Academia.eduAcademia.edu

UAS TASAWUF ARTIKEL JURNAL ILMIAH LULU

Jurnal Dasar-Dasar Akhlaq Terpuji Dan Tercela Islam Volume 1. No 16. June 2024. DASAR-DASAR AKHLAQ TERPUJI DAN TERCELA LULU NURUL KHASANAH UNIVERSITAS SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN Email : [email protected] NIM : 231320033 Submitted: 20 Maret 2024 Revised: 18 Maret 2024 Accepted: 18 Maret 2024 Abstark Pengertian secara sederhana tentang akhlaq dalam islam adalah karakter, moral, kesusilaan, dan budi baik yang ada dalam jiwa dan memberikan pengaruh langsung kepada perbuatan. kata akhlaq berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq, dan merupakan perangai, tabiat, dan agama. Secara Bahasa, akhlaq adalah penciptaan yang meliputi segala yang ada selain tuhan, termasuk kejadian manusia. Akhlaq memiliki kedudukan yang sangat penting dalam islam, dikarenakan ruang lingkup islam tidak bisa lepas dari tiga komponen, yaitu akidah, syari’at dan akhlaq. Dalam problem kali ini banyaknya orang yang memyelepelekan tentang bagaimana pentingnya akhlaq bahkan dalam lingkungan pesantren, dan sekolah pun masih kurang dalam menerapkan akhlaq dalam rutinitas kehidupan. Oleh karena itu setiap manusia khususnya umat muslim memiliki tanggung jawab yang besar dalam memahami, mengimplementasikan dan mendalami akhlaq pada kehidupan sehari-hari dikarenakan akhlaq adalah landasan dasar dan ajaran yang sangat penting untuk menciptakan suatu kerukunan yang harmonis, beretika, dan sejahtera untuk sesama umat manusia. Kata Kunci : Akhlaq, Islam, Moral PENDAHULUAN/INTRODUCTION Akhlak berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang menurut lughat berarti budi pekerti atau perangai, tingkah laku atau tabi’at. Selanjutnya definisi akhlak yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai atau tingkah laku dan tabiaat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa. Dari pengertian sebelumnya menunjukan bahwa akhlak adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa manusia dimana timbul perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu yang dilakukan berulangulang hingga menjadi kebiasaan dan perbuatan itu bisa mengarah pada perbuatan yang baik atau buruk.1 Akhlaq, atau etika moral dalam islam, telah lama menjadi fokus kajian yang mendalam dalam tradisi intelektual dan spiritual umat islam. Konsep ini mencerminkan pandangan fundamental terhadap perilaku manusia, baik dalam hubugannya dengan allah swt maupun sesama makhluqnya entah dari perilaku ataupun dari sikap. Pada dasarnya, ahklaq telah menjadi kajian yang mendalam dan telah banyak dalam melakukan riset-riset didalamnya mengenai akhlaq yang telah dilakukan oleh para ulama dan filosof muslim untuk memahami dasar-dasar moralitas maupun akhlaq yang terpuji dan tercela. Dalam kasus kali ini penulis bertujuan untuk menjelajahi esensi dari dasar-dasar akhlaq terpuji dan tercela dalam konteks islam, dalam pandangan islam akhlaq terbagi menjadi dua yaitu akhalq terpuji dan akhlaq tercela. Konsep akhlaq terpuji dikenal dengan akhlaqul karimah (akhlaq mahmudah), didalamnya mecakup prinsip-prinsip kejujuran, kesabaran, kedermawanan, dan keadilan. Adapun konsep akhlaq tercela yang juga dikenal sebagai akhlaqul tercela (akhlaqul madzmumah), didalamnya meliputi dasar-dasar sifat negative seperti kedengkian, keangkuhan, kecurangan, kebohongan, dsb. Pemahaman daripada akhlaq keduanya antara akhlaq terpuji dan tercela ini memberikan ladnasan yang kokoh bagi individu muslim untuk mengevaluasi dan meningkatkan perilaku moral serta sikap terpuji mereka dalam kehidpuan sehari-hari. Tetapi sayangnya didalam mengenai dua akhlaq tersebut, banyak diantara kita yang masih memiliki akhlaq tercela daripada akhlaq terpuji itu sendiri. Banyak nya krisis edukasi dan pembelajaran mengenai akhlaq dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya adanya kehambatan dalam melakukan prinsip-prinsip akhlaq terpuji, semisalnya, kurangnya pembelajaran maupun edukasi daripada pemuka agama ataupun lembaga sekolah, dalam konteks ini masih sedikit lembaga