentang idea. Menurut teori ini setiap penganggapan akal adalah mempunyai
hakekat di luar yang merupakan gambaran daripadanya, dan hakekat-hakekat
di luar yang tidak tergantung dengan akal inilah yang dinamakan oleh Plato
idea-idea (ideas). Idea inilah yang menurut Plato bersifat tetap, yang tidak
berubah, dan yang kekal. Dalam pandangan Plato ada dua macam dunia.
Pertama, dunia ini yang serba berubah dan serba jamak, dimana tiada hal yang
sempurna, dunia yang diamati dengan indra yang bersifat indrawi. Kedua
dunia idea, di mana tiada perubahan, tiada kejamakan (dalam arti ini, bahwa
yang baik hanya satu, yang adil hanya satu, dan yang indah hanya satu saja),
yang bersifat kekal. Dengan kata lain, apa yang dilihat oleh manusia adalah
turunan dari alam idea yang mengambil bentuk di dunia empiris/luar. (Aletmi,
Pemikiran Tasawuf Ibnu Arabi dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran
Sufistik Huruf-Huruf Muqatha’ah Dalam Al-Qur’an, Jakarta, Institut PTIQ
Jakarta: 2015, hal. 86)
26
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM.
Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun
Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana
selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia. Pengaruh
Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam.
Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulispenulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium
mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga
dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan
berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu
Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba
merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya
Aristoteles. (Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam
Sejarah, Jakarta, Dunia Pustaka Jaya: 1978)
Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 21
pikiran atau kecerdasan di kepala, kemauan di dada, dan nafsu
atau perasaan di perut. Sedangkan dalam pandangan Aristoteles
jiwa adalah konsepsi dichotomi yaitu jiwa hanya meliputi
kecerdasan dan kemauan.27
Pada abad ke-20 psikologi berkembang secara dramatis
dengan
munculnya
pemikiran
yang
dikenal
sebagai
behaviorisme. Behaviorisme adalah perubahan yang sangat besar
dari semua perspektif teoritis sebelumnya, dan menolak
penekanan pada pikiran sadar serta pikiran bawah sadar.
Behaviorisme berusaha untuk membuat disiplin yang lebih ilmiah
dengan menekankan pada perilaku yang dapat diamati. Perilaku
menekankan pada kenyataan, bahwa materi pelajaran psikologi
pada dasarnya adalah perilaku manusia.
Dampak dari aliran pemikiran ini sangat besar dan
mendominasi selama hampir 50 tahun. Pada pertengahan abad ke20, muncul lagi pemikiran yang dikenal dengan psikologi
humanistik, yaitu konsep psikologi teoritis yang meletakkan
penekanan pada pengalaman sadar. Selanjutnya psikologi sejak
itu terus berubah dan berkembang, membawa perspektif baru
yang mengacu pada faktor budaya dan sosial, serta pengaruhnya
pada perilaku manusia.28
27
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, Jakarta, Bumi Aksara: 2009, Cet. II, hal. 446
28
https://www.academia.edu/19653936/Ringkasan_Sejarah_Psikolo
gi
22 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Berdasarkan kenyataan ini maka secara historical-context
dapat dikatakan bahwa psikologi telah mengalami perkembangan
konsepnya dari masa ke masa, dan sekaligus telah mengalami
pergeseran paradigma sejak masa yunani kuno hingga abad
modern. Jika pada masa yunani kuno filsuf seperti Plato dan
Aristoteles masih berbicara tentang jiwa rohaniah tetapi pada
abad modern pembicaraan tentang jiwa rohaniah mulai diabaikan
karena kajian psikologi lebih berorientasi pada perilaku yang
dapat diamati. Maka tidak mengherankan jika di abad modern
masalah spritualitas tidak dibicarakan dalam buku-buku psikologi
umum bahkan ada asumsi yang menyatakan bahwa sprtualitas
atas nama agama adalah candu dalam masyarakat.29
29
Pernyataan ini berasal dari filsuf Karl Marx (1818-1883). Ia adalah
pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah” dilahirkan tahun 1818 di kota
Trier, Jerman. Marx mendapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari
Universitas Jena. (Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh
dalam Sejarah, Jakarta, Dunia Pustaka Jaya: 1978)
Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 23
B
RELASI ANTARA
PSIKOLOGI DAN AGAMA
Studi agama dari persfektif psikologis hampir sama tuanya
dengan psikologi itu sendiri. Menurut Peter Connoly, tokoh
pertama yang membicarakan psikologi melalui pendekatan
keagamaan adalah William James seorang berkebangsaan
Amerika.30 Pada tahun 1900-1991 William James menyampaikan
kuliahnya di Edinburg University, kuliah-kuliahnya ini kemudian
dikumpulkan dalam sebuah buku monumental yang berjudul
“The Varieties of Religious Experiences.”31
Secara konseptual, psikologi dan agama merupakan dua
komponen yang berbeda, namun keduanya saling berhubungan
dan mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
30
Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta, LkiS:
2011, Cet. III, hal.195.
31
Subandi, Psikologi Agama: Sebuah Tinjauan Historis, dalam
Buletin Psikologi Tahun. 1994, No. 1 hal.7-9
24 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Hal ini karena cara bersikap, berpikir dan tingkah laku seseorang
tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, dan keyakinan yang
dimiliki seseorang termasuk dalam konstruksi kepribadian.32
Dalam konteks ini, Nabi Saw. bersabda:
ِ فَِإ َّن،ك
الص ْد َق طُ َمأْنِينَة
ْ َد
َ ُك إِ ََل َما ََل يَ ِريب
َ ُع َما يَ ِريب
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, (lakukan) apa yang
tidak meragukanmu (yang kamu
yakini).
Sesungguhnya
kebenaran itu adalah yang memberikan ketenangan”. (HR.
Tirmizi)
Hadits Nabi Saw. ini menjadi indikator bahwa antara
agama dengan keyakinan berperilaku adalah ibarat dua sisi mata
uang yang tidak bisa menafikan antara satu dengan lainnya.
Karenanya, dalam psikologi agama kesadaran beragama
(religious counsciosness) dan pengalaman beragama (religious
experience) sangat penting menjadi objek kajian psikologi agama
itu sendiri. Dengan kata lain, psikologi agama mempelajari dan
meneliti pengaruh kepercayaan terhadap sikap dan tingkah laku
atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang.33
32
Syaiful Hamali, Psikologi Agama :Terapi Agama Terhadap
Problematika Psikis Manusia, dalam Jurnal Al-AdYaN/Vol.IX, N0.2/JuliDesember/2014, hal. 1
33
Syaiful Hamali, Eksistensi Psikologi Agamadalam Pengembangan
Masyarakat Islam, dalam Jurnal TAPIs Vol.8 No.1 Januari-Juni 2012, hal. 73
Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 25
Psikologi agama mempelajari masalah-masalah kejiwaan
yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama seseorang
di
mana
manusia
berupaya
menyembuhkan
gangguan
kejiwaannya melalui ajaran-ajaran agama. Agama menawarkan
suatu hubungan transendental dengan Tuhan melalui pemujaan
dan upacara-upacara keagamaan yang memberikan dasar
emosional bagi rasa aman dan identitas yang lebih kuat di tengah
ketidakpastian, ketidakmungkinan dan kelangkaan yang dialami
manusia dalam kehidupannya.34
Dalam konteks ini, agama Islam menawarkan konsep
relasi transendental antara manusia dengan Tuhan melalui
pemujaan dan upacara keagamaannya. Islam menjadikan salat
sebagai salah satu ritual keagamaan yang menghubungkan antara
manusia dengan Tuhan. Salat menempati posisi khusus karena
ibadah ini merupakan relasi langsung antara manusia dengan
Tuhan. Sesuai dengan pengertiannya salat adalah doa, dan Allah
Swt. berfirman dalam Al-Qur’an tentang ini:
ِ ِ َ وإِذَا سأَل
ِ َّاع إِذَا َد َع
ِ
ان
ِ يب َد ْع َوةَ الد
َ َ
ُ َك عبَادي َع ِّن فَِإِّن قَ ِريب أُج
فَ لْيَ ْستَ ِجيبُوا ِِل َولْيُ ْؤِمنُوا ِِب ل ََعلَّ ُه ْم يَ ْر ُش ُدو َن
34
Syaiful Hamali, Psikologi Agama: Terapi Agama Terhadap
Problematika Psikis Manusia, hal.1
26 | Psikologi Salat Khusyuk ....
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. AlBaqarah:186)35
35
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui
kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga
kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus
menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186)
sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu
Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan,
dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim
bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap
beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: “Dimanakah Tuhan
kita?” (Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber
lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.) Menurut riwayat lain, ayat ini
(S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah kalian
berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman “ud'uni astajib
lakum” yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S.
40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah!
Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?” Sebagai jawabannya,
turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber
dari Ali.) Menurut riwayat lain, setelah turun ayat waqala rabbukum ud'uni
astajib lakum” yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku
mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang
tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)
Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 27
C
DAMPAK PSIKOLOGIS
IBADAH SALAT
MENGATASI STRES
Dampak Psikologis Ibadah Salat dapat mengatasi Stres
Pendidikan abad 21. Jika Salat dilakukan dengan khusyuk dapat
membantu meredakan ketegangan dan kelelahan urat syaraf
dalam dinamika pekerjaan era disrupsi digital yang mengaibatkan
tingginya tingkat stres yang dirasakan kelangan akdemis saat ini.
Salat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim. Salat inilah yang membedakan kita dengan umat lainnya.
Telah kita ketahui bersama bahwa salat memiliki manfaat yang
sangat banyak. Selain menyehatkan, ternyata salat ini pun
bermanfaat bagi keadaan jiwa kita.
Ada efek psikologis yang besar terdapat dalam ibadah
salat yang merupakan pengobatan yang paling efektif dari
penyakit marah, terburu-buru dan ceroboh. Salat mengajarkan
28 | Psikologi Salat Khusyuk ....
kepada manusia bagaimana menjadi orang tenang dan rendah hati
serta selalu tunduk kepada Allah Swt., mengajarkan kepada
manusia untuk sabar dan tawadhu’. Ini semua dapat memberikan
pengaruh yang baik pada sistem saraf dan kerja jantung, mengatur
detaknya dan aliran darah melaluinya. Salat dapat membantu
orang beriman menghilangkan semua yang tersimpan dalam
perutnya seperti depresi, kegelisahan, ketakutan dan emosi diri,
karena semuanya akan hilang dengan banyak berdzikir dihadapan
Allah. Allah selalu bersamanya dan tidak akan meninggalkannya
selamanya. Selama ia tulus dalam beribadah kepada Allah yang
Maha Esa. Allah berfirman.36
36(https://www.islampos.com/salat-dan-pengaruhnya-
terhadap-psikologis-54331/)
Bab II. Psikologi Salat Mengatasi Stres | 29
30 | Psikologi Salat Khusyuk ....
BAB III
IBADAH SALAT KAWAH
CANDRADIMUKA PENDIDIKAN RUHANI
A. Salat dalam Perspektif Fiqih (Syari’at);
B. Salat Paradigma Spritualiatas Tasawuf
(Hakikat);
C. Ibadah Salat Relasi antara Manusia dengan
Tuhan;
D. Ibadah Salat Dimensi Ruhani yang
Transedental; dan
E. Salat Menghasilkan Insan Kamil (Manusia Pari
Purna).
31
A
SALAT DALAM PERSPEKTIF
FIQIH (SYARI’AT)
1. Kewajiban Salat
Ar-Raghib Al-Ashfahani (w. 502 H) menyatakan bahwa para
pakar bahasa mendefinisikan salat secara etimologi dengan arti
doa, mensucikan, atau mengagungkan.37 Ibadah syar’i ini
dinamakan doa karena di dalam salat terdiri dari berbagai
doa.38 Salat adalah rukun Islam yang kedua dari rukun-rukun
Islam yang ada.39
Adapun definisi salat menurut istilah para ahli fiqih
adalah perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
37
Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharibi Al-Qur’an,
Salah satu doa yang paling sering kita baca dalam salat adalah
memohon petunjuk kepada Allah swt. sebagaimana yang terdapat dalam surat
Al-Fatihah ayat 6. “ihdinashshirathal mustaqim” artinya “tunjukilah kami ke
jalan yang lurus.
39
Abu Malik Kamal, Fiqh Sunnah Lin Nisa’, Depok, Pustaka
Khazanah Fawa’id: 2017, Cet. III, hal. 113.
32 | Psikologi Salat Khusyuk ....
38
dan diakhiri dengan salam disertai syarat-syarat khusus.40
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menyebutkan definisi salat
sebagai berikut:41
مفتتحة،الصالة عبادة تتضمن أقواَل وأفعاَل خمصوصة
خمتتمة ابلتسليم،بتكبري هللا تعاَل
“Salat merupakan ibadah yang terkandung di dalamnya
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang
dibuka dengan bertakbir kepada Allah dan ditutup dengan
salam”
Menurut Philip K. Hitti dalam bukunya “History of The
Arabs” kata shalâh ( ) صالةdiambil dari bahasa Aramaik
seperti yang terlihat dari ortografi bahasa Arabnya dengan
huruf “waw” ()صلوة. Salat telah ada sebelum masa Islam, tetapi
bentuknya belum terorganisir dan masih bersifat informal.
Pada awalnya salat telah dianjurkan dalam sebuah surat yang
turun paling awal (QS. 87:15) dan ketentuan-ketentuannya
telah ditetapkan dalam ayat-ayat makiyah (QS. 11:114, 17:7879, 30:17-18) tetapi jumlah rakaatnya, perbedaan waktunya,
Abdurrahman Al-Jazari, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahibi Al-Arba’ah,
Kairo, Daru Ibnu Al-Jauzi:2014, Cet. I, Jilid. I, hal.148.
41
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,612014.
Bab III. Ibadah Salat .... | 33
40
dan syarat kesuciannya (thaharah) baru ditetapkan pada
periode Madinah.42
Dalam tinjauan syariat salat adalah rukun Islam selain
dari dua kalimat syahadat, puasa pada bulan ramadhan,
membayar zakat, dan haji bagi yang mampu. Menurut para
sejarahwan salat diwajibkan pada malam terjadinya peristiwa
mi’raj tanggal 27 Rajab tahun ke-11 dari kenabian. Dalam AlQur’an banyak sekali disebutkan tentang perintah salat
misalnya dalam surat Al-Baqarah ayat 3, 45, 83, 125, 177, 183,
238, dan 277. Surat An-Nisa’ ayat 103, 162. Surat Al-Maidah
ayat 12. Surat Al-An’am ayat 72, 92. Surat Al-A’raf ayat 29.
Surat Al-Anfal ayat 3. Surat At-Taubah ayat 11, 18, 71. ArRa’du ayat 22. Ibrahim ayat 31, 37, 40. Thaha ayat 132. AlHajj ayat 78. An-Nur ayat 56. Al-Ankabut ayat 45. Ar-rum ayat
31. Al-Ahzab ayat 33. Al-Mujadalah ayat 13. Al-Bayyinah
ayat 5.43
Sejarahwan Islam terkenal, Husain Haekal dalam
bukunya “Hayatu Muhammad” menulis bahwa perintah salat
diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. ketika Muhammad
Saw. melakukan perjalan mi’raj. Pada saat itu Tuhan
memerintahkan Nabi Muhammad Saw. supaya semua orang
muslim setiap hari salat lima puluh kali. Begitu Nabi
42
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta, Serambi: 2005, Cet.
I, hal. 164
43
Syahruddin El Fikri, Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal Usul,
Memantapkan Penghambaan, Jakarta, Republika: 2014, Cet. I, hal. 29.
34 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Muhammad Saw. kembali turun dari langit, ia bertemu dengan
Nabi Musa As. Musa berkata kepadanya: “bagaimana engkau
mengharapkan pengikut-pengikutmu akan dapat melakukan
salat lima puluh kali setiap hari? karena sebelum engkau aku
sudah mencobakannya terhadap anak-anak Israil sejauh yang
dapat aku lakukan. Percayalah, kembalilah kepada Tuhan dan
minta supaya dikurangi jumlah salat itu”. Nabi Muhammad
Saw. pun kembali, jumlah salat lalu dikurangi menjadi empat
puluh. Tetapi Musa As. masih menganggap itu masih di luar
kemampuan manusia. Disuruhnya lagi Nabi Muhammad Saw.
kembali kepada Allah Swt, hingga berkali-kali dan berakhir
dengan ketentuan yang lima kali sehari semalam.44
Dalam Shahih Bukhari45 disebutkan teks lengkap hadits
tersebut dalam uraian perjalanan mi’raj yang artinya sebagai
berikut:
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair
berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yunus
44
Husain Haekal, Hayatu Muhammad, Jakarta, Pustaka Litera
AntarNusa: 2003, Cet. XXVIII, hal.154
45
Dari sekian kitab hadist Kutubusittah,Kutubuttis’ah ataupun yang
lainnya kitab Kitab Hadits Shahih Bukhari-lah yang paling shahih menurut
Jumhur ulama Ahli Hadits. Imam Bukhari nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Ju’fi
menghabiskan waktu 16 tahun untuk mengumpulkan hadits sebanyak 2.602
hadist dengan penyeleksian dengan kriteria yang sangat ketat sehingga
pantaslah jika kitab Shahih Bukhari dianggap sebagai kitab Hadist paling
Shahih.
(Diakses
melalui
laman
situs
http://pusatbacaanislami.blogspot.com/2017/06/download-terjemah-kitabhadist-sahih.html pada Rabu, 13 November 2019)
Bab III. Ibadah Salat .... | 35
dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik berkata, Abu Dzar
menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Saat aku di Makkah atap rumahku terbuka, tibatiba datang Malaikat Jibril Alaihis Salam. Lalu dia membelah
dadaku kemudian mencucinya dengan menggunakan air
zamzam. Dibawanya pula bejana terbuat dari emas berisi
hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan
menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan
membawaku menuju langit dunia. Tatkala aku sudah sampai
di langit dunia, Jibril Alaihis Salam berkata kepada Malaikat
penjaga langit, 'Bukalah'. Malaikat penjaga langit berkata,
'Siapa Ini? ' Jibril menjawab, 'Ini Jibril'. Malaikat penjaga
langit bertanya lagi, 'Apakah kamu bersama orang lain? '
Jibril menjawab, "Ya, bersamaku Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam.' Penjaga itu bertanya lagi, 'Apakah dia
diutus sebagai Rasul? ' Jibril menjawab, 'Benar.' Ketika
dibuka dan kami sampai di langit dunia, ketika itu ada
seseorang yang sedang duduk, di sebelah kanan orang itu ada
sekelompok manusia begitu juga di sebelah kirinya. Apabila
dia melihat kepada sekelompok orang yang di sebelah
kanannya ia tertawa, dan bila melihat ke kirinya ia menangis.
Lalu orang itu berkata, 'Selamat datang Nabi yang shalih dan
anak yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia?
