ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA
MEDIA SOSIAL
Giusephina A. Berek 1
Vina Zeanty 2
Farida Fauziah 3
Pipit Sandra 4
1,2,3,4,
Mahasiswa Program Studi Akuntansi dan Keuangan Perbankan,
FakultasVokasi, Universitas Sangga Buana
e-mail:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia yang
terdapat di media sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan teknik analisa konten. Data diambil dari berbagai media sosial
populer di Indonesia, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram dengan fokus pada
komentar, status, dan postingan pengguna. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat beberapa jenis kesalahan berbahasa yang sering terjadi, termasuk
kesalahan ejaan, tata bahasa, ddan penggunaan kata yang tidak tepat. Faktorfaktor yang mempengaruhi kesalahan ini meliputi kekurangannya pemehaman
pengguna tentang kaidah bahasa Indonesia yang benar, pengaruh bahasa gaul dan
asing, serta keterbatasan media sosial dalam mengekspresikan ide secara lengkap
dan jelas. Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesadaran berbahasa yang baik dan benar di kalangan penggina media sosial serta
menjadi dasar untuk pengembangan program pembelajaran bahasa Indonesia
yang lebih effektif.
Key Words: Kesalahan Berbahasa, Media Sosial, Bahasa Indonesia, Analisis
Konten, Kualitas Bahasa.
A. PENDAHULUAN
Bahasa dalah alat komunikasi yang fundamental dan esensial bag kehidupan
manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia menggunakan bahasa untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan informasi. Bahasa tidak hanya berfungsi
sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai insentisitas berbudaya dan sosial suatu
kelompok masyarakat. Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi paltform
utama bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Media sosial seperti
Facebook, Instagram, Twiter, dan lainnya memungkinkan pengguna untuk berbagi
informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan mengekspresikan diri mereka secara
bebas.
Namun, kemudahan akses dan kebebasan berekspresi yang ditawarkan oleh
media sosial juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal penggunaan
bahasa. Media sosial telah menjadi wadah di mana berbagai bentuk bahasa, baik
formal maupun informal, saling bercampur. Penggunaan bahasa di media sosial
sering kali tidak mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku dalam bahasa baku.
Fenomena kualitas kommunikasi dan pemahaman antar penggunaan.
Menurut (Saussure, 1916) bahasa adalah sistem tanda yang mengungkapkan
gagasan. Bahasa terdiri dari tanda-tanda dan diatur oleh konvensi sosial yang
mengikat anggota suatu komunitas bahasa. (Keraf, 1997), menyatakan bahwa
bahasa adalah alat komunitas antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencerminkan cara berpikir dan
pandangan hidup suatu masyarakat.
B. LANDASAN TEORI
Salah satu tanda kemampuan bahasa yang baik adalah sedikitnya kesalahan
penggunaan bahasa oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arifin &
Hadi, 2001) yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar
diuraikan dengan lengkap dengan norma dan aturan sosial yang berlaku. Pada
kondisi saat ini, kesalahan bahasa Indonesia dapat ditemukan, baik dalam tulisan
ilmiah maupun wacana lainnya berada di ruang publik. Kesalahan penggunaan
bahasa dapat kita temukan di ruang publik, seperti dalam brosur, baliho dan
sejenisnya.
Kesalahan berbahasa merupakan fakta yang melekat dalam setiap
penggunaan bahasa termasuk bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan.
Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh faktor pemahaman, bakat atau
kompetensi. Jika masyarakat tidak memahami sistem dari bahasa yang dipelajari,
maka akan sering dilakukan kesalahan saat menggunakan bahasa ini. Kesalahan ini
sering berulang secara konsisten dan sistematis. Dalam hal ini, kesalahan berbahasa
adalah
penyimpangan
yang
terjadi
secara
sistematis,
konsisten,
dan
mendeskripsikan kemampuan berbahasa penggunanya. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat yang menyatakan kesalahan berbahasa merupakan kesalahan yang terjadi
secara tidak sengaja. Kesalahan tersebut tidak dapat diperbaiki oleh pelaku
kesalahan berbahasa karena penyebab kesalahannya adalah ketidaktahuan
pengguna (James, 2013). Batasan tersebut menunjukkan kesalahan berbahasa
berelasi dengan pemahaman atau kompetensi berbahasa seseorang.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Corder
(1974) menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa yakni (1)
Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Corder (1974) menjelaskan: Lapses adalah
kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum
seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan,
jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa
tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat
ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya; selanjutnya adalah Error yang
merupakan kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan
Bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki
aturan (kaidah) tata Bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain; yang terakhir
adalah Mistake yakni kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk situasi tertentu. Ketiga hal tersebut dapat kita temukan
dalam tataran ejaan maupun kalimat. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas
kesalahan penggunaan bahasa indonesia yang terjadi di ruang publik dengan
mempergunakan teori yang telah disebutkan sebelumnya.
Bahasa merupakan sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan
makna. Menurut (Kridalaksana, 2008), bahasa adalah alat komunikasi berupa
sistem lambang bunyi yang arbitrer. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki
aturan dan kaidah yang harus diikuti agar pesan yang disampaikan dapat dipahami
dengan benar oleh penerima pesan. Kesalahan berbahassa adalah penggunaan
bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah atau aturan yang berlaku. Dalam konteks
ini, kesalahan berbahasa mencakup aspek fonologi, morfologi, sintaksi dan sematik
(Keraf, 1997).
1. Fonologi: Cabang linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa dan
aturan-aturan tentang bagian bunyi-bunyi diorganisir dan digunakan
dalam suatu bahasa (Hyman, 1975). Kesalahn fonologi meliputi
kesalahan dalam pengucapan dan penulisan fonem.
2. Morfologi: Cabang linguistik yang mempelajari struktur kata dan
bagaimana kata-kata tersebut dibentuk (Aronoff & Fudeman, 2005).
Kesalahan morfologi termasuk penghilangan atau pembahasan morfen
yang tidak tepat.
3. Sintraksi: Cabang llinguistik yang mempelajari struktur kalimat dan
bagaimana kata-kata diatur untuk membentuk kalimat (Radford, 2009).
Kesalahan sintaksi meliputi kesalahan dalam penyusunan kalimat.
4. Sematik: Cabang linguistik yang memperaljari makna kata-kata dan
kalimat serta bagaimana makna tersebut disampaikan (Lyons, 1977).
Kesalahan sematik terjadi ketika makna kata atau kalimat tidak sesuai
dengan konteksnya.
Menurut teori linguistik oleh (Chomsky, 1957), setiap penuturan asli
memiliki kompetensi linguistik, yaitu pengetahuan intuitif tentang sistem
bahasa yang memungkinkan mereka menghasilkan dan memahami kalimat
yang benar dalam bahasa tersebut. Namun, dalam konteks media sosial,
faktor-faktor eksternal seperti keterbatasan karakter, kebiasaan informal,
dan pengaruh bahasa asing dapat menggunakan kompetensi linguistik ini,
sehingga menyebabkab kesalahan berbahasa.
(Kaplan dan Haelein , 2010) mendefenisikan media sosial sebagai
kelompok aplikasi berbasis internet yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran konten oleh pengguna. Media sosial menawarkan paltfrom yang
dinamis dan interaktif di mana pengguna dapat berbagi informasi,
berpartisipasi dalam diskusi, dan membangun jaringan sosial. Di Indonesia,
penggunaan media sosial sangat luas danmencakup berbagai kalangan
masyarakat. Data dari (Hootsuite, 2023) menunjukan bahwa lebih dari 170
juta orang Indonesia aktif menggunakan media sosial. Angka ini
mencerminkan betapa besar pengaruh media sosial dalam kehidupan seharihari masyarakat indonesia.
Penggunaan media sosial yang masif juga membawa konsekuensi
terhadap kualitas bahasa yang digunakan. (Crystal, 2006) mencatat bahwa
bahasa yang digunakan di internet, termasuk media sosial, cenderung lebih
informal dan tidak baku dibandingkan dengan bahasa yang digunakan
dalam komunikasi formal. Kesalahan berbahasa di media sosial dapat
mencakup berbagai aspek, mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, hingga
semantik. (Tagliamonte dan Denis , 2008) menambahkan bahwa bahasa
yang digunakan dalam pesan instan dan media sosial seringkali
mencerminkan kebiasaan berbahasa remaja yang lebih cenderung informal
dan non-standar.