pendidikan menyepelekan tentang pemberian edukasi akhlaq kepada anak didik murid. Tentunya, hal ini makin menyebar luas dan susah masyarakat dalam menerapkan prinsip-prinsip akhlaq dalam kehidupan mereka. Didalam pembahasan kali ini tidak hanya berfokus kepada satu aspek individu, tetapi juga memiliki implikasi yang luas dalam pembangunan masyarakat yang adil dan harmonis, tentunya dengan dasar-dasar dalam akhlaq terpuji (akhlaqul mahmudah). Dengan adanya pembahasan kali ini, diharapkan dapat memberikan konstribusi penuh dalam memberikan pemikiran bagi pengembangan tentang moralitas islam dan relevansinya dalam memenuhi tantangan krisis ahklaq dari zaman ke zaman. Riset-Riset Terdahulu : 1. "Al-Muqaddimah al-Mumahhidah fi Usul al-Din" oleh Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali dalam karyanya ini mengembangkan konsep tentang landasan teologis dan moralitas dalam Islam, menyoroti pentingnya akhlaq sebagai bagian integral dari keimanan dan amal. 2. "Al-Risalah al-Qushayriyyah" oleh Al-Qushayri Al-Qushayri, seorang sufi dan ulama besar, dalam risalahnya ini menjelaskan prinsip-prinsip akhlaq berdasarkan pengalaman spiritual dan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam.2 3. "Al-Adab al-Mufrad" oleh Imam Bukhari Imam Bukhari dalam koleksi hadis ini mencantumkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW tentang akhlaq dan perilaku yang baik, memberikan panduan praktis bagi umat Islam dalam berinteraksi dengan sesama manusia.3 4. "Futuh al-Ghayb" oleh Abdul Qadir al-Jilani Abdul Qadir al-Jilani dalam karyanya ini menguraikan konsep-konsep akhlaq berdasarkan ajaran sufistik dan kebijaksanaan spiritual, menekankan pentingnya pemurnian hati dalam mencapai kesempurnaan moral.4 5. "Kitab al-Hikam" oleh Ibn Atha'illah Ibn Atha'illah al-Iskandari dalam karyanya ini menguraikan ajaran-ajaran spiritual dan etika yang dalam, menyoroti pentingnya kesadaran diri (ma'rifah) dan transformasi batiniah dalam mencapai kedekatan dengan Allah SWT.5 METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN : Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Kualintatif dengan pendekatan Studi Dokumentasi, Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1994;3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Cara-cara mengumpulkan data melalui Metode Kualintatif : Observasi: Observasi melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku, interaksi, atau situasi yang relevan dengan topik penelitian. Observasi dapat dilakukan dalam berbagai konteks, seperti di lapangan, dalam kelompok, atau di tempat kerja. Analisis Dokumen: Dokumen seperti catatan, surat, buku, laporan, dan media sosial bisa menjadi sumber data yang berharga. Peneliti menganalisis dokumen-dokumen ini untuk memahami konteks, kebijakan, atau persepsi yang terkait dengan topik penelitian. Studi Kasus: Studi kasus melibatkan pemeriksaan mendalam tentang satu kasus atau beberapa kasus yang mewakili fenomena yang diteliti. Ini dapat memberikan pemahaman yang kaya tentang konteks dan detail yang terlibat dalam kasus-kasus tersebut. Berikut penjabaran lengkap tentang Metode Kualintatif : Deskripsi dan Interpretasi: Metode kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena atau konteks yang diteliti dengan menggali makna dari perspektif partisipan atau subjek penelitian. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana individu atau kelompok mengalami dan memahami dunia di sekitar mereka. Fleksibilitas: Metode kualitatif cenderung lebih fleksibel daripada metode penelitian kuantitatif. Peneliti memiliki kebebasan untuk mengubah fokus, pertanyaan, atau pendekatan penelitian mereka seiring dengan perkembangan penelitian dan penemuan yang ditemukan selama proses penelitian. Pendekatan Induktif: Penelitian kualitatif sering menggunakan pendekatan induktif, yang berarti data dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian analisis dilakukan untuk mengidentifikasi pola, tema, atau teori yang muncul dari data tersebut. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggali dan memahami kompleksitas dari fenomena yang diteliti. Interaksi dan Hubungan Subjektif: Metode kualitatif sering melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan subjek penelitian. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang konteks dan pengalaman subjek. Hubungan subjektif ini juga memungkinkan adanya ruang untuk refleksi dan interpretasi bersama antara peneliti dan subjek. Analisis yang Mendalam dan Kontekstual: Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara mendalam dan kontekstual. Peneliti menggali makna dari data dengan memperhatikan konteks sosial, Wawancara: Wawancara adalah teknik yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif. Peneliti bertemu dengan responden secara langsung untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik penelitian. Wawancara dapat berbentuk terstruktur, semi-terstruktur, atau tidak terstruktur. LITERATURE REVIEW Akhlaq mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi manusia sebagai makhluk idividu maupun sebagai makhluk sosial. Akhlaq menjadi pondasi bagi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, maupun hubungannya dengan sesama makhluk hidup atau semesta. Dalam Islam, akhlaq mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada ilmu. Seseorang yang mempunyai akhlaq yang baik juga akan dapat menambah keimanan seseorang tersebut. Ibn Miskawaih mengatakan bahwa akhlaq merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.6 Sedangkan Al-Ghozali, mengatakan bahwa akhlaq merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang meinimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.7 Jadi, akhlaq merupakan suatu sifat yang tertanam kuat dalam diri manusia sehingga menimbulkan suatu perbuatan dengan spontan tanpa adanya paksaan. Akhlaq yang baik merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT. tanpa ada paksaan dan tanpa minta imbalan maupun pujian. Adapun pendapat daripada Ahmad Amin bahwasanya akhlaq adalah membiasakan kehendak.8 maksudnya ialah terjadinya akhlaq adalah karena kebiasaan dan iradah (kehendak). Jika ditampilkan satu contoh proses akhlaq daoat disebutkan berikut ini : 1) Dalam iradah harus ada kecenderungan untuk melakukan sesuatu, kemudian terdapat pengulangan yang sering dikerjakan sehingga tidak memerlukan pikiran. 2) Dalam iradah menampakkan hal-hal berikut: (a) lahir keinginan-keinginan setelah ada rangsangan (stimulant) melalui indra, (b) muncul kebimbangan, mana yang harus dipilih diantara keinginan-keinginan itu. Padahal harus memilih salah satu dari keinginan tersebut, dan (c) mengambil keputusan dengan menentukan keinginan yang diprioritaskan diantara banyak keinginan tersebut. Sebagai seorang muslim, akhlaq yang harus dimiliki dalam diri seseorang yaitu akhlaq yang terpujiatau akhlaq yang baik seperti akhlak yang terdapat pada Rasulullah SAW. Akhlaq terpuji merupakan suatu perbuatan yang mulia dan diridhoi oleh Allah SWT. Yang termasuk dalam akhlaq terpuji diantaranya yaitu tawadhu, meghormati orang lain, jujur, sopan santun, dapat dipercaya, syukur, sabar dan akhlak baik lainnya. Akhlaq terbagi menjadi tiga, diataranya yaitu akhlaq kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia dan akhlaq kepada sesama makhluk atau alam semesta. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan bantuan orang lain. Dalam hal ini, manusia harus mempunyai akhlaq yang baik dalam berkomunikasi maupun berhubungan dengan masyarakat di kehidupan sehari-hari, terutama akhlaq dalam bersosialisasi. Dalam kehidupan bermasyarakat, sangat diperlukan akhlaq sosial yang baik seperti saling menghormati, saling menghargai, tidak membeda-bedakan. Sehingga dalam hal ini akan tercipta sebuah masyarakat yang rukun, damai, teteram, dan sejahtera. Keberhasilan suatu bangsa juga tergantung pada akhlak dari masyarakatnya. Pendidikan mempunyai peran penting untuk mewujudkan akhlak yang baik tersebut, yang mana dalam hal ini pendidikan dapat menghasilkan generasi yang berkualitas. Sebab, dalam hal ini jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila akhlaknya buruk, maka