' Jibril menjawab, "Dialah Adam Alaihis Salam, dan orangorang yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah ruh-ruh
anak keturunannya. Mereka yang ada di sebelah kanannya
36 | Psikologi Salat Khusyuk ....
adalah para ahli surga sedangkan yang di sebelah kirinya
adalah ahli neraka. Jika dia memandang ke sebelah kanannya
dia tertawa dan bila memandang ke sebelah kirinya dia
menangis.' Kemudian aku dibawa menuju ke langit kedua,
Jibril lalu berkata kepada penjaganya seperti terhadap
penjaga langit pertama. Maka langit pun dibuka'." Anas
berkata, "Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menyebutkan bahwa pada tingkatan langit-langit itu beliau
bertemu dengan Adam, Idris, Musa, 'Isa dan Ibrahim semoga
Allah memberi shalawat-Nya kepada mereka. Beliau tidak
menceritakan kepadaku keberadaan mereka di langit tersebut,
kecuali bahwa beliau bertemu Adam di langit dunia dan
Ibrahim di langit keenam." Anas melanjutkan, "Ketika Jibril
berjalan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia
melewati Idris. Maka Idris pun berkata, 'Selamat datang Nabi
yang shalih dan saudara yang shalih.' Aku bertanya kepada
Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril menjawab, 'Dialah Idris.' Lalu
aku berjalan melewati Musa, ia pun berkata, 'Selamat datang
Nabi yang shalih dan saudara yang shalih.' Aku bertanya
kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril menjawab, 'Dialah
Musa.' Kemudian aku berjalan melewati 'Isa, dan ia pun
berkata, 'Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang
shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? ' Jibril
menjawab, 'Dialah 'Isa.' Kemudian aku melewati Ibrahim dan
ia pun berkata, 'Selamat datang Nabi yang shalih dan anak
yang shalih.' Aku bertanya kepada Jibril, 'Siapakah dia? '
Bab III. Ibadah Salat .... | 37
Jibril
menjawab,
'Dialah
Ibrahim
shallallahu
'alaihi
wasallam.' Ibnu Syihab berkata, Ibnu Hazm mengabarkan
kepadaku bahwa Ibnu 'Abbas dan Abu Habbah Al Anshari
keduanya berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Kemudian aku dimi'rajkan hingga sampai ke suatu
tempat yang aku dapat mendengar suara pena yang menulis."
Ibnu Hazm berkata, "Anas bin Malik menyebutkan, "Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kemudian Allah 'azza
wajalla mewajibkan kepada ummatku salat sebanyak lima
puluh kali. Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku
berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, 'Apa yang Allah
perintahkan buat umatmu? ' Aku jawab: 'Salat lima puluh kali.'
Lalu dia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, karena
umatmu tidak akan sanggup! ' Maka aku kembali dan Allah
mengurangi setengahnya. Aku kemudian kembali menemui
Musa dan aku katakan bahwa Allah telah mengurangi
setengahnya. Tapi ia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu
karena umatmu tidak akan sanggup.' Aku lalu kembali
menemui Allah dan Allah kemudian mengurangi setengahnya
lagi.' Kemudian aku kembali menemui Musa, ia lalu berkata,
'Kembalilah kepada Rabbmu, karena umatmu tetap tidak akan
sanggup.' Maka aku kembali menemui Allah Ta'ala, Allah lalu
berfirman: 'Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima
puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku! ' Maka
aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata,
'Kembailah kepada Rabb-Mu! ' Aku katakan, 'Aku malu
38 | Psikologi Salat Khusyuk ....
kepada Rabbku.' Jibril lantas membawaku hingga sampai di
Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang
aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan
ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah
terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi.” (H.R.
Bukhari)46
2. Syarat-Syarat Salat
Syarat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
dengan tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi, segala
sesuatu yang perlu atau harus ada, segala sesuatu yang perlu
untuk menyampaikan suatu maksud, atau ketentuan baik
peraturan maupun petunjuk yang harus diindahkan atau
dilakukan.47 Sedangkan dalam terminologi fiqih syarat adalah
segala apa yang bersandar kepadanya untuk mencapai atau
melakukan sesuatu.48 Dalam konteks ibadah, yang dimaksud
dengan syarat salat adalah segala sesuatu yang mesti dilakukan
atau dipenuhi sebelum melaksanakan salat. Dalam “Risalah fi
Al-Fiqhi Al-Maisir” disebutkan:49
46
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah
Al-Ju’fi, Shahih Bukhari, Juz. 1, Bab: Bagaimana diwajibkan salat pada saat
isra’?, hal. 78, No Hadits. 349 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi
3,61-2014.
47
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, KBBI, Jakarta, Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: 2008, hal. 1402
48
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014.
49
Shalih bin Ghanim AS-Sadlani, Risalah fi Al-Fiqhi Al-Maisir, AlMaktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
Bab III. Ibadah Salat .... | 39
ودخول، والتمييز، والعقل، واإلسالم، النية:وشروط الصالة
واجتناب، وسرت العورة، واستقبال القبلة، والطهارة،الوقت
النجاسة
“Syarat salat: niat, Islam, berakal, tamyiz, masuk waktu, suci,
menghadap kiblat, menutup aurat, dan menghindari najis”
Kemudian syarat dibagi lagi menjadi dua yaitu syarat
wajib salat dan syarat sah salat. Syarat wajib salat di antaranya
adalah:50
a. Islam;
b. Sudah baligh; dan
c. Berakal sehat.
Syarat sah salat yaitu:51
a. Suci badan dari dua hadats, yaitu hadats besar dan hadats
kecil;
b. Bersih badan, pakaian, dan tempatnya dari najis;
50
Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul
Akhyar, Semarang, Ridha: 1988, hal. 16
51
Moh. Rifa’i, Fiqih Islam, Semarang, Karya Toha Putra:[t.t], hal. 84
40 | Psikologi Salat Khusyuk ....
c. Menutup aurat. Bagi laki-laki antara pusat dan lutut,
sedangkan bagi perempuan seluruh badannya kecuali
muka dan dua telapak tangan;
d. Sudah masuk waktu salat; dan
e. Menghadap kiblat.
3. Rukun-Rukun Salat
Jika kita memperhatikan perintah salat dalam Al-Qur’an kita
akan menemukan bahwa perintah itu selalu dimulai dengan
kata aqîmu kecuali dua ayat, atau bahkan cuma satu ayat. Kata
aqîmu biasa diterjemahkan dengan mendirikan meskipun
sebenarnya terjemahan tersebut tidak tepat. Karena seperti kata
mufasir Al-Qurthubi dalam tafsirnya kata aqîmu bukan
terambil dari kata qâma yang berarti berdiri, tetapi kata itu
berarti “bersinambung dan sempurna”. Sehingga perintah
tersebut berarti melaksanakannya denan baik, khusyu’, dan
bersinambung sesuai dengan syarat, rukun, dan sunnahnya.”52
Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) dalam Tafsir Jalalain
ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 3:
ِ
َّ يمو َن
َالصالَة
ُ َويُق
“Dan mereka mendirikan salat”
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah
Kehidupan, Bandung, Mizan: 2008, Cet. I, hal. 133
Bab III. Ibadah Salat .... | 41
52
As-Suyuthi menulis bahwa yang dimaksud oleh ayat di
atas adalah melaksanakan salat disertai dengan menunaikan
hak-hak salat.53 Mendirikan salat ialah menunaikannya dengan
teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan
adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti
khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.54
Begitu pula dengan Wahbah Zuhaili, ketika menafsirkan ayat
3 surat Al-Baqarah itu ia menulis:55
يؤدون الصالة على الوجه األكمل بشروطها وأركاهنا وآداهبا
وخشوعها
“Mereka menunaikan salat dengan cara yang sempurna
disertai
syarat-syaratnya,
rukun-rukunnya,
dan
adab-
adabnya.”
Begitu pentingnya menunaikan salat disertai rukunrukunya maka Syamsuddin Abu Abdillah mencatat beberapa
rukun salat sebagai berikut:56
Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Beirut, Darul Ma’rifah:
2000, hal. 3
54
Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Abdullah Bin Abdul Aziz ali
Su’ud, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Makkah Al-Mukarramah: [t.th.], hal. 4
55
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari’ah, dan
Manhaj, Beirut, Darul Fikri Mua’ashirah: 2014, Cet. XII, Juz. I, hal.69
56
Syamsuddin Abu Abdillah, Fathul Qarib, Surabaya, Mutiara Ilmu:
1995, Cet. I, hal. 58-62
42 | Psikologi Salat Khusyuk ....
53
a. Niat, Allah Swt. berfirman:
ِ
ِ
ِ
ِ ُصْي لَه
الديْ َن
َْ ِ َوَمآ أُم ُرْوا إَِلَّ ليَ ْعبُ ُد ْواهللاَ ُخمْل
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (QS. AlBayyinah: 5)
Menurut Al-Mawardi ikhlas dalam ucapan adalah niat.
b. Berdiri tegak bagi yang mampu
ِ ِ
َِّ َعن َعب ِد،حدَّثَنَا َعب َدا ُن
:ال
َ َ ق،يم بْ ِن طَ ْه َما َن
ْ ْ
ْ
َ
َ َع ْن إبْ َراه،اَّلل
ِ ُ ْ ح َّدثَِّن احلس
َع ْن ِع ْم َرا َن بْ ِن،َ َع ِن ابْ ِن بُ َريْ َدة،ب
َ
ُ ْي املُكْت
َُ
ِ
ِ ْي ر
َّ ض َي
ْت
َ َ ق،ُاَّللُ َع ْنه
ْ َ َكان:ال
ُ سأَل
َ ُح
َ ٍْص
َ َ ف،ُت ِِب بَ َواسري
،ص ِل قَائِ ًما
َ فَ َق،ِالصالَة
َّ صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن
َّ ِالن
َ :ال
َ َِّب
ِ فَِإ ْن ََل تَست ِطع فَ َق
ٍ فَِإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن،اع ًدا
ب
ْ َْ ْ
“Dari Imron bin Husain ia berkata: di waktu aku
mengalami sakit bawasir maka aku bertanya kepada Nabi
Bab III. Ibadah Salat .... | 43
saw. tentang salat. Maka beliau bersabda: “Salatlah
dengan berdiri, jika tidak mampu berdiri maka salatlah
dengan duduk, jika tidak mampu juga maka salatlah di atas
lambung (tidur miring).”57
c. Takbiratul Ihram
ِ
َوإِذَا َرَك َع، فَِإذَا َكبَّ َر فَ َكِّبُوا،ام لِيُ ْؤ ََتَّ بِ ِه
ُ إِ ََّّنَا ُجع َل ا ِإل َم
،اس ُج ُدوا
ْ َ َوإِذَا َس َج َد ف،فَ ْارَكعُوا
“Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti, jika imam
bertakbir maka bertakbirlah kamu, jika imam ruku’ maka
ruku’lah kamu, bila imam sujud maka sujudlah kamu” 58
d. Membaca Al-Fatihah
َِّ حدَّثَنَا َعلِ ُّي بن َعب ِد
َحدَّثَنَا:ال
َ َ ق،اَّلل
َ َ ق، َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن:ال
ْ ُْ
َ
ِ َعن ََْمم،ي
ِ الص ِام
َّ أ:ت
َن
َّ ادةَ بْ ِن
ُّ
َّ ود بْ ِن
َ َ َع ْن عُب،الربِي ِع
ُ ْ ُّ الزْه ِر
57
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. II, Bab: Apabila Tidak Mampu
Berdiri Salatlah Dengan Tidur Miring, hal. 48, No. Hadits. 1117 ditakhrij dari
Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
58
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I, hal. 85, No. Hadits. 378
ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
44 | Psikologi Salat Khusyuk ....
ول َِّ
صالَةَ لِ َم ْن ََلْ يَ ْق َرأْ
صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ
َر ُس َ
الَ :لَ َ
اَّلل َ
بَِف ِاِتَ ِة الكِتَ ِ
اب
Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulallah saw. bersabda:
“Tidak ada salat bagi siapa yang tidak membaca AlFatihah)”59
’e. Ruku
ول َِّ
َع ْن أَِِب ُه َريْ َرةَ :أ َّ
صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل
َن َر ُس َ
اَّلل َ
املَ ْس ِج َد فَ َد َخل َر ُجل ،فَ َ َّ
سلَّ َم َعلَى النِ ِ
َِّب َ
صلَّى هللاُ
صلى ،فَ َ
َ
ِ
الِ :
ص ِل» ،
ص ِل ،فَِإنَّ َ
ك ََلْ تُ َ
«ارج ْع فَ َ
َعلَْيه َو َسلَّ َم ،فَ َر َّد َوقَ َ ْ
صلِي َك َما َ َّ
سلَّ َم َعلَى النِ ِ
َِّب َ
فَ َر َج َع يُ َ
صلَّى هللاُ
صلىُُ ،ثَّ َجاءَ ،فَ َ
ِ
الِ :
ص ِل» ثَالَ ًًث،
ص ِل ،فَِإنَّ َ
ك ََلْ تُ َ
«ارج ْع فَ َ
َعلَْيه َو َسلَّ َم ،فَ َق َ ْ
ال:
ُح ِس ُن غَْي َرهُ ،فَ َعلِ ْم ِّن ،فَ َق َ
فَ َق َ
الَ :والَّ ِذي بَ َعثَ َ
ك ِابحلَ ِق َما أ ْ
59
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah
Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 151, No. Hadits. 756 ditakhrij dari Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014.
Bab III. Ibadah Salat .... | 45
ك ِم َن
َّ ت إِ ََل
َّ َ ُُثَّ اق َْرأْ َما تَي،الصالَةِ فَ َكِ ّْب
َ س َر َم َع
َ «إِذَا قُ ْم
ِ ال ُقر
ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَط َْمئِ َّن َراكِ ًعا،آن
ْ
Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulallah Saw. masuk
ke dalam masjid lalu masuklah seorang laki-laki lalu ia
melaksanakan salat. (setelah salat) ia mengucapkan salam
kepada Nabi, Nabi pun menjawab salamnya dan berkata
“kembalilah ulangi salat sesungguhnya engkau belum
salat”. Lalu laki-laki itu kembali mengulangi salatnya
sebagimana yang tadi ia lakukan kemudian datang lagi
kepada Nabi Saw. ia mengucapkan salam. Nabi berkata
kepadanya “kembalilah salat sesungguhnya engkau belum
salat (peristiwa serupa terjadi sampai 3x). Lalu laki-laki itu
berkata “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan haq, aku
tidak bisa melakukan selain ini. Maka Nabi Saw. bersabda:
“Apabila kamu hendak salat maka bertakbirlah, kemudian
bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an, lalu
ruku’lah sampai tenang di dalam ruku” (HR. Bukhari)60
60
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah
Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014.
46 | Psikologi Salat Khusyuk ....
f. Thuma’ninah
Thuma’ninah adalah diam setelah gerakan, atau diam di
antara dua gerakan sehingga memisahkan misalnya antara
bangkit dan turun. Menurut pendapat jumhur atau mayoritas
ulama thuma’ninah termasuk rukun atau syarat rukun dalam
ruku’, I’tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud.61
َّ ُُث، ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَ ْع ِد َل قَائِ ًما،ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَط َْمئِ َّن َراكِ ًعا
ِ ِ
ِ
ِ
،سا
ْ
ً ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَط َْمئ َّن َجال،اس ُج ْد َح ََّّت تَط َْمئ َّن َساج ًدا
ك ُكلِ َها
َ ِصالَت
َ َِوافْ َع ْل ذَل
َ ك ِِف
“Lalu ruku’lah sampai tenang di dalam ruku, kemudian
bangkitlah sampai berdiri tegak, kemudian sujudlah sampai
tenang dalam sujud, kemudian bangkitlah sampai tenang
dalam duduk, dan lakukanlah demikian dalam semua
salatmu”62
61
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014
62
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah
Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014.
Bab III. Ibadah Salat .... | 47
g. I’tidal, dalilnya adalah hadits di atas:63
ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَ ْع ِد َل قَائِ ًما،ُُثَّ ْارَك ْع َح ََّّت تَط َْمئِ َّن َراكِ ًعا
“Lalu ruku’lah sampai tenang di dalam ruku, kemudian
bangkitlah sampai berdiri tegak”
h. Thuma’ninah saat i’tidal, dalilnya adalah hadits di atas
yang menyebutkan “kemudian bangkitlah sampai berdiri
tegak”;
i. Sujud dua kali;
j. Thuma’ninah saat sujud, dalil rukun ke- 9 dan ke- 10
adalah hadits di atas:64
ِ اسج ْد ح ََّّت تَطْمئِ َّن س
اج ًدا
َ َ
َ ُ ْ َُُّث
“Kemudian sujudlah sampai tenang dalam sujud”
k. Duduk di antara dua sujud, dalilnya hadits di atas
63
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah
Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014.
64
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah
Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014
48 | Psikologi Salat Khusyuk ....
l. Thuma’ninah saat duduk antara dua sujud, dalil rukun ke-11
dan ke-12 adalah hadits di atas.65
ِ ِ
سا
ً ُُثَّ ْارفَ ْع َح ََّّت تَط َْمئ َّن َجال
“kemudian bangkitlah sampai tenang dalam duduk”
m. Tahiyat awal
ِ ْي الت
ِ ْ َول ِِف ُك ِل رْك َعت
ُ َوَكا َن يَ ُق
ََّحيَّة
َ
“Nabi Saw. mengucapkan pada tiap dua rakaat
tahiyat”66
Bacaan tahiyat sebagai berikut:67
َِِّ ات
ِ الت
الس َال ُم
َّ ،ات
َّ ،َّلل
ُ َات الطَّيِب
ُ الصلَ َو
ُ ارَك
ُ ََّّحي
َ َات ال ُْمب
ِ َُِّب ور ْْحَة
الس َال ُم َعلَيْ نَا َو َعلَى
َّ ،ُهللا َوبَ َرَكاتُه
َ َعلَْي
َ َ ُّ ِك أَيُّ َها الن
65
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Bab: Wajib Membaca Al-Fatihah
Pada Tiap Rakaat, Juz. I, hal. 152, No. Hadits. 757 ditakhrij dari Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014
66
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. I, hal. 357, No. Hadits. 498
ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
67
Imam Muslim, Shahih Muslim, Bab: Tasyahud di Dalam Salat, Juz.
I, hal. 302, No. Hadits. 403 ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi
3,61-2014.
Bab III. Ibadah Salat .... | 49
ِ اد
ِ ِعب
َّ َوأَ ْش َه ُد أ،ُْي أَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل هللا
َن
َّ هللا
َ ِِالصاحل
َ
ِ ول
هللا
ُ َُمَ َّم ًدا َر ُس
n. Bertasyahud, dalilnya adalah sambungan hadits tahiyat di
atas pada lafaz tasyahud:
ِ ول
َّ َوأَ ْش َه ُد أ،ُأَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل هللا
هللا
ُ َن َُمَ َّم ًدا َر ُس
o. Bershalawat kepada Nabi
Dalam Ghayah wa Taqrib disebutkan hadits yang
dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari Ibnu Mas’ud
ra.: dalam suatu pertanyaan tentang bagaimana membaca
shalawat pada Nabi Saw. “Bagaimana kami membaca
shalawat kepadamu di dalam salat.” Maka Nabi Saw.
bersabda: “katakanlah:”
صلى هللا عليك
“Semoga Allah memberkahi rahmat kepadamu”
Ini menunjukkan bahwa tempat membaca shalawat
pada Nabi Saw. adalah di dalam salat.
