Academia.eduAcademia.edu

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Sosial

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia di ruang publik, khususnya pada media sosial seperti TikTok, Instagram, YouTube. Metode yang digunakan adalah analisis kesalahan dengan tahapan pengumpulan data, identifikasi, dan penjelasan kesalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor seperti pengaruh bahasa asing, gaya bahasa tidak baku, dan keterbatasan karakter di media sosial berkontribusi terhadap tingginya kesalahan berbahasa Indonesia di setiap bidang seperti, fonologi, morfologi, dan sosiolinguistik. Simpulan dari penelitian ini adalah perlunya edukasi yang lebih baik mengenai aturan bahasa Indonesia serta peningkatan kesadaran tentang pentingnya berbahasa yang benar di media sosial.

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Sosial Silvy Khaerunisa1 Hasna Aulia Putri2 Delina Nurpuspita3 Fika Dea Lestari4 Fiki Eka Ramdani5 1,2,3,4,5 Mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sangga Buana e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia di ruang publik, khususnya pada media sosial seperti TikTok, Instagram, YouTube. Metode yang digunakan adalah analisis kesalahan dengan tahapan pengumpulan data, identifikasi, dan penjelasan kesalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor seperti pengaruh bahasa asing, gaya bahasa tidak baku, dan keterbatasan karakter di media sosial berkontribusi terhadap tingginya kesalahan berbahasa Indonesia di setiap bidang seperti, fonologi, morfologi, dan sosiolinguistik. Simpulan dari penelitian ini adalah perlunya edukasi yang lebih baik mengenai aturan bahasa Indonesia serta peningkatan kesadaran tentang pentingnya berbahasa yang benar di media sosial. Key Words: Kesalahan Bahasa, Bahasa Indonesia, Media Sosial, Fonologi, Morfologi, Sosiolinguistik A. PENDAHULUAN Dalam era modern, penggunaan bahasa terus berkembang. Perkembangan ini mencakup berbagai aspek kehidupan, yang kerap kali mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia. Analisis kesalahan ini penting karena bahasa adalah alat utama untuk komunikasi yang efektif. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional dan resmi, memegang peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam media sosial yang digunakan untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri. Meski ada pedoman resmi seperti PUEBI dan KBBI, banyak pengguna bahasa yang tidak mematuhi atau memahami aturan-aturan tersebut. Kesalahan berbahasa sering ditemukan dalam penggunaan bahasa sehari-hari, terutama dalam tulisan di media sosial, yang bisa mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan menulis pengguna. Semakin berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, semakin berkembang pula penggunaan bahasa (Rachman, 2016). Penggunaan unsur bahasa dalam berbagai aspek di masyarakat, sangat memungkinkan untuk terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia. Analisis kesalahan berbahasa Indonesia bertujuan untuk memahami pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang efektif. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional dan resmi, berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam media sosial sebagai sarana interaksi, pertukaran informasi, dan ekspresi diri. Namun, meskipun komunikasi melalui media sosial cepat dan mudah, seringkali ditemukan berbagai kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Walaupun telah ada pedoman resmi seperti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banyak pengguna bahasa yang tidak sepenuhnya mematuhi atau memahami aturan-aturan tersebut. Berbagai kesalahan berbahasa yang telah dianggap lumrah ditemukan dalam penggunaan bahasa sehari-hari, terutama dalam tulisan di media sosial. Hal ini dapat memengaruhi pola pikir seseorang sehingga terbiasa menulis kata-kata yang tidak sesuai dengan aturan. Media sosial memiliki pengaruh signifikan bagi para penggunanya karena fungsinya yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat segala urusan manusia menjadi semakin mudah, menjadikan media sosial sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan berbahasa dapat didefinisikan sebagai penyimpangan yang tidak sistematis dalam perilaku bahasa. Nisa Khairun (2018) dan Oktaviani, F., dkk. (2018) menyatakan bahwa dalam penulisan komentar maupun status di media sosial, ditemukan kesalahan dalam ejaan, morfologi, fonologi, sintaksis, dan sosio-linguistik. Penelitian ini merujuk pada beberapa postingan dari berbagai akun pengguna media sosial. Kesalahan berbahasa tidak hanya berupa penghilangan fonem, seperti yang diungkap oleh Prameswari (2020) dan Purwandari, H., dkk. Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada proses afiksasi, sebagaimana dinyatakan oleh (2014).. Kesalahan dalam bidang morfologi juga diteliti oleh Sutrisna, D. (2017). Selain itu, Ningrum, dkk. (2021) menemukan kesalahan dalam penggunaan kata asing dalam kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana kesalahan berbahasa sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sengaja. Berdasarkan penelitian ini, seseorang dapat mengidentifikasi bentuk kesalahan yang terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube dan sebagainya dapat mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap pemilihan kata yang baik dan benar. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kesalahan berbahasa yang sering terjadi dapat berkurang. Oleh karena itu, analisis kesalahan berbahasa Indonesia di media sosial penting untuk mengidentifikasi pola kesalahan yang umum terjadi, memahami penyebabnya, dan mencari solusi untuk meningkatkan kredibilitas komunikasi dan pertukaran informasi di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis jenis-jenis kesalahan berbahasa Indonesia yang umum terjadi di media sosial, serta mencari tahu penyebab di balik kesalahan-kesalahan tersebut. B. LANDASAN TEORI Salah satu tanda kemampuan bahasa yang baik adalah sedikitnya kesalahan penggunaan bahasa oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin & Hadi (2001) yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar diuraikan dengan lengkap dengan norma dan aturan sosial yang berlaku. Pada kondisi saat ini, kesalahan bahasa Indonesia dapat ditemukan, baik dalam tulisan ilmiah maupun wacana lainnya berada di ruang publik. Kesalahan penggunaan bahasa dapat kita temukan di ruang publik, seperti dalam brosur, baliho dan sejenisnya. Kesalahan berbahasa merupakan fakta yang melekat dalam setiap penggunaan bahasa termasuk bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh faktor pemahaman, bakat atau kompetensi. Jika masyarakat tidak memahami sistem dari bahasa yang dipelajari, maka akan sering dilakukan kesalahan saat menggunakan bahasa ini. Kesalahan ini sering berulang secara konsisten dan sistematis. Dalam hal ini, kesalahan berbahasa adalah penyimpangan yang terjadi secara sistematis, konsisten, dan mendeskripsikan kemampuan berbahasa penggunanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan kesalahan berbahasa merupakan kesalahan yang terjadi secara tidak sengaja. Kesalahan tersebut tidak dapat diperbaiki oleh pelaku kesalahan berbahasa karena penyebab kesalahannya adalah ketidaktahuan pengguna (James, 2013). Batasan tersebut menunjukkan kesalahan berbahasa berelasi dengan pemahaman atau kompetensi berbahasa seseorang. Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Corder (1974) menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa yakni (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Corder (1974) menjelaskan: Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya; selanjutnya adalah Error yang merupakan kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan Bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata Bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain; yang terakhir adalah Mistake yakni kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk situasi tertentu. Ketiga hal tersebut dapat kita temukan dalam tataran ejaan maupun kalimat. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas kesalahan penggunaan bahasa indonesia yang terjadi di ruang publik dengan mempergunakan teori yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Mantiasih (2020), kesalahan berbahasa dalam struktur internal bahasa meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Kesalahan fonologi bisa berupa perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, serta peletakan jeda yang salah dalam kalimat. Kesalahan morfologi biasanya terkait dengan penulisan afiks. Sedangkan, kesalahan sintaksis dapat terjadi karena kalimat yang tidak jelas, penggunaan diksi yang tidak tepat, dan kurangnya efektivitas kalimat. Menurut Richards (dalam Mantasiah, 2020), untuk menemukan kesalahan berbahasa, perlu dilakukan analisis kesalahan. Tujuan analisis kesalahan adalah: (1) menemukan data kesalahan berbahasa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya; (2) menggunakan hasil analisis sebagai dasar untuk menyusun teori dalam proses pengembangan perangkat bahasa. Tahapan analisis bahasa menurut Tarigan (dalam Mantasiah, 2020) meliputi: (1) pengumpulan data; (2) identifikasi kesalahan; (3) penjelasan mengenai kesalahan; (4) klasifikasi dan ringkasan kesalahan. Kemajuan zaman berdampak pada perkembangan di bidang komunikasi, terutama alat komunikasi yang digunakan manusia. Alyusi (2016) menyatakan bahwa media sosial hadir untuk mempermudah komunikasi manusia tanpa terhalang jarak dengan bantuan internet. Berdasarkan data dari lembaga riset We Are Social, terdapat 4,2 miliar pengguna media sosial dari berbagai usia dan seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa pengaruh media sosial cukup besar untuk mengubah kehidupan manusia. Irawan et al. (2020) menyatakan bahwa media sosial mengubah cara individu berinteraksi. Banyaknya ungkapan kata yang digunakan oleh pengguna media sosial berperan signifikan dalam terjadinya kesalahan penggunaan bahasa. C. METODE Metode yang dipergunakan dalam penelitiian ini adalah metode kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah unsur-unsur kebahasaan yang memuat kesalahan berbahasa Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai kesalahan berbahasa Indonesia yang muncul di ruang publik. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik reduksi data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2014) yang menyatakan bahwa aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas atau sampai data sudah jenuh. Aktivitas analisis data tersebut terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2004: 6). Penelitian ini bersifat deskriptif karena lebih mementingkan proses daripada hasil. Objek kajian dalam penelitian ini yaitu postingan dari beberapa akun media sosial seperti Twitter, Instagram, Threads, Tiktok dan lain sebagainya. Data dalam penelitian ini yaitu berupa kata dan kalimat dalam beberapa postingan yang diunggah di media sosial tersebut. Sumber data berupa sumber data tertulis, yaitu caption pada postingan gambar maupun tulisan lainnya yang terdapat pada unggahan media sosial pengguna yang mengandung kesalahan berbahasa Indonesia. Kesalahan-kesalahan tersebut kemudian dikategorikan dan dianalisis berdasarkan jenisnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan catat karena berupa tulisan. Metode simak adalah suatu pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa (Mahsun, 2005: 90). Simak dan catat merupakan proses yang didokumentasikan dengan cara mencatat data yang sudah terkumpul. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2004: 6). Penelitian ini bersifat deskriptif karena lebih fokus pada proses daripada hasil. Objek studi dalam penelitian ini adalah unggahan dari berbagai akun media sosial seperti Twitter, Instagram, Threads, Tiktok, dan lainnya. Data dalam penelitian ini terdiri dari katakata dan kalimat dari beberapa unggahan di media sosial tersebut. Sumber data berupa teks tertulis, yakni caption pada unggahan gambar atau tulisan lain yang terdapat pada postingan pengguna media sosial yang mengandung kesalahan berbahasa Indonesia. Kesalahan-kesalahan tersebut kemudian diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan jenisnya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan pencatatan karena berbentuk teks. Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan memperhatikan penggunaan bahasa (Mahsun, 2005: 90). Metode observasi dan pencatatan adalah proses yang didokumentasikan dengan mencatat data yang telah terkumpul. D. HASIL & PEMBAHASAN Berbagai macam kesalahan berbahasa ditemukan dalam penelitian ini, termasuk fonologi, morfologi, dan sosiolinguistik. Penjelasan lebih lanjut tentang kesalahan berbahasa dalam masingmasing bidang diberikan di bawah ini. A. Kesalahan Bidang Fonologi Ini termasuk kesalahan dalam penggunaan huruf kapital dan fonem. Beberapa kata memiliki jumlah fonem yang berkurang karena kesalahan ini. Menurut Johan (2018), perubahan bunyi diftong dapat menyebabkan kesalahan pelafalan dalam fonologi. 1) Kesalahan Huruf Kapital : Bidang fonologi mencakup kesalahan huruf kapital. Dalam bagian ini, setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital. Untuk menandai awal sebuah kalimat, huruf kapital digunakan. 2) Kesalahan Penggunaan Fonem : Bidang fonologi mencakup kesalahan penggunaan fonem. Pada bagian ini, setiap kata harus ditulis dengan fonem lengkap. Walau bagaimanapun, ada beberapa fonem yang hilang, yang dapat menyebabkan arti ganda. B. Kesalahan Bidang Morfologi Apriwulan. H. (2021) mengatakan bahwa beberapa contoh kesalahan berbahasa yang sering terjadi di bidang morfologi termasuk penggunaan afiks, penulisan kata ulang, dan pembentukan kata majemuk dasar yang memiliki makna baru. Kesalahan dalam penulisan kata ulang dan penggunaan afiks adalah salah satu contoh kesalahan berbahasa yang terjadi di bidang morfologi. Morfem seharusnya ditulis dua kali saat menulis kata ulang. Dalam kasus kesalahan penggunaan afiks, beberapa kata yang menggunakan afiks tidak memiliki arti yang dimaksudkan penulis. 1) Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi bentuk kata ulang : Penulisan kata ulang termasuk dalam bidang morfologi. Pada bagian ini, morfem harus ditulis dua kali untuk menunjukkan bahwa ada pengulangan. Selain itu, tanda hubung (-) harus digunakan saat menulis kata ulang. 2) Kesalahan penggunaan afiks : Bidang morfologi termasuk kesalahan penggunaan afiks. Menurut Budiawan dan Rukayati (2018), kesalahan afiksasi dapat menghasilkan interpretasi yang berbeda. Agar tidak menciptakan kalimat ganda, penulis seharusnya memilih afiks yang sesuai dengan makna kalimat. C. Kesalahan Bidang Sosisolinguistik Kesalahan ini berupa alih kode dan campur kode yang didefinisikan sebagai penggunaan dua bahasa atau lebih dalam satu masyarakat. Menurut pendapat lain, satuan bahasa digunakan untuk memperluas ragam atau gaya bahasa melalui campur kode. Rosnaningsih (2019) menyatakan bahwa berbagai faktor sosial dan interaksi dengan penutur dengan latar belakang kebahasaan berbeda menyebabkan campur kode. 1) Data 1 kesalahan berbahasa Indonesia di Tiktok Gambar 1 kesalahan berbahasa Indonesia di Tiktok • Analisis kesalahan : 1. Fonologi Dalam kalimat ini, tidak ada kesalahan fonologis yang signifikan karena tulisan yang disampaikan mencerminkan bunyi bahasa yang seharusnya. Namun, penggunaan kata "check" yang berasal dari bahasa Inggris mungkin tidak sesuai dengan aturan fonologi bahasa Indonesia. 2. Morfologi Morfologi berkaitan dengan bentuk kata dan struktur kata. "Ijin": Kata yang benar adalah "izin". Kesalahan ini adalah kesalahan morfologis karena bentuk kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah ejaan yang benar. "Ortu": Ini adalah bentuk singkatan dari "orang tua" yang lebih sesuai digunakan dalam bahasa informal. Dalam konteks formal, lebih baik menggunakan "orang tua". "Ke bali": Huruf kapital pada kata "Bali" seharusnya digunakan karena "Bali" adalah nama tempat (kata benda khusus). "Check": Penggunaan kata bahasa Inggris ini tidak sesuai dengan kaidah morfologi bahasa Indonesia. Kata yang lebih sesuai mungkin "cek" atau "periksa". 