Beberapa faktor penyebab kesalahan berbahasa di media sosial
antara lain:
1. Keterbatasan Ruang dan Waktu: Banyak paltform media sosial
membatasi jumlah karakter dalam suatu postingan, sehingga
penggun cenderung menggunakan singkatan (Crystal, 2006).
2. Pengaruh Bahasa Gaul: Bahasa gaul atau slag yang berkembang
di kalangan pengguna media sosial sering kali tidak sesuai
dengan kaidah bahasa yang benar. Bahasa gaul biasanya lebih
informal dan menggunakan kata-kata yang disingkat atau diubah
bentuknya (Eble, 1996).
3. Kurangnya Pemahaman Terhadap Kaidah Bahasa: Banyak
pengguna media sosial yang tidak memiliki penahaman yang
baik tentang kaidah bahasa Indonesia yang benar, sehingga
mereka sering melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa
(Keraf, 1997).
4. Pengaruh Bahasa Asing: Penggunaan bahasa asing atau
campuran bahasa dalam satu kalimat juga sering menyebankan
kesalahan berbahasa. Banyak pengguna bahasa media sosial
yang menggunakan kata-kata atau frasa dari bahasa asing tanpa
memahami
makna
atau
penggunaannya
yang
tepat
(Androutsopoulos, 2011).
Kesalahan berbahasa di media sosial tidak hanya mempengaruhi
pemahaman antar pengguna, tetapi juga dapat berdampak pada
perkembangan dari pelestarian bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang
tidak baku dan kesalahan yang berulang dapat mengakibatkan penurunan
standar bahasa dan mengaburkan aturan-aturan atat bahasa yang benar
(Purwo, 1991).
C. METODE
Metode yang dipergunakan dalam penelitiian ini adalah metode
kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah unsur-unsur kebahasaan yang
memuat kesalahan berbahasa Indonesia. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berbagai kesalahan berbahasa Indonesia yang muncul
di ruang publik. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik reduksi data yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman (2014) yang menyatakan bahwa aktivitas analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai
tuntas atau sampai data sudah jenuh. Aktivitas analisis data tersebut terdiri
atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
mengenalisis kesalahan berbahasa indonesia yang terjadi dimedia sosial.
Berikut rincian metode penelitian yang digunakan:
1. Desain Penelitian
Penelitian
inidirancang
sebagai
studi
kasus
untuk
mendokumentasikan dan menganalisis kesalahan berbahasa
yang terdapat dalam postingan media sosial. Pendekatan ini
memungkinkan penelitian untuk memahami fenomena secara
mendalam dan konteksual.
2. Populasi dan Sampel
-
Populasi: Semua postingan berbahasa Indonesia di media
sosial
-
Sampel: penelitian ini mengambil sebanyak 8 postingan dari
3 platform media sosial utama di Indonesia, yaitu Facebook,
Instagram, dan Twitter. Postingan tersebut dipilih secara
acak untuk mendapatkan representasi yang baik dari
populasi.
3. Data dikupulkan melalui metode berikut:
-
Pengambilan
Data
Langsung:
Menggunakan
teknik
scraping, data postingan ini di ambil langsung dari platform
media sosial yang telah di tentukan. Postingan yang di ambil
adalah yang memiliki teks berbahasa Indonesia.
-
Seleksi Data: Data yang terkumpul diseleksi untuk
memastikan bahwa hanya postingan yang relevan dan
memenuhi kriteria inklusi yang dianalisis. Kriteria inklusi
meliputi: (1) Postingan harus berbahasa Indonesisa, (2)
Postingan harus berasal dari akun aktif, dan (3) Postngan
tidak mengandung konten yang menyinggung atau tidak etis.
4. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode
analisis konten kuallitatif dengan langkah-langkah berikut:
-
Identifikasi
Kesalahan
Berbahasa:
setiap
postingan
dianalisis untuk mengidentifikasi jenis kesalahan berbahasa
yang terjadi, baik dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis,
maupun semantik.
-
Kategorisasi Kesalahan: kesalahan yang di temukan di
kategori berdasarkan jenisnya. Kategorisasi ini mengacu
pada teori linguistik yang telah dijelaskan dalam landasan
teori.
-
Analisis Faktor Penyebab: Setelah kesalahan diidentifikasi
dan dikategorikan, analisis dilakukan untuk menentukan
faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan tersebuta.
Analisis ini dilakukan dengan melihat konteks penggunaan
bahasa dalam postingan dan mengidentifikasi pola yang
muncul.
-
Validasi
Temuan:
Temuan
awal
divalidasi
dengan
melibatkan pakar bahasa untuk memastikan bahwa
identifikasi dan kategorisasi kesalahan berbahasa dilakukan
secara akurat.
5. Instumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri
sebagai instrumen kualitatif yang melakukan pengumpulan dan
analisis data. Selain itu, digunakan juga perangkat lunak untuk
scraping data dan aplikasi analisis teks untuk membantu dalam
proses identifikasi dan katagorisasi kesalahan berbahasa.
6. Validitas dan Rehabilitas
Untuk memastikan validitas dan rehabilitas penelitian, langkahlangkah berikut di ambil:
-
Triangulasi Data: Menggunakan data dari berbagai paltform
media
sosial
untuk
mendapatkan
gambaran
yang
komprehensif tentang kesalahan berbahasa.
-
Peer Review: Melibatkan rekan sejawat dalam proses
analisis data untuk memberikan masukan dan memastikan
bahwa analisis dilakukan secara objektif.
-
Audit Trail: Mencatat semua langkah dab kepputusan yang
diambil selama penelitian untuk memastikan transparansi
dan memungkinkan verifikasi oleh peneliti lain.
7. Etika Penelitian
Penelitian ini mematuhi prinsip-prinsip etika penelitian,
termasuk:
-
Kerahasiaan: Indentitas pengguna media sosial yang
postingannya dianalisis dijaga kerahasiaannya. Data yang
diambil hanya mencakup konten teks tanpa mengungkapkan
indentitas pribaadi pengguna.
-
Persetujuan: Meskipun data diambil dari platform publik,
peneliti memastikan bahwa analisis dilakukan dengan
menghormati privasi pengguna.
-
Transparansi:
Temuan
penelitian
disajikan
secara
transparansi tanpa mani[ulasi data untuk menjaga integritas
ilmiah.
Dengan metode penelitian yang sistematis dan beretika, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang akurat dan mendalam
tentang kesalahan berbahasa Indonesia di media sosial serta faktor-faktor
yang menyebabkannya. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi dasar untuk
upaya peningkatan kualitas bahasa di media sosial dan pendidikan bahasa
Indonesia yang baik.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis bebagai jenis
kesalahan berbahasa Indonesia yang terjadi di media sosial. Berikut adalah
hasil temuan dari analisis postingan di berbagai paltform media sosial
(Facebook, Instagram, Twitter):
1. Kesalahan berbahasa Indonesia pada postingan Facebook
Gambar 1.1 Postingan Facebook
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam gambar:
- Kesalahan ejaan: Beberapa kata di tulis dengan ejaan yang tidak benar.
a. “nyari” seharusnya “mencari”
b. “mkanan” seharusnya “makanan”
c. “yng” seharusnya “yang”
d. “pdes” seharusnya “pedas”
e. “antr” seharusnya “antar”
f. “lok” seharusnya “lokasi”
- Tanda Baca: Penggunaan tanda baca yang tidak tepat.
Penggunaan apostrof (‘) setelah “pdes” tidak sesuai
-
Kesalahan Struktur Kalimat: kalimat kurang tanda baca yang memisakan
klausa deskriptif.
Analisis Kesalahan:
- Ejaan yang salah: Pengguna cenderung menggunakan bentuk singkat
atau ejaan yang tidak baku untuk menghemat waktu dan ruang, terutama
dalam platform media sosial.
- Tanda Baca yang Tidak Tepar: Penggunaan apostrof dalan kata “pdes”
tidak memiliki fungsi yang jelas dan tidak diperlukan.
- Struktur Kalimat: kalimat tidak menggunakan tanda baca yang tepat
untuk memisahkan informasi deskriptif, membuatnya sulit dipahami.
Alternatif Perbaikan:
- Kalimat yang Diperbaiki: “Mencari makanan yang pedas, khusus yang
bisa antar ke lokasi!”
- Penjelasan Perbaikan:
a. Mengganti “nyari” dengan “mencari” untuk menggunakan kata lebih
formal.
b. Mengganti “mkanan” dengan “makanan” untuk mengikuti ejaan
yang benar.
c. Mengganti “yng” dengan “yang” untuk ejaan yang benar.
d. Mengganti “pdes” dengan “pedas” untuk ejaan yang benar yang dan
menghapus apostrof yang tidak perlu.
e. Mengganti “antr” dengan “antar” untuk ejaan yang benar.
f. Mengganti “lok” dengan “lokasi”untuk ejaan yang benar dan
memperjelas makna.
2. Kesalahan postingan pada Facebook:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Ejaan yang salah :
a. ”bgt” seharusnya ”banget”
b. ”loker” seharusnya lowongan kerja”
c. ”cwo” seharusnya ”cowok” atau ”laki-laki”
d. ”llsn” seharusnya ”lulusan”
e. ”pnglmn” seharusnya ”pengalaman”
2. Struktur Kalimat :
a. Kalimar tidak memiliki tanda baca yang memisahkan
klausa dan informasi, membuatnya sulit dipahami.
3. Kata Tidak Baku :
a. "cwo" adalah bahasa gaul yang tidak baku dalam penulisan
formal.
Analisis Kesalahan
1. Ejaan yang salah : Penggunaan ejaan singkat atau tidak baku
merupakan hal umum dalam komunikasi cepat di media sosial
atau pesan singkat.
2. Struktur Kalimat yang Tidak Jelas : Tidak adanya tanda baca
menyebabkan kalimat menjadi tidak jelas dan sulit dimengerti.
3. Bahasa Gaul : Penggunaan bahasa gaul atau slang dapat
mengurangi kejelasan dan formalitas pesan.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaiki :
”Butuh banget lowongan kerja untuk cowok lulusan SMK
dengan pengalaman kerja memasang kabel”
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Mengganti "bngt" dengan "banget" untuk menggunakan
kata yang benar dan lebih formal.
b. Mengganti "loker" dengan "lowongan kerja" untuk
memperjelas makna.
c. Mengganti "cwo" dengan "cowok" atau "laki-laki" untuk
ejaan yang lebih formal.
d. Mengganti "llsn" dengan "lulusan" untuk ejaan yang benar.
e. Mengganti "pnglmn" dengan "pengalaman" untuk ejaan
yang benar.
f. Menambahkan tanda baca untuk memisahkan klausa dan
informasi deskriptif.
3. Komentar pada facebook:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Huruf Kapital
a. "temenku" seharusnya "Temanku"
b. Nama "Sirotol Mustakim" dan "Nandar Sukena" harus
menggunakan huruf kapital pada setiap kata.
2. Struktur Kalimat
a. Kalimat ini tidak menggunakan tanda baca yang memadai
untuk memisahkan klausa dan informasi, sehingga menjadi
sulit dipahami.
3. Kata Tidak Baku
a. Frasa "sakit terus ganti nama" kurang jelas dan dapat
diperbaiki menjadi lebih formal dan terstruktur.
Analisis Kesalahan
1. Huruf Kapital yang Tidak Tepat: Penggunaan huruf kecil pada
awal kalimat dan pada nama orang menunjukkan kurangnya
perhatian pada aturan penulisan.
2. Struktur Kalimat yang Tidak Jelas: Kalimat ini kurang tanda
baca untuk memisahkan informasi yang berbeda, sehingga
membuatnya sulit dimengerti.
3. Kata dan Frasa yang Kurang Tepat: Penggunaan frasa informal
dan tidak baku dapat mengurangi kejelasan dan formalitas
kalimat.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaiki :
a. "Temanku yang namanya Sirotol Mustakim sering sakit, lalu
mengganti nama menjadi Nandar Sukena, dan sekarang dia
sehat."
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Menggunakan huruf kapital pada awal kalimat dan pada
nama orang untuk mengikuti aturan penulisan yang benar.
b. Menambahkan tanda baca seperti koma untuk memisahkan
klausa dan informasi yang berbeda.
c. Menggunakan frasa yang lebih jelas dan formal untuk
memperbaiki kejelasan kalimat.
4. Postingan di twiter:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Tanda Baca yang Kurang Tepat:
a. Tidak ada tanda baca yang memisahkan beberapa bagian
penting dalam kalimat.
b. Nama "Pelatih PSMS Medan" diikuti oleh koma yang tidak
perlu.
2. Struktur Kalimat yang Kurang Jelas :
a. Kalimat terlalu panjang tanpa tanda baca yang memadai,
membuatnya sulit dipahami.
Analisis Kesalahan
1. Tanda Baca yang Kurang Tepat: Kurangnya tanda baca yang
memisahkan informasi membuat kalimat sulit dipahami dan
mengaburkan makna.
2. Struktur Kalimat yang Tidak Jelas: Kalimat yang terlalu
panjang tanpa pemisahan yang tepat membuat informasi
menjadi tumpang tindih.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaiki :
a. "Pelatih PSMS Medan mengatakan bahwa dua pemain,
yakni striker Sydney Urikhob asal Namibia, tiba pada
tanggal 2 Januari, dan bek tengah Reinaldo Lobo tiba pada
tanggal 6 Januari di Indonesia."
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Menambahkan kata "bahwa" setelah "mengatakan" untuk
memperjelas konteks ucapan.
b. Menambahkan koma untuk memisahkan nama pemain dan
informasi tambahan.
c. Memperbaiki struktur kalimat dengan tanda baca yang
sesuai untuk memisahkan klausa dan informasi.
5. Postingan di twiter:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Huruf Kapital
a. "maaf" seharusnya "Maaf"
b. "tenang" seharusnya "Tenang"
2. Tanda Baca yang Kurang Tepat :
a. Tanda hubung "-" setelah "tenang" sebaiknya diganti dengan
tanda koma atau tanda baca yang lebih tepat.
Analisis Kesalahan
1. Huruf Kapital yang Tidak Tepat: Penggunaan huruf kecil pada
awal kalimat dan setelah tanda titik mengindikasikan kurangnya
perhatian pada aturan penulisan.
2. Tanda Baca yang Tidak Tepat: Penggunaan tanda hubung untuk
memisahkan klausa tidak tepat dan dapat diganti dengan tanda
baca yang lebih sesuai seperti koma atau titik.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaikan :
"Maaf, ada kesalahan teknis. Tenang, ini bukan kesalahan
Anda."
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Menggunakan huruf kapital pada awal kalimat "Maaf" dan
"Tenang" untuk mengikuti aturan penulisan yang benar.
b. Mengganti tanda hubung dengan tanda koma untuk
memisahkan klausa dengan lebih tepat.
c. Menggunakan
huruf
kapital
pada
menunjukkan rasa hormat dan kesopanan.
"Anda"
untuk
6. Postingan di Instagram:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Ejaan yang Salah:
"alhamdullilah" seharusnya "alhamdulillah"
2. Penggunaan Kata yang Salah:
"di didik" seharusnya "dididik" karena "dididik" adalah bentuk
pasif yang benar.
3. Struktur Kalimat yang Kurang Tepat:
Kalimat ini sudah cukup baik dalam struktur, namun dapat
diperbaiki untuk kejelasan lebih lanjut.
Analisis Kesalahan
1. Ejaan yang Salah: Penggunaan ejaan yang salah dapat
mengurangi kejelasan dan makna dari kata tersebut.
2. Penggunaan Kata yang Salah: Pemisahan "di" dan "didik"
adalah kesalahan umum yang perlu diperbaiki untuk mengikuti
kaidah bahasa Indonesia yang benar.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaiki :
"Alhamdulillah, aku tidak dididik untuk merebut kebahagiaan
orang lain."
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Mengganti "alhamdullilah" dengan "alhamdulillah" untuk
menggunakan ejaan yang benar.
b. Mengganti "di didik" dengan "dididik" untuk menggunakan
bentuk pasif yang benar.
c. Menambahkan
koma
setelah
"Alhamdulillah"
untuk
memperjelas pembukaan kalimat.
7. Postingan di facebook:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Penggunaan Koma yang Tidak Tepat:
Koma sebelum "tinggal di Indonesia" tidak diperlukan
2. Gaya Bahasa:
Penggunaan kata "ogah" adalah bahasa informal dan kurang
sesuai untuk konteks formal atau tulisan yang lebih resmi.
Analisis Kesalahan
1. Penggunaan Koma yang Tidak Tepat: Koma dalam kalimat ini
tidak diperlukan karena memisahkan subjek dan predikat
secara tidak tepat.
2. Gaya Bahasa: Kata "ogah" adalah bahasa sehari-hari yang
tidak formal. Untuk konteks yang lebih formal, kata yang lebih
tepat bisa digunakan.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaiki :
"Saya tidak ingin tinggal di Indonesia."
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Mengganti "ogah" dengan "tidak ingin" untuk membuat
kalimat lebih formal dan sopan.
b. Menghapus koma yang tidak diperlukan untuk membuat
kalimat lebih jelas dan tepat.
8. Postingan di twiter:
Terdapat beberapa kesalahan penulisan pada postingan di atas. Berikut
adalah penjelasannya:
Kesalahan dalam kalimat
1. Huruf Kapital
a. "Mengincar" seharusnya "mengincar".
b. "pemail" seharusnya "pemain”
2. Tanda Baca yang Kurang Tepat
Tidak ada tanda baca yang memisahkan informasi penting,
membuat kalimat sulit dipahami.
3. Struktur Kalimat yang Kurang Jelas
Kurangnya tanda baca menyebabkan informasi menjadi
tumpang tindih.
Analisis Kesalahan
1. Huruf Kapital yang Tidak Tepat: Penggunaan huruf kapital di
tengah kalimat tidak sesuai dengan aturan penulisan.
2. Ejaan yang Salah: Kata "pemail" seharusnya dieja "pemain".
3. Tanda Baca yang Tidak Tepat: Tidak ada tanda baca seperti
koma atau titik yang memisahkan bagian-bagian kalimat,
sehingga membuatnya sulit dimengerti.
Alternatif Perbaikan
1. Kalimat yang Diperbaiki :
"Pelatih Persika Karawang mengincar tiga nama pemain Liga
1. Dua di antaranya adalah pemain yang kini seleksi di Persib,
yaitu Eka Ramdani dan Patrich Wanggai, serta penyerang
Persija, Rudy Widodo."
2. Penjelasan Perbaikan :
a. Mengganti "Mengincar" dengan "mengincar" untuk
penggunaan huruf kapital yang benar.
b. Mengganti "pemail" dengan "pemain" untuk ejaan yang
benar.
c. Menambahkan tanda baca seperti titik dan koma untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat dan
memperjelas informasi.
E. KESIMPULAN
Penelitian ini menemukan bahwa berbahasa Indonesia di media
sosial meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Faktorfaktor yang menyebabkan kesalahan tersebut antara lain penggunaan
bahasa gaul, keterbatasan ruang karakter, pengaruh bahasa sehari-hari
yang informal, dan kurangnya pemahaman terhadapkaidah bahasa yang
benar. Media sosial, sebagai platfrom komunikasi yang dinamis dan
interaktif, memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perkembangan dan
pelestarian bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi pengguna
media sosial untuk lebih sadar dan peduli terhadap penggunaan bahasa
yang benar agar kualitas komunikasi dan pelestarian bahasa indonesia
tetap terjaga.
F. DAFTAR PUSTAKA
Androutsopoulos, J (2011). Code-switching in Computer-Mediated Comunication. In S. C.
Herring, D. Stein, & T. Virtanen (Eds.), Pragmatics of Computer-Mediated
Aronoff, M & Fudeman, K. (2005). What is Morphology? Malden, MA: Blackwell
Publishing.
Chomsky, N. (1957). Syntactic Structures. The Hague: Mouton.
Crystal, D. (2006). Language and the Internet (2nd ed.). Cambridge: Cambridge University
Press.
Eble, C. (1996). Slang and sociabilility: In-group Language amoung College Students.
Chapel Hill: University of North Carolina Press.
Hootsuite, W. A. (2023). Indonesia. Retrieved from.
Hyman, L. M. (1975). Phonology: Theory and Analysis. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Kaplan, A. dan Haelein, M. (2010). Users of the World, United! The Challenges and
Opportunities of Social Media. Business Horizons, 53(1), 59-68
Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lyons, J. (1977). Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.
Purwo,B. K. (1991). Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Radford, A. (2009). English Syntax: An Introduction. Cambridge: Cambridge University
Press
Saussure, F. de. (1916). Course in General Linguistics. (W. Baskin, Trans.) New York:
Philosophical Library.
Tagliamonte, S. A. dan Denis, D. (2008). Linguistic Ruin? Lol! Instant Messaging and Teen
Language. American Speech, 83(1), 3-34.
Twitter. Kesalahan Penulisan Bahasa Indonesia, Kesalahan Tandan Baca.
Facebook. Penggunaan Bahasa Gaul, Kesalahan Tanda Baca, menggunakan singkatan.
Instagram. Kesalahan Penulisan.