50 | Psikologi Salat Khusyuk ....
p. Salam pertama
َّسلِ ِيم
َّ َوَكا َن ََيْتِ ُم
ْ الص َالةَ ِابلت
“Nabi Saw. menutup salat dengan salam”68
q. Niat keluar dari salat. Namun menurut pendapat yang shahih
keluar dari salat bukanlah rukun, tetapi merupakan
kesunnahan.
r. Tertib
Tertib ialah melakukan rukun-rukun wudhu’ menurut
urutan-urutan yang telah disebutkan. Dalilnya adalah hadits
Nabi Saw.: “mulailah dengan apa yang telah dimulai oleh
Allah”69
4. Macam-Macam Salat
Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazali (w. 505
H) dalam bukunya Al’Ihya’ mengatakan: “Perintah Allah Swt.
adalah wajib dan sunnah. Adapun yang wajib adalah modal,
yaitu
68
modal
perniagaan,
dengan
itulah
dicapainya
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. I, hal. 357, No. Hadits. 498
ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
69
M. Ali AS-Sayis, Perbandingan Mazhab Dalam Masalah Fiqih,
Jakarta, Bulan Bintang: 1996, Cet. VIII, hal.40-41
Bab III. Ibadah Salat .... | 51
keselamatan. Sedangkan yang sunnah adalah keuntungan,
dengan itulah dicapainya derajat.”70
Dalam konteks ibadah salat, ia pun terbagi kepada dua
sebagaimana pembagian di atas, yaitu ada salat yang wajib
dikerjakan dan ada pula salat yang sunnah dikerjakan. Dalam
hadits Nabi Saw. disebutkan:
ِ
َِّ اعيل بن َعب ِد
َع ْن َع ِم ِه أَِِب، َح َّدثَِّن َمالِك:ال
َ َ ق،اَّلل
ْ ُ ْ ُ ََحدَّثَنَا إِ ْْس
َِّ أَنَّه َِْسع طَلْحةَ بن ُعب ي ِد، َعن أَبِ ِيه،ك
ٍ ِس َه ْي ِل بْ ِن مال
:ول
ُ يَ ُق،اَّلل
َْ َ ْ َ َ ُ
َ
ُ
ْ
َِّ ول
ِ َجاء ر ُجل إِ ََل ر ُس
ُ فَِإذَا ُه َو يَ ْسأَلُه،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
َ اَّلل
َ
ََ
َِّ ول
َّ ِ
َّ َ اَّلل
س
ُ ال َر ُس
َ فَ َق،َع ِن ا ِإل ْسالَِم
ُ ْ ََخ:صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم
ٍ صلَو
،َ َل:ال
َ َ َه ْل َعلَ َّي غَْي ُرَها؟ ق:ال
َ فَ َق، ات ِِف اليَ ْوِم َواللَّيْ لَ ِة
ََ
ع
َ إََِّل أَ ْن تَطََّّو
“Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulallah Saw.
Lalu ia bertanya tentang Islam. Maka Nabi Saw. bersabda:
“Lima salat dalam sehari semalam”. Ia bertanya lagi:
70
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram,
Jakarta, Pustaka Azzam: 2006, hal. 379
52 | Psikologi Salat Khusyuk ....
“Apakah ada lagi untukku selain itu?”, Nabi Saw.
menjawab: “Tidak, kecuali tathawwa’a”. (HR. Bukhari)71
Tathawwu’ secara etimologis berarti melakukan
ketaatan. Sedangkan secara terminologi syari’at berarti
ketaatan yang tidak wajib. Dalam hadits di atas yang dimaksud
dengan tathawwu’ adalah salat-salat yang tidak wajib. Berkata
Ahmad Ibnu Taimiyah (w. 728 H)): “Pada hari kiamat, salat
tathawwu’ (salat sunnah) akan menyempurnakan yang fardhu
(salat
wajib)
jika
si
pelaku
tidak
menyempurnakan
salatnya.”72
Berdasarkan hadits itu, maka salat wajib adalah lima
kali dalam sehari semalam di antaranya adalah salat magrib,
salat isya, salat subuh, salat zuhur, dan salat ashar. Waktuwaktu salat ini disebutkan dalam firman Allah Swt.:
ِ الصالَةَ لِ ُدل
ِ ِ الش ْم
َّ ُوك
س ِق الَّْي ِل َوقُ ْرءَا َن الْ َف ْج ِر إِ َّن قُ ْرءَا َن الْ َف ْج ِر َكا َن
َّ أقِ ِم
َ َس إ ََل غ
ودا
ً َم ْش ُه
“Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh.
71
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. III, hal. 179, No. Hadits. 2678
ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
72
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram,
hal. 379
Bab III. Ibadah Salat .... | 53
Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
(QS. Al-Isra:78)
Menurut
Al-Qur’an
dan
Terjemahan
Khadim
Haramain Syarifain ayat ini menerangkan waktu-waktu salat
yang lima. Tergelincir matahari untuk waktu salat zhuhur dan
ashar, gelap malam untuk waktu magrib dan isya.73 Sedangkan
salat subuh disebut secara tersendiri. Waktu-waktu salat ini
merupakan salah satu di antara syarat-syarat sah salat
sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.
Untuk salat sunat selain disebut tathawwu’ juga disebut
nafl, yaitu tambahan. Dalam istilah fiqih nafl adalah sesuatu
yang mendapat pahala jika dilakukan dan tidak disiksa jika
tidak dilakukan. Salat sunat atau nafl ada dua macam:74
a. Salat sunat yang tidak sunat dilakukan dengan berjamaah
seperti salat sunat sebelum ashar, sebelum zuhur, sesudah
zuhur, sesudah magrib, sebelum isya, sesudah isya, dan
sebelum subuh, dan lain-lain.
b. Salat sunat yang disunatkan dilakukan dengan berjamaah
seperti salat id, salat gerhana, salat istisqo’, salat tarawih,
tahajud, dan lain-lain.
73
Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Abdullah Bin Abdul Aziz ali
Su’ud, Al-Qur’an Dan Terjemahan, hal. 428
74
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu’in, Bandung,
Husaini: 2003, hal.221-223
54 | Psikologi Salat Khusyuk ....
B
SALAT PARADIGMA SPRITUALITAS
TASAWUF (HAKIKAT)
Istilah spritual mengandung beberapa pengertian baik secara
kebahasaan maupun secara terminologi. Secara kebahasaan
perkataan spritualitas berasal dari perkataan spirit yang berarti
roh, jiwa, semangat, atau keagamaan. Jadi, spritualitas secara
kebahasaan bisa diartikan sebagai segala aspek yang berkenaan
dengan jiwa, semangat, dan keagamaan yang mempengaruhi
kualitas hidup dan kehidupan seseorang. Lebih ringkasnya
spritualitas adalah dimensi batin (esoteric dimension) atau jiwa
agama dalam kehidupan manusia modern di abad global meliputi
kualitas iman, kualitas jiwa, kualitas mental, kualitas kecerdasan
emosi, dan kualitas kecerdasan spritual yang bersumber dari
keyakinan agamanya sebagai seorang muslim.75
75
M. Muhammad Hanafi, dkk, Spritualitas dan Akhlak, Jakarta,
LPMA: 2010, Cet. I, hal 471-472
Bab III. Ibadah Salat .... | 55
Ketika kata spritual dihubungkan dengan istilah tasawuf
maka yang dimaksud di sini bukanlah spritual dalam pengertian
umum sebagaimana di atas. Melainkan suatu mazhab khusus yaitu
mazhab sufi yang pernah berkembang pada abad II H sampai
dengan sekarang.
Dalam sejarahnya istilah tasawuf yang merupakan asal
kata “sufi” telah dikenal luas di kawasan Islam sejak penghujung
abad ke-2 H sebagai perkembangan lanjut dari kesalehan asketis
atau para zahid yang mengelompok di serambi masjid Madinah.
Dalam perjalanan hidup kelompok ini lebih mengkhususkan diri
untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah dengan
mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup kesalehan yang
demikian merupakan awal pertumbuan tasawuf yang kemudian
berkembang dengan pesatnya. Fase ini dapat disebut fase
asketisme dan merupakan fase pertama perkembangan tasawuf,
yang ditandai dengan munculnya individu-individu yang lebih
mengejar kehidupan akhirat sehingga perhatiannya terpusat untuk
beribadah dan mengabaikan keasikan duniawi.
Fase asketisme ini setidaknya sampai pada abad ke-2 H,
dan memasuki abad ke-3 H sudah terlihat adanya peralihan
konkrit dari asketisme Islam ke sufisme. Fase ini dapat disebut
fase ke-2, yang ditandai oleh antara lain peralihan sebutan zahid
menjadi sufi. Pada kurun waktu ini percakapan para zahid sudah
sampai pada persoalan apa itu jiwa yang bersih, apa itu moral dan
metode pembinaannya dan perbincangan masalah teoritis lainnya.
56 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Tindak lanjut dari perbincangan ini bermunculanlah berbagai
teori tentang jenjang-jenjang yang harus ditempuh oleh seorang
sufi (maqam) serta ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang sufi pada
tingkat tertentu (ahwal). Demikian juga pada periode ini sudah
mulai berkembang pembahasan tentang ma’rifat serta perangkat
metodenya sampai pada tingkat fana dan ittihad. Fase ini ditandai
dengan muncul dan berkembangnya ilmu baru dalam khazanah
budaya Islam, yakni ilmu tasawuf yang tadinya hanya berupa
pengetahuan praktis atau semacam langgam keberagamaan.
Selama kurun waktu itu tasawuf berkembang terus ke arah yang
lebih spesifik, seperti konsep intuisi, kasyf, dan dzauq.76
Orang yang menempuh jalan tasawuf disebut sufi. Abu
Hasan An-Nuri mendefinisikan sufi adalah mereka yang ruhruhnya terbebaskan dari pencemaran manusiawi, tersucikan dari
noda jasmani, dan terlepas dari hawa nafsu, sehingga mereka
menemukan ketenangan bersama Tuhan dalam barisan awal dan
derajat yang paling tinggi serta terbebas dari semuanya kecuali
Tuhan.77
Bagi kalangan sufi, dimensi esoterik dari suatu ritual
ibadah merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Dalam
pandangan mereka, sisi batin (hakikat) adalah inti dari pencapaian
spritual. Ulama Syiah kenamaan Muhammad Husain Thabathabai
76
Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme,
Jakarta, Rajagrafindo Persada:1999, hal.37
77
Ali bin Utsman Al-Hujwiri, Kasyful Mahjub, Bandung,
Mizan:1993, hal. 45
Bab III. Ibadah Salat .... | 57
misalnya mengakui aspek batin (esoterik) dari Al-Qur’an. Ia
mengatakan bahwa di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an
terdapat level-level makna yang lebih dalam dan luas, serta hanya
elit spiritual yang memiliki hati-hati suci yang dapat memahami.78
Begitu pula dalam masalah ibadah-ibadah lainnya. Bagi
kalangan elit spritual ibadah seperti salat misalnya bukan hanya
ritual yang terkandung di dalamnya ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan tertentu yang dibuka dengan bertakbir dan
ditutup dengan salam, tetapi lebih dari itu salat adalah mi’raj
untuk sampai kepada Tuhan dan berkomunikasi dengannya.
Muhammad Husain Thabathaba’i, Mazhab Kelima: Sejarah,
Ajaran, Dan Perkembangannya, Nur Al-Huda, Jakarta: 2013, hal.127
58 | Psikologi Salat Khusyuk ....
78
C
IBADAH SALAT ADALAH RELASI
ANTARA MANUSIA DENGAN TUHAN
Salat sebagai kebutuhan ruhani secara mutlak adalah sebuah
pendakian atau perjalanan spiritual dalam rangka berdialog
dengan Allah Swt. Sebuah proses transendensi berpindahnya jiwa
menuju Allah Swt. Melalui salat manusia bisa berdialog dan
berkomunikasi dengan Allah. Salat dikatakan sebagai mi’raj-nya
orang yang beriman yaitu naiknya jiwa (mi’raj) meninggalkan
ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat
Allah Yang Maha Tinggi. Manusia setelah mengalami proses
transendensi berkomunikasi dengan Allah Swt. Melalui salat
dituntut untuk aktif di dunia memelihara kedamaian umat
manusia, menjaga kaharmonisan alam, menyebarkan berkah dan
selalu berpihak pada kebenaran dan keadilan.79
79
Istianah, Salat Sebagai Perjalanan Ruhani Menuju Allah,dalam
Jurnal Esoterik, Vol. 1, No. 1, Juni 2015, hal. 63
Bab III. Ibadah Salat .... | 59
Menurut Fakhruddin Ar-Razi, apabila seseorang sedang
melaksanakan salat maka terbukalah tabir antara dia dengan
Tuhan, tetapi begitu dia menoleh tabir itupun tertutup.80 Pendapat
Fakhruddin Ar-Razi ini –menurut hemat penulis- menunjukkan
bahwa dari sisi spritual tasawuf aspek syariat dalam salat tetap
menjadi perhatian yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sesuai
dengan rukun salat yaitu salat diakhiri dengan salam pertama
disertai dengan niat untuk keluar dari nya maka saat itulah Tuhan
menutup tabir antara Dia dengan hambanya.
Sebuah buku yang paling bagus membahas tentang ini
adalah karya Mahyuddin Ibnu Arabi yang berjudul “Al-Futuhatu
Al-Makiyyah”81 yang berisi penjelasan mengenai revolusi salat
dalam pandangan Ibnu Arabi.82 Pada awal mukaddimah buku
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika
Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Lentera Hati:2006, Cet. II, hal.34
81
Kitab ini adalah magnum opus-nya mulai ditulis di Mekah tahun
1202 M, versi pertamanya sebanyak dua puluh volume manuskrip selesai pada
bulan Desember 1231 M (629 H). Versi kedua sebanyak tiga puluh tujuh
volume selesai pada tahun 1238 M (636 H). Karya ini terdiri dari 560 bab
dalam enam bagian, mencakup seluruh periode 560 tahun dari awal era Islam
sampai kelahirannya. Ada penjelasan rinci tentang setiap segi kehidupan
spiritual, termasuk komentar atas setiap surat Al-Qur’an, penjelasan hadits,
fiqih, kosmologi, dan metafisika. (Stephen Hirtenstein, dari Keragaman ke
Kesatuan Wujud: Ajaran dan Kehidupan Spritual Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi,
Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2001,Cet. I, hal. 353)
82
Ibnu Arabi dilahirkan di Murcia, Andalusia, Spanyol pada 17
Ramadhan 560 H bertepatan dengan 28 Juli 1165 M dan wafat pada 28 Rabi’ul
Awal 638 atau bertepatan dengan 16 November 1240 M. Nama lengkapnya
adalah Muhiddin Abu Abdullah Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Bin
Ahmad bin Abdullah Hatimi At-Ta’i. Salah seorang sufi terbesar dalam dunia
Islam dan bahkan seorang pemikir mistik besar dalam dunia Islam. Tetapi
karena pemikiran-pemikirannya yang kontroversial maka beberapa ulama
besar ada yang mengkafirkannya, seperti Ibnu Taimiyah (w. 728 H) dan Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah (w. 751). Dalam dunia Islam, Ibnu Arabi terkenal dengan
60 | Psikologi Salat Khusyuk ....
80
tersebut Ibnu Arabi menggubah syair rahasia salat sebagai
berikut:
“Batapa banyak pelaku salat tak mendapat apa-apa dari
salatnya,
Selain menyaksikan mihrab, kelelahan, dan keletihan.
Ada pula yang sekadar memperoleh manfaat munajat
Meski ia telah melaksanakan salat fardhu, dan berjamaah.
Betapa tidak! Sementara rahasia Ilahi menjadi
imamnya meski ia sebagai makmum.
sebutan gelar Syaikh Al-Akbar (guru besar) dan dilengkapi dengan sebutan
Muhy Ad-Din (penghidup agama) seperti wali besar dan ahli hikmah lainnya.
Pendidikan Ibnu Arabi di mulai di Sevilla ketika ayahnya menjabat di istana
dengan pelajaran yang umum saat itu, yaitu Al-Qur’an, hadits, fiqih, teologi,
tasawuf, dan filsafat skolastik. Saat itu, Sevilla merupakan kota ilmu
pengetahuan dan pusat kegiatan sufisme dengan banyak guru sufi terkenal
tinggal di sana. Kondisi keluarga dan lingkungan yang kondusif ini
mempercepat pembentukan Ibnu Arabi sebagai tokoh sufi yang terpelajar,
apalagi ia telah masuk tarekat sejak usia 20 tahun. Setelah dirasakan cukup
menuntut ilmu di kota ini, ia pindah ke Cardova melanjutkan pelajarannya
yang lebih tinggi dan lebih luas. Ia mempelajari ilmu fiqh, tafsir, dan lain-lain
dengan lancar dan berhasil karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki
serta dukungan dari orang tuanya yang dapat diandalkan. Pada usia yang relatif
muda, ia bertemu dengan dua wanita sufi terkemuka yaitu Yasmin Mursyaiyah
dan Fathimah Qurthubiyah. Pertemuannya dengan kedua sufi wanita itu amat
berpengaruh dalam dirinya dan secara tidak langsung memberi arah kepada
perjalanan hidupnya. Khususnya dengan Fathimah dari Cardova itu, seorang
tua dengan ilmu yang luas dalam kerohanian, telah mengajar dan membimbing
kerohanian Ibnu Arabi selama tidak kurang dari dua tahun. Ibnu Arabi yang
masih muda telah beroleh ilmu dan berkecenderungan ke arah kerohanian.
Menurut Carl Brockelmaan sejarawan asal Jerman, karya Ibnu Arabi
seluruhnya tidak kurang dari 239 judul. Ada juga yang berpendapat bahwa
Ibnu Arabi menulis tidak kurang dari 350 buah buku, mulai dari karya besar
Al-Futuhat Al-Makiyyah yang halamannya berjumlah ribuan dalam teks arab,
sampai ke risalah-risalah kecil yang banyak sekali. (Aletmi, Pemikiran
Tasawuf Ibnu Arabi dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran Sufistik HurufHuruf Muqatha’ah dalam Al-Qur’an, Jakarta, Institut PTIQ Jakarta: 2015, hal.
62-63)
Bab III. Ibadah Salat .... | 61
Maka sungguhia telah mencapai puncaknya
Ihramnya adalah takbir, jika engkau bertakbir
Jika bukan karena takbir, maka apa yang dibolehkan dan
dilarang atas seseorang di dalam salat dan di luar salat menjadi
sama
Tanda keluarnya seseorang dari keadaan salat adalah
ketika ia mengucapkan salam,
Jika engkau mengikuti kepulangan beliau saw. dari langit
pada malam isra’
Di antara dua keadaan ini ada tujuan dan ada rahasia
gaib, yang tak terasakan dan tak terlihat.”83
………….
Peraih hadiah Nobel dalam bidang kedokteran, Alexis
Carrel dalam bukunya “Man the Unknown” menyatakan ada
aktivitas keagamaan yang dapat mengubah fungsi anggota tubuh
dan kelenjar-kelenjar yaitu salat. Menurutnya, salat adalah
konsentrasi penuh menembus alam ini menuju satu totalitas wujud
yang tidak terbatas. Ini bukan bidang nalar. Para filsuf dan
ilmuwan pun sukar memahaminya. Hanya orang yang jauh dari
rayuan gemerlap dunia yang mudah merasakannya, semudah
merasakan kehangatan mentari atau kasih sayang seorang teman.
Salat yang demikian akan melahirkan mukjizat. Di semua tempat
dan waktu ada yang mengalami, melihat, dan mendengar, adanya
orang-orang yang pulih kesehatannya di tempat ibadah atau ketika
83
Ibnu Arabi, Al-Futuhatu Al-Makiyyah: Revolusi Sahalat Ibnu Arabi,
Bandung, Pustaka Hidayah: 2010, Cet. II, hal.15
62 | Psikologi Salat Khusyuk ....
berkunjung ke tempat suci. Sayang, keperkasaan sains sejak abad
ke-19 telah menjadikannya terlupakan.84
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah
Kehidupan, hal. 184
Bab III. Ibadah Salat .... | 63
84
D
IBADAH SALAT DIMENSI
RUHANI YANG TRANSEDENTAL
Apa yang anda peroleh jika anda salat? Anda akan memperoleh
karunia berupa pancaran nur cahaya Ilahi. Hanya saja untuk
mencapai hal itu salat yang anda dirikan harus benar-benar
menjiwai hati anda yang disebut dengan salat khusyu’.85
Untuk mencapai salat yang khusyu’ secara syariat pelaku
salat harus memenuhi segala syarat dan rukun salat yang telah
ditentukan sebagaimana salat dalam tinjauan fiqih. Sedangkan
secara spritual Al-Qur’an dan hadits menyebutkan kriteria orang
yang khusyu’:
85
Muhammad Suwardi, The Mystery of Human Organ, Jakarta, Ufuk
Press: 2010, Cet. I, hal.228.
64 | Psikologi Salat Khusyuk ....
ِ ْ الصالَةِ وإِنَّها لَ َكبِرية إَِلَّ َعلَى
ْي
َّ استَعِينُوا ِاب
َ ِاْلَاشع
َ َ َّ لص ِّْب َو
ْ َو
َ
ِ } الَّ ِذين يظُنُّو َن أَنَّ ُهم ُّمالَقُوا رهبِِم وأَنَّ ُهم إِل َْي ِه ر45{
اجعُو َن
َ َ
ْ َ ْ َ
َ
}46{
“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu'. (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya.” (Q.S: Al-Baqarah:45-46)
Dalam Hadits Nabi Saw. disebutkan:
صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َاب ِرًزا يَ ْوًما
َ َ ق،ََع ْن أَِِب ُه َريْ َرة
ُّ ِ َكا َن الن:ال
َ َِّب
ِ
ِ لِلن
َّ أَ ْن تَ ْعبُ َد:ال
َ َسا ُن؟ ق
َ يل فَ َق
َاَّلل
َ … َما ا ِإل ْح:ال
ُ فَأ َََتهُ ج ِّْب،َّاس
اك
َ فَِإ ْن ََلْ تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َر،ُك تَ َراه
َ ََّكأَن
Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu
datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya:
…….. “Apakah ihsan itu?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: “Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya
Bab III. Ibadah Salat .... | 65
dan
bila
kamu
tidak
melihat-Nya
sesungguhnya
Dia
melihatmu”.86
Ayat dan hadits di atas menjadi indikator yang
menunjukkan bahwa selain ritual secara fiqih (syari’at) yang
tampak menurut lahiriahnya, dilakukan pula ritual secara spritual
(hakikat) dalam bentuk keyakinan yang mantap kepada Tuhan.
Artinya, sisi dalam manusia mempunyai peranan penting untuk
mencapai salat yang khusyu’ yaitu peran ruh dan eksistensinya.
Dalam pandangan Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) ruh
adalah unsur yang berdiri sendiri di dalam jasad. Ia menulis dalam
tafsirnya ketika menjelaskan surat Al-Qiyamah ayat 28:87
َّ َن ْاْليَةَ َدالَّة َعلَى أ
َّ َوظَ َّن أَنَّهُ ال ِْفرا ُق أ
وح َج ْو َهر قَائِم بِنَ ْف ِس ِه
ُّ َن
َ الر
ِ اب ٍق ب ْع ِد مو
ت البدن
َْ َ َ
“(saat kematian itulah) ia yakin akan benar-benar berpisah
(dengan dunia)” ayat ini menunjukkan bahwa sesungguhnya ruh
merupakan unsur yang berdiri dengan dirinya sendiri sesudah
kematian badan”
86
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz. I, hal. 19, No. Hadits. 50
ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
87
Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014.
66 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Menurut Muhammad bin Nashr Al-Marwazi dan
Muhammad bin Hazm ruh lebih dahulu diciptakan daripada jasad,
sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (w. 751
H) dalam bukunya “Ruh”.88
Eksistensi ruh di dalam tubuh manusia meniscayakan
manusia untuk dapat mengerti, memahami, dan memiliki
pengetahuan dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya.89
ِ ُُثَّ س َّواه ونَ َف َخ فِ ِيه ِمن ُّر
ار
َّ وح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم
َ ْالس ْم َع َواْألَب
َ ُ َ
َص
َواْألَفْئِ َدةَ قَلِيالً َّما تَ ْش ُك ُرو َن
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur”(QS: As-Sajdah:9)
88
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Hakikat Ruh, Jakarta, Qisthi Press: 2015,
Cet. I, hal.215
89
Dalam kajian filsafat ilmu ada dua aliran besar yang membahas
tentang asal pengetahuan yang dimiliki manusia. Pertama, empirisme yaitu
aliran yang berpendapat bahwa empiris yang menjadi sumber pengetahuan,
baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal bukan jadi sumber
pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan yang
diperoleh dari pengalaman. Filsuf empirisme antara lain adalah John Locke,
David Hume, William James. Aliran kedua adalah rasionalisme yaitu aliran
yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercayai adalah rasio (akal). Akal dapat menurunkan kebenaran daripada
dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas pertama yang pasti. Filsufnya antara lain
adalah Rene Descartes, B. Spinoza dan Leibniz.
Bab III. Ibadah Salat .... | 67
Menurut Imam Suprayogo ruh lah yang berpikir pada diri
manusia. Ia memiliki nikmat-zat-rasa yang memancarkan dan
mengaktifkan sehingga manusia dapat berpikir melalui otak,
membaca melalui matanya, mendengar melalui telinganya
sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan, sains, dan
teknologi.
Ruh ditiupkan setelah jasad tercipta seperti keterangan
dalam tafsir Departemen Agama yang berdasarkan surat Al-Insan
ayat 1 bahwa manusia berasal dari tanah yang tidak dikenal dan
tidak disebut-sebut sebelumnya.90 Apa dan bagaimana jenis tanah
itu tidak dikenal sama sekali. Kemudian Allah Swt. meniupkan
roh kepadanya, sehingga jadilah dia makhluk yang bernyawa.91
Eksistensi ruh di dalam jasad menjadikan manusia
terbeban hukum (taklif). Orang yang terpisah antara ruh dan
jasadnya menjadikan ia meninggal dunia (mati) dan ketika itu
beban hukum (taklif) hilang dengan sendirinya. Allah Swt.
menyebutkan bahwa beribadah kepadanya sampai datang
kematian:
ِ َ ك ح ََّّت َيْتِي
ْي
ُ ك الْيَق
َ َ َ َ ََّوا ْعبُ ْد َرب
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”. (AlInsan :1)
91
Tim Tafsir Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya,
Departeman Agama RI, Jakarta: 2008, Jilid.10, hal.464
68 | Psikologi Salat Khusyuk ....
90
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu
yang diyakini (ajal).” (QS: Al-Hijr:99)
Jika demikian, maka dalam perspektif Al-Qur’an manusia
dibentuk oleh Allah Swt. dengan dua unsur dasar: tanah dan ruh.
Karena dua unsur pembentuk itu -meminjam istilah Ali Syariatimanusia disebut sebagai manusia bi-dimensional. Makhluk yang
memiliki dua unsur: tanah dan ruh. Secara simbolik, tanah berarti
sesuatu yang rendah, hina, stagnan, dan pasif. Sedangkan ruh
berarti sesuatu yang luhur, mulia, yang melambangkan gerakan
tanpa henti menuju kesempurnaan. Dimensi ruhani manusia inilah
yang menariknya menuju Tuhan Yang Maha Tinggi, tak tunduk
pada unsur tanah dan pemenuhan unsur biologis semata.92
Dimensi ruhani dalam diri manusia adalah inti dari
anatomi spritual yang melakukan pendakian atau perjalanan
mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah Swt., sebuah proses
transendensi berpindahnya jiwa menuju Allah Swt. Melalui salat
manusia bisa berdialog dan berkomunikasi dengan Allah swt.
dalam hadits qudsi disebutkan adanya dialog antara hamba
dengan Allah Swt. dalam salat saat membaca surat Al-Fatihah:
Allah berfirman, “Aku membagi salat antara diri-Ku
dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa
Muhammad Subhi, Wawasan Al-Qur’an Tentang Manusia:
Antropologi–Profetik), Jurnal Al-Burhan Institut PTIQ Jakarta:2016,Vol.6,
No.2 November, hal.842
Bab III. Ibadah Salat .... | 69
92
yang dia minta. Apabila hamba-Ku membaca,
“Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahim.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi
pujian untuk-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Maliki yaumid din.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengagungkanKu.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “HambaKu telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa
iyyaka nasta’in.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan
hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia
minta.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal
mustaqim, Shiratalladzina an’amta ‘alaihim ghairil
maghdhubi ‘alaihim wa la Adh-Dhallin.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan
untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”93
Hadits ini menunjukkan salat adalah kontak langsung
antara hamba dengan Allah Swt. siapa yang salat dengan khusyu’
maka tiada hijab antara Allah Swt. dengan hambanya. Terutama
93
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz. I, hal. 296, No. Hadits. 38
ditakhrij dari Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
70 | Psikologi Salat Khusyuk ....
saat dalam posisi sujud.94 Betul-betul seorang hamba merasa tidak
ada apa-apanya dan merasa hina serta kecil di hadapan-Nya.
Sehingga, kita tidak akan bersifat sombong, dan sebaliknya
bersifat tawadhu’ (rendah hati).95
Akhirnya, hamba yang salat menjadi hamba yang Rahman
atau ‘Abdurrahman. Sesuai dengan sifat dan nama Tuhan yang
disembahnya yaitu Ar-Rahman.96
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah
hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan
kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya
94
Hadits dari Abu Hurairah Menyebutkan:
ِ َ َن رس
ِ
ِ و ُهو س، أَقْرب ما ي ُكو ُن الْع ْب ُد ِمن ربِ ِه:ال
،اجد
َ ول هللا
َ َ ُ َ َ َصلَّى هللاُ عَل َْيه َو َسلَّ َم ق
ُ َ َّ عَ ْن أَِِب ُه َريْ َرةَ أ
َ َ َ َ ْ َ
َ فَأَ ْكثِ ُروا الد
َُّعاء
Dari Abu Hurairah, Rasulallah saw bersabda: “Sedekat-dekat hamba dengan
Tuhannya (dalam salat) ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdoa (ketika
itu)”(HR. Muslim)
95
Muhammad Suwardi, The Mystery of Human Organ, hal. 236
96
Salah satu nama Allah swt. dan sekaligus menjadi sifatnya adalah
Ar-Rahman. Allah swt. berfirman, Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al
asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya[870] dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu." (QS: Al-Isra:110)
Bab III. Ibadah Salat .... | 71
itu adalah kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya jahannam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orangorang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang
tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa
yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya).” (QS: Al-Furqan:63-68)
Jika sifat-sifat hamba yang rahman seperti disebutkan
dalam ayat itu telah tampak pada diri orang yang salat maka dapat
dikatakan bahwa ia telah mencapai salat yang khusyu’, atau ia
telah masuk dalam jajaran Al-Khâsyi’în yaitu orang-orang yang
khusyu. Imam Suprayogo mengatakan “salat yang mampu
mengubah perilaku seseorang adalah salat yang benar-benar
khusyu'. Alasannya adalah sebagaimana tujuan ibadah puasa
meraih derajat taqwa tetapi dinyatakan juga di dalam hadits Nabi
banyak orang menjalankan puasa tidak memperoleh dari
puasanya kecuali lapar dan dahaga. Begitu pun salat, banyak
orang menjalankan salat tetapi tidak memperoleh manfaat dari
salatnya kecuali sekedar menggugurkan kewajibannya.”97
97
Imam
Suprayogo
dalam
laman
situs
https://uinmalang.ac.id/r/160701/kekuatan-salat-mengubah-perilaku-seseorang Rabu, 20
Juli 2016
72 | Psikologi Salat Khusyuk ....
E
SALAT MENGHASILKAN INSAN
KAMIL (MANUSIA PARIPURNA)
Insan kamil berasal dari bahasa Arab, insan dan kamil. Insan
berarti manusia, sedangkan kamil artinya sempurna. Dari segi
pemaknaan istilah insan kamil memiliki berbagai definisi
beragam yang diantaranya diartikan sebagai manusia yang telah
sampai pada tingkat tertinggi. Makna lain insan kamil adalah
manusia paripurna sebagai wakil Allah untuk mengaktualisasikan
diri, merenungkan dan memikirkan kesempurnaan yang berasal
dari nama-Nya sendiri.98
Dalam pandangan Al-Jilli istilah insan kamil dalam
konteks kekinian memberikan beberapa pemaknaan yang bisa
diaplikasikan pada manusia modern: pertama, konsep insan kamil
bisa dimaknai sebagai dasar penguatan konsep personality.
98
Rodiah, Insan Kamil Dalam Pemikiran Muhammad Nafis AlBanjari dan Abdush-Shamad Al-Falimbânî Dalam Kitab Ad-Durr An-Nafis
dan Siyar As-Sâlikîn (Sebuah Studi Perbandingan), dalam Jurnal Studia
Insania, April 2015 Vol. Vol. 3, No. 2, hal. 98
Bab III. Ibadah Salat .... | 73
Kedua, konsep insan kamil juga bisa dimaknai sebagai upaya
pertumbuhan atau pengembangan personality. Ketiga, konsep
insan kamil juga dapat dimaknai sebagai pembelajaran bagaimana
menyeimbangkan keserasian antara jasmani dan ruhani. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya insan kamil
adalah kesempurnaan manusia yang tercermin melalui sebuah
proses perwujudan yang terjadi antara keseimbangan dan
keselarasan pola hidup manusia dalam mencapai tujuan hidup
yang
hakiki
antara
kehidupan
manusia
dalam
konteks
kemanusiaan dan konteks ketuhanan.99
Insan kamil jika dilihat dari segi fisik biologisnya tidak
berbeda dengan manusia lainnya. Namun dari segi mental
spiritual ia memiliki kualitas-kualitas yang jauh lebih tinggi dan
sempurna dibanding manusia lain. Karena kualitas dan
kesempurnaan itulah Tuhan menjadikan insan kamil sebagai
khalifah-Nya. Yang dimaksud dengan khalifah bukan sematamata jabatan pemerintahan lahir dalam suatu wilayah negara (alkhilafah az-zahiriyyah) tetapi lebih dikhususkan pada khalifah
sebagai wakil Allah (al-khilafah al-ma’nawiyyah) dengan
manifestasi nama-nama dan sifat-Nya sehingga kenyataan adanya
Tuhan terlihat padanya.100
99
Kiki Muhamad Hakiki, dkk, Insan Kamil Dalam Perspektif Abd AlKarim Al-Jilli Dan Pemaknaannya Dalam Konteks Kekinian, dalam Jurnal
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Vol. 3, 2 Tahun. 2018,
hal. 185
100
Akilah Mahmud, Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi, dalam Jurnal
Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014, hal. 40
74 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Jika demikian, maka sosok insan kamil bukanlah
berbentuk fisik atau pun identitas biologis melainkan wujud
spritual yang memiliki relasi dengan Allah Swt. dalam hal ini ruh
adalah wujud yang dimaksud dengan insan kamil itu.
Sebagaimana uraian sebelumnya, ruh merupakan esensi yang
melakukan mi’raj melalui ibadah salat kepada Allah Swt.
implementasi dari nilai-nilai salatnya tercermin melalui proses
terwujudnya keseimbangan dan keselarasan pola hidup manusia
dalam konteks kemanusiaan dan dalam konteks ketuhanan.
Dalam konteks kemanusiaan ia menjadi khalifah di bumi,
selalu menebarkan kebaikan, membawa kemaslahatan serta tidak
melakukan kerusakan sebagaimana yang disangsikan oleh para
malaikat pada awal penciptaan Adam As.
ِ ك لِلْمالَئِ َك ِة إِِّن ج
ِ اع ُل ُُ ِِف األ َْر
ض َخلِي َفةً قَالُوا
َ ََوإِ ْذ ق
َ
َ َ ُّال َرب
ِ ُ أ َََتْعل فِيها من ي ْف ِس ُد فِيها ويس ِف
ُ َ َ َُ
ْ ََ َ
َك الد َمآء
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. (QS:
Al-Baqarah: 30)
Bab III. Ibadah Salat .... | 75
Sedangkan dalam konteks ketuhanan ia menjadi pribadi
yang mendapat gelar hamba Allah Swt. dengan personality yang
memiliki spritualitas ketenangan batin.
ِ اضيةً مر
ِ ِ
ِ
ِ ِِ
ًضيَة
ْ َ َ َل َربِك َر
َ } ْارجعي إ27{ ُس ال ُْمط َْمئنَّة
ُ ََيأَيَّتُ َها النَّ ْف
ِ } فَا ْد ُخلِي ِِف ِعب28{
}30{ } َوا ْد ُخلِي َجن َِِّت29{ ادي
َ
“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya., Maka masuklah ke
dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurgaKu.”(QS: Al-Fajr: 27-30)101
Dalam ayat di atas “nafs” adalah sisi dalam manusia,
sedangkan bentuk jamaknya adalah “anfus”. Demikian menurut
M. Quraish Shihab.”102
101
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah S.89:27
turun berkenaan dengan Hamzah (yang gugur sebagai syahid). (Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buraidah.) Dalam riwayat lain
dikemukakan bahwa Nabi saw. bersabda: “Siapa yang akan membeli sumur
Rahmat untuk melepaskan dahaga. Mudah-mudahan Allah mengampuni
dosanya.” Sumur itu dibeli oleh Utsman. Nabi saw. bersabda: “Apakah engkau
rela sumur itu dijadikan sumber air minum bagi semua orang?” Utsman
menyetujuinya. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.89:27) berkenaan dengan
Utsman. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Juwaibir dari ad-Dlahhak
yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
102
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama AlQur’an, Bandung, Mizan: 2007, Cet. II, hal. 481
76 | Psikologi Salat Khusyuk ....
BAB IV
PSIKOLOGI SALAT PERSPEKTIF
KECERDASAN RUHIOLOGI
A.Kecerdasan Ruhiologi Berbasis
Psikologi Salat;
B. Posisi Kecerdasan Ruhiologi di antara
Kecerdasan lainnya; dan
C. Kecerdasan Ruhiologi (RQ) di Era
Revolusi 4.0 & Era Society 5.0
77
Jika yang dimaksud dengan psikologi adalah studi ilmiah tentang
pikiran atau proses mental dan perilaku, maka psikologi salat
adalah studi ilmiah tentang pikiran atau proses mental dan
perilaku yang dihasilkan dari ibadah salat, yaitu ibadah yang
terkandung di dalamnya ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
tertentu yang dibuka dengan bertakbir kepada Allah dan ditutup
dengan salam.
Pada uraian sebelumnya dalam buku ini telah dipaparkan
adanya sisi dalam manusia yang menjadi poros utama yang
menjadikan manusia mengerti, memahami, dan memiliki
pengetahuan dari apa yang dilihat dan didengarnya yaitu ruh.
Melalui salat, ruh melakukan relasi transenden (mi’raj) kepada
Allah Swt. relasi transenden ini nantinya akan menghasilkan
kecerdasan ruhiologi.
78 | Psikologi Salat Khusyuk ....
A
KECERDASAN RUHIOLOGI
BERBASIS PSIKOLOGI SALAT
Salat adalah media untuk membina akhlak orang mukmin dengan
memberikan nutrisi kepada tubuh, akal, dan hati.
- Kerja Tubuh
ِ
ْي
َ ِوموا هلل قَانِت
ُ َُوق
“Dan berdirilah untuk Allah dengan khusyu” (AlBaqarah:238)
ِ َّ
اْلَْي َر ل ََعلَّ ُك ْم
ْ اس ُج ُدوا َوا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ْم َوافْ َعلُوا
ْ ين ءَ َامنُوا ْارَكعُوا َو
َ ََيأَيُّ َها الذ
تُ ْفلِ ُحو َن
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah
kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya
kamu mendapat kemenangan” (Al-Hajj:77)
Bab IV. Psikologi Salat .... | 79
- Kerja Akal
ِ َّ
ارى َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َماتَ ُقولُو َن
َّ ين ءَ َامنُوا َلَتَ ْق َربُوا
َ الصالَةَ َوأَنتُ ْم ُس َك
َ ََيأَيُّ َها الذ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat,
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan”(An-Nisa’:43)
- Kerja Hati
ِ قَ ْد أَفْ لَح الْم ْؤِمنُو َن الَّ ِذين ُهم ِِف صالَِتِِم َخ
اشعُو َن
ْ َ ْ َ
ُ َ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam salatnya” (AlMu’minun:1-2)
Mekanisme kerja ketiga hal itu terjadi secara bersamaan
saat orang salat melakukan rukun-rukunnya. Ketika salat,
seseorang berdiri dengan khusyu’ dan merendahkan diri di
hadapan Allah Swt. penciptanya dan pencipta semesta alam.
Seseorang dengan tubuhnya yang kecil lagi lemah, berdiri di
hadapan Tuhannya Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa atas
segala sesuatu, yang menguasai semua atom yang ada, mengatur
urusan langit dan bumi, menggenggam kehidupan dan kematian,
80 | Psikologi Salat Khusyuk ....
membagi-bagikan
rezeki
di
antara
manusia,
serta
menyempurnakan qadha dan qadar dengan perintah-Nya.103
Ketiga mekanisme kerja itu melibatkan sisi dalam dan sisi
luar manusia. Sisi dalam manusia adalah ruh, sedangkan sisi
luarnya adalah fisik atau jasmani. Implementasi dari tiga
mekanisme kerja tersebut akan melahirkan perubahan pada
tingkah laku yang positif terhadap orang yang salat. Sesuai
dengan tujuan shalat bahwa ia mencegah dari perbuatan keji dan
munkar.
ِش
آء َوال ُْمن َك ِر
َّ الصالَةَ إِ َّن
َّ َوأَقِ ِم
َ الصالَةَ تَنْ َهى َع ِن الْ َف ْح
“Dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar (QS.29:45)
Jika salat telah mampu mencegah perbuatan keji dan
mungkar, maka ini menunjukan potensi keingkaran dalam dirinya
telah dapat dikendalikan, Al-Qur’an menyebutkan bahwa dalam
diri manusia terdapat potensi untuk ingkar.
ِ
ِ
سا َن لَِربِ ِه لَ َكنُ ْود
َ ْإ َّن اإلُْن
Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Al-Qur’an: Terapi
Qur’ani Dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Bandung, Pustaka Setia:
2005, Cet. 1, hal. 457
Bab IV. Psikologi Salat .... | 81
103
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak
berterima kasih kepada Tuhannya”. (QS. Al-Adhiyat:6)
Untuk merealisasikan tujuan ayat ini sisi dalam manusia
yakni ruh menempati posisi sentral untuk mencapai tujuan salat
sebagaimana yang dikehendaki ayat. Hal ini karena ruh adalah
anatomi spritual yang melakukan proses transendensi pendakian
atau perjalanan mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah Swt.
ketika salat.
Proses
transendensi
atau
relasi
vertikal
tersebut
meniscayakan ruh untuk patuh dan taat dalam menerima perintah
yang datang dari wujud yang disembahnya. Di sini, terjadi proses
pendidikan holistik yang dilakukan oleh ruh dalam nuansa
kerohanian yang menjadi cikal bakal kecerdasan ruh itu sendiri,
yaitu kecerdasan ruhiologi (RQ).
Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang
berasal dari sisi dalam manusia yaitu “ruh”. Kecerdasan ini
merupakan kecerdasan awal yang dimiliki oleh manusia yang
merupakan sumber dari ketiga kecerdsan IQ, EQ, dan SQ.
Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang berasal dari
hubungan vertikal (manusia-ruh-Tuhan) melalui pengetahuan
agama yang bersifat nonfisik material. Hal ini tentu berbeda
dengan banyak kecerdasan lainnya seperti IQ, EQ, dan SQ yang
82 | Psikologi Salat Khusyuk ....
seringkali bebas nilai sehingga membuat manusia kehilangan
ketenangan dalam hidupnya.104
Iskandar, dkk, “Pendidikan Holistik Berbasis Kecerdasan
Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0,” dalam Jurnal Tarbawi: Jurnal Ilmuilmu
Pendidikan
Vol
15
No
02
Tahun.
2019
melalui
https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/467
Bab IV. Psikologi Salat .... | 83
104
B
POSISI KECERDASAN RUHIOLOGI DI
ANTARA KECERDASAN LAINNYA
Para pemikir menggarisbawahi empat daya pokok manusia yang
darinya berkembang daya-daya yang tidak terlukiskan betapa
banyak dan besarnya. Keempat daya itu bila diasah dan diasuh
dengan baik akan melahirkan kemampuan luar biasa. Daya-daya
tersebut adalah:105
1. Daya fisik yang dapat melahirkan keterampilan;
2. Daya pikir yang dapat melahirkan ilmu dan teknologi;
3. Daya kalbu yang melahirkan kepekaan, imajinasi, dan iman;
dan
4. Daya hidup yang dengannya manusia dapat menyesuaikan diri
dengan aneka tantangan, menghadapi dan mengatasinya.
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan
Dinamika Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Lentera Hati: 2006, Cet. II, hal. 380
84 | Psikologi Salat Khusyuk ....
105
Keempat daya tersebut di era modern diperkenalkan
dengan istilah-istilah yang lebih ilmiah dan baru. Misalnya
kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya
bertautan dengan aspek kognitif disebut Intelligence Quotient
(IQ). Serangkaian kemampuan mengontrol dan menggunakan
emosi, serta mengendalikan diri, semangat, motivasi, empati,
kecakapan sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan disebut Emotional Quotient (EQ). Sedangkan
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain disebut Spiritual
Quotient (SQ), ini menurut definisi dari Danah Zohar dan Ian
Marshall.106
Selama bertahun-tahun orang beranggapan keberhasilan
ditentukan oleh IQ. Para ahli meyakini IQ sebagai ukuran terbaik
atas kecerdasan dan potensial seseorang dalam meraih sukses.
Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi
pula kecerdasannya. Pada pertengahan 1990-an, para ahli
menemukan
bentuk
kecerdasan
lain
yang
menentukan
keberhasilan seseorang, yaitu EQ. Menurut para ahli EQ
merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara
Ifa Hanifah Misbach, “Antara IQ, EQ, dan SQ”, dalam laman situs
internet http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI
Bab IV. Psikologi Salat .... | 85
106
efektif. Dengan demikian, IQ bukan satu-satunya kecerdasan
yang menentukan keberhasilan seseorang, temuan itu tentu saja
menghebohkan banyak orang.
Pada akhir abad ke-20, para ahli menemukan lagi bentuk
kecerdasan yang lain yakni kecerdasan spiritual disingkat SQ.
Kecerdasan ini dibangun karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk spiritual, yakni makhluk yang selalu bertanya tentang
hal-hal yang mendasar. Misalnya, mengapa manusia dilahirkan,
apa makna kehidupan, apakah ada kehidupan lain setelah
kehidupan dunia ini? dan sebagainya. Untuk menjawabnya
diperlukan kecerdasan spiritual. Menurut Mudjia Rahardjo, SQ
merupakan jenis kecerdasan yang paling penting karena
merupakan landasan untuk membangun IQ dan EQ. Dengan
demikian, SQ merupakan kecerdasan tertinggi. Sebab, hanya
manusia yang memiliki jenis kecerdasan ini.107
Menurut hemat penulis, jika SQ adalah kecerdasan
tertinggi maka perhatian terhadap sisi dalam manusia seharusnya
menjadi fokus utama dalam kajian-kajian psikologi. Tetapi
pertanyaannya adalah, apakah psikologi mampu mencapai sisi
dalam manusia?, karena jika SQ adalah sebuah konsep spritual
maka bagaimanakah psikologi mendefinisikan spritual itu
sendiri?. Sebagaimana telah dimaklumi bahwa psikologi adalah
studi ilmiah tentang pikiran (proses mental) dan perilaku.108
107
Mudjia Rahardjo, dalam laman https://www.uin-malang.ac.id
Martha Lally ,dkk, Introduction to Psychology, hal. 7
86 | Psikologi Salat Khusyuk ....
108
Artinya studi psikologi menekankan pada perilaku yang dapat
diamati disebabkan oleh gejala-gejala kejiwaan.
Selanjutnya adalah jika SQ merupakan sebuah konsep
spritual maka bagaimanakah ukuran dan bentuk nilai-nilai yang
dianut oleh SQ itu?, atau dari manakah sumber atau asal nilai-nilai
yang dianut oleh SQ tersebut?. Jika jawaban dari pertanyaan ini
menemui jalan buntu maka dapat dipastikan bahwa SQ adalah
sebuah kecerdasan yang bebas nilai. Artinya, ia hanya dianut
sebagai
kecerdasan
spritual
yang
berasal
diri
sendiri
(personality),109 dan tidak ada hubungannya dengan relasi
trasenden yang bernuansa holistik.
Di sinilah sisi kekurangan dari Spiritual Quotient (SQ)
yang belum mampu dijelaskan oleh para ahli. Adapun banyak
para ahli yang berpendapat bahwa Spiritual Quotient (SQ) erat
109
Dewasa ini berkembang cabang filsafat yang membahas tentang
manusia yaitu eksistensialisme. Secara umum eksistensialisme berarti manusia
dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu
keberadaannya ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di
sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat menjadikan - merencanakan, yang berdasar pada
pengalaman yang konkret. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya
bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pendapat lain,
menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat
yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya
yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar
dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa
kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas
menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia juga dipandang sebagai
suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), mengkaji cara manusia
berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan
eksistensialisme adalah manusia konkret.
Bab IV. Psikologi Salat .... | 87
kaitannya dengan nilai-nilai dari ajaran agama terutama agama
Islam maka itu belum mengungkap bagaimana mekanisme proses
transfer nilai-nilai tersebut ke dalam diri manusia. Artinya, masih
ada satu masalah lagi yang muncul yaitu siapakah yang menerima
nilai-nilai tersebut pertama kali?.
Untuk menjawab masalah ini maka perlu rasanya kita
melihat penjelasan ulama Sunni dan Syi’ah sebagai berikut:110
“Tuhan menciptakan seluruh ruh manusia sejak Nabi
Adam as. sampai hari kiamat tanpa ruh itu bergantung pada
sesuatu pun. Kemudian ruh itu hidup selama dua ribu tahun
sampai Tuhan menciptakan badan-badan yang sangat kecil tetapi
cermat, badan-badan itu diciptakan seperti badan-badan kita
sekarang, lalu Tuhan memasukkan ruh-ruh itu ke dalam badanbadan itu. Alam yang pertama ketika ruh hidup tanpa bergantung
pada yang lain disebut alam arwah dan alam kedua disebut alam
dzar atau alam mitsaq. Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H) ketika
menerangkan surat Al-A’raf 172 menyebutkan beberapa riwayat
dan hadits yang bersanad shahih (menurut beliau) dari
Rasulallah saw. bersabda ketika Tuhan menciptakan Nabi Adam
as. Tuhan mengusap punggung Nabi Adam as. dan dari punggung
itu keluar seluruh keturunan Nabi Adam as. sampai hari kiamat
berupa butiran-butiran kecil.”111
110
Sayyid Hasan Abthahiy, Alam Arwah, Lentera Basritama, Jakarta:
1996, hal.14.
111
Surat Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:
88 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Terlihat dari penjelasan di atas keberadaan ruh sebelum
alam ini, dikatakan bahwa alam ruh sebelum alam ini sekitar dua
ribu tahun lamanya. Islam juga menyebutkan adanya alam lain
yang disebut alam dzar. Diceritakan bahwa di alam dzar Tuhan
mengambil ‘ahd dan perjanjian dari makhluk-makhluknya.
Kejadian alam itu seperti apa yang dituturkan oleh ulama Sunni
dan Syi’ah di atas.
Jika demikian, maka pada mulanya manusia telah berada
di alam arwah, di mana arwah belum bertemu dengan jasad. Di
alam arwah ini ia telah mengakui adanya Allah Swt., dan setelah
lahir ke dunia, dilahirkan keadaan bayi yang suci bersih tidak
berdosa,
kemudian
bertambah
besar
sampai
dewasa,
pengakuannya terhadap Allah Swt. telah berubah dan berbedabeda, di antaranya ada yang beriman, ada yang kufur, dan ada pula
yang tidak mempercayai adanya Allah Swt. (ateis) dan
sebagainya.112
ِ
ِ َ ك ِمن ب ِّن ء
ِ
ت بَِربِ ُك ْم قَالُوا بَلَى
َ َُّوإِ ْذ أَ َخ َذ َرب
ُ َس
ْ اد َم من ظ ُُهوِره ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َوأَ ْش َه َد ُه ْم َعلَى أَن ُفس ِه ْم أَل
َ َ
ِِ
ِ ِ
ْي
َ َش ِه ْد ََن أَن تَ ُقولُوا يَ ْو َم الْقيَ َامة إِ ََّّن ُكنَّا َع ْن َه َذا غَافل
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”
112
Hadiyah Salim, Proses Kehidupan Manusia Dari Alam Ke Alam,
Sinar Baru, Bandung: [t.t], hal.31
Bab IV. Psikologi Salat .... | 89
Ini menunjukkan adanya unsur indevenden yang berada
di dalam jasad manusia. Yaitu sisi dalam manusia yang
dinamakan ruh. Ruh inilah yang melakukan penerimaan untuk
proses transfer nilai-nilai holistik dari Tuhan. Nilai-nilai luhur
yang diterima oleh ruh adalah nilai-nilai holistik yang berasal atau
bersumber dari dimensi keilahian. Ini sekaligus menunjukkan
bahwa kecerdasan yang dibangun melalui ruh adalah kecerdasan
yang tidak bebas nilai. Ia adalah kecerdasan yang holistik
bersumber dari unsur-unsur ilahi.
Melalui kecerdasan holistik yang diterima oleh ruh, maka
ruh semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai dimensi
spritual yang aktif. Di sini, istilah kecerdasan ruhiologi tidak
dapat dipungkiri keberadaannya. Ia menempati posisi strategis di
antara
kecerdasan-kecerdasan
yang
lain.
Artinya,
tanpa
kecerdasana ruhiologi maka kecerdasan-kecerdasan yang lain
akan terasa hampa, bahkan bebas nilai yang pada akhirnya
menjauhkan manusia dari asal kejadiannya.
Padahal dalam Islam manusia perlu mengenal dan
memahami hakekat dirinya sendiri agar mampu mewujudkan
eksistensi dirinya. Pengenalan dan pemahaman ini akan
mengantar manusia kepada kesediaan mencari makna dan arti
kehidupan, sehingga hidupnya tidak menjadi sia-sia. Dalam
pengertian ini dimaksud makna dan arti sebagai hamba Allah,
90 | Psikologi Salat Khusyuk ....
dalam rangka menjalankan hak dan kewajiban mencari ridhaNya.113
113
Muhammad Syamsuddin, Manusia Dalam Pandangan KH.A. Azha
Basyir, MA, Titian Ilahi Press, Yogyakarta: 1997, hal. 75
Bab IV. Psikologi Salat .... | 91
C
KECERDASAN RUHIOLOGI (RQ) DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 & DI ERA SOCIETY 5.0
Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat.
European Parliamentary Research Service menyampaikan bahwa
revolusi industri terjadi empat kali. Revolusi industri pertama
terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap
dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi
yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin
produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan
produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk
otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi
industri ketiga. Saat ini, perkembangan pesat dari teknologi
sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan
untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam
92 | Psikologi Salat Khusyuk ....
berbagai bidang industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan
menjadi revolusi industri yang berikutnya yaitu industri 4.0.114
Tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0 telah
dirasakan oleh semua orang di hampir seluruh belahan dunia.
Akibatnya dunia terasa semakin kecil, semakin mengglobal, dan
perubahan terus terjadi di mana-mana. Kondisi ini sedikit banyak
turut memberi pengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat.115
Perubahan-perubahan
sosial
yang
serba
cepat
telah
mempengaruhi nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut
yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stres
pada dirinya. Perubahan-perubahan sosial tersebut seringkali
mengakibatkan dehumanisasi yaitu menurunnya nilai-nilai
kemanusiaan.116
Untuk mengantisipasi hal ini, Kominfo RI menghimbau
pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan internet
seperti ISP dan pemerintah agar meningkatkan keamanan konten
atau proteksi, sehingga menjadikan dunia maya sebagai ruang
yang aman dan positif bagi anak-anak dan remaja untuk hidup dan
114
Hoedi Prasetyo, dkk, “Industri 4.0: Telaah klasifikasi Aspek Dan
Arah Perkembangan Riset,” dalam Jurnal J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri,
Vol. 13, No. 1, Januari 2018, hal. 17-18
115
Nilyati, “Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern, dalam
Jurnal Tajdid Vol. XIV, No. 1, Januari-Juni, Tahun. 2015, hal. 133
116
Dadang Hawari, Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Jakarta: 1997, Cet.III, hal. 2
Bab IV. Psikologi Salat .... | 93
tumbuh. Studi menunjukan banyak anak-anak yang tidak
terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian
besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up
atau melalui link yang menyesatkan.117
Menurut hemat penulis, keberadaan teknologi dan
kemajuannya di era revolusi industri 4.0 tidak bisa dibendung
karena itu adalah anugerah Tuhan kepada makhluk berakal seperti
manusia. Dengan akal manusia berpikir dan berkreasi untuk
mensejahterakan hidupnya. Hanya saja,
keberadaan dan
kemajuan teknologi tersebut dapat dikendalikan oleh pihak yang
memanfaatkannya. Ia akan berdampak positif maupun negatif
tergantung pada pihak yang memakainya. Artinya, peran manusia
sebagai pengguna teknologi di era revolusi industri 4.0 tetap
sebagai tolak ukur keberhasilan teknologi itu sendiri. Imam
Suprayogo menyatakan dalan tulisannya tentang “Agama, Ilmu
Pengetahuan, Sains-Teknologi” sebagai berikut:
“Sains dan teknologi justru berasal dari manusia yang
dipancarkan oleh ruh, manusia dijadikan oleh Allah dan ruh
ditiupkan untuk menyempurnakan kejadian manusia. Oleh karena
itu, selamanyalah sains dan teknologi tidak akan pernah menjadi
manusia. Manusia tidak akan pernah menjadi ruh, dan ruh tidak
akan pernah menjadi Tuhan”.