3. Sosiolinguistik Sosiolinguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Kalimat ini menggunakan banyak bentuk informal yang mungkin tidak sesuai dalam situasi formal atau dalam komunikasi dengan orang tua. Penggunaan kata "check" menunjukkan pengaruh bahasa Inggris yang mungkin tidak cocok dalam situasi ini, terutama jika orang tua lebih nyaman dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku. • Alternatif perbaikan : Berdasarkan analisis di atas, kalimat yang lebih tepat secara fonologis, morfologis, dan sosiolinguistik mungkin adalah: "Presentasi izin kepada orang tua untuk pergi ke Bali, mohon dicek." Atau, dalam konteks yang lebih santai tapi tetap sopan: "Presentasi izin ke orang tua untuk pergi ke Bali, mohon diperiksa." Gambar 2 kesalahan berbahasa Indonesia di Tiktok • Analisis kesalahan : 1. Fonologi a) Kesalahan huruf kapital Kesalahan bidang fonologi khususnya penulisan huruf kapital ditemukan pada gambar 2. Kesalahan kalimat pada gambar 2 merupakan kesalahan penggunaan huruf kapital. Berdasarkan penulisan yang tepat menurut PUEBI, kata pada kalimat gambar 2 seharusnya ditulis “Gak” b) Kesalahan Penggunaan Fonem Beberapa kesalahan penggunaan fonem pada bidang fonologi ditemukan pada gambar 2. Kesalahan yang ditemukan berupa penghilangan beberapa fonem dan penggunaan fonem yang tidak tepat. Berdasarkan penulisan yang tepat menurut PUEBI, pada kata gambar 2 terjadi penghilangan beberapa fonem konsonan sehingga seharusnya kata tersebut ditulis menjadi “gak”, “jadi”. 2. Morfologi "ga": Bentuk ini tidak baku. Penulisan yang benar adalah "tidak". "jd": Bentuk singkatan ini tidak sesuai dengan morfologi bahasa Indonesia yang baku. Kata yang benar adalah "jadi". "atlit": Kata yang benar dalam bahasa Indonesia adalah "atlet". Struktur kalimat yang lebih sesuai adalah dengan menggunakan bentuk yang lengkap dan sesuai tata bahasa. 3. Sosiolinguistik Sosiolinguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Kalimat ini menggunakan bentuk bahasa yang sangat informal. Penggunaan katakata seperti "ga" dan "jd" adalah bahasa sehari-hari yang tidak sesuai dalam konteks formal atau tulisan yang baku. Kalimat ini juga mengandung implikasi negatif yang bisa dianggap merendahkan, yaitu mengaitkan ketidakmampuan untuk menjadi cantik dengan menjadi atlet. Hal ini bisa dianggap tidak sopan atau menyinggung dalam banyak konteks sosial. • Alternatif perbaikan : Berdasarkan analisis di atas, kalimat yang lebih tepat secara fonologis, morfologis, dan sosiolinguistik mungkin adalah: "Tidak bisa menjadi cantik jika menjadi atlet?" Namun, kalimat ini masih mengandung makna yang kurang tepat dari segi penghargaan terhadap profesi atlet. Kalimat yang lebih netral dan sopan mungkin adalah: "Apakah sulit untuk tetap tampil cantik sebagai seorang atlet?" Gambar 3 kesalahan berbahasa Indonesia di Tiktok • Analisis kesalahan : 1. Fonologi Fonologi berkaitan dengan bunyi bahasa. "hiling": Ini adalah pengucapan fonetis dari "healing" dalam bahasa Inggris. Penggunaan ini tidak sesuai dengan kaidah fonologi bahasa Indonesia, terutama dalam konteks formal. 2. Morfologi Morfologi berkaitan dengan bentuk kata dan struktur kata. "yukita": Ini mungkin merupakan gabungan dari "yuk" dan "kita". Gabungan ini tidak sesuai dengan kaidah morfologi bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia yang baku, "yuk" dan "kita" harus ditulis terpisah, yaitu "Yuk kita". "hiling": Kata ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Jika yang dimaksud adalah "healing", maka dalam bahasa Indonesia yang benar adalah "penyembuhan" atau "pemulihan". Namun, jika tetap ingin menggunakan kata "healing" dalam konteks informal, lebih baik menulisnya dengan ejaan yang benar yaitu "healing". 3. Sosiolinguistik Sosiolinguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Penggunaan kata "yuk" adalah informal dan lebih sesuai untuk percakapan seharihari, bukan untuk konteks formal. Penggunaan kata "healing" menunjukkan adanya campuran bahasa (codeswitching) antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ini sering terjadi dalam percakapan sehari-hari di kalangan anak muda atau dalam konteks informal, tetapi tidak sesuai untuk konteks formal atau tulisan baku. • Alternatif perbaikan : Berdasarkan analisis di atas, kalimat yang lebih tepat secara fonologis, morfologis, dan sosiolinguistik mungkin adalah: Dalam konteks informal: "Yuk kita healing." "Ayo kita healing." Dalam konteks formal: "Mari kita melakukan pemulihan." 