rusaklah lahir dan batinnya.9 Akhlaq menjadi tolak ukur tinggi rendahnya suatu bangsa. Seseorang akan dinilai bukan dilihat dari jumlah materinya yang melimpah, ketampanan wajahnya dan bukan pula karena jabatannya yang tinggi. Allah SWT akan menilai hamba-Nya berdasarkan tingkat ketakwaan dan amal atau akhlak baik yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan dihormati dan disegani oleh masyarakat, sehingga dalam hal ini setiap orang di sekitarnya merasa tentram, aman dan damai dengan keberadaannya dan orang tersebut menjadi mulia di lingkungannya. Dengan akhlak yang baik juga memudahkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Dengan adanya semua perincian tersebut seorang hamba yang telah menjalankan aklaq sesuai dengan ketentuan-ketentuan sesuai syari’at agama juga akan mencapai maqom-maqom akhlaq selanjutnya tidak hanya dari bagusnya akhlaq dan meningkatnya kualitas ibadah seorang hamba tetapi juga dapat merasakan kehadiran ilahiyah pada dirinya seperti halnya pada seorang hamba yang suci dan memiliki kualitas keimanan yang tinggi, sebagaimana hamba yang memiliki iman yang tinggi itu diperhatikan oleh allah swt, singkatnya adalah muroqobah dimana keadaan seseorang meyakini sepenuh hati bahwa allah selalu melihat dan menguasai kita. Tuhan mengetahui seluruh gerak-gerik kita dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui allah.8 RESULT AND DISCUSSION RESULT : 1.1 (Akhlaq Mahmudah/Akhlaq Terpuji) Secara etimologi, akhlak mahmudah memang merujuk kepada akhlak yang terpuji atau layak dipuji. Kata "mahmudah" berasal dari bentuk maf'ul (objek) dari kata kerja "hamida", yang berarti dipuji. Dalam literatur Islam, akhlak mahmudah sering disebut juga sebagai akhlak al-karimah (akhlak mulia) atau akhlak al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya). 1. Menurut Al-Ghazali: Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji (mahmudah) merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Beliau menekankan bahwa mempelajari dan mengamalkan akhlak terpuji merupakan kewajiban individu setiap muslim. Al-Ghazali mengajarkan bahwa akhlak terpuji adalah fondasi yang membangun hubungan baik dengan Allah dan menciptakan harmoni dalam masyarakat. 2. Menurut Imam Al-Mawardi: Imam Al-Mawardi mengemukakan bahwa akhlak terpuji (akhlaq mahmudah) adalah sifat-sifat yang menjadikan seorang individu lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam beribadah kepada Allah SWT. Beliau menekankan pentingnya akhlak terpuji sebagai landasan moral yang memungkinkan individu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 3. Menurut Imam Al-Raghib Al-Asfahani: Imam Al-Raghib Al-Asfahani menjelaskan bahwa akhlak terpuji (akhlaq mahmudah) mencakup sifat-sifat yang mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi individu dan masyarakat secara umum. Beliau menyoroti pentingnya kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang sebagai inti dari akhlak terpuji yang harus ditanamkan dalam perilaku sehari-hari. Macam-Macam Akhlak Terpuji (Mahmudah) 1. Akhlak Terhadap Allah Swt: Mentauhidkan Allah Swt Tauhid adalah mengesakan Allah, mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Alah. Dasar agama Islam adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa, demikian yang disebut dengan tauhid. Tauhid dapat berupa pengakuan bahwa Allah Swt. satu-satunya yang memiliki sifat rububiyah dan uluhiyah, serta kesempurnaan nama dan sifat. 2. Ikhlas: Keikhlasan dalam niat dan perbuatan adalah kunci dalam Islam. Ikhlas berarti melakukan segala sesuatu semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian atau ganjaran dari manusia. Ini mencerminkan keyakinan bahwa Allah melihat dan menilai niat sejati seseorang. 3. Tawadhu': Tawadhu' adalah sifat rendah hati dan tidak sombong. Orang yang tawadhu' tidak merasa lebih baik atau lebih penting dari orang lain. Mereka mengakui kelebihan dan kekurangan mereka dengan rendah hati serta bersedia melayani dan membantu sesama tanpa memandang status sosial atau ekonomi. 4. Sabar: Sabar adalah ketabahan dalam menghadapi ujian, kesulitan, dan cobaan hidup. Ini mencakup ketenangan dan ketabahan hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tidak mudah terpancing emosi negatif seperti marah atau putus asa. 5. Shiddiq: Shiddiq adalah kejujuran dan kebenaran dalam perkataan dan perbuatan. Orang yang shiddiq tidak hanya jujur dalam kata-kata mereka tetapi juga dalam tindakan mereka, tidak menyembunyikan kebenaran dan tidak berbohong dalam segala situasi. 1.2 (Akhlaqul Madzmumah/Akhlaq Tercela) Akhlaq tercela atau akhlaq madzmumah merujuk pada perilaku atau sifat-sifat yang tercemar moral atau dianggap buruk dalam ajaran Islam. Istilah "madzmumah" berasal dari kata dasar "dzm" yang berarti "cacat" atau "tercemar". Berikut adalah beberapa contoh dari akhlaq tercela berdasarkan pandangan beberapa ulama. 1. Menurut Imam Al-Mawardi: Imam Al-Mawardi memandang akhlaq tercela sebagai sifat-sifat yang menghalangi seseorang dari mencapai kebaikan dan kesempurnaan moral. Beliau menekankan bahwa sifat-sifat seperti kesombongan, kedengkian, dan kebakhilan merupakan penyimpang dari ajaran yang benar dalam Islam, yang mengajarkan kesederhanaan, kasih sayang, dan keadilan. 2. Menurut Imam Al-Raghib Al-Asfahani: Imam Al-Raghib Al-Asfahani menjelaskan bahwa akhlaq tercela adalah perilaku-perilaku yang melanggar prinsip-prinsip etika dan moral yang diajarkan oleh Islam. Beliau menyoroti bahwa sifat-sifat seperti kedengkian, iri hati, dan penipuan adalah penyakit moral yang harus dihindari dan diperbaiki dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menurut Ibn Muflih Al-Hanbali: Ibn Muflih Al-Hanbali, seorang ulama dari mazhab Hanbali, menganggap akhlaq tercela sebagai hambatan utama dalam mencapai kesempurnaan spiritual. Beliau menekankan perlunya menghindari sifat-sifat seperti kemunafikan, kebakhilan, dan ketidakadilan dalam interaksi sosial dan spiritual. Macam-Macam Akhlak Tercela (Madzmumah) 1. Kesombongan: Kesombongan adalah sikap merasa lebih baik atau lebih tinggi dari orang lain serta menunjukkan sikap angkuh dan sombong. Orang yang terjerumus dalam kesombongan cenderung menganggap rendah orang lain dan merasa tidak perlu memperhatikan atau memperlakukan mereka dengan hormat. 2. Iri hati: Iri hati terjadi ketika seseorang merasa tidak senang atau iri terhadap keberhasilan, kebahagiaan, atau keberuntungan orang lain. Ini bisa mengakibatkan sikap tidak adil dan rasa tidak puas terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain. 3. Kedengkian: Kedengkian adalah perasaan iri dan kebencian terhadap kesuksesan atau keberuntungan orang lain. Orang yang kedengkian cenderung merasa senang ketika melihat kesulitan atau kegagalan orang lain, bahkan mungkin berusaha untuk merugikan mereka. 4. Kebakhilan: Kebakhilan adalah sikap kikir dalam memberikan atau memberi yang seharusnya diberikan. Orang yang bakhil cenderung enggan memberikan bantuan atau berbagi kebaikan kepada sesama, meskipun mereka mampu melakukannya. 5. Kedzaliman: Kedzaliman terjadi ketika seseorang melakukan ketidakadilan atau perlakuan yang tidak adil terhadap orang lain. Ini bisa berupa memanfaatkan kekuasaan atau posisi untuk merugikan orang lain secara tidak adil. DISCUSSION : Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah adalah dua konsep penting dalam ajaran Islam yang menggambarkan perilaku yang terpuji dan perilaku yang tercela. Kedua konsep ini memiliki implikasi yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari serta dalam konteks spiritual dan sosial masyarakat Muslim. Akhlak Mahmudah: Akhlak Mahmudah merujuk kepada perilaku atau sifat-sifat yang terpuji menurut ajaran Islam. Menurut Al-Ghazali, Imam Al-Mawardi, dan Imam Al-Raghib Al-Asfahani, akhlak terpuji adalah landasan ketaatan kepada Allah SWT dan membangun harmoni dalam masyarakat. Contoh sifat-sifat akhlak terpuji meliputi keikhlasan (ikhlas), rendah hati (tawadhu'), kesabaran (sabar), kejujuran (shiddiq), dan lain-lain. Ini adalah sifat-sifat yang tidak hanya mencerminkan moralitas individu tetapi juga menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan penuh kasih sayang. Pentingnya akhlak terpuji seperti yang diajarkan dalam Islam adalah untuk memperbaiki diri sendiri, mempererat hubungan dengan Allah SWT, dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Misalnya, kesabaran membantu seseorang untuk menghadapi ujian hidup dengan tenang dan tidak terpancing emosi negatif, sementara kejujuran membangun kepercayaan dan integritas dalam interaksi sosial. Akhlak Madzmumah: Di sisi lain, akhlak madzmumah adalah perilaku atau sifat-sifat yang tercela atau tercemar moral dalam ajaran Islam. Contoh sifat-sifat akhlak tercela termasuk kesombongan, iri hati, kedengkian, kebakhilan, dan kedzaliman. Imam Al-Mawardi, Imam Al-Raghib Al-Asfahani, dan Ibn Muflih Al-Hanbali menggarisbawahi bahwa sifat-sifat ini menghalangi seseorang dari mencapai kebaikan spiritual dan moral yang sejati. Kesombongan, misalnya, memunculkan sikap merasa lebih tinggi dari orang lain dan menghambat hubungan harmonis dalam masyarakat. Iri hati dan kedengkian dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan rasa tidak puas terhadap keberhasilan orang lain. Kedzaliman, di sisi lain, adalah pelanggaran terhadap prinsip keadilan yang mendasar dalam Islam. CONCLUSION Konsep akhlak dalam Islam, baik itu akhlak mahmudah (terpuji) maupun akhlak madzmumah (tercela), menawarkan pandangan yang dalam tentang bagaimana seorang Muslim harus berperilaku dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak Mahmudah merupakan fondasi moral yang mencakup sifat-sifat seperti keikhlasan, rendah hati, kesabaran, dan kejujuran. Pandangan dari para ulama seperti Al-Ghazali, Imam Al-Mawardi, dan Imam Al-Raghib Al-Asfahani menekankan bahwa akhlak terpuji ini tidak hanya penting untuk hubungan individu dengan Allah SWT, tetapi juga untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat. Mereka mengajarkan bahwa melalui mempraktikkan akhlak terpuji, individu dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak Madzmumah Sebaliknya, mengacu pada sifat-sifat yang dianggap buruk atau tercela dalam Islam seperti kesombongan, iri hati, kedengkian, kebakhilan, dan kedzaliman. Pandangan ulama-ulama seperti Imam Al-Mawardi, Imam Al-Raghib Al-Asfahani, dan Ibn Muflih Al-Hanbali menegaskan bahwa sifat-sifat ini menghalangi individu dari mencapai kesempurnaan moral dan spiritual. Mereka memperingatkan bahwa perilaku-perilaku ini tidak hanya merugikan individu tetapi juga merusak keharmonisan dalam masyarakat. Dengan memahami perbedaan antara akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah, umat Muslim diharapkan dapat mengembangkan diri mereka menuju kesempurnaan moral dan spiritual. Hal ini bukan hanya tentang pribadi yang lebih baik secara individu, tetapi juga tentang kontribusi positif terhadap masyarakat dan dunia secara luas, sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan kesederhanaan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menggali lebih dalam nilai-nilai akhlak yang diajarkan dalam Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan Allah SWT dan menciptakan masyarakat yang berlandaskan pada moralitas yang tinggi dan keadilan yang universal. Top of Form DAFTAR PUSTAKA 1. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 81. 2. Al-Qushayri, Imam. Al-Risalah al-Qushayriyyah. Diterjemahkan oleh Alexander D. Knysh sebagai Al-Qushayri's Epistle on Sufism. Reading, UK: Garnet Publishing, 2007. 3. Bukhari, Imam. Al-Adab al-Mufrad. Diterjemahkan oleh Yusuf Talal DeLorenzo. Riyadh: Darussalam, 2007. 4. Abdul Qadir al-Jilani. Futuh al-Ghayb. Terjemahan dalam beberapa bahasa, salah satunya oleh Muhtar Holland sebagai The Secret of Secrets. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 1992. 5. Ibn Atha'illah al-Iskandari. Kitab al-Hikam. Diterjemahkan oleh Victor Danner sebagai The Book of Wisdom. New York: Paulist Press, 1978. 6. Dr. H. Badruddin M.Ag. Akhlaq Tasawuf Hal 9 7. Dr. H Badruddin M.Ag. Akhlaq Tasawuf Hal 9 8. Dr. H Badruddin M.Ag. Akhlaq Tasawuf Hal 10 9. Dr. H. Badruddin, M.Ag. Akhlaq Tasawuf 121