Siaran Pers No. 17/PIH/KOMINFO/2/2014, berjudul “Riset
Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam
Menggunakan Internet,” dalam https://kominfo.go.id
94 | Psikologi Salat Khusyuk ....
117
Untuk menghasilkan manusia-manusia yang membawa
kebaikan dan keamanan dalam pemanfaatan teknologi era 4.0
maka dibutuhkan manusia yang memiliki kecerdasan tingkat
tinggi yang mampu menghiasi kecerdasan IQ, EQ, SQ dengan
nilai-nilai holistik. Maka di sini kerdasan ruhiologi (RQ) menjadi
tawaran alternatif untuk masalah ini.
Melalui kecerdasan ruhiologi (RQ) diharapkan krisis
multidimensional yang melanda manusia modern akibat era
teknologi 4.0 dapat teratasi. Sebagaimana pendapat Sayyed
Hosein Nasr bahwa salah satu sumber dan akar krisis
multidimensional manusia modern adalah krisis spritual. Bahkan
lebih jauh Nasr berpendapat krisis multidimensional disebabkan
tiga hal, yakni terabaikannya nilai dan ajaran suci dalam tradisi
sehingga memunculkan krisis identitas. Berkurangnya, atau
bahkan hilangnya, fungsi dan peran agama dalam kehidupan
sosial manusia modern sebagai akibat dari begitu kuatnya mereka
memanfaatkan fakultas akal dan rasio serta logika yang pada
dasanya hanya mampu memahami obyek fisik; sehingga obyek
metafisik tidak lagi menjadi bagian penting.
Pengabaian manusia modern terhadap agama menjadi
sebab munculnya krisis spiritual. Sementara, cetak biru sains
modern terputus secara total dari wahyu, serta dari nilai dan ajaran
suci yang terkandung dalam tradisi dan agama, merupakan
pemicu signifikan lahirnya krisis lingkungan. Nasr menawarkan
kepada manusia modern dalam menyelesaikan masalah krisis
Bab IV. Psikologi Salat .... | 95
identitas dengan kembali mengevaluasi konsep humanisme
modern dan memposisikan fitrah sebagai pusat diri.
Jawaban untuk krisis spiritual adalah menumbuhkan
kesadaran akan signifikansi peran dan fungsi agama dalam
kehidupan baik sebagai individu maupun komunintas. Sementara
solusi untuk krisis lingkungan adalah perlu adanya reorientasi
peran sains modern serta revitalisasi scientia sacra yang dapat
mendorong seseorang memahami bahwa kosmos tidak hanya
berdiri secara independen, melainkan memiliki hubungan yang
erat dengan dimensi transenden. Dengan begitu, pemanfaatan
alam dan lingkungan tidak akan mengabaikan prinsip-prinsip
ekologis dari perspektif tradisional, yang berpotensi dapat
menghancurkan tatanan ekosistem nature itu sendiri, melainkan
tetap pada jalur dan prinsip untuk senantiasa melestarikannya.
96 | Psikologi Salat Khusyuk ....
BAB V
PENDIDIKAN RUHANI DALAM PENCAPAIAN
TUJUAN PENDIDIKANYANG HAKIKI
A. Paradigma Kecerdasan yang Diterapkan
dalam Pendidikan;
B. Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan
Ruhiologi Menuju Pencapaian Tujuan
Pendidikan yang Hakiki; dan
C. Dimensi Kecerdasan Ruhiologi dalam
Penerapan Pendidikan.
97
A
PARADIGMA KECERDASAN YANG
DITERAPKAN DALAM PENDIDIKAN
Paradigma kecerdasan Intellectual Quotient (IQ), Emotional
Quotient (EQ), Spritual Quotient yang diterapkan dalam proses
Pendidikan di Indonesia masih belum mampu mewujudkan
tujuan
substansi
pendidikan
nasional
Indonesia
dalam
meningkatkan derajat keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia
menjadi kunci keberhasilan untuk menstimuli dan mendororng
proses pendidikan yang mempunyai sense keberadaan agama
sebagai berbasis ketuhanan yang kuat supaya input, proses,
output dan outcome pendidikan yang selalu dapat merasakan dan
menyuarakan kebenaran yang terpancar di dalam hati manusia
yang menggerakan otak manusia untuk berpikir yaitu “Ruh” yang
merupakan hakekat kecerdasan yang tetinggi yang dimiki oleh
masnusia yang disebut kecerdasan ruhiologi (RQ).
98 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Pendidikan nasional berlandaskan filosofi transedental.118
tertuang secara eksplisit dalam undang-undang nomor 20 tahun
2003
tentang
sistem
Pendidikan
Nasional
dengan
mengedepankan dimensi spiritualitas yang kuat dan sangat tegas
yaitu mewujudkan peserta didik Indonesia yang memiliki iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki akhlak
dan etika yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Melihat tujuan pendidikan nasional Indonesia yang begitu sangat
mulia, tentunya agak miris jika dihubungkan dengan realita sosial
yang terjadi.119
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, merupakan aspek
kebutuhan dasar semua warga negara, sehingga mereka
setidaknya mendapat pendidikan nilai-nilai religiusitas yang kuat.
Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
Indonesia bukanlah Negara Islam. Namun dalam praktek
penyelenggaraan pendidikan muatan kurikulum secara formal
masih secara totalitas berfokus nmengembangkan potensi
dimensi fisik melalui kecerdasan otak dan emosi serta
keterampilan peserta didik. Namun kurang melatih domain
kecerdasan ruhani yang berbasis transedental. Masalah inilah
118
119
Dimyati, K., Nashir, H., Elviandri, E., Absori, A., Wardiono, K., &
Budiono, A. Indonesia as a legal welfare state: A prophetictranscendental
basis.
Heliyon,
7(8)
2021,
e07865.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07865
Badawi, A. Konsep SQ sebagai arah baru Pengembangan Pendidikan
Islam. 53(9), 2008
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 99
yang melatar belakangi penulis untuk merekonstruksi pencapaian
tujuan pendidikan nasional yang berbasis transendental sehingga
bangsa menjadi bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan
tujuan pendidikan hakiki.120
Menurut Ushuluudin dkk. menyatakan pendidikan ruhani
merupakan proses manusia memahami ruh sebagai sumber
kecerdasan yang tertinggi. Kecerdasan ini diberikan langsung
oleh Allah kepada setiap manusia.
Kecerdasan ini dapat
mempengaruhi kesadaran melalui nikamat atau rasa yang
terpancar dalam suara hati kebenaran, yang merupakan sumber
dari kecerdasan hakiki yang menggerakan potensi kecerdasan
yang dimiliki oleh manusia yang mempengaruhi diri dalam
mengambil
keputusan
atau
melakukan
penerapan
pendidikan
pilihan
dalam
berperilaku.121
Pentingnya
ruhani
berbasis
transedental untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang
hakiki
yang
menjadi
kekuatan
membimbing
paradigma
kecerdasan IQ, EQ dan SQ dalam membangun pendidikan
120
Noor, T.. Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah
Pendidikan, 2(1) 2018.
121
Ushuluddin, A., Madjid, A., Masruri, S., & Affan, M. Shifting paradigm:
From Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient
toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives. Indonesian Journal
of
Islam
and
Muslim
Societies,
11(1),
139–162.2001.
https://doi.org/10.18326/IJIMS.V11I1.139-162
100 | Psikologi Salat Khusyuk ....
holistic untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional.122
Mengacu pada paradigma dualisme tubuh dan pikiran sangat
dominan mempengaruhi dalam pengetahuan saat ini.123
Implikasi dari penggunaan paradigma berfikir yang
dikotomis selama ini sudah terjebak dalam banyak dimensi dalam
kehidupan manusia. Dalam ranah sosial, paradigma dikotomis
yang membedakan antara tubuh dan pikiran akan nampak terlihat
dalam beberapa praktik sosial sehari-hari. Banyak praktik seharihari yang menunjukkan adanya sesuatu yang paradoks antara
simbol dan praktik. Banyak orang yang melakukan aksi kejahatan
seperti korupsi namun sebenarnya dia berasal dari perguruan
tinggi yang sebenarnya adalah kalangan akademisi yang terdidik.
124
Kehadiran Ruh pada mansuia menghubungkan hubungan
antara tubuh dan ruh yang mana tubuh mansuia yang terbuat dari
tanah liat dan fisik mungkin rentan terhadap kejahatan (nafs
ammarah); tetapi yang mungkin masih mencapai tingkat tertinggi
(nafs mutmainnah) karena memiliki Ruh yang dari Allah di
122
Agustian, A. G. ESQ/Emotional Spiritual Quotient: The ESQ Way 165; 1
Ihsan, Rukun Iman, 5 Rukun Islam. 2001.
124
Khamdan, M. Jihad akademik kalangan Perguruan Tinggi islam melawan
koruPsi (Pemaknaan akademisi atas kerancuan Fiqih dan Budaya
terhadap korupsi). In Jurnal Penelitian. 2014:: (Vol. 8, Issue 2).
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 101
dalamnya. Ini menunjukkan tingkat ruh bergantung pada tindakan
tubuh. Jika badan baik, maka jiwa juga baik. Tubuh yang menaati
perintah Allah akan membawa kepada rruh yang baik .125
Tujuan utama Pendidikan nasional Indonesia yang secara
eksplisit mengutamakan dimensi iman, taqwa, dan ahlak mulia,
dalam praktek pendidikan saat ini kurang menampakkan hasil
yang singnifikan ditambah lagi dengan persoalan yang dihadapi
di era revolusi industri 4.0 ini menunjukkan penyimpangan
penggunaan teknologi dapat menghancurkan martabat manusia,
oleh itu perlu paradigma pendidikan ruhani yang membimbing
kecerdasan manusia secara holistic untuk menjawab persoalan
tersebut126
Namun demikian, jika merujuk kepada Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, secara
eksplisit menemukan adanya tujuan Pendidikan Nasional yang
mengutamakan dimensi spiritualitas yang kuat yang tertuang
sangat tegas yaitu mewujudkan peserta didik Indonesia yang
memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
memiliki akhlak dan etika yang meliputi aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Dalam rumusan ini, jelas bahwa aspek Iman dan
125
Noor, T. Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah
Pendidikan, 2015: 2(1),
126
Sri Austi A. Samad. Pendidikan Barat Dan Islam. Fenomena,2015: 7(2),
215–228.
102 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Takwa serta akhlak memiliki posisi yang sangat penting dalam
pendidikan. Pertanyaannya adalah sejauh mana tujuan pendidikan
nasional terkait dengan dimensi Iman dan Taqwa serta nilai
akhlak sudah diwadahi dalam pendidikan saat ini? Apakah model
pendidikan Nasional sudah memiliki metodologi yang memadai
untuk merumuskan tujuan pendidikan nasional saat ini.
Upaya penemuan model atau pustulat baru untuk
menggali formulasi tentang bagaimana pencapaian tujuan
pendidikan nasional berbasis transedental (Iman, taqwa, ahlak
mulia) dengan pendekatan paradigma kecerdasan ruhiologi yang
bersumber
dari
“Ruh”
yang
memancarkan
kemampuan
merasakan yang mampu menggerakkan memancarkan semua
indra tubuh manusia, yang mengaktifkan otak untuk berpikir
supaya menyuarakan kebenaran atau kejujuran (Shiddiq), dengan
menjalankan
kepercayaan
Allah
(Amanah),
melalui
menyampaikan Hasrat kebenaran kepada Allah (Tabliqh), dengan
dilhami kecerdasan dan kebijaksananaan yang ditunjukkan
dengan perbuatan jasmani dan ruhani yang berdasarkan petunjuk
Allah dan Rasul.127
127
Ushuluddin, A., Madjid, A., Masruri, S., & Affan, M.. Shifting paradigm:
From Intellectual Quotient, Emotional Quotient, and Spiritual Quotient
toward Ruhani Quotient in ruhiology perspectives. Indonesian Journal
of Islam and Muslim Societies, 2021.
11(1), 139–162.
https://doi.org/10.18326/IJIMS.V11I1.139-162
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 103
Oleh karena itu, perlu melakukan pengukuran indikator
kecerdasan ruhiologi (Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah)
untuk membentuk paradigma kecerdasan ruhiologi (RQ) dan
menggali serta menemukan model atau postulat baru tentang
kecerdasan yang hakiki yang dimiliki manusia yang bersumber
dari Tuhan, yaitu RUH sebagai sumber pengerak dan penuntun
paradigam kecerdasan yang ada IQ, EQ dan SQ menuju
pencapain tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional secara
antologi dipengaruhi oleh konsep dikotomis pendidikan umum
dan Islam, kebijakan pendidikan umum lebih diperangaruhi oleh
konsep Pendidikan Barat yang melihat peserta didik sebagai
sosok yang merdeka dengan potensi yang dimilikinya. Sedangkan
konsep Pendidikan Islam (Timur) memandang peserta didik
adalah Makhluk Allah dan sosial yang memiliki potensi sesuai
fitrahnya. 128
Perbedaan utama pandangan Barat memandang manusia
dilihat sebagai tubuh, akal, atau otak, sedangkan Islam
memandang manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati nurani
(qalb), sedangkan pandangan Barat dan Islam secara epistimologi
juga menunjukan ketidaksamaan. Epistimologi Barat hanya
percaya pada panca indra (empirisme) dan akal (rasionalisme),
128
Mustafa 2007
104 | Psikologi Salat Khusyuk ....
sedangkan konsep pendidikan Timur (Islam) selain fisik, akal dan
otak juga meyakini intuisi yang berakar pada ruh.129
Konsep dasar dalam model kecerdasan IQ, EQ, dan SQ
dan ESQ masih memanfaatkan dasar kecerdasan material (otak),
bukannya didasarkan pada kecerdasan immaterial (ruh).
Akibatnya, kita tidak dapat mempertimbangkan istilah 'roh'
(hasil spiritual) dan ruh (ruhani quotient) sebagai satu dan sama.
Tidak seperti 'roh', menurut Islam, ruh tidak pernah dan tidak
akan pernah bisa dipisahkan dari aspek keilahian.130 Dengan kata
lain, ruh harus melibatkan peran Tuhan.131
Hal ini sangat berbeda dengan istilah 'spiritual' dalam
konsep SQ, yang tidak terkait erat dengan agama dan keilahian.
Dengan demikian, Ruhani Quotient (RQ) melampaui Spiritual
Quotient (SQ). Perbedaannya adalah dalah bahwa SQ
menggunakan istilah God Spot sebagai pusat kecerdasan,
129
Sri Austi A. Samad. Pendidikan Barat Dan Islam. Fenomena, 2015. 7(2),
215–228.
130
Al-Jauziyah, I. Q.H akikat Ruh (I). 2015, Qisthi Press.
131
Aminrazavi, M. A discourse on the soul in later Islamic Philosophy.
Synthesis
Philosophica,2016:
62(2),
371–383.
https://doi.org/10.21464/sp31211
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 105
sementara RQ memilih untuk menggunakan istilah God Light
sebagai kecerdasan ruh .132
Pemahaman
tentang
kecerdasan
manusia
yang
berkembang dalam konsep Intellectual Quotient, Emotional
Quotient, dan Spiritual Quotient masih berakar pada paradigma
pengetahuan dan pemikiran yang berbasis ilmiah. Pemahaman
seperti itu belum tentu tepat, karena ketiadaan ruh akan
mengakibatkan manusia menjadi tidak mampu merasakan atau
merasakan apapun termasuk kecerdasan, emosi, dan spiritualitas.
Ruh adalah jawaban atas “apa”, “siapa”, atau “diri” yang
dimaksud karena ada dan hadir dalam diri setiap manusia yang
hidup. Meski sifatnya immaterial, ruh merupakan jawaban atas
tempat dan sumber segala potensi kecerdasan yang ada dalam diri
manusia.133
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan adanya unsur
indevenden yang berada di dalam jasad manusia, yaitu sisi dalam
manusia yang dinamakan ruh. Ruh inilah yang melakukan
penerimaan untuk proses transfer nilai-nilai holistik dari Tuhan.
Nilai-nilai luhur yang diterima oleh ruh adalah nilai-nilai holistik
132
Ushuluddin, dkk. 2021
133
Ninla Elmawati Falabiba. Harmonisasi AL-Ruh, An-Nafs, dan AL-Hawa
dalam psikologi Islam. 2019: 3(1), 170–181.
106 | Psikologi Salat Khusyuk ....
yang berasal atau bersumber dari dimensi keilahian.134 Ini
sekaligus menunjukkan bahwa kecerdasan yang dibangun
melalui ruh adalah kecerdasan yang tidak bebas nilai. Ia adalah
kecerdasan yang holistik bersumber dari unsur-unsur ilahi.
Melalui kecerdasan holistik yang diterima oleh ruh maka
ruh semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai dimensi
spritual yang aktif. Di sini, istilah kecerdasan ruhiologi tidak
dapat dipungkiri keberadaannya. Ia menempati posisi strategis di
antara
kecerdasan-kecerdasan
yang
lain.
Artinya,
tanpa
kecerdasana ruhiologi maka kecerdasan-kecerdasan yang lain
akan terasa hampa, bahkan bebas nilai yang pada akhirnya
menjauhkan manusia dari asal kejadiannya.135
134
Tasmara, T. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence)
Membentuk Kepribadian yang bertanggung jawab, Proffesional dan
Berakhlak. In . 2001. Gema Insani Press.
135
Sugiarto. pendidikan-holistik-mengombinasikan- kecerdasan-dan-multipleintelligence. 2018Www.Suaramerdeka.Com.
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 107
B
PENDIDIKAN RUHANI BERBASIS KECERDASAN
RUHIOLOGI MENUJU PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN
YANG HAKIKI
Dalam perspektif Islam, ruh ditiupkan oleh Allah Swt. untuk
menyempurnakan proses penciptaan manusia. Akal atau perasaan
adalah potensi dasar ruh sebagai nikmat Ilahi dari Allah Swt.
Dengan demikian, hakikat ruh adalah kebenaran karena berasal
dari Allah Swt. dan bersemayam di dalam hati (al-qalb) yang
memancarkan akal atau perasaan ke seluruh indera termasuk akal
manusia. Ruh yang bersemayam di hati (al-qalb) selalu cenderung
menyuarakan kejujuran atau kebenaran (shiddiq), bertanggung
jawab (amanah), menyampaikan kabar gembira (tabligh), dan
memiliki kecerdasan (fathanah).136
Dengan perasaan sebagai nikmat Ilahi yang ada dalam
ruh, manusia mampu berpikir menggunakan akal (al-aql) dari
136
Baharuddin, E., & Ismail Abstrak, Z.. Kecerdasan Ruhaniah Membentuk
Manusia Unggul Spiritual Intelligence Forming Wholesome Being.
Islamiyyat, 2015: 37(2), 97–105. http://dx.doi.org/10.17576/islamiyyat2015-3702-01
108 | Psikologi Salat Khusyuk ....
otak. Hal ini selanjutnya mendorong akal untuk berpikir melalui
berbagai
imajinasi
yang
pada
akhirnya
menghasilkan
pemahaman. Pikiran dan pikiran yang berkembang melalui
imajinasi menghasilkan pemahaman, akibatnya menghasilkan
pengetahuan jasmani.
Inilah pendidikan ruhani yang berimplikasi pada
perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, terdapat hubungan
yang erat antara ibadah yang telah Allah Swt. tetapkan dengan
implikasinya dalam kehidupan sosial. Paradigma kecedasan yang
lazim digunakan selama ini, yaitu IQ, EQ, SQ belum mampu
menjawab tujuan pendidikan secara komprehensip. Terutama
yang terkait dengan membangun dimensi iman, taqwa dan ahlak
mulia. Untuk itu perlu penerapan paradigma pendidikan ruhani
untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang hakiki yang
menjadi kekuatan membimbing paradigma kecerdasan IQ, EQ
dan SQ dalam membangun pendidikan holistic untuk pencapaian
tujuan Pendidikan.137
Pendidikan ruhani merupakan proses manusia memahami
ruh sebagai sumber kecerdasan yang tertinggi yang diberikan
langsung oleh Allah kepada setiap manusia yang dapat
137
Iskandar, I., Aletmi, A., & Sastradika, D. Pendidikan Holistik Berbasis
Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0. Tarbawi : Jurnal
Ilmu
Pendidikan,
15(2),
223–231.
https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i02.467
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 109
mempengaruhi kesadaran melalui nikmat atau rasa yang
terpancar dalam suara hati kebenaran yang merupakan sumber
dari kecerdasan hakiki yang menggerakan potensi kecerdasan
yang dimiliki oleh manusia yang mempengaruhi diri dalam
mengambil keputusan atau melakukan pilihan dalam berperilaku.
Merujuk pada pendapat Ushuluddin et al., (2021) , tentang
ruh yang ada dalam diri setiap manusia, sebagai
sumber
kecerdasan yang dijelaskan dalam konsep kecerdasan spiritual
Spiritual Quotient (SQ). Sebelum ini, belum menawarkan
pengetahuan penting yang mampu menjelaskan asal usul
kecerdasan kita. Ruh sebagai sumber kecerdasan spiritual dalam
perspektif Islam, Ruhani Quotient yang mengacu pada nash (kitab
suci), yang terutama diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur'an suci atau
tafsir ulama mengenai konsep ruh yang ditulis dalam berbagai
buku klasik. Informasi yang diperoleh dari berbagai referensi ini
kemudian dikategorikan ke dalam konsep yang relevan dan
disajikan secara deskriptif-interpretatif .
Dimensi ruhani dalam diri manusia adalah inti dari
anatomi spritual yang melakukan pendakian atau perjalanan
mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah Swt. Sebuah proses
transendensi berpindahnya jiwa menuju Allah Swt. Melalui salat
manusia bisa berdialog dan berkomunikasi dengan Allah Swt.
Salat adalah kontak langsung antara hamba dengan Allah Swt.
Siapa yang salat dengan khusyu’, maka tiada hijab antara dia
dengan Allah Swt. Salat yang khusyu’ menghadirkan komunikasi
110 | Psikologi Salat Khusyuk ....
bathin seperti saat dalam posisi sujud dengan menyadari diri
sebagai seorang hamba Allah, yang merasa tidak ada apa-apanya
dan merasa hina serta kecil di hadapan-Nya. Sehingga, sifat
sombong dan angkuh yang ada pada kita bisa tekan dan
sebaliknya bersifat tawadhu’ (rendah hati).138
Proses
transendensi
atau
relasi
vertikal
tersebut
meniscayakan ruh untuk patuh dan taat dalam menerima perintah
yang datang dari wujud yang disembahnya. Di sini, terjadi proses
pendidikan holistik yang dilakukan oleh ruh dalam nuansa
kerohanian yang menjadi cikal bakal kecerdasan ruh itu sendiri,
yaitu kecerdasan ruhiologi (RQ). Kecerdasan ruhiologi (RQ)
adalah kecerdasan yang berasal dari sisi dalam manusia yaitu
“ruh”. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan awal yang dimiliki
oleh manusia yang merupakan sumber dari ketiga kecerdsan IQ,
EQ, dan SQ.
Kecerdasan ruhiologi (RQ) adalah kecerdasan yang
berasal dari hubungan vertikal (manusia-ruh-Tuhan) melalui
pengetahuan agama yang bersifat nonfisik material. Hal ini tentu
berbeda dengan banyak kecerdasan lainnya seperti IQ, EQ, dan
SQ yang seringkali bebas nilai sehingga membuat manusia
138
Akmansyah, M. Tujuan Pendidikan Rohani Dalam Perspektif Pendidikan
Sufistik. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2016:
9(1),
91–108.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/article/view/851
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 111
kehilangan ketenangan dalam hidupnya (Iskandar et al., 2019; 139
Sebagai hamba Allah manusia dituntut untuk menjalankan hak
dan kewajiban untuk mengenal dan memahami asal usul
kejadiannya secara hakiki yang dapat meberi dana mengantar
kebermakanan diri untuk mencarai keridhaan Allah sehingga
hidupnya tidak sia-sia
Formulasi kecerdasan ruhiologi sebagai solusi bagi
pendidikan nasional di Indonesia. Dimensi kajian ruhiologi140
dari nilai ajaran agama Islam yaitu dimulai dari mengenal diri –
ibadah, dan puncaknya adalah perubahan tingkah laku atau watak
atau akhlak dengan cara melenyapkan penyakit hati. Akhlak
menurut pendapat Al-Jurjani adalah istilah sifat yang tertanam
kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung.
Berdasarkan pemikiran Absar Ahmad,
menyatakan
bahwa pemahaman yang keliru tentang esensi jiwa manusia akan
membawa petaka bagi manusia itu sendiri. Hal ini dikarenakan
dalam pandangan agama manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Sifat fitrah ini pada akhirnya menuntut manusia untuk
139
140
Baharuddin, E., & Ismail Abstrak, Z. Kecerdasan Ruhaniah Membentuk
Manusia Unggul Spiritual Intelligence Forming Wholesome Being.
Islamiyyat, 2015:37(2), 97–105. http://dx.doi.org/10.17576/islamiyyat2015-3702-01
Iskandar. Pendidikan Ruhani berbasi Kecerdasan Ruhiologi (Perspektif
Pencapaian Tujuan Pemndidikan Nasional). Jurnal Studi Keislam: elGhiroh:Sekolah Tinggi Agama Islam Bumi Silampai.2022: Vol 20 No. 21.
112 | Psikologi Salat Khusyuk ....
selalu berusaha mencari ketenangan. Tetapi sifat fitrah pada diri
manusia sering kali tertutup oleh kabut ide yang membuat spritual
manusia menjadi kering, gersang, gelisah, pada akhirnya manusia
akan mengalami krisis spritual.141
141
Iskandar, I., Aletmi, A., & Sastradika, D. Pendidikan Holistik Berbasis
Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0. Tarbawi : Jurnal
Ilmu
Pendidikan,
2019:
15(2),
223–231.
https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i02.467
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 113
C
DIMENSI KECERDASAN RUHIOLOGI
DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN
Tawaran pecapaian tujuan pendidikan nasional Indonesia untuk
menjadi manusia yang beriman, betakwa dan berakhlak mulia
seseorang harus melalui pendekatan kecerdasan ruhiologi. Secara
spesifik, sifat-sifat Nabi Muhammad Saw., yaitu Siddiq (jujur),
Amanah (Kepercayaan), Tabligh (menyebarkan iman) dan
Fatanah (kebijaksanaan), dapat menjadi landasan untuk memiliki
kecerdasan kecerdasan ruhiologi. Siddiq atau kejujuran berarti
sesuai dengan kata hati setiap manusia tetap berkata jujur pada
diri sendiri, jujur kepada orang lain dan jujur kepada Tuhan.
Indikator siddiq antara lain rasa tanggung jawab terhadap
Allah serta bekerja dan mencari kebenaran, baik pada tingkat
individu maupun tingkat sosial. Jangan berbohong; benar dalam
pikiran, perkataan, dan tindakan. Sebagaimana Allah telah
sebutkan dalam Al Qur'an "Jadilah bersama orang-orang yang
114 | Psikologi Salat Khusyuk ....
benar" (At-Taubah 9:119). Siddiq juga keyakinan bahwa
seseorang harus memenuhi kewajiban untuk mencapai tingkat
ketaqwaan seseorang disisi Allah dan menunjukkan ahlak mulia.
(An Najam : 11). Amanah; Amanah merupakan Ruh itu
kercayaan Allah, kenapa kepercayaan Allah karena apapun yang
dilakukan oleh manusia tergantung dengan Niat yang ada dalam
hati (ruh). rasa tanggung jawab, terhormat, sopan santun,
menunjukkan hasil yang optimal dan hormat kepada yang lain.
Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an, “Sesungguhnya, Allah
memerintahkan Anda untuk memberikan amanat kepada siapa
mereka harus dan ketika Anda memutuskan antara manusia untuk
menilai dengan adil. Sangat baik adalah apa yang Allah
perintahkan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
dan Melihat” (An-Nisa 4:58) Keyakinan bahwa sebagai seorang
pemimpin harus adil dan adil.
Menjadi Amanah adalah ketika Anda menilai di antara
orang-orang, menilai dengan adil. Amanah artinya benar-benar
bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya
orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku
kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya
bagimu.” [Al A’raaf 68] Tabligh meruapakan Ruh yang
menyapaikan Niat, Hasrat perbuatan kepada Allah kemampuan
berkomunikasi, akuntabel dan transparan, mampu menghadapi
tekanan dan kemampuan bekerjasama dan bekerja secara
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 115
harmonis. Dalam konteks saat ini, Tabligh bukanlah untuk
menyampaikan wahyu, tetapi untuk menyampaikan ajaran Islam
melalui Al-Qur'an dan Sunnah. Tugas menyampaikan wahyu,
diselesaikan dengan Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan
terakhir.
Sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. adalah tugas kita
untuk mengingatkan setiap umat Islam untuk mematuhi ajaran
dan praktik Islam. 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'As (ra dengan
mereka) melaporkan, Rasulullah Saw. telah berkata, "Sampaikan
dari saya bahkan satu ayat dari Quran " (Hadits Al-Bukhari)
Fatanah atau kebijaksanaan meliputi perbuatan yang berdasarkan
petunjuk Allah dan Rasul, meletakkan sesuatu sesuai dengan
tempatnya kecerdasan dalam sikap dan pengetahuan, disiplin,
sikap proaktif dan kemampuan untuk membuat keputusan
terbaik.
Allah
berfirman
dalam
Al-Qur'an,
“Allah
akan
meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (Al-Mujadalah 58:11) Umat Islam telah
diajarkan tata krama atau perilaku sosial tertentu dalam hidup.
Allah mengetahui kesulitan dan kesedihan yang harus kita
tanggung. Dan, ketika membuat keputusan, sadarilah bahwa
116 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Allah dan Rasul mengetahui dengan baik tentang seluruh
situasi.142
142
Zanariah Abdul Rahman & Ishak Md Shah. Measuring Islamic
Spritual Intelligence. Imternational Accounting and Business Cnference 2015,
IABC 2012. Procedia Economic and Finance 31 (2015) 134-139
Bab V. Pendidikan Ruhani dalam .... | 117
118 | Psikologi Salat Khusyuk ....
BAB VI
PENUTUP
A.Kesimpulan; dan
B. Rekomendasi.
119
A
KESIMPULAN
Untuk memperbaiki perilaku manusia modern di era revolusi
industri 4.0 dan revolusi sosial 5.0 diperlukan pendekatan khusus
secara psikologis melalui shalat khusyu’. Bagi kalangan elite
spritual shalat khusyu’ adalah sarana untuk membangun karakter
atau akhlak manusia melalui kecerdasan ruhiologi (RQ).
Kecerdasan ruhiologi (RQ) merupakan kecerdasan yang berasal
dari sisi dalam manusia yaitu “ruh”. Kecerdasan ini adalah
kecerdasan awal yang dimiliki oleh manusia yang merupakan
sumber dari ketiga kecerdsan IQ, EQ, dan SQ. Kecerdasan
ruhiologi (RQ) adalah sebuah kecerdasan yang berasal dari
hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu,
kecerdasan ini bukanlah kecerdasan yang bebas nilai seperti
kecerdasan-kecerdasan lainnya, tetapi kecerdasan yang berisi
nilai-nilai spritual-holistik berasal dari unsur-unsur keilahian.
Pentingnya
penerapan
pendidikan
ruhani
berbasis
transedental untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang
hakiki. Hal ini yang menjadi kekuatan membimbing paradigma
120 | Psikologi Salat Khusyuk ....
kecerdasan IQ, EQ dan SQ dalam membangun pendidikan
holistik untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan
ruhani
berbasis
Kecerdasan
Ruhiologi
(Ruhiology Quotient/RQ) merupakan sebagai pondasi untuk
menghadapi stres yang muncul di kalangan peserta didik dan
pendidik di dunia Pendidikan. Pendidikan ruh dengan berbasis
kepada kecerdasan ruh dapat menjadi salah satu solusi bagi para
peserta didik, pendidik, orang tua dan stakeholder pendidikan
untuk mengurangi dan menghilangkan stres yang mereka hadapi.
Pendekan Pendidikan ruhani berbasis Ruhiologi berbeda
dengan EQ, SQ, dan IQ yang menitik berat pada kekmapuan
kecerasan secara fisik, namun kecerdasan ruhiologi (RQ)
menitikberatkan kepada dimensi ruh, yang menjadi fitrah atau
dasar kemanusian. Pembersihan ruh yang ditandai dengan empat
sifat Siddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh (SAFT) dapat
menjadikan peserata didik dan pendidik serta orang tua dan
stakeholder pendidikan mampu mengatasi berbagai problema
kehidupan.
Bab VI. Penutup | 121
B
REKOMENDASI
Perlu formulasi upaya penemuan model atau pustulat baru untuk
menggali formulasi bagaimana pencapaian tujuan pendidikan
nasional berbasis transedental (Iman, taqwa, ahlak mulia).
Dengan pendekatan pendidikan ruhani berbasis kecerdasan
ruhiologi yang bersumber dari “Ruh”
yang memancarkan
kemampuan merasakan, yang mampu menggerakkan dan
memancarkan semua indra tubuh manusia. Yang mengaktifkan
otak untuk berpikir supaya menyuarakan kebenaran atau
kejujuran (Shiddiq) dengan menjalankan kepercayaan Allah
(Amanah), melalui menyampaikan hasrat kebenaran kepada
Allah
(Tabliqh),
dengan
diilhami
kecerdasan
dan
kebijaksananaan yang ditunjukkan dengan perbuatan jasmani dan
ruhani yang berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul.
Oleh karena itu, perlu menemukan model atau postulat
baru tentang kecerdasan yang hakiki yang dimiliki manusia yang
bersumber dari Tuhan yaitu RUH sebagai sumber pengerak dan
122 | Psikologi Salat Khusyuk ....
penuntun paradigam kecerdasan yang ada IQ, EQ dan SQ menuju
pencapain tujuan Pendidikan nasional Indonesia.
Barat memandang manusia sebagai tubuh, akal, atau otak.
Sedangkan Islam memandang manusia terdiri dari tubuh, akal
dan hati nurani (qalb). Pandangan Barat dan Islam secara
epistimologi juga menunjukan ketidaksamaan. Epistimologi
Barat hanya percaya pada panca indra (empirisme) dan akal
(rasionalisme), sedangkan konsep pendidikan Timur (Islam)
selain fisik, akal dan otak juga meyakini intuisi yang berakar pada
ruh.
Bab VI. Penutup | 123
124 | Psikologi Salat Khusyuk ....
DAFTAR PUSTAKA
A, I. (2018). The Dimensions of Behavior of Religious
Spirituality Study on Genealogy and Kerinci Jam’Iyyatul
Islamiyah Dynamics. International Journal of Advanced
Research,
6(1),
464–468.
https://doi.org/10.21474/ijar01/6243
Abdillah, Syamsuddin Abu, Fathul Qarib, Surabaya, Mutiara
Ilmu: 1995.
Abthahiy, Sayyid Hasan, Alam Arwah, Lentera Basritama,
Jakarta: 1996.
Agustian, A. G. (2001). ESQ/Emotional Spiritual Quotient: The
ESQ Way 165; 1 Ihsan, Rukun Iman, 5 Rukun Islam.
Akmansyah, M. (2016). Tujuan Pendidikan Rohani dalam
Perspektif Pendidikan Sufistik. Ijtimaiyya: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam, 9(1), 91–108.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/artic
le/view/851
Al-Ashfahani, Ar-Raghib, Al-Mufradat fi Gharibi Al-Qur’an, AlMaktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
Al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Syarah Bulughul
Maram, Jakarta, Pustaka Azzam: 2006.
Aletmi, Pemikiran Tasawuf Ibnu Arabi dan Pengaruhnya
Terhadap Penafsiran Sufistik Huruf-Huruf Muqatha’ah
dalam Al-Qur’an, Jakarta, Institut PTIQ Jakarta: 2015.
125
Al-Hujwiri, Ali bin Utsman, Kasyful Mahjub, Bandung,
Mizan:1993.
Al-Husaini, Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad, Kifayatul
Akhyar, Semarang, Ridha: 1988.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Hakikat Ruh, Jakarta, Qisthi Press:
2015.
Al-Jazari, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahibi AlArba’ah, Kairo, Daru Ibnu Al-Jauzi: 2014.
Al-Ju’fi, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al-Mughirah, Shahih Bukhari, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014.
Al-Malibari, Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu’in, Bandung,
Husaini: 2003.
Alyona, B., Tursun, G., Akmaral, M., & Saira, S. (2016). Spiritual
Understanding of Human Rights in Muslim Culture (The
Problem of “Ruh” – “Spirit”). Procedia - Social and
Behavioral
Sciences,
217,
712–718.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.02.131
Aminrazavi, M. (2016). A discourse on the soul in later Islamic
Philosophy. Synthesis Philosophica, 62(2), 371–383.
https://doi.org/10.21464/sp31211
Arabi, Ibnu, Al-Futuhatu Al-Makiyyah: Revolusi Sahalat Ibnu
Arabi, Bandung, Pustaka Hidayah: 2010.
Ar-Razi, Fakhruddin, Tafsir Mafatihul Ghaib, Al-Maktabah AsSyamilah versi 3,61-2014.
126 | Psikologi Salat Khusyuk ....
As-Sadlani, Shalih bin Ghanim, Risalah fi Al-Fiqhi Al-Maisir,
Al-Maktabah As-Syamilah versi 3,61-2014.
As-Sayis, M. Ali, Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqih,
Jakarta, Bulan Bintang: 1996.
As-Suyuthi, Jalaluddin, Tafsir Jalalain, Beirut, Darul Ma’rifah:
2000.
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Al-Maktabah
As-Syamilah versi 3,61-2014.
____________, Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari’ah, dan Manhaj,
Beirut, Darul Fikri Mua’ashirah: 2014.
Badawi, A. (2008). Konsep SQ sebagai arah baru Pengembangan
Pendidikan Islam. 53(9).
Baharuddin, E. Bin, & Ismail, Z. B. (2015). 7 Domains of
Spiritual Intelligence from Islamic Perspective. Procedia Social and Behavioral Sciences, 211(December), 568–
577. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.075
Baharuddin, E., & Ismail Abstrak, Z. (2015). Kecerdasan
Ruhaniah Membentuk Manusia Unggul Spiritual
Intelligence Forming Wholesome Being. Islamiyyat,
37(2), 97–105. http://dx.doi.org/10.17576/islamiyyat2015-3702-01
Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam;
Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta, Pustaka Pelajar:
1995.
Connolly, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta,
LkiS: 2011.
Daftar Pustaka | 127
Creswell, J. W., & Clark, V. L. P. (2018). Praise for the Third
Edition.
Dalkiliç, M. (2005). Is Ruh (Spirit) A Problem of the Invisible
World? Viewpoints of the Islamic Sects on Ruh (Spirit).
EKEV AKADEMİ DERCİSİ, 24, 1–8.
Dimyati, K., Nashir, H., Elviandri, E., Absori, A., Wardiono, K.,
& Budiono, A. (2021). Indonesia as a legal welfare state:
A prophetic-transcendental basis. Heliyon, 7(8), e07865.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07865
Effendi, N. (2016). Pemahaman dan Pembentukan Karakter
Masyarakat: Realitas dan Pandangan Antropologi.
Tingkap, 11(2), 175–185. http://nasional.sindonews.com/
El Fikri, Syahruddin, Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal Usul,
Memantapkan Penghambaan, Jakarta, Republika: 2014.
Gebre, E., Saroyan, A., & Aulls, M. W. (2015). Conceptions of
Effective Teaching and Perceived Use of Computer
Technologies in Active Learning Classrooms.
International Journal of Teaching and Learning in Higher
Education, 27(2), 204–220.
George, D., & Mallery, P. (2003). SPSS for Windows step by
step: A simple guide and reference. 11.0 update.
Goleman, D. (2004). Emotional Intelligence, Kecerdasan
Emosional Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Haekal, Husain, Hayatu Muhammad, Jakarta, Pustaka Litera
AntarNusa: 2003.
128 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Hakamah, Z. (2015). Ruh dalam Perspektif al-Qur’an dan Sains
Moderen.
Universum,
9(2),
243–253.
https://doi.org/10.30762/universum.v9i2.90
Hakiki, Kiki Muhamad, dkk, Insan Kamil dalam Perspektif Abd
Al-Karim Al-Jilli dan Pemaknaannya dalam Konteks
Kekinian, dalam Jurnal Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama
dan Sosial Budaya Vol. 3, 2 Tahun. 2018.
Hamali, Syaiful, Eksistensi Psikologi Agama dalam
Pengembangan Masyarakat Islam, dalam Jurnal TAPIs
Vol.8 No.1 Januari-Juni 2012.
___________, Psikologi Agama :Terapi Agama Terhadap
Problematika Psikis Manusia, dalam Jurnal AlAdYaN/Vol.IX, N0.2/Juli-Desember/2014.
Hanafi, M. Muhammad, dkk, Spritualitas dan Akhlak, Jakarta,
LPMA: 2010.
Hawari, Dadang, Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, Dana Bhakti Prima Yasa, Jakarta: 1997.
Hernawan, W. (2017). Posisi Ruh dalam Realitas Menurut Ibnu
Qayim Aljauziyah. Syifa Al-Qulub, 1(2), 74–87.
https://doi.org/10.15575/saq.v1i2.1433
Hitti, Philip K. , History of The Arabs, Jakarta, Serambi: 2005.
http://kerincigoogle.blogspot.com/2016/08/mengenal-substansidiri-shalat-nabi_17.html (accessed on 24 Desember 2020)
https://media.neliti.com/media/publications
https://www.academia.edu/19653936/Ringkasan_Sejarah_Psikol
ogi
Daftar Pustaka | 129
Iskandar, Aletmi, M. T. (2022). Ruhiology Quotient ( RQ ) a Bid
Concept of National Education Faces the Industrial
Revolution Era 4 . 0. https://doi.org/10.4108/eai.20-102021.2316359
Iskandar, Askar Jaya, Rini Warti, & Z. (2022). Statistik
Pendidikan (Issue 1). PT. Nasya Expanding Management,
pp. 268-274.
Iskandar, I., Aletmi, A., & Sastradika, D. (2019). Pendidikan
Holistik Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi
Industri 4.0. Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(2),
223–231. https://doi.org/10.32939/tarbawi.v15i02.467
Iskandar, Nehru, & Cicyn Riantoni. (2021). Metode Penelitian
Campuran. PT. Nasya Expanding Management.
https://books.google.co.id/books?id=nkQjEAAAQBAJ&
lpg=PA37&ots=ScSzCEuTsc&dq=metode
penelitian
campuran dengan model triangulasi bersamaan
.PDF&lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false
Iskandar, Rohaty Mohd. Majzub, & Zuria Mahmud. (2009).
Kecerdasan Emosi dan Komitmen Pekerjaan dalam
Kalangan Pensyarah Universiti di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Malaysia, 34(1), 173–186.
Iskandar. (2021). Kecerdasan Ruhiologi dalam Dimensi Perilaku
Spritual Keberagamaan (Studi terhadap Geneologi dan
Kontinuitas Eksistensi Jami’yyatul Islamiah Kerinci), pp.
22-56.
Iskandar. 2022. Pendidikan Ruhani berbasi Kecerdasan
Ruhiologi (Perspektif Pencapaian Tujuan Pemndidikan
Nasional). Jurnal Studi Keislam: el-Ghiroh:Sekolah
Tinggi Agama Islam Bumi Silampai. Vol 20 No. 21.
130 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Istianah, Shalat Sebagai Perjalanan Ruhani Menuju Allah, dalam
Jurnal Esoterik, Vol. 1, No. 1, Juni 2015.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, Rajagrafindo Persada:
2010.
JI, S. (1979). The understanding of Nafs dan Ruh in contemporary
Muslim consideration of the nature of sleep and death.
Muslim Wor 49 (3): 151-162. 9(3), 151–162.
Kamal, Abu Malik, Fiqh Sunnah Lin Nisa’, Depok, Pustaka
Khazanah Fawa’id: 2017.
Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Abdullah Bin Abdul Aziz ali
Su’ud, Al-Qur’an dan Terjemahan, Makkah AlMukarramah: [t.th.].
Khamdan, M. (2014). Jihad akademik kalangan Perguruan Tinggi
islam melawan korupsi (Pemaknaan akademisi atas
kerancuan Fiqih dan Budaya terhadap korupsi). In Jurnal
Penelitian (Vol. 8, Issue 2).
Köylü, M. (2004). Peace education: an Islamic approach. Journal
of
Peace
Education,
1(1),
59–76.
https://doi.org/10.1080/1740020032000178302
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi,
Bandung, Mizan: 1999.
Lally, Martha, dkk, Introduction to Psychology, French, The
College of Lake County Foundation: 2014.
Lubis, Junaidi, Islam Dinamis:Model Ijtihad Al-Khulafa’ AlRasyidun dalam Konteks Perubahan Masyarakat, Jakarta,
Dian Rakyat: 2010.
Daftar Pustaka | 131
Mahmud, Akilah, Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi, dalam
Jurnal Sulesana Volume 9 Nomor 2 Tahun 2014.
Maxwell, N. (2000). The Body-Body Problem and Explanatory
Dualism
(pp.
49–71).
Philoshopy.
https://www.mendeley.com/catalogue/5e3b342e-ac633238-803f9fe4fd5c51b6/?utm_source=desktop&utm_medium=1.1
9.8&utm_campaign=open_catalog&userDocumentId=%
7B1ec74fec-0deb-45e6-9645-b7505d94ee40%7D
Misbach, Ifa Hanifah, “Antara IQ, EQ, dan SQ”, dalam laman
situs
internet
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI
Munawir, Relasi Psikologi dan Agama, dalam Jurnal Komunika,
Vol. 9, No. 1, Januari - Juni 2015.
Muslim, Imam, Shahih Muslim, Al-Maktabah As-Syamilah versi
3,61-2014.
Najati, Muhammad Utsman, Psikologi dalam Al-Qur’an: Terapi
Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
Bandung, Pustaka Setia: 2005.
Nasution, Faruq, Thibburruhany atau Faith-Healing; Psikologi
Iman dalam Kesehatan Jiwa dan Badan, Eldine ed,
Jakarta: 2001.
Nilyati, “Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern, dalam
Jurnal Tajdid Vol. XIV, No. 1, Januari-Juni, Tahun. 2015.
Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Harmonisasi AL-Ruh, AnNafs, dan AL-Hawa dalam psikologi Islam. 3(1), 170–
181.
132 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Noor, T. (2018). Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20
Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 2(1),
123–144.
Prasetyo, Hoedi, dkk, “Industri 4.0: Telaah klasifikasi Aspek dan
Arah Perkembangan Riset,” dalam Jurnal J@ti Undip:
Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018.
Rahardjo, Mudjia , dalam laman https://www.uin-malang.ac.id
Rahman, Z. A., & Shah, I. M. (2015). Measuring Islamic Spiritual
Intelligence. Procedia Economics and Finance, 31(15),
134–139. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)011405
Rifa’i, Moh. , Fiqih Islam, Semarang, Karya Toha Putra:[t.t].
Rodiah, Insan Kamil dalam Pemikiran Muhammad Nafis AlBanjari dan Abdush-Shamad Al-Falimbânî dalam Kitab
Ad-Durr An-Nafis dan Siyar As-Sâlikîn (Sebuah Studi
Perbandingan), dalam Jurnal Studia Insania, April 2015
Vol. Vol. 3, No. 2.
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Al-Maktabah As-Syamilah versi
3,61-2014.
Sagala, R., Rismayani, Azis, T. N., Nugroho, A. A., Putra, R. W.
Y., Putra, F. G., Syazali, M., Puspita, A. E. F. P., Supardi,
U., & Pd, D. M. (2019). Pendidikan Spiritual Keagamaan
(dalam Teori dan Praktik). Annual Conference on Islamic
Education and Social Sains (ACIEDSS 2019), 1(2), 91.
explainer video, efektif, hasil belajar IPS, media
pembelajaran
Daftar Pustaka | 133
Sakir, M. (2016). Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan
Kemasyarakatan,
12(1),
103.
https://doi.org/10.21154/cendekia.v12i1.370
Salim, Hadiyah, Proses Kehidupan Manusia dari Alam Ke Alam,
Sinar Baru, Bandung: [t.t].
Setiawan, W., Tajab, M., & Chaer, M. (2019). Ruh, Soul, Heart,
Mind, and Body in the Perspective of Islamic Educational
Psychology. January. https://doi.org/10.4108/eai.8-122018.2283959
Shaari, S., & Matore, M. E. E. M. (2019). Emphasizing the
Concept of Spiritual Intelligence from Islamic and
Western Perspectives on Multiple Intelligence. Creative
Education,
10(12),
2815–2830.
https://doi.org/10.4236/ce.2019.1012208
Shahrokhi, A., Elikaei, N., Yekefallah, L., & Barikani, A. (2018).
Relationship between spritual intellegence and perceived
stress among critical care nurse. 22(3), 40–49.
Shihab, M. Quraish, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah
Kehidupan, Bandung, Mizan: 2008.
___________, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika
Kehidupan Masyarakat, Jakarta, Lentera Hati: 2006.
___________, Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama AlQur’an, Bandung, Mizan: 2007.
Shihadeh, A. (2016). The Canundrum of His Body-Soul Dualism.
In
Al
Ghazali
and
Kalm.
https://doi.org/10.1163/9789004307490
134 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Siaran Pers No. 17/PIH/KOMINFO/2/2014, berjudul “Riset
Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan
Remaja dalam Menggunakan Internet,” dalam
https://kominfo.go.id
Siregar, Rivay, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme,
Jakarta, Rajagrafindo Persada:1999.
Skinner, R. (2019). Traditions, Paradigms and Basic Concepts in
Islamic Psychology. Journal of Religion and Health,
58(4), 1087–1094. https://doi.org/10.1007/s10943-0180595-1
Sri Austi A. Samad. (2015). Pendidikan Barat dan Islam.
Fenomena, 7(2), 215–228.
Subandi, Psikologi Agama: Sebuah Tinjauan Historis, dalam
Buletin Psikologi Tahun. 1994, No. 1.
Subhi, Muhammad, Wawasan Al-Qur’an Tentang Manusia:
Antropologi–Profetik), Jurnal Al-Burhan Institut PTIQ
Jakarta: 2016,Vol.6, No.2 November
Sugiarto.
(2019).
pendidikan-holistik-mengombinasikankecerdasan-dan-multiple-intelligence.
Www.Suaramerdeka.Com.
Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, Jakarta, Bumi Aksara: 2009.
Suprayogo, I. (2018). Pentingnya membangun
Kecerdasan Ruhiologi dalam Pendidikan.
Konsep
Sutarman, S., Tjahjono, H. K., & Hamami, T. (2017). The
Implementation
of
Holistic
Education
in
Daftar Pustaka | 135
Muhammadiyah’s Madrasah Indonesia. Dinamika Ilmu,
17(2), 191–203. https://doi.org/10.21093/di.v17i2.856
Suwardi, Muhammad, The Mystery of Human Organ, Jakarta,
Ufuk Press: 2010.
Syamsuddin, Muhammad, Manusia dalam Pandangan KH.A.
Azha Basyir, MA, Titian Ilahi Press, Yogyakarta: 1997.
Tasmara, T. (2001). Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental
Intelligence) Membentuk Kepribadian yang bertanggung
jawab, Proffesional dan Berakhlak. In Gema Insani Press.
Gema Insani Press.
Thabathaba’i, Muhammad Husain, Mazhab Kelima: Sejarah,
Ajaran, dan Perkembangannya, Nur Al-Huda, Jakarta:
2013.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, KBBI, Jakarta, Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: 2008.
Tim Tafsir Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya,
Departeman Agama RI, Jakarta: 2008.
Ushuluddin, A., Madjid, A., Masruri, S., & Affan, M. (2021).
Shifting paradigm: From Intellectual Quotient, Emotional
Quotient, and Spiritual Quotient toward Ruhani Quotient
in ruhiology perspectives. Indonesian Journal of Islam and
Muslim
Societies,
11(1),
139–162.
https://doi.org/10.18326/IJIMS.V11I1.139-162
Ushuluddin, Achmad; Majid, Abd; Masruri, Siswanto;
Syahputra, Iswadi. (2021). Understanding Ruh as Source
of Human Intelligence in Islam. The Internasional Journal
of Religion and Spr\ituality in Society, 11(2).
136 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Ushuluddin, Achmad; Majid, Abd; Masruri, Siswanto;
Syahputra, Iswadi. (2021). Understanding Ruh as Source
of Human Intelligence in Islam. The Internasional Journal
of Religion and Spr\ituality in Society, 11(2).
Wahab, M. A., & Karia, N. (2020). Spiritual Intelligence In Islam
– A Framework For Total Excellence. 958–967.
https://doi.org/10.15405/epsbs.2020.10.88
Yahya, Harun, Stres dan Depresi: Akibat Tidak Menjalankan
Agama, dalam ebook www.harunyahya.com/indo
Yusuf, A. (2016). Mengenal Substansi Diri, Shalat, Nabi
Muhammad dan Tuhan. Available online:
Zohar, Danah, and I. M. (2001). SQ: Connecting with Our
Spritual Intelligence. Bloomsbury.
Daftar Pustaka | 137
138 | Psikologi Salat Khusyuk ....
PROFIL PENULIS
Iskandar, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H.,
Ph.D., Lahir di Ujung Pasir pada tanggal
24 Desember 1975. Saat ini penulis
tinggal di Mendalo Darat Jambi. Bidang
Keahlian yang digeluti oleh penulis
adalah Psikologi Pendidikan. Jabatan
penulis saat ini adalah Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
STS Jambi.
Adapun riwayat pendidikan penulis adalah sebagai
berikut: SDN Ujung Pasir Kerinci pada tahun 1980 s/d 1987;
SMPN Tanjung Tanah Kerinci pada tahun 1987 s/d 1990; MAN
Sebukar Kerinci Program Studi Agama pada tahun 1990 s/d 1993;
S1 di IAIN STS Jambi pada tahun 1994 s/d 1998 (Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab); S2 di UN Padang pada tahun 2003 s/d
2005 (Program Studi Administrasi Pendidikan); S3 UK Malaysia
pada tahun 2005 s/d 2009 (Program Studi Psikologi Pendidikan);
S2 STIKOM-DB Jambi pada tahun 2015 s/d 2017 (Program Studi
Manajemen Sistem Informasi); S2 UNBARI Jambi pada tahun
2018 s/d sekarang (Program Studi Ilmu Hukum); dan S3 UK
Malaysia pada tahun 2005 s/d 2009 (Program Studi Psikologi
Pendidikan).
139
Pengalaman pekerjaan penulis adalah sebagai berikut:
Dosen Yayasan FKIP UNBARI tahun 2008 s/d 2010; Dosen
Yayasan STKIP & STIT AD Jambi tahun 2008 s/d 2010; Dosen
IAIN/UIN STS Jambi tahun 2009 s/d sekarang; Staf Ahli Komisi
IV DPRD Provinsi Jambi tahun 2009 s/d 2010; Staf Ahli Rektor
IAIN STS Jambi tahun 2009 s/d 2011; Sekretaris Lembaga
Pengembangan IAIN STS Jambi tahun 2011 s/d 2012; Ketua
Lembaga Penjaminan Mutu IAIN/UIN STS Jambi tahun 2012 s/d
2018; Kepala Satuan Pengawasan Internal UIN STS Jambi tahun
2018 s/d 2019; dan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN STS
Jambi tahun 2020 s/d 2023.
Karya Ilmiah (buku referensi) penulis antara lain sebagai
berikut: Statistik Pendidikan Manual & Rprogram; Statitstik
Pendidikan Manual & SPSS; Psikologi Sholat; Psikologi
Pendidikan Menghadapi Pembelajaran Abad 21; Mixed Method
Research; Metodologi Penelitian Kualitatif; Desain Pembelajaran
berbasis TIK; Orientasi Baru Supervisi Pendidikan; Penelitian
Tindakan Kelas;
Psikologi
Pendidikan;
dan
Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Selain karya ilmiah (buku referensi) penulis juga memiliki
beberapa Karya Penelitian, Pemakalah Seminar Nasional atau
Internasional; dan Publikasi Artikel atau Jurnal.
140 | Psikologi Salat Khusyuk ....
Dr. Aletmi, MA., kelahiran Kerinci
yang telah menyelesaikan Program
Doktor Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir pada
Program Pascasarjana PTIQ Jakarta
tahun 2019. Adapaun beberapa tulisan
ilmiah yang sudah beliau terbitkan,
sebagai berikut: Seksualitas Kaum Sodom dalam Perspektif AlQur’an (Analisis Kisah Kaum Luth As. Berbasis Tafsir Ilmi)
(Diserasi Ilmu Qur’an dan Tafsir, 2019; Pendidikan Holistik
Berbasis Kecerdasan Ruhiologi di Era Revolusi Industri 4.0,
Jurnal IAIN Kerinci, 2019; dan Seksualitas Kaum Sodom dalam
Perspektif Al-Qur an (Revitalisasi Homoseksual dalam Kisah
Kaum Luth As. Berbasis Tafsir Ilmi); Jurnal Islamika: Jurnal
Ilmu-Ilmu KeIslaman, 2019.
Profil Penulis | 141