2) Data 2 kesalahan berbahasa Indonesia di Instagram Gambar 1 kesalahan berbahasa Indonesia di Instagram • Analisis kesalahan 1. Fonologi Fonologi berkaitan dengan bunyi bahasa. Kesalahan bidang fonologi khususnya penulisan huruf kapital ditemukan pada gambar 1. Kesalahan kalimat pada gambar 1 merupakan kesalahan penggunaan huruf kapital. Berdasarkan penulisan yang tepat menurut PUEBI, kata pada kalimat gambar 1 seharusnya ditulis “Tuhan” "gak": Ini adalah bentuk fonetis dari "tidak". Penulisan ini tidak sesuai dengan kaidah fonologi bahasa Indonesia baku. 2. Morfologi Kesalahan penggunaan afiks termasuk dalam bidang morfologi. Terjadinya kesalahan pada proses afiksasi dapat menimbulkan makna yang berbeda (Budiawan, R., dan Rukayati, 2018). Pada bagian ini, seharusnya penulis memilih afiks yang sesuai dengan makna kalimat yang ingin disampaikan agar tidak menimbulkan makna ganda. Pada kalimat digambar 1 ditemukan kesalahan penulisan penggunaan afiks berupa kata “nyiptain”. Pada kata tersebut seharusnya menggunakan afiks berupa men-, karena kata "nyiptain" ini adalah bentuk fonetis dari "menciptakan". Penulisan ini tidak sesuai dengan kaidah fonologi bahasa Indonesia baku. "merbabu, sumbing, Sindoro, prau": Nama-nama gunung seharusnya ditulis dengan huruf kapital di awal kata. Jadi seharusnya "Merbabu, Sumbing, Sindoro, Prau". "gak": Bentuk yang baku adalah "tidak". Struktur kalimat: Penggunaan koma dan huruf kapital tidak konsisten. 3. Sosiolinguistik Sosiolinguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Kalimat ini menggunakan bahasa informal dan campuran bahasa gaul seperti "nyiptain" dan "gak". Ini mungkin sesuai dalam percakapan sehari-hari dengan teman sebaya, tetapi tidak sesuai dalam konteks formal atau dengan audiens yang lebih luas. • Alternatif perbaikan Berdasarkan analisis di atas, kalimat yang lebih tepat secara fonologis, morfologis, dan sosiolinguistik mungkin adalah: "Tuhan menciptakan Gunung Merbabu, Sumbing, Sindoro, dan Prau, tetapi kamu malah tidak punya uang.". Gambar 2 kesalahan berbahasa Indonesia di Instagram • Analisis kesalahan 1. Fonologi Fonologi berkaitan dengan bunyi bahasa. "gak": Ini adalah bentuk fonetis dari "tidak". Dalam konteks tulisan formal, kata yang benar adalah "tidak". 2. Morfologi Morfologi berkaitan dengan bentuk kata dan struktur kata. Kesalahan penggunaan afiks termasuk dalam bidang morfologi. Terjadinya kesalahan pada proses afiksasi dapat menimbulkan makna yang berbeda (Budiawan, R., dan Rukayati, 2018). Pada bagian ini, seharusnya penulis memilih afiks yang sesuai dengan makna kalimat yang ingin disampaikan agar tidak menimbulkan makna ganda. Pada kalimat digambar 2 ditemukan kesalahan penulisan penggunaan afiks berupa kata “nerima”. Pada kata tersebut seharusnya menggunakan afiks berupa “me-“. Kata pada kalimat gambar 2 seharusnya ditulis menjadi “menerima”. "Tahta tertinggi cowok": Penggunaan kata "tahta" sudah benar, tetapi lebih baik jika ditulis dengan kata-kata yang lebih formal atau jelas seperti "kedudukan tertinggi". Kata "cowok" lebih informal dan dalam konteks formal lebih baik diganti dengan "pria" atau "laki-laki". "act of service": Penggunaan frasa bahasa Inggris ini tidak sesuai dalam tulisan bahasa Indonesia yang baku. Sebaiknya gunakan frasa bahasa Indonesia seperti "tindakan pelayanan". "lepehan": Kata ini informal dan lebih baik diganti dengan "sisa makanan". "gak": Bentuk yang baku adalah "tidak". "jijik": Kata ini benar dan baku, tetapi bisa ditingkatkan ke formalitas dengan menggunakan kata seperti "tidak merasa jijik". 3. Sosiolinguistik Sosiolinguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Kalimat ini menggunakan bahasa yang sangat informal dan campuran bahasa Inggris ("act of service"). Ini mungkin cocok dalam percakapan sehari-hari atau media sosial, tetapi tidak cocok dalam konteks formal. Penggunaan istilah "lepehan makanan" dan "gak jijik" bisa dianggap tidak sopan atau kurang menghormati, terutama dalam konteks yang lebih formal atau di hadapan orang yang dihormati. • Alternatif perbaikan Berdasarkan analisis di atas, kalimat yang lebih tepat secara fonologis, morfologis, dan sosiolinguistik mungkin adalah: "Kedudukan tertinggi seorang pria dalam hal pelayanan: yang bersedia menerima sisa makanan kita dengan tangan kosong dan tidak merasa jijik." 3) Data 3 kesalahan berbahasa Indonesia di Youtube Gambar 1 kesalahan berbahasa Indonesia di Youtube • Analisis kesalahan 1. Fonologi Fonologi berhubungan dengan bunyi bahasa. Dalam kalimat tersebut, tidak ada kesalahan fonologis yang mencolok karena kesalahan yang lebih relevan ditemukan di morfologi dan sosiolinguistik. 2. Morfologi Morfologi berhubungan dengan struktur kata dan bentuk kata. Kesalahan morfologi dalam kalimat ini meliputi: Surprisein: Ini merupakan bentuk kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kata "surprise" adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang belum sepenuhnya terintegrasi dalam morfologi bahasa Indonesia. Kata yang lebih tepat bisa berupa "membuat kejutan" atau "kejutkan". Ultah: Ini adalah bentuk singkatan dari "ulang tahun" yang umum digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun tidak baku dalam tulisan formal. Tiktokan: Kata ini adalah hasil dari pembentukan kata yang tidak sesuai dengan morfologi bahasa Indonesia yang baku. Kata yang tepat bisa berupa "bermain TikTok" atau "membuat video TikTok". 3. Sosiolinguistik Penggunaan kata-kata seperti "Surprisein", "ultah", dan "tiktokan" mencerminkan pengaruh bahasa gaul dan serapan dari bahasa Inggris, yang lebih cocok untuk konteks percakapan santai daripada penulisan formal. Makan-makan: Meskipun istilah ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam penulisan formal lebih tepat menggunakan "makan bersama". • Alternatif perbaikan Berdasarkan analisis di atas, kalimat yang lebih baku dan formal bisa ditulis sebagai: "Memberikan kejutan ulang tahun kepada Tante Santyka. Makan bersama dan membuat video TikTok dengan mereka." E. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia di media sosial sangat umum terjadi, dengan kesalahan ejaan sebagai jenis kesalahan yang paling dominan. Kesalahan ini sering terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang aturan bahasa, serta kurangnya perhatian terhadap detail saat menulis di media sosial. Pengguna media sosial cenderung mengabaikan kaidah bahasa yang benar karena sifat komunikasi di platform ini yang cepat dan informal. Selain itu, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti pengaruh bahasa asing, gaya bahasa yang tidak baku, dan keterbatasan karakter pada beberapa platform media sosial juga turut berkontribusi terhadap tingginya tingkat kesalahan berbahasa. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan edukasi yang lebih baik mengenai aturan bahasa Indonesia serta peningkatan kesadaran tentang pentingnya berbahasa yang benar. Edukasi dapat dilakukan melalui kampanye kesadaran bahasa di media sosial, pelatihan bahasa bagi pengguna, serta penyediaan alat bantu seperti pemeriksa ejaan dan tata bahasa otomatis. Dengan demikian, diharapkan kualitas komunikasi di media sosial dapat ditingkatkan, yang pada gilirannya akan memperbaiki pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia secara keseluruhan di ranah digital. F. DAFTAR PUSTAKA Corder, Pit. (1974). Error Analysis. London: Oxford University Press. E. Zaenal Arifin, Farid Hadi . (2001). 1001 Kesalahan Berbahasa. CV Akademika Presindo. James, C. (2013). Errors in Language Learning and Use: Exploring Error and Analysis. Routledge. Milles, Matthew B. & Hubberman, M. A. (2014). Qualitative Data Analysis A Method Sourcebook Third Edition. Sage Publication. Rachman, Reza Saeful. (2016). Analisis Kebahasaan Kosakata Bahasa Indonesia Serapan Dari Bahasa Belanda. Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Vol 9 (2) 2016, 158-176 Chaer, A., & Agustina, L. (n.d.). Sosiolinguistik: Perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2007). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta. Nababan, P. W. J. (1993). Sosiolinguistik: Suatu pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, L. J. (2004). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